• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGAWASAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI DALAM KEGIATAN SIMPAN PINJAM KHUSUS PEREMPUAN (SPP) DI DESA SELARAJA KECAMATAN WARUNGGUNUNG - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGAWASAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI DALAM KEGIATAN SIMPAN PINJAM KHUSUS PEREMPUAN (SPP) DI DESA SELARAJA KECAMATAN WARUNGGUNUNG - FISIP Untirta Repository"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

LISKA PURNAMASARI 6661091973

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

Dengan

mengucap“Alamdullilahhirobbil’alamin

” kupersembahkan

SKRIPSI ini

untuk...

Mamah dan Bapak, terimakasih untuk

cinta dan kasih sayang, nasihat, dan

hakekat akan arti hidup serta untuk

seluruh pengorbanan yang teruntuk

bagiku

Kakak dan Adik ku, Kikih Apriagi dan

Yobby Permana, dukungan, doa, atas

(6)

semangat, terima kasih untuk kalian

semua, serta terimakasih untuk

almamater UNTIRTA.

LISKA

(7)

i

Kecamatan Warunggunung. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I Ipah Ema Jumiati S.IP, M.Si dan dosen pembimbing II Ima Maisaroh, S.Ag. M.SI.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1) ketidakjelasan waktu pengawasan dan penagihan cicilan pembayaran , 2) sering terjadi keterlambatan pembayaran, 3) kurang optimalnya petugas UPK (Unit Pengelola Kegiatan) dalam melakukan survey lapangan, 4) tidak adanya sanksi bagi kelompok yang melakukan keterlambatan pembayaran.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar Efektivitas pengawasan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dalam kegiatan Simpan Pinjam Perempuan di Desa Selaraja Kecamatan Warunggunung. Untuk mengukur pengawasan program simpan pinjam perempuan (SPP) ini menggunakan karakteristik pengawasan menurut Handoko : 1) Akurat, 2) Tepat Waktu, 3) Objektif dan Menyeluruh, 4) Terpusat pada titik-titik Pengawasan Strategis, 5) Realistis Secara Ekonomis, 6) Realistis Secara Organisasional, 7) Terkoordinasi dengan Aliran Kerja Organisasi, 8) Fleksibel, 9) Bersifat sebagai Petunjuk Operasional, 10) Diterima para Anggota Kelompok. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, wawancara, studi dokumentasi, studi kepustakaan, dan observasi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 105 responden. Hasil dari penelitian ini mencapai 57,26%, dan nilai Uji T sebesar t=0,397 sedangkan standar deviasi pengawasan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri dalam program simpan pinjam perempuan sebesar 5149. Saran dalam penelitian ini adalah : 1) perlu adanya kerjasama yang baik antara petugas dan pemerintah dan anggota kelompok yaitu antara pemberi dana, kelompok pengelola dana dan pengguna dana. 2) Petugas unit pengelola kegiatan lebih tegas dalam mengawasi jalannya program simpan pinjam perempuan.

(8)

ii

Perempuan (SPP) activities in the village of Selaraja Sub-district Warunggunung. Departement of Public Administration, Faculty of Social and Political Science. Sultan Ageng Tirtayasa University. Advisor I Ipah Ema Jumiati, S.IP.,M.Si and advisor II Ima Maisaroh, S.Ag., M.Si.

The problems in this research is : 1) uncertainty supervision time billing and payment installment 2) happen often delayed payment 3) less optimalnya Management Unit officers activities in the survey field, 4) no sanction for the group to do delayed payment. The purpose of this research is to know how big the contolling of Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat in Simpan Pinjam Perempuan activities in the village of Selaraja Warunggunung Sub-district. To measure controlling this research uses characteristics of Handoko : 1) Accurat, 2) On Time, 3) Objective and thorough, 4) Centered at points of strategic oversight, 5) Economically Realistic, 6) Realistic organizationally, 7) Coordinated with the organization work flow, 8) Flexible, 9) Indicative Operations, 10) Received the group members. This research uses the quantitative method with a descriptive approach. Data collection used in this research is the questionnaires, interview, studies documentation and observations. Samples in this research as much as 105 respondents. The results of this study reach 57,26%, and T Test value of t= 0,397 while Standard deviation supervision of PNPM in SPP activities of 5149. Suggestions in this research is : 1) need a good cooperation between the officers and the government and the members of the group are between the donors, fund management group and fund users. 2) Officers activities management unit more firmly in controlling the savings and loans program women.

(9)

iii

Puji dan syukur seluruhnya hanyalah milik Allah SWT, yang selalu dan senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga selalu senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan kita semua. Ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kepada kedua orang tua yang selalu sabar dan senantiasa mencintai saya.

Hasil penelitan yang selanjutnya dinamakan skripsi ini diajukan untuk memenuhi satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ilmu sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) dengan judul ”Efektivitas Pengawasan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dalam Kegiatan Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) di Desa Selaraja Kecamatan Warunggunung”. Peneliti menyampaikan rasa terima kasih tak terhingga kepada pihak-pihak berikut:

1. Yth. Bapak Prof. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

2. Yth. Bapak DR. Agus Sjafari, M.Si., Dekan FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(10)

iv

FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

6. Yth. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

7. Yth. Bapak Riswanda, Ph.D., Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP Untirta

8. Yth. Ibu Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si., Dosen Pembimbing I Skripsi 9. Yth. Ibu Ima Maisaroh S.Ag., M.Si., Dosen pembimbing II Skripsi 10.Yth. Ibu Titi Stiawati, S.Sos., M.Si. Dosen Pembimbing akademik

11.Kepada yang terhormat seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah dan pernah memberikan bekal-bekal ilmiah kepada peneliti selama proses belajar mengajar

12.Terutama sekali untuk Bapak tercinta Kosasih dan Mamah Tersayang Sarinah, yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa kepada peneliti, karena dengan doa dan dukungan yang mereka berikan, penulis dapat terdorong dan termotivasi untuk dapat menyelesaikan skripsi ini 13.Untuk Kakakku Kikih Apriagi dan Adiku Yobby Permana yang selalu

(11)

v

15.Yth. Seluruh anggota peminjam dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di Desa Selaraja Kecamatan Warunggunung. Terimakasih atas informasi yang telah diberikan untuk penelitian ini.

16.Teruntuk Aa Isaf Safrudin, terimakasih atas semangat, bantuan, dan motivasi selama melakukan penelitian ini.

17.Kepada sahabatku Isla, Kiki, Devvy, Vera, yang selalu memberikan semangat, dan membantu peneliti dalam penelitian ini.

18.Kepada teman-teman kelas G Non Reguler angkatan 2009 Ilmu Administrasi Negara, yang telah menjadi sahabat dan menemani peneliti selama penelitian ini.

19.Kepada kawan-kawan GK, Obos (Rena), Imet, Bento, Kevin, Hani, Nienk, Zico, Vega, Anggi, Yanto, The Wina, Lusi, Dini, yang selalu memberikan semangat dan motivasi,

20.Kepada semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu, terimakasih telah bersedia membantu dan memberikan informasi dalam penyusunan skripsi ini.

(12)

vi

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Serang, Agustus 2016

(13)

vii

1.2. Identifikasi Masalah ... 17

1.3. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 18

1.4. Tujuan Penelitian ... 18

1.5. Manfaat Penelitian ... 18

1.6. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Deskripsi Teori ... 25

2.1.1 Efektivitas ... 25

2.1.2 Teori Pembangunan Masyarakat ... 27

2.1.3 Teori Pemberdayaan Masyarakat ... 28

2.1.4 Manajemen ... 36

2.1.5 Teori Pengawasan ... 37

(14)

viii

2.1.10 Tekhnik-tekhnik Pengawasan ... 50

2.1.11 Mekanisme Pengawasan dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan .. 51

2.1.12 Pengertian dan Tujuan PNPM Mandiri ... 54

2.1.13 Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) ... 56

2.2. Penelitian Terdahulu ... 62

2.3. Kerangka Berfikir ... 64

2.4. Hipotesis Penelitian ... 69

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 71

3.2. Fokus Penelitian ... 73

3.3. Lokasi Penelitian ... 73

3.4. Instrumen Penelitian ... 73

3.5. Populasi dan Sampel ... 77

3.6. Analisis Data ... 80

3.6.1. Uji Validitas ... 83

3.6.2. Uji Realiabilitas ... 84

3.7. Lokasi penelitian ... 85

3.8. Jadwal Penelitian ... 85

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 86

4.1.1 Gambaran Umum Wilayah ... 86

4.1.2 Sejarah UPK Kecamatan Warunggunung ... 87

4.1.3 Visi dan Misi UPK Kecamatan Warunggunung ... 88

(15)

ix

4.2.1 Identitas Responden ... 95

4.3. Pengujian Persyaratan Statistik ... 98

4.3.1 Uji Validitas Instrumen ... 98

4.3.2 Uji Realiabilitas Instrumen ... 100

4.3.3 Normalitas Data ... 101

4.4. Analisis Data ... 103

4.5 Uji Hipotesis ... 116

4.6 Interpretasi Hasil Penelitian ... 119

4.7 Pembahasan ... 131

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 132

5.2. Saran ... 132

(16)

x

(17)

xi

3.2 Skor Item-item Instrumen ... 77

3.3 Jadwal Penelitian ... 85

4.1 Responden Menurut Tingkat Usia ... 95

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir .. 96

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Responden... 97

4.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian... 99

4.5 Reliability Statistics ... 101

(18)

xii

4.2. Dimensi Tepat Waktu ... 106

4.3 Dimensi Objektif dan Menyeluruh ... 107

4.4 Dimensi Terpusat pada Titik-titik Pengawasan Strategis ... 108

4.5 Dimensi Realistik Secara Ekonomis ... 109

4.6 Dimensi Realistik Secara Organisasional ... 110

4.7 Dimensi Terkoordinasi dengan Aliran Kerja Organisasi ... 111

4.8 Dimensi Fleksibel ... 112

4.9 Dimensi Bersifat Sebagai Petunjuk Operasional ... 113

4.9 Dimensi Bersifat Sebagai Petunjuk Operasional ... 114

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara kesatuan yang berdaulat. Indonesia mempunyai tujuan pokok yang tertera dalam Undang-undang 1945 yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Untuk mencapai tujuan ini dilaksanakan pembangunan nasional dalam berbagai aspek antara lain pembangunan dalam aspek fisik, ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya.

(20)

Pembangunan wilayah dianggap mampu apabila sarana dan prasarana dasar tersedia dan masyarakatnya memiliki kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan dalam kehidupan mereka, baik fisik maupun nonfisik. Masyarakatnya secara umum memiliki tingkat pendapatan yang mencukupi untuk memenuhi berbagai kebutuhan, seperti kebutuhan ekonomi, kesempatan dan gizi, pendidikan, perumahan dan lingkungan hidup. Namun pembangunan dapat menjadi sebuah dilema bagi pemerintah daerah, terutama bagi daerah yang masih tergolong dalam status ekonomi lemah. Banyaknya kepentingan masyarakat yang terlibat, maka tidak semua kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi karena benturan berbagai kepentingan. Solusi yang paling sering di tempuh untuk menyelesaikan benturan kepentingan tersebut adalah mengambil keputusan yang menguntungkan lebih banyak pihak dan tidak ada pihak yang menjadi korban. Perencanaan dilakukan pada masalah-masalah yang menjadi pioritas dan disusun kedalam skala utama dengan jangka waktu dan biaya yang realistis.

(21)

Daerah merupakan langkah baru untuk membenahi penyelenggaraan pemerintah, melalui otonomi dan desentralisasi yang diharapkan mampu melahirkan partisipasi aktif masyarakat dan menumbuhkan kemandirian pemerintah daerah.

Dalam pelaksanaan pembangunan di daerah menghadapi hambatan dan kendala yang tidak ringan dilihat dari aspek geografis, topografis, demografis, ketersedian prasarana dan sarana, kelemahan dalam akses terhadap modal informasi pasar, kemampuan sumberdaya manusia (SDM) yang lemah, partisipasi masyarakat yang belum secara proaktif, kemampuan kelembagaan daerah masih lemah, dan banyak kelemahan operasional dan fungsional lainnya. Memperhatikan berbagai hambatan, kenadala dan kelemahan-kelemahan diatas salah satu upaya yang dianggap sangat penting yaitu mendorong, meningkatkan, mengembangkan dan mengaktualisasikan kekuatan dan kemampuan yang bersumber di dalam masyarakat itu sendiri yaitu yang disebut partisipasi masyarakat.

(22)

lain seperti pemerintah desa/kelurahan, sehingga dengan adanya keterlibatan pemerintah desa besar kemungkinan masyarakat akan merasa diberi peluang atau kesempatan ikut serta dalam pembangunan, karena pada dasarnya menggerakkan partisipasi masyarakat desa merupakan salah satu sasaran pembangunan desa/kelurahan itu sendiri.

Masyarakat sebagai objek pembangunan berarti masyarakat terkena langsung atas kebijakan dan kegiatan pembangunan. Dalam hal ini perlu ikut masyarakat dilibatkan baik dari segi formulasi kebijakan maupun aplikasi kebijakan tersebut, sebab merekalah yang dianggap lebih tahu kondisi lingkungannya. Dimana dominasi Negara berubah menjadi institusi lokal, untuk itu peran serta langsung masyarakat sangat diperlukan dan terus diperkuat dan diperluas. Dengan demikian istilah partisipasi tidak sekedar menjadi retorika semata tetapi diaktualisasikan secara nyata dalam berbagai kegiatan dan pengambilan kebijakan pembangunan.

(23)

Partisipasi masyarakat memiliki banyak bentuk, mulai dari yang berupa keikut sertaan langsung masyarakat dalam program pemerintahan maupun yang sifatnya tidak langsung, seperti berupa sumbangan dana, tenaga, pikiran, maupun pendapat dalam pembuatan kebijakan pemerintah. Namun demikian ragam dan kadar partisipasi seringkali ditentukan secara massa yakni dari banyaknya individu yang dilibatkan. Padahal partisipasi masyarakat pada hakikatnya akan berkaitan dengan akses masyarakat untuk memperoleh informasi. Hingga saat ini partisipasi masyarakat masih belum menjadi kegiatan tetap dan terlembaga khsususnya dalam pembuatan keputusan.Sejauh ini, partisipasi masyarakat masih terbatas pada keikutsertaan dalam pelaksanaan program program atau kegiatan pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat pelaksanaan tapi juga mulai tahapan perencanaan bahkan pengambilan keputusan.

Krisis ekonomi yang diawali dari gejolak krisis moneter yang melanda Asia Tenggara, telah menjadi krisis yang bersifat multi dimensi. Pemulihan ekonomi yang terus dilakukan pemerintah hingga saat ini merupakan upaya pemerintah untuk meredam dampak dari krisis tersebut. Pemulihan ini dilakukan di semua sektor melalui masing-masing kebijakan untuk tiap-tiap sektor dengan menilik masalah-masalah yang sedang menjadi isu sentral saat ini. Salah satu isu sentral permasalahan di Indonesia hingga saat ini ialah masalah kemiskinan.

(24)

perluasan pasar industri negara lain (seperti industri elektronik, tekstil, otomotif dan lain-lain) dengan industri berteknologi canggih berbasis impor (hi-tech industry), seperti industri pesawat terbang, persenjataan, kapal, dan industri lainnya. Artinya, industri yang dikembangkan di Indonesia adalah industri padat modal dan berbahan baku kebanyakan dari luar negeri.

Strategi pembangunan sektor industri macam yang diambil, berakibat kepada sektor pertanian dan pedesaan, dan menjamurlah sektor informal. Kredit dari perbankan yang dialokasikan untuk sektor industri demikian besar, sementara untuk sektor pertanian sangatlah minim. Belum lagi, ini perlu dicatat secara khusus, alokasi kredit untuk sektor industri sarat dengan budaya KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Akibatnya banyak usaha yang mengalami kemacetan ketika krisis ekonomi dan keuangan.

(25)

tersebut, maka diperlukan suatu strategi yang dapat membantu negara untuk mengupayakan terwujudnya pembangunan perekonomian yang disertai dengan penyesuaian sosial secara tepat.

Strategi pembangunan ekonomi merupakan strategi yang dipandang tepat dalam menyikapi kondisi tersebut. Karena lebih memikirkan tidak hanya pada bagaimana negara dalam upaya meningkatkan perkapita yang diarahkan kepada bagaimana upaya negara dalam mengatasi persoalan pembangunan. Strategi pembangunan ekonomi meliputi: pertama, strategi pertumbuhan dengan distribusi. Kedua, strategi kebutuhan pokok. Ketiga strategi pembangunan mandiri. Keempat, strategi pembangunan berkelanjutan dan kelima strategi berdimensi etnik.

Strategi yang cukup besar terhadap pembangunan ekonomi suatu negara adalah strategi kebutuhan pokok.Karena strategi tersebut dipandang sebagai dasar utama dalam strategi pembangunan ekonomi dan sosial. Pemenuhan kebutuhan pokok lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan minimum konsumsi (sandang, pangan, papan) dan jasa umum (kesehatan, transportasi umum, air, dan fasilitas pendidikan). Kebutuhan dasar manusia tidak terlepas dari adanya pemenuhan kebutuhan pokok yang lebih menekankan pada keberlangsungan hidup dan proses regenerasi kehidupan manusia di dunia.

(26)

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir ditengah-tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan, baik para akademisi maupun para praktisi. Berbagai teori, konsep dan pendekatan pun terus menerus dikembangkan untuk mengatasi masalah kemiskinan ini. Dalam konteks masyarakat Indonesia, masalah kemiskinan juga merupakan masalah sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji secara terus menerus. Ini bukan saja karena masalah kemiskinan telah ada sejak lama, melainkan pula karena masalah ini masih hadir di tengah-tengah kita dan bahkan kini gejala semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia.

Dalam program penanganan kemiskinan, ada beberapa program yang di lakukan oleh pemerintah. Salah satu program yang dianggap perlu untuk dilakukan kajian di dalamnya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Program tersebut sudah sejak lama memiliki banyak hambatan. Semakin meningkatanya jumlah penduduk miskin di Kecamatan Warunggunung merupakan persoalan yang tidak mudah diatasi. Pemerintah selaku penyelenggara pembangunan diharapkan dapat menciptakan kebijakan kebijakan yang tepat guna mengatasi permasalahan kemiskinan.

(27)

Perdesaan meliputi kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana dasar, peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan, peningkatan kapasitas atau keterampilan kelompok usaha ekonomi, serta penambahan permodalan kegiatan kelompok simpan pinjam khusus perempuan.

Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas kehidupan dan mengangkat harkat martabat keluarga miskin adalah dengan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemerintah untuk mendorong penurunan angka kemiskinan. Yang di harapkan dapat menciptakan proses penguatan social yang dapat mengantar masyarakat miskin menuju masyarakat yang madani, sejahtera, berkeadilan serta berlandaskan iman dan takwa, Sumodiningrat (2002) dalam Apriyanti (2009).

Aspek penting dalam suatu program pemberdayaan masyarakat adalah program yang disusun sendiri oleh masyarakat, menjawab kebutuhan dasar masyarakat, mendukung keterlibatan kaum miskin, perempuan dan kelompok terabaikan lainnya. Dibangun dari sumber daya lokal, sensitif terhadap nilai-nilai budaya setempat, memerhatikan dampak lingkungan tidak menciptakan ketergantungan, berbagai pihak terkait, serta berkelanjutan.

(28)

diharapkan dapat membantu masyarakat, terutama kaum perempuan untuk dapat meningkatkan tarap hidup dengan mengembangkan usaha yang dikelola.

Berdasarkan namanya, kegiatan kelompok Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) ini di khususkan memang bagi kaum perempuan. Program simpan pinjam khusus perempuan di adopsi dari Bangladesh, dimana kaum perempuan sangat berperan dalam system pengelolaan keuangan, mereka menjalankan Grameen Bank (GB) yaitu semacam bank yang memberikan pinjaman tanpa jaminan barang. Pinjaman diberikan dalam kelompok-kelompok kecil, bila satu anggota mendapat kredit, anggota yang lain memberikan jaminan bahwa orang itu dapat membayar kembali.

Kelompok-kelompok kecil yang mendapat pinjaman adalah kaum perempuan. Grameen Bank (GB) ini didirikan pada tahun 1976, sengaja menggerakan kelopok-kelompok perempuan di Bangladesh, karena mereka merasa kebiasaan arisan yang ada dalam kalangan perempuan disana dapat dijadikan patokan sebagai kekuatan untuk menggerakan simpan dan pinjam yang bernilai kebersamaan. Grameen Bank (GB) merupakan contoh keberhasilan pinjaman tanpa jaminan barang dan memberikan peluang serta kesempatan usaha bagi kaum perempuan.

(29)

pendanaan usaha ini juga dikelola sendiri oleh masyarakat setempat. Setiap kaum perempuan (secara berkelompok) dari desa-desa dilokasi program memiliki kesempatan untuk memperoleh modal. Berikut skema cara kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) untuk memperoleh modal.

Sumber : Petunjuk Teknis Operasional (PTO) PNPM Mandiri Perdesaan, 2014

Dari skema di atas, menunjukan bahwa awalnya kelompok hanya perlu mengajukan proposal yang telah disusun dari musyawarah khusus perempuan kepada masyarakat melalui Unit Pengelolaan Kegiatan (UPK) yang ada disetiap kecamatan lokasi program. Musyawarah khusus perempuan membahas tentang penyusunan proposal, usaha-usaha yang dijalankan anggota kelompok, jumlah pinjaman yang akan diajukan dan anggaran penyususnan proposal. Musyawarah khusus perempuan diwajibkan bagi kelompok baru yang ingin mengajukan proposal pinjaman dan tidak diwajibkan bagi kelompok yang sudah pernah memperoleh pinjaman. Petugas kecamatan kemudian akan melakukan verifikasi dan bermusyawarah untuk menilai kelayakan proposal-proposal.

(30)

Proposal yang layak akan disetujui untuk mendapatkan pendanaan. Untuk mengakses dana SPP yang bersumber dari BLM dikhususkan bagi kelompok yang baru pertama kali mengajukan proposal pinjaman, proposal yang diajukan menjadi bagian dari usulan dan di tetapkan melalui jalur Musyawarah Khusus Perempuan (MKP) sebagai usulan desa, kemudian diputuskan dalam Musyawarah Antar Desa (MAD) Prioritas Usulan. Sedangkan untuk mengakses dana SPP yang bersumber dari dana perguliran (dikelola UPK) dikhususkan bagi kelompok yang sudah pernah memperoleh pinjaman, akan diputuskan melalui MAD perguliran. Melalui dana tersebut, anggota kelompok SPP dapat menggunakannya untuk kegiatan ekonomi produktif, yaitu membuka usaha maupun menambah modal usaha yang telah ada dan bukan untuk konsumtif. Karena dana yang diperoleh tidak diberkan begitu saja, tetapi harus dikembalikan dengan 2%.

Lokasi untuk penelitian ini adalah di Desa Selaraja Kecamatan Warunggunung. Dimana semua kegiatan program Desa, berpacu atau berpusat di Kantor Desa ini. Termasuk Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) khusus pada Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP).Terdapat beberapa faktor pada pelaksanaan program ini, program belum mampu untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan. Sarman M dan Sajogyo (2000) menyatakan bahwa suatu program akan berjalan dengan baik jika diberikan pendampingan yang intensif. Beberapa faktor tersebut dapat berasal dari individu mapun dari luar individu.

(31)

masih aktif berjumlah 14 kelompok, yang masing-masing kelompok memiliki usaha sendiri. Uang yang dipinjam tersebut seharus digunakan unruk kepentingan yang bermanfat bagi dirinya dan orang lain. Seperti berdagang atau wirausaha lainnya. SPP (Simpan Pinjam Perempuan) ini bertujuan untuk menjadikan warga semakin mandiri dalam mengurus keperluan hidup seperti bertanggungjawab dalam berwirausaha.

(32)

Ketidakjelasan waktu pengawasan dan penagihan dari petugas UPK (Unit Pengelola Kegiatan), itu yang membuat warga santai dalam melakukan pembayaran. Padahal dana atau pinjaman dari UPK (Unit Pengelola Kegiatan) tersebut merupakan dana bergulir yang setiap tahunnya akan diadakan tutup buku tahunan. Pengawasan kegiatan dana bergulir pada prinsipnya dilakukan oleh masyarakat itu sendiri, sebagai pemilik dana. Anggota kelompok seharusnya dapat membentuk Tim Pemantau Kegiatan Dana Bergulir. Tetapi kesadaran dari anggota kelompoknya itu sendiri seringkali tidak menjalankannya. Kurang optimalnya petugas UPK (Unit Pengelola Kegiatan) dalam melakukan Survey lapangan. Penyelesaian pinjaman bermasalah saat ini masih mengandalkan pada penagihan yang kurang efektif, karena membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Permasalahan yang timbul disebabkan terutama oleh tidak berfungsinya kelembagaan kelompok, dan terbatasnya pendanaan operasional. Tidak adanya sanksi bagi kelompok yang melakukan keterlambatan pembayaran, itu membuat anggota kelompok tidak merasa takut jika melakukan keterlambatan pembayaran. Padahal, dana bergulir tersebut harus dilestarikan dan dikembangkan agar tetap memberikan manfaat kepada masyarakat. Khususnya masyarakat miskin yang membutuhkan permodalan usaha.

(33)

mengembalikan angsuran kelompok pada UPK (Unit Pengelola Kegiatan). Pemanfaatan dari kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) tidak membayar angsuran pada kelompok. Tim verifikasi dan Badan Pengawas UPK yang tidak berfungsi dan mengakibatkan terjadinya kelompok fiktif, kelompok tidak ada usaha, dan sebagainya.

Jumlah pinjaman dari Program SPP (Simpan Pinjam Perempuan ) di Desa Selaraja ini adalah Rp. 10.000.000,-/Kelompok. Yang di angsur selama satu (1) tahun. Yang setiap kelompok terdiri dari 10 orang. Dari uang pinjaman tersebut, warga mempergunakannya untuk berwirausaha. Contohnya membuka warung kecil yang di kelola oleh kelompok, berjualan baju dengan sistem kredit, dan ada juga yang membuka tempat jahit. Namun tidak semua usaha kelompok berjalan dengan baik, ada sebagian usaha mereka yang mengalami hambatan. Contohnya dalam usaha berjualan baju, yang sistem pembayarannya kredit. Banyak warga yang membeli baju tersebut, namun tidak membayar cicilan. Ini sangat disayangkan, karena kelompok usaha tersebut juga harus membayar cicilan kepada Unit Pengelola Keuangan (UPK).

(34)

butuh uang yang lumayan besar, belum lagi untuk membeli benang, kain, dan peralatan lainnya. Tetapi respondem menyiasatinya dengan membeli mesin jahit bekas, yang harganya jauh lebih murah disbanding dengan mesin jahit baru.

Tujuan program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) adalah untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam di perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha dan mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan serta mendorong pengurangan rumah tangga miskin dan penciptaan lapangan kerja. Tetapi di Desa Selaraja ini jumlah dana yang diterima , masih kurang sesuai dengan keinginan responden hal ini disebabkan karena dana yang sedikit. Menurut mereka hanya memenuhi sebagian penambahan modal usaha yang seharusnya dapat digunakan untuk penambahan jumlah modal.

(35)

Berdasarkaan penelitian yang telah dilakukan di Desa Selaraja Kecamatan Warunggunung, ditemukan bahwa anggota kelompok Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) mempunyai usia 32-68 tahun. Anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) mempunyai pendidikan SD, SMP, SMA/SMK, dan ada 1 orang yang mempunyai gelar S1. Keseluruhan anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Memiliki mata pencaharian atau mata pencaharian pokok bekerja di bidang Pertanian, Pedagang kecil kecilan, Ibu Rumah Tangga, dan sebagian lagi merupakan Buruh.

Masih terdapatnya permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang terdapat di Desa Selaraja Kecamatan Warunggunung, khususnya kaum perempuan, menjadi suatu ketertarikan peneliti untuk mengetahui apa saja yang menyebabkan pelaksanaan PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Perdesaan khususnya program Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Maka penelitian ini dituangkan dengan judul

“Efektivitas Pengawasan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dalam Kegiatan Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) Di Desa Selaraja Kecamatan Warunggunung”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis mengidentifikasi permasalahan tersebut sebagai berikut :

(36)

3. Kurang optimalnya petugas UPK (Unit Pengelola Kegiatan) dalam melakukan survey lapangan

4. Tidak adanya sanksi bagi kelompok yang melakukan keterlambatan pembayaran

1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, maka peneliti mengambil pokok masalah yang di rumuskan sebagai berikut :

Seberapa Besar Efektifitas Pengawasan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dalam kegiatan Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) di Desa Selaraja Kecamatan Warunggunung?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam mengadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui Seberapa Besar Efektivitas Pengawasan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dalam kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di Desa Selaraja Kecamatan Warunggunung dan juga untuk menggambarkan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) di Desa Selaraja Kecamatan Warunggunung.

1.5 Manfaat Penelitian

(37)

1. Secara teoritis, diharapkan bermanfaat untuk wawasan dan pengetahuan yang dapat digunakan dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan yang berkaitan dengan Ilmu Administrasi Negara.

2. Secara Praktis, dari Hasil Penelitian diharapkan bermanfaat bagi :

a. Bagi Peneliti, yakni sebagai bahan perbandingan antara teori yang telah di pelajari semasa kuliah dengan kenyataan yang ada di dalam kenyataan dan juga menambah pengetahuian dan pengalaman penulis, serta untuk menerapkan teori-teori yang di dapat selama perkuliahan. b. Bagi Kelompok SPP Desa Selaraja dalam pemanfaatan Program secara

maksimal dam rangka meningkatkan pendapatan usaha ekonomi produktif yang mereka lakukan.

c. Bagi Pihak lain/Pembaca

1.6 Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah merupakan uraian hal-hal yang menyebabkan perlunya dilakukan penelitian terhadap sesuatu masalah atau problematika yang muncul dapat ditulis dalam bentuk uraian paparan, atau poin-poinnya saja.

(38)

Identifikasi masalah akan memperjelas aspek permasalahan yang muncul dari berkaitan dengan variabel yang akan diteliti, identifikasi masalah dapat dijadikan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.

1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah

Bagian ini, peneliti mengidentifikasi masalah secara implisit secara tepat atau aspek yang akan diteliti seperti terpapar dalam latar belakang masalah dan perbatasan masalah diatas.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian akan mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian terhadap permasalahan yang sudah dirumuskan sebelumnya.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini akan menjelaskan manfaat secara teoritis dan praktis dari di laksanakannya penelitian ini.

1.6 Sistematika Penulisan

Sismtematika penulisan menjelaskan tentang isi bab perbab.

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori

(39)

Dengan mengkaji berbagai teori, maka kita telah memiliki konsep penelitian yang jelas, dapat menyusun pertanyaan yang rinci untuk penyelidikan, serta dapat menemukan hubungan antara variabel yang diteliti. Hasil penelitian lainnya dari kajian teori adalah didapatkan kerangka konseptual menurut kita, yang didalamnya tergambar konstruk dari variabel yang akan diukur, selain itu dari kajian teori akan diturunkan dalam bentuk kisi-kisi instrumen.

2.2 Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir menggambarkan alur pikiran sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca, mengapa peneliti mempunyai anggapan seperti yang dinyatakan dalam hipotesis. Biasanya untuk memperjelas maksud peneliti kerangka berfikir dapat dilengkapi dengan sebuah bagan yang menunjukkan alur pikir peneliti serta kaitan antar variabel yang diteliti. Bagan tesebut juga dengan nama paradigma atau model penelitian.

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang ada, yang diteliti, dan akan diuji kebenarannya. Hipotesis dirumuskan berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir. Rumusan hipotesis yang mendeskripsikan kaitan antar dua variabel atau lebih.

(40)

Penelitian Terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik Skripsi, Tesis, Disertasi, atau Jurnal Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian ini.

3.2 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan data yang digunakan. Sedangkan teknik pengumpulan data menjelaskan teknik pengumpulan data yang digunakan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Menjelaskan wilayah generalisasi atau proposal penelitian, penempatan besar sampel, dan teknik pengambilan sampel serta realisasinya. Ide dasar dari pengambilan sampel adalah bahwa dengan mengambil bagian-bagian dari populasi, kesimpulan tentang keseluruhan populasi dapat diperoleh. Teknik sampling yang ada dilapangan atau objek penelitian.

(41)

Instrumen penelitian yang baik tentu saja instrument penelitian yang valid, sehingga dapat digunakan dalam pengukuran dalam rangka pengumpulan data.

3.5 Uji Koefisien Determinasi

Untuk menghitung besarnya pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y.

3.6 Uji Regresi Linier Sederhana

Menjelaskan hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama untuk menelusuri pola hubungan yang belum diketahui dengan sempurna, atau untuk mengetahui bagaimana variabel independen mempengaruhi terhadap variabel dependen dalam suatu fenomena yang kompleks

3.7 Teknis Analisis Data

Menjelaskan bagaimana peneliti melakukan suatu analisis dari dua data yang telah diperoleh tadi dan untuk selanjutnya diolah kembali menjadi data yang benar.

3.8 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Lokasi dan jadwal penelitian berisikan mengenai tempat dan waktu penelitian yang dilaksanakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

(42)

4.2 Deskripsi Data

Deskripsi data berisikan tentang penjabaran dari data-data yang sudah didapat

4.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis berisikan pengujian atas hipotesis pertama dengan data yang ada

4.4 Pembahasan

Pembahasan berisikan penjabaran lebih lanjut dari hasil penelitian

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan

Menjelaskan tentang kesimpulan dari penelitian yang sudah diperoleh

5.2 Saran

Diamana berisikan intisari dari penelitian ini dan saran yang berisikan masukan-masukan bagi pihak yang berkaitan terhadap penelitian ini

(43)

BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, peneliti menggunakan beberapa istilah yang berkaitan dengan masalah penelitian. Untuk itu pada bab ini, peneliti menggunakan beberapa teori yang mendukung masalah dalam penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya teori pengawasan, teori kemiskinan, teori pembangunan masyarakat dan teori pemberdayaan masyarakat. Dalam deskripsi teori dijelaskan bahwa di dalamnya terdapat opini-opini dari berbagai sumber, yang kemudian disesuaikan dengan pendapat para ahli mengenai teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan dan variabel penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapih di gunakan untuk merumuskan hipotesa. Dengan mengkaji berbagai teori, maka kita telah memiliki konsep penelitian yang jelas.

2.1.1 Efektivitas

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, efektivitas identik dengan teknologi prestasi yang secara hasil dari suatu yang dilakukan gramatikal didefinisikan sebagai hasil yang telah diraih, sesuatu yang dicapai dengan baik, hasil dari suatu pekerjaan. Selain itu menurut Handoko (2000:7), mengutarakan pengertian efektivitas sebagai berikut :

“Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuanh yang telah ditetapkan”

(44)

“Efektivitas merupakan landasan untuk mencapai sukses, dan efesiensi merupakan sumber daya minimal yang digunakan mencapai kesuksesan itu. Efesiensi berkenaan dengan cara mengerjakan sesuatu yang betul, sedangkan efektivitas dengan pekerjaan yang betul dikerjakan”

Hal ini sejalan dengan derajat pencapaian tujuan baik secara eksplisit yaitu seberapa jauh rencana dapat dilaksanakan dan seberapa jauh tujuan itu tercapai.

Efektivitas juga dap[at diartikan sebagai berikut :

“Kata efektif berarti terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam suatu perbuatan setiap pekerjaan yang efisien tentu efektif, karena dilihat dari hasil tujuan atau akibat yang dikehendaki dari perbuatan dengan perbuatan ini telah tercapai bahkan secara maksimal setiap pekerjaan yang efektif belum tentu efisien, karena hasil dapat dicapai tapi mungkin dengan penghamburan pikiran, tenaga, biaya dan waktu”. Menurut Stoner (1982) yang dikutip oleh Hessel Nogi S. Tangkilisan (2005:138), menekankan pentingnya efektivitas organisasi, dan efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi. Sedangkan menurut Miller dalam Tangkilisasn (2005:138) mengemukakan bahwa :

“Efektivitas dimaksud sebagai tingkat seberapa jauh suatu sistem social mencapai tujuan. Efektivitas ini harus dibedakan dengan efesiensi. Efesiensi terutama mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil. Sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian suatu tujuan”.

(45)

2.1.2 Teori Pembangunan Masyarakat

Pembangunan masyarakat tidak saja bermaksud membina hubungan dan kehidupan setiap orang untuk hidup bermasyarakat, melainkan juga untuk membangun masyarakat. Karena setiap satuan masyarakat mempunyai kekuatan sendiri yang disebut community power. Pembangunan Masyarakat adalah suatu gerakan untuk menciptakan tingkat kehidupan yang lebih baik bagi seluruh warga masyarakat dengan melibatkan peran serta nyata dari mereka (Haryoto:3-4). Dari batasan pengertian tersebut diatas terlihat bahwa dalam pembangunan masyarakat terkandung 3 hal, yaitu :

1. Adanya suatu kegiatan yang dilakukan oleh seluruh anggota masyarakat 2. Kegiatan tersebut mempunyai tujuan, yaitu menciptakan tingkat kehidupan

yang lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya

3. Kegiatan tersebut doiperlukan adanya peran serta nyata dari seluruh anggota masyarakat

- Peran serta yang dimaksud adalah keterlibatan langsung dari warga tanpa adanya dorongan yang kuat dari pihak luar

- Dalam hal ini peran serta yang diharapkan tumbuh dan berkembang dari seluruh warga masyarakat hendaknya meliputi :

a. Peran serta dalam pemikiran

(46)

Pembangunan masyarakat itu identik dengan perubahan sosial, artinya bahwa perubahan sosial terjadi untuk pembangunan masyarakat, dan pembangunan masyarakat mendorong terjadi perubahan sosial. Pembangunan

(development) itu mengandung 3 (tiga) unsur penting, yaitu : to take growth(pertumbuhan) harus ada intervensi (campur tangan manusia harus ada perencanaan pembangunan (planner, implementator, evaluator, benificiaris). Improving (Memperbaiki) dengan tujuan untuk lebih baik. To change(perubahan) misalnya perubaahan kelembagaan yang harus diikuti oleh perubahan sikap.

Dasar dari pembangunan masyarakat, menurut Jim Ifi (1995) adalah sebagai berikut :

a. A social justice perspective (perspektif keadilan sosial)

b. Approachces to disadvantage (Pendekatan yang tidak merugikan) c. Empowerment (pemberdayaan)

d. Need (Kebutuhan) e. Right (Hak kebenaran)

2.1.3 Teori Pemberdayaan Masyarakat

(47)

pembangunan komunitas, pemberdayaan masyarakat sering dimaknai sebagai upaya untuk memberikan kekuasaan agar suara mereka didengar guna memberikan kontribusi kepada perencanaan dan keputusan yang mempengaruhi komunitasnya (Foy, 1994). Pemberdayaan adalah proses transisi dari keadaan ketidakberdayaan ke keadaan kontrol relatif atas kehidupan seseorang, takdir, dan lingkungan (sadan,1997).

Menurut Mubarak (2010) pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk memulihkan atau meningkatkan kemampuan suatu komunitas untuk mampu berbuat sesuai dengan harkat dan martabat mereka dalam melaksanakan hak-hak dan tanggung jawabnya selaku anggota masyarakat.

Pada Pemberdayaan pendekatan proses lebih memungkinkan pelaksanaan pembangunan yang memanusiakan manusia. Dalam pandangan ini pelibatan masyarakat dalam pembangunan lebih mengarah kepada bentuk partisipasi, bukan dalam bentuk mobilisasi. Partisipasi masyarakat dalam perumusan program membuat masyarakat tidak semata-mata berkedudukan sebagai konsumen program, tetapi juga sebagai produsen karena telah ikut serta terlibat dalam proses pembuatan dan perumusannya, sehingga masyarakat merasa ikut memiliki program tersebut dan mempunyai tanggung jawab bagi keberhasilannya serta memiliki motivasi yang lebih bagi partisipasi pada tahaptahap berikutnya (Soetomo, 2006).

(48)

Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau symbol. Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata power yang berarti kekuasaan atau keberdayaan. Konsep pemberdayaan berawal dari penguatan modal sosisl di masyarakat (kelompok) yang meliputi penguatan (penguatan modal social). Apabila kita sudah mem Kepercayaan (trusts), Patuh Aturan (role), dan Jaringan (networking). Memiliki modal sosial yang kuat maka kita akan mudah mengarahkan dan mengatur (direct) masyarakat serta mudah mentransfer knowledge kepada masyarakat. Dengan memiliki modal sosial yang kuat maka kita akan dapat menguatkan Knowledge, modal (money), dan people. Konsep ini mengandung arti bahwa konsep pemberdayaan masyarakat adalah Transfer kekuasaan melalui penguatan modal social kelompok untuk menjadikan kelompok produktif untuk mencapai kesejahteraan social. Modal sosial yang kuat akan menjamin suistainable didalam membangun rasa kepercayaan di dalam masyarakat khususnya anggota kelompok (how to build thr trust).

(49)

tingkat individu dan social (Sipahelut, 2010). Pemberdayaan merujuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas dalam mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka (Suharto 2005).

(50)

sejauh struktur diproduksi dan direproduksi dalam apa yang orang lakukan. Oleh karena itu pengembangan masyarakat memiliki epistemologis logis dan yang dasar dalam kewajiban sosial yang individu memiliki terhadap masyarakat yang mengembangkan bakat mereka.

Jimu (Sjafari, 2014) menunjukkan bahwa pengembangan masyarakat tidak khususnya masalah ekonomi, teknis atau infrastruktur. Ini adalah masalah pencocokan dukungan eksternal yang ditawarkan oleh agen pembangunan pedesaan dengan karakteristik internal sistem pedesaan itu sendiri. Oleh karena itu, agen pembangunan pedesaan harus belajar untuk „menempatkan terakhir terlebih dahulu‟ (Chambers, 1983 dalam jimu,2008). Secara teori, peran pemerintah pusat dan agen luar lainnya harus menginspirasi inisiatif lokal bahwa hal itu meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Passmore 1972 dalam jimu,2008). Dalam prakteknya, top-down perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan harus memberi jalan kepada bottom-up atau partisipasi aktif masyarakat untuk mencapai apa yang disebut „pembangunan melalui negosiasi‟. Hal ini sesuai Menurut Talcot Parsons (dalam Prijono, 1996:64-65) power merupakan sirkulasi dalam subsistem suatu masyarakat, sedangkan power dalam empowerment adalah daya sehingga empowerment dimaksudkan sebagai kekuatan yang berasal dari bawah

(51)

Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat maka konsep pemberdayaan adalah suatu proses yang diupayakan untuk melakukan perubahan. Pemberdayaan masyarakat memiliki makna memberi kekuatan/ daya kepada kumpulan masyarakat yang berada pada kondisi ketidakberdayaan agar menjadi berdaya dan mandiri serta memiliki kekuatan melalui proses dan tahapan yang sinergis.

Pembangunan yang dilaksanakan di pedesaan atau tingkat Kelurahan merupakan realisasi pembangunan nasional. Untuk menunjang pembangunan di pedesaan atau tingkat Kelurahan peran serta pemerintah serta partisipasi seluruh lapisan masyarakat sangat dibutuhkan.

Menurut penjelasan di atas dapat dapat disimpulkan bahwa dalam merealisasikan tujuan pembangunan, maka segenap potensi alam harus digali, dikembangkan, dan dimanfaatkan sebaik-baiknya, demikian pula halnya sumber daya manusia harus lebih ditingkatkan sehingga dapat mengembangkan potensi alam secara maksimal agar tujuan pembangunan dapat tercapai.

(52)

Sasaran pembangunan nasional adalah pembangunan manusia secara utuh lahir dan batin serta merata.Sasaran tersebut mengandung makna bahwa tujuan akhir pembangunan adalah terwujudnya masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun non material secara merata.

Untuk mencapai sasaran etrsebut di atas diperlukan proses yang terus-menerus, dan melalui proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan kualitas agar proses ini dapat berjalan secara teratur dan terarah, maka perlu perencanaan. Perencanaan merupakan syarat bagi terlaksananya proses pembangunan yang baik. Akan tetapi walaupun demikian perencanaan tidaklah berarti sebagai jaminan penuh bagi keberhasilan pencapaian tujuan, walaupun pelaksanaan kegiatan telah diawali dengan perencanaan yang matang, namun sering timbul hal-hal yang dapat menghambat pelaksanaan kegiatan pembangunan tersebut.Hambatan-hambatan tersebut harus benar-benar diperhatikan dalam perencanaan pembangunan tingkat Desa maupun Kelurahan. Olehnya ketetapan perencanaan dalam pelaksanaan pembangunan adalah mutlak harus disertai dengan kesadaran yang penuh kesungguhan serta kemauan baik dari setiap unsur yang tidak terlibat langsung di dalam pembangunan tersebut.

(53)

“Desa atau yang disebut dengan nama lain selanjutnnya disebut desa, adalah kesatuan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Untuk menggerakkan masyarakat dalam partisipasinya terhadap pembangunan, diperlukan adanya tenaga/unsur penggerak yang mampu menggerakkan dan mengarahkan kemampuan masyarakat untuk dapat mewujudkan cita-cita pembangunan dalam hubungan ini, maka Lurah sebagai Kepala Kelurahan memegang peranan yang menentukan. Sebagai pimpinan tertinggi dan penanggung jawab pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan, ia harus mampu mengemban tugas yang dibebankan kepadanya yang saling kait-mengkait termasuk tugas pembangunan yang multi dimensional.

(54)

tanah air. Dalam pelaksanaannya, program ini memusatkan kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin di wilayah perdesaan.

2.1.4 Manajemen

Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen dapat berarti pencapaian tujuan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu. Menurut Frederick W. Taylor (Handoko:23) fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan (Planning)

Rencana dibutuhkan untuk memberikan kepada organisasi tujuannya dan menetapkan prosedur terbaik untuk pencapaian tujuan-tujuan itu. Perencanaan adalah pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dari penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. 2. Pengorganisasian (Organizing)

Perencanaan adalah penentuan sumber daya sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, perencanaan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut kea rah tujuan. Fungsi ini menciptakan struktur formal dimana pekerjaan ditetapka, dibagi dan dikoordinasikan.

3. Penyusunan Personalia (Staffing)

(55)

dalam lingkungan kerja yang menguntungkan dan produktif. Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan seperti pembuatan sistem penggajian untuk pelaksanaan kerja yang efektif, penilaian karyawan untuk promosi.

4. Pengarahan (Leading)

Fungsi ini melibatkan kualitas, gaya dan kekuasaan pemimpin, serta kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti komunikasi, motivasi dan disiplin. Fungsi ini sering disebut dengan bermacam-macam nama, antara lain leading, directing, motivating, actuating, atau lainnya

5. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan adalah penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan

2.1.5 Teori Pengawasan

Berbagai fungsi manajemen dilaksanakan oleh para pimpinan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Fungsi-fungsi yang ada didalam manajemen diantaranya adalah fungsi perencanaan (Planning), fungsi pengorganisasian (Organizing), fungsi pelaksanaan (Actuating) dan fungsi pengawasan (Controlling).

Definisi Pengawasan menurut Mockler dalam Handoko (1995:360) yang mengemukakan bahwa :

(56)

Menurut Siagian dalam Makmur (2011:176), mendefinisikan pengawasan sebagai berikut:

“pengawasan merupakan sebagai proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya”.

Dalam hal ini pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menetapkan yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Dengan begitu proses pengawasan bertujuan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana dan berdasarkan kelemahan dan kesulitan yang telah diketahui tersebut diambil tindakan untuk memperbaiki pada waktu itu atau waktu-waktu yang akan datang.

Menurut Situmorang dalam Makmur (2011:176), mendefinisikan pengawasan sebagai berikut:

“Pengawasan adalah setiap usaha dan tindakan dalam rangka untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tugas yang dilaksanakan menurut ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai”.

Berdasarkan definisi diatas, dalam hal ini pengawasan bisa menjadi fungsi pengendali bagi manajemen untuk memastikan bahwa rencana-rencana yang telah mereka tetapkan dapat berjalan secara mulus dan lancar sehingga organisasi bisa mencapai setiap sasaran yang telah ditetapkannya.

(57)

orang yang diberikan tugas untuk dilaksanakan dengan menggunakan berbagai sumber daya yang tersedia secara baik dan benar, sehingga tidak terjadi kesalahan dan penyimpangan yang sesungguhnya dapat menciptakan kerugian oleh lembaga atau organisasi yang bersangkutan”.

Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa pengawasan memiliki perbedaan tergantung tujuan dan sasaran yang hendak dicapai oleh sebab itu pengawasan yang dilakukan sebelumnya harus memahami dan mengerti kegiatan apa yang diawasi dan kegiatan apa yang dilakukannya.

Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2001:242) mengemukakan pengawasan sebagai berikut:

Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar”.

Dengan demikian dalam hal ini setiap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan mendapat pengawasan setiap kali adanya kemajuan yang signifikan, dimana pengawasan tersebut setiap pekerjaan yang terdapat masalah atau hambatan langsung dilakukan langkah pengkoreksian atau evaluasi oleh atasan dan bantuan dari bawahan itu sendiri, sehingga terjadi saling tukar pikiran untuk menyelesaikan masalah tersebut agar sesuai dengan rencana dan selesai dengan sempurna.

Menurut Fayol dalam Harahap (2001:10) mengartikan pengawasan sebagai berikut:

(58)

yang dianut.Juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari.”

Sedangkan, Menurut Siagian (2003:30), mendefinisikan pengawasan sebagai berikut:

“Pengawasan adalah memantau aktivitas pekerjaan karyawan untuk menjaga perusahaan agar tetap berjalan kearah pencapaian tujuan dan membuat koreksi jika diperlukan.Pengawasan secara umum berarti pengendalian terhadap perencanaan apakah sudah dilaksanakan sesuai tujuan atau penyimpangan dari tujuan yang diinginkan.Jika terjadi penyimpangan, pihak manajemen yang terkait dalam pengawasan harus memberikan petunjuk untuk melakukan perbaikan kerja, agar standar perencanaan tidak jauh menyimpang dari hasil yang diperoleh pada saat pelaksanaan”.

Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengawasan merupakan suatu tindakan pemantauan atau pemeriksaan kegiatan perusahaan untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya dan melakukan tindakan korektif yang diperlukan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada sebelumnya. Pengawasan yang efektif membantu usaha dalam mengatur pekerjaan agar dapat terlaksana dengan baik.

(59)

2.1.6 Ciri-ciri Pengawasan yang Efektif

Dalam melakukan pengawasan sangatlah perlu untuk dilakukan secaraefektif sehingga dapat tercipta efektifitas pengawasan yang baik, menurut Handoko (2000:373) untuk menjadi efektif, maka sistem dalam pengawasan harus memenuhi beberapa karakteristik sebagaimana pengawasan yang efektif, dan kriteria pengawasan yang efektif tersebut ialah sebagai berikut :

1. Akurat

Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat.Data yang tidak akurat dari sistem pengawasan dapat menyebabkan organisasi mengambil tindakan koreksi yang keliru atau bahkan menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada.

2. Tepat waktu

Informasi harus dikumpulkan, disampaikan dan dievaluasi secepatnya bila kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.

3. Objektif dan menyeluruh.

Informasi harus mudah dipahami dan bersifat objektif serta lengkap. 4. Terpusat pada titik-titik pengawasan strategis

Sistem pengawasan harus memusatkan perhatian pada bidang-bidang dimana penyimpangan-penyimpangan dari standar paling sering terjadi atau yang akan mengakibatkan kerusakan paling fatal.

5. Realistis secara ekonomis.

(60)

6. Realistis secara organisasional.

Sistem pengawasan harus cocok atau harmonis dengan kenyataan-kenyataan organisasi.

7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi

Informasi pengawasan harus terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, karena setiap tahap dari proses pekerjaan dapat mempengaruhi sukses atau kegagalan keseluruhan operasi, dan informasi pengawasan harus sampai pada seluruh personalia yang diperlukannya.

8. Fleksibel

Pengawasan harus mempunyai fleksibelitas untuk memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dari lingkungan.

9. Bersifat sebagai petunjuk operasional

Sistem pengawasan efektif harus menunjukan baik deteksi atau deviasi dari standar tindakan koreksi apa yang harus diambil.

10.Diterima para anggota organisasi

Sistem pengawasan harus mampu mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab dan berprestasi.

2.1.7 Tujuan Pengawasan

(61)

dengan baik.Pengawasan dikatakan sangat penting karena pada dasarnya manusia sebagai objek pengawasan mempunyai sifat salah dan khilaf.Oleh karena itu manusia dalam organisasi perlu diawasi, bukan mencari kesalahannya kemudian menghukumnya, tetapi mendidik dan membimbingnya. Menurut Husaini (2001: 400), tujuan pengawasan adalah sebagai berikut :

1. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, dan hambatan.

2. Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan, pemborosan, dan hambatan.

3. Meningkatkan kelancaran operasi perusahaan.

(62)

Bagan Tujuan Pengendalian:

Gambar 2.2 Tujuan Pengendalian

Sumber : Griffin (2004: 163) Keterangan Gambar 2.2 Tujuan Pengendalian :

1. Beradaptasi dengan Perubahan Lingkungan

Organisasi akan menghadapi perubahan dalam lingkungan bisnis yang tidak stabil dan bergejolak. Dalam rentang waktu antara penetapan tujuan dan pencapaian tujuan, banyak kejadian dalam organisasi dan lingkungannya yang dapat menuntun pergerakan kearah tujuan atau menyimpangkan tujuan itu sendiri.Sistempengawasan yang baik dapat membantu para manajer mengantisipasi, memantau, dan merespon perubahan.

2. Membatasi Akumulasi Kesalahan Beradaptasi

denganperubahan lingkungan

Membatasi akumulasi kesalahan

Pengendalian Membantu organisasi

Mengatasi kompleksitas

(63)

Kesalahan-kesalahan kecil umumnya tidak menimbulkan kerusakan serius pada kinerja organisasi.Namun dari waktu ke waktu, kesalahan-kesalahan kecil dapat terakumulasi dan berdampak serius.Oleh karena itu pengawasan diperlukan untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan kecil yang dapat berulang-ulang.Dengan adanya pengawasan, manajer dapat melihat penyebab terjadinya kesalahan dan dapat mengambil keputusan untuk bekerja lebih cermat.

3. Mengatasi Kompleksitas organisasi

Perusahaan jika hanya menggunakan satu jenis bahan baku atau sumber daya, membuat satu jenis produk atau jasa, memiliki desain organisasi yang sederhana, dan mengalami permintaan produk yang konstan, maka para manajernya dapat membuat sistem pengawasan yang minim dan sederhana. Tetapi apabila perusahaan yang memproduksi produk dan jasa dengan memakai beragam bahan baku dan sumber daya dan memiliki area pasar yang luas, desain organisasi yang rumit, serta memiliki banyak pesaing memerlukan sistem yang canggih untuk membuat pengawasan yang memadai.

4. Meminimalisir Biaya

(64)

untuk mencari kesalahannya kemudian menghukumnya tetapi untuk mendidik dan membimbingnya.

Definisi ini tidak hanya terpaku pada apa yang direncanakan, tetapi mencakup dan melingkupi tujuan organisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi sikap, cara, sistem, dan ruang lingkup pengawasan yang akan dilakukan oleh seorang manajer. Pengawasan sangat penting dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan–penyimpangan dengan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya.

Tujuan perusahaan dapat tercapai, jika fungsi pengawasan dilakukan sebelum terjadinya penyimpangan-penyimpangan sehingga lebih bersifat mencegah (prefentive control). Dibandingkan dengan tindakan-tindakan pengawasan sesudah terjadinya penyimpangan, maka tujuan pengawasan adalah menjaga hasil pelaksanaa kegiatan sesuai dengan rencana.Ketentuan-ketentuan dan infrastruktur yang telah ditetapkan benar-benar diimplementasikan. Sebab pengawasan yang baik akan tercipta tujuan perusahaan yang efektif dan efisien.

2.1.8 Jenis-Jenis Pengawasan

Menurut Maringan (2004: 62), Pengawasan terbagi 4 yaitu:

(65)

2. Pengawasan dari luar peJrusahaan. Pengawasan yang dilakukan oleh unit diluar perusahaan . Ini untuk kepentingan tertentu.

3. Pengawasan Preventif. Pengawasan dilakukan sebelum rencana itu dilaksakaan. Dengan tujuan untuk mengacah terjadinya kesalahan/kekeliruan dalam pelaksanaan kerja.

4. Pengawasan Represif. Pengawasan Yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan agar hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.

Dari jenis-jenis pengawasan diatas maka dapat diketahui bahwa pengawasan merupakan tindakan yang dilakukan oleh para instansi/badan dalam pelaksanaan kegiatan untuk meminimalisir kesalahan atau penyimpangan.Dengan begitu dapat diketahui apakah pelaksanaan kegiatan tersebut sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya atau malah justru menyimpang dari ketentuan tersebut.

Menurut Ernie dan Saefullah (2005: 327), jenis pengawasan terbagi atas 3 yaitu:

1. Pengawasan Awal. Pengawasan yang dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan pekerjaan. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan perkerjaan.

(66)

3. Pengawasan Akhir. Pengawasan yang dilakukan pada saat akhir proses pengerjaan pekerjaan.

Berdasarkan jenis pengawasan diatas dapat diketahui bahwa pengawasan merupakan pemandu bagi jalannya suatu kegiatan agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, kegiatan akan berjalan dengan sempurna bila pengawasan yang dilakukan dari awal kegiatan, hingga proses kegiatan sampai akhir kegiatan tersebut dilakukan.

2.1.9 Sifat dan Waktu Pengawasan

Menurut Hasibuan (2001 : 247), sifat dan waktu pengawasan terdiri dari : 1. Preventive controll,adalah pengendalian yang dilakukan sebelum kegiatan

dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaannya. Preventive controll ini dilakukan dengan cara :

a. Menentukan proses pelaksanaan pekerjaan.

b. Membuat peraturan dan pedoman pelaksanaan pekerjaan.

c. Menjelaskan dan atau mendemonstrasikan cara pelaksanaan pekerjaan itu.

d. Mengorganisasi segala macam kegiatan.

e. Menentukan jabatan, job description, authority, dan responsibility

bagi setiap individu karyawan.

f. Menetapkan sistem koordinasi pelaporan dan pemeriksaan.

g. Menetapkan sanksi-sanksi bagi karyawan yang membuat kesalahan.

(67)

2. Repressive Controll, adalah pengendalian yang dilakukan setelah terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya, dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.

Repressive controll ini dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Membandingkan hasil dengan rencana.

b. Menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan mencari tindakan perbaikannya.

c. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaannya, jika perlu dikenakan sanksi hukuman kepadanya.

d. Menilai kembali prosedur-prosedur pelaksanaan yang ada.

e. Mengecek kebenaran laporan yang dibuat oleh petugas pelaksana. f. Jika perlu meningkatkan keterampilan atau kemampuan

pelaksanamelalui training dan education.

3. Pengawasan saat proses dilaksanakan yaitu jika terjadi kesalahan langsung diperbaiki.

4. Pengawasan berkala, adalah pengendalian yang dilakukan secara berkala, misalnya per bulan, per semeter, dan lain-lain.

(68)

6. Pengawasan melekat (waskat) adalah pengawasan yang dilakukan secara integratif mulai dari sebelum, pada saat, dan sesudah kegiatan operasional dilakukan.

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan Hasibuan diatas, dapat diketahui bahwa pengawasan yang baik harus memiliki atau melalui tahapan-tahapan tertentu sebagai bentuk dari suatu proses kegiatan pengawasan, serta memiliki waktu-waktu tertentu dalam proses pengawasan agar kegiatan berjalan sesuai dengan rencana.

2.1.10 Tekhnik-tekhnik Pengawasan

Menurut Siagian (2003:112) Proses pengawasan pada dasarnya dilakukan dengan mempergunakan dua macam teknik yaitu:

1. Pengawasan Langsung, yaitu pengawasan yang dilakukan sendiri oleh pimpinan. Dalam hal ini pimpinan langsung datang dan memeriksa kegiatan yang sedang dijalankan oleh bawahan. Pengawasan langsung dapat berbentuk:

a. Inspeksi langsung

Kunjungan langsung dalam melakukan pengawasan atau pemeriksaan pada sebuah kegiatan yang sedang dilakukan.

b. On-the-Spot observation

Melakukan pengamatan atau peninjauan langsung di lapangan secara cermat, mencatat fenomena yang muncul dalam sebuah kegiatan yang dilakukan.

(69)

Memberikan laporan langsung dilapangan mengenai temuan-temuan masalah yang terjadi dalam sebuah kegiatan yang dilakukan di lapangan.

2. Pengawasan tidak langsung, Pengawasan yang dilakukan dari jarak jauh. Pengawasan dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para bawahan. Baik itu tertulis maupaun lisan.

2.1.11 Mekanisme Pengawasan dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

Fakor-faktor yang mempengaruhi pengawasan, berikut akan dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut. Menurut Mulyadi (2007: 770), mengemukakan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengawasan adalah:

1. Perubahan yang selalu terjadi baik dari luar maupun dari dalam organisasi.

2. Kompleksitas organisasi memerlukan pengawasan formal karena adanya desentralisasi kekuasaan.

3. Kesalahan/Penyimpangan yang dilakukan anggota organisasi.

Gambar

Tujuan PengendalianGambar 2.2
Gambar 2.2
Tabel 3.1 Instrumen Penelitian
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dense point cloud created by VisualSFM from single circular flight over machine storage area using the NGA quadcopter with a GoPro flat lens camera..

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 1

Hasil amplifikasi gen COI menggunakan DNA template ekstrak DNA genom rotifer terobservasi adanya pita DNA pada posisi sekitar 700 bp.Kualitas hasil pengurutan

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian

Berdasarkan hasil analisis data penelitian diketahui bahwa persepsi orang tua terhadap lembaga pendidikan anak usia dini di kecamatan sebangau, dapat disimpulkan sebagi berikut:

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi seluruh pihak yang berkepentingan khususnya yang terkait dengan pengaruh rasio keuangan (PER, DER, EPS, ROA, CR, dan

1) Sesuai dengan sifat accesoir dari Hak Tanggungan, adanya Hak Tanggungan tergantung pada adanya piutang yang dijamin pelunasannya. Oleh karena itu, apabila piutang

Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 13 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013 (Lembaran Daerah Kota Balikpapan Tahun