PRAKTIK SEWA MENYEWA KAMAR HOTEL DI
KOPENG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar
Sarjana Hukum (S.H)
Oleh :
ILHAM INDRAWAN
NIM. 214 13 014
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYAR’
IAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
MOTTO
“ Dan bahwasanya seseorang manusia tiada memperoleh selain apa
yang telah di usahakannya. dan bahwasanya usaha itu kelak akan di
perlihatkan kepadanya. kemudian akan di beri balasan
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Kedua orang tua ku tercinta Bapak (Daroji), Ibu (Nur Faidah). Sebagai
motivator terbesar dalam hidupku yang tak mengenal lelah dan mendoakan
aku serta menyayangiku, terimakasih atas semua pengorbanan, keringat dan
kesabaran mengantarkan ku sampa ikini.
2. Almamaterku
3. Bapak SukronMa’mun S.HI.,M.Si yang senantiasa membimbingku dalam
pembuatan skripsi ini.
4. Para sahabat terbaikku yang selalu mendukung dan memotivasiku tiada henti,
Anida Kumalasari, Nurul Azizah, Diana Wulansari, RatnaDwiastuti, Feri
Firdaus, Intan Fadlilah, Maulina Handayani, Safari Zali, Koid, Roisul Niam,
Iwan ulumudin.
5. Adikku tercin taItta Ulfa Sari dan Azka Qaulan, walaupun tidak ada ucapan
yang keluar tetapi aku yakin pasti didalam batinmu selalu mendoakanku
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena
atas rahmat dan karuninnya-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai strata satu Hukum Ekonomi Syariah. Penulis menyadari tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai
dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. RahmatHariyadi, M.Pd, selakuRektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dr. SitiZumrotun, M. Ag selakuDekanFakultasSyar’iah IAIN Salatiga.
3. IbuEviAriyani, SH., MH, selakuKetuaJurusanHukumEkonomiSyari’ah IAIN
Salatiga.
4. IbuDr. SitiZumrotun,M.Ag.selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan bimbingan dan pengarahan untuk selalu melakukan yang terbaik.
5. IbuLutfianaZahriani, S. H., M.H.selakuKepala Lab. FakultasSyari’ah IAIN
Salatiga.
6. Bapak Sukron Ma’mun S.HI.,M.Siselaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dukungannya untuk mengarahkan
saya dalam penyusunan skripsi ini.
7. Keluarga tercinta Ibu,bapak,saudara yang tak henti-hentinya selalu mendoakan
dan memberikan semangat.
9. Terimakasih kepada teman-teman tercinta Diana, Anida, Nurul, Nana, Intan,
lina, Feri, Iwan, serta teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,
terimakasih banyak untuk pertemanannya selama ini dan sukses selalu untuk
kalian semua.
10.Seluruh jajaran Akademi Institut Agama Islam Negeri Salatiga Fakultas
Syariah yang tidak bisa penulis sebutkan semuannya terimakasih banyak telah
banyak membantu penyusunan skripsi ini.
11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan Konstribusi dan dukungan yang cukup besar sehingga penulis
dapat menjalani perkuliahan dari awal hingga akhir di Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
Semoga Allah SWTmembalas semua amal kebaikan mereka dengan
balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan
maghfiroh, dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amin.
Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penlis menyadari bahwa
dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan kelemahan baik dari
segi materi ataupun skripsi. Sehingga saran, dan kritik serta perbaikan yang
membangun dari pembaca akan penulis terima dengan kerendahan hati. Semoga
ABSTRAK
Indrawan, Ilham (2018).Praktik Sewa Menyewa Kamar Hotel Di Kopeng Dalam Perspektif Hukum Islam. Skripsi Fakultas Syari’ah. Jurusan Hukum
Ekonomi Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.Pembimbing:
Sukron Ma’mun S.HI.,M.Si
Kata Kunci : SewaMenyewa, Kamar Hotel, Hukum Islam
Sewa menyewa adalah pemindahan hak guna (manfaat) suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu dengan adanya pembayaran.Sewa menyewa kamar hotel di Desa Kopeng jelas mengenai manfaatnya.Sebenarnya kamar hotel disini seharusnya digunakan sebagaitempat untuk penginapan tetapi banyak dari masyarakat malah di gunakan untuk prostitusi atau hal yang dilarang oleh Agama. Penelitian ini mengacu pada pokok permasalahan Bagaimana Praktik sewa menyewa yang terjadi di hotel kopeng ? dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik sewamenyewa kamar hotel di Kopeng ?
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang dipakai penyusun adalah
penelitian lapangan (field research), dan sifat penelitian adalah deskriptif
analitik.Untuk melakukan pendekatan penelitian, penyusun menggunakan
pendekatan yuridis sosiologis.Adapun langkah-langkah dalam teknik
pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, dan dokumen.
DAFTAR ISI
COVER ... i
NOTA PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
MOTTO ... v
D. Kegunaan Peneliti ... 5
E. Tinjauan Pustaka ... 6
F. MetodePenelitian... 11
G. SistematikaPenulisan... 15
BAB II SEWA MENYEWA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Pengertian Akad Ijarah ... 17
B. Dasar Hukum Akad Ijarah ... 20
C. Rukun dan Syarat Akad Ijarah ... 24
D. Macam-macam Ijarah... 32
E. Pembatalan dan Berakhirnya Ijarah ... 35
F. Pengembalian Obyek Sewa Menyewa ... 37
A. SejarahDesaKopeng ... 40 B. ProfiDesaKopeng ... 40
C. Pariwisata dan Persewaan Hotel di Kopeng... 50
BAB IV ANALISIS SEWA MENYEWA KAMAR HOTEL DI DESA KOPENG
A. PraktikSewaMenyewaKamar Hotel di Kopeng ... 55
B. PerspektifHukum Islam terhadapSewamenyewaKamar Hotel ... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 66 B. Saran ... 66
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai sistem kehidupan, Islam memberikan warna dalam setiap
dimensi kehidupan manusia, tak terkecuali dunia ekonomi. Sistem Islam
ini berusaha mendialektikan nilai-nilai ekonomi dengan nilai akidah
ataupun etika. Artinya, kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia
dibangun dengan dialektika nilai materialisme dan spiritualisme. Kegiatan
ekonomi yang dilakukan tidak hanya berbasis nilai materi, akan tetapi
terdapat sandaran transendental di dalamnya sehingga akan bernilai
ibadah. Selain itu, konsep dasar Islam dalam kegiatan muamalah
(ekonomi) juga sangat konsen terhadap nilai-nilai humanisme (Djuwaini,
2010: 18).
Banyak interaksi yang dapat dilakukan manusia agar apa yang
menjadi kebutuhannya dapat terpenuhi. Di sinilah peran Islam sebagai
agama yang sempurna mengatur segala bentuk kehidupan, salah satunya
adalah muamalah. Kegiatan muamalah yang disyariatkan oleh Allah yaitu
adanya Sewa-menyewa (ijarah).Sewa menyewa (al-ijarah), sewa
menyewa berasal dari kata ajru yang berarti „iwadhu (ganti). Menurut
pengertian syara’, al Ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil
manfaat dengan jalan penggantian (Sabiq, 1987: 1). Dari pengertian di atas
terlihat bahwa yang di maksut dengan sewa menyewa itu adalah
berkurang samasekali, dengan perkataan lain dengan terjadinya peristiwa
sewa menyewa, yang berpindah hanyalah manfat dari barang tersebut. Di
dalam istilah hukum Islam orang yang menyewakan.
Secara bahasaijaroh berarti upaya, sewa, jasa atau imbalan.
Sedangkan secara istilah ijarah adalah akad pemindahan hak guna
(manfaat) suatu barang atau jasa dalam waktu tertentudengan adanya
pembayaran atau upah (ujrah), tanpa diikuti dengan perpindahan pemilik
atas barang itu sendiri. Maksut dari manfaat tersebut adalah, sebuah benda
yang memiliki nilai guna, dan setelah digunakan barang tersebut masih
utuh. Maka tidak boleh menyewakan sebuah benda yang telah di gunakan
nilai guna daribenda tersebut habis. Seperti menyewa apel yang di makan
(Afandi yazid 2009:179).
Adapun firman Allah dalam surat An-nisa ayat 29 yang berbunyi :
ْنَع ًةَراََتَ َنْوُكَت ْنضأ َّلاِإ ِلِطاَبلاِب ْمُكَنْ يَ ب ْمُكَلاَوْمَأ اوُلُكأّتَلا اوُنَمآ َنيِذِّلا اَهُّ يَأ اَي
اوُلُ تْقَ ت َلاَو ْمُكْنِم ٍض اَرَ ت
اًمْيِحَر ْمُكِب َناَك َةَّللا َّنِإ ْمٌكَسُفْ نَأ
“Hai orang-orang yang beriman, jangan kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali perniagaan yang berlangsung suka sama suka di antara kamu. Dan jangan lah membunuh dirimu: sesunggunh nya allah adalah maha penyayang kepadamu” (Q.S.: An-nisa ayat 29).
Menurut buku yazid afandi syarat yang terkait dengan ma‟qud
a. Objek sewa bisa di serah terimakan
Artinya barang sewa tersebut adalah milik syah mu‟jir (orang yang
menyewakan) dan jika musta‟jir (orang yang menyewakan) meminta
barang tersebut sewaktu-waktu mu‟jir dapat menyerahkan pada waktu
itu.
b. Mempunyai nilai menurut syara’
Manfaat yang menjadi objek ijarah di ketahuisempurna dengan
cara menjelas kan jenis dan waktu manfaatada di tangan penyewa.
c. Upah diketahui kedua belah pihak.
d. Objek ijarah dapat di serahkan dan tidak cacat.
e. Objek ijarahadalah sesuatu yang di halal kan syara’.
f. Objek bukan kuwajiban bagi penyewa.
Misal menyewa orang untuk melaksanakan sholat (Afandi Yazid
2009 : 184).
Namun masih banyak sekali kalangan masyarakat yang belum
pahan tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh di sewakan menurut
syariat Islam. Pada umumnya sewa menyewa itu harus memenuhi syarat
sah jika suatu akad ijarah tersebut tidak di haram kan oleh syara’, seperti
adanya pihak penyewa dan si penyewa, harus berakal,dapat di manfaatkan
barangnya,dan manfaat barangnya bukan di haramkan oleh syara’.
Dan seharusnya itulah syarat yang harus di jalankan oleh kedua
belah pihak baik penyewa dan pemilik barang sewaan, agar akad Ijarah
di benar kan oleh syariat Islam. Seharusnya segala ketentuan menyewakan
Hotel itu harus berdasarkan landasan ijarahyang sudah di atur dalam agam
Islam, dan yang sudah di jelaskan semua larangan yang harus di hidari
ketika kita akan melakukan ijarah. Dan jika semua ketentuan dan syarat
melakukan ijarah tersebut sesuai dengan ajaran agama Islam, maka akad
ijarah tersebut juga di sahkan oleh agama Islam, namun jika ketentuan sewa yang sudah di atur dalam agama Islam tersebut di langgar, maka
sewa tersebut juga tidak sah dalam agama Islam.
Akan tetapi tepatnya di daerah Kopeng sangat banyak sekali
penyewaan kamar Hotel yang dimana penyewaan tersebut di salah
gunakan oleh si pemilik Hotel. Dimana kemanfaatan Hotel untuk
beristirhat malah di salah gunakan untuk disewakan sebagai tempat
prostitusi, entah itu apakah memang disengaja oleh si pemilik Hotel.
Namum sangat disayangkan karena di balik pendirian Hotel tersebut si
pemilik Hotel tidak memilih-milih sang konsumen, disebabkan di Hotel
tersebut banyak sekali di buat untuk di jadikan prostitusi. Dan sangat miris
sekali keadaan tersebut seolah-olah sudah terbiasa dan di jadikan mata
pencaharian dari warga sekitar yang berada di wilayah wisata Kopeng
tersebut.
Berangkat dari latar belakang diatas sehingga penulis mencoba
menyusun suatu penelitian dengan Judul “ PRAKTIK SEWA MENYEWA
KAMAR HOTEL DI KOPENG DALAM PERSPEKTIF HUKUM
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah di rumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana praktik sewa menyewa Kamar Hotel di DesaKopeng
Kecamatan Getasan?
b. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap Sewa Menyewa Kamar
Hotel di Desa Kopeng Kecamatan Getasan?
C. Tujuan Penelitian
Dengan melihat pokok permasalahan tersebut di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana praktik sewa menyewa Kamar Hotel di
Desa Kopeng Kecamatan Getasan
b. Untuk mengetahui bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap praktik
Sewa Menyewa Kamar Hotel di Desa Kopeng Kecamatan Getasan
D. Kegunaan penelitian
Dalam penelitian ini tidak hanya berguna untuk diri si penulis melainkan
juga untuk semua pembaca agar mengetahui akat dan hukum Islam
terhadap praktik sewa Hotel di daerah Kopeng tersebut. Berberapa dapat
a. Secara Akademis
a) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca agar
mengetahui praktik sewa Hotel di Kopeng apakah sesuai dengan
hukum Islam.
b) Penelitian ini diharapkan agar bermanfaat untuk referensi atau
bahan rujukan penelitian bagi para civitas akademika.
b. Bagi Praktisi
a) Agar bagi dari pihak pengelola Hotel bisa menjalankan bisnis
dengan baik agar jangan melenceng dan menjadi bisnis yang
bersifat negatif.
b) Agar menjadi panduan untuk mengelola bisnis Hotel yang baik
dari ketentuan yang benar.
E. TINJAUAN PUSTAKA
Pembahasan tentang sewa-menyewa sebenarnya sudah banyak
dibicarakan ataupun dibahas, apalagi tentang perjanjian dan akad
sewa-menyewa tersebut, namun untuk masalah skripsi yang membahas tentang
praktek sewa-menyewa kamar Hotel belum banyak diteliti. Di antara
penelitian-penelitian tentang sewa-menyewa dalam perspektif hukum
Islam belum ada yang membahas tentang sewa-menyewa kamar Hotel,
untuk itulah disini penyusun berusaha melakukan penelitian ini.
Penelitian yang pernah penyusun jumpai yang berkaitan dengan
bentuk tarif kamar,seperti dikemukakan oleh Mika Gristiavara yang
berjudul “Analisis Perhitungan Tarif Sewa Kamar Hotel dengan Metode
Cost Plus Pricing dengan Pendekatan Full Costing” terbit di Universitas Sanata Darma Yogyakarta (2016). Dan penulis merumuskan masalahnya
apakah ada perbedan tarif antara perhitungan sewa kamar hotel menurut X
Yogyakarta. Danpenulis mencari informasi dengan metode kualitatif yaitu
penulis langsung menemui pihak-pihak yang bersangkutan. Dan hasilnya
si penulis membandingkan antara Hotel X Yogyakarta dengan
mengunakan metode cost plus pricing dengan pendekatan full costing,
maka si penulis menemukan perbedaan perhitungan, Perbedaan pada
perhitungan harga kamar tersebut tedapat pada biaya taksiran penuh,
perhitungan laba yang di harapkan, perhitungan mark up dan perhitungan
harga jual. Hotel X Yogyakarta tidak sama dalam menentukan biaya
tersebut, sehingga terjadi perbedaan hasil perhitungan.
Dan skripsi yang membahas tentang sewa Hotel adalah karya Lina
Desianti yang berjudul Analisis Hukum Islam Terhadap Sewa Menyewa
Kamar Hotel Syariah di Solo, di Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang (2016).Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1.
Bagaimana prosedur menginap pada hotel syariah di Solo? 2. Bagaimana
pandangan hukum Islam terhadap sewa kamar pada hotel syariah di Solo?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1. Mengetahui prosedur menginap
pada hotel syariah di Solo. 2. Mengetahui status hukum Islam tentang
bahwa prosedur penyewaan kamar Hotel syariah di Solo sesuai dengan
Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No.2 Tahun 2014
tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah. Sebab, hotel
tidak menerapkan salah satu aspek yang termuat dalam peraturan tersebut,
yaitu seleksi tamu. Salah satu tujuan diadakanya seleksi tamu adalah untuk
mencegah terjadinya perbuatan-perbuatan yang melanggar syara’.
Sedangkan hukum sewa-menyewa kamar Hotel Syariah di Solo adalah sah
menurut hukum Islam. Semua rukun dan syarat dalam akad sewamenyewa
kamar Hotel Syariah di Solo sudah terpenuhi. Rukun tersebut adalah
sighat ijab qabul,
Recepsionist sebagai Mu‟ajjir, tamu sebagai musta‟jir, dan kamar
Hotel sebagai objek yang diambil manfaatnya. Dengan hasil tersebut si
penulis mengunakan metodependekatan kualitatif dimana temuannya tidak
diperoleh dari prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Penelitian
ini difokuskan pada hotel syariah di Solo.
Dan skripsi lain yang membahas tentang sewa menyewa hotel
lainnya oleh Mualana yang berjudul Sistem “Pelayanan Hotel yang Berbasis
Syari’ah ditinjau Menurut Ekonomi Islam (Studi Kasus Hotel Aziza Pekanbaru)”
Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau (2013)Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah,
bahwa semakin banyaknya lembaga keuangan dan badan usaha yang
berbasis Syariah akhir-akhir ini, begitu juga dengan bisnis perhotelan.
adalah salah satu Hotel yang pelayanannya menurut prinsip Syariah.
Namun lambang Syariah yang dibuat di Hotel yang berbasis Syariah ini
belum tentu sepenuhnya memakai prinsip Syariah. Kemudian Penelitian
ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan
deskriptif analitis untuk memaparkan data-data yang didapat di lapangan
kemudian menganalisanya untuk mendapatkan kesimpulan dari penelitian
ini. Adapun hasil dari penelitian ini, pihak Hotel Aziza Pekanbaru telah
meningkatkan mutu pelayanan dan memebrikan yang terbaik setiap
pengunjung hotel agar tercipta kepuasan pelanggan. Hal ini terbukti, 123
orang atau 84 % responden dari angket yang disebarkan menyatakan
bahwa pelayanan yang diberikan oleh pihak Hotel Aziza Pekanbaru sudah
memuaskan. Pihak hotel telah memberikan pelayanan yang sama kepada
semua tamu yang berkunjung dengan tidak membeda-bedakan antara suku,
agama, maupun golongan. Hal ini terbukti, tidak ada satu orangpun
responden yang menyatakan bahwa pihak Hotel Aziza Pekanbaru
membeda-bedakan pelayanan terhadap setiap tamunya yang ingin
memakai fasilitas hotel. dan 104 orang atau 71 % responden dari angket
yang disebarkan menyatakan nyaman ketika berkunjung atau menginap di
Hotel Aziza Pekanbaru. Adapun tinjauan Ekonomi Islam terhadap
pelayanan yang dilakukan oleh pihak hotel Aziza Pekanbaru yang berbasis
syariah sudah sesuai dengan syariat Islam karena dalam pelayanan yang
diberikan Hotel Aziza Pekanbaru memakai prinsip musawah yaitu dengan
ukhuwah yaitu pihak Hotel menganggap dan melayani semua tamu yang
berkunjung seperti saudara sendiri, Muhabbah yaitu pihak Hotel dalam
memberikan pelayanan kepada tamu penuh dengan rasa kasih sayang, dan ta‟awun yaitu dengan memberikan pelayanan semaksimal mungkin dan
menyediakan fasilitas yang bagus kepada para tamu Hotel sebagai bentuk
pertolongan kepada tamu Hotel yang sedang membutuhkan.
Kemudian skripsi dari Aan Riska A.F.S yang berjudul Analisis
Tanggung Jawab Pengusaha Hotel Terhadap Barang Milik Penyewa
Arcade Studi di Hotel Wahid Kusuma Surakarta. Fakultas Hukum Sebelas Maret Surakarta (2009). berdasar kan masalah tersebut, maka rumusan
masalah yang hendak di teliti adalah 1. Bagaimana prosedur usai setelah
perjanjianantara pemilik dan penyewa. 2. Bagaimana pelaksanaan
perjanjian antara pemilik hotel dan penyewa. 3. Bagaimana tanggung
jawab pemilik Hotel apabila barang penyewa Hotel hilang. Penulis ini
merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat dekriptif. Jenis data
yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Terknik pengumpulan
data yang dipergunakan yaitu dengan wawancara dan penelitian
kepustakaaan baik buku-buku, peraturan perudang-undangan, dokumen
dan sebainya. Analisis datanya mengunakan analisis data interaktif. Dan
kemudian mendapatkan hasil bahwa prosedur terjadinya perjanjian antara
pemilik hotel dan penyewa di Hotel Sahid Surakarta adalah adanya
promosi dari pihak Hotel, kemudian pengajuan permohonan sewa arcade
pihak Hotel dan yang membuat surat perjanjian sewa acarde kemudian
dalam pelaksanaan perjanjian sewa acarde antara pihak Hotel dengan
penyewa acarde di Hotel Sahid Surakarta harus sesuai dengan
kesepakatan yang diatur dalam surat perjanjian sewa acardedan dapat di
lakukan kedua belah pihak dengan itikat baik. Tanggung jawab pihak
Hotel didasarkan pada klausal perjanjian yang di sepakati oleh kedua belah
pihak.
Dan skripsi-skripsi yang ada, setelah penyusun mengamati dan
menelusuri sejauh yang penyusun ketahui, kajian secara spesifik terhadap
pembahasan sewa-menyewa kamar Hotel menurut hukum Islam belum ada
yang mengkajinya. Oleh karena itu, penyusun bermaksud hendak
mengkaji permasalahan tersebut dalam sebuah karya ilmiah (skripsi) yang
berjudul “ PRAKTIK SEWA MENYEWA KAMAR HOTEL DI
KOPENG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM “
F. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Dengan melihat jenisnya penelitian ini termasuk penelitian
kualitatif yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dan
peristiwa yang nyata di masyarakat yakni tentang kegiatan
sewa-menyewa kamar hotel di daerah Kopeng. Penulis memilih wilayah
Kopeng karena di daerah ini terdapat banyak sekali usaha sewa Hotel,
didirikan Hotel untuk penginapan pengunjung di kawasan wisata
Kopeng.
b. Sifat Penelitian
Sifat penelitian ini termasuk penelitian deskriptif analitik dan
menilai penelitian tersebut dalam tinjauan hukum Islam. Deskriptif
adalah menggambarkan praktek pelaksanaan kegiatan sewa-menyewa
kamar hotel. Penelitian ini bersifat untuk menggambarkan secara jelas
dan cermat hal-hal yang dipermasalahkan atau dipersoalkan. Jadi
hanya menggambarkan jalannya peristiwa. Analitik adalah kegiatan
untuk selalu menimbang-menimbang permasalahan yang dihadapinya,
mana yang relevan, mana yang menjadi masalah utama dan
sebagianPendekatan Penelitian Dalam menyusun skripsi ini penulis
menggunakan pendekatan normatif dan pendekatan yuridis, dimana
pendekatan normatif mendekati dengan cara meneliti norma yang
berlaku dengan mengangkat suatu kasus. ljtihad hukum berdasarkan
pada teks Al-Qur’an, Hadits dan karya ilmiah para ulama
c. Teknik Pengumpulan Data
a) Observasi
Secara umum pengertian observasi adalah cara
menghimpun bahan-bahan yang diadakan dengan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
dijadikan sasaran penelitian. Observasi merupakan alat yang
aspek-aspek tingkah laku manusia yang hanya dapat diamati melalui
observasi langsung. Bagi seseorang yang terlalu sibuk, lebih tidak
berkeberatan untuk diamat-amati daripada mengisi
jawaban-jawaban dalam kuesioner. Observasi di sini penyusun secara
langsung mengamati objek penelitian, yaitu pemilik dan
penyewaHotel yang mana penulis secara lagsung menanyakan
fenomena dan gejala apasaja yang terjadi ketika pemilik dan
penyewa Hotel akan melakukan akad sewa tersebut sehingga si
penuis akan tahu dan memperhatikan ketika pemilik dan penyewa
akan melakukan akat sewa menyewa tersebut.
b) Wawancara
Alat pengambilan data juga dapat dilakukan dengan cara
interview atau wawancara. Wawancara adalah proses tanya jawab
dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua
orang atau lebih bertatap muka, mendengarkan secara langsung
informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Dan dalam
penelitian ini penyusun proposal menggunakan teknik wawancara
terpimpin. Wawancara ini juga disebut dengan interviewguide,
Controlled interviewatauStructured interview. yaitu wawancara yang menggunakan panduan pokok-pokok masalah yang
diteliti.Penyusun mewawancarai responden untuk mendapat
informasi atau keterangan yang menyangkut masalah-masalah
penyusun akan mewawancarai pemilik Hotel, konsumen
(penyewa) dan warga sekitar serta pihak-pihak yang diperlukan
guna melengkapi data yang diperlukan.
c) Dokumen
Pengambilan data dengan meneliti bahan-bahan yang
bersifat tertulis seperti buku, karya tulis, catatan-catatan,
peraturan-peraturan dan sebagainya yang adarelevansinya dengan tujuan
penelitian untuk sumber data. Teknik dokumentasi ini dilakukan
dengan cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis,
terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat teori, dalil, hukum-hukum dan lainnya, yang
berhubungan dengan masalah sewa menyewa kamar hotel yang
berada di daerah Kopeng tersebutut.
d. Analisis Data
Dalam menganalisis skripsi ini penyusun menggunakan metode
kualitatif yaitu analisa data yang digunakan tidak dapat diukur dengan
angka, data ini abstrak, tidak dapat digolongkan ke dalam katagori
tertentu. Dan metode kuantitatif yaitu analisis data yang digunakan
untuk menggambarkan dan menerangkan penelitian dari berbagai
gejala yang terjadi dalam bentuk angka-angka. Pembahasan ini
penyusun akan menganalisa ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku
Hadist serta Aqliyaitu Ijtihad, kemudian dihubungkan dengan kepentingan dan kenyataan di masyarakat.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pembahasan sksipsi ini, maka penulis
menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut:
BABI menguraikan tentangpendahuluan yang berisi latar belakang
masalah, pokok masalah, tujuan dan kegunaan, telaah pustaka, kerangka
teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan, semua yang ada
dalam bab ini untuk mengarahkan para pembaca kepada substansi
penelitian ini.
BAB II, yang berpedoman pada karakteristik responden penyusun
mengemukakan tentang penentuan harga, penentuan masa sewa dan
berlangsungnya akad perjanjian, di samping itu penyusun juga akan
melanjutkannya dengan akibat hukumnya jika terjadi pelanggaran akad
perjanjian dimana sebagai pedoman perjanjian terjadi pelanggaran.
BAB IIImembahas tentang Deskripsi wilayah penelitian yaitu di daerah
kopeng, sebagai ruang lingkup daerah penelitian. Selain deskripsi wilayah
bab tiga juga berisi tentang karakteristik responden sebagai subyek dan
penelitian yang penyusun teliti.
BAB IV membahas tentang analisa praktek sewa-menyewa hotel dalam
sewa dan penentuan masa, sewa setelah terjadi pelanggaran akad
perjanjian.
BABV adalah penutupan, padabab terakhir ini berisikan kesimpulan dan
saran, yang berisikan garis besar kesimpulan penelitian yang penyusun
BAB II
SEWA MENYEWA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Pengertian sewa (ijarah)
Kata ijarah diderivasi dari bentuk fi’il isim ijarah-ya‟juru,Ajran
semakna dengan kata al iwadh yang mempunyai arti ganti dan upah, dan
dapat juga berarti sewa dan upah. Secara istilah, pengertian ijarah adalah
akad atas beberapa manfaat atas penggantian (Huda 2011:77).
Menurut pengertian syara’ al-ijarah adalah: Suatu jenis akad untuk
mengambil maanfaat dengan jalan penggantian. Karena itu menyewa
pohon untuk dimanfaatkan buahnya tidak sah, karena pohon tidak sebagai
manfaat. Dengan demikian halnya menyewakan dua jenis mata uang yaitu
emas dan perak, makanan untuk dimakan, barang untuk ditakara dan di
timbang. Karena jenis-jenis barang ini tidak dapat dimanfaatkan kecuali
dengan mengunakan barang itu sendiri (Sabiq 1987:7).
Menurut Sayyid Sabiq ijarah adalah:
َألا
Artinya: ”Ijarah di ambil dari kata “Ajrun” yaitu pergantian maka dari
itu pahala juga dinamakan upah”.
Kemudian Abi Yahya Zakaria juga mengemukakan :
َأا
Secara terminologi pengertian ijarah adalah sebagaimana yang
dikemukakan oleh para ulama di bawah ini:
1. Menurut Ulama Syafiiyah:
Artinya: “Akad atas suatu manfaat yang diketahui kebolehannya
dengan serah terima dan ganti yang diketahui manfaat kebolehannya”.
Berdasarkan defenisi di atas maka secara etimologi ijarah
adalah imbalan atas pekerjaan atau manfaat sesuatu.
2. Menurut Ulama Hanafiyah:
Artinya: ”Akad terhadap suatu manfaat dengan adanya ganti”.
3. Menurut Ulama Malikiyyah:
Artinya: ”Ijarah adalah menjadikan milik suatu kemanfaatan yang
Artinya:”Ijarah secara Syara‟ ialah akad terhadap suatu manfaat dengan adanya ganti”.
Dari beberapa pendapat ulama dan mazhab diatas tidak ditemukan
perbedaan yang mendasar tentang defenisi ijarah, tetapi dapat dipahami
ada yang mempertegas dan memperjelas tentang pengambilan manfaat
terhadap benda atau jasa sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan dan
adanya imbalan atau upah serta tanpa adanya pemindahan kepemilikan.
Kalau diperhatikan secara mendalam defenisi yang dikemukakan
oleh para ulama mazhab di atas maka dapat dipahami bahwa unsur-unsur
yang terdapat dalam ijarah antara lain:
a. Adanya suatu akad persetujuan antara kedua bela pihak yang ditandai
dengan adanya ijab dan kabul
b. Adanya imbalan tertentu
c. Mengambil manfaat, misalnya mengupah seseorang buruh untuk
bekerja.
Al Ijarah atau sewa menyewa menurut pengertian hukum Islam diartikan sebagai suatu akad untuk mengambil manfaat dengan jalan
penggantian.(Sayid Sabiq,13,1988:15)
Pembiayaan dalam bentuk Ijarah yaitu pemindahan hak guna atas
barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang tersebut. (Ahmad Dahlan,2012:180).
Dari pengertian di atas terlihat bahwa yang dimaksud dengan sewa
bendanya tidak berkurang sama sekali, dengan perkataan lain dengan
terjadinya peristiwa sewa menyewa, yang berpindah hanyalah manfaat dari
benda yang disewakan tersebut, dalam hal ini dapat berupa manfaat barang
seperti kendaraan, rumah dan manfaat karya seperti pemusik, bahkan juga
dapat berupa karya pribadi seperti kendaraan.
Dalam istilah hukum Islam orang-orang yang menyewakan disebut
dengan “Mu‟ajjir”, sedangkan orang yang menyewa disebut dengan
“Musta‟jir”, benda yang disewakan diistilahkan dengan “Ma‟jur” dan
uang sewa atau imbalan atas pemakaian manfaat barang tersebut disebut
dengan “Ujrah”.
Sewa-menyewa sebagaimana perjanjian yang lainnya, adalah
merupakan perjanjian yang bersifat konsensual, yang berarti menyangkut
persetujuan seluruh anggota yang terlibat, perjanjian ini mempunyai
kekuatan hukum yaitu pada saat sewa-menyewa berlangsung, dan apabila
akad sudah berlangsung, maka pihak yang menyewakan (Mu‟ajjir)
berkewajiban untuk menyerahkan barang (Ma‟jur) kepada pihak penyewa
(Musta‟jir), dan dengan diserahkannya manfaat barang/benda maka pihak
penyewa berkewajiban pula untuk menyerahkan uang sewanya (Ujrah).
B. Dasar Hukum Akad Ijarah
Para ulama fiqh mengatakan yang menjadi dasar kebolehan akad
a. Landasan Al Qur’an
Surat Al Baqarah ayat 233:
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
Bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.
Kemudian Q.S Al-Qashshash (28) ayat 26-27:
Artinya: “Seorang dari kedua wanita itu berkata: Ya bappakku
Kemudian Surat Az-Zukhruf ayat 32:
Artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu?
Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian dari mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
Kemudian hadist yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a ia berkata:
Artinya: ”Hadist dari Ibnu Thawus dari ayanya dari Ibnu Abbas r.a
dia berkata bahwa Nabi Saw pernah mengupah seorang tukang bekam kemudian membayar upahnya”. (H.R.Bukhari)
Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa Nabi menyuruh
untuk membayar upah terhadap orang yang telah dipekerjakan. Dari
hal ini juga dapat dipahami bahwa Nabi membolehkan untuk
melakukan transaksi upah mengupah.
c. Ijma’
Mengenai kebolehan ijarah para ulama sepakat tidak ada
seorang ulama pun yang membantah kesepakatan (ijma‟) ini,
sekalipun ada diantara mereka yang berbeda pendapat, akan tetapi hal
itu tidak ditanggapi. Jelaslah bahwa Allah SWT telah mensyari’atkan
ijarah ini yang tujuannya untuk kemaslahatan ummat, dan tidak ada larangan untuk melakukan kegiatan ijarah.
C. Rukun dan Syarat Akad Ijarah
a. Rukun Akad Ijarah
Rukun merupakan sesuatu yang mesti ada dalam sebuah akad
yang dijelaskan oleh Abdul Karim Zaidan dalam bukunya ”al-Wajizu
fi Ushul Fiqh” sebagi berikut:
َأا
Artinya: ”Rukun adalah bagian dari hakikat sesuatu dan zatnya”.
Dari definisi yang dikemukakan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa rukun mutlak adanya dalam sebuah akad ijarah.
Layaknya sebuah transaksi ijarah dapat dikatakan sah apabila
memenuhi rukun dan syarat. Menurut Ulama Hanafiyah rukun dari
ijarah itu hanya satu yakni ijab dan kabul dengan menggunakan upah
atau sewa (al-ijarah, al-isti‟jar, al-iktira` dan al-ikra`). Ulama
Hanafiyah berpendapat bahwa orang yang berakad, sewa/imbalan dan
manfaat termasuk ke dalam syarat-syarat ijarah, bukan rukunnya.
Sedangkan menurut Jumhur Ulama rukun ijarah ada empat yaitu:
orang yang berakad, sewa/imbalan, manfaat, dan adanya sighat (ijab
dan kabul). (Wahbah al-Zuhaily,1989:731)
Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan secara terperinci sebagai
berikut:
1) Orang yang berakad
Mu‟jir dan Musta‟jir. Mu‟jir adalah orang yang menggunakan jasa atau tenaga orang lain untuk mengerjakan suatu
tenaganya atau orang yang menjadi tenaga kerja dalam suatu
pekerjaan dan mereka menerima upah dari pekerjaannya itu.
2) Objek transaksi (manfaat)
Pekerjaan dan barang yang akan dijadikan objek kerja harus
memiliki manfaat yang jelas seperti mengerjakan pekerjaan
proyek, membajak sawah dan sebagainya. Sebelum melakukan
sebuah akad ijarah hendaknya manfaat yang akan menjadi objek
ijarah harus diketahui secara jelas agar terhindar dari perselisihan
dikemudian hari baik jenis, sifat barang yang akan disewakan
ataupun pekerjaan yang akan dilakukan.(Rozalinda,2005:106)
3) Imbalan atau upah (Ujrah)
Upah sebagaimana terdapat dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia adalah uang dan sebagainya yang dibayarkan sebagai
pembalas jasa atau sebagai pembayar tenaga yang sudah
dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu. Jadi upah merupakan
imbalan dari suatu pekerjaan yang telah dilakukan. Pembayaran
upah ini boleh berupa uang dan boleh berupa benda. Dapat kita
ketahui bersama bahwa ijarah adalah sebuah akad yang
mengambil manfaat dari barang atau jasa yang tidak bertentangan
dengan hukum syara’ yang berlaku. Oleh sebab itu, sewa atau
imbalan mesti jelas dengan ketentuan awal yang telah disepakati.
Sighat pada akad merupakan suatu hal yang penting sekali
karena dari sighatlah terjadinya ijarah. Karena sighat merupakan
suatu bentuk persetujuan dari kedua belah pihak untuk melakukan
ijarah. Dalam sighat ada ijab dan kabul. Ijab merupakan
pernyataan dari pihak pertama (mu‟jir) untuk menyewakan barang
atau jasa sedangkan kabul merupakan jawaban persetujuan dari
pihak kedua untuk menyewakan barang atau jasa yang dipinjamkan
oleh mu‟jir. Misalnya, anda bersedia bekerja pada proyek ini dalam
waktu dua bulan dengan upah perharinya Rp.20.000,- dan jenis
pekerjaannya yaitu pekerjaan jalan? kemudian buruh menjawab
“ya”, saya bersedia.(Amir Syarifuddin,2003:218-219)
b. Syarat sahnya akad ijarah
Untuk sahnya sewa menyewa, pertama sekali harus dilihat
terlebih dahulu orang yang melakukan perjanjian sewa menyewa
tersebut, yaitu apakah kedua belah pihak telah memenuhi syarat untuk
melakukan perjanjian pada umumnya.
Unsur yang terpenting untuk diperhatikan yaitu kedua belah
pihak cakap bertindak dalam hukum yaitu punya kemampuan untuk
dapat membedakan yang baik dan yang buruk (berakal). Imam
Asy-Syafi’i dan Hambali menambahkan satu syarat lagi, yaitu dewasa
sudah berkemampuan untuk membedakan mana yang baik dan yang
buruk (berakal).
Sedangkan untuk sahnya perjanjian sewa-menyewa harus
terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Masing-masing pihak rela untuk melakukan perjanjian
sewa-menyewa, maksudnya kalau dia dalam perjanjian sewa-menyewa
itu terdapat unsur pemaksaan, maka sewa-menyewa itu tidak sah.
Ketentuan ini sejalan dengan bunyi surat An-Nisa ayat 29 yang
artinya:
ًةَراََتَ َنْوُكَت ْنضأ َّلاِإ ِلِطاَبلاِب ْمُكَنْ يَ ب ْمُكَلاَوْمَأ اوُلُكأّتَلا اوُنَمآ َنيِذِّلا اَهُّ يَأ اَي
اَرَ ت ْنَع
اًمْيِحَر ْمُكِب َناَك َةَّللا َّنِإ ْمٌكَسُفْ نَأ اوُلُ تْقَ ت َلاَو ْمُكْنِم ٍض
“Hai orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.2) Harus jelas dan terang mengenai obyek yang diperjanjikan;
Harus jelas dan terang mengenai obyek sewa-menyewa,
yaitu barang yang dipersewakan disaksikan sendiri, termasuk juga
masa sewa (lama waktu sewa-menyewa berlangsung) dan besarnya
uang sewa yang diperjanjikan.
Maksudnya kegunaan barang yang disewakan itu harus jelas,
dan dapat dimanfaatkan oleh penyewa sesuai dengan
peruntukannya (kegunaan) barang tersebut, andainya barang itu
tidak dapat digunakan sebagaimana yang diperjanjikan maka
perjanjian sewa-menyewa itu dapat dibatalkan.
4) Obyek sewa-menyewa dapat diserahkan;
Maksudnya barang yang diperjanjikan dalam
sewa-menyewa harus dapat diserahkan sesuai dengan yang diperjanjikan,
dan oleh karena itu kendaraan yang akan ada (baru rencana untuk
dibeli) dan kendaraan yang rusak tidak dapat dijadikan sebagai
obyek perjanjian sewa-menyewa, sebab barang yang demikian
tidak dapat mendatangkan kegunaan bagi pihak penyewa.
5) Kemanfaatan obyek yang diperjanjikan adalah yang dibolehkan
dalam agama;
Perjanjian sewa-menyewa barang yang kemanfaatannya
tidak dibolehkan oleh ketentuan hukum agama adalah tidak sah
dan wajib untuk ditinggalkan, misalnya perjanjian sewa-menyewa
rumah, yang mana rumah itu digunakan untuk kegiatan prostitusi,
atau menjual minuman keras serta tempat perjudian, demikian juga
memberikan uang kepada tukang ramal.
Selain itu juga tidak sah perjanjian pemberian uang (Ijarah)
individu yang mutlak dikerjakan oleh orang yang terkena
kewajiban. (H.Chairuman Pasaribu, 1994:54)
Sesuatu yang diakadkan (barang dan pekerjaan)
disyaratkan:
a) Objek yang diijarahkan dapat di serah-terimakan dengan baik
manfaat maupun bendanya.
b) Manfaat dari objek yang diijarahkan harus yang dibolehkan
agama, maka tidak boleh ijarah terhadap maksiat seperti
mempekerjakan sesorang untuk mengajarkan ilmu sihir atau
mengupah orang untuk membunuh orang lain.
c) Manfaat dari pekerjaan harus diketahui oleh kedua belah pihak
sehingga tidak muncul pertikaian dan perselisihan dikemudian
hari.
d) Manfaat dari objek yang akan di ijarahkan sesuatu yang dapat
dipenuhi secara hakiki.
e) Jelas ukuran dan batas waktu ijarah agar terhindar dari
persengketaan atau perbantahan.
f) Perbuatan yang diijarahkan bukan perbuatan yang diwajibkan
oleh mu’ajir seperi sholat, puasa dan lain-lain.
g) Pekerjaan yang diijarahkan menurut kebiasaan dapat
diijarahkan seperti menyewakan toko, computer, maka tidak
boleh menyewakan pohon untuk menjemur pakaian, karena hal
Untuk sahnya ijarah, sesuatu yang dijadikan sebagai upah atau imbalan harus memenuhi syarat berikut:
a) Upah berupa benda yang diketahui yang dibolehkan
memanfaatkannya (mal mutaqqwwim).
b) Sesuatu yang berharga atau dapat dihargai dengan uang
sesuai dengan adat kebiasaan setempat.
c) Upah /imbalan tidak disyaratkan dari jenis yang di akadkan
misalnya sewa rumah dengan sebuah rumah.
(Rozalinda,2005:107)
Terhadap imbalan ada beberapa ketentuan dalam hal
menerima atau memberikan:
a) Imbalan atau upah tersebut hendaknya disegerakan
pembayarannya.
b) Mesti ada kejelasan berapa banyak yang diterima sehingga
kedua belah pihak akan terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan di kemudian hari.
c) Imbalan atau upah dapat diberikan sesuai dengan kesepakatan
yang telah dibuat bersama. Apakah diberikan seluruhnya atau
selesai waktunya. Ini semua tergantung kebiasaan yang terjadi
pada masyarakat asalkan tidak ada yang terzalimi terhadap
d) Imbalan atau upah benar-benar memberikan manfaat baik
berupa barang atau jasa, sesuai dengan ketentuan yang
disepakati bersama sehingga kedua belah pihak saling merasa
puas dan tidak ada yang merasa dirugikan satu sama lainnya.
Maksudnya, terhadap semua kesepakatan yang telah dibuat
oleh kedua belah pihak tersebut memang mesti ditunaikan.
e) Upah atau imbalan mesti berupa benda yang diketahui yang
diperbolehkan memanfaatkanya.
f) Sighat (ijab dan kabul) disyaratkan berkesesuaian dan
menyatunya majelis akad seperti yang disyaratkan dalam akad
jual beli. Maka akad ijarah tidak sah jika antara ijab dan kabul
tidak bersesuaian, seperti antara objek akad dan batas waktu.
D. Macam-Macam ijarah
Berdasarkan uraian tentang definisi dan syarat ijarah, makan
ijarah dapat di kelompokkan menjadi dua bagian:
1. ijarah „ala al-manafi‟,
Ijarah yang obyek akadnya adalah manfaat, seperti menyewakan rumah untuk ditempati, mobil untuk dikendarai, bajununtuk dipakai
dan lain-lain. Dalam ijarah ini tidak diperbolehkan menjadi obyeknya
sebagai tempat yang dimanfaatkan untuk kepentingan yang dilarang
Para ulama berbeda pendapat menganai kapan akad ijarah ini di
nyatakan ada. Menurut ulama Malikiyah dan Hanafiyah, akad ijarah
dapat ditetapkan sesuai dengan perkembangan manfat yang dipakai.
Konsekuensi dari pendapat ini adalah sewa tidak dapat dimiliki oleh
pemilik barang ketika akad itu belangsung, melainkan harus dilihat
dahulu melalui perkembangan pengunaan manfaat tersebut.
Sementara ituulama Syafiiyah dan Hanabilah berpendapat bahwa
ijarah ini sudah tetap dengan sendirinya sejak akadijarah tersebut
terjadi. Karena itu, sewa sudah menjadi milik barang sejak akat ijarah
itu terjadi. Karena akad ijarah memiliki sasaran manfaat dari benda
yang disewakan, maka pada dasar nya penyewa berhak untuk
memanfatkan barang tersebut sesuai dengan keperluannya, bahkan
dapat meminjamkan atau menyewakan pada pihak lain sepanjang tidak
mengagu dan merusak barang yng disewakan.
Namun demukian ada akad ijarah „ala al‟manafi yang perlu dapat
perincinyang lebihlanjut yaiu :
a. ijarah al-„ardh (Akad sewa tanah) untuk ditanami atau didirikan bangunan. Akad sewa tersebut barusah jika
dijelaskan peruntukannya. Apabila akadnya untuk
ditanami , harus dijelaskan jenis tanamannya, kecuali jika
pemilik tanah (mu‟jir) memberikan izin untuk ditanami
b. Akad sewa pada binatang harus jelas peruntukannya,
untuk angkuran atau kendaraan dan juga masa
penggunaan. Karena binatang dapat dimanfaatkan untuk
aneka kegiatan, jadi untuk menghindari dari sengketa
kemudian hari, harus disertai rincian pada saat akad.
2. ijarah „ala al-ammal ijarah,
Yaitu ijarah yang obyek akadnya jasa atau pekerjaan, seperti
membangun gedung atau menjahit pakaian. Akad ijarah ini terkait
dengan masalah upah mengupah. Karean itu, pembahasannya lebih
dititikberatkan kepada pekerjaan atau buruh (ajir).
Ajir dapat di bedakanmenjadi dua macam yaitu Ajir khass dan Ajir
musytarak.
Pengertian Ajir khass adalah pekerjaan atau burh yang melakukan
suatu pekerjaan secara individual dalam waktu yang telah ditetapkan,
seperti pembantu rumah tangga dan sopir. Adapun Ajir musytarak
adalah seseorang yang bekerja dengan profesinya dan tidak terikat oleh
orang tertentu. Dia mendapat upah karena profesinya, bukan karena
penyerahan dirinya terhadap pihak lain misalnya pengacara dan
konsultan.
Pembagian Ajir seperti diatas mempunyai akibat teradap tanggung
jawab masing-masing. Ajir khass menurut empat ulama’ madhhab
tidak bertanggung jawab atas rusak atau hilangnya sesuatu ketika ia
Adapun dalam Ajir musytarak, para ulama’berbeda pendapat. Menurut
kelompok Hanafian dan Hanabilah bahwa Ajir musytarak sama dengan
Ajir khass dalam tanggung jawabnya. Adapun menurut Malikiyah, Ajir Mustyarak harus bertangung jawab sepenuhnya terhadap rusak atau hilangnya benda yang dijadikan obyek pekerjaan (Huda Qamarul
2011:88).
E. Pembatalan dan Berakhirnya ijarah
ijarah adalah jenis akad lazim,yang salah satu pihak yang berakad
yang tidak memiliki hak fasakh, karena ia merupakan akad pertukaran,
kecuali ia di dapati hal yang mewajibkan fasakh, sperti di bawah ini.
ijarah tidak menjadi fasakh dengan matinya salah satu yang berakad sedangkan yang diakad kan selamat. Pewaris memgang peranan
warisan, apakah ia sbagai pihak mu‟ajjir atau musta‟jir.
ijarah menjadi fasakh (batal)dengan hal, sebagai berikut:
a. Meninggalnya salah satu pihak yang melakukan akad. Ini menurut
pendapat Hanafiah. Sedangkan pendapat jumhur ulama’ kematian
salah satu pihak tidak mengakibatkan fasakh atau berakhirnya akad
ijarah. Haltersebut dikarenakan ijarah merupakan akad yang lazim(Muslih 2010:338).
b. Sepertihalnya jual beli, dimana musta‟jir memiliki manfaat atas
barang yang disewa dengan sekaligus sebagai hak milik yang tetap,
c. terjadinya aib pada barang sewaan yang terjadinya ditangan penyewa
atau terlihat aib lama padanya.
d. Rusaknya barang yang disewakan, seperti rumah dan binatang yang
menjadi „ain.
e. Rusaknya barang yang diupahkan (ma‟jur „alaih), seperti baju yang
diupahkan untuk dijaitkan, karena akad tidak mungkin terpenuhi
sesudah rusaknya (barang).
f. Terpenuhinya manfaat yang diakadkan , atau selesainya pekerjaan,
atau berakhirnya masa, kecuali jika terdapat unsur yang menyegah
fasakh. Seperti. Jika masa ijarah tanaha pertanian telah berakhir sebelun tanaman dipanen, maka ia tetap ditangan penyewa sampai
masa selesai diketam, sekalipun terjadi pemaksan, hal ini
dimaksutkan untuk mencegahterjainya bahaya (kerugian) pada pihak
penyewa, yaitu dengan mencabut tanaman seblum waktunya.
g. Penganut-pnganut mazhab Hanafi berkata: Boleh memfasakh ijarah,
karena adanya unsur sekalipun dari salah satu pihak. Seperti
seseorang yang menyewa toko untuk berdagang, kemudian hartanya
tebakar atau dicuri, atau dirampas, atau bangkrut, maka ia berhak
F. Pengembalian Obyek Sewa-Menyewa
Apabila masa yang telah di tetapkan dalam perjanjian telah
berakhir, maka pihak penyewa berkuwajiban untuk mengambilkan barang
yang disewakan kepada pihak pemilik yang semula (yang menyewakan).
Adapun ketentuan pengambilan barang obyek sewa-menyewa
adalah sebagai berikut.
1. Apabila barang yang jadi obyek perjanjian merupaka barang yang
bergerak, maka pihak penyewa harus mengembalikan barang itu
kepada pihak yang menyewakan , yaitu dengancara menyerahkan
langsung bendanya, misal sewa-menyewa kendaraan.
2. Apabila benda sewa-menyewa dikualifikasikan sebagai barang yang
tidak bergerak, maka pihak penyewa berkuwajiban mengembalikan
kepada pihak yang menyewakan dalam keadaan kosong, maksutnya
tidak ada barang pihak penyewa di dalamnya, misalnya dalam
perjanjian sewa-menyewa rumah.
3. Jika yang menjadi obyek perjanjian berupa tanah, maka pihak
menyewa wajib menyerahkan tanah kepada pihak pemilik dalam
kadaan tidak ada tanaman penyewa di atasnya (Chairuman 1994:59).
Penganut-penganut mazhab Hambali berkata : Manakala ijarah
telah berakhir, penyewa harus mengangkat tangannya, dan tidak ada
kemestian mengembilikan untuk menyerahterimakannya, seperti barang
titipan, karena ia merupakan akadyang tidak menuntut jaminan, sehingga
berkata setelah berakhirnya masa, maka ia adalah amanat yang apabila
terjadi kerusakan tanpa dibuat, maka tidak ada kewajiban menanggung
(Sabiq 1987:30).
G. Perselisihan antara pihak dalam Ijarah
Apabila para pihak dalam akad ijarah berselisih tentang kadar
manfaat atau besarnya upah atau uang sewa yang diterima, sedangkan
ijarah nya shahih maka ada kalanya perselisihan tersebut terjadi sebelum dipenuhinya manfaat dan ada kalanya stelah manfaat atau jasa tersebut
diterim. Apabila perselisihan terjadi sebelum manfaatditerima maka kedua
belah pihak hendaknya bersumpah satu dengan yang lainnya. Hal ini
didasarkan hadiz Nabi yang diriwayatkan oleh Ashhab As-Sunnah, Ahmat,
dan Syafi’i bahwa nabi bersabda.
“apabila dua orang yang melakukan jualbeli berselisih pendapat,
maka kedua bekah pihak bersumpah dan saling mengembalikan barang”
Meskipun hadiz ini membicarakan masalah jual beli, namun ijarah
merupakan salah satu jenis jual beli maka ketentuan yang ada dalam hadiz
tersebut berlaku juga untuk ijarah. Dengan demikian, apabila mereka
bersumpah maka akad ijarah tersebut menjadi batal.
Apabila perselisihan terjadi setelah menyewa menggunakan
sebagian dari manfaat barang yang disewakan, misalnya ia telah
menempati rumah yang disewa untuk beberapa waktu, maka yang diterima
adalah ucapan penyewa yang diperkuat dngan sumpahnya, lalu keduanya
akad atas manfaat berlaku sedikit demi sedikit, sesuai dngan timbulnya
manfaat. Dengan demikian, setiap bagian dari manfaat merupakan obyek
akad yang berdiri sendiri, sehingga masa sewa yang tersisa juga
merupakan akad yang mandiri. Apabila perselisihan terjadi setelah
selesainya masa ijarah maka ucapan yang diterima adalah ucapan
penyewa dalam penentuan biaya sewa disertai dengan sumpah (Muslich
BAB III
DESA KOPENG KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG
A. SejarahDesaKopeng
Kopeng adalah nama sebuah desa seperti pada umumnya, namun
kare namerupakan akses budaya peninggalan jaman colonial Belanda,
maka desa ini menjadi tujuan wisata alam baik oleh wisatawan domestic
dan luar. Karena pernah disinggahi oleh Belanda di masa penjajahan dulu
maka desa ini sudah di kenal oleh orang di luar JawaTengah.Artis Bintang
film dan penyanyi lagu Ibu Kota Jakarta yang pernah berkunjung di
Kopeng dan bah kan menginap kurang lebih 18 -23 tahun yang lalu
semasa penulis masih kecil diantaranya Benyamin S, Titik sandora, Cica
Koeswoyo, dan masih banyak lagi artis-artis kawakan. Begitu juga dengan
parapejabat Negara seperti Sudomo dll.Takheran era 80 an Kopeng danJ
akarta baktuan dan nyonya. Ada satu Hotel arsitektur belanda lengkap
dengan taman nyayaitu yang dikenal dengan Hotel pemandian Kopeng,
sekarang disebut Hotel Kartika wisata, juga terdapat 6 villakuno yang juga
dibangun hamper bersamaan dengan Hotel Kopeng, semua villa kini sudah
B. ProfilDesaKopeng
Desa Kopeng merupakan salah satu bagian dari wilayah
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Desa Kopeng terbagi dalam 9
Dusun diantaranya Dusun Sleker, Dusun Sidomukti, Dusun Dukuh, Dusun
Cuntel, Dusun Tayeman, Dusun Kopeng , Dusun Plarar ,Dusun Blancik,
dan Dusun Kasiran. Dengan luas wilayah :8,01 km2. Adapun batas-batas
wilayah nya adalah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tolokan
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Magelang
c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Batur
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Magelang
Secara umum kondisi Desa Kopeng baik secara demografi
maupun geografis dapat digambarkan sebaga iberikut :
a. JumlahPenduduk (Data SMARD)
Tabel3.1 JumlahPenduduk
No JumlahMenurut Laki-laki Perempuan Jumlah
1 JenisKelamin 3.357 3.321 6.678
2 KepalaKeluarga 1.783 307 2.090
Dari tabel di atas bahwasanya jenis kelamin Laki-laki
tersebut lebih banyak dari pada Perempuan. Dan dari wilayah
jiwa terdiri dari kepala keluarga laki-laki 1.783 jiwa dan kepala
keluarga perempuan 307 jiwa.
b. Tingkat Pendidikan
Tabel 3.2 Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Tidak/BelumSekolah 860 903 1.763
2 BelumTamat SD / Sederajat 511 520 1.380
3 SD / Sederajat 1.346 1.380 2.726
4 SLTP / Sederajat 674 651 1.325
5 SLTA / Sederajat 351 264 615
6 Diploma 1 / 2 4 6 10
7 Diploma 3 / SarjanaMuda 18 16 34
8 Diploma 4 / Strata 1 30 36 66
9 Strata 2 5 0 5
Dari data di atas bahwasanya dari tingkat pendidikan di
wilayah Kopeng itu masih rendah, terhitung dari jumlah penduduk
pendudukan yang sudah bersekolah, dari jumlah penduduk Kopeng
sekitar 6.678 jiwa itu terhitung sebesar 1.763 jiwa belum pernah
merasakan sekolah. Jadi didaerah kopeng tersebut masyarakatnya
tingkat kesadaran terhadap pendidikan itu sangat kurang
diperhatikan. Terhitung kurang dari 0,25 dari masyarakat Kopeng
tersebut belum mendapatkan pendidikan.
c. JenisPekerjaan
Tabel3.3 JenisPekerjaan
No Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Belum / TidakBekerja 669 661 1.330
2 MengurusRumahTangga 453 453
3 Pelajar / Mahasiswa 461 374 835
4 Pensiunan 17 6 23
5 PegawaiNegeriSipil 21 12 33
6 TNI 3 3
7 Kepolisian RI 1 1 2