i
MODEL PENDIDIKAN AKHLAK ANAK
PADA KELUARGA BURUH
(Studi Kasus pada Masyarakat Pekerja Buruh di Desa
Tengaran Kec.Tengaran Kab.Semarang Tahun 2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd )
Oleh :
MUHAMAD ARIF RAHMAN
NIM : 111 11 145
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vi
MOTTO
“Baarang siapa menginginkan kebahagiaan di dunia dan di
akhirat maka haruslah memiliki banyak ilmu”. (HR. Ibnu
Asakir)
“Didiklah anak-anak kamu sesungguhnya mereka
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
1. Keluarga besarku terutama pada ayahku, Muhaimin dan ibuku Endah fitriyati
yang tidak lelah untuk selalu memberikan do‟anya, kasih sayangnya untukku,
Om dan Tante saya, yang telah memberikan nasehat, motivasi, dan
dukungannya untukku.
2. Sahabat-sahabatku di IAIN Salatiga Nurlaili Uswatun Ch yang selalu
menemani disaat suka maupun senang, yang selalu memotivasi dan memberi
banyak dukungan, yang telah membantu memperlancar dalam pembuatan
skripsiku.
3. Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di kampus yaitu kelas PAI
D angkatan tahun 2011, kelompok PPL, kelompok KKN, dan teman lainnya
di IAIN Salatiga yang selalu memberikanku semangat berjuang dalam hal
apapun serta memberikan banyak pelajaran yang berharga dan ilmu yang
bermanfaat.
viii
KATA PENGANTAR
Asslamu’alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh
gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
4. Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. sebagai dosen pembimbing
skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya
serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
x
ABSTRAK
Arif Rahman, Muhamad. 2017 Model pendidikan akhlak anak pada keluarga
buruh Studi kasus pada masyarakat pekerja buruh di DesaTengaran
Kec.Tengaran Kab.Semarang Tahun 2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Dr.
Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd
Kata kunci: Model pendidikan, akhlak anak, dan keluarga buruh.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui profil orang tuayang bekerja sebagai buruh? Mengetahui performa
akhlak anak pada keluarga buruh? Mengetahui pola atau cara mendidik akhlak
pada anak keluarga buruh? Mengetahui masalah yang dihadapi dalam pendidikan
akhlak pada anak keluarga buruh?
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif,
dan menggunakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan observasi,
wawancara dan dokumentasi dan teknik analisis data pengumpulan data, reduksi
data, model data dan penarikan kesimpulan.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) priofil orang tua yang
bermacam-macam. (2) performa akhlak anak pada keluarga buruh yang
berbeda-beda. (3) pola atau cara mendidik akhlak anak setiap orang tua berbeda-beda dan
para orang tua mempunyai setrategi masing-masing. (4) masalah yang dihadapi
orang tua untuk mendidik anaknya itu karna kurangnya waktu orang tua terhadap
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... I
LEMBAR BERLOGO ... Ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... Iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... Iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... xiii xiv DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Fokus Penelitian ... 7
C.Tujuan Penelitian ... 7
D.Kegunaan Penelitian ... 7
1. Kegunaan Teoritik ... 7
xii
E. Penegasan Istilah ... 8
1. Model pendidikan... 8
2. Akhlak anak ... 9
3. Keluarga buruh ... 11
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11
2. Kehadiran Peneliti ... 12
3. Lokasi Penelitian ... 13
4. Sumber Data ... 13
5. Prosedur Pengumpulan Data ... 14
6. Analisis Data ... 16
7. Pengecekan Keabsahan Data ... 19
8. Tahap-tahap Penelitian ... 18
G.Sistematika Penulisan Skripsi ... 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 23
A.Pendidikan Akhlak Anak... 23
1. Pengertian Pendidikan ... 2. Pengertian Pendidikan Akhlak ... 23 25 B. Akhlak dan Ruang Lingkup ... 27
1. Pengertian Akhlak ... 27
xiii
3. Ciri-ciri Akhlak ...
4. Tujuan Akhlak ...
2. Metode Pelatihan ...
3. Metode dengan Kebiasaan...
4. Metode dengan Nasehat ...
5. Metode dengan Perhatian atau Pengawasan...
6. Mendidik dengan hukuman ...
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
38
28
39
40
45
A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50
1. Letak Geografis ... 50
2. Kondisi Monografi ... 51
3. Visi Misi ...
4. Struktur Organisasi Desa Tengaran ...
B.Deskripsi Hasil temuan Penelitian...
1. Bagaimana Profil Orang Tua ...
2. Bagaimana Profil Akhlak Anak ...
3. Bagaimana model atau cara mendidik akhlak anak ...
xiv
4. Apa permasalahan yang dihadapi dalam mendidik
akhlak anak ...
65
BAB IV PEMBAHASAN... 67
1. Profil Orang Tua ...
2. Performa akhlak anak pada keluarga buruh ...
3. Pola atau cara mendidik akhlak pada anak pekerja
buruh ...
4. Masalah yang dihadapi dalam pendidikan akhlak anak
pekerja buruh ...
67
71
74
76
BAB V PENUTUP ... 78
A.Kesimpulan ... 79
B.Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA
xv
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN 2 LEMBAR KONSULTASI
LAMPIRAN 3 SURAT IZIN PENELITIAN
LAMPIRAN 4 SURAT BALASAN
LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA
LAMPIRAN 6 TRANSKRIP WAWANCARA
LAMPIRAN 7 CATATAN OBSERVASI
LAMPIRAN 8 ARSIP FOTO PENELITIAN
LAMPIRAN 9 SKK
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai mahluk pedagogis dilahirkan dengan berbagai
macam potensi yang dapat dibina dan menjalankan peranya tersebut,
menurut isyarat Al-Qur‟an ia harus mampu menjaga diri dan
keluarganya dari api neraka.
Sebagaimana firman Allah SWT :
ُصبَّنلابَىُدٌُقًَاًربَن ْنُكيِلْىَأًَ ْنُكَسُفنَأْاٌَُقْاٌُنَهاَء َنيِذَّلابَيُّيَأَي
بَه َ َّاللَّ َنٌُصْعَيَلا ٌدادِش ٌظَلاِغٌتَكِئَلاَه بَيْيَلَعُةَربَجِحْلاًَ
َهْؤَيبَه َنٌُلَعْفَيًَ ْنُىَزَهَأ
َنًُز
Artinya:“hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (At-Tahriim : 6).
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa anak merupakan bagian
penting dari keluarga. Oleh karenanya menjaga anak dari api neraka
harus dilakukan. Sedangkan yang dimaksud dari menjaga anak adalah
member petunjuk kepada kebaikan dan menjauhkanya dari keburukan,
2
mengatakan bahwa siapa yang mengajar anaknya waktu kecil ia akan
gembira.
Berkaitan dengan ungkapan d iatas, ada pula yang mengatakan
anak adalah bagian berharga dalam hidup ini. Anak adalah amanat dari
Allah SWT bagi orang tuanya. Dengan alasan itu, wajib hukumnya
bagi orang tua memelihara amanat tersebut. Bahkan menurut
Al-Ghozali : pemeliharaan lebih baik dari pada perawatan. Perlu
dipahami bahwa memelihara anak sejak kecil sejak dini dengan
pendidikan yang baik, lebih baik dari pada merawatnya setelah anak
terjatuh kedalam pendidikan yang tidak baik. Pendidikan adalah hal
yang sangat penting bagi perkembangan anak. Hatinya yang bersih
dapat dengan mudah dimasuki yang baik atau yang buruk. Bila sejak
kecil anak dibiasakan dengan yang baik, maka ia akan menjadi besar
dengan sifat-sifat yang baik. Sehingga berbahagialah ia di dunia dan di
akhirat. Sebaliknya, jika ia terbiasa dengan yang jelek maka
kecenderungan untuk menjadi anak yang rusak pun akan lebih besar
(Athiyah, 2003:116).
Berkaitan dengan hal tersebut, kondisi-kondisi yang menonjol
dan mencemaskan dari peradaban masa kini adalah lepasnya ikatan
moral yang diajarkan agama. Begitu parahnya peradaban pada zaman
ini sampai-sampai kasih sayang dan keharmonisan yang selalu
3
saat ini adalah abad ilmu pengetahuan, abad revolusi atau abad tanpa
nilai.
Untuk mengantisipasi kondisi semacam ini maka mendidik
akhlak pada anak sejak dini adalah solusinya. Pendidikan akhlak harus
dijadikan “kurikulum” utama. Para orang tua harus menyadari bahwa
kepribadian muslim anak hanya dapat dibentuk melalui pendidikan
akhlak.
Akhlak adalah pedoman pokok dalam menjaga agama, dan
Negara. Dengan akhlak yang baik, suatu Negara akan aman dan
makmur, sebagaimana ungkapan penyair Ahmad Syauqi Bey,
“Kekalnya suatu bangsa adalah selama akhlaknya kekal, jika ahklaknya
sudah lenyap maka musnah pulalah bangsa itu” ( Nasrudin, 1986:38).
Akhlak terbentuk melalui proses, oleh karena itu
pembentukanya memerlukan pendidikan sejak dini yang dimulai dari
keluarga. Karena keluarga adalah lembaga pendidkan yang pertama dan
utama. Maksud lembaga yang pertama adalah sebelum anak mendapat
pendidikan dari lembaga pendidikan (sekolah), mereka telah mendapat
pendidikan dari keluarga. Sehingga perlu diketahui bahwa keluarga
bertanggung jawab penuh atas pembentukan moral dan penanaman nilai
dalam pendidikan anak. Sedangkan maksud pendidikan utama adalah
keluargalah yang yang paling tepat umtuk menanamkan nilai-nilai yang
4
jawab yang sangat besar terhadap pendidikan dan masa depan anak.
Dalam upaya tersebut perilaku dan akhlak orang tua menjadi kunci
keberhasilanya. Sebab anak lebih mudah meniru perilaku orang tua.
Hal ini sesuai dengan pendapat Daradjat ( 1970 :70).
“Orang tua adalah pribadi yang pertama dalam hidup anak.
Kehidupan orang tua, sikap, dan cara mereka, merupakan unsur-unsur pendidikan yang secara tidak langsung dengan sendirinya akan masuk secara tidak langsung dengan sendirinya pribadi
anak yang sedang tumbuh itu”.
Menurut A.D Marimba (1989:19) “pendidikan adalah
bimbingan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama”.
Oleh karena itu orang tua sebagai orang yang lebih dewasa
harus selalu memperbaiki diri sebagai figur yang dapat ditiru dan diikuti
oleh anak-anaknya. Tapi perlu diingat bahwa setiap anak memiliki
karakter dan sifat yang berbeda. Sehingga orang tua perlu memilih
karakter yang sesuai dalam mendidik anak-anaknya. Dalam hal tersebut
banyak cara yang bisa digunakan, akan tetapi yang paling efektif dalam
pendidikan akhlak pada anak. Orang tua merupakan pendidik yang
tingkah laku dan sopan santunya akan ditiru. Bahkan keteladananya itu
akan melekat pada diri dan perasaanya, baik dalam bentuk ucapan
maupun perbuatan, karena keteladanan dianggap sebagai faktor penentu
baik dan buruknya anak didik (Abdullah, 1992:1).
Seiring dengan itu ternyata nasehat orang tua juga sangat
5
orang tua akan lebih diperhatikan anak. Karena orang tua cenderung
lebih mengerti dan memahami karakter pribadi anak didiknya, jadi cara
menasehati orang tua lebih dapat diterima anak sesuai kebutuhan dan
karakter anak.
Akan tetapi harus disadari bahwa pendidikan akhlak pada anak
tidak hanya menjadi tanggung jawab keluarga. Keluarga khususnya
orang tua juga memiliki kewajiban untuk mencari nafkah dengan cara
bekerja. Banyak lapangan pekerjaan yang ditawarkan, khususnya
lapangan pekerjaan buruh yang saat ini banyak ditemui pabrik-pabrik.
Seperti halnya di wilayah desa Tengaran, yang akan dijadikan sebagai
lokasi penelitian.
Berkaitan dengan hal tersebut berarti orang tua memiliki
keterbatasan waktu dan pengetahuan dalam mendidik akhlak pada anak.
Jadi orang tua perlu memiliki cara tesendiri untuk mendidik akhlak
pada anak, dilihat dari segi kesibukan orang tua untuk bekerja,
khususnya pekerjaan buruh yang lebih banyak waktunya ditempat kerja.
Untuk itu orang tua perlu dukungan dari lingkungan. Lingkungan
tersebut meliputi lingkungan sekolah. Guru sebagai pendidik disekolah
dituntut untuk biasa menjadi panutan dan teladan bagi anak didiknya.
Karena guru merupakan contoh perlu ditiru dalam nasehat dan
keteladananya, baik ucapan, perbuatan sehingga anak dapat mengerti,
memahami, dan melakukanya. Jadi sekolah hanya berperan sebagai
6
pada anak, karena keterbatasan orang tua khususnya dari segi waktu
untuk tetap menafkahi keluarga.
Tengaran merupakan wilayah yang sekelilingnya terdapat
beberapa pabrik dan industri lainnya. Sehingga banyak anak-anak di
Desa Tengaran yang orang tuanya bekerja sebagai buruh maka orang
tuanya tersebut dalam mendidik akhlak kurang karena keterbatasan
waktu yang banyak bekerja. Apakah hal tersebut menjadi salah satu
faktor kegagalan orang tua karena kurangnya pengawasan orang tua
yang sibuk bekerja dan pola pikir yang kurang memahami akan
pentingnya pendidikan akhlak bagi anak. Dilihat dari segi perilaku anak
yang kurang menerapkan sikap berakhlak sesuai dengan kewajiban
sebagai umat islam. Sehingga para anak-anak bekerja buruh di Desa
Tengaran dalam pendidikan akhlak masih kurang dan perlu
penambahan pendidikan akhlak di luar pendidikan formal.
Berpijak dari pekerjaan orang tua maka muncul ide untuk
diadakan penelitian guna mengetahui sejauh mana. MODEL
PENDIDIKAN AKHLAK ANAK PADA KELUARGA BURUH
Studi Kasus Pada Masyarakat Pekerja Buruh di Desa Tengaran
KEC.Tengaran KAB.Semarang Tahun 2016. Kiranya permasalahan
7 B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat
memfokuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana profil orang tua yang bekerja sebagai buruh?
2. Bagaimana performa akhlak anak pada keluarga buruh?
3. Bagaimana pola atau cara mendidik akhlak pada anak keluarga
buruh?
4. Apa masalah yang dihadapi dalam pendidikan akhlak pada anak
keluarga buruh?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui profil orang tua yang bekerja sebagai buruh?
2. Mengetahui performa akhlak anak pada keluarga buruh?
3. Mengetahui pola atau cara mendidik akhlak pada anak keluarga
buruh?
4. Mengetahui masalah yang dihadapi dalam pendidikan akhlak pada
anak keluarga buruh?
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini dapat dirumuskan menjadi dua, pertama
kegunaan teoritik dan kedua kegunaan praktik.
1. Kegunaan Teoritik
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritik
8
peneliti, masyarakat, khususnya orang tua yang bekerja sebagai buruh
di desa Tengaran.
2. Kegunaan Praktik
Secara praktik penelitian ini diharapkan dapat membantu
menemukan implikasi pekerjaan orang tua buruh dalam pendidikan akhlak
anak.
E. Penegasan istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap penafsiran judul,
maka penulis perlu adanya penjelasan berkenaan dengan beberapa istilah
pokok dalam penelitian ini.
1. Model Pendidikan
Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang
menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang sering kali
berupa penyederhanaan atau idialisis. Bentuknya dapat berupa model
fisik (maket, bentuk prototipe), model citra (gambar rancangan, citra
komputer), atau rumusam matematis. (KBBI, 2003:263).
Pendidikan menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia berarti
pimpin, pelihara atau ajar. Mendapat penambahan konfik “pe-an”
yang mengandung makna proses. Jadi pendidikan berarti suatu
9
Jadi model pendidikan yaitu rencana atau deskripsi yang
menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep yang sering kali
berupa penyederhanaan atau idialis suatu proses ajar.
2. Akhlak Anak
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan anak adalah
anak-anak pekerja buruh / wiraswasta yang berusia sekolah dari
tingkat dasar, menengah dan perguruan tinggi.
Anak dalam perspektif islam merupakan amanah dari Allah
SWT. Dengan demikian, semua orang tua berkewajiban untuk
mendidik anaknya agar menjadi insane yang sholeh, bertaqwa, dan
berilmu. Hal ini merupakan suatu wujud pertanggung jawaban dari
setiap orang tua anak pada Kholiknya.
Anak adalah masa dalam periode perkembangan dari berakhirnya
masa bayi (0,0 – 3,0 tahun), hingga menjelang pubertas. Sedang
menurut Hanna Djumhana Bustaman yang dimaksud dengan
anak-anak adalah masa antara 3,0 tahun sampai sekitar 11,0 tahun
(Ahmad, 1981:19).
Akhlak berasal dari kamus bahasa Arab, yaitu
ٌوَّيِقُلُخ ٌتَّيِبِشَت
yang artinya “tabi‟at budi perkerti”. tingkah laku, perangai, watak,
moral. Dilihat dari segi terminologi “Akhlak ialah keadaan gerak
jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa
10
ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan
tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia, lahir dan batin.
Sedangkan Akhlak menurut Prof. Dr. Hj. Zakiyah Daradjat adalah :
Kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,
pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu, membentuk
sesuatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup
keseharian. Dari kelakuan itulah lahirlah perasaan moral yang
terdapat di dalam manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang
bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan
mana yang buruk. Jadi pada hakikatnya akhlak sifat yang tertanam
dalam jiwa manusia, yang akan muncul secara spontan bilamana
diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlibih
dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar, dan sifat itu
dapat lahir berupa baik atau buruk sesuai dengan pembinaannya.
Sedangakan akhlak menurut At-Taumy Al-Syaebani adalah
kebiasaan atau sikap yang mendalam dalam jiwa dari timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang.
3. Keluarga Buruh
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
11
disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Sugeng, 1997:58).
Menurut Salvicon dan Celis (1998) didalam keluarga terdapat
dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dihidupnya dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam
peranannya masing-masing dan menciptakanserta mempertahankan
suatu kebudayaan (Baron, 2003:266).
Buruh, pekerja, worker, loborer, tenaga kerja atau kariyawan
pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan
kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik
berupa uang maupun bentuk lainnya kepada pemberi kerja atau
pengusahasa atau majikan (KBBI, 2003:321).
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif yaitu pendekatan penelitian yang menghasilkan
data-data berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati dari fakta-fakta yang ada saat ini dengan tujuan untuk
menggambarkan keadaan atau status fenomena dari data-data yang
12
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian fenomenologi, penelitian ini mencoba menjelaskan atau
mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari
oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini
dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam
memaknai atau memahami fenomena yang dikaji (Salim, 2012:87).
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positif, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, di mana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan
data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif menekankan makna
(Sugiyono, 2006:9-10). Menurut sifatnya data kualitatif adalah data yang
tak berbentuk bilangan, data kualitatif yaitu semua bahan, keterangan,
dan fakta-fakta yang tidak dapat dihitung dan diukur secara matematis
karena berwujud keterangan verbal (kalimat dan kata), serta bersifat
proses.
2. Kehadiran Peneliti
Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai instrumen penelitian,
artinya peneliti terjun langsung ke lapangan untuk proses penelitian dan
pengumpulan data, adapun karakteristik dalam penelitian ini adalah:
Pertama, peneliti menggunakan sistem wawancara tidak berstruktur,
dengan pemahaman tentang sikap sosial yang dimiliki oleh peneliti,
13
wawancara secara mendalam. Kedua, peneliti mengadakan komunikasi
dengan obyek dengan menggunakan bahasa pertemanan agar lebih akrab
dan mudah dipahami, sehingga terjalin suasana yang baik antara peneliti
dan informan Ketiga, peneliti mengumpulkan dan mencatat data secara
terperinci berkaitan dengan hal-hal yang bertalian dengan permasalahan
yang diteliti.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Tengaran ,
Kec.Tengaran, Kab. Semarang. Desa Tengaran merupakan sebuah
desa yang terletak di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
Jarak ke Ibu Kota Kecamatan : 0Km. Jarak ke Ibu Kota Kabupaten :
40 Km. Luas wilayah Desa Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang adalah 261.5 Hektar (Ha) atau sekitar 1,05% dari luas
Kabupaten Semarang, secara administratif terdiri dari 5 wilayah
Dusun.
4. Sumber Data
Data dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh, diantaranya
melalui:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan
14
primer dapat diperoleh langsung dari lapangan yang dapat
memberikan gambaran keadaan, mengidentifikasi permasalahan, dan
menjawab semua pertanyaan dalam penelitian. Data primer dalam
penelitian ini adalah Kepala Desa Tengaran, orang tua yang bekerja
buruh yang tinggal di Desa Tengaran dan anaknya yang sudah
sekolah, tepatnya di RT 16 dan RT 17.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain
atau melalui dokumentasi (Sugiyono, 2006:253). Sumber data
sekunder dapat diperoleh dari buku, jurnal, internet, artikel, majalah
atau koran, serta hasil penelitian lainnya. Sumber data sekunder dalam
penelitian ini yaitu berupa foto yang didokumentasikan saat
wawancara dengan orang tua dan anaknya, catatan tentang desa
Tengaran, dan arsip desa Tengaran.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data
primer dan data sekunder.Data primer dapat diperoleh langsung dari
lapangan yang dapat memberikan gambaran keadaan, mengidentifikasi
permasalahan, dan menjawab semua pertanyaan dalam penelitian.
Sedangkan data sekunder dapat diperoleh dari buku, jurnal, internet,
artikel, majalah atau koran, serta hasil penelitian lainnya. Data primer
15 a. Wawancara
Esterberg (2002) menyatakan bahwa “wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dkonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu” (Sugiyono, 2006:260). Wawancara yang digunakan dalam
penelitian adalah wawancara tak berstruktur atau terbuka, yaitu
wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan segi yang
di wawancarai pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono,
2006:263). Peneliti juga dapat mengetahui lebih mendalam tentang
informan mengenai hal-hal terkait dengan judul yaitu metode
pendidikan akhlak anak pada pekerja buruh, sehingga dalam
menginterpretasikan situasi dan fenomena sesuai dengan yang terjadi.
b.Observasi
Marshall (1995) menyatakan bahwa “melalui observasi
peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut”
(Sugiyono, 2006:254). Observasi merupakan cara pengumpulan data
melalui pengamatan dan pencatatan langsung sesuai dengan keadaan
riil di lapangan. Observasi ini digunakan dalam mencari data tentang.
Metode Pendidikan Akhlak Anak pada Keluarga Buruh Untuk
memperoleh data yang berhubungan dengan pendidikan akhlak anak
16 c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu.
Dokumentasi merupakan materi tertulis yang didasarkan pada catatan
dan dokumen-dokumen yang digunakan untuk melengkapi sebuah
data yang diperlukan dalam penelitian. Dokumen-dokumen tersebut
bisa berupa foto, dokumen milik informan, dan hasil wawancara yang
didapat dari informan. Dokumentasi digunakan dalam mencari data,
dan diperlukan sebagai pelengkap dari penggunaan metode
wawancara dan observasi, sehingga akan lebih dapat dipercaya jika
didukung oleh data-data dokumentasi (Sugiyono, 2006:270).
6. Analisis Data
Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya menggunakan data yang
dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis.Sedangkan
pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola
induktif yaitu penelitian yang dari hal-hal khusus ke hal-hal umum.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data-data
deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau orang-orang dari pelaku
yang dapat diamati dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan atau
status fenomena dari data-data yang diperoleh dari obyek penelitian yang
kemudian dilakukan analisis dengan cara:
17 1) Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, dan sejenisnya, tapi yang paling sering digunakan adalah teks
yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami (Sugiyono, 2006:280).
Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan
sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki
makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan
data, membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang
sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindak lanjuti untuk mencapi
tujuan penelitian.
2) Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
oleh karena itu perlu dicatat secara teliti dan rinci.Mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya
serta mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2006:277-278). Yang
18
a) Hasil wawancara maupun catatan lapangan yang masih umum dan
acak-acakan yang belum dapat dipahami, dengan reduksi maka
peneliti merangkum, mengambil data yang pokok dan penting,
sedangkan yang tidak penting dibuang.
b) Peneliti dalam mereduksi data akan memfokuskan pada metode
pendidikan akhlak anak pada keluarga buruh di Desa Tengaran.
c) Jika peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala
sesuatu yang dipandang asing, maka itulah yang harus dijadikan
perhatian dalam mereduksi data.
3) Kesimpulan dan Verifikasi
Data yang sudah dipolakan, difokuskan, dan disusun secara
sistematis melalui reduksi dan penyajian data yang kemudian
disimpulkan sehingga makna data dapat ditemukan.Untuk
memperoleh kesimpulan yang lebih mendalam, maka diperlukannya
data baru sebagai penguji terhadap kesimpulan awal. Tahap penarikan
kesimpulan dan verifikasi data diambil dari hasil reduksi dam n
panyajian data merupakan kesimpulan sementara. Kesimpulan
sementara ini masih dapat berubah jika ditemukan bukti-bukti kuat
lain pada saat proses verifikasi data di lapangan. Jadi proses verifikasi
data dilakukan dengan cara peneliti terjun kembali di lapangan untuk
mengumpulkan data kembali yang dimungkinkan akan memperoleh
19
yang diambil. Jika data yang diperoleh memiliki keajegan (sama
dengan data yang telah diperoleh) maka dapat diambil kesimpulan
yang baku dan selanjutnya dimuat dalam laporan hasil penelitian
(Idrus, 2009:151).
7. Pengecekan Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian ini terdapat beberapa kriteria
yang nantinya akan dirumuskan secara tepat, teknik pemeriksaannya
yaitu adanya kredibilitas yang dibuktikan dengan perpanjang
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi
dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan dimintakan
kesepakatan (membercheck)(Sugiyono, 2006:302).Untuk mengetahui
apakah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian memiliki tingkat
kebenaran atau tidak, maka dilakukan pengecekkan data yang disebut
validitas data. Untuk menjamin validitas data maka dilakukan triangulasi,
yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain. Penelitian ini dalam menguji keabsahan data dilakukan
dengan;
Triangulasi Sumber
Menurut Patton (1987), “triangulasi sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
20
(Moleong, 2009:330). Dalam penelitian ini yang peneliti lakukan,
diantaranya:
1) membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil
pengamatan,
2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
yang dikatakan secara pribadi,
3) membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu
dokumentasi,
4) data yang diperoleh dilakukan pada pengurus desa, data dari
sumber tersebut tidak bisa dirata-ratakan tetapi dideskripsikan,
dikategorisasikan mana pandangan yang sama, mana yang berbeda,
dan mana yang spesifik dari sumber-sumber tersebut sehingga
dapat dianalisis oleh peneliti yang kemudian menghasilkan suatu
kesimpulan.
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Kegiatan administratif, yang meliputi pengajuan izin operasional
untuk penelitian dari rektor IAIN Salatiga selaku penanggung jawab,
kemudian menyusun pertanyaan untuk wawancara, serta melakukan
administratif lainnya.
b. Kegiatan lapangan yang meliputi:
1) Survei awal untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian, yaitu
21
2) Menemui para pengurus dan orang tua masyarakat desa Tengaran
yang akan dijadikan objek penelitian.
3) Melakukan wawancara kepada para informan sebagai langkah
untuk pengumpulan data, kemudian observasi langsung ke
lapangan secara mendalam berkaitan dengan yang diteliti.
4) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan
untuk memudahkan dalam melakukan pemaknaan.
5) Mereduksi data dengan cara membuang data-data yang lemah atau
menyimpang.
6) Melakukan ferivikasi data untuk membuat kesimpulan-kesimpulan
sebagai deskriptif temuan penelitian.
7) Menyusun laporan akhir untuk dijilid dan dilaporkan.
G. Sistematika Penulisan
Dalam memahami skripsi ini, maka perlu diketahui urutan-urutan
dalam penulisannya, diantaranya:
BAB I PENDAHULUAN, berisi pendahuluan yang memuat latar
belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, penegasan istilah, metode penelitian yang meliputi:
pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliatian, lokasi penelitian,
sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekkan
22
BAB II KAJIAN PUSTAKA, berisi tentang kajian teori yang meliputi ;
Pengertian pendidikan, pengertian pendidikan akhlak, Dasar pendidikan
akhlak, Pengertian akhlak, Pembagian akhlak, Ciri-ciri akhlak, Tujuan
akhlak, Fungsi akhlak, Metode pendidikan akhlak, Faktor-faktor yang
mempengaruhi pendidikan akhlak anak.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, berisi
paparan data dan temuan penelitian yang menjelaskan tentang: gambaran
umum lokasi penelitian, gambaran informan terdiri dari: sejarah singkat,
visi dan misi, data kepengurusan, dan deskripsi hasil temuan penelitian.
BAB IV PEMBAHASAN, pembahasan memuat tentang bagaimana
profil orang tua yang bekerja sebagai buruh, bagaimana performa akhlak
anak pada keluarga buruh, bagaimana pola atau cara mendidik akhlak pada
anak keluarga buruh,dan apa masalah yang dihadapi dalam pendidikan
akhlak anak pekerja buruh.
23 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Akhlak Anak
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia berarti pimpin,
pelihara atau ajar. Mendapat penambahan konfik “pe-an” yang mengandung
makna proses. Jadi pendidikan berarti suatu proses ajar. (1995:91)
Adapun pengertian pendidikan, diantaranya:
a. Driyarkara dalam buku Dikti Ditjen (1983/1984), mengemukakan bahwa
“pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda” (Ikhsan, 2003:4).
Dictionary of Education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses di
mana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk
tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial di
mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan
terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat
memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan
kemampuan individu yang optimum (Ikhsan, 2003:4).
b. Crow and Crow dalam buku Suprapto (1975), menyebutkan “pendidikan
adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi
24
budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi” (Ikhsan,
2003:5).
c. Menurut Ki Hajar Dewantara, “pendidikan umumnya berarti daya upaya
untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter),
pikiran (intelek), dan tubuh anak” (Ikhsan, 2003:5). Dalam GBHN tahun
1973 dikatakan bahwa “pendidikan hakikatnya adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah
dan berlangsung seumur hidup” (Ikhsan, 2003:5).
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah
suatu usaha untuk mewujudkan suasana belajar mengajar agar peserta didik
mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan memiliki
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.Untuk mencapai kesuksesan
dalam pendidikan diperlukannya tujuan-tujuan dalam pendidikan, diantaranya:
a. meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam
pendidikan,
b. menumbuhkan/menanamkan kecerdasan emosi dan spiritual yang mewarnai
aktivitas hidupnya,
c. menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas
pembelajaran,
d. menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara
teratur dalam aktivitas hidupnya dan memahami manfaat dari
25
e. menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu luang
dengan aktivitas belajar, dan
f. menumbuhkan pola hidup sehat dan pemeliharaan kebugaran jasmani
(Hidayatullah, 2010:5).
2. Pengertian pendidikan akhlak
Dalam realitas manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari pergaulan
dengan sesama makhluk, lebih khusus dengan sesamanya. Karena bagaimana
seharusnya mereka berbuat dan bertingkah laku serta bertindak terhadap
sesama dalam membina masyarakat.
Berbicara dari akhlak tidak lepas dari kepribadian. Menurut Jalaludin dan
Usman Said, dua sisi penting dalam pembentukan kepribadian muslim yaitu
iman dan akhlak. Iman sebagai konsep dan akhlak sebagai iplementasi dari
konsep itu.
Yang dimaksud dengan pendidikan akhlak adalah seseorang pendidik
dalam memberikan suatu bimbingan terhadap anak didik mengenai akhlak
dengan tujuan membentuk kebiasaan atau sikap yang baik, sehingga nantinya
anak memiliki kepribadian yang utama dan menjadi manusia yang berakhlak
karimah.
Mendidik anaka berarti membimbing kearah kedewasaan. Orang tua
sebagai pendidik pertama bagi anak, mengarahkan dan membimbing anak
26
membimbing kearah kedewasaan inilah pendidikan mempunyai peran penting.
Pendidikan yang demikian ini dimulai dari pendidikan dalam rumah tangga
(keluarga), sekolah dan lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, orang tua
harus sadar akan tanggung jawab dalam membimbing dan mengarahkan
anak-anaknya untuk menjadi manusia yang bersusila dan berakhlak mulia
3. Dasar pendidikan akhlak
Dasar pendidikan akhlak yang didalamnya mencakup pendidikan akhlak pada
anak adalah Al-Quran dan sunah Rosul SAW. Penurunan Al-Quran yang
dimulai dengan ayat-ayat yang mengandung konsep pendidikan dapat
menunjukkan bahwa tujuan Al-Quran yang terpenting adalah mendidik
manusia. Pendidikan tersebut melalui metode yang bernalar serta sarat dengan
kegiatan penelitian, membaca, mempelajari dan observasi ilmiyah terhadap
manusia. Sejak manusia masih dalam bentuk segumpal darah dalam rahim ibu.
Firman Allah SWT :
.ُمَزْك ْلاُا َكُّبَرًَْأَزْقُا .ٍقَلَع ْنِه َنبَسن ْلاُا َقَلَخ .َقَلَخ يِذَّلُا َكِّبَر ِنْسُبِبأَزْقُا
.ْنَلْعَي ْنَلبَه َنبَسن ِلاُا َنْلَع .ِنَلَقْلْبِب َنْلَع يِذْلُا
Artinya “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah yang mengajarkan (manusia) dengan perantaan kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (Qs. Al alaq ayat
1-5)
Setelah Al-Quran dasar pendidikan akhlak yang kedua adalah sunnah
Nabi SAW. Dengan sunnah kita dapat mengambil contoh yang tepat dalam
27
Rosul SAW dengan para sahabat atau anak-anak beliau sebagi sarana
penanaman keimanan akhlak.
Dalam hadis Nabi yaitu
ُوَناَزَصْنُيًَْأ ُوَناِدٌَْيُي ُهَاٌََبَأَفِةَزْطِفلْا ىَلَعُدَلٌُْي َ ْلاِإِدٌُْلٌَْه ْنِه بَه
Artinya “karena setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, hanya tergantungorang tuanyalah anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi ” (H.R Bukhori).
B. Akhlak dan Ruang Lingkup
1. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari kamus bahasa Arab, yaitu اﳋلق اخلاﻕ ﺝ yang
artinya “tabi‟at budi perkerti”. tingkah laku, perangai, watak, moral. Dilihat
dari segi terminologi “Akhlak ialah keadaan gerak jiwa yang mendorong untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pemikiran terlebih
dahulu. Ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan
buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia, lahir dan
batin. Sedangkan Akhlak menurut Prof. Dr. Hj. Zakiyah Daradjat adalah :
Kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran,
perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu, membentuk sesuatu kesatuan
tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Dari kelakuan
itulah lahirlah perasaan moral yang terdapat di dalam manusia sebagai fitrah,
sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana
28
yang buruk. Jadi pada hakikatnya akhlak sifat yang tertanam dalam jiwa
manusia, yang akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa
memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlibih dahulu, serta tidak
memerlukan dorongan dari luar, dan sifat itu dapat lahir berupa baik atau buruk
sesuai dengan pembinaannya.
Sedangakan akhlak menurut At-Taumy Al-Syaebani adalah kebiasaan
atau sikap yang mendalam dalam jiwa dari timbul perbuatan-perbuatan dengan
mudah dan gampang.
2. Pembagian Akhlak
Secara garis besar akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai
berikut:
a. Akhlak yang terpuji yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam control
Ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi
kemaslahatan umat, seperti sabar, jujur, ikhlas, bersukur, tawadhu‟ (rendah
hati), husnudzhan (berperasangka baik), optimis, suka menolong orang lain,
suka bekerja keras dan lain-lain.
b. Akhlak yang tercela yaitu akhlak yang tidak dalam control ilahiyah, atau
berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkaran syaitaniyah dan dapat
membawa suasan negative serta destruktif bagi kepentingan umat manusia,
seperti takabbur (sombong), su‟udzhan (berperasangka buruk), tamak,
pesimis, dusta, kufur, berkhianat, malas dan lain-lain. Di samping istilah
29
menggunakan juga istilah “Munjiat‟‟ untuk akhlak yang mahmudah dan
“muhlihat‟‟ untuk akhlak yang madzmumah. Sementara itu, menurut obyek
atau sasarannya, akhlak dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu
sebagai berikut:
1). Akhlak kepada Allah (Khalik), antara lain beribadah kepada Allah,
berdzikir kepda Allah, berdo‟a kepada Allah, tawakal kepada Allah,
tawadhu‟ kepada Allah. M. Ardani mengatakan dalam bukunya“Akhlak
Tasawuf Nilai-nilai Akhlak/Budi pekerti dalam Ibadah&Tasawuf” Titik
tolak terhadap Allah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan
melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu,
jangankan manusia, malaikatpun tidak mampu menjangkau hakikat Nya.
2). Akhlak kepada orang tua atau Birrul walidain
Istilah birul walidain berasal dari kata birru dan al-walidain. Birru
atau al-birru artinya kebajikan. Al-walidain artinya dua orang tua atau ibu
bapak. Jadi birrul walidain adalah berbuat kebajikan kepada orang tua.
Bentuk-bentuk Birrul Walidain:
a) Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek
kehidupan,baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh maupun
masalah lainnya.
b) Menghormati dan memuliakan kedua orang tua dengan penuh rasa
terima kasih dan kasih sayang atas jasa-jasa keduanya yang tak
30
c) Membantu ibu bapak secara fisik dan materiil.
d) Mendoakan ibu dan bapak semoga diberi oleh Allah Swt ampunan,
rahmat dan lain sebagainya.
e) Setelah orang tua meninggal dunia, birrul walidain masih bisa di
teruskan dengan cara antara lain:
- Menyelenggarakan jenazahnya dengan sebaik-baiknya.
- Melunasi hutang-hutangnya.
- Melaksanakan wasiatnya.
- Meneruskan silaturrahim yang dibinanya waktu hidup.
- Memuliakan sahabat-sahabatnya.
- Mendo‟akanya.
3). Akhlak kepada diri sendiri
a) Shidiq
b) Amanah
c) Istiqomah
d) Iffah
e) Mujahadah
f) Syaja‟ah
g) Tawadhu‟
h) Malu
i) Sabar
31
4).Akhlak kepada bukan manusia (lingkungan hidup), seperti sadar dan
memelihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan
alam, terutama hewani dan nabati, untuk kepentingan manusia dan
makhluk lainnya, sayang pada sesama makhluk dan menggali alam
seoptimal mungkin demi kemaslahatan manusia dan alam sekitarnya.
3. Ciri-ciri Akhlak
Dalam islam akhlak memiliki ciri khas meliputi:
a. Akhlaq Rabbani
Ajaran akhlak dalam Islam bersumber dari wahyu Illahi yang
terdapat dalam Al-Qur‟an dan sunnah.
b. Akhlak Manusiawi
Ajaran akhlak dalam Islam sejalan dan memenuhi tuntunan fitrah
manusia. Yang benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai
makhluk terhormat, sesuai denganfitrahnya.
c. Akhlak Universal
Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan yang
universal dan mencakup segala aspek kehidupan manusia, baik yang
dimensinya vertikal maupun horizontal.
d. Akhlak Keseimbangan
Ajaran akhlak dalam islam berada ditengah antara yang
mengkhayalkan manusia sebagai Malaikat yang menitik beratkan segi
kebaikanya dan mengkhayalkan manusia seperti hewan yang menitik
32 e. Akhlak Realistik
Ajaran akhlak Islam memperhatikan kenyataan hidup manusia.
Meskipun manusia telah dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki
kelebihan dibanding makhluk-makhluk yang lain, tetapi manusia
memiliki kelemahan-kelemahan, memiliki kecenderungan manusiawi
dan berbagai macam kebutuhan material dan spiritual.
4. Tujuan Akhlak
Tujuan Akhlak dalam ajaran Islam agar setiap orang berbudi pekerti
(berkhlak), berperingai atau beradat istiadat yang baik, yang sesuai dengan
ajaran Islam.
Mustafa Zahri sebagaimana yang dikutip oleh Abudin Nata dalam
buku “Akhlak Tasawuf” mengatakan bahwa “Akhlak bertujuan untuk
membersihkan kalbu (hati) dan kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah
sehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat Nur cahaya
Tuhan” (Abudin, 1993:13)
Keterangan tersebut memberi petunjuk bahwa akhlak bertu
juanmemberikan panduan kepada manusia agar mampu menilai dan
menentukan suatu perbuatan untuk selanjutnya menentukan bahwa
perbuatan tersebut termasuk perbuatan yang baik atau yang buruk.
Dengan mengetahui yang baik ia akan terdorong untuk melakukannya
dan mendapatkan manfaat dan keuntungan darinya, sedangkan dengan
33
terhidar dari bahaya yang menyesatkan. Akhlak pada akhirnya adalah untuk
membentuk kepribadian muslim yang sempurna jasmani dan rohani. Objek
yang dikendalikan oleh akhlak adalah tindakan lahir, adapun tindakan lahir
itu tidak dapat terjadi bila tidak didahului oleh gerak batin atau tindakan
hati, maka tindakan lahir dan gerak-gerik hati termasuk lapangan yang
diatur oleh akhlak.
Tujuan akhlak bukan hanya mengetahui pandangan atau teori, bahkan
setengah dari tujuan-tujuan itu adalah mempengaruhi dan mendorong
kehendak kita, supaya membentuk hidup baik, serta memberi faedah kepada
sesama manusia. Maka akhlak itu mendorong kehendak agar berbuat baik,
akan tapi ia tidak selalu berhasil kalau tidak ditaati oleh kesucian manusia.
5.Fungsi Akhlak
Akhlak memiliki manfaat dan peranya tersendiri dalam kehidupan
seorang muslim, baik bagi orang lain maupun bagi dirinya sendiri, juga bagi
masyarakat luas (Wahid, 2004: 20). Fungsi akhlak tersebut antara lain:
a. Akhlak bukti nyata keimanan
Iman dan taqwa adalah masalah hati, sehingga bagaimana proses
ketaqwaan terjadi sulit dijelaskan. Untuk ituhanya perilaku, perbuatan
dan akhlak yang baik yang bisa menggambarkan keimanan.
34
Akhlak yang Islami bagi seorang muslim bisa di ibaratkan hiasan
yang memperindah penampilanya. Ketaatan pada Allah dan Rasulullah
yang tulus, jika tidak di barengi dengan perilaku yang baik kepada orang
lain, bisa di ibaratkan sebuah benda yang tidak bermotif.
c. Akhlak adalah amalan yang paling berat timbanganya
Amal manusia yang paling mulia di hadapan Allah dan paling berat
timbanganya disisi-Nya adalah akhlak. Dan akhlak adalah salah satu
perilaku yang paling dicintai oleh Rasulullah Saw.
d. Akhlak mulia simbol segenap kebaikan
e. Akhlak merupakan pilar bagi tegaknya masyarakat yang di
idam-idamkan.
f. Akhlak adalah tujuan akhir diturunkanya Islam.
C.Metode Pendidikan Anak
1. Metode Keteladanan
Keteladanan merupakan faktor yang berpengaruh pada baik
buruknya anak. Jika pendidik adalah orang yang jujur dan terpercaya ,
maka anak pun akan tumbuh dalam kejujuran dan sikap amanah. Namun,
jika pendidik adalah seorang yang pendusta dan khianat maka anak pun
akan tumbuh dalam kebiasaan dusta dan tidak bisa dipercaya („Ulwan,
2012:516). Contoh keteladanan yang bisa diberikan orang tua untuk
anaknya yaitu melatih anak untuk selalu memberi salam bila pergi dan
35
rumah. Ini perlu ditekankan kepada anak karena orang tua harus tahu
dimana mereka berada dan dengan siapa mereka bermain atau pergi,
melaksanakan ibadah dengan baik dan tepat waktu, merapikan sendiri
tempat tidur, meja belajar, buku pelajaran dan pakaiannya, meminta ijin
sebelum menggunakan sesuatu yang baru atau sesuatu milik orang lain,
menghadap orang yang sedang mengajak berbicara, membuang sampah
pada tempat yang sudah disediakan, dan masih banyak contoh lain yang
dapat diajarkan orang tua kepada anak-anaknya.
Dengan contoh tingkah laku perbuatan tersebut, akan
menimbulkan gejala identifikasi yaitu penyamaan diri dengan orang
yang ditiru. Hal ini sangat penting dalam pembentukan kepribadian
anak. Ada tiga faktor yang mempengaruhi kepribadian anak, yaitu
(Ekram,Beshir, 2015;51).
a) Lingkungan keluarga
Keluarga adalah lingkungan pertama anak dan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kepribadian anak. Hubungan
antar kedua orang tua adalah teladan untuk semua hubungan yang
lain dalam sebuah keluarga. Bersikap adil dalam berurusan dengan
anak- anak kita, tidak pilih kasih memberikan kontribusi positif
terhadap kepribadian mereka. Kerjasama antar orang tua dan
anggota keluarga adalah karakter positif yang membantu anak–
anak mengembangkan kepribadian yang sehat. Kepribadian
36
lahir sampai masa remaja yang selalu berada dalam lingkungan
keluarga, diasuh oleh orang tua dan bergaul dengan anggota
keluarga lain (Ahmadi,Sholeh,2005;167).
Pembentukan kepribadian anak haruslah dilakukan dengan
kontinu dan diadakan pemeliharaan sehingga menjadi matang dan
tidak mungkin berubah lagi. Adapun aspek-aspek kepribadian
yaitu: (Ahmadi,Sholeh,2005;169).
(1)Aspek kognitif (pengenalan)
Yaitu pemikiran, ingatan, hayalan, daya bayang,
inisiatif, kreativitas, pengamatan dan penginderaan. Fungsi
aspek kognitif adalah menunjukkan jalan, mengarahkan dan
mengendalikan tingkah laku.
(2)Aspek afektif
Yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan
kehidupan alam perasaan atau emosi, sedangkan hasrat,
kehendak, kemauan, keinginan, kebutuhan, dorongan dan
elemen motivasi lainnya disebut aspek kognitif atau
psikomotorik (kecenderungan atau niat tindak) yang tidak
dapat dipisahkna dengan aspek efektif. Kedua aspek itu sering
disebut aspek finalis yang berfungsi sebagai energy atau tenaga
mental yang menyebabkan manusia bertingkah laku.
37
Yaitu berfungsi sebagai pelaksanan tingkah laku
manusia seperti perbuatan dengan gerakan jasmaniah lainya.
b) Posisi dalam keluarga
Posisi anak dan keluarga merupakan faktor penting yang
mempengaruhi kepribadiannya. Anak akan terus mencari
posisinya sampai mereka menemukan tempatnya dalam keluarga.
Misalnya, dalam keluarga yang terdiri dari suami, istri dan satu
anak. Anak ini selalu menikmati banyak perhatian dari orang
tuanya. Semua waktu keluarga yang dimiliki orang tuanya terpusat
hanya untuknya. Tetapi berbeda ketika bayi kedua lahir. Anak
yang lebih tua kini mengamati semua perhatian diberikan kepada
bayi. Untuk mendapatkan perhatian orang tua anak pertama harus
mencari posisi barunya dalam keluarga.
Contoh keteladanan yang bisa dilakukan oleh orang tua
adalah dengan cara Orang tua memberi contoh kepada anak
bagaimana berperilaku yang baik seperti tidak suka berbohong,
bersifat adil, mencintai sesama, tekun belajar, berdisiplin dan lain
lain.
2. Metode pelatihan
Metode yang digunakan untuk melatih anak memiliki dampak yang
besar pada kepribadiannya. Jika metode yang digunakan keras dan tidak
38
memilih pandangan ekstrem dimasa dewasanya. Adapun metode
pelatihan islam, memimpin dengan memberikan contoh dan panutan
adalah cara yang paling penting. Cara lain adalah menasehati dengan
halus, memberikan imbalan dan hukuman, membangun kebiasaan,
menggunakan peristiwa, manfaatkan waktu dengan baik, bercerita, dan
bermain game. Penting bagi orang tua memahami pengaruh metode ini
terhadap kepribadian anak- anak mereka sehingga mereka dapat
berhati-hati tentang apa yang dilakukan anak-anak mereka.
Dalam mendidik anak tidaklah cukup hanya dengan memberikan
pelajaran saja tetapi harus dengan memberikan contoh agar mudah untuk
dimengerti oleh anak. Pendidikan keteladanan yang baik adalah cara
yang efektif untuk meluruskan penyimpangan anak. Tanpa adanya
keteladanan pendidikan apapun tidak berguna bagi anak dan nasehat
apapun tidak berpengaruh untuknya.
3. Metode dengan Kebiasaan
Anak adalah amanah bagi orang tuanya. Hatinya yang suci adalah
substansi yang berharga. Jika anak dibiasakan dengan kebaikan ia akan
tumbuh dalam kebaikan dan bahagia di dunia dan akhirat. Adapun jika ia
dibiasakan dengan kejelekan dan diabaikan begitu saja maka ia akan
sengsara dan celaka.
Contoh mendidik dengan kebiasaan Anak harus dibiasakan bangun
pagi agar mereka gemar melaksanakan shalat Subuh. Anak harus
39
ibadah di masjid. Pembiasaan itu harus dimulai sejak dini, bahkan
pembiasaan membaca Al-Quran pun bisa dimulai sejak dalam
kandungan. Pembiasaan shalat pada anak harus sudah dimulai sejak anak
berumur tujuh tahun.
4. Metode dengan Nasehat
Metode nasehat merupakan salah satu metode yang efektif dalam
mendidik anak, karena nasehat memiliki pengaruh yang besar yang
membuat anak mengerti tentang hakekat sesuatu dan memberinya
kesadaran tentang prinsip-prinsip islam („Ulwan,2012:558). Memberi
nasehat merupakan salah satu metode penting dalam pendidikan anak.
Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik ke
dalam jiwa apabila digunakan dengan cara yang dapat mengetuk relung
jiwa melalui pintunya yang tepat. Bahkan, dengan metode ini pendidik
mempunyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan peserta didik
kepada berbagai kebaikan. Jika para pendidik menggunakan metode
tersebut dalam mendidik anak pastilah anak tumbuh menjadi manusia
yang baik sebagai hasil dari pendidikan yang luhur, memiliki akhlak
terpuji.
Sebagai salah satu contohnya apabila orang tua mengetahui anak
nya tidak melaksanakan shalat sebagai orang tua yang harus dilakukan
adalah bukan memarahi anak tetapi hal pertama yang dilakukan oleh
orang tua adalah menanyakan kepada anak kenapa ia tidak melaksanakan
40
maka orang tua harus memberikan nasehat kepada anak. Orang tua
menjelaskan kepada anak pentingnya melaksnakan shalat dan
menjelaskan apa saja akibatnya kalau meninggalkan shalat.
5. Metode dengan Perhatian atau Pengawasan
Maksud dari mendidik dengan perhatian adalah mengikuti
perkembangan anak dan mengawasinya dalam pembentukan akidah,
akhlak, mental, dan sosialnya. Mendidik dengan cara ini dianggap
sebagai salah satu dari asas yang kuat dalam membentuk manusia yang
seimbang, yaitu yang memberikan semua hak nya sesuai dengan porsinya
masing-masing, yang sanggup mengemban semua tanggung jawab yang
harus dipikulnya, yang melakukan semua kewajibannya, dan yang
terbentuk menjadi muslim hakiki sebagai batu pertama untuk
membangun fondasi islam yang kokoh, yang dengannya akan terwujud
kemuliaan islam.
Contoh pendidikan dengan perhatian atau pengawasan adalah
Misalnya dalam hal berpakaian. Baik anak laki-laki maupun anak
perempuan, harus sudah kita berikan rambu-rambu dan aturan-aturan
tentang cara berpakaian sejak dini.Kepada anak perempuan, berikan
selalu pakaian anak perempuan dan kepada anak laki-lak berikan selalu
pakaian anak laki-laki. Ketika anak sudah mulai senang bertanya,
jelaskan kepadanya tentang tatacara berpakaian dalam Islam. Bagaimana
seorang perempuan harus berpakaian, sampai dimana batasan auratnya
41
Jelaskan pula bagaimana pakaian anak laki-laki, sampai dimana batasan
auratnya, seperti apa jenis-jenis pakaian anak laki-laki.
Perhatian dan pengawasan pada diri pendidik merupakan asas yang
paling utama, karena dengan cara seperti itu anak selalu berada di bawah
pantauan pendidik, mulai dari gerak-geriknya, perkataan, perbuatan,
sampai orientasi dan kecenderungannya. Mendidik dengan pengawasan
tidak hanya terbatas pada satu atau dua aspek saja yang terdapat dalam
pendidikan. Tetapi juga meliputi seluruh aspek, yaitu keimanan, akal,
akhlak, jasmani, mental,dan sosialnya. Sehingga pendidikan dapat
memberikan buahnya dalam menciptakan individu muslim yang
seimbang dan sempurna, yang dapat memberikan semua haknya sesuai
porsinya masing-masing dalam kehidupan („Ulwan:2012:611).
1) Perhatian terhadap aspek keimanan anak
Bentuk perhatian terhadap anak dalam aspek keimanan adalah :
a) Pendidikan memperhatikan terhadap apa yang telah didapatkan
anak berupa prinsip, pemikiran dan keyakinan dari orang yang
telah mengajarnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
b) Memperhatikan bacaan anak berupa buku, majalah, dan
semacamnya. Jika terdapat pemikiran yang menyimpang, atheis
dan upaya kristenisasi, hendaklah pendidik langsung melakukan
tugasnya untuk menyita buku dan majalah tersebut.
c) Memperhatikan siapa yang menjadi teman anak. Jika teman-teman
42
berperilaku menyimpang, dan sesat, maka pendidik berkewajiban
memutus hubungan mereka.
d) Memperhatikan partai atau organisasi apa yang diikuti anak. Jika
itu adalah partai atheis dalam prinsip dan arahanya, atau organisasi
yang tidak beragama dalam tujuan dan orientasinya, maka pendidik
harus melarangnya dan memberikan penjelasan yang memuaskan
kepada anak tentang hal itu.
2) Perhatian terhadap aspek akhlak anak
a) Pendidikan memperhatikan kejujuran anak. Jika ia mendapatkan
anak melakukan kebohongan dalam perkataan dan janjinya,
bermain kata-kata, serta menampakan sifat pembohong dan
munafik di masyarakat, maka pendidik harus segera mengambil
tindakan ketika anak pertama kali berbohong. Tunjukan kepadanya
kebenaran yang seharusnya dan dijelaskan secara rinci
konsekuensinya dari berbohong. Sehingga ia tidak pernah lagi
mengulangi perbuatannya selamanya.
b) Pendidik memperhatikan sikap amanah pada diri anak. Jika ia
mendapati anak mencuri seperti uang receh saudaranya atau
pena temennya, pendidik harus langsung memperbaikinya.
Pahamkan kepada anak bahwa itu adalah haram, karena
mengambil barang orang yang bukan haknya.
c) Memperhatiakan anak dalam menjaga lisannya.jika didapati
43
bijaksana harus langsung memperbaikinya dan mengenali sebab
yang membuatnya seperti itu, untuk memutusnya dengan anak.
Kemudian terangkan kepada anak tentang sifat-sifat dan akhlak
yang baik dengan cara yang menarik perhatiannya, agar ia
menyenangi akhlak-akhlak terpuji.
d) Memperhatikan kehendak anak. Artinya, jika ditemukan anak
ikut-ikutan menikmati dan mendengarkan lagu-lagu fulgar,
laki-laki berdandan seperti perempuan, berbaur dengan
perempuan yang bukan mahramnya , menonton adegan-adegan
yang tidak senonoh di televisi atau bioskop dan sebagainya,
maka pendidik harus segera memperbaikinya dengan nasehat
yang baik
3) Perhatian terhadap aspek pengetahuan anak
4) Perhatian terhadap jasmani anak
5) Perhatian terhadap aspek mental anak
6) Perhatian terhadap aspek sosial anak
7) Perhatian terhadap aspek ruhani anak
Rasulullah SAW menggunakan perhatian sebagai metode
pendidikan dalam berbagai bentuk, antara lain dalam pendidikan
social, moral, spiritual, dan jasmani, dalam memperingatkan yang
haram, dalam mendidik anak kecil dan memberi petunjuk orang
44
lain. Pendidikan dengan perhatian dan pengawasan tidak hanya
terbatas pada satu, dua segi perbaikan dalam pembentukan
kepribadian seseorang, tetapi harus mencakup semua segi baik
keimanan, mental, moral, fisik, spiritual, maupun sosial.
(Kholiq,1999:72).
6. Mendidik dengan Hukuman
Hukuman dalam syari‟at islam dikenal dengan hudud dan ta‟zir.
Hudud adalah hukuman yang didasarkan oleh syari‟ah yang wajib
dilaksanakan karena Allah. Tak‟zir adalah hukuman hukuman yang
tidak ditentukan oleh Allah karena pelanggaran yang dilakukan tidak
terdapat had atau kafarah, namum ia seperti hudud dalam hal memberi
pelajaran untuk orang lain demi kemaslahatan umat
(Kholid,dkk,1999;72).
Contoh pemberian hukuman adalah ketika anak tidak mau
mengerjakan shalat. Sebagaimana yang diperimakatahkan Allah
dalam surah Thahaa ayat 132
ُنْحَّن بًقْسِر َكُلَئْسَنَلا بَيْيَلَعْزِبَطْصُاًَ ِةٌََلَّصل ُبِب َكَلْىَأ ْزُهْأًَ
شىٌَْقَّتلِل ُتَبِقَعْلُاًَ َكُقُسْزَن
Artinya :”dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat
(yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”.
Cara yang harus dilakukan orang tua pertama kali adalah
menasehatinya terlebih dahulu, Namun kadang, kita sudah menmpuh