• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Locus of Control dan Komitmen Organisasi pada Perilaku Audit dengan Tekanan Anggaran Waktu Audit sebagai Variabel Mediasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Locus of Control dan Komitmen Organisasi pada Perilaku Audit dengan Tekanan Anggaran Waktu Audit sebagai Variabel Mediasi."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

PENGARUH

LOCUS OF CONTROL

DAN KOMITMEN

ORGANISASI PADA PERILAKU AUDIT DENGAN

TEKANAN ANGGARAN WAKTU AUDIT

SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

DWI HARYADI NUGRAHA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

TESIS

PENGARUH

LOCUS OF CONTROL

DAN KOMITMEN

ORGANISASI PADA PERILAKU AUDIT DENGAN

TEKANAN ANGGARAN WAKTU AUDIT

SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

DWI HARYADI NUGRAHA NIM 1491661022

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

ii

PENGARUH

LOCUS OF CONTROL

DAN KOMITMEN

ORGANISASI PADA PERILAKU AUDIT DENGAN

TEKANAN ANGGARAN WAKTU AUDIT

SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi

Program Pascasarjana Universitas Udayana

DWI HARYADI NUGRAHA NIM 1491661022

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(4)

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 31 MARET 2016

Pembimbing I, Pembimbing II

Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE, MM, Ak, CPA Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, M.Si. NIP. 19590510 199003 1 001 NIP. 19690115 199402 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Akuntansi Program Pasca Sarjana

Universitas Udayana,

Direktur

Program Pascasarjana Universitas Udayana,

(5)

iv

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 31 Maret 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No. : 1298/UN14.4/HK/2016, Tanggal 29 Maret 2016

Ketua : Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE, MM, Ak., CPA

Anggota :

1. Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, MSi 2. Dr. I.D.G Dharma Suputra, SE, MSi., Ak. 3. Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, MSi., Ak.

(6)

v

PERNYATAAN

KEASLIAN KARYA TULIS TESIS

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis dengan

judul “Pengaruh Locus of Control Dan Komitmen Organisasi Pada Perilaku Audit

Dengan Tekanan Anggaran Waktu Audit Sebagai Variabel Mediasi” adalah benar

hasil karya saya sendiri dan belum pernah digunakan untuk memperoleh gelar

keilmuan dimanapun. Tesis ini sepenuhnya hasil karya saya, kecuali

kutipan-kutipan yang telah disebutkan sumbernya dalam daftar pustaka. Oleh karena itu,

semua isi tesis ini menjadi tanggung jawab saya.

Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan

menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah pemikiran saya sendiri, saya

bersedia mempertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Denpasar, 31 Maret 2016

Yang Membuat Pernyataan,

(7)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur

kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anugerahNya, tesis ini dapat

diselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE, MM, Ak., CPA selaku

Pembimbing I yang bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam

memberikan bimbingan, dorongan, dan arahan selama penulis mengikuti program

pascasarjana, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Penulis juga mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE,

M.Si. selaku Pembimbing II yang memberikan bimbingan, semangat, dan saran

kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD., atas kesempatan dan fasilitas yang

diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program

Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr.

A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi

mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga

ditujukan kepada Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE, M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan

Akuntansi dan Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA, Ak., selaku Ketua Program

Studi Magister Akuntansi atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti

pendidikan di Program Magister Akuntansi.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

penguji tesis, yaitu: Dr. I.D.G Dharma Suputra, SE, MSi., Ak., Dr. I Made

Sadha Suardikha, SE, MSi., Ak., dan Dr. I Nyoman Wijana Asmara Putra, SE.,

MSi., Ak., yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran, sehingga tesis ini

dapat terwujud.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu

(8)

vii

memberikan bimbingan kepada penulis selama mengikuti pendidikan, serta para

pegawai yang telah membantu dalam proses pendidikan selama ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan adik yang

telah banyak memberikan motivasi, doa, dan semangat. Ucapan terima kasih juga

kepada teman-teman seangkatan di Program Magister Akuntansi Universitas

Udayana angkatan XIV, serta kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

persatu, yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidka

langsung dalam penyelesaian tesis ini. Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat

bagi pengembangan teori, referensi peneliti berikutnya, serta diharapkan mampu

memberikan kontribusi berupa informasi hasil penelitian bagi Kantor Akuntan

Publik di Bali.

Denpasar, 31 Maret 2016

(9)

viii ABSTRAK

PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PERILAKU AUDIT DENGAN TEKANAN ANGGARAN

WAKTU AUDIT SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

Penelitian ini bertujuan menguji perilaku audit dengan mengintegrasikan karakteristik individual auditor (locus of control dan komitmen organisasi) dengan tekanan anggaran waktu audit. Perilaku audit yang diuji adalah perilaku reduksi kualitas audit. Secara spesifik penelitian ini menguji, (1) pengaruh locus of control dan komitmen organisasi pada tekanan anggaran waktu audit, (2) pengaruh locus of control, komitmen organisasi, dan tekanan anggaran waktu audit pada perilaku audit, dan (3) tekanan anggaran waktu audit memediasi pengaruh locus of control dan komitmen organisasi pada perilaku audit.

Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan menyebarkan kuesioner kepada auditor yang bekerja di KAP di Bali. Populasi penelitian berjumlah 82 auditor. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 35 auditor. Kuesioner yang dapat digunakan berjumlah 35 kuesioner. Analisis data dilakukan dengan model analisis jalur.

Hasil penelitian menunjukkan locus of control eksternal berpengaruh positif pada tekanan anggaran waktu audit dan perilaku reduksi kualitas audit. Komitmen organisasi berpengaruh negatif pada tekanan anggaran waktu audit dan perilaku reduksi kualitas audit. Tekanan anggaran waktu audit berpengaruh positif pada perilaku reduksi kualitas audit. Tekanan anggaran waktu audit memediasi pengaruh locus of control pada perilaku reduksi kualitas audit. Hasil lainnya, tekanan anggaran waktu audit tidak memediasi pengaruh komitmen organisasi pada perilaku reduksi kualitas audit.

(10)

ix ABSTRACT

THE INFLUENCE OF LOCUS OF CONTROL AND ORGANIZATIONAL COMMITMENT ON AUDIT BEHAVIORS WITH AUDIT TIME

BUDGET PRESSURE AS INTERVENING VARIABLE

This study exams audit behaviors by relating auditor’s individual characteristic (locus of control and organizational commitment) and audit time budget pressure. The audit behaviors examined are audit quality reduction

behaviors. Specifically, the primary purposes of this study is to examines: (1) influence of locus of control and organizational commitment on audit time

budget pressure, (2) influence of locus of control, organizational commitment, audit time budget pressure on audit behaviors, and (3) the audit time budget pressure mediating influence of locus of control and organizational commitment on audit behaviors.

This study conducted with survey method by distributing questionnaires to auditors working at audit firms in Bali. The population of this study is 82 auditors. The sampling method is purposive sampling. The sampling of this study is 35 auditors. The questionnaire can be used as many as 35 questionnaires. Data analysis is done by path analysis model.

The result of this study suggest external locus of control has positive influence on audit time budget pressure and audit quality reduction behaviors. Organizational commitment has negative influence on audit time budget pressure and audit quality reduction behaviors. The audit time budget pressure has positive influence on audit quality reduction behaviors. The audit time budget pressure mediating influence of locus of control on audit quality reduction behaviors. Other result, audit time budget pressure does not mediate the influence of organizational commitment on audit quality reduction behaviors.

(11)

x

RINGKASAN

Perilaku auditor dalam pelaksanaan program audit merupakan faktor penting yang memengaruhi kualitas audit yang dihasilkan KAP. Pelaksanaan prosedur audit secara cermat dan seksama sebagaimana tercantum dalam program audit, membantu KAP untuk dapat menghasilkan jasa audit yang berkualitas. Namun, hasil-hasil penelitian terdahulu menunjukkan terdapat ancaman atas penurunan kualitas audit sebagai akibat tindakan audit disfungsional yang kadang-kadang dilakukan auditor dalam menyelesaikan tugas audit. Perilaku disfungsional auditor yang yang diuji dalam penelitian ini adalah perilaku reduksi kualitas audit. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh

locus of control dan komitmen organisasi pada tekanan anggaran waktu audit; pengaruh locus of control, komitmen organisasi, dan tekanan anggaran waktu audit pada perilaku reduksi kualitas audit; serta tekanan anggaran waktu audit memediasi pengaruh locus of control dan komitmen organisasi pada perilaku reduksi kualitas audit.

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori atribusi dan teori model stres kerja. Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan atau sebab perilakunya. Teori model stres kerja menjelaskan bahwa penyebab stres yang dihadapi individual dalam lingkungan kerja dapat mengakibatkan individu merasakan tekanan (stres) dalam melakukan pekerjaan, dan selanjutnya dapat memengaruhi sikap, intensi dan perilaku individual. Penggunaan teori atribusi yaitu untuk menjelaskan hubungan pengaruh langsung variabel bebas pada variabel terikat, sedangkan teori model stres kerja untuk menjelaskan hubungan pengaruh tidak langsungnya melalui variabel mediasi.

Variabel bebas penelitian ini adalah locus of control dan komitmen organisasi. Variabel terikat adalah perilaku reduksi kualitas audit. Serta, variabel mediasi adalah tekanan anggaran waktu audit. Untuk menjawab ketiga rumusan masalah, ditarik tujuh hipotesis. Hipotesis tersebut, yaitu locus of control

eksternal berpengaruh positif pada tekanan anggaran waktu audit; komitmen organisasi berpengaruh negatif pada tekanan anggaran waktu audit; locus of control berpengaruh positif pada perilaku reduksi kualitas audit; komitmen organisasi berepengaruh negatif pada perilaku reduksi kualitas audit tekanan anggaran waktu audit berpengaruh positif pada perilaku reduksi kualitas audit; tekanan anggaran waktu audit memediasi pengaruh locus of control pada perilaku reduksi kualitas audit; serta tekanan anggaran waktu audit memediasi pengaruh komitmen organisasi pada perilaku reduksi kualitas audiit.

(12)

xi

auditor. Metode pengumpulan datanya menggunakan kuesioner. Kuesioner yang dapat digunakan berjumlah 35 kuesioner. Pengujian validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen variabel locus of control, komitmen organisasi, tekanan anggaran waktu audit, dan perilaku reduksi kualitas audit seluruhnya valid dan reliabel. Analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis).

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa locus of control berpengaruh positif pada tekanan anggaran waktu audit sedangkan komitmen organisasi berpengaruh negatif pada tekanan anggaran waktu audit. Locus of control dan tekanan anggaran waktu audit berpengaruh positif pada perilaku reduksi kualitas audit sedangkan komitmen organisasi berpengaruh negatif pada perilaku reduksi kualitas audit. Tekanan anggaran waktu audit memediasi pengaruh locus of control pada perilaku reduksi kualitas audit. Hasil lainnya, tekanan anggaran waktu audit tidak memediasi pengaruh komitmen organisasi pada perilaku reduksi kualitas audit.

(13)

xii

2.1.5 Karakteristik Personal Auditor ... 16

2.1.4 Tekanan Anggaran Waktu Audit ... 20

2.2 Penelitian Sebelumnya ... 22

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 26

3.3.2 Pengaruh Komitmen Organisasi Pada Tekanan Anggaran Waktu Audit ... 29

3.3.3 Pengaruh Locus of Control Pada Perilaku Reduksi Kualitas Audit ... 30

(14)

xiii

3.3.5 Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu Audit Pada

Perilaku Reduksi Kualitas Audit ... 32

3.3.6 Pengaruh Locus of Control dan Komitmen Organisasi Pada Perilaku Reduksi Kualitas Audit Melalui Tekanan Anggaran Waktu Audit ... 32

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 34

4.6.2 Definisi Operasional Variabel ... 39

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 45

4.8 Teknik Analisis Data ... 46

4.8.1 Pengujian Intrumen ... 46

4.8.2 Analisis Jalur (Path Analysis) ... 47

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

5.1 Gambaran Umum Responden dan Data Penelitian ... 52

5.1.1 Deskripsi Responden ... 52

5.3 Pengujian Hipotesis Dengan Analisis Jalur ... 57

5.3.1 Evaluasi Terhadap Pemenuhan Asumsi Analisis Jalur ... 58

5.4.2 Pengaruh Komitmen Organisasi Pada Tekanan Anggaran Waktu Audit ... 66

5.4.3 Pengaruh Locus of Control Pada Perilaku Reduksi Kualitas Audit ... 68

(15)

xiv

5.4.5 Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu Audit Pada

Perilaku Reduksi Kualitas Audit ... 71

5.4.6 Pengaruh Locus of Control Pada Perilaku Reduksi Kualitas Audit Melalui Tekanan Anggaran Waktu Audit ... 73

5.4.7 Pengaruh Komitmen Organisasi Pada Perilaku Reduksi Kualitas Audit Melalui Tekanan Anggaran Waktu Audit ... 75

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 79

6.1 Simpulan ... 79

6.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(16)

xv

DAFTAR TABEL

4.1 Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

4.2 Indikator-Indikator Konstruk Perilaku Reduksi Kualitas Audit ... 40

4.3 Indikator-Indikator Konstruk Locus of Control ... 42

4.4 Indikator-Indikator Konstruk Komitmen Organisasi ... 43

4.5 Indikator-Indikator Konstruk Tekanan Anggaran Waktu Audit ... 44

5.1 Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner Penelitian ... 52

5.2 Profil Responden ... 53

5.3 Hasil Statistik Deskriptif Variabel ... 54

5.4 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas ... 56

5.5 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas ... 57

5.6 Ringkasan Model Linier ... 58

5.7 Ringkasan Koefisien Jalur ... 60

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

2.1 Model Teori Stres Kerja ... 12

3.1 Kerangka Berpikir ... 27

3.2 Konsep Penelitian Rumusan Masalah I dan II ... 28

3.3 Konsep Penelitian Rumusan Masalah III ... 28

4.1 Skema Rancangan Penelitian ... 35

4.2 Model Statistik ... 47

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 87

Lampiran 2 Ringkasan Penelitian Sebelumnya ... 93

Lampiran 3 Statistik Deskriptif Data Uji ... 99

Lampiran 4 Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 100

Lampiran 5 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 110

Lampiran 6 Hasil Olahan Curva Fit dan Regression ... 114

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada umumnya, tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor

independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan

keuangan perusahaan yang diaudit (Silaban, 2009). Pendapat auditor mengenai

kewajaran laporan keuangan yang diaudit didasarkan atas evaluasi terhadap bukti

audit yang cukup dan tepat yang diperoleh melalui pelaksanaan serangkaian

prosedur audit. Hal ini sesuai dengan Standar Audit (SA 500 tentang Bukti Audit)

yang menyatakan “prosedur audit untuk memperoleh bukti audit dapat mencakup

inspeksi, observasi, konfirmasi, penghitungan kembali, pelaksanaan ulang

(reformance), dan prosedur analitis, serta sering kali memadukan beberapa

prosedur sebagai tambahan atas prosedur permintaan keterangan dari manajemen”

(IAPI, 2013).

Dalam rangka mendapatkan bukti audit kompeten dan cukup, maka

sebelum melaksanaan audit, kantor akuntan publik (KAP) terlebih dahulu

menyusun program audit dan anggaran waktu audit. Program audit merupakan

kumpulan dari prosedur-prosedur audit yang harus dilaksanakan selama proses

audit, sedangkan anggaran waktu audit merupakan taksiran atau estimasi waktu

yang dialokasikan untuk pelaksanaan setiap prosedur audit (Fleming, 1980; Otley

dan Pierce, 1996). Penyusunan program audit dan anggaran waktu audit

(20)

2

Perencanaan Suatu Audit Atas Laporan Keuangan), yang mensyaratkan auditor

harus merencanakan audit agar audit tersebut dapat dilaksanakan dengan efektif

(IAPI, 2013).

Prosedur audit yang dirancang dan dilaksanakan dengan baik akan

memberikan hasil yang baik, dengan demikian akan dapat meningkatkan

kepercayaan pemakai. Kepercayaan para pemakai laporan keuangan auditan

terhadap profesi akuntan publik sangat bergantung pada kualitas audit yang

dihasilkan KAP. Kualitas audit merupakan probabilitas auditor dapat menemukan

dan melaporkan kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi dalam laporan

keuangan yang diaudit (DeAngelo, 1981). Probabilitas auditor menemukan

kekeliruan dan ketidakberesan dalam laporan keuangan yang diaudit dipengaruhi

kemampuan teknis auditor (pendidikan, pengalaman, profesionalisme),

independensi, dan perilaku auditor dalam pelaksanaan program audit (DeAngelo,

1981; Raghunathan, 1991).

Perilaku auditor dalam pelaksanaan program audit merupakan faktor

penting yang memengaruhi kualitas audit yang dihasilkan KAP (Kelley dan

Margheim, 1990; Raghunathan, 1991; Malone dan Robert, 1996). Pelaksanaan

prosedur audit secara cermat dan seksama sebagaimana tercantum dalam program

audit, membantu KAP untuk dapat menghasilkan jasa audit yang berkualitas

(McDaniel, 1990; Malone dan Robert, 1996). Namun, hasil-hasil penelitian

terdahulu menunjukkan terdapat ancaman atas penurunan kualitas audit sebagai

akibat tindakan audit disfungsional yang kadang-kadang dilakukan auditor dalam

(21)

3

1982; Kelley dan Margheim, 1990; Otley dan Pierce, 1996; Herrbach, 2001;

Coram et al., 2003; Pierce dan Sweeney, 2004).

Perilaku disfungsional auditor merupakan setiap tindakan yang dilakukan

auditor dalam pelaksanaan program audit yang dapat menurunkan kualitas audit

secara langsung maupun tidak langsung. Tindakan-tindakan yang dilakukan

auditor dalam pelaksanaan program audit yang dapat menurunkan kualitas audit

secara langsung disebut sebagai perilaku reduksi kualitas audit (audit quality

reduction behaviors), sedangkan yang dapat menurunkan kualitas audit secara

tidak langsung disebut perilaku underreporting of time (Kelley dan Margheim,

1990; Otley dan Pierce, 1996).

Perilaku reduksi kualitas audit merupakan tindakan yang dilakukan

auditor selama pelaksanaan prosedur audit yang mereduksi efektivitas bukti-bukti

audit yang dikumpulkan (Kelley dan Margheim, 1990; Malone dan Robert, 1996,

Pierce dan Sweeney, 2004). Perilaku reduksi kualitas audit dapat dilakukan

dengan berbagai tindakan misalnya; penghentian prematur prosedur audit, review

yang dangkal atas dokumen klien, tidak menginvestigasi kesesuaian perlakuan

akuntansi yang diterapkan klien, penerimaan atas penjelasan klien yang tidak

memadai, mengurangi pekerjaan audit dari yang seharusnya dilakukan, dan tidak

memperluas ruang lingkup pengauditan ketika terdeteksi transaksi atau pos yang

meragukan (Kelley dan Margheim, 1990; Malone dan Robert, 1996; Otley dan

Pierce, 1996; Pierce dan Sweeney, 2004).

Perilaku reduksi kualitas audit merupakan ancaman serius terhadap

(22)

4

prosedur audit tidak kompeten dan cukup sebagai dasar memadai bagi auditor

untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diaudit

(Otley dan Pierce, 1996; Herrbach, 2001). Perilaku tidak etis yang dilakukan

individu dalam organisasi dapat diakibatkan oleh karakteristik personal,

situasional maupun interaksi antara faktor-faktor tersebut (Trevino, 1986).

Pendapat tersebut didukung oleh Ford dan Rhichardson (1994) dalam telaah

empiris pengambilan keputusan etis yang menjelaskan bahwa salah satu

determinan penting dalam pengambilan keputusan etis adalah faktor-faktor yang

secara unik berhubungan dengan individu pembuat keputusan. Karena perilaku

audit disfungsional dapat dikategorikan sebagai perilaku yang tidak etis, maka

kecenderungan auditor melakukan tindakan tersebut dapat dipengaruhi

karakteristik individual auditor (Silaban, 2009).

Karakteristik personal auditor (faktor internal) yang digunakan dalam

penelitian ini adalah locus of control. Locus of control menggambarkan tingkat

keyakinan seseorang tentang sejauh mana mereka dapat mengendalikan

faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya (Rotter,

1966). Seseorang yang meyakini keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya

berada dalam kontrolnya disebut memiliki locus of control internal, sedangkan

yang di luar kontrolnya disebut memiliki locus of control eksternal (Lefcourt,

1982).

Penelitian sebelumnya, Nadirsyah dan Zuhra (2009); Wijayanti (2009);

dan Tanjung (2013) menunjukkan locus of control berpengaruh positif pada

(23)

5

(2012); Gustati (2012); Triono dkk. (2012); Hidayat (2012); Sudirjo (2013),

memberikan hasil bahwa locus of control eksternal berpengaruh pada penerimaan

perilaku disfungsional auditor. Hasil penelitian yang berbeda, yaitu penelitian

Andani dan Mertha (2014) menemukan bahwa locus of control berpengaruh

negatif pada penghentian prematur prosedur audit. Penelitian lainnya, Aisyah dkk.

(2014) menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara locus of control eksternal

dengan perilaku disfungsional auditor.

Selain locus of control, karakteristik personal lainnya yang digunakan

dalam penelitian ini adalah komitmen auditor terhadap organisasinya. komitmen

organisasi merupakan tingkat dimana seseorang pekerja mengidentifikasi sebuah

organisasi, tujuan, dan harapannya untuk tetap menjadi anggota (Robbins dan

Timothy, 2015). Auditor yang memiliki komitmen organisasional akan memiliki

tingkat loyalitas yang lebih baik dan lebih bersedia melakukan pekerjaan melebihi

apa yang seharusnya dikerjakan (Irawati dkk., 2005).

Penelitian sebelumnya, Wijayanti (2009); Triono dkk. (2012);

Aisyah dkk. (2014) menunjukkan komitmen organisasi berpengaruh negatif pada

penerimaan perilaku disfungsional audit. Tingginya komitmen organisasional

akan meminimalkan keinginan untuk pindah kerja yang akan berdampak pada

rendahnya penerimaan perilaku disfungsioanal auditor. Berbeda dengan Harini

dkk. (2010) yang menyebutkan bahwa komitmen organisasi tidak mempunyai

hubungan langsung dengan perilaku disfungsional audit.

Faktor situasional dalam penelitian ini adalah kendala anggaran waktu

(24)

6

melakukan tindakan audit disfungsional (Kelley dan Margheim, 1990; Otley dan

Pierce, 1996; Pierce dan Sweeney, 2004). Kendala anggaran waktu merupakan

suatu kondisi dimana auditor menghadapi keterbatasan waktu dalam pelaksanaan

program audit. Keterbatasan waktu tersebut timbul dari adanya batas waktu yang

ditetapkan KAP dalam menyelesaikan suatu prosedur audit. (Fleming, 1980;

McNair, 1991).

Keterbatasan waktu menjadi kendala tersendiri dalam kondisi

berkompetisi satu dengan yang lain. Kompetisi yang intensif pada pasar audit

menuntut KAP melakukan efisiensi melalui pengendalian biaya audit. Untuk

meningkatkan efisiensi salah satu cara yang sering ditempuh KAP adalah dengan

menetapkan anggaran waktu audit secara ketat (McNair, 1991; Arens dan

Loebecke, 2002).

Anggaran waktu audit yang ketat dapat mengakibatkan auditor

merasakan tekanan dalam pelaksanaan prosedur audit karena ketidakseimbangan

antara waktu yang tersedia dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

tugas audit, dan selanjutnya kondisi tersebut dapat mendorong auditor melakukan

tindakan audit disfungsional (Kelley dan Seiler, 1982; Cook dan Kelley, 1988).

Hal ini terjadi karena pada umumnya auditor meyakini bahwa penyelesaian

prosedur audit dalam batas anggaran merupakan faktor penting untuk

mendapatkan laba dari suatu perikatan audit dan kelangsungan karir mereka di

KAP (Kelley dan Seiler, 1982; Lightner et al., 1982).

Hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa tekanan anggaran

(25)

7

(2008); Nadirsyah dan Zuhra (2009); Kurnia (2009); Manullang (2010); Tanjung

(2013); dan Kholidiah dan Murni (2014). Semakin tinggi tekanan anggaran waktu

yang dirasakan auditor dalam pelaksanaan program audit, maka semakin

meningkat kecenderungan auditor melakukan tindakan disfungsional (Kelley dan

Seiler, 1982; Lightner et al., 1982; Otley dan Pierce, 1996; Pierce dan Sweeney,

2004).

Tekanan anggaran waktu menjadi variabel mediasi dalam penelitian ini,

yang memediasi pengaruh karakteristik personal auditor (locus of control dan

komitmen organisasi) pada perilaku audit. Penelitian sebelumnya yang

menggunakan tekanan anggaran waktu audit sebagai variabel mediasi dalam

pengaruh karakteristik personal auditor pada perilaku audit adalah Silaban (2009)

dan Sudirjo (2013). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

tidak langsung locus of control pada perilaku reduksi kualitas audit melalui

tekanan anggaran waktu yang dirasakan. Sedangkan penelitian yang menguji

pengaruh tidak langsung komitmen organisasi pada perilaku reduksi kualitas audit

melalui tekanan anggaran waktu audit belum ditemukan.

Subjek penelitian ini adalah auditor KAP di Bali, yang pemilihannya

dimotivasi karena belum ditemukan penelitian serupa sebelumnya yang subjek

penelitiannya adalah auditor KAP di Bali. Subjek penelitian Silaban (2009) adalah

auditor KAP di Jakarta, Medan, dan Surabaya; Hartati (2012) adalah auditor KAP

di Jawa Tengah; Triono dkk. (2012) dan Sudirjo (2013) adalah auditor KAP di

Semarang; Tanjung (2013) adalah auditor KAP di Kota Padang dan Pekanbaru;

(26)

8

yang berbeda, maka akan memunculkan karakteristik yang berbeda karena setiap

daerah mempunyai budaya organisasi yang berbeda pula. Budaya organisasi akan

memengaruhi karakteristik personal individu (Susanti dan Subroto, 2015).

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, penelitian ini menguji

pengaruh locus of control dan komitmen organisasi pada perilaku audit KAP di

Bali dengan tekanan anggaran waktu audit sebagai variabel mediasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka rumusan masalah

disusun sebagai berikut:

1) Apakah locus of control dan komitmen organisasi berpengaruh pada tekanan

anggaran waktu audit?

2) Apakah locus of control, komitmen organisasi, dan tekanan anggaran waktu

audit berpengaruh pada perilaku audit?

3) Apakah tekanan anggaran waktu audit memediasi pengaruh locus of control

dan komitmen organisasi pada perilaku audit?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai

berikut:

1) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh locus of control dan komitmen

(27)

9

2) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh locus of control, komitmen

organisasi, dan tekanan anggaran waktu audit pada perilaku audit.

3) Untuk mendapatkan bukti empiris tekanan anggaran waktu audit memediasi

pengaruh locus of control dan komitmen organisasi pada perilaku audit.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diberikan melalui penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam

pengembangan ilmu akuntansi keperilakuan khususnya studi tentang faktor-

faktor yang memengaruhi perilaku audit dalam pelaksanaan program audit.

Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti

berikutnya dalam menghadapi permasalahan yang sejenis.

2) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pimpinan KAP

dalam mengevaluasi kebijakan untuk menciptakan lingkungan kerja yang

kondusif bagi auditor dalam melakukan tugasnya. Lingkungan kerja yang

kondusif dalam pelaksanaan tugas dapat menghindari kemungkinan

terjadinya perilaku reduksi kualitas audit oleh auditor dalam pelaksanaan

program audit, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas audit yang

(28)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang terkait

secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper

dan Schindler, 2006). Kajian teori merupakan dasar berpikir yang bersumber dari

suatu teori yang relevan dan dapat digunakan sebagai tuntunan untuk

memecahkan permasalahan dalam penelitian.

2.1.1 Teori Atribusi (Attribution Theory)

Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang

menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan atau sebab perilakunya. Teori atribusi

dikembangkan oleh Fritz Heider tahun 1958 yang mengargumentasikan bahwa

perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal, yaitu

faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, dan kekuatan eksternal, yaitu

faktor-faktor yang berasal dari luar diri seseorang (Suartana, 2010).

Gordon dan Graham (2006) menjelaskan situasi di sekitar yang

menyebabkan perilaku seseorang dalam persepsi sosial disebut dengan

dispositional attributions dan situational attributions. Dispositional attributions

merupakan penyebab internal yang mengacu pada aspek perilaku individual yang

ada dalam diri seseorang, misalnya kepribadian, persepsi diri, kemampuan, dan

(29)

11

mengacu pada lingkungan sekitar yang dapat memengaruhi perilaku, misalnya

kondisi sosial, nilai-nilai sosial, dan pandangan masyarakat.

Penelitian ini menggunakan teori atribusi untuk menjelaskan dan

memrediksi pengaruh karakteritik personal auditor, yaitu locus of control dan

komitmen organisasi pada perilaku audit dalam pelaksanaan program audit.

2.1.2 Teori Model Stres Kerja

Stres adalah suatu keadaan yang menekankan diri dan jiwa seseorang di

luar batas kemampuannya, sehingga jika terus dibiarkan tanpa ada solusi maka ini

akan berdampak pada kesehatannya. Stres tidak timbul begitu saja namun

sebab-sebab stres timbul umumnya diikuti oleh faktor peristiwa yang memengaruhi

kejiwaan seseorang, dan peristiwa itu terjadi diluar dari kemampuannya sehingga

kondisi tersebut telah menekankan jiwanya (Fahmi, 2014).

Faktor yang menyebabkan stres adalah kondisi pekerjaan individu,

tekanan peran, kesempatan pelibatan diri dalam tugas, tanggung jawab individu,

dan faktor organisasi (Tosi, 1971). Pada dasarnya, sumber stres merupakan hasil

interaksi dan transaksi antara individu dan lingkungannya. Dalam pembahasan ini

lingkungan individu tersebut dapat digolongkan menjadi dua faktor sebagai

sumber dari stres, yaitu faktor-faktor pekerjaan dan faktor-faktor di luar pekerjaan

itu sendiri (Wijono, 2010).

Pada latar belakang penelitian telah diuraikan bahwa keterbatasan atau

kendala anggaran waktu dapat mengakibatkan auditor merasakan suatu tekanan

dalam mengerjakan tugas audit tertentu, dan kondisi tersebut selanjutnya dapat

(30)

12

dengan literatur stres yang berkaitan dengan pekerjaan (stres kerja) yang

menjelaskan bahwa penyebab stres yang dihadapi individual dalam lingkungan

kerja dapat mengakibatkan individu merasakan tekanan (stres) dalam melakukan

pekerjaan, dan selanjutnya dapat memengaruhi sikap, intensi dan perilaku

individual (Silaban, 2009). Model teori stres kerja dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Model Teori Stres Kerja Sumber: Gibson et al. (1995)

Auditor dapat menghadapi berbagai penyebab stres, baik yang berasal

dari dalam maupun dari luar KAP. Penyebab stres yang berasal dari dalam KAP,

misalnya: beban tugas, konflik peran, kendala anggaran waktu dan kondisi fisik

lingkungan kantor. Sedangkan penyebab stres yang berasal dari luar KAP,

misalnya: keadaan keluarga dan tuntutan dari klien, kompetisi pada pasar audit,

dan tuntutan ligitasi.

Lazarus (1995) dengan teori proses transaksional menyatakan stres yang

dirasakan seseorang akibat dari interaksi antara faktor-faktor eksternal (penyebab

stres) dan faktor-faktor internal (karakteristik personal). Hubungan antara individu

dengan lingkungannya adalah bersifat dinamis, bergantung pada kondisi tertentu

dan konteks personal. Secara spesifik dinyatakan bahwa stres yang berdampak

pada sikap, intensi dan perilaku individual dipengaruhi oleh karakteristik personal. Penyebab stres Stres Konsekuensi

(31)

13

Dengan kata lain, tingkat stres yang dirasakan serta tindakan yang dipilih auditor

untuk mengatasi penyebab stres dipengaruhi oleh karakteristik personal auditor

tersebut.

Penelitian ini menggunakan teori model stres kerja, yaitu untuk

menjelaskan penyebab stres yang berasal dari dalam KAP serta dipengaruhi oleh

karakteristik personal seorang auditor, menyebabkan auditor mengalami stres

yang selanjutnya akan memengaruhi perilaku audit. Penyebab stres yang berasal

dari dalam KAP pada penelitian ini, yaitu tekanan anggaran waktu audit yang

dihadapi auditor dalam pelaksanaan program audit.

2.1.3 Perilaku Audit

Perilaku dapat didefinisikan sebagai suatu reaksi yang dimiliki oleh

seseorang terhadap segala sesuatu yang dilihat, dirasa, dan dipahami untuk

selanjutnya terbentuk dalam perbuatan dan sikap. Dalam konteks ilmu perilaku

dijelaskan bahwa setiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam

menilai dan memahami setiap keadaan apalagi jika itu dituangkan dengan latar

belakang (background) yang pernah dijalaninya. Aplikasi tergambarkan pada

setiap keputusan yang dibuat, termasuk keputusan itu bisa memberi pengaruh

pada organisasi tempat ia bernaung (Fahmi, 2014). Tingkah laku seseorang salah

satunya dipengaruhi oleh faktor situasional dan kepribadian (Allen et al., 1980).

Perilaku auditor merupakan faktor penting yang memengaruhi kualitas

audit yang dihasilkan KAP (Kelley dan Margheim, 1990; Raghunathan, 1991;

Malone dan Robert, 1996). Perilaku auditor yang menurunkan kualitas audit

(32)

14

Perilaku disfungsional audit terdiri dari perilaku reduksi kualitas audit dan

perilaku underreporting of time (Kelley dan Margheim, 1990; Otley dan Pierce,

1996).

Perilaku audit yang diteliti dalam penelitian ini adalah perilaku reduksi

kualitas audit. Perilaku reduksi kualitas audit merupakan tindakan-tindakan yang

dilakukan auditor selama pelaksanaan prosedur audit yang mereduksi efektivitas

bukti-bukti audit yang dikumpulkan (Malone dan Robert, 1996). Alderman dan

Deitrick (1982) serta Raghunathan (1991) memfokuskan pada satu tipe perilaku

reduksi kualitas audit yang dianggap paling serius adalah penghentian prematur

atas prosedur audit (premature sign-off). Penghentian prematur atas prosedur audit

merupakan tindakan yang dilakukan auditor dengan tidak melaksanakan atau

mengabaikan satu atau beberapa prosedur audit yang disyaratkan, namun auditor

mendokumentasikan semua prosedur audit telah diselesaikan secara lengkap

(Alderman dan Deitrick, 1982; Raghunathan, 1991). Hasil penelitiannya

mengkonfirmasi temuan penelitian sebelumnya yang menemukan respondennya

mengakui mereka kadang-kadang melakukan penghentian prematur atas prosedur

audit.

Temuan-temuan dari penelitian lainnya, Kelley dan Margheim (1990),

Malone dan Robert (1996), Otley dan Pierce (1996), Herrbach (2001), serta Pierce

dan Sweeney (2004) menunjukkan selain penghentian prematur prosedur audit,

berbagai bentuk tindakan lainnya yang dilakukan auditor dalam pelaksanaan

(33)

15

1) Review yang dangkal terhadap dokumen klien. Hal ini merupakan tindakan

auditor tidak memberi perhatian yang memadai atas keakuratan dan validitas

dokumen klien.

2) Pengujian terhadap sebahagian item sampel. Hal ini merupakan tindakan

auditor tidak melaksanakan prosedur audit pada seluruh item sampel yang

didesain dalam program audit.

3) Tidak menginvestigasi lebih lanjut item yang diragukan. Hal ini merupakan

tindakan auditor tidak memperluas ruang lingkup pengujian ketika terdeteksi

suatu transaksi atau pos yang mencurigakan.

4) Penerimaan atas penjelasan klien yang lemah. Hal ini merupakan tindakan

auditor menerima penjelasan klien sebagai pengganti suatu bukti audit yang

tidak diperoleh selama pelaksanaan audit.

5) Tidak meneliti prinsip akuntansi yang diterapkan klien. Hal ini merupakan

tindakan auditor tidak meneliti lebih lanjut kesesuaian perlakuan akuntansi

yang diterapkan klien dengan prinsip akuntansi.

6) Pengurangan pekerjaan audit pada tingkat yang lebih rendah dari yang

disyaratkan dalam program audit. Hal ini merupakan tindakan auditor

mengurangi pekerjaan audit yang dilakukan dari yang seharusnya

dilaksanakan sesuai dengan program audit.

7) Penggantian prosedur audit dari yang ditetapkan dalam program audit. Hal ini

merupakan tindakan auditor yang tidak mengikuti prosedur yang ditetapkan

(34)

16

8) Pengandalan berlebihan terhadap hasil pekerjaan klien. Hal ini merupakan

tindakan auditor mengandalkan bukti audit atas hasil pekerjaan yang

dilakukan klien.

9) Pendokumentasian bukti audit yang tidak sesuai dengan kebijakan KAP. Hal

ini merupakan tindakan auditor tidak mendokumentasikan bukti audit atas

pelaksanaan suatu prosedur audit yang disyaratkan sesuai program audit yang

ditetapkan oleh KAP.

Perilaku reduksi kualitas audit merupakan ancaman serius terhadap

kualitas audit karena bukti-bukti audit yang dikumpulkan selama pelaksanaan

prosedur audit tidak kompeten dan cukup sebagai dasar memadai bagi auditor

untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diaudit

(Otley dan Pierce, 1996; Herrbach, 2001).

2.1.4 Karakteristik Personal Auditor

Karakteristik personal merupakan ciri yang membedakan seseorang

dengan orang lain. Karakteristik personal yang membedakan setiap individu

meliputi kepribadian, gender, kebangsaan dan hasil-hasil dari proses sosialiasi dan

pengembangan sumber daya manusia seperti komitmen organisasional dan

komitmen profesional (Ford dan Rhichardson, 1994). Pada penelitian ini

karakteristik individual auditor yang dikaji adalah adalah locus of control dan

komitmen auditor terhadap organisasinya. Kedua karakteristik individual auditor

ini mengacu pada sikap dan keyakinan individu auditor yang diduga berpengaruh

pada persepsi auditor atas anggaran waktu audit serta perilaku audit dalam

(35)

17

1) Locus of Control

Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian

(personility). Kepribadian merupakan jumlah total cara-cara dimana

seseorang individu beraksi atas dan berinteraksi dengan orang lain (Robbins

dan Timothy, 2015). Locus of control didefinisikan sebagai keyakinan

individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri

(Kreitner dan Kinicki, 2005). Seseorang yang meyakini keberhasilan atau

kegagalan yang dialaminya berada dalam kontrolnya disebut memiliki locus

of control internal, sedangkan yang diluar kontrolnya disebut memiliki locus

of control eksternal (Lefcourt, 1982).

Locus of control berperan dalam motivasi, locus of control yang

berbeda bisa mencerminkan motivasi yang berbeda dan kinerja yang berbeda.

Pada umumnya, individu yang memiliki locus of control internal memandang

kejadian atau pengalaman adalah saling berkaitan dan mereka belajar dari

pengalaman yang berulang, sedangkan individu yang memiliki locus of

control eksternal cenderung memandang suatu kejadian atau pengalaman

tidak berhubungan dengan kejadian berikutnya dan mereka tidak belajar dari

pengalaman (Lefcourt, 1982).

Individu yang memiliki locus of control internal cenderung

memandang suatu keadaan atau kondisi sebagai peluang atau kondisi yang

tidak menimbulkan tekanan, sedangkan individu yang memiliki locus of

control eksternal menganggap sebagai ancaman atau menimbulkan tekanan.

(36)

18

mereka sebelumnya akan mempelajari terlebih dahulu peristiwa-peristiwa

yang dianggap mengancap dirinya, kemudian ia bersikap tertentu secara

rasional dalam menghadapi stres kerja tersebut. Sebaliknya, individu yang

ber-locus of control eksternal menganggap bahwa segala peristiwa yang ada

dalam lingkungan kerja di sekitarnya amat memengaruhi dirinya (Wijono,

2012).

Individu yang memiliki locus of control eksternal, sikap hidupnya

amat dikendalikan oleh faktor lingkungan. Mereka mempunyai perasaan

cemas, mudah stres, depresi, neurosis, pekerjaan dan hidupnya selalu

ditentukan oleh nasib yang mengendalikan dirinya (Wijono, 2012). Dengan

demikian, auditor yang memiliki locus of control eksternal diprediksi lebih

cenderung menerima perilaku disfungsional dibandingkan dengan auditor

yang memiliki locus of control internal (Donnelly et al., 2003; Irawati dkk.,

2005).

2) Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi adalah perasaan keterkaitan atau keterikatan

psikologis dan fisik pegawai tempat ia bekerja atau orang dimana ia menjadi

anggota (Wirawan, 2013). Definisi lain, komitmen organisasi merupakan

tingkat dimana seseorang pekerja mengidentifikasi sebuah organisasi, tujuan,

dan harapannya untuk tetap menjadi anggota (Robbins dan Timothy, 2015).

Komitmen dibutuhkan oleh organisasi agar sumber daya manusia yang

kompeten dalam organisasi dapat terjaga dan terpelihara dengan baik

(37)

19

setiap individu, tidak akan mungkin suatu organisasi dapat berjalan dengan

maksimal. Komitmen yang kuat sangat berhubungan erat dengan rasa

memiliki individu setiap organisasi.

Komitmen organisasi menciptakan kekuatan untuk menyeimbangkan

kecenderungan disfungsional (Triono dkk., 2012). Seiring dengan

peningkatan komitmen, organisasi tidak dipandang sebagai musuh dan

manipulasi tidak diperlukan untuk mendapatkan yang diinginkan. Seseorang

yang memiliki keyakinan kuat terhadap organisasi dan bersedia untuk bekerja

keras untuk mencapai tujuan organisasi, akan kurang menerima perilaku

disfungsional untuk mencapai tujuan pribadi (Triono dkk., 2012).

Komitmen organisasi memiliki peran penting lainnya, yaitu dapat

mencerminkan perbedaan dalam motivasi antara individu yang memiliki

komitmen organisasi tinggi dan yang rendah (Nouri dan Parker, 1996).

Lincoln dan Kalleberg (1990) berpendapat bahwa Individu yang

berkomitmen tinggi terhadap organisasinya akan mengupayakan demi

kesuksesan organisasi, walaupun upaya tersebut tidak langsung berkontribusi

kepada kompensasi atau peluang karir individu. Sebaliknya, bila individu

memandang beberapa perilaku sebagai perilaku disfungsional, individu

tersebut akan kurang menerima aktivitas tersebut. Individu dengan komitmen

organisasional yang rendah, mungkin akan lebih tertarik untuk mengejar

kepentingan pribadinya dibandingkan kepentingan organisasi. Dengan

(38)

20

cenderung untuk melihat perilaku disfungsional sebagai sesuatu yang dapat

diterima, demi kepentingan pribadi (Triono dkk., 2012).

2.1.5 Tekanan Anggaran Waktu Audit

Dalam Standar Audit (SA 300 tentang Perencanaan Suatu Audit Atas

Laporan Keuangan), mensyaratkan auditor harus merencanakan audit agar audit

tersebut dapat dilaksanakan dengan efektif (IAPI, 2013). Untuk memenuhi standar

audit tersebut, salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan anggaran

waktu audit. Anggaran waktu audit merupakan perkiraan waktu yang dialokasikan

untuk pelaksanaan tugas audit dalam suatu penugasan (Fleming, 1980). Anggaran

waktu audit memiliki manfaat sebagai berikut:

1) Sebagai dasar untuk memperkirakan biaya audit.

2) Sebagai dasar untuk membagi tugas setiap personil tim

3) Sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja personil auditor.

Kompetisi yang intensif pada pasar audit menuntut KAP untuk dapat

beroperasi secara efektif dan efisien. KAP diharuskan mengumpulkan bukti

kompeten yang cukup dalam memenuhi standar profesional, dan sisi lain KAP

diharuskan melakukan efisiensi melalui pengendalian biaya audit (Arens dan

Loebecke, 2002). Sebagian besar biaya audit ditimbulkan oleh waktu audit, maka

untuk meningkatkan efisiensi salah satu usaha yang sering ditempuh KAP adalah

menetapkan anggaran waktu audit secara ketat (McNair, 1991). Anggaran waktu

audit yang ketat dapat mengakibatkan auditor merasakan tekanan dalam

pelaksanaan prosedur audit karena ketidakseimbangan antara waktu yang tersedia

(39)

21

Seiler, 1982; Cook dan Kelley, 1988; Kelley dan Margheim, 1990). Akers dan

Eaton (2003) mengemukakan jika auditor merasakan terdapat tekanan anggaran

waktu dalam pelaksanaan tugas audit, maka auditor mungkin bertindak dengan

salah satu dari cara berikut:

1) Melaksanakan proses audit sebagaimana mestinya dan melaporkan waktu

sebenarnya yang digunakan dalam pelaksanaan tugas tersebut. Dalam hal ini

auditor menanggulangi tekanan anggaran waktu dengan cara fungsional.

2) Melaksanakan prosedur audit sebagaimana mestinya, tetapi memanipulasi

catatan waktu dengan tidak melaporkan waktu sebenarnya yang digunakan

untuk pelaksanaan tugas audit. Dalam hal ini auditor menanggulangi tekanan

anggaran waktu dengan melakukan perilaku underreporting of time.

3) Tidak melakukan prosedur audit sebagaimana mestinya, tetapi auditor

mengklaim bahwa prosedur audit telah dilakukan sebagaimana mestinya.

Dalam hal ini auditor menanggulangi ketekanan anggaran waktu dengan

melakukan perilaku reduksi kualitas audit.

Meskipun auditor dapat menanggulangi kendala anggaran waktu dengan

cara fungsional (misalnya, dengan meminta tambahan anggaran waktu), bukti

empiris dari hasil-hasil penelitian terdahulu menunjukkan auditor kadang-kadang

merespon kendala anggaran waktu dengan melakukan perilaku reduksi kualitas

audit atau underreporting of time (Cook dan Kelley, 1988; Otley dan Pierce,

(40)

22

2.2 Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang dilakukan oleh Silaban (2009), variabel yang digunakan

adalah locus of control, komitmen profesional, tekanan anggaran waktu audit,

posisi auditor, tipe KAP, perilaku reduksi kualitas audit, dan underreporting of

time. Sampel penelitian, yaitu 1.500 responden di 90 KAP di Kota Jakarta,

Medan, dan Surabaya. Hasil penelitiannya, yaitu: karakteristik individual auditor

(locus of control dan dimensi komitmen profesional) berpengaruh terhadap

tekanan anggaran waktu yang dirasakan dan perilaku audit disfungsional (RKA

dan URT); selanjutnya tekanan anggaran waktu yang dirasakan berpengaruh

terhadap perilaku audit disfungsional; serta posisi auditor di KAP dan tipe KAP

berpengaruh terhadap model perilaku audit disfungsional (RKA dan URT).

Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu locus

of control, tekanan anggaran waktu audit, dan perilaku reduksi kualitas audit.

Perbedaannya adalah penelitian ini tidak menggunakan komitmen organisasi, serta

waktu dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Gustati (2012), variabel yang digunakan

adalah locus of control eksternal, locus of control internal, dan perilaku

disfungsional audit. Populasi penelitian adalah seluruh Pejabat Fungsional

Auditor (PFA) dan yang pernah menjabat sebagai PFA yang masih aktif di

Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Barat. Hasil penelitiannya, yaitu: locus of

control internal tidak berpengaruh terhadap penerimaan perilaku disfungsional

audit, sedangkan locus of control eksternal berpengaruh terhadap penerimaan

(41)

23

yang digunakan sama, yaitu locus of control eksternal, locus of control internal,

dan perilaku disfungsional audit. Perbedaannya adalah penelitian ini tidak

menggunakan komitmen organisasi, serta waktu dan tempat penelitian yang

digunakan berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Triono dkk. (2012), variabel yang

digunakan adalah locus of control, komitmen organisasional, posisi auditor di

KAP, dan perilaku disfungsional audit. Hasil penelitiannya, yaitu: locus of control

berpengaruh negatif terhadap komitmen organisasional; locus of control

berpengaruh positif terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit; posisi

auditor berpengaruh positif dan terhadap komitmen organisasional; posisi auditor

berpengaruh negatif terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit; komitmen

organisasional berpengaruh negatif terhadap penerimaan perilaku disfungsional

audit; locus of control, posisi auditor, dan komitmen organisasional mempunyai

pengaruh yang terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit. Persamaan

dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu locus of control,

komitmen organisasi, dan perilaku disfungsional audit. Perbedaannya adalah

penelitian ini tidak menggunakan tekanan anggaran waktu audit, serta waktu dan

tempat penelitian yang digunakan berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Sudirjo (2013), variabel yang digunakan

adalah locus of control, komitmen professional, tekanan anggaran waktu audit,

perilaku reduksi kualitas audit, dan underreporting of time. Populasi yang

digunakan dalam penelitian adalah 230 auditor pada akuntan publik di Semarang.

(42)

24

terhadap tekanan anggaran waktu yang dirasakan dan perilaku audit (RKA dan

URT); selanjutnya tekanan anggaran waktu yang dirasakan berpengaruh terhadap

perilaku audit (RKA dan URT). Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel

yang digunakan sama yaitu locus of control, tekanan anggaran waktu audit, dan

perilaku reduksi kualitas audit. Perbedaannya adalah penelitian ini tidak

menggunakan komitmen organisasi, serta waktu dan tempat penelitian yang

digunakan berbeda.

Penelitian yang digunakan oleh Tanjung (2013), variabel yang digunakan

adalah karakteristik personal auditor, time budget pressure, dan perilaku

disfungsional auditor. Variabel karakteristik personal auditor terdiri dari

subvariabel: locus of control, harga diri, ketelitian dan kemantapan emosional.

Hasil penelitiannya, yaitu: karakteristik personal auditor berpengaruh positif

terhadap perilaku disfungsional auditor dan time budget pressure berpengaruh

positif terhadap perilaku disfungsional auditor pada KAP di Kota Padang dan

Pekanbaru. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan

sama, yaitu locus of control, tekanan anggaran waktu audit, dan perilaku

disfungsional audit. Perbedaannya adalah penelitian ini tidak menggunakan

komitmen organisasi, serta waktu dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Wintari (2015), variabel yang digunakan

adalah tekanan anggaran waktu, locus of control internal, locus of control

eksternal, komitmen profesional, dan perilaku penurunan kualitas audit. Hasil

penelitiannya, yaitu: tekanan anggaran waktu berpengaruh positif terhadap

(43)

25

pada perilaku penurunan kualitas audit sedangkan locus of control eksternal

berpengaruh positif pada perilaku penurunan kualitas audit; serta komitmen

profesional berpengaruh negatif pada perilaku penurunan kualitas audit.

Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu locus

of control eksternal, tekanan anggaran waktu audit, dan perilaku penurunan

kualitas audit. Perbedaannya adalah penelitian ini tidak menggunakan komitmen

Gambar

Gambar 2.1 Model Teori Stres Kerja

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel tekanan waktu, risiko audit dan komitmen profesional berpengaruh signifikan terhadap penghentian prematur atas

Hasil analisis menunjukkan bahwa locus of control, struktur audit, dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor baik secara

Karakteristik personal auditor (Locus of Control dan komitmen organisasi), kinerja auditor, keinginan pindah kerja (turnover intention) auditor, serta tekanan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel tekanan waktu, risiko audit dan komitmen profesional berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit,

(4) Komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran yang dimoderasi oleh locus ofcontrol. Berdasarkan hasil hasil penelitian yang disimpulkan,

Gender, Tekanan Ketaatan, Tekanan Anggaran Waktu dan Pengalaman Audit berpengaruh terhadap Audit Judgment pada auditor yang bekerja di BPK Perwakilan Provinsi

“PENGARUH TEKANAN WAKTU, RISIKO AUDIT, KOMITMEN PROFESIONAL, LOCUS OF CONTROL DAN TINDAKAN SUPERVISI PADA.. PENGHENTIAN PREMATUR PROSEDUR AUDIT : Studi Empiris KAP

Gender, Tekanan Ketaatan, Tekanan Anggaran Waktu dan Pengalaman Audit berpengaruh terhadap Audit Judgment pada auditor yang bekerja di BPK Perwakilan Provinsi