• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENDIDIKAN AKHLAK ANAK PADA KELUARGA BURUH (Studi Kasus pada Masyarakat Pekerja Buruh di Desa Tengaran Kec.Tengaran Kab.Semarang Tahun 2016) SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MODEL PENDIDIKAN AKHLAK ANAK PADA KELUARGA BURUH (Studi Kasus pada Masyarakat Pekerja Buruh di Desa Tengaran Kec.Tengaran Kab.Semarang Tahun 2016) SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd )"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

i

MODEL PENDIDIKAN AKHLAK ANAK

PADA KELUARGA BURUH

(Studi Kasus pada Masyarakat Pekerja Buruh di Desa

Tengaran Kec.Tengaran Kab.Semarang Tahun 2016)

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd )

Oleh :

MUHAMAD ARIF RAHMAN

NIM : 111 11 145

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

“Baarang siapa menginginkan kebahagiaan di dunia dan di

akhirat maka haruslah memiliki banyak ilmu”. (HR. Ibnu

Asakir)

“Didiklah anak-anak kamu sesungguhnya mereka

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

1. Keluarga besarku terutama pada ayahku, Muhaimin dan ibuku Endah fitriyati

yang tidak lelah untuk selalu memberikan do‟anya, kasih sayangnya untukku,

Om dan Tante saya, yang telah memberikan nasehat, motivasi, dan

dukungannya untukku.

2. Sahabat-sahabatku di IAIN Salatiga Nurlaili Uswatun Ch yang selalu

menemani disaat suka maupun senang, yang selalu memotivasi dan memberi

banyak dukungan, yang telah membantu memperlancar dalam pembuatan

skripsiku.

3. Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di kampus yaitu kelas PAI

D angkatan tahun 2011, kelompok PPL, kelompok KKN, dan teman lainnya

di IAIN Salatiga yang selalu memberikanku semangat berjuang dalam hal

apapun serta memberikan banyak pelajaran yang berharga dan ilmu yang

bermanfaat.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Asslamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI).

4. Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. sebagai dosen pembimbing

skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya

serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

(9)
(10)

x

ABSTRAK

Arif Rahman, Muhamad. 2017 Model pendidikan akhlak anak pada keluarga

buruh Studi kasus pada masyarakat pekerja buruh di DesaTengaran

Kec.Tengaran Kab.Semarang Tahun 2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah

dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Dr.

Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd

Kata kunci: Model pendidikan, akhlak anak, dan keluarga buruh.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui profil orang tuayang bekerja sebagai buruh? Mengetahui performa

akhlak anak pada keluarga buruh? Mengetahui pola atau cara mendidik akhlak

pada anak keluarga buruh? Mengetahui masalah yang dihadapi dalam pendidikan

akhlak pada anak keluarga buruh?

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif,

dan menggunakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan observasi,

wawancara dan dokumentasi dan teknik analisis data pengumpulan data, reduksi

data, model data dan penarikan kesimpulan.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) priofil orang tua yang

bermacam-macam. (2) performa akhlak anak pada keluarga buruh yang

berbeda-beda. (3) pola atau cara mendidik akhlak anak setiap orang tua berbeda-beda dan

para orang tua mempunyai setrategi masing-masing. (4) masalah yang dihadapi

orang tua untuk mendidik anaknya itu karna kurangnya waktu orang tua terhadap

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... I

LEMBAR BERLOGO ... Ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... Iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... Iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... xiii xiv DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Fokus Penelitian ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Kegunaan Penelitian ... 7

1. Kegunaan Teoritik ... 7

(12)

xii

E. Penegasan Istilah ... 8

1. Model pendidikan... 8

2. Akhlak anak ... 9

3. Keluarga buruh ... 11

F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11

2. Kehadiran Peneliti ... 12

3. Lokasi Penelitian ... 13

4. Sumber Data ... 13

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 14

6. Analisis Data ... 16

7. Pengecekan Keabsahan Data ... 19

8. Tahap-tahap Penelitian ... 18

G.Sistematika Penulisan Skripsi ... 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 23

A.Pendidikan Akhlak Anak... 23

1. Pengertian Pendidikan ... 2. Pengertian Pendidikan Akhlak ... 23 25 B. Akhlak dan Ruang Lingkup ... 27

1. Pengertian Akhlak ... 27

(13)

xiii

3. Ciri-ciri Akhlak ...

4. Tujuan Akhlak ...

2. Metode Pelatihan ...

3. Metode dengan Kebiasaan...

4. Metode dengan Nasehat ...

5. Metode dengan Perhatian atau Pengawasan...

6. Mendidik dengan hukuman ...

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

38

28

39

40

45

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50

1. Letak Geografis ... 50

2. Kondisi Monografi ... 51

3. Visi Misi ...

4. Struktur Organisasi Desa Tengaran ...

B.Deskripsi Hasil temuan Penelitian...

1. Bagaimana Profil Orang Tua ...

2. Bagaimana Profil Akhlak Anak ...

3. Bagaimana model atau cara mendidik akhlak anak ...

(14)

xiv

4. Apa permasalahan yang dihadapi dalam mendidik

akhlak anak ...

65

BAB IV PEMBAHASAN... 67

1. Profil Orang Tua ...

2. Performa akhlak anak pada keluarga buruh ...

3. Pola atau cara mendidik akhlak pada anak pekerja

buruh ...

4. Masalah yang dihadapi dalam pendidikan akhlak anak

pekerja buruh ...

67

71

74

76

BAB V PENUTUP ... 78

A.Kesimpulan ... 79

B.Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN 2 LEMBAR KONSULTASI

LAMPIRAN 3 SURAT IZIN PENELITIAN

LAMPIRAN 4 SURAT BALASAN

LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN 6 TRANSKRIP WAWANCARA

LAMPIRAN 7 CATATAN OBSERVASI

LAMPIRAN 8 ARSIP FOTO PENELITIAN

LAMPIRAN 9 SKK

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai mahluk pedagogis dilahirkan dengan berbagai

macam potensi yang dapat dibina dan menjalankan peranya tersebut,

menurut isyarat Al-Qur‟an ia harus mampu menjaga diri dan

keluarganya dari api neraka.

Sebagaimana firman Allah SWT :

ُصبَّنلابَىُدٌُقًَاًربَن ْنُكيِلْىَأًَ ْنُكَسُفنَأْاٌَُقْاٌُنَهاَء َنيِذَّلابَيُّيَأَي

بَه َ َّاللَّ َنٌُصْعَيَلا ٌدادِش ٌظَلاِغٌتَكِئَلاَه بَيْيَلَعُةَربَجِحْلاًَ

َهْؤَيبَه َنٌُلَعْفَيًَ ْنُىَزَهَأ

َنًُز

Artinya:“hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada

mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (At-Tahriim : 6).

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa anak merupakan bagian

penting dari keluarga. Oleh karenanya menjaga anak dari api neraka

harus dilakukan. Sedangkan yang dimaksud dari menjaga anak adalah

member petunjuk kepada kebaikan dan menjauhkanya dari keburukan,

(17)

2

mengatakan bahwa siapa yang mengajar anaknya waktu kecil ia akan

gembira.

Berkaitan dengan ungkapan d iatas, ada pula yang mengatakan

anak adalah bagian berharga dalam hidup ini. Anak adalah amanat dari

Allah SWT bagi orang tuanya. Dengan alasan itu, wajib hukumnya

bagi orang tua memelihara amanat tersebut. Bahkan menurut

Al-Ghozali : pemeliharaan lebih baik dari pada perawatan. Perlu

dipahami bahwa memelihara anak sejak kecil sejak dini dengan

pendidikan yang baik, lebih baik dari pada merawatnya setelah anak

terjatuh kedalam pendidikan yang tidak baik. Pendidikan adalah hal

yang sangat penting bagi perkembangan anak. Hatinya yang bersih

dapat dengan mudah dimasuki yang baik atau yang buruk. Bila sejak

kecil anak dibiasakan dengan yang baik, maka ia akan menjadi besar

dengan sifat-sifat yang baik. Sehingga berbahagialah ia di dunia dan di

akhirat. Sebaliknya, jika ia terbiasa dengan yang jelek maka

kecenderungan untuk menjadi anak yang rusak pun akan lebih besar

(Athiyah, 2003:116).

Berkaitan dengan hal tersebut, kondisi-kondisi yang menonjol

dan mencemaskan dari peradaban masa kini adalah lepasnya ikatan

moral yang diajarkan agama. Begitu parahnya peradaban pada zaman

ini sampai-sampai kasih sayang dan keharmonisan yang selalu

(18)

3

saat ini adalah abad ilmu pengetahuan, abad revolusi atau abad tanpa

nilai.

Untuk mengantisipasi kondisi semacam ini maka mendidik

akhlak pada anak sejak dini adalah solusinya. Pendidikan akhlak harus

dijadikan “kurikulum” utama. Para orang tua harus menyadari bahwa

kepribadian muslim anak hanya dapat dibentuk melalui pendidikan

akhlak.

Akhlak adalah pedoman pokok dalam menjaga agama, dan

Negara. Dengan akhlak yang baik, suatu Negara akan aman dan

makmur, sebagaimana ungkapan penyair Ahmad Syauqi Bey,

“Kekalnya suatu bangsa adalah selama akhlaknya kekal, jika ahklaknya

sudah lenyap maka musnah pulalah bangsa itu” ( Nasrudin, 1986:38).

Akhlak terbentuk melalui proses, oleh karena itu

pembentukanya memerlukan pendidikan sejak dini yang dimulai dari

keluarga. Karena keluarga adalah lembaga pendidkan yang pertama dan

utama. Maksud lembaga yang pertama adalah sebelum anak mendapat

pendidikan dari lembaga pendidikan (sekolah), mereka telah mendapat

pendidikan dari keluarga. Sehingga perlu diketahui bahwa keluarga

bertanggung jawab penuh atas pembentukan moral dan penanaman nilai

dalam pendidikan anak. Sedangkan maksud pendidikan utama adalah

keluargalah yang yang paling tepat umtuk menanamkan nilai-nilai yang

(19)

4

jawab yang sangat besar terhadap pendidikan dan masa depan anak.

Dalam upaya tersebut perilaku dan akhlak orang tua menjadi kunci

keberhasilanya. Sebab anak lebih mudah meniru perilaku orang tua.

Hal ini sesuai dengan pendapat Daradjat ( 1970 :70).

“Orang tua adalah pribadi yang pertama dalam hidup anak.

Kehidupan orang tua, sikap, dan cara mereka, merupakan unsur-unsur pendidikan yang secara tidak langsung dengan sendirinya akan masuk secara tidak langsung dengan sendirinya pribadi

anak yang sedang tumbuh itu”.

Menurut A.D Marimba (1989:19) “pendidikan adalah

bimbingan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

yang utama”.

Oleh karena itu orang tua sebagai orang yang lebih dewasa

harus selalu memperbaiki diri sebagai figur yang dapat ditiru dan diikuti

oleh anak-anaknya. Tapi perlu diingat bahwa setiap anak memiliki

karakter dan sifat yang berbeda. Sehingga orang tua perlu memilih

karakter yang sesuai dalam mendidik anak-anaknya. Dalam hal tersebut

banyak cara yang bisa digunakan, akan tetapi yang paling efektif dalam

pendidikan akhlak pada anak. Orang tua merupakan pendidik yang

tingkah laku dan sopan santunya akan ditiru. Bahkan keteladananya itu

akan melekat pada diri dan perasaanya, baik dalam bentuk ucapan

maupun perbuatan, karena keteladanan dianggap sebagai faktor penentu

baik dan buruknya anak didik (Abdullah, 1992:1).

Seiring dengan itu ternyata nasehat orang tua juga sangat

(20)

5

orang tua akan lebih diperhatikan anak. Karena orang tua cenderung

lebih mengerti dan memahami karakter pribadi anak didiknya, jadi cara

menasehati orang tua lebih dapat diterima anak sesuai kebutuhan dan

karakter anak.

Akan tetapi harus disadari bahwa pendidikan akhlak pada anak

tidak hanya menjadi tanggung jawab keluarga. Keluarga khususnya

orang tua juga memiliki kewajiban untuk mencari nafkah dengan cara

bekerja. Banyak lapangan pekerjaan yang ditawarkan, khususnya

lapangan pekerjaan buruh yang saat ini banyak ditemui pabrik-pabrik.

Seperti halnya di wilayah desa Tengaran, yang akan dijadikan sebagai

lokasi penelitian.

Berkaitan dengan hal tersebut berarti orang tua memiliki

keterbatasan waktu dan pengetahuan dalam mendidik akhlak pada anak.

Jadi orang tua perlu memiliki cara tesendiri untuk mendidik akhlak

pada anak, dilihat dari segi kesibukan orang tua untuk bekerja,

khususnya pekerjaan buruh yang lebih banyak waktunya ditempat kerja.

Untuk itu orang tua perlu dukungan dari lingkungan. Lingkungan

tersebut meliputi lingkungan sekolah. Guru sebagai pendidik disekolah

dituntut untuk biasa menjadi panutan dan teladan bagi anak didiknya.

Karena guru merupakan contoh perlu ditiru dalam nasehat dan

keteladananya, baik ucapan, perbuatan sehingga anak dapat mengerti,

memahami, dan melakukanya. Jadi sekolah hanya berperan sebagai

(21)

6

pada anak, karena keterbatasan orang tua khususnya dari segi waktu

untuk tetap menafkahi keluarga.

Tengaran merupakan wilayah yang sekelilingnya terdapat

beberapa pabrik dan industri lainnya. Sehingga banyak anak-anak di

Desa Tengaran yang orang tuanya bekerja sebagai buruh maka orang

tuanya tersebut dalam mendidik akhlak kurang karena keterbatasan

waktu yang banyak bekerja. Apakah hal tersebut menjadi salah satu

faktor kegagalan orang tua karena kurangnya pengawasan orang tua

yang sibuk bekerja dan pola pikir yang kurang memahami akan

pentingnya pendidikan akhlak bagi anak. Dilihat dari segi perilaku anak

yang kurang menerapkan sikap berakhlak sesuai dengan kewajiban

sebagai umat islam. Sehingga para anak-anak bekerja buruh di Desa

Tengaran dalam pendidikan akhlak masih kurang dan perlu

penambahan pendidikan akhlak di luar pendidikan formal.

Berpijak dari pekerjaan orang tua maka muncul ide untuk

diadakan penelitian guna mengetahui sejauh mana. MODEL

PENDIDIKAN AKHLAK ANAK PADA KELUARGA BURUH

Studi Kasus Pada Masyarakat Pekerja Buruh di Desa Tengaran

KEC.Tengaran KAB.Semarang Tahun 2016. Kiranya permasalahan

(22)

7 B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat

memfokuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana profil orang tua yang bekerja sebagai buruh?

2. Bagaimana performa akhlak anak pada keluarga buruh?

3. Bagaimana pola atau cara mendidik akhlak pada anak keluarga

buruh?

4. Apa masalah yang dihadapi dalam pendidikan akhlak pada anak

keluarga buruh?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui profil orang tua yang bekerja sebagai buruh?

2. Mengetahui performa akhlak anak pada keluarga buruh?

3. Mengetahui pola atau cara mendidik akhlak pada anak keluarga

buruh?

4. Mengetahui masalah yang dihadapi dalam pendidikan akhlak pada

anak keluarga buruh?

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini dapat dirumuskan menjadi dua, pertama

kegunaan teoritik dan kedua kegunaan praktik.

1. Kegunaan Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritik

(23)

8

peneliti, masyarakat, khususnya orang tua yang bekerja sebagai buruh

di desa Tengaran.

2. Kegunaan Praktik

Secara praktik penelitian ini diharapkan dapat membantu

menemukan implikasi pekerjaan orang tua buruh dalam pendidikan akhlak

anak.

E. Penegasan istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap penafsiran judul,

maka penulis perlu adanya penjelasan berkenaan dengan beberapa istilah

pokok dalam penelitian ini.

1. Model Pendidikan

Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang

menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang sering kali

berupa penyederhanaan atau idialisis. Bentuknya dapat berupa model

fisik (maket, bentuk prototipe), model citra (gambar rancangan, citra

komputer), atau rumusam matematis. (KBBI, 2003:263).

Pendidikan menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia berarti

pimpin, pelihara atau ajar. Mendapat penambahan konfik “pe-an”

yang mengandung makna proses. Jadi pendidikan berarti suatu

(24)

9

Jadi model pendidikan yaitu rencana atau deskripsi yang

menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep yang sering kali

berupa penyederhanaan atau idialis suatu proses ajar.

2. Akhlak Anak

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan anak adalah

anak-anak pekerja buruh / wiraswasta yang berusia sekolah dari

tingkat dasar, menengah dan perguruan tinggi.

Anak dalam perspektif islam merupakan amanah dari Allah

SWT. Dengan demikian, semua orang tua berkewajiban untuk

mendidik anaknya agar menjadi insane yang sholeh, bertaqwa, dan

berilmu. Hal ini merupakan suatu wujud pertanggung jawaban dari

setiap orang tua anak pada Kholiknya.

Anak adalah masa dalam periode perkembangan dari berakhirnya

masa bayi (0,0 – 3,0 tahun), hingga menjelang pubertas. Sedang

menurut Hanna Djumhana Bustaman yang dimaksud dengan

anak-anak adalah masa antara 3,0 tahun sampai sekitar 11,0 tahun

(Ahmad, 1981:19).

Akhlak berasal dari kamus bahasa Arab, yaitu

ٌوَّيِقُلُخ ٌتَّيِبِشَت

yang artinya “tabi‟at budi perkerti”. tingkah laku, perangai, watak,

moral. Dilihat dari segi terminologi “Akhlak ialah keadaan gerak

jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa

(25)

10

ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan

tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia, lahir dan batin.

Sedangkan Akhlak menurut Prof. Dr. Hj. Zakiyah Daradjat adalah :

Kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,

pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu, membentuk

sesuatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup

keseharian. Dari kelakuan itulah lahirlah perasaan moral yang

terdapat di dalam manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu

membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang

bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan

mana yang buruk. Jadi pada hakikatnya akhlak sifat yang tertanam

dalam jiwa manusia, yang akan muncul secara spontan bilamana

diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlibih

dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar, dan sifat itu

dapat lahir berupa baik atau buruk sesuai dengan pembinaannya.

Sedangakan akhlak menurut At-Taumy Al-Syaebani adalah

kebiasaan atau sikap yang mendalam dalam jiwa dari timbul

perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang.

3. Keluarga Buruh

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri

(26)

11

disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling

ketergantungan (Sugeng, 1997:58).

Menurut Salvicon dan Celis (1998) didalam keluarga terdapat

dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan

darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dihidupnya dalam

satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam

peranannya masing-masing dan menciptakanserta mempertahankan

suatu kebudayaan (Baron, 2003:266).

Buruh, pekerja, worker, loborer, tenaga kerja atau kariyawan

pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan

kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik

berupa uang maupun bentuk lainnya kepada pemberi kerja atau

pengusahasa atau majikan (KBBI, 2003:321).

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif yaitu pendekatan penelitian yang menghasilkan

data-data berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati dari fakta-fakta yang ada saat ini dengan tujuan untuk

menggambarkan keadaan atau status fenomena dari data-data yang

(27)

12

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian fenomenologi, penelitian ini mencoba menjelaskan atau

mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari

oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini

dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam

memaknai atau memahami fenomena yang dikaji (Salim, 2012:87).

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat positif, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah, di mana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan

data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif menekankan makna

(Sugiyono, 2006:9-10). Menurut sifatnya data kualitatif adalah data yang

tak berbentuk bilangan, data kualitatif yaitu semua bahan, keterangan,

dan fakta-fakta yang tidak dapat dihitung dan diukur secara matematis

karena berwujud keterangan verbal (kalimat dan kata), serta bersifat

proses.

2. Kehadiran Peneliti

Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai instrumen penelitian,

artinya peneliti terjun langsung ke lapangan untuk proses penelitian dan

pengumpulan data, adapun karakteristik dalam penelitian ini adalah:

Pertama, peneliti menggunakan sistem wawancara tidak berstruktur,

dengan pemahaman tentang sikap sosial yang dimiliki oleh peneliti,

(28)

13

wawancara secara mendalam. Kedua, peneliti mengadakan komunikasi

dengan obyek dengan menggunakan bahasa pertemanan agar lebih akrab

dan mudah dipahami, sehingga terjalin suasana yang baik antara peneliti

dan informan Ketiga, peneliti mengumpulkan dan mencatat data secara

terperinci berkaitan dengan hal-hal yang bertalian dengan permasalahan

yang diteliti.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Tengaran ,

Kec.Tengaran, Kab. Semarang. Desa Tengaran merupakan sebuah

desa yang terletak di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

Jarak ke Ibu Kota Kecamatan : 0Km. Jarak ke Ibu Kota Kabupaten :

40 Km. Luas wilayah Desa Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten

Semarang adalah 261.5 Hektar (Ha) atau sekitar 1,05% dari luas

Kabupaten Semarang, secara administratif terdiri dari 5 wilayah

Dusun.

4. Sumber Data

Data dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh, diantaranya

melalui:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan

(29)

14

primer dapat diperoleh langsung dari lapangan yang dapat

memberikan gambaran keadaan, mengidentifikasi permasalahan, dan

menjawab semua pertanyaan dalam penelitian. Data primer dalam

penelitian ini adalah Kepala Desa Tengaran, orang tua yang bekerja

buruh yang tinggal di Desa Tengaran dan anaknya yang sudah

sekolah, tepatnya di RT 16 dan RT 17.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain

atau melalui dokumentasi (Sugiyono, 2006:253). Sumber data

sekunder dapat diperoleh dari buku, jurnal, internet, artikel, majalah

atau koran, serta hasil penelitian lainnya. Sumber data sekunder dalam

penelitian ini yaitu berupa foto yang didokumentasikan saat

wawancara dengan orang tua dan anaknya, catatan tentang desa

Tengaran, dan arsip desa Tengaran.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data

primer dan data sekunder.Data primer dapat diperoleh langsung dari

lapangan yang dapat memberikan gambaran keadaan, mengidentifikasi

permasalahan, dan menjawab semua pertanyaan dalam penelitian.

Sedangkan data sekunder dapat diperoleh dari buku, jurnal, internet,

artikel, majalah atau koran, serta hasil penelitian lainnya. Data primer

(30)

15 a. Wawancara

Esterberg (2002) menyatakan bahwa “wawancara merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dkonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu” (Sugiyono, 2006:260). Wawancara yang digunakan dalam

penelitian adalah wawancara tak berstruktur atau terbuka, yaitu

wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan segi yang

di wawancarai pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono,

2006:263). Peneliti juga dapat mengetahui lebih mendalam tentang

informan mengenai hal-hal terkait dengan judul yaitu metode

pendidikan akhlak anak pada pekerja buruh, sehingga dalam

menginterpretasikan situasi dan fenomena sesuai dengan yang terjadi.

b.Observasi

Marshall (1995) menyatakan bahwa “melalui observasi

peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut”

(Sugiyono, 2006:254). Observasi merupakan cara pengumpulan data

melalui pengamatan dan pencatatan langsung sesuai dengan keadaan

riil di lapangan. Observasi ini digunakan dalam mencari data tentang.

Metode Pendidikan Akhlak Anak pada Keluarga Buruh Untuk

memperoleh data yang berhubungan dengan pendidikan akhlak anak

(31)

16 c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu.

Dokumentasi merupakan materi tertulis yang didasarkan pada catatan

dan dokumen-dokumen yang digunakan untuk melengkapi sebuah

data yang diperlukan dalam penelitian. Dokumen-dokumen tersebut

bisa berupa foto, dokumen milik informan, dan hasil wawancara yang

didapat dari informan. Dokumentasi digunakan dalam mencari data,

dan diperlukan sebagai pelengkap dari penggunaan metode

wawancara dan observasi, sehingga akan lebih dapat dipercaya jika

didukung oleh data-data dokumentasi (Sugiyono, 2006:270).

6. Analisis Data

Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya menggunakan data yang

dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis.Sedangkan

pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola

induktif yaitu penelitian yang dari hal-hal khusus ke hal-hal umum.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data-data

deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau orang-orang dari pelaku

yang dapat diamati dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan atau

status fenomena dari data-data yang diperoleh dari obyek penelitian yang

kemudian dilakukan analisis dengan cara:

(32)

17 1) Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, dan sejenisnya, tapi yang paling sering digunakan adalah teks

yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami (Sugiyono, 2006:280).

Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan

sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki

makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan

data, membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang

sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindak lanjuti untuk mencapi

tujuan penelitian.

2) Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

oleh karena itu perlu dicatat secara teliti dan rinci.Mereduksi data

berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya

serta mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2006:277-278). Yang

(33)

18

a) Hasil wawancara maupun catatan lapangan yang masih umum dan

acak-acakan yang belum dapat dipahami, dengan reduksi maka

peneliti merangkum, mengambil data yang pokok dan penting,

sedangkan yang tidak penting dibuang.

b) Peneliti dalam mereduksi data akan memfokuskan pada metode

pendidikan akhlak anak pada keluarga buruh di Desa Tengaran.

c) Jika peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala

sesuatu yang dipandang asing, maka itulah yang harus dijadikan

perhatian dalam mereduksi data.

3) Kesimpulan dan Verifikasi

Data yang sudah dipolakan, difokuskan, dan disusun secara

sistematis melalui reduksi dan penyajian data yang kemudian

disimpulkan sehingga makna data dapat ditemukan.Untuk

memperoleh kesimpulan yang lebih mendalam, maka diperlukannya

data baru sebagai penguji terhadap kesimpulan awal. Tahap penarikan

kesimpulan dan verifikasi data diambil dari hasil reduksi dam n

panyajian data merupakan kesimpulan sementara. Kesimpulan

sementara ini masih dapat berubah jika ditemukan bukti-bukti kuat

lain pada saat proses verifikasi data di lapangan. Jadi proses verifikasi

data dilakukan dengan cara peneliti terjun kembali di lapangan untuk

mengumpulkan data kembali yang dimungkinkan akan memperoleh

(34)

19

yang diambil. Jika data yang diperoleh memiliki keajegan (sama

dengan data yang telah diperoleh) maka dapat diambil kesimpulan

yang baku dan selanjutnya dimuat dalam laporan hasil penelitian

(Idrus, 2009:151).

7. Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian ini terdapat beberapa kriteria

yang nantinya akan dirumuskan secara tepat, teknik pemeriksaannya

yaitu adanya kredibilitas yang dibuktikan dengan perpanjang

pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi

dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan dimintakan

kesepakatan (membercheck)(Sugiyono, 2006:302).Untuk mengetahui

apakah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian memiliki tingkat

kebenaran atau tidak, maka dilakukan pengecekkan data yang disebut

validitas data. Untuk menjamin validitas data maka dilakukan triangulasi,

yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain. Penelitian ini dalam menguji keabsahan data dilakukan

dengan;

Triangulasi Sumber

Menurut Patton (1987), “triangulasi sumber berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

(35)

20

(Moleong, 2009:330). Dalam penelitian ini yang peneliti lakukan,

diantaranya:

1) membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil

pengamatan,

2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

yang dikatakan secara pribadi,

3) membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu

dokumentasi,

4) data yang diperoleh dilakukan pada pengurus desa, data dari

sumber tersebut tidak bisa dirata-ratakan tetapi dideskripsikan,

dikategorisasikan mana pandangan yang sama, mana yang berbeda,

dan mana yang spesifik dari sumber-sumber tersebut sehingga

dapat dianalisis oleh peneliti yang kemudian menghasilkan suatu

kesimpulan.

8. Tahap-tahap Penelitian

a. Kegiatan administratif, yang meliputi pengajuan izin operasional

untuk penelitian dari rektor IAIN Salatiga selaku penanggung jawab,

kemudian menyusun pertanyaan untuk wawancara, serta melakukan

administratif lainnya.

b. Kegiatan lapangan yang meliputi:

1) Survei awal untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian, yaitu

(36)

21

2) Menemui para pengurus dan orang tua masyarakat desa Tengaran

yang akan dijadikan objek penelitian.

3) Melakukan wawancara kepada para informan sebagai langkah

untuk pengumpulan data, kemudian observasi langsung ke

lapangan secara mendalam berkaitan dengan yang diteliti.

4) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan

untuk memudahkan dalam melakukan pemaknaan.

5) Mereduksi data dengan cara membuang data-data yang lemah atau

menyimpang.

6) Melakukan ferivikasi data untuk membuat kesimpulan-kesimpulan

sebagai deskriptif temuan penelitian.

7) Menyusun laporan akhir untuk dijilid dan dilaporkan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam memahami skripsi ini, maka perlu diketahui urutan-urutan

dalam penulisannya, diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN, berisi pendahuluan yang memuat latar

belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, penegasan istilah, metode penelitian yang meliputi:

pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliatian, lokasi penelitian,

sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekkan

(37)

22

BAB II KAJIAN PUSTAKA, berisi tentang kajian teori yang meliputi ;

Pengertian pendidikan, pengertian pendidikan akhlak, Dasar pendidikan

akhlak, Pengertian akhlak, Pembagian akhlak, Ciri-ciri akhlak, Tujuan

akhlak, Fungsi akhlak, Metode pendidikan akhlak, Faktor-faktor yang

mempengaruhi pendidikan akhlak anak.

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, berisi

paparan data dan temuan penelitian yang menjelaskan tentang: gambaran

umum lokasi penelitian, gambaran informan terdiri dari: sejarah singkat,

visi dan misi, data kepengurusan, dan deskripsi hasil temuan penelitian.

BAB IV PEMBAHASAN, pembahasan memuat tentang bagaimana

profil orang tua yang bekerja sebagai buruh, bagaimana performa akhlak

anak pada keluarga buruh, bagaimana pola atau cara mendidik akhlak pada

anak keluarga buruh,dan apa masalah yang dihadapi dalam pendidikan

akhlak anak pekerja buruh.

(38)

23 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Akhlak Anak

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia berarti pimpin,

pelihara atau ajar. Mendapat penambahan konfik “pe-an” yang mengandung

makna proses. Jadi pendidikan berarti suatu proses ajar. (1995:91)

Adapun pengertian pendidikan, diantaranya:

a. Driyarkara dalam buku Dikti Ditjen (1983/1984), mengemukakan bahwa

“pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda” (Ikhsan, 2003:4).

Dictionary of Education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses di

mana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk

tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial di

mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan

terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat

memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan

kemampuan individu yang optimum (Ikhsan, 2003:4).

b. Crow and Crow dalam buku Suprapto (1975), menyebutkan “pendidikan

adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi

(39)

24

budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi” (Ikhsan,

2003:5).

c. Menurut Ki Hajar Dewantara, “pendidikan umumnya berarti daya upaya

untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter),

pikiran (intelek), dan tubuh anak” (Ikhsan, 2003:5). Dalam GBHN tahun

1973 dikatakan bahwa “pendidikan hakikatnya adalah usaha sadar untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah

dan berlangsung seumur hidup” (Ikhsan, 2003:5).

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah

suatu usaha untuk mewujudkan suasana belajar mengajar agar peserta didik

mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan memiliki

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.Untuk mencapai kesuksesan

dalam pendidikan diperlukannya tujuan-tujuan dalam pendidikan, diantaranya:

a. meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam

pendidikan,

b. menumbuhkan/menanamkan kecerdasan emosi dan spiritual yang mewarnai

aktivitas hidupnya,

c. menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas

pembelajaran,

d. menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara

teratur dalam aktivitas hidupnya dan memahami manfaat dari

(40)

25

e. menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu luang

dengan aktivitas belajar, dan

f. menumbuhkan pola hidup sehat dan pemeliharaan kebugaran jasmani

(Hidayatullah, 2010:5).

2. Pengertian pendidikan akhlak

Dalam realitas manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari pergaulan

dengan sesama makhluk, lebih khusus dengan sesamanya. Karena bagaimana

seharusnya mereka berbuat dan bertingkah laku serta bertindak terhadap

sesama dalam membina masyarakat.

Berbicara dari akhlak tidak lepas dari kepribadian. Menurut Jalaludin dan

Usman Said, dua sisi penting dalam pembentukan kepribadian muslim yaitu

iman dan akhlak. Iman sebagai konsep dan akhlak sebagai iplementasi dari

konsep itu.

Yang dimaksud dengan pendidikan akhlak adalah seseorang pendidik

dalam memberikan suatu bimbingan terhadap anak didik mengenai akhlak

dengan tujuan membentuk kebiasaan atau sikap yang baik, sehingga nantinya

anak memiliki kepribadian yang utama dan menjadi manusia yang berakhlak

karimah.

Mendidik anaka berarti membimbing kearah kedewasaan. Orang tua

sebagai pendidik pertama bagi anak, mengarahkan dan membimbing anak

(41)

26

membimbing kearah kedewasaan inilah pendidikan mempunyai peran penting.

Pendidikan yang demikian ini dimulai dari pendidikan dalam rumah tangga

(keluarga), sekolah dan lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, orang tua

harus sadar akan tanggung jawab dalam membimbing dan mengarahkan

anak-anaknya untuk menjadi manusia yang bersusila dan berakhlak mulia

3. Dasar pendidikan akhlak

Dasar pendidikan akhlak yang didalamnya mencakup pendidikan akhlak pada

anak adalah Al-Quran dan sunah Rosul SAW. Penurunan Al-Quran yang

dimulai dengan ayat-ayat yang mengandung konsep pendidikan dapat

menunjukkan bahwa tujuan Al-Quran yang terpenting adalah mendidik

manusia. Pendidikan tersebut melalui metode yang bernalar serta sarat dengan

kegiatan penelitian, membaca, mempelajari dan observasi ilmiyah terhadap

manusia. Sejak manusia masih dalam bentuk segumpal darah dalam rahim ibu.

Firman Allah SWT :

.ُمَزْك ْلاُا َكُّبَرًَْأَزْقُا .ٍقَلَع ْنِه َنبَسن ْلاُا َقَلَخ .َقَلَخ يِذَّلُا َكِّبَر ِنْسُبِبأَزْقُا

.ْنَلْعَي ْنَلبَه َنبَسن ِلاُا َنْلَع .ِنَلَقْلْبِب َنْلَع يِذْلُا

Artinya “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah yang mengajarkan (manusia) dengan perantaan kalam. Dia

mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (Qs. Al alaq ayat

1-5)

Setelah Al-Quran dasar pendidikan akhlak yang kedua adalah sunnah

Nabi SAW. Dengan sunnah kita dapat mengambil contoh yang tepat dalam

(42)

27

Rosul SAW dengan para sahabat atau anak-anak beliau sebagi sarana

penanaman keimanan akhlak.

Dalam hadis Nabi yaitu

ُوَناَزَصْنُيًَْأ ُوَناِدٌَْيُي ُهَاٌََبَأَفِةَزْطِفلْا ىَلَعُدَلٌُْي َ ْلاِإِدٌُْلٌَْه ْنِه بَه

Artinya “karena setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, hanya tergantung

orang tuanyalah anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi ” (H.R Bukhori).

B. Akhlak dan Ruang Lingkup

1. Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari kamus bahasa Arab, yaitu اﳋلق اخلاﻕ ﺝ yang

artinya “tabi‟at budi perkerti”. tingkah laku, perangai, watak, moral. Dilihat

dari segi terminologi “Akhlak ialah keadaan gerak jiwa yang mendorong untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pemikiran terlebih

dahulu. Ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan

buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia, lahir dan

batin. Sedangkan Akhlak menurut Prof. Dr. Hj. Zakiyah Daradjat adalah :

Kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran,

perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu, membentuk sesuatu kesatuan

tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Dari kelakuan

itulah lahirlah perasaan moral yang terdapat di dalam manusia sebagai fitrah,

sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana

(43)

28

yang buruk. Jadi pada hakikatnya akhlak sifat yang tertanam dalam jiwa

manusia, yang akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa

memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlibih dahulu, serta tidak

memerlukan dorongan dari luar, dan sifat itu dapat lahir berupa baik atau buruk

sesuai dengan pembinaannya.

Sedangakan akhlak menurut At-Taumy Al-Syaebani adalah kebiasaan

atau sikap yang mendalam dalam jiwa dari timbul perbuatan-perbuatan dengan

mudah dan gampang.

2. Pembagian Akhlak

Secara garis besar akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai

berikut:

a. Akhlak yang terpuji yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam control

Ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi

kemaslahatan umat, seperti sabar, jujur, ikhlas, bersukur, tawadhu‟ (rendah

hati), husnudzhan (berperasangka baik), optimis, suka menolong orang lain,

suka bekerja keras dan lain-lain.

b. Akhlak yang tercela yaitu akhlak yang tidak dalam control ilahiyah, atau

berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkaran syaitaniyah dan dapat

membawa suasan negative serta destruktif bagi kepentingan umat manusia,

seperti takabbur (sombong), su‟udzhan (berperasangka buruk), tamak,

pesimis, dusta, kufur, berkhianat, malas dan lain-lain. Di samping istilah

(44)

29

menggunakan juga istilah “Munjiat‟‟ untuk akhlak yang mahmudah dan

“muhlihat‟‟ untuk akhlak yang madzmumah. Sementara itu, menurut obyek

atau sasarannya, akhlak dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu

sebagai berikut:

1). Akhlak kepada Allah (Khalik), antara lain beribadah kepada Allah,

berdzikir kepda Allah, berdo‟a kepada Allah, tawakal kepada Allah,

tawadhu‟ kepada Allah. M. Ardani mengatakan dalam bukunya“Akhlak

Tasawuf Nilai-nilai Akhlak/Budi pekerti dalam Ibadah&Tasawuf” Titik

tolak terhadap Allah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan

melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu,

jangankan manusia, malaikatpun tidak mampu menjangkau hakikat Nya.

2). Akhlak kepada orang tua atau Birrul walidain

Istilah birul walidain berasal dari kata birru dan al-walidain. Birru

atau al-birru artinya kebajikan. Al-walidain artinya dua orang tua atau ibu

bapak. Jadi birrul walidain adalah berbuat kebajikan kepada orang tua.

Bentuk-bentuk Birrul Walidain:

a) Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek

kehidupan,baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh maupun

masalah lainnya.

b) Menghormati dan memuliakan kedua orang tua dengan penuh rasa

terima kasih dan kasih sayang atas jasa-jasa keduanya yang tak

(45)

30

c) Membantu ibu bapak secara fisik dan materiil.

d) Mendoakan ibu dan bapak semoga diberi oleh Allah Swt ampunan,

rahmat dan lain sebagainya.

e) Setelah orang tua meninggal dunia, birrul walidain masih bisa di

teruskan dengan cara antara lain:

- Menyelenggarakan jenazahnya dengan sebaik-baiknya.

- Melunasi hutang-hutangnya.

- Melaksanakan wasiatnya.

- Meneruskan silaturrahim yang dibinanya waktu hidup.

- Memuliakan sahabat-sahabatnya.

- Mendo‟akanya.

3). Akhlak kepada diri sendiri

a) Shidiq

b) Amanah

c) Istiqomah

d) Iffah

e) Mujahadah

f) Syaja‟ah

g) Tawadhu‟

h) Malu

i) Sabar

(46)

31

4).Akhlak kepada bukan manusia (lingkungan hidup), seperti sadar dan

memelihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan

alam, terutama hewani dan nabati, untuk kepentingan manusia dan

makhluk lainnya, sayang pada sesama makhluk dan menggali alam

seoptimal mungkin demi kemaslahatan manusia dan alam sekitarnya.

3. Ciri-ciri Akhlak

Dalam islam akhlak memiliki ciri khas meliputi:

a. Akhlaq Rabbani

Ajaran akhlak dalam Islam bersumber dari wahyu Illahi yang

terdapat dalam Al-Qur‟an dan sunnah.

b. Akhlak Manusiawi

Ajaran akhlak dalam Islam sejalan dan memenuhi tuntunan fitrah

manusia. Yang benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai

makhluk terhormat, sesuai denganfitrahnya.

c. Akhlak Universal

Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan yang

universal dan mencakup segala aspek kehidupan manusia, baik yang

dimensinya vertikal maupun horizontal.

d. Akhlak Keseimbangan

Ajaran akhlak dalam islam berada ditengah antara yang

mengkhayalkan manusia sebagai Malaikat yang menitik beratkan segi

kebaikanya dan mengkhayalkan manusia seperti hewan yang menitik

(47)

32 e. Akhlak Realistik

Ajaran akhlak Islam memperhatikan kenyataan hidup manusia.

Meskipun manusia telah dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki

kelebihan dibanding makhluk-makhluk yang lain, tetapi manusia

memiliki kelemahan-kelemahan, memiliki kecenderungan manusiawi

dan berbagai macam kebutuhan material dan spiritual.

4. Tujuan Akhlak

Tujuan Akhlak dalam ajaran Islam agar setiap orang berbudi pekerti

(berkhlak), berperingai atau beradat istiadat yang baik, yang sesuai dengan

ajaran Islam.

Mustafa Zahri sebagaimana yang dikutip oleh Abudin Nata dalam

buku “Akhlak Tasawuf” mengatakan bahwa “Akhlak bertujuan untuk

membersihkan kalbu (hati) dan kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah

sehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat Nur cahaya

Tuhan” (Abudin, 1993:13)

Keterangan tersebut memberi petunjuk bahwa akhlak bertu

juanmemberikan panduan kepada manusia agar mampu menilai dan

menentukan suatu perbuatan untuk selanjutnya menentukan bahwa

perbuatan tersebut termasuk perbuatan yang baik atau yang buruk.

Dengan mengetahui yang baik ia akan terdorong untuk melakukannya

dan mendapatkan manfaat dan keuntungan darinya, sedangkan dengan

(48)

33

terhidar dari bahaya yang menyesatkan. Akhlak pada akhirnya adalah untuk

membentuk kepribadian muslim yang sempurna jasmani dan rohani. Objek

yang dikendalikan oleh akhlak adalah tindakan lahir, adapun tindakan lahir

itu tidak dapat terjadi bila tidak didahului oleh gerak batin atau tindakan

hati, maka tindakan lahir dan gerak-gerik hati termasuk lapangan yang

diatur oleh akhlak.

Tujuan akhlak bukan hanya mengetahui pandangan atau teori, bahkan

setengah dari tujuan-tujuan itu adalah mempengaruhi dan mendorong

kehendak kita, supaya membentuk hidup baik, serta memberi faedah kepada

sesama manusia. Maka akhlak itu mendorong kehendak agar berbuat baik,

akan tapi ia tidak selalu berhasil kalau tidak ditaati oleh kesucian manusia.

5.Fungsi Akhlak

Akhlak memiliki manfaat dan peranya tersendiri dalam kehidupan

seorang muslim, baik bagi orang lain maupun bagi dirinya sendiri, juga bagi

masyarakat luas (Wahid, 2004: 20). Fungsi akhlak tersebut antara lain:

a. Akhlak bukti nyata keimanan

Iman dan taqwa adalah masalah hati, sehingga bagaimana proses

ketaqwaan terjadi sulit dijelaskan. Untuk ituhanya perilaku, perbuatan

dan akhlak yang baik yang bisa menggambarkan keimanan.

(49)

34

Akhlak yang Islami bagi seorang muslim bisa di ibaratkan hiasan

yang memperindah penampilanya. Ketaatan pada Allah dan Rasulullah

yang tulus, jika tidak di barengi dengan perilaku yang baik kepada orang

lain, bisa di ibaratkan sebuah benda yang tidak bermotif.

c. Akhlak adalah amalan yang paling berat timbanganya

Amal manusia yang paling mulia di hadapan Allah dan paling berat

timbanganya disisi-Nya adalah akhlak. Dan akhlak adalah salah satu

perilaku yang paling dicintai oleh Rasulullah Saw.

d. Akhlak mulia simbol segenap kebaikan

e. Akhlak merupakan pilar bagi tegaknya masyarakat yang di

idam-idamkan.

f. Akhlak adalah tujuan akhir diturunkanya Islam.

C.Metode Pendidikan Anak

1. Metode Keteladanan

Keteladanan merupakan faktor yang berpengaruh pada baik

buruknya anak. Jika pendidik adalah orang yang jujur dan terpercaya ,

maka anak pun akan tumbuh dalam kejujuran dan sikap amanah. Namun,

jika pendidik adalah seorang yang pendusta dan khianat maka anak pun

akan tumbuh dalam kebiasaan dusta dan tidak bisa dipercaya („Ulwan,

2012:516). Contoh keteladanan yang bisa diberikan orang tua untuk

anaknya yaitu melatih anak untuk selalu memberi salam bila pergi dan

(50)

35

rumah. Ini perlu ditekankan kepada anak karena orang tua harus tahu

dimana mereka berada dan dengan siapa mereka bermain atau pergi,

melaksanakan ibadah dengan baik dan tepat waktu, merapikan sendiri

tempat tidur, meja belajar, buku pelajaran dan pakaiannya, meminta ijin

sebelum menggunakan sesuatu yang baru atau sesuatu milik orang lain,

menghadap orang yang sedang mengajak berbicara, membuang sampah

pada tempat yang sudah disediakan, dan masih banyak contoh lain yang

dapat diajarkan orang tua kepada anak-anaknya.

Dengan contoh tingkah laku perbuatan tersebut, akan

menimbulkan gejala identifikasi yaitu penyamaan diri dengan orang

yang ditiru. Hal ini sangat penting dalam pembentukan kepribadian

anak. Ada tiga faktor yang mempengaruhi kepribadian anak, yaitu

(Ekram,Beshir, 2015;51).

a) Lingkungan keluarga

Keluarga adalah lingkungan pertama anak dan mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kepribadian anak. Hubungan

antar kedua orang tua adalah teladan untuk semua hubungan yang

lain dalam sebuah keluarga. Bersikap adil dalam berurusan dengan

anak- anak kita, tidak pilih kasih memberikan kontribusi positif

terhadap kepribadian mereka. Kerjasama antar orang tua dan

anggota keluarga adalah karakter positif yang membantu anak–

anak mengembangkan kepribadian yang sehat. Kepribadian

(51)

36

lahir sampai masa remaja yang selalu berada dalam lingkungan

keluarga, diasuh oleh orang tua dan bergaul dengan anggota

keluarga lain (Ahmadi,Sholeh,2005;167).

Pembentukan kepribadian anak haruslah dilakukan dengan

kontinu dan diadakan pemeliharaan sehingga menjadi matang dan

tidak mungkin berubah lagi. Adapun aspek-aspek kepribadian

yaitu: (Ahmadi,Sholeh,2005;169).

(1)Aspek kognitif (pengenalan)

Yaitu pemikiran, ingatan, hayalan, daya bayang,

inisiatif, kreativitas, pengamatan dan penginderaan. Fungsi

aspek kognitif adalah menunjukkan jalan, mengarahkan dan

mengendalikan tingkah laku.

(2)Aspek afektif

Yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan

kehidupan alam perasaan atau emosi, sedangkan hasrat,

kehendak, kemauan, keinginan, kebutuhan, dorongan dan

elemen motivasi lainnya disebut aspek kognitif atau

psikomotorik (kecenderungan atau niat tindak) yang tidak

dapat dipisahkna dengan aspek efektif. Kedua aspek itu sering

disebut aspek finalis yang berfungsi sebagai energy atau tenaga

mental yang menyebabkan manusia bertingkah laku.

(52)

37

Yaitu berfungsi sebagai pelaksanan tingkah laku

manusia seperti perbuatan dengan gerakan jasmaniah lainya.

b) Posisi dalam keluarga

Posisi anak dan keluarga merupakan faktor penting yang

mempengaruhi kepribadiannya. Anak akan terus mencari

posisinya sampai mereka menemukan tempatnya dalam keluarga.

Misalnya, dalam keluarga yang terdiri dari suami, istri dan satu

anak. Anak ini selalu menikmati banyak perhatian dari orang

tuanya. Semua waktu keluarga yang dimiliki orang tuanya terpusat

hanya untuknya. Tetapi berbeda ketika bayi kedua lahir. Anak

yang lebih tua kini mengamati semua perhatian diberikan kepada

bayi. Untuk mendapatkan perhatian orang tua anak pertama harus

mencari posisi barunya dalam keluarga.

Contoh keteladanan yang bisa dilakukan oleh orang tua

adalah dengan cara Orang tua memberi contoh kepada anak

bagaimana berperilaku yang baik seperti tidak suka berbohong,

bersifat adil, mencintai sesama, tekun belajar, berdisiplin dan lain

lain.

2. Metode pelatihan

Metode yang digunakan untuk melatih anak memiliki dampak yang

besar pada kepribadiannya. Jika metode yang digunakan keras dan tidak

(53)

38

memilih pandangan ekstrem dimasa dewasanya. Adapun metode

pelatihan islam, memimpin dengan memberikan contoh dan panutan

adalah cara yang paling penting. Cara lain adalah menasehati dengan

halus, memberikan imbalan dan hukuman, membangun kebiasaan,

menggunakan peristiwa, manfaatkan waktu dengan baik, bercerita, dan

bermain game. Penting bagi orang tua memahami pengaruh metode ini

terhadap kepribadian anak- anak mereka sehingga mereka dapat

berhati-hati tentang apa yang dilakukan anak-anak mereka.

Dalam mendidik anak tidaklah cukup hanya dengan memberikan

pelajaran saja tetapi harus dengan memberikan contoh agar mudah untuk

dimengerti oleh anak. Pendidikan keteladanan yang baik adalah cara

yang efektif untuk meluruskan penyimpangan anak. Tanpa adanya

keteladanan pendidikan apapun tidak berguna bagi anak dan nasehat

apapun tidak berpengaruh untuknya.

3. Metode dengan Kebiasaan

Anak adalah amanah bagi orang tuanya. Hatinya yang suci adalah

substansi yang berharga. Jika anak dibiasakan dengan kebaikan ia akan

tumbuh dalam kebaikan dan bahagia di dunia dan akhirat. Adapun jika ia

dibiasakan dengan kejelekan dan diabaikan begitu saja maka ia akan

sengsara dan celaka.

Contoh mendidik dengan kebiasaan Anak harus dibiasakan bangun

pagi agar mereka gemar melaksanakan shalat Subuh. Anak harus

(54)

39

ibadah di masjid. Pembiasaan itu harus dimulai sejak dini, bahkan

pembiasaan membaca Al-Quran pun bisa dimulai sejak dalam

kandungan. Pembiasaan shalat pada anak harus sudah dimulai sejak anak

berumur tujuh tahun.

4. Metode dengan Nasehat

Metode nasehat merupakan salah satu metode yang efektif dalam

mendidik anak, karena nasehat memiliki pengaruh yang besar yang

membuat anak mengerti tentang hakekat sesuatu dan memberinya

kesadaran tentang prinsip-prinsip islam („Ulwan,2012:558). Memberi

nasehat merupakan salah satu metode penting dalam pendidikan anak.

Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik ke

dalam jiwa apabila digunakan dengan cara yang dapat mengetuk relung

jiwa melalui pintunya yang tepat. Bahkan, dengan metode ini pendidik

mempunyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan peserta didik

kepada berbagai kebaikan. Jika para pendidik menggunakan metode

tersebut dalam mendidik anak pastilah anak tumbuh menjadi manusia

yang baik sebagai hasil dari pendidikan yang luhur, memiliki akhlak

terpuji.

Sebagai salah satu contohnya apabila orang tua mengetahui anak

nya tidak melaksanakan shalat sebagai orang tua yang harus dilakukan

adalah bukan memarahi anak tetapi hal pertama yang dilakukan oleh

orang tua adalah menanyakan kepada anak kenapa ia tidak melaksanakan

(55)

40

maka orang tua harus memberikan nasehat kepada anak. Orang tua

menjelaskan kepada anak pentingnya melaksnakan shalat dan

menjelaskan apa saja akibatnya kalau meninggalkan shalat.

5. Metode dengan Perhatian atau Pengawasan

Maksud dari mendidik dengan perhatian adalah mengikuti

perkembangan anak dan mengawasinya dalam pembentukan akidah,

akhlak, mental, dan sosialnya. Mendidik dengan cara ini dianggap

sebagai salah satu dari asas yang kuat dalam membentuk manusia yang

seimbang, yaitu yang memberikan semua hak nya sesuai dengan porsinya

masing-masing, yang sanggup mengemban semua tanggung jawab yang

harus dipikulnya, yang melakukan semua kewajibannya, dan yang

terbentuk menjadi muslim hakiki sebagai batu pertama untuk

membangun fondasi islam yang kokoh, yang dengannya akan terwujud

kemuliaan islam.

Contoh pendidikan dengan perhatian atau pengawasan adalah

Misalnya dalam hal berpakaian. Baik anak laki-laki maupun anak

perempuan, harus sudah kita berikan rambu-rambu dan aturan-aturan

tentang cara berpakaian sejak dini.Kepada anak perempuan, berikan

selalu pakaian anak perempuan dan kepada anak laki-lak berikan selalu

pakaian anak laki-laki. Ketika anak sudah mulai senang bertanya,

jelaskan kepadanya tentang tatacara berpakaian dalam Islam. Bagaimana

seorang perempuan harus berpakaian, sampai dimana batasan auratnya

(56)

41

Jelaskan pula bagaimana pakaian anak laki-laki, sampai dimana batasan

auratnya, seperti apa jenis-jenis pakaian anak laki-laki.

Perhatian dan pengawasan pada diri pendidik merupakan asas yang

paling utama, karena dengan cara seperti itu anak selalu berada di bawah

pantauan pendidik, mulai dari gerak-geriknya, perkataan, perbuatan,

sampai orientasi dan kecenderungannya. Mendidik dengan pengawasan

tidak hanya terbatas pada satu atau dua aspek saja yang terdapat dalam

pendidikan. Tetapi juga meliputi seluruh aspek, yaitu keimanan, akal,

akhlak, jasmani, mental,dan sosialnya. Sehingga pendidikan dapat

memberikan buahnya dalam menciptakan individu muslim yang

seimbang dan sempurna, yang dapat memberikan semua haknya sesuai

porsinya masing-masing dalam kehidupan („Ulwan:2012:611).

1) Perhatian terhadap aspek keimanan anak

Bentuk perhatian terhadap anak dalam aspek keimanan adalah :

a) Pendidikan memperhatikan terhadap apa yang telah didapatkan

anak berupa prinsip, pemikiran dan keyakinan dari orang yang

telah mengajarnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

b) Memperhatikan bacaan anak berupa buku, majalah, dan

semacamnya. Jika terdapat pemikiran yang menyimpang, atheis

dan upaya kristenisasi, hendaklah pendidik langsung melakukan

tugasnya untuk menyita buku dan majalah tersebut.

c) Memperhatikan siapa yang menjadi teman anak. Jika teman-teman

(57)

42

berperilaku menyimpang, dan sesat, maka pendidik berkewajiban

memutus hubungan mereka.

d) Memperhatikan partai atau organisasi apa yang diikuti anak. Jika

itu adalah partai atheis dalam prinsip dan arahanya, atau organisasi

yang tidak beragama dalam tujuan dan orientasinya, maka pendidik

harus melarangnya dan memberikan penjelasan yang memuaskan

kepada anak tentang hal itu.

2) Perhatian terhadap aspek akhlak anak

a) Pendidikan memperhatikan kejujuran anak. Jika ia mendapatkan

anak melakukan kebohongan dalam perkataan dan janjinya,

bermain kata-kata, serta menampakan sifat pembohong dan

munafik di masyarakat, maka pendidik harus segera mengambil

tindakan ketika anak pertama kali berbohong. Tunjukan kepadanya

kebenaran yang seharusnya dan dijelaskan secara rinci

konsekuensinya dari berbohong. Sehingga ia tidak pernah lagi

mengulangi perbuatannya selamanya.

b) Pendidik memperhatikan sikap amanah pada diri anak. Jika ia

mendapati anak mencuri seperti uang receh saudaranya atau

pena temennya, pendidik harus langsung memperbaikinya.

Pahamkan kepada anak bahwa itu adalah haram, karena

mengambil barang orang yang bukan haknya.

c) Memperhatiakan anak dalam menjaga lisannya.jika didapati

(58)

43

bijaksana harus langsung memperbaikinya dan mengenali sebab

yang membuatnya seperti itu, untuk memutusnya dengan anak.

Kemudian terangkan kepada anak tentang sifat-sifat dan akhlak

yang baik dengan cara yang menarik perhatiannya, agar ia

menyenangi akhlak-akhlak terpuji.

d) Memperhatikan kehendak anak. Artinya, jika ditemukan anak

ikut-ikutan menikmati dan mendengarkan lagu-lagu fulgar,

laki-laki berdandan seperti perempuan, berbaur dengan

perempuan yang bukan mahramnya , menonton adegan-adegan

yang tidak senonoh di televisi atau bioskop dan sebagainya,

maka pendidik harus segera memperbaikinya dengan nasehat

yang baik

3) Perhatian terhadap aspek pengetahuan anak

4) Perhatian terhadap jasmani anak

5) Perhatian terhadap aspek mental anak

6) Perhatian terhadap aspek sosial anak

7) Perhatian terhadap aspek ruhani anak

Rasulullah SAW menggunakan perhatian sebagai metode

pendidikan dalam berbagai bentuk, antara lain dalam pendidikan

social, moral, spiritual, dan jasmani, dalam memperingatkan yang

haram, dalam mendidik anak kecil dan memberi petunjuk orang

(59)

44

lain. Pendidikan dengan perhatian dan pengawasan tidak hanya

terbatas pada satu, dua segi perbaikan dalam pembentukan

kepribadian seseorang, tetapi harus mencakup semua segi baik

keimanan, mental, moral, fisik, spiritual, maupun sosial.

(Kholiq,1999:72).

6. Mendidik dengan Hukuman

Hukuman dalam syari‟at islam dikenal dengan hudud dan ta‟zir.

Hudud adalah hukuman yang didasarkan oleh syari‟ah yang wajib

dilaksanakan karena Allah. Tak‟zir adalah hukuman hukuman yang

tidak ditentukan oleh Allah karena pelanggaran yang dilakukan tidak

terdapat had atau kafarah, namum ia seperti hudud dalam hal memberi

pelajaran untuk orang lain demi kemaslahatan umat

(Kholid,dkk,1999;72).

Contoh pemberian hukuman adalah ketika anak tidak mau

mengerjakan shalat. Sebagaimana yang diperimakatahkan Allah

dalam surah Thahaa ayat 132

ُنْحَّن بًقْسِر َكُلَئْسَنَلا بَيْيَلَعْزِبَطْصُاًَ ِةٌََلَّصل ُبِب َكَلْىَأ ْزُهْأًَ

شىٌَْقَّتلِل ُتَبِقَعْلُاًَ َكُقُسْزَن

Artinya :”dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat

(yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”.

Cara yang harus dilakukan orang tua pertama kali adalah

menasehatinya terlebih dahulu, Namun kadang, kita sudah menmpuh

Gambar

TABEL HASIL OBSERVASI

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa perbuatan Tergugat V dan Tergugat VI dan terus melakukan kegiatan diatas tanah milik Penggugat adalah suatu perbuatan melawan hukum atas hak orang lain yang menimbulkan

Diantara gejala tersebut diantaranya para peserta didik kurang perhatian dan kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran PPKn, mudah menyerah dalam belajar ketika

Data-data tentang perusahaan yang diperlukan untuk penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan. Laporan keuangan

Jika pemberi materi dengan pembuat soal adalah dosen yang sama, maka pola baca mahasiswa memiliki keterkaitan signifikan dengan prestasi akademik, atau dapat

Tetapi faktor yang paling dominan mempengaruhi pemilihan profesi akuntan publik dan non akuntan publik pada mahasiswa sama dengan faktor yang paling dominan

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur saya ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat-Nya, karena berkat rahmat dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan Proposal Laporan Akhir Teknik Komputer dengan judul

Judul Laporan Akhir : Rancang Bangun Simulasi Sistem Dumping pada Motor Roda Tiga Secara Mekanis.. Telah selesai diuji, direvisi dan