• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ekstrak Etanol Herba Purwoceng (Pimpinella alpina) Terhadap Perilaku Seksual Mencit Swiss Webster Jantan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Ekstrak Etanol Herba Purwoceng (Pimpinella alpina) Terhadap Perilaku Seksual Mencit Swiss Webster Jantan."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

iv JANTAN

Cindy Caroline, 2011; Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes ; Pembimbing II : Fen Tih, dr ., M.Kes

Masalah seksual sering menjadi penghambat dalam kehidupan rumah tangga. Oleh sebab itu, banyak orang mencari pengobatan untuk mengatasi masalah seksual. Obat-obat perangsang seksual di pasaran banyak menimbulkan efek samping yang menyebabkan orang mencari obat tradisional sebagai obat alternatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ektrak etanol herba purwoceng (Pimpinella alpina) terhadap perilaku seksual mencit Swiss Webster jantan berdasarkan jumlah introducing dan mounting.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental sungguhan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap, bersifat komparatif. Hewan coba 25 mencit jantan dengan berat badan 20-25 mg dibagi secara acak dalam 5 kelompok (n=5), masing-masing diberi Ekstrak Etanol Purwoceng (EEP) dosis 1 (16 mg/kgBB mencit), dosis 2 (32 mg/kgBB mencit), dosis 3 (64 mg/kgBB mencit), kontrol (Na-CMC 1%), dan pembanding (Sildenafil sitrat 5 mg/kgBB mencit) selama 7 hari. Data yang diukur adalah introducing dan mounting pada 15 menit pertama dan 15 menit kedua, yang dilakukan pada hari ketiga, kelima, dan ketujuh. Analisis data dengan one way ANAVA, dilanjutkan dengan uji Tukey

HSD dengan α =0,05 menggunakan komputer.

Hasil penelitian menunjukkan rerata introducing hari ketiga, kelima, dan ketujuh EEP 1(149,4), EEP 2(179,6), EEP 3(169,0).Kelompok EEP berbeda secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol dengan nilai p = 0,002, p = 0,000 dan p = 0,000, sedangkan mounting tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok pada uji ANAVA.

Simpulan penelitian adalah Ekstrak Etanol Purwoceng (EEP) dosis 1, dosis 2, dan dosis 3 meningkatkan perilaku seksual terutama introducing.

(2)

v

Cindy Caroline, 2011; Tutor I: Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes ; Tutor II : Fen Tih, dr ., M.Kes

Sexual problem are often become an obstacle in a household life. It’s make many people seek treatment for sexual problems. The number of side effects from sexual stimulant drugs on the market cause people to seek traditional medicine as an alternative medicine. The purpose of this research was to know the effect of ethanol extract of purwoceng on sexual behaviour of Swiss Webster male mice based on amount of introducing and mounting.

The research was Real Experimental with comparative characteristic methode using Random Complete Design,The animal using 25 male mice that weight 20-25 grams. Twenty five male mice were devided randomly into 5 groups (n=5), each mice were given ethanol extract of purwoceng ( EEP) 1 st dosage (16 mg/kgBB mice), 2 nd dosage (32 mg/kgBB mice), 3rd dosage (64 mg/kgBB mice), control (Na-CMC 1%), and standard group (Sildenafil sitrat 5 mg/kgBB mice) in 7 days. The data was measured by observing the mice introducing and mounting at first 15 minutes and second 15 minutes. The data was analyzed by one way ANOVA, followed by Tukey HSD with α=0,05 using computer software.

The result showed that EEP 1st, 2nd, and 3rd dosage were statistically significant with p = 0,002, p = 0,000 and p = 0,000 compared to the control group. Mounting is not significantly different between groups on ANOVA test. The conclusion was ethanol extract of purwoceng 1st, 2nd, and 3rd dosage were able to increase sexual behavior especially introducing.

(3)

viii

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 3

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3

1.5.2 Hipotesis ... 4

1.6 Metodologi Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mekanisme Pengaturan Perilaku ... 5

2.1.1 Sistem Limbik ... 5

2.1.2 Hipotalamus ... 6

2.1.3 Amigdala ... 7

2.1.4 Hipokampus ... 7

(4)

ix

2.3.2 Tahap-tahap Aksi Seksual Laki-laki ... 10

2.3.3 Testosteron ... 13

2.4 Nitrit Oksida ... 14

2.4.1 Mekanisme Kerja Nitrit Oksida ... 14

2.5 Fungsi Seksual Binatang Pengerat ... 15

2.5.1 Sistem Pengaturan ... 15

2.5.1.1 Saraf ... 16

2.5.1.2 Hormonal... 16

2.5.1.3 Feromon ... 17

2.5.2 Mekanisme Dasar Aktivitas Seksual Binatang Pengerat Jantan ... 17

2.6 Gangguan Seksual pada Laki-laki ... 18

2.6.1 Libido ... 18

2.6.1.1 Peran Endokrin ... 18

2.6.1.2 Pengaturan Libido Oleh Sistem Saraf ... 19

2.6.2 Disfungsi Ereksi ... 19

2.7 Sildenafil Sitrat... 20

2.7.1 Mekanisme Kerja ... 20

2.7.2 Efek Samping dan Kontra Indikasi ... 20

2.8 Purwoceng (Pimpinella alpina) ... 21

2.8.1 Taksonomi Purwoceng ... 21

2.8.2 Asal dan Morfologi Tumbuhan ... 21

2.8.3 Kandungan dan Manfaat Purwoceng ... 22

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 24

3.1.1 Bahan Penelitian... 24

(5)

x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 30

4.1.1 Introducing ... 30

(6)

xi

(7)

xii

Tabel 4.3 Rerata introducing hari kelima ... 33

Tabel 4.4 Uji Tukey HSD introducing hari kelima ... 34

Tabel 4.5 Rerata introducing hari ketujuh ... 35

Tabel 4.6 Uji Tukey HSD introducing hari ketujuh ... 36

Tabel 4.7 Rerata total introducing hari ketiga,kelima, dan ketujuh ... 38

Tabel 4.8 Uji Tukey HSD jumlah rerata introducing hari ketiga,kelima, dan ketujuh ... 39

Tabel 4.9 Rerata mounting hari ketiga ... 40

Tabel 4.10 Rerata mounting hari kelima ... 41

Tabel 4.11 Rerata mounting hari ketujuh ... 42

(8)

xiii

Gambar 2.3 Amigdala ... 7

Gambar 2.4 Respon penis ... 12

Gambar 2.5 The Hypothalamic-pituitary-gonadal ... 14

Gambar 2.6 Mekanisme Nitrit Oksida ... 15

Gambar 2.7 Sildenafil ... 21

(9)

xiv

(10)

LAMPIRAN Lampiran 1

1. Perhitungan dosis ekstrak etanol purwoceng  Dosis pada manusia adalah 120 mg.

 Faktor konversi untuk mencit yang beratnya 20 gram adalah 0,0026.  Mencit yang digunakan pada penelitian beratnya 25 gram.

 Volume lambung mencit 5 ml.  Perhitungan:

120 mg= 0,12 gr X 0,0026 = 3,12.10-4 gr/20 gr mencit = 3,9.10-4 gr/25 gr mencit

Dosis per kgBB mencit Untuk dosis EEP 1:

(1000:25) X 3,9.10-4 gr = 15,6.10-3 gr = 15,6 mg = 16 mg/kgBB mencit Untuk dosis EEP 2: dosis EEP 1 X 2 : 16 mg X 2 = 32 mg/kgBB mencit Untuk dosis EEP 3 : dosis EEP 2 X 2 : 32 X 2 =64 mg/kgBB mencit 2. Perhitungan Dosis Sildenafil Sitrat

 Kandungan sildenafil sitrat ( 1 tablet ) = 50 mg

 Dosis efektif sildenafil sitrat untuk mencit = 5 mg / kgBB mencit

(Tajuddin,2003)  Berat badan mencit yang digunakan = ± 25 gram

 Volume lambung mencit = 0,5 ml

(11)

Lampiran 2

Introducing Hari Ketiga

Oneway

Descriptives

jumlah introducing 30 menit hari ke-3

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum

EEP1 5 50,000 6,5192 2,9155 41,905 58,095 44,0 61,0

EEP2 5 58,400 9,3702 4,1905 46,765 70,035 47,0 72,0

EEP3 5 51,000 9,4340 4,2190 39,286 62,714 40,0 66,0

Control 5 28,200 5,7619 2,5768 21,046 35,354 21,0 37,0

pembanding

5 42,000 14,9666 6,6933 23,416 60,584 24,0 57,0

Total 25 45,920 13,7596 2,7519 40,240 51,600 21,0 72,0

ANOVA

jumlah introducing 30 menit hari ke-3

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 2637,840 4 659,460 6,920 ,001

Within Groups 1906,000 20 95,300

(12)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: jumlah introducing 30 menit hari ke-3 Tukey HSD

(I) pemberian

perlakuan (J) pemberian perlakuan

Mean Difference

* The mean difference is significant at the .05 level.

Homogeneous Subsets

jumlah introducing 30 menit hari ke-3

Tukey HSD

(13)

Introducing Hari Kelima Oneway

Descriptives

jumlah introducing 30 menit hari ke-5

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

jumlah introducing 30 menit hari ke-5

(14)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: jumlah introducing 30 menit hari ke-5 Tukey HSD

(I) pemberian

perlakuan (J) pemberian perlakuan

Mean Difference

pembanding=Sildenafil

Sitrat -55,8000(*) 10,5470 ,000

* The mean difference is significant at the .05 level.

Homogeneous Subsets

jumlah introducing 30 menit hari ke-5

Tukey HSD

(15)

Introducing Hari Ketujuh Oneway

Descriptives

jumlah introducing 30 menit hari ke-7

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum

EEP1 5 45,200 6,3797 2,8531 37,279 53,121 40,0 54,0

EEP2 5 50,800 17,5699 7,8575 28,984 72,616 36,0 78,0

EEP3 5 50,000 4,5826 2,0494 44,310 55,690 43,0 55,0

Control 5 19,200 10,1833 4,5541 6,556 31,844 2,0 29,0

Pembanding 5 51,400 14,0107 6,2658 34,003 68,797 35,0 68,0

Total 25 43,320 16,3776 3,2755 36,560 50,080 2,0 78,0

ANOVA

jumlah introducing 30 menit hari ke-7

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 3755,840 4 938,960 7,003 ,001

Within Groups 2681,600 20 134,080

(16)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: jumlah introducing 30 menit hari ke-7 Tukey HSD

(I) pemberian

perlakuan (J) pemberian perlakuan

Mean

* The mean difference is significant at the .05 level

Homogeneous Subsets

jumlah introducing 30 menit hari ke-7

Tukey HSD

(17)

Rerata Introducing Hari Ketiga, Kelima, dan Ketujuh Oneway

ANOVA

jumlah introducing hari ketiga,kelima,ketujuh

Dependent Variable: jumlah introducing hari ketiga,kelima,ketujuh Tukey HSD

(I) perlakuan (J) perlakuan

Mean

(18)

Homogeneous Subsets

jumlah introducing hari ketiga,kelima,ketujuh

Tukey HSD

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

Mounting Hari Ketiga

Oneway

Descriptives

jumlah mounting 30 menit hari ke-3

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound Upper

Bound Minimum Maximum

(19)

ANOVA

jumlah mounting 30 menit hari ke-3

Dependent Variable: jumlah mounting 30 menit hari ke-3 Tukey HSD

(I) pemberian

perlakuan (J) pemberian perlakuan

(20)

Homogeneous Subsets

jumlah mounting 30 menit hari ke-3

Tukey HSD

pemberian perlakuan N

Subset for

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000

Mounting Hari Kelima

Oneway

Descriptives

jumlah mounting 30 menit hari ke-5

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound Upper

Bound Minimum Maximum

(21)

ANOVA

jumlah mounting 30 menit hari ke-5

Dependent Variable: jumlah mounting 30 menit hari ke-5 Tukey HSD

(I) pemberian perlakuan (J) pemberian perlakuan

(22)

Homogeneous Subsets

jumlah mounting 30 menit hari ke-5

Tukey HSD

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

Mounting Hari Ketujuh Oneway

Descriptives

jumlah mounting 30 menit hari ke-7

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

jumlah mounting 30 menit hari ke-7

(23)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: jumlah mounting 30 menit hari ke-7 Tukey HSD

(I) pemberian

perlakuan (J) pemberian perlakuan

(24)

Homogeneous Subsets

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

Rerata Mounting Hari Ketiga, Kelima, Ketujuh Oneway

ANOVA

jumlah mountinghari ketiga,kelima,ketujuh

(25)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: jumlah mountinghari ketiga,kelima,ketujuh Tukey HSD

(I) perlakuan (J) perlakuan

(26)

Homogeneous Subsets

jumlah mountinghari ketiga,kelima,ketujuh

Tukey HSD

perlakuan

N

Subset for alpha = .05

1 1

kontrol 5 2,580

EEP 1 5 3,680

EEP 2 5 5,760

EEP 3 5 6,520

pembanding 5 7,740

Sig. ,145

(27)

Lampiran 3

Data Kasar Penelitian Pengaruh Ekstrak Etanol Herba Purwoceng Terhadap Perilaku Seksual Mencit Swiss-Webster Jantan

3.1 Hasil Introducing dan Mounting Kelompok Dosis 1 (16mg/kgBB) Hari Ketiga, Kelima, dan Ketujuh

Dosis 1 = 16mg/kgBB hari ke-3 Dosis 1 hari ke-5 Dos

3.2 Hasil Introducing dan Mounting Kelompok Dosis 2 (32mg/kgBB) Hari Ketiga, Kelima, dan Ketujuh

(28)

3.3 Hasil Introducing dan Mounting Kelompok Dosis 3 (64mg/kgBB) Hari Ketiga, Kelima, dan Ketujuh

Dosis 3 = 64mg/kgBB hari ke-3 Dosis 3 hari ke-5 Dosis 3 hari ke-7

(29)

3.5 Hasil Introducing dan Mounting Kelompok Pembanding (Sildenafil Sitrat) Hari Ketiga, Kelima, dan Ketujuh

Sildenafil Sitrat hari ke-3 Sildenafil Sitrat hari ke-5 Sildenafil Sitrat hari ke-7

(30)

Lampiran 4

Foto-foto Penelitian

Proses menyonde pada mencit Mencit di kandang penyimpanan

Mencit jantan dan betina di dalam kandang pengamatan yang masih disekat

(31)

Kandang pengamatan mencit

(32)
(33)

74

Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 6 September 1990

Alamat : Jl. Ion Martasasmita 5 Pamanukan-Subang

Riwayat Pendidikan :

 TK Bunda Maria, Pamanukan, lulus tahun 1996  SD Bunda Maria, Pamanukan, lulus tahun 2002  SMP Santa Angela, Bandung, lulus tahun 2005  SMA Santa Angela, Bandung, lulus tahun 2008

(34)

1 1.1Latar Belakang

(35)

Sildenafil sitrat diindikasikan untuk terapi disfungsi ereksi (impotensi) yang disebabkan secara organik. Mekanisme kerja sildenafil sitrat adalah menghambat phosphodiesterase 5 (PDE-5) yang berfungsi mengubah cycle guanosine mono-phosphate (cGMP) menjadi GMP. Efek samping sildenafil sitrat antara lain: muka memerah, pusing, nyeri perut, mual, diare, sensitif pada cahaya (fotosensitif), kepekaan mendengar berkurang, kepala pening. Sildenafil sitrat dapat menyebabkan hipotensi berat yang dapat menyebabkan stroke. Yohimbine diindikasikan untuk terapi gangguan libido, tetapi penggunaan yohimbine dapat meningkatkan simpatis dan mempunyai potensial untuk melepaskan norepinefrin yang dapat menyebabkan cerebral hemorrhage dan cardiac arrhythmias (Hoffman Brian B, 2001)

Efek samping yang sering muncul pada penggunaan Sildenafil sitrat dan yohimbine maka dicari obat alternatif yang lebih aman, murah, dan mudah didapat. Bahan makanan yang dapat berfungsi meningkatkan libido atau gairah seksual disebut afrodisiak yang berasal dari kata Aphrodite yang dalam mitologi Yunani mengacu pada dewi kecantikan dan cinta.

Purwoceng (Pimpinella alpina) merupakan salah satu tanaman yang diduga berkhasiat sebagai afrodisiak. Purwoceng merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang dikenal berkhasiat sebagai obat perkasa kaum lelaki, karena itu Purwoceng juga mendapat sebutan ‘Viagra Jawa’. Berdasarkan hal diatas, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ekstrak purwoceng terhadap peningkatan perilaku seksual. Pada penelitian ini efek afrodisiak pada hewan coba dilihat dari banyaknya pengenalan (introducing) dan penunggangan (mounting).

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka identifikasi masalah adalah:

(36)

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian adalah untuk mendapatkan obat alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku seksual pada laki-laki.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol herba purwoceng dalam meningkatkan perilaku seksual pada mencit Swiss Webster jantan.

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis penelitian ini adalah untuk menambah wawasan ilmiah mengenai manfaat ekstrak etanol herba purwoceng yang dapat meningkatkan perilaku seksual pada mencit Swiss Webster jantan.

Manfaat praktis penelitian ini adalah untuk memperkenalkan kepada masyarakat mengenai manfaat herba purwoceng dalam meningkatkan libido dan mengatasi gangguan ereksi pada laki-laki.

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran

(37)

integrative menyebabkan timbulnya libido, kinerja motorik, dan reflex genital yang mengawali terjadinya kopulasi (Dwi Winarni, 2007).

Peningkatan dopamin dapat menyebabkan inhibisi dari prolaktin sehingga kadar prolaktin menurun dan juga menyebabkan peningkatan kadar oksitosin. Penurunan kadar prolaktin dan peningkatan kadar oksitosin akan menyebabkan terjadinya ereksi (Andersson, 2001).

1.5.2 Hipotesis Penelitian

 Hipotesis mayor : Ekstrak etanol herba purwoceng meningkatkan perilaku seksual mencit Swiss Webster jantan.

 Hipotesis minor :

1. Ekstrak etanol herba purwoceng meningkatkan introducing pada mencit Swiss Webster jantan

2. Ekstrak etanol herba purwoceng meningkatkan mounting pada mencit Swiss Webster jantan.

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan bersifat komparatif dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diukur adalah frekuensi pengenalan (introducing) dan penunggangan (mounting). Analisis data berdasarkan uji ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji Tukey HSD (Honesty

Significant Difference) dengan α= 0,05. Kemaknaan berdasarkan nilai p ≤ 0,05

(38)

47

Ekstrak etanol herba purwoceng berpengaruh meningkatkan perilaku seksual terutama introducing.

5.2Saran

 Penelitian selanjutnya menggunakan berbagai dosis dan dengan variasi peningkatan dosis.

 Menggunakan sediaan dan hewan coba yang berbeda.

 Dilakukan uji toksisitas dan efek samping pada mencit atau hewan coba lain untuk mengetahui batas keamanan ekstrak etanol herba purwoceng.  Dilakukan pengukuran kadar testosteron.

 Penelitian dilakukan di dalam ruangan dengan kondisi yang sesuai dengan habitat hewan coba untuk memperoleh hasil yang lebih optimal.

(39)

48

http://www.nytimes.com/imagepages/2007/08/01/health/adam/19239Hypotha lamus.html. July 29th, 2009.

American Society For Reproductive Medicine. 2007. Sexual Dysfunction . http://www.asrm.org/Patients/FactSheets/Sexual_Dysfunction-Fact.pdf. October, 2007.

Andersson. 2001. Pharmacology of Penile Erection. http://pharmrev.aspetjournals.org

Bailey. 2009. Limbic System.

http://biology.about.com/od/anatomy/a/aa042205a.html. June 25th,2009. Belton, Aine.2008. Nature’s aphrodisiacs foods to get you in the mood.

www.giftsofloveforyou.com/ebooks/NaturesAphrodisiacs. pdf. September 23th, 2008.

Bhasin S., Jameson J.L.,2005. Disorder of the Testes and Male Reproductive System. In Dennis L.K., Anthony S.F., Dan L.L., Eugene B., Stephen L.H., Larry J.J eds : Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. Vol 2. New York : Mc Graw-Hill Publishing Company. p. 2185-88.

Bocco. 2009. Viagra benefit and side effect.

http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://i.ehow.com/images/GlobalP hoto/Articles/4673424/92.,Mei 20th,2009

Colorado State University. 2008. Limbic System. In: Central Nervous System

Form and Function.

http://www.colorado.edu/intphys/Class/IPHY3730/05cns.html. September 20th, 2009.

Dash. 2009. Nitric oxide research group.

(40)

Dwi Winarni. 2007. Efek Ekstrak Akar Ginseng Jawa dan Korea Terhadap Libido Mencit Jantan pada Prakondisi Testosteron Rendah. Berkala Penelitian

hayati (Journal of Biological Researchers):12 (153-159).

http://journal.discoveryindonesia.com/index.php/hayati/article/viewPDFInters titial/84/92. Oktober 27th, 2008.

Ganong W.F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 20th ed. Jakarta : EGC. hal 248-53.

Guyton&Hall.1997. Mekanisme perilaku dan motivasi pada otak-sistem limbik dan hipotalamus. Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta:EGC. hal 940-941

___________.2007. Fungsi reproduksi dan hormonal pria (dan kelenjar pineal). Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta:EGC.hal 1272-82. Hanson, D. 2008. Addiction inbox – amphetamine blues.

http://addiction-dirkh.blogspot.com/2008_03_01_archive.html. July 29th, 2009.

Kandeel, Fouad R., Koussa V.K.T.,and Swerdloff R.S. 2001. Male Sexual

Function and Its Disorders: Physiology, Pathophysiology, Clinical Investigation and Treatment . In: Endocrine Review. Vol 22(3). The

Endocrine Society. p.342-388.

http://edrv.endojournals.org/cgi/content/full/22/3/342. October 28th, 2008. Katzung, B.G. 2001. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi 1. Jakarta:Salemba

Medika.

Kemas Ali Hanafiah. 2006. Dasar-dasar Statistika. Jakarta : PT Raya Grafindo Persada. hal. 257-62.

Kenyon. 2006. Hormones & Sexual Behaviour.

http://salmon.psy.plym.ac.uk/year1/psy128sexualbehaviour/sexbehav.htm#male rat sex. Mei, 2006.

Mitka. 2003. Researchers seek new uses for sildenafil.

http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://jama.ama,Mei 5th,2009 Moore, K.I.,2002. Pelvis dan Perineum. Dalam: Anatomi klinis dasar. Hipokrates.

(41)

Payne, Jeremy. 2002. Male sexual Behavior in Rats.

http://soma.npa.uiuc.edu/labs/greenough/statements/rswain/tech/lect12.html. Mei 11th, 2006.

Pfizer Inc. 2010. Viagra® (sildenafil citrate ) tablets.

http://www.pfizer.com/files/products/uspi_viagra.pdf. January 8th, 2011. Silverberg. 2007. Penis anatomy.

http://sexuality.about.com/od/anatomyresponse/a/penis_anatomy.html. July 2nd, 2009

Tajuddin, Shamsad Ahmad, Abdul Latif, Iqbal Ahmad Qasmi. 2003. Aphrodisiac

Activity of 50% Etanolic extract of Myristica fragrans houtt (nutmeg) and Syzygium aromaticum (L) Merr.&Perry.(Clove) in male mice:a comparative study. www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=270058. Januari

2008

Wfneurology. 2007. Neurogenic Sexual Dysfunction in Men and Women.

http://www.wfneurology.org/docs/pdf/Munsat_chapter4. pdf. September, 2007.

Referensi

Dokumen terkait

RESPON 16 KULTIVAR KACANG TANAH UNGGUL NASIONAL (Arachis hypogaeaL.) TERHADAP KONDISI STRES AKIBAT PERLAKUAN PENYIRAMAN PEG 6000 DAN EVALUASI dセMM|Gya@

Pada bab ini dibahas teori yang berkaitan dengan skripsi, meliputi Binary Amplitude Shift Keying (BASK), On-Off Shift Keying (OOK), Binary Frequency Shift Keying

Hal ini disebabkan karena donat kentang dengan pembekuan 6 hari memiliki tekstur yang lebih lembut Menurut Desroisier (1988) pengurangan jumlah air bebas dalam bahan

[r]

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis : (1) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peluang kerja suami dan istri di luar sub sektor perikanan, (2) faktor-faktor

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh tidak terdapatnya pengaruh yang bermakna p=0,871 dan r=-0,21 antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada lansia.Hasil

Sekttr tiansporlasi mcrupald scklor domrna. lmg mcnyeblbkm O€nremaran tld!ft. Prnr.tntutu udam yang dihailkrn dari scklor ini bcruPa penccnaor aas yane dicmsikan. dcngan

Hal ini dapat dilihat dari fenomena yang terjadi pada siswa SMA Negeri 6 Ambon yang dalam proses pembelajaran memiliki peran aktif yang kurang dalam menyimak