• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyutradaraan Film Fiksi Salah Pati - ISI Denpasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penyutradaraan Film Fiksi Salah Pati - ISI Denpasar"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Penyutradaraan Film Fiksi

Salah Pati

I Komang Tri Prassetya (Penulis)

I Dewa Made Darmawan (Pembimbing I)

I Ketut Buda (Pembimbing II)

Institus Seni Indonesia Denpasar

Jalan Nusa Indah , Tlp. (0361) 223716 / Fax (0361) 236100

e-mail : Info@isi-dps.ac.id

Abstrak

Salah Pati merupakan peristiwa yang erat kaitannya dengan kematian seseorang. Salah Pati merupakan kematian yang tak terduga-duga atau secara tiba-tiba seperti kematian yang disebabkan oleh kecelakaan, terbunuh dan lain-lainnya. Salah Pati menjadi ide dasar pencipta dalam pembuatan karya seni film ini. Penciptaan karya film ini dapat dipandang sebagai cerminan terhadap orang tentang kematian baik itu melalui kecelakaan maupun pembunuhan.

Metode yang digunakan untuk mendeskripsikan karya ini adalah metode deskriptif kualitatif, pengumpulan data menggunakan teknik observasi serta wawancara kepada tokoh spiritual tentang pengertian Salah Pati. Penciptaan karya film ini terbagi menjadi tiga tahapan yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Teori yang digunakan untuk membedah film ini adalah teori penyutradaraan dan teori semiotika

Luaran Penciptaan karya film Salah Pati ini adalah sebuah film fiksi dengan genrehoror dengan gaya penyutradaraan surealisme, film ini akan digunakan sebagai media informasi,edukasi,dan hiburan bagi para penikmat film

Kata Kunci: Penyutradaraan, Film Fiksi, Salah Pati

Abstract

Salah Pati is an event which close related to someone’s death. Salah Pati is an unexpected death or sudden death caused by an accident, a murder, etc. Salah Pati is the basic idea in this film. Creating this movie could be seen as a reflection for human on unexpected death from accident as well as death from murder.

The method used to describe this movie is qualitative descriptive, while data collected using an observation technique as well as an interview with a spiritual figure about the meaning of Salah Pati. The creation of this movie divided into three stages which are pre-production, production and post-production. The theory used for dissecting this movie are directing and semiotics theories.

The result in creating this Salah Pati movie is a fiction movie with horror genre and a surrealism style of directing. This movie used as media for information, education and entertainment to movie enthusiast.

Keyword : Directing, Fiction Movies, Salah Pati

PENDAHULUAN

Salah Pati adalah suatu peristiwa yang erat kaitannya dengan kematian seseorang. Salah Pati merupakan peristiwa kematian yang tidak terduga-duga atau tiba-tiba tanpa didahului dengan proses sakit

(2)

tersebut diatas merupakan kejadian yang tanpa disengaja atau direncanakan atas keinginan yang bersangkutan melainkan datang dari luar keinginan individu tersebut. Berdasarkan hasil pesamuhan agung para Sulinggih dan Walaka di Campuhan Ubud, tertanggal 21 Oktober tahun 1961 mendefinisikan bahwa :

“Salah Pati merupakan mati yang tak terduga atau tidak dikehendaki dan dapat diupacarai sebagai orang yang mati biasa, hanya ditambah dengan upacara penebusan”.

Pada penciptaan karya film ini pencipta memfokuskan diri sebagai seorang sutradara. Sutradara adalah orang yang bertugas memimpin perwujudan atau produksi sebuah film sesuai dengan skenario. Skenario digunakan untuk mengontrol aspek-aspek seni dan drama. Pada saat yang sama, sutradara juga memimpin kru film serta pemeran untuk mencapai target yang di inginkan sesuai dengan rancangan skenarionya berdasarkan sudut pandang sutradara berkaitan dengan merealisasikan kreatifitas dan inovasinya. Sutradara juga bertanggung jawab atas aspek-aspek kreatif pembuatan film, baik interpretative maupun teknis. Sutradara menduduki posisi tertinggi dari segi artistik dan memimpin pembuatan film sesuai dengan inovasi dan kreatifitas. Selain mengatur langkah dan tingkah laku pemeran didepan kamera serta mengarahkan akting maupun dialog. Selain itu sutradara juga mengontrol posisi beserta gerak kamera, suara, pencahayaan, dan hal lainnya yang berkaitan dengan hasil akhir sebuah film. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, sutradara bekerja bersama kru film dan pemeran film, diantaranya penata sinemafotografi, penata kostum, penata kamera dan lain sebagainya. Selain itu ia juga turut terlibat dalam proses pembuatan film mulai dari pra produksi, produksi, hingga pasca produksi.

Berdasarkan penjelasan diatas, pencipta tertarik untuk mengangkatnya menjadi sebuah karya film dalam tugas akhir ini, sekaligus Salah Pati dijadikan sebagai judul pada karya. Salah satu fungsi film adalah sebagai media komunikasi yang berfungsi untuk menyampaikan suatu pesan

atau informasi yang efektip melalui rangkaian gambar yang bergerak kepada sekelompok orang atau masyarakat luas. Untuk itu film Salah Pati dapat dipandang sebagai cerminan terhadap orang tentang kematian yang tak terduga-duga baik itu melalui kecelakaan maupun pembunuhan.

METODE PENELITIAN

Penciptaan karya seni apapun bentuknya pasti didasari atas riset sebagai pijakan. Pada penciptaan film Salah Pati ini pencipta terlebih dahulu melakukan penelitian tentang fenomena yang berkembang di masyarakat, khususnya masyarakat Bali. Penelitian yang pencipta gunakan yaitu tipe penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan bentuk penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, seperti fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Penelitian deskriptif juga dapat diartikan sebagai penelitian untuk mengumpulkan variable demi variable untuk mendapatkan informasi yang aktual secara rinci yang menjelaskan gejala yang ada (Rakhmat,1999:25)

Mendeskripsikan film Salah Pati menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik. Menurut Jane Richie dalam Moleong (2007 : 6), penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya di dalam dunia perilaku, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti.

Sumber Data

Sumber data dalam suatu penciptaan merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Dalam penciptaan ini sumber data yang dijadikan bahan refrensi atau acuan adalah :

a. Data Primer

(3)

penciptaan ini adalah studi literatur dari buku, e-book, hingga halaman web

b. Data Sekunder

Data sekunder dari penciptaan ini adalah data yang diperoleh dari menonton film dengan genre horor, seperti Pengabdi Setan, The Doll 2, dan Take Me Home. Data ini akan pencipta gunakan sebagai bahan refrensi dalam penggarapan film ini.

Lokasi Penciptaan

Secara keseluruhan penggarapan film berlokasi di daerah Bali, tepatnya didaerah kota Denpasar dan Gianyar. Lokasi tersebut antara lain:

Rumah Pemeran Utama

Gambar 1. Rumah Pemeran Utama (Sumber: Dokumentasi Sinakal Pro, 2018)

Rumah pemeran utama terletak di kawasan Kabupaten Gianyar, di jalan Selukat, Keramas Gianyar. Pemilihan lokasi ini sesuai dengan latar belakang pemeran utama yakni seorang anak orang kaya sehingga pencipta berpendapat bahwa seting rumah ini sesuai dengan latar belakang orang kaya.

Rumah Pemeran Pak De

Gambar 2. Rumah Pemeran Pak De (Sumber: Dokumentasi Sinakal Pro, 2018)

Rumah untuk peran pak De berada di kawasan kota Denpasar di jalan Tukad Badung XX, Renon Denpasar. Pemilihan lokasi ini sesuai dengan karakterisasi pemeran yakni sepasang suami istri, letak rumah yang berada di tengah perumahan dipandang cocok sebagai setting lokasi untuk pemeran pak De dan istrinya.

Rumah Jero Balian

Gambar 3. Rumah Jero Balian (Sumber: Dokumentasi Sinakal Pro, 2018)

Rumah Jero Balian juga berada dikawasan kota Denpasar, tepatnya di jalan Kertanegara, Gang Cempaka No. 1 Ubung Kaja, Denpasar. Pemilihan lokasi ini didasari karakterisasi pemeran yakni seorang jero balian, arsitektur rumah yang memiliki konsep ukir Bali dipandang cocok sebagai setting rumah dari jero balian.

Perpustakaan

Gambar 4. Perpustakaan (Sumber: Dokumentasi Sinakal Pro 2018)

(4)

sesuai dengan perpustakaan, dan juga perijinannya yang lebih mudah.

Proses Kreatif

Hasil dari penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang pencipta lakukan, pencipta memperoleh informasi tentang mitos yang erat kaitannya dengan kematian yang berkembang di masyarakat Bali . mitos tersebut dikenal dengan istilah Salah Pati. Berdasarkan informasi yang didapatkan tersebut pencipta ingin menuangkannya menjadi sebuah karya film fiksi dengan judul Salah Pati.

Tahap Penciptaan

Kegiatan mengolah momen Estetis yang ditangkap mata atau telinga yang didukung dengan metode atau tahapan penciptaan antara lain Exploration, Improvisation,dan Forming.

Exploration (Tahap Penjajakan)

Tahap exploration adalah tahapan untuk menggali ide dan tema yang didasari oleh penelusuran melalui cerita, mitos dan dipadukan dengan imajinasi pencipta sehingga muncul suatu gagasan untuk menjadikan sebuah ide karya tugas akhir yang diberi judul Salah Pati.

Improvisation (Tahap Pengembangan)

Hasil exploration yang masih berbentuk ide dasar kemudian dikembangkan berdasarkan observasi terhadap karya yang sudah ada. Perpaduan hasil exploration dengan observasi lapangan dengan beberapa kali percobaan menghasilkan karya cipta sebuah film gaya surealisme.

Forming (Tahap perwujudan /

pembentukan)

Pada tahap perwujudan diterapkan metode penciptaan yang umumnya digunakan dalam tahapan produksi. Ada tiga tahapan dalam melakukan proses penciptaan karya seni (film) yang terdiri

atas pra produksi, produksi, dan pasca produksi.

Alat-alat Pendukung Penciptaan

Penciptaan karya dalam bentuk apapun pasti membutuhkan alat-alat untuk menunjang pembuatan karya tersebut. Pada penciptaan karya film Salah Pati ini pencipta mengggunakan beberapa alat pendukung untuk mempermudah pekerjaan pencipta di lapangan sebagai seorang sutradara, alat pendukung tersebut antara lain.

a. Naskah

Naskah merupakan cerita yang menguraikan urutan adegan, tempat, keadaan,dan dialog yang disusun dalam konteks terstruktur sebagai acuan pencipta selaku sutradara dalam proses produksi.

b. I-Pad

I-pad merupakan sebuah produk komputer tablet buatan Apple Inc. I-pad memiliki bentuk tampilan yang serupa dengan iphone hanya saja ukurannya lebih besar. Pencipta menggunakan Ipad sebagai monitor kedua untuk melihat gambar yang diambil oleh cameramen dilapangan.

c. Software Panasonic Image App

Panasonic Image App adalah sebuah perangkat lunak yang berfungi menghubungkan perangkat kamera dengan perangkat lainnya seperti smartphone, tablet computer dll. Aplikasi perangkat lunak ini pencipta gunakan untuk menghubungkan perangkat Ipad pencipta dengan kamera Panasonic yang digunakan oleh kameramen

HASIL ANALISIS DAN

INTERPRETASI DATA

KONSEP PENCIPTAAN KARYA

(5)

pada awal proses penciptaan karya seni, seniman bersentuhan dengan rangsangan yang sengaja atau tidak sengaja disentuhnya, dalam rangsangan tersebut terjadi suatu gambaran bentuk atau pemahaman dalam pemikirannya, gambaran atau pemahaman tersebut sering kita sebut sebagai konsep. Konsep penyutradaraan merupakan tata cara seorang sutradara untuk mewujudkan filmnya sesuai dengan kreativitas dan inovasi yang dimilikinya. Pada film Salah Pati ini konsep penyutradaraan akan menggunakan gaya surealisme.

Surealisme adalah suatu seni yang temanya menggambarkan hal ihwal yang serba ganjil dan tidak masuk akal atau mustahil. Segala sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan di dunia nyata (Nanang Ganda Prawira: 2016,119), dalam bukunya yang berjudul Benang Merah Seni Rupa Modern. Bagi Yoyok & Siswandi (2006) surealisme adalah suatu gaya dalam seni rupa yang mempunyai ciri-ciri yang sangat menonjolkan objek secara berlebihan sehingga menjadi super-realisme dan bahkan surealisme ini lebih banyak membawa kesan horor dan fantasi. Surealisme merupakan suatu semangat seni dalam bentuk estetika yang terdapat dalam sebuah karya seni. Dalam pendekatannya surealisme ini adalah gambaran mengenai seni yang berbentuk pada ketidaksadaran dari realitas manusia, sehingga pada gambaran seni surealisme ini memiliki bentuk yang keluar dari rasionalitas manusia. Pandangan Nanang Ganda Prawira, Yoyok dan Siswandi tentang surealisme akan diaplikasikan pada film Salah Pati yang akan menampilkan visual-visual simbolis tentang cerita yang terdapat didalam film ini. Pada film ini pun banyak model penyajian cerita yang tidak linier atau tidak memiliki sekuen yang logis, sehingga penonton akan diajak untuk berpikir dan berteka-teki tentang maksud dalam cerita ini. Selain hal tersebut film Salah Pati ini akan dipaparkan melalui beberapa unsur diantaranya dari segi bentuk film (Form Film), dan Gaya Film (Style) yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Bentuk Film

Film Salah pati akan dikemas dalam bentuk film fiksi pendek dan akan disajikan dengan genre Horor. Secara umum genre horor terbagi atas beberapa subgenre, menurut kritikus film amerika Charles Derry dalam bukunya Dark Dreams: A psychological history of the Horror Film (1997:97) membagi subgenre horror dalam 3 subgenre antara lain:

1. Horor of Personality adalah jenis film horor yang objek horornya bukanlah sosok berciri monster, melainkan manusia biasa yang terlihat normal dan biasanya baru diakhir bagian dari cerita tampak tabiatnya yang mengerikan. Secara tipikal film jenis ini memberikan tekanan pada tema psikologi aliran freud dan seks.

2. Horor of the Armagedon adalah jenis film horror yang memetik kisah atau mitologi tentang kiamat atau kehancuran

3. Horror of the Demonic adalah film yang menawarkan tentang tema dunia yang buruk karena kuasa setan yang ada didunia biasanya berupa penampakan spiritual.

Melihat dari ceritanya yang menampilkan sosok spiritual (setan) maka film Salah Pati ini menggunakan subgenre Horror of the Demonic selain itu film ini akan ditayangkan dengan durasi 36 menit

2. Gaya Film

Karya akhir film fiksi Salah pati akan dijabarkan melalui 4 kategori yaitu mise en scene, sinematografi, editing, dan suara. Konsep mise en scene dalam film ini berguna untuk membangun karakteristik dari karakter tokohnya sehingga bisa menampilkan secara utuh siapa tokohnya, background keluarga, pekerjaan, serta apa yang dilakukan selama film berjalan.

1. Mise En Scene

(6)

meletakan

satu

subjek

didalam

adegan, dalam film

mise en scene

merujuk pada segala aspek visual yang

muncul pada film seperti

setting

(ruang & waktu), kostum, dan figur

ekspresi

a.

Ruang dan Waktu

Ruang dalam film ini menggunakan konsep kehidupan sehari-hari seperti rumah, lingkungan sekitar rumah.

Waktu dalam film ini secara garis besar film ini menggunakan waktu yang linear atau bergerak maju sesuai dengan urutan kejadian yang dialami protagonist.

b.

Kostum dan

Make Up

Kostum digunakan untuk menonjolkan karakter.Setiap karakter memiliki keunikannya masing-masing sesuai dengan fashion sesuai jamannya.

Make up adalah bagian dari seni tata artistik dan seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah yang akan di perankan. Make up juga berfungsi untuk menonjolkan keunikan dari pemain, make up yang digunakan dalam film Salah Pati ini adalah make up natural dan make up karakter.

c.

Figur Ekspresi

Akting dalam film ini akan diarahkan dalam bentuk yang sangat alami sesuai dengan karakter tokohnya, metode yang digunakan adalah dengan memberikan pengarahan dan penjelasan sebab akibat cerita kepada pemain agar pemain dapat menginterpretasikan naskah setelah mereka membacanya.

2. Sinematografi a. Aspek Rasio

Aspek rasio yang akan digunakan di film ini adalah 2,35:1. Ini bertujuan untuk memanfaatkan

komposisi lebar frame dengan lebih leluasa. Ukuran aspek rasio ini akan memberikan ruang yang lebar kepada mata penonton yang dibantu dengan pencahayaan yang spotlight sehingga pandangan penonton akan langsung terarah ke pemeran film.

b. Komposisi

Komposisi dalam film Salah Pati menggunakan komposisi Simetrik dan dinamik. Himawan Pratista pada bukunya Memahami Film menyebutkan komposisi simetrik sifatnya statis. Objek terletak persis di tengah-tengah frame dan proporsi ruang di sisi kanan dan kiri objek relatif seimbang. Komposisi ini dapat memberi efek tertutup, terperangkap, keterasingan seorang karakter dari lingkungannya, ini akan lebih memanfaatkan elemen garis sehingga mata penonton akan langsung tertuju pada pemeran film.

Komposisi dinamik sifatnya fleksibel dan posisi objek dapat berubah sejalan dengan waktu. Satu cara yang paling mudah untuk mendapatkan komposisi dinamik adalah dengan menggunakan sebuah aturan yang dinamakan rule of thirds. Dalam rule of thirds, garis-garis imajiner membagi bidang gambar menjadi tiga bagian yang sama persis secara horizontal dan vertikal. Dari persimpangan garis-garis tersebut akan didapat empat buah titik simpang. Objek utama ditempatkan pada salah satu titik tersebut akan mendapatkan komposisi terbaik. Rule of thirds akan memberikan efek ruang pandang dan ruang gerak (kosong) ketika objek memandang atau akan bergerak.

c. Konsep Lighting

(7)

agar film terlihat realistis untuk mendukung cerita salah pati. Lighting bukan pencahayaan natural tetapi dapat didesain seperti atau mendekati cahaya natural. Contoh : cahaya natural sinar rembulan, matahari, dll.

Teknik pencahayaan yang digunakan untuk mendukung film salah pati adalah pencahayaan yang diperoleh dari lighting yang pencahayaannya didesain seolah-olah seperti cahaya matahari. Pencahayaan pada film akan menggunakan dua sumber cahaya yakni, sumber cahaya utama (key light) dan sumber cahaya pengisi (fill light).

Key light merupakan sumber cahaya yang paling kuat. Sementara fill light digunakan untuk melembutkan atau menghilangkan bayangan. Pengaturan kombinasi sumber cahaya utama dan pengisi mampu menghasilkan tata cahaya sesuai keinginan sutradara. Sumber cahaya utama dan pengisi dapat yang berguna agar penyampaian pesan secara visual film dapat tersampaikan. Beberapa jenis type of shot yang digunakan adalah long shot yang berguna untuk menampilkan seting lokasi ruang dan waktu pada suatu scene. Medium shot berguna untuk menampilkan gerak tubuh para tokoh karakter yang bermain di film karena sosok tokoh pemain mulai dominan didalam frame. Serta close up untuk memberikan penekanan informasi penting serta penekanan ekspresi wajah yang lebih detail dari pemain.

e. Angle

Tipe angle kamera akan menggunakan angle kamera objektif

dan subjektif. Penonton menyaksikan peristiwa dilihatnya melalui mata pengamat yang tersembunyi, seperti mata seseorang yang mencuri pandang. Juru kamera dan sutradara seringkali dalam menata kamera objektifnya menggunakan titik pandang penonton.Karena peristiwa yang mereka sajikan di layar putih bukan dari sudut pandang siapapun yang berada dalam adegan film. (Joseph V. Mascelli, A.S.C, The Five C’S Of Cinematography).

Kamera subjektif membuat perekaman film dari titik pandang seseorang. Penonton berpartisipasi dalam peristiwa yang disaksikannya.Sebagai pengalaman pribadinya. Penonton ditempatkan didalam film baik sebagai peserta aktif atau bergantian tempat dengan seorang pemain dalam film dan menyaksikan kejadian yang berlangsung melalui matanya. Penonton juga dilibatkan dalam film manakala seseorang pelaku dalam adegan memandang ke lensa, yakni karena terjadinya hubungan pemain-penonton melalui pandangan atau memandang (Joseph V. Mascelli, A.S.C, The Five C’S Of Cinematography).

f. Camera Movement

Pergerakan kamera berfungsi untuk mengikuti pergerakan seorang karakter serta objek, memberi dimensi dan juga menggambarkan situasi dan suasana sebuah lokasi. Pergerakan kamera dinamis dan terkadang statis untuk menunjukkan situasi ketegangan, membangun mood dan konflik yang terjadi pada film.

3. Editing

Konsep editing yang digunakan adalah continuity editing dengan harapan penonton merasakan proses identifikasi terhadap protagonist.

(8)

Konsep suara dalam film ini secara keseluruhan akan menampilkan suara yang berkesan dalam keseharian. Film ini mempunyai tiga aspek suara yaitu:

A. Speech.

Dialog pada film ini dilakukan oleh dua orang atau lebih yang digunakan untuk menyampaikan informasi pada alur cerita

B. Music

Dalam film ini music digunakan untuk menunjang mood pemeran tokoh protagonist.

C. Efek

Efek suara dalam film ini merupakan salah satu unsur suara selain dialog dan musik, efek suara yang mendominasi dalam film ini adalah efek suara yang fungsional.

PERWUJUDAN KARYA

Film Salah Pati merupakan film fiksi pendek horor dengan ide penciptaan menggabungkan istilah Salah Pati dalam keyakinan masyarakat Bali dan masalah mahasiswa/i dalam pencarian informasi (riset) untuk mengerjakan tugas akhir.

Dalam karya ini menggunakan konsep penyutradaraan yang terbagi atas mise en scene, sinematografi, editing dan suara serta menggunakan gaya surealisme.

a. Judul Film

Karya film fiksi ini berjudul Salah Pati. Judul film dikonsepkan untuk memberi petunjuk dan informasi tentang genre film. Pencipta ingin menampilkan unsur horor sehingga penonton dapat menikmati cerita dan mengikuti alur dalam film Salah Pati.

b. Sasaran Cerita

Film Salah Pati memiliki target segmentasi 13+ khususnya remaja hingga dewasa. Segmentasi tersebut didasari pada konten cerita yang menyuguhkan kengerian dan juga pembunuhan.

c. Alur Cerita (Plot)

Film Salah Pati menggunakan jenis alur cerita lurus atau plot linear dalam konten film. Plot linear adalah plot yang terfokus hanya pada konflik seputar tokoh sentral saja (Lutters dalam Dananjati: 2017). Pemilihan jenis alur cerita lurus atau plot linear didasari pada format film yang merupakan film pendek sehingga mempunyai durasi yang terbatas. Penggunaan alur cerita lurus atau plot linear dapat mengarahkan fokus penonton pada tokoh utama.

d. Cara Bertutur di Lapangan

Pada proses produksi sutradara cenderung lebih banyak ke lapangan untuk melakukan observasi mencari tempat yang akan digunakan. Setelah naskah selesai di buat, sutradara membedah naskah bersama departemen lainnya seperti kameramen, audio, dll.

Saat proses produksi sutradara segera bergerak untuk mengaplikasikan konsepnya, jika pengadeganan dirasa kurang sesuai dengan karakter maka sutradara bertugas untuk mengarahkan pemain agar sesuai dengan skenario.

Gambar 5. Sutradara Mengarahkan Pemain Dilapangan

(Sumber: Dokumentasi Sinakal Pro 2018)

Pada tahap pasca produksi sutradara hanya mendampingi dan mengawasi penyunting gambar yang berpatokan pada catatan dilapangan. Pewarnaan akan dilakukan oleh penata gambar dan scoring akan dilakukan oleh penata suara.

PEMBAHASAN KARYA

(9)

penyutradaraan film fiksi Salah Pati yang digambarkan berdasarkan scene film yang berjumlah 22 scene.

Scene 1

Scene satu menjadi scene pembuka dalam film Salah Pati dengan adegan Indah yang sedang berlari di tangga dan masuk kedalam rumah, Indah kemudian masuk kedalam kamarnya.

Gambar 6.Floor Plan Adegan Scene 1 (Sumber:Sinakal Pro 2018)

Scene satu menggunakan konsep penyutradaraan pada bagian mise en scene yakni ruang dan waktu, pada scene ini ruang dan waktu yang ditampilkan pada malam hari di sebuah rumah dengan tangga, hal ini dipertegas dari sisi sinematografi dengan menggunakan long shot (LS) untuk menyatakan ruang dan waktu. Dalam film Salah Pati penggunaan long Shot (LS) pada scene pertama bertujuan agar penonton dapat memahami dimana dan kapan kejadian ini terjadi

Gambar 7.Indah Berlari di Tangga (Sumber:Sinakal Pro 2018)

Adegan selanjutnya Indah membuka pintu kamar, pada scene ini ruang dan waktu berada di dalam kamar pada malam hari sedangkan dari segi sinematografi menggunakan Continouity yaitu kesinambungan antara Long Shot (LS) dan Medium close Up (MCU). Kedua shot

ini merupakan sebuah Planting information didalam sebuah film sehingga penonton memiliki pertanyaan sendiri yang akan dijawab oleh film itu sendiri seiring dengan durasi film yang disediakan.

Gambar 8. Indah Membuka Pintu (Sumber:Sinakal Pro 2018)

Dari segi suara pada scene ini menggunakan suara diegetic (asli dari situasi) dan juga nondiegetic (musik tambahan) dengan tujuan untuk menambah kesan horror pada film Salah Pati

Pada scene ini penerapan gaya surealisme terjadi ketika adegan mahluk misterius yang sedang mengejar Indah, hal ini sesuai dengan gaya surealisme yang menampilkan hal ihwal yang berbeda dengan realitas di dunia nyata serta menampilkan kesan horror.

Scene 8

Pada scene ini bercerita tentang kepulangan Diah dari rumah jero Balian, sesampainya dirumah Diah langsung merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur, tak lama berselang Diah mendengar sesuatu yang seperti memanggilnya dan akhirnya Diah bangun dan mencari sumber suara tersebut.

Gambar 9.Floor Plan Adegan Scene 8 (Sumber:Sinakal Pro 2018)

(10)

Pada scene ini konsep penyutradaraan berdasarkan mise en scene menampilkan ruang waktu di kamar serta lorong depan kamar Diah dengan latar pada malam hari. Dari sisi sinematografi pada scene ini menggunakan komposisi simetrik yakni menempatkan objek berada di tengah-tengah dengan tujuan untuk memberikan efek terperangkap, selain itu pada scene dominan menggunakan medium shot dengan kamera yang terus mem- follow objek.

Gambar 10. Diah Mencari Sumber Suara Yang Memanggilnya

(Sumber:Sinakal Pro 2018)

Adegan selanjutnya setelah Diah mencari sumber suara tersebut Diah tak menemukan apapun, namun diah tetap merasa seperti ada yang memperhatikannya saampai akhirnya ada sosok tangan yang tiba-tiba mencekiknya dari belakang dan akhirnya membangunkan Diah dari mimpi.

Gambar 11. Diah Terbangun Dari Mimpinya (Sumber:Sinakal Pro 2018)

Pada adegan ini selain menggunakan suara diegetic (asli dari situasi) suara nondiegetic (musik tambahan) juga dipergunakan berupa suara jumpscare untuk memunculkan rasa kaget terhadap penonton.

Setelah Diah terbangun, ia kembali mendengar suara yang sama seperti di dalam mimpinya. Pada adegan ini terdapat konflik psikologis dalam diri Diah dimana rasa penasaran Diah terhadap suara yang memanggilnya namun ia juga merasakan

takut untuk mendatangi suara tersebut, namun akhirnya Diah tetap mencari sumber suara tersebut

Gambar 12. Diah Mencari Sumber Suara Kembali (Sumber:Sinakal Pro 2018)

Sesampainya di tempat sumber suara tersebut Diah tidak menemukan apa-apa. Namun Diah dikagetkan dengan kehadiran Kadek yang secara tiba-tiba berada dibelakangnya. Kadek bertanya apa yang sedang Diah lakukan, Diah pun menjawab bahwa dirinya mengalami mimpi buruk, Kadek mengatakan bahwa mimpi buruk yang dialami Diah itu karena Diah tidur pada saat sandikala.

(11)

Gambar 13. Kadek Berbicara Dengan Diah (Sumber:Sinakal Pro 2018)

Penerapan gaya surealisme pada scene ini terjadi ketika adegan Diah yang mendengar sesuatu memanggilnya hingga akhirnya dia dicekik oleh sesosok tangan dan akhirnya membangunkannya dari mimpi, hal ini sesuai dengan gaya surealisme yang menampilkan hal ihwal yang berbeda dengan realitas di dunia nyata serta menampilkan kesan horror dan fantasi (dunia mimpi).

Scene 21

Adegan pada scene ini berupa Diah yang sedang mengetik tugasnya dilaptop dan ia teringat dengan secarik kertas yang diberikan oleh anak dari jero Balian.

Gambar 14. Floor Plan Adegan Scene 21 (Sumber:Sinakal Pro 2018)

Setelah dibuka terdapat tulisan “Bibi” di dalam kertas tersebut. Diah yang melihat itu kemudian teringat dengan beberapa tulisan yang sering muncul tak terduga yang dialaminya seperti tulisan

“aku dibunuh”, “Hati-hati”, dan kamu

selanjutnya”, Diah berfikir mungkin dengan menyatukan kata kata tersebut ia dapat mengetahui siapa orang jahat yang ingin mencelakai pak de Galang

Gambar 15. Diah Teringat Dengan Tulisan Yang Sering Muncul

(Sumber:Sinakal Pro 2018)

Saat sedang merangkai kata-kata tersebut tiba-tiba istri pakde Galang datang, dan Diah mempersilahkannya masuk. Ketika Diah kembali ke mejanya Diah menemukan kata- kata tersebut sudah terangkai dengan tulisan “Aku dibunuh Bibi hati-hati kamu Selanjutnya” dan tiba-tiba istri pak de Galang menghilang.

Gambar 16. Diah Mempersilahkan Istri Pakde Galang Masuk

(Sumber:Sinakal Pro 2018)

Diah yang panik langsung berlari pergi dari rumahnya tapi pintu rumahnya tiba-tiba tertutup sendiri, Diah pun segera berlari menuju kamarnya

Gambar 17. Pintu Yang Tertutup Ketika Diah Ingin Pergi

(Sumber:Sinakal Pro 2018)

(12)

Gambar 18. Sosok Mahluk Mengerikan (Sumber:Sinakal Pro 2018)

Konsep penyutradaraan pada scene ini diawali dengan ruang dan waktu yang menunjukan karakter pemeran utama berada di ruang tamu dan kamar tidur dengan latar waktu pada malam hari. Dari segi sinematografi menggunakan close up shot untuk mengambil detail ekspresi karena pada scene ini akan banyak menampilkan ekspresi ketakutan dari tokoh utama serta angle point of view agar penonton dapat merasakan ketakutan yang dialami oleh pemeran utama, selain itu komposisi simetrik juga diterapkan pada scene ini dengan tujuan memberikan efek terperangkap pada karakter pemeran utama. Dari segi suara pada scene ini menggunakan suara diegetic (asli dari situasi) untuk memperjelas dialog dan juga nondiegetic (musik tambahan) dengan tujuan untuk menambah kesan horror pada scene ini.

Pada scene ini penerapan gaya surealisme terjadi ketika adegan istri pak de Galang yang tiba-tiba berubah menjadi mahluk yang menyeramkan dan akhirnya membunuh Diah, hal ini sesuai dengan gaya surealisme yang menampilkan hal ihwal yang berbeda dengan realitas di dunia nyata serta menampilkan kesan horror.

Scene 22

Gambar 19.Floor Plan Adegan Scene 22 (Sumber:Sinakal Pro 2018)

Scene ini adalah scene akhir dari film ini, dengan adegan pak de Galang yang sedang membaca Koran dengan headline berita yang memuat tentang kematian Diah.

Gambar 20. Pak De Galang Sedang Membaca Koran (Sumber:Sinakal Pro 2018)

Konsep penyutradaraan pada scene ini menampilkan ruang dan waktu yang menunjukan pak de Galang yang berada di ruang tamu dengan latar waktu pada pagi hari. Dari segi sinematografi menggunakan medium shot sebagai master shot dan close up shot untuk mengambil detail ekspresi pemeran. Dari segi suara pada scene ini menggunakan suara diegetic (asli dari situasi) untuk memperjelas dialog.

Gambar 21. Headline Koran (Sumber:Sinakal Pro 2018)

(13)

Gambar 22. Istri Pak De Galang Memberikannya Jimat

(Sumber:Sinakal Pro 2018)

PENUTUP

SIMPULAN

Film fiksi Salah Pati menerapkan gaya surealisme, gaya surealisme merupakan suatu gaya dalam seni rupa yang mempunyai ciri-ciri yang sangat menonjolkan objek secara berlebihan sehingga menjadi super-realisme dan bahkan surealisme ini lebih banyak membawa kesan horror dan fantasi. Surealisme merupakan suatu semangat seni dalam bentuk estetika yang terdapat dalam sebuah karya seni. Dalam pendekatannya surealisme ini adalah gambaran mengenai seni yang berbentuk pada ketidaksadaran dari realitas manusia, sehingga pada gambaran seni surealisme ini memiliki bentuk yang keluar dari rasionalitas manusia.

Konsep penyutradaraan pada film Salah Pati menggunakan konsep yang dijabarkan menjadi empat bagian yakni Mise En Scene, Sinematografi, Editing dan Suara. Teknik ini digunakan di hampir semua scene dengan tujuan untuk membuat penonton merasakan suasana yang terjadi didalam film baik berupa suasana bahagia maupun suasana mencekam dan menyeramkan.

5.2 SARAN

Berdasarkan simpulan yang diperoleh dari hasil penciptaan ini, pencipta mengusulkan beberapa saran sebagai berikut.

1. Bagi Masyarakat

Hendaknya masyarakat mengetahui Penyutradaraan dalam film merupakan bidang pekerjaan yang dibutuhkan di dunia industri multimedia sehingga membuka peluang pekerjaan.

2. Bagi Mahasiswa

Khususnya mahasiswa film hendaknya lebih menekuni teknik penyutradaraan agar terciptanya sebuah film yang lebih baik, sehingga film yang disajikan dapat memberikan informasi dan hiburan kepada penonton.

3. Bagi Pemerintah

Pemerintah hendaknya dapat membangun tempat pelatihan khusus tentang penyutradaraan film dengan tenaga pengajar yang mumpuni di bidangnya sehingga dapat menghasilkan kualitas film yang menyamai kualitas film luar negeri

DAFTAR PUSTAKA

Dancyger.2006. The Director’s Idea The Path To Great Directing

Derry, Charles.1997. Dark Dreams: A psychological history of the Horror Film

Mascelli, Joseph V. 2010. The Five C’s Cinematography : Motion Picture Filming Techniques Simplyfield ( Lima Jurus Sinematografi). Jakarta : Fakultas Film dan Televisi IKJ.

Parisada Hindu Darma Indonesia Pusat. 2000. Himpunan Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu. Denpasar: Parisada Hindu Darma Indonesia Pusat.

Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. Pratista, Himawan. 2017. Memahami film

Edisi 2. Yogyakarta: Montase Press. Prawira, Nanang Ganda. 2016, Benang

Merah Seni Rupa Modern : Bandung: Satunusa

Sarumpaet,dkk.2008.Job Description Pekerja Film

Gambar

Gambar 3.  Rumah Jero Balian (Sumber: Dokumentasi Sinakal Pro, 2018)
Gambar 5. Sutradara Mengarahkan Pemain
Gambar 7.Indah Berlari di Tangga
Gambar 10. Diah Mencari Sumber Suara Yang Memanggilnya (Sumber:Sinakal Pro 2018)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Verification CRITICAL THINKING BERPIKIR KRITIK pembuktian Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan memverifikasi hasil pengamatannya dengan data-data atau teori pada

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh keputusan pendanaan, keputusan investasi, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Variabel

Jumlah pucuk peko memengaruhi tingginya mutu kering teh (Yuliana et al., 2013). Tambi 1 memiliki bobot P+2 paling rendah yang tidak berbeda nyata dengan RB 3 dan Kiara 8. Tambi

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KALIUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANSIA NGUDI WARAS DI DESA BLULUKAN, KECAMATAN COLOMADU, KABUPATEN KARANGANYAR.. Karya Tulis Ilmiah

Pada sesi ini akan dibagikan potensi pengembangan gula baik di Jawa maupun luar Jawa, strategi yang dijalankan pemerintah atau asosiasi untuk mengstabilkan harga,

Penelitian yang dilakukan peneliti didasarkan pada permasalahan bahwa siswa di MAN 1 Gresik kelas X IIS 1 pasif dan tidak bersemangat dalam belajar, siswa kelas

Data Mart Query (DMQ) adalah sebuah sistem yang dapat digunakan agar suatu website dapat berjalan dengan lebih cepat, karena hanya membaca data pada last update

Maka dapat disimpulkan bahwa ; penerimaan pajak hotel di kota Mojoerto dari tahun 2009-2013 mengalami kenaikan, untuk pertumbuhan pajak hotel Melihat dari perubahan maupun