• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jaringan Organisasi Komunitas Tugu

EKONOMI YANG TERBENTUK

Bagan 4. Jaringan Organisasi Komunitas Tugu

Organisasi-organisasi yang di bawahi GEMSA diantaranya sebagai berikut : a. PPHP (Persatuan Pembinaan Hadamah Puncak)

Hadamah dilindungi oleh organisasi yang bernama PPHP (Persatuan Perempuan Hadamah Puncak). Melalui ibu Yoh (47) perempuan desa digerakkan untuk bisa mandiri dan mampu membantu perekonomian keluarga. Berawal dari fakumnya pengiriman TKW (Tenaga Kerja Wanita) di tahun 2008, mengerakkan ibu Yoh untuk mengajak perempuan eks-TKW bekerja sebagai tukang masak. Pengalaman mereka bekerja di Saudi membuat mereka mahir memasak makanan Arab. Berawal dari 10 (sepuluh) orang anggota, sekarang sudah mencapai 300 anggota yang tersebar di puncak.

Perempuan yang ingin bergabung hanya dikenakan biaya awal Rp. 150.000,-, sudah termasuk celemek, KTA (Kartu Tanda Anggota), pelatihan memasak, seragam dan kerudung. Persyaratannya hanya menyertakan fotokopi KTP (Kartu Tanda Penduduk), photo 4 X 6 sebanyak 3 lembar. Selain itu juga para hadamah haruslah perempuan yang sudah menikah, hal ini dijadikan persyararatan untuk menghindari terjadinya fitnah. Selain itu juga pria Arab akan lebih menghargai hadamah.

Fungsi PPHP sendiri sebagai sarana pelindung bagi para hadamah, apabila terjadi masalah dengan orang Arab, PPHP akan memberikan mediasi, dan sebaliknya dengan pendataan terhadap hadamah berfungsi bagi para turis, jika ada barang-barang yang hilang akan dengan mudah melacak pelakunya. b. JSM (Jabbal Speed Motor)

Organisasi yang terdapat di desa Tugu tidak serta merta membawahi organisasi yang berkaitan dengan pekerjaan di desa Tugu saja, tetapi juga ada

PPHP

GEMSA

JSM IGP O2WK

58

organisasi yang dibuat untuk mengakomodir para pemuda. Organisasi kepemudaan dengan basis balap motor ini, dibentuk untuk memfasilitasi hobi anak-anak muda untuk berpacu dengan kecepatan di racebalapan. Anggota JSM tidaklah terorganisir dengan baik, jadi siapa saja boleh bergabung, namun JSM hanya memiliki 4 orang tim inti, yang merupakan atlet tetap untuk turun di dalam kejuaraan-kejuaraan balap motor.

c. IGP (Ikatan Guide Puncak)

IGP adalah organisasi yang melingkupi para supir atau guide yang beranggotakan 80 orang. IGP memberikan fasilitas pool atau tempat berkumpulnya para supir. Tujuannya didirikan IGP adalah untuk mentertibkan para supir atau guideterutama berkaitan dengan pengoperasian jalur. Melalui organisasi ini jalur sepanjang Puncak hingga bandara yang menjadi jalur yang mereka lewati untuk mengantar-jemput turis Arab, menjadi “aman”. Hanya dengan menunjukkan KTA (Kartu Tanda Anggota) mereka akan terhindar dari persoalan di jalanan, terlebih mereka membawa warga negara asing.

Dalam waktu satu tahun mereka hanya membayar iuran sebesar Rp. 100.000,-. Uang tersebut biasanya digunakan untuk membiayai kegiatan- kegiatan sosial yang berkaitan dengan anggota. Selain itu juga IGP sering mengadakan acara-acara keagamaan seperti adanya Tabligh Akbar. Dengan mengadakan acara tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap desa, terkait dengan adanya turis Arab, meningkatnya pendapatan komunitas lalu pada akhirnya mempengaruhi eksistensi tradisi komunitas dengan tidak menghilangkan aturan dan norma yang sudah berlaku sebelumnya.

d. O2WK (Organisasi Ojek Warung Kaleng)

Demi menjaga ketertiban dan keamanan para tukang ojek. Ojek di Warung Kaleng pun memiliki organisasi yaitu Organisasi Ojek Warung Kaleng (O2WK) yang membawahi seluruh tukang ojek dikawasan Warung Kaleng, yang diketuai oleh bapak As. O2WK menginduk pada organisasi GEMSA. Anggotanya berkisar 200 (belum ada data pasti karena belum dilakukan pendataan ulang), 214 orang tersebut tersebar baik di depan gang maupun di vila-vila, jadi keberadaan mereka tidak terkonsentrasi didepan gang saja, tetapi juga ditempat-tempat lain yang berpotensi terdapat penumpang. Tukang ojek mayoritas adalah warga sekitar, jika pun ada warga luar harus melakukan registrasi terlebih dahulu kepada organisasi. O2WK memberikan peluang bagi siapa saja untuk bisa berusaha, asalkan memiliki tata karma. O2WK berdiri sejak tahun 1981, dengan nama awal Alimedu (aliran mencari duit), dengan jumlah anggota awal 24 orang.

Mereka dilengkapi dengan KTA (Kartu Tanda Anggota), fungsi KTA adalah untuk lebih mempermudah administrasi dan mengawasi anggotanya. Untuk menjadi anggota O2WK mereka harus menyetorkan administrasi awal sebesar Rp. 250.000,- dan anggotanya adalah warga sekitar. Adapun kas yang dikumpulkan Rp. 2.000,- setiap minggunya per orang, penarikan uang kas digunakan untuk kegiatan sosial, seperti jika ada anggota yang sakit atau dalam keadaan kesusahan. Selain itu juga ikut serta dalam kegiatan tablig dan muludan.

59 Tidak sedikit juga anggota O2WK yang berubah mata pencahariannya menjadi supir atau guide, karena bisa mengemudi dan mereka memiliki mobil. Berubahnya mata pencaharian mereka pada akhirnya mampu meningkatkan status pekerjaannya, yang kemudian secara otomatis meningkatkan perekonomian.

Permasalahan yang sering dihadapi diantaranya berkaitan dengan perjanjian atau kesepakatan yang awalnya disepakati oleh kedua belah pihak, justru kesepakatan tersebut dilangar oleh penumpangnya sendiri. Misal perjanjian awal tarif ojeknya Rp. 30.000,- ketika membayar orang Arab tersebut hanya membayar Rp. 5.000,- tentu saja hal ini menyalahi perjanjian dan berbuntut konflik. Konflik biasanya bisa diselesaikan dengan mengintimidasi turis tersebut.

Hubungan sosial yang terjadi pada komunitas Tugu terakomodir dalam organisasi-organisasi yang mewadahinya. Sehingga jaringan sosial duaan ganda berlapis yang terbentuk semakin mempererat hubungan antar masyarakat. GEMSA merupakan tempat yang akan melindungi komunitas dari ketimpangan yang terjadi baik dengan orang-orang asing, maupun diantara komunitas Tugu. Sebagai organisasi kepemudaan GEMSA memberikan kontribusi bagi pemuda Tugu. Selain itu juga organisasi ini membangun hubungan sosial yang erat, saling membentuk jaringan dan membuat program kepemudaan seperti :

a. Ketertiban lingkungan b. Olahraga c. Kesejahteraan d. Kesehatan e. Kematian f. Keagamaan g. Kebersihan

Komunitas merasa terbantu dengan berdirinya organisasi ini, banyak manfaat yang dirasakan. Sebagai organisasi yang dibuat mengakomodir komunitas, GEMSA dianggap mampu memberikan pengaruh positif, sehingga segala macam kegiatan bisa terlaksana dengan baik.

Keberadaan organisasi sosial di tengah komunitas telah menjadi bukti adanya keterikatan yang erat antara komunitas. Penyelanggaraan tabligh menjelang puasa di bulan Juli 2013 menjadi bukti bahwa hubungan yang terjalin diantara komunitas tidak dipengaruhi oleh masuknya turis Arab di lingkungan mereka. Artinya komunitas tidak meninggalkan budaya mereka walaupun pada akhirnya terjadi akulturasi pada budaya lokal. Komunitas dari segala kelompok organisasi bahu membahu membantu kesuksesan acara tersebut, meskipun yang memiliki hajatan besarnya adalah IGP. Mereka masing-masing menggalang dana, ibu-ibu hadamah bertindak sebagai tukang masak, bahkan melibatkan komunitas desa tetangga yang kemudian menyumbang hiburan marawis.

Sepanjang jalan Desa Tugu berubah menjadi “little Arabic” karena digelar pasar dengan latar musik Arab menjadikan suasana tabligh meriah. Tentu saja hal tersebut menjadi daya tarik bagi turis Arab untuk kemudian ikut serta berpartisipasi pada acara tahunan tersebut. Ini menunjukkan bahwa ikatan antara organisasi satu dengan yang lain, komunitas satu dengan komunitas yang lain berjalan dengan selaras.

60

Norma dan Hubungan Sosial

Akses masyarakat terhadap ranah perekonomian di Puncak melingkupi institusi, hubungan sosial dan organisasi yang akan memfasilitasi pelaksanaan aktifitas nafkah baru tesebut. Institusi meliputi aturan formal dalam hal ini berlakunya nilai dan norma yang sesuai dengan komunitas sekitar. Satu sama lain terikat dengan interaksi-interaksi lokal, sehingga ketika ada interaksi yang menyimpang dinilai sebagai kendala.

Norma tidak bisa dipisahkan dari jaringan dan kepercayaan. Munculnya peluang kerja di Desa Tugudidasarkan pada jaringan sosial yang sebelumnya sudah mereka bangun dan dipengaruhi oleh sistem kepercayaan. Peluang kerja di Desa Tugu terdiri dari pekerjaan yang sifatnya formal dan informal. Pekerjaan di sektor formal, calon pekerja harus memenuhi standar yang berlaku di perusahaan. Pekerjaan di sektor informal, calon pekerja tidak membutuhkan keahlian khusus dan tidak ada syarat tertentu untuk bisa berpartisipasi dalam pekerjaan tersebut.

Jenis pekerjaan formal yang terdapat di Desa Tugu diantaranya hotel, vila milik perusahaan swasta, dan perkebunan. Jaringan kerja yang terbangun pada perusahaan biasanya didasarkan pada hubungan kerja yang mengikat sesuai dengan kontrak kerja dan standar operasional yang berlaku di perusahaan. Hubungan yang terjalin antara perusahaan dan pekerja, cenderung kontraktual dan kaku sehingga jaringan kerja yang terbentuk menjadi tidak luwes. Tetapi untuk hubungan antara pekerja bisa berjalan secara luwes, seperti berangkat atau pulang kerja bersama, mengerjakan pekerjaan secara bersama-sama, bahkan menghabiskan waktu luang bersama seperti mengadakan touring ke Sukabumi. Selain dengan sesame pekerja hubungan antara pekerja dengan atasan pun bisa terjalin dengan fleksible misalnya terkait dengan ijin kerja. Ahn sebagai manajer di perkebunan menyatakan bahwa :

saya ini sudah dianggap ibu sama anak-anak. Mereka biasanya datang ke kantor selain urusan pekerjaan, biasanya cerita tentang urusan pribadinya. hubungan kekeluargaan yang seperti ini membuat kami satu sama lain saling mengenal dan dekat, sampai- sampai saya dibawakan makanan buatan ibu mereka.”

Berbeda dengan jaringan kerja informal, karena tidak mengikat sehingga hubungan kerja yang terbentuk adalah hubungan kekeluargaan. Cara mereka memperoleh pekerjaan pun didasarkan pada hubungan kekerabatan.Seperti beberapa informan, mendapat pekerjaannya hanya berdasarkan rekomendasi dari teman atau saudara. Sehingga hubungan kerja antara pemilik usaha dan pekerja, pekerja dengan pekerja lainnya terjalin denganluwes. Misalnya saja adanya kepercayaan antara pemiliki vila dengan penjaga vila, pemasukan vila didasarkan pada kejujuran penjaga vila. Pemilik menyerahkan pengelolaan sepenuhnya kepada penjaga vila. Berikut pernyataan Kang Ddn, terkait dengan pengelolaan vila :

disini yang menjadi pengelola vila adalah bibi saya, yang dibantu oleh keponakan-keponakannya. Masalah pendapatan vila, didasarkan pada kejujuran kita kepada pemilik. Kita sih sistemnya

61 kepercayaan aja, dan Alhamdulillah si bapak walaupun dia di

Jakarta percaya-percaya aja sama kita. Ya kuncinya asalkan kita bisa menjaga kepercayaannya saja.”

Jadi, norma yang berlaku di komunitas terbentuk secara formal dan informal. Norma kerja formal dipengaruhi oleh kontraktual, sedangkan norma informal dipengaruhi oleh sistem kepercayaan. Namun untuk norma sosial yang terbangun pada lingkup pekerjaan tersebut berjalan luwes, dan didasarkan pada hubungan kekeluargaan,sehingga ikatan pada jaringan sosial komunitas bisa dipertahankan dan dijaga berdasarkan norma tersebut.

62

7

DINAMIKA PERAN DAN POSISI PEREMPUAN DALAM

Dokumen terkait