PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK MENINGKATKAN
KOMPETENSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL SALES
PROMOTION GIRL (SPG)
(Studi Eksperimen Kuasi terhadap Sales Promotion Girl pada Agensi Eta Pro Comm Bandung Tahun 2013)
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi
Bimbingan dan Konseling
Oleh Vina Dartina
1009646
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK MENINGKATKAN
KOMPETENSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL SALES
PROMOTION GIRL (SPG)
(Studi Eksperimen Kuasi terhadap Sales Promotion Girl pada Agensi Eta Pro Comm Bandung Tahun 2013)
Oleh Vina Dartina
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister pada Program Studi Bimbingan dan Konseling
© Priyanka Permata Putri 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Vina Dartina (2013). Program bimbingan karir untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl (Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Sales Promotion Girl Pada Agensi Eta Pro Comm Bandung Tahun 2013)
Fenomena yang terjadi di lapangan Sales Promotion Girl dalam pekerjaannya belum memiliki performa yang cukup baik terutama gaya berkomunikasi interpersonal saat menawarkan produk pada calon konsumen, sehingga memerlukan pematihan atau bimbingan untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl. Tujuan akhir penelitian adalah menghasilkan program bimbingan karir yang efektif untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal sesuai dengan hasil eksperimen yang telah dilaksanakan terhadap Sales Promotion Girl pada Agensi Eta Pro Comm. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen kuasi. Hasil penelitian menunjukkan program bimbingan karir efektif untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl. Rekomendasi ditujukan untuk Agensi yang menangani Sales Promotion Girl dan konselor perusahaan yaitu program ini dapat dijadikan rujukan untuk mengembangkan kompotensi Sales Promotion Girl terutama kompetensi komunikasi interpersonal. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian dari segi pengambilan sampel penelitian, perluasan metode penelitian dan penyusunan instrumen.
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiii
BAB I PENDAHULUAN ...
E. Program Bimbingan Karir berdasarkan teori Rogers………..…...… 12
F. Manfaat Penelitian ... 16
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG KOMPETENSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN PROGRAM BIMBINGAN KARIR ... 17 A. Konsep Kompetensi Komunikasi Interpersonal ... 17
B. Upaya-upaya Pengembangan Kompetensi Komunikasi ………... 34
C. Konsep Program Bimbingan Karir ... 37
D. Kerangka Teoretik Program Bimingan Karir untuk Meningkatkan Kompetensi Komunikasi Interpersonal ………... 56
BAB III METODE PENELITIAN ………
E. Pengembangan Instrumen Penelitian ……… 74
F. Teknik Analisis Data ……… 87
G. Langkah-langkah Penelitian ………..… 92
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….……… 88 A. Hasil Penelitian ……… 88
B. Pembahasan ………. 109
C. Keterbatasan Penelitian ……… 126
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………... 128
A. Kesimpulan ………. 128
DAFTAR PUSTAKA ... 132
DAFTAR TABEL
1.1 Kemampuan dalam Dunia Kerja ………... 22.1 Kerangka Model Konseling Karir John Crites……….. 46
2.2 Struktur dan Tahapan Program Bimbingan Karir ………. 63
2.3 Format Refleksi Program ………... 67
3.1 Desain Penelitian ………... 70
3.2 Kisi-kisi Instrumen Komunikasi Interpersonal Sebelum Validasi ... 79
3.3 Kisi-kisi Instrumen Komunikasi Interpersonal Setelah Validasi ... 80
3.4 Hasil Perhitungan Pengujian Validasi Item ……….. 84
3.5 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisen Korelasi ... 87
3.6 Ketentuan Perolehan Skor Angket Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl... ... 89
3.7 Kriteria Gambaran Umum Variabel ………. 89
3.8 Konversi Skor Profil Kompetensi Komunikasi Interpersonal ……….. 90
4.1 Profil Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl Pada Agensi Eta Pro Comm secara Umum………... …………... 95
4.2 Profil Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl Pada Agensi Eta Pro Comm tiap Aspek………...………. 96
4.3 Profil Aspek Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl Pada Agensi Eta Pro Comm tiap Indikator ………... 97
4.4 Uji Normalitas Data Kompetensi Komunikasi Interpersonal ... 107
4.5 Hasil Uji Homogenitas Varias Data Kompetensi Komunikasi Interpersonal ………... 107 4.6 Hasil Uji t Independen Data Pretest-Posttest Kompetensi Komunikasi Interpersonal setelah penerapan Program Bimbingan Karir ………... 107
4.7 Hasil Uji t Independen Data Pretest-Posttest Kompetensi Komunikasi Interpersonal setelah penerapan Program Bimbingan Karir Pada Setiap Aspek ………... 109
DAFTAR BAGAN
1.1 Alur Penelitian Program Bimbingan Karir dalam Meningkatkan Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl……… 16 2.1 Elemen-elemen komunikasi interpersonal ……… 28 2.3 Ukuran lingkaran menandakan jumlah informasi 55 2.3 Ketidakselarasan antara diri dan dunia kerja sebagai fungsi
penyesuaian dan informasi …... 39 3.1 Alur penelitian Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan
DAFTAR GRAFIK
4.1 Profil Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl Pada Agensi Eta Pro Comm secara Umum……….. ……… 95 4.2 Profil Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl
Pada Agensi Eta Pro Comm tiap Aspek ………... 97 4.3 Rata-Rata Skor Data Pretest-Posttest Kompetensi Komunikasi
Interpersonal setelah penerapan Program Bimbingan Karir
………. 108
4.4 Rata-Rata Skor Pretest Data Pretest-Posttest Kompetensi Komunikasi Interpersonal setelah penerapan Program Bimbingan Karir pada tiap
DAFTAR LAMPIRAN
Surat-surat izin Penelitian ………. 1 Instrumen Peneitian ………... 2
Hasil Pengolahan Data ………. 3
Program Hipotetik Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kompetensi
Komunikasi Interpersonal ………. 4
Program Tested Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kompetensi
Komunikasi Interpersonal ………. 5
Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling
……….. 6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Tanpa disadari proses komunikasi sudah terjadi sejak
seseorang dilahirkan. Dengan berkomunikasi banyak hal yang dapat dilakukan,
termasuk berbisnis. Melalui komunikasi seseorang dapat menyampaikan pesan
yang dimaksud, dan sebaliknya, tanpa adanya komunikasi, orang tidak akan
mengetahui maksud yang ingin disampaikan.
Komunikasi merupakan kegiatan yang mendasar bagi manusia. Dengan
melakukan komunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik
dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar,
dalam masyarakat atau di mana saja manusia berada. Tidak dapat dipungkiri
bahwa komunikasi tidak hanya memiliki peranan penting bagi manusia tetapi juga
bagi suatu organisasi atau perusahaan.
Survei di sebuah perguruan tinggi (2011) membuktikan mayoritas
mahasiswa yang lolos test seleksi rekruitasi kerja adalah mereka yang rata-rata
memiliki Indeks Prestasi rata-rata, sedangkan mahasiswa yang memiliki Indeks
Prestasi tinggi banyak mengalami kecenderungan gagal. Kebanyakan dari mereka
gagal di tahap communication skill. Kemungkinan mahasiswa dengan Indeks
yang memiliki Indeks Prestasi rata-rata, yang lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk bersosialisasi dan berorganisasi.
Hasil survey National Accociation of College and Employers, USA,
(2002) mengenai kemampuan lulusan Perguruan Tinggi yang diharapkan dalam
dunia kerja (Skala 1 - 5) dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1.1
Kemampuan dalam Dunia Kerja
No Aspek Penilaian Kemampuan (Skills) Hasil Penilaian (%) 1 Kemampuan Komunikasi 4.69 2 Kejujuran / Integritas 4.59 3 Kemampuan Bekerjasama 4.54 4 Kemampuan Interpersonal 4.50
5 Beretika 4.46
6 Motivasi / Inisiatif 4.42 7 Kemampuan beradaptasi 4.41
8 Daya analitik 4.36
9 Kemampuan komputer 4.21 10 Kemampuan berorganisasi 4.05 11 Berorientasi pada detail 4.00
12 Kepemimpinan 3.97
20 Kemampuan berwirausaha 3.23 Sumber: National Accociation of College and Employers, USA, 2002
Data tersebut membuktikan kemampuan komunikasi sangat penting dalam
Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa communication skill merupakan prioritas
utama, tidak hanya sebatas kemampuan akademis.
Kompetensi komunikasi merupakan kemampuan seseorang dalam
berkomunikasi. Setiap individu melakukan kegiatan komunikasi dalam kehidupan
sehari-hari, akan tetapi sangat jarang diketahui efektivitas komunikasi tersebut
dilakukan baik secara individual, sosial maupun secara profesional.
Perusahaan adalah suatu unit usaha yang salah satu tujuannya
mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
kerjasama antara pihak manajemen dan karyawan. Karyawan merupakan tulang
punggung sebuah perusahaan yang melakukan berbagai kegiatan dalam
menjalankan perusahaan. Kegiatan dimaksud di antaranya adalah kegiatan
produksi dan pemasaran. Semakin banyak pengalaman dan keterampilan
komunikasi yang didapat oleh karyawan pada bagian ini, maka produk yang
dihasilkan dan dijual pada khalayak akan semakin berkualitas dan meningkat.
Dengan kata lain, organisasi atau perusahaan sangat bergantung kepada
komunikasi dalam mencapai tujuannya.
Hasil penelitian yang dilakukan Sproul (1993:115) menunjukkan
orang-orang dalam organisasi ataupun perusahaan menggunakan 69% hari kerja mereka
untuk melakukan komunikasi verbal, baik berbicara, mendengarkan, menulis,
ataupun membaca. Sisanya sebanyak 31% waktu yang ada dilakukan untuk
Sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri perdagangan akan
melakukan strategi penjualan dengan menggunakan jasa Sales Promotion Girl
untuk mempromosikan dan menjual produknya. Strategi yang digunakan ini
merupakan salah satu strategi yang mengacu pada bauran pemasaran seperti
dikemukakan oleh Kottler (1997:82) bahwa “Bauran pemasaran adalah
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan
pemasarannya dalam pasar sasaran”.
Keberadaan Sales Promotion Girl secara tidak langsung adalah bagian
yang dapat menunjang strategi perusahaan dalam proses penjualan, karena
pemasaran sebuah produk memerlukan aktivitas yang melibatkan berbagai sumber
daya. Sales Promotion Girl merupakan pramuniaga wanita yang menawarkan jasa
pelayanan untuk melayani customer (pelanggan). Sales Promotion Girl kerap
digunakan oleh pemilik usaha (owner) sebagai pintu depan marketing produk
yang dihasilkannya. Sales Promotion Girl juga kerap disebut sebagai ujung
tombak penjualan barang. Mereka distandardisasi dengan kemampuan
interpersonal yang baik dan penampilan yang menarik.
Seorang Sales Promotion Girl dituntut untuk memiliki kemampuan
berkomunikasi dengan baik terlebih kegiatan pekerjaan yang dilakukan
menyangkut interaksi dengan orang lain. Semua penjualan dan relasi bisnis
didasarkan pada komunikasi interpersonal. Karena itu meningkatkan kemampuan
berkomunikasi merupakan salah satu faktor terpenting yang memengaruhi sukses
Menurut Devito (1989:4, dalam Effendy 2000:61) “komunikasi
interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua
orang, atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan
beberapa umpan balik seketika”. Dari pengertian tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih yang bersifat dialogis yang dapat langsung diketahui
responnya serta dapat menjalin hubungan interaksi dengan adanya pengertian
bersama, empati dan rasa saling menghormati.
Dalam wawancara singkat dengan Manajer Operasional pada Agensi Eta
Pro Comm, selaku perusahaan yang menyediakan tenaga Sales Promotion Girl,
pihaknya selalu mengamati secara seksama gaya dan cara berkomunikasi calon
Sales Promotion Girl saat melakukan suatu interview. Hal ini dimaksudkan untuk
menilai kesanggupan mereka berkomunikasi dengan calon konsumen atau
pembeli kelak saat mereka bekerja. Pihak Agensi merasakan pentingnya hal
tersebut, selain untuk memberikan kepuasan pada pihak perusahaan yang meminta
penyediaan Sales Promotion Girl, hal ini pun tentunya akan sangat bermanfaat
bagi kinerja para Sales Promotion Girl.
Akan tetapi dalam praktik di lapangan, pihak agensi masih sering
menerima laporan dalam bentuk keluhan dari pihak perusahaan yang meminta
Sales Promotion Girl kepada pihak agensi. Keluhan yang disampaikan pada
umumnya cenderung berkenaan dengan ketidakpuasan pihak perusahaan akan
fungsinya. Indikator yang menjadi ketidakpuasan pihak perusahaan adalah tidak
meningkatnya penjualan produk yang ditawarkan. Pihak perusahaan menilai hal
tersebut disebabkan kurang efektifnya komunikasi yang terjadi antara para Sales
Promotion Girl dengan calon pembeli.
Bagi pihak agensi kondisi tersebut merupakan hal yang membutuhkan
perhatian dan penanganan segera. Di satu pihak, bila kondisi tersebut dibiarkan
tanpa penanganan akan menyebabkan perusahaan yang meminta tenaga Sales
Promotion Girl pada pihak mereka menjadi berkurang. Di sisi lain, selama ini
belum terdapat penanganan atau pun jenis training khusus yang diberikan pada
Sales Promotion Girl dalam meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal.
Keahlian berkomunikasi merupakan keahlian yang tidak dimiliki secara
mutlak, artinya kemampuan berkomunikasi dapat diubah dan diperbaiki ke arah
yang lebih baik melalui keberanian dan latihan. Keahlian seseorang dapat
diketahui saat dia berkomunikasi dan menunjukkan hasil yang dikerjakannya,
seiring dengan peningkatan kemampuan berkomunikasi interpersonal yang
merupakan salah satu faktor terpenting yang memengaruhi sukses berbisnis dan
bekerja.
Supriatna (2009:13) menyatakan bahwa “salah satu prinsip dasar yang
dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi layanan bimbingan karir adalah
bahwa bimbingan karir ditujukan bagi semua individu”. Dengan demikian,
dalam seluruh perjalanan hidup seseorang, bukan merupakan peristiwa yang
terpilah.
Paparan di atas mengisyaratkan layanan bimbingan karir sangat perlu
diberikan kepada mereka yang tengah menjalani pekerjaan sebagai Sales
Promotion Girl untuk dapat meningkatkan kemampuan atau kompetensi
komunikasi interpersonal.
Atas dasar hal tersebut dan mengacu pada studi pendahuluan yang telah
dilakukan, diperlukan adanya suatu “program bimbingan karir untuk
meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada
agensi Eta Pro Comm Bandung”.
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
masalah pokok dalam penelitian ini adalah “bagaimana program bimbingan karir
yang efektif untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales
Promotion Girl pada agensi Eta Pro Comm?”
Secara khusus rumusan utama masalah penelitian dijabarkan ke dalam
pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Seperti apa profil kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl
2. Bagaimana rumusan hipotetik dan implementasi program bimbingan karir
untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion
Girl pada agensi Eta Pro Comm Bandung?
3. Bagaimana gambaran keefektifan program bimbingan karir untuk
meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl
pada agensi Eta Pro Comm Bandung?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian adalah menghasilkan program bimbingan karir
yang secara empirik terbukti efektif untuk meningkatkan kompetensi komunikasi
interpersonal Sales Promotion Girl pada agensi Eta Pro Comm Bandung.
Adapun tujuan khusus penelitian yaitu menghasilkan deskripsi empirik
tentang:
1. profil kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada
Agensi Eta Pro Comm Bandung;
2. rumusan hipotetik dan implementasi program bimbingan karir untuk
meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl
pada Agensi Eta Pro Comm Bandung;
3. gambaran keefektifan program bimbingan karir untuk meningkatkan
kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada Agensi Eta
D. Penjelasan Istilah
Berdasarkan rumusan masalah, terdapat dua konsep yang perlu dijelaskan,
yaitu: 1) kompetensi komunikasi interpersonal; dan 2) program bimbingan karir.
1. Kompetensi Komunikasi Interpersonal
Spitzberg dan Cupach (1989:112) menjelaskan “kompetensi komunikasi
interpersonal dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk berkomunikasi
secara efektif yang memengaruhi kandungan pesan dan bentuk komunikasi”.
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Spitzberg dan Cupach, De Vito
(1997:213) menyebutkan kompetensi komunikasi interpersonal mencakup hal-hal
seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (context) dalam memengaruhi
kandungan pesan (content) dan bentuk komunikasi, seperti pengetahuan pesan
yang layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu,
dan juga pengetahuan tentang cara perilaku non verbal, misalnya kepatutan
sentuhan, suara, serta kedekatan fisik yang merupakan bagian dari kompetensi
komunikasi interpersonal. Selain hal tersebut, komunikasi interpersonal dapat
efektif dengan melihat lima hal, yaitu: a) keterbukaan; b) empati; c) dukungan; d)
kepositifan; e) kesamaan (De Vito, 1997:259).
Menurut Trenholm dan Jensen (1996) kompetensi komunikasi
interpersonal meliputi: a) kompetensi pesan, yaitu kemampuan untuk memilih
pesan yang dapat dimengerti orang lain dan untuk merespon pesan yang diberikan
orang lain; b) kompetensi interpretative, yaitu kemampuan untuk
mendeskripsikan, mengorganisasikan, dan menerjemahkan kondisi yang terjadi
sebuah kemampuan untuk mengambil suatu peran sosial dan mengetahui perilaku
yang tepat untuk peran tersebut; d) kompetensi diri, yang merupakan kemampuan
untuk menetukan dan menampilkan imej diri yang diinginkan; e) kompetensi
tujuan, yaitu kemampuan untuk menentukan tujuan atau dengan kata lain
kemampuan untuk mengantisipasi konsekuensi yang mungkin terjadi dengan
perilaku yang efektif.
Menurut Reardon (1987), terdapat dua jenis kemampuan sosial yang
penting dimiliki dan berkaitan dengan kompetensi komunikasi interpersonal,
yaitu:
1. kemampuan-kemampuan kognitif, meliputi: empati, pengambilan perspektif
sosial, kompleksitas kognitif, sensitivitas terhadap standar-standar suatu
hubungan, pengetahuan situasional, dan mengawasi diri;
2. kemampuan-kemampuan behavioral, meliputi: keterlibatan interaksi (sikap
tanggap, sikap perspektif, dan sikap penuh perhatian), manajemen interaksi,
fleksibilitas perilaku, mendengarkan, gaya sosial, dan kecemasan komunikasi.
Pendapat Spitzberg dan Cupach menekankan pada kemampuan seseorang
dalam mengolah sebuah proses komunikasi dan memengaruhi orang lain.
Sementara itu, Trenholm dan Jenssen lebih menitikberatkan pada kemampuan
komunikator dalam beraksi menanggapi sebuah proses komunikasi dengan cara
menilai diri secara keseluruhan, sehingga respon ataupun feedback yang diberikan
Pengertian Reardon berorientasi pada kepekaan komunikator dalam
menentukan sikap saat melakukan sebuah komunikasi. Komunikator sebagai
pemberi pesan dituntut untuk memiliki sensitivitas dalam menilai komunikan dan
lingkungan sekitar saat terjadi suatu interaksi.
Secara garis besar, tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari pendapat
para tokoh mengenai kompetensi komunikasi interpersonal, kesemuanya
berorientasi pada pengetahuan dan kemampuan. Akan tetapi, De Vito
memberikan pengertian secara lebih detail, tidak hanya mengacu pada aspek
pengetahuan akan cara berkomunikasi secara verbal, komunikasi non verbal pun
menjadi hal yang tidak kalah penting.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disampaikan di atas dapat
disimpulkan yang dimaksud dengan kompetensi komunikasi interpersonal adalah
kemampuan seseorang dalam melakukan interaksi verbal dan non verbal secara
timbal balik dengan orang lain dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan,
pengambilan keputusan, pengendalian konflik, melakukan suatu transaksi, dan
pemberian umpan balik pada situasi tertentu, yang ditandai dengan aspek
keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesamaan.
2. Program Bimbingan Karir
Program bimbingan karir merupakan bagian dari program bimbingan dan
konseling secara umum. Dalam penelitian ini program bimbingan karir
Rogers (Crites,1981:57) menyatakan setiap organisme mempunyai tujuan
untuk maju dan berkembang ke depan. Organisme itu berkembang dan bersifat
realistik. Dasar pendekatan yang digunakan adalah person oriented, yang
berkeyakinan dalam diri setiap organisme terdapat daya dorong untuk
mengembangkan dan memenuhi potensi-potensi pembawaan sejak lahir. Potensi
yang direalisasikan oleh individu digambarkan sebagai pribadi yang berfungsi
penuh. Istilah ini digunakan Rogers untuk menggambarkan individu yang
memakai kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju
pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang
pengalamannya.
Rogers lebih mementingkan dinamika daripada struktur kepribadian. Sejak
awal Rogers mengurusi cara kepribadian berubah dan berkembang, Rogers tidak
menekankan aspek struktural kepribadian. Namun demikian, dari 19 rumusannya
mengenai hakikat pribadi, diperoleh tiga konstruk yang menjadi dasar penting
dalam teorinya yaitu self, organisme dan medan fenomena.
Keterkaitan antara pendekatan teori Rogers dan program bimbingan karir
adalah adanya sebuah keyakinan bahwa potensi manusia sangat bisa
dikembangkan. Mengingat Sales Promotion Girl berada dalam setting dunia
pekerjaan, maka program bimbingan karir merupakan hal yang tepat diberikan
sebagai layanan untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal.
Dengan mengacu pada teori Rogers, secara umum program bimbingan
kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman
yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya.
Pelaksanaan layanan bimbingan karir untuk meningkatkan kompetensi
komunikasi interpersonal adalah proses konselor/pembimbing dalam
mengupayakan peningkatan aspek dan indikator kompetensi komunikasi
interpersonal yang ingin dicapai yaitu, memecahkan permasalahan, pengambilan
keputusan, pengendalian konflik, melakukan suatu transaksi, dan pemberian
umpan balik pada situasi tertentu, yang ditandai dengan aspek keterbukaan,
empati, dukungan, kepositifan, dan kesamaan.
Gysberg dan Henderson (Muro & Kottman, 1995:55-61) mengemukakan
empat fase dalam pengembangan program yaitu: perencanaan
(planning),penyusunan (designing), pelaksanaan (implementing), dan evaluasi
(evaluating).
Kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapan program adalah sebagai
berikut.
a. Perencanaan (planning)
Pada tahap ini ditetapkan sasaran layanan program, tujuan program dan ruang
lingkup program. Pada tahap ini dilakukan analisis kebutuhan Sales
Promotion Girl sebagai bahan penyusunan program.
b. Penyusunan (designing)
Berdasarkan analisis kebutuhan Sales Promotion Girl dirumuskan fokus dan
pelaksanaan program dengan tujuan peusahaan. Sasaran program disesuaikan
dengan data hasil analisis kebutuhan. Pada tahap ini dipertimbangkan strategi
yang paling tepat dalam pelaksanaan program.
c. Pelaksanaan (implementing)
Tahap pelaksanaan program dipersiapkan agar sesuai dengan rancangan.
Program dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi lapangan, kondisi
fisik, dan kondisi psikologis Sales Promotion Girl.
d. Evaluasi (evaluating)
Evaluasi menjadi umpan balik yang berkesinambungan bagi semua tahap
pelaksanaan program. Evaluasi bertujuan untuk mengolah data yang
bermanfaat bagi pengambilan keputusan, baik untuk perbaikan atau
pengembangan program di masa yang akan data. Evaluasi juga dimaksudkan
untuk menguji keberhasilan dan pencapaian tujuan yang tidak ditetapkan.
E. Manfaat penelitian
Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi konselor perusahaan serta agensi
pengguna Sales Promotion Girl dan peneliti selanjutnya.
1. Bagi konselor perusahaan
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar bagi konselor perusahaan
untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal para karyawan.
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk bahan menyeleksi dan sekaligus
meningkatkan kualitas para Sales Promotion Girl yang tergabung dalam
agensi.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian dapat ditindaklanjuti untuk mengembangkan konsep
komunikasi interpersonal dalam setting masyarakat luas.
F. Metode Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan tujuan penelitian, guna
menguji efektivitas program bimbingan karir dalam meningkatkan kompetensi
komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada Agensi Eta Pro Comm
Bandung, maka digunakan metode penelitian eksperimen kuasi (quasi
experiment). Penelitian eksperimen kuasi yaitu rancangan penelitian yang
mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol/mengendalikan variabel-variabel luar yang memengaruhi pelaksanaan
eksperimen. Dalam eksperimen kuasi tidak dilakukan penugasan random (random
assigment), melainkan pengelompokan subjek penelitian berdasarkan kelompok
yang terbentuk sebelumnya (Mohammad Ali, 1993: 140).
Tujuan akhir penelitian adalah menghasilkan program bimbingan karir
yang efektif untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales
Promotion Girl. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan desain penelitian yang
G. Alur Penelitian
Dalam rangka menghasilkan program bimbingan karir yang efektif
dilakukan sejumlah tahapan penelitian, yaitu : (1) Studi Pendahuluan; (2)
Judgemet dan Uji Validasi; (3) Eksprimen, sebagaimana digambarkan dalam alur
Gambar 1.1
Alur Penelitian Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl
- Kajian Literatur - Kajian Lapangan
- Pengungkapan data - Profil KKI SPG
- Pengambilan sampel
- Pelaksanaan program - Uji Efektivitas
- Revisi Program
TAHAPAN KEGIATAN HASIL
Studi Pendahuluan
Judgment, uji keterbacaan & Uji
validitas
Eksperimen Kuasi (Pretest &
Posttest)
Instrumen KKI
Program Hipotetik
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi
(quasi experiment). Metode eksperimen kuasi digunakan untuk menghasilkan
program bimbingan karir yang efektif dalam meningkatkan kompetensi komunikasi
interpersonal Sales Promotion Girl. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan
tujuan penelitian, guna menguji efektivitas program bimbingan karir dalam
meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada
Agensi Eta Pro’Comm Bandung, maka penelitian menggunakan metode penelitian
eksperimen kuasi yaitu rancangan penelitian yang mempunyai kelompok kontrol,
tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol/mengendalikan
variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Dalam eksperimen kuasi
tidak dilakukan penugasan random (random assigment), melainkan melakukan
pengelompokkan subjek penelitian berdasarkan kelompok yang terbentuk
sebelumnya (Mohammad Ali, 1993: 140).
Dalam desain ini, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
diambil berdasarkan sampel bertujuan (purposive sampling). Dua kelompok yang
ada diberi pretest, kemudian diberikan perlakuan (treatment) berupa layanan program
bimbingan karir pada kelompok eksperimen dan perlakuan konvensional pada
Desain penelitian digambarkan sebagai berikut.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Eksperimen Pretest X Postest
Kelompok Kontrol Pretest - Postest
Keterangan:
X : Perlakuan
- : Tanpa Perlakuan
B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi
Penelitian dilakukan di Kantor Agensi Eta Pro’Comm yang bertempat di Jalan
Subang Raya No. 60 Antapani Bandung.
2. Populasi
Populasi penelitian adalah Sales Promotion Girl pada Agensi Eta Pro’Comm
Bandung yang berjumlah 58 orang.
3. Sampel
Sampel ditentukan untuk memperoleh informasi tentang obyek penelitian
dengan mengambil representasi populasi yang diprediksikan terhadap seluruh
populasi. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu cara
mengambil sampel yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu, dan berbagai
Sampel penelitian adalah Sales Promotion Girl yang teridentifikasi memiliki
kompetensi komunikasi interpersonal yang belum mencapai kategori sangat
kompeten. Adapun langkah-langkah menentukan sampel penelitian adalah sebagai
berikut.
a. Menyebarkan instrumen kompetensi komunikasi interpersonal kepada seluruh
Sales Promotion Girl yang tergabung dalam Agensi Eta Pro’Comm sejumlah 58
orang.
b. Mengambil Sales Promotion Girl yang belum mencapai kategori sangat
kompeten.
Langkah pengambilan sampel tersebut dimaksud agar dapat menyaring Sales
Promotion Girl yang berada pada kategori: (1) sangat kompeten; (2) kompeten; (3)
tidak kompeten; dan (4) sangat tidak kompeten. Berdasarkan kategori tersebut
diperoleh 40 orang Sales Promotion Girl sebagai sampel penelitian.
C. Alur Penelitian
Tujuan akhir penelitian adalah menghasilkan program bimbingan karir yang
efektif untuk meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion
Girl. Dalam rangka menghasilkan program bimbingan karir yang efektif dilakukan
sejumlah langkah-langkah penelitian sebagaimana digambakan dalam alur penelitian
Bagan 3.1
Alur penelitian Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl
- Kajian Literatur - Kajian Lapangan
- Pengungkapan data - Profil KKI SPG
- Pengambilan sampel
- Pelaksanaan program - Uji Efektivitas
- Revisi Program
TAHAPAN KEGIATAN HASIL
Studi Pendahuluan
Judgment, uji keterbacaan & Uji
validitas
Eksperimen Kuasi (Pretest &
Posttest)
Instrumen KKI
Program Hipotetik
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian terdapat dua variabel yaitu komunikasi interpersonal Sales
Promotion Girl dan program bimbingan karir, definisi dari kedua variabel tersebut
diuraikan lebih lanjut sebagai berikut.
Variabel adalah objek penelitian yang menjadi titik perhatian suatu penelitian
(Arikuto, 1993:91). Dalam penelitian terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan
terikat. Adapun variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini
adalah:
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini yang dijadikan
sebagai variabel bebas adalah program bimbingan karir.
2. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi sebab akibat.
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel terikat adalah kompetensi
komunikasi interpersonal.
Bagan 3.2
Hubungan antar variabel
E. Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Definisi Kompetensi Komunikasi Interpersonal
Kompetensi komunikasi interpersonal dalam penelitian ini mengacu pada
pengertian komunikasi interpersonal yang dikembangkan oleh beberapa tokoh dengan
pengertian sebagai berikut.
Spitzberg dan Cupach (1989:112) menjelaskan bahwa “kompetensi seseorang
dalam melakukan sebuah komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai
kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif yang memengaruhi
kandungan pesan dan bentuk komunikasi”.
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Spitzberg dan Cupach, De Vito
(1997:213) menyebutkan bahwa kompetensi komunikasi interpersonal mencakup
hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (context) dalam memengaruhi
kandungan pesan (content) dan bentuk komunikasi, seperti pengetahuan bahwa pesan
apa yang layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu,
dan juga pengetahuan tentang cara perilaku non verbal, misalnya kepatutan sentuhan,
suara, serta kedekatan fisik yang merupakan bagian dari kompetensi komunikasi
dengan lima aspek, yaitu a) keterbukaan; b) empati; c) dukungan; d) kepositifan; e)
kesamaan De Vito (1997:259).
Menurut Trenholm dan Jensen (1996) kompetensi komunikasi interpersonal
meliputi a) kompetensi pesan, yaitu kemampuan untuk memilih pesan yang dapat
dimengerti orang lain dan untuk merespon pesan yang orang lain berikan; b)
kompetensi interpretative, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan,
mengorganisasikan, dan menterjemahkan kondisi yang terjadi sewaktu individu
berinteraksi dengan orang lain; c) kompetensi peran, yakni sebuah kemampuan untuk
mengambil suatu peran sosial dan mengetahui perilaku apa yang tepat untuk peran
tersebut; d) kompetensi diri, yang merupakan kemampuan untuk menetukan dan
menampilkan imej diri yang diinginkan; e) kompetensi tujuan, yaitu kemampuan
untuk menentukan tujuan atau dengan kata lain kemampuan untuk mengantisipasi
konsekuensi yang mungkin terjadi dengan perilaku yang efektif.
Menurut Reardon (1987), terdapat dua jenis kemampuan sosial yang penting
dimiliki dan berkaitan dengan kompetensi komunikasi interpersonal, yaitu:
a. Kemampuan-kemampuan kognitif, meliputi: empati, pengambilan perspektif
sosial, kompleksitas kognitif, sensitivitas terhadap standar-standar suatu
hubungan, pengetahuan situasional, dan mengawasi diri.
b. Kemampuan-kemampuan behavioral, meliputi: keterlibatan interaksi (sikap
tanggap, sikap perspektif, dan sikap penuh perhatian), manajemen interaksi,
Pendapat Spitzberg dan Cupach menekankan pada kemampuan seseorang
dalam mengolah sebuah proses komunikasi pada penekanan memengaruhi orang lain.
Sementara itu, Trenholm dan Jenssen lebih menitikberatkan pada kemampuan
komunikator dalam beraksi menanggapi sebuah proses komunikasi dengan cara
menilai diri secara keseluruhan, sehingga respon ataupun feedback yang diberikan
pada lawan bicara akan tepat guna.
Pengertian Reardon berorientasi pada kepekaan komunikator dalam
menentukan sikap saat melakukan sebuah komunikasi. Komunikator sebagai pemberi
pesan dituntut untuk memiliki sensitivitas dalam menilai komunikan dan lingkungan
sekitar saat terjadi suatu interaksi.
Secara garis besar, tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari pendapat
para tokoh mengenai kompetensi komunikasi interpersonal, kesemuanya berorientasi
pada pengetahuan dan kemampuan. Akan tetapi, De Vito memberikan pengertian
secara lebih detail, tidak hanya mengacu pada aspek pengetahuan akan cara
berkomunikasi secara verbal, komunikasi non verbal pun menjadi hal yang sangat
penting. De Vito secara langsung menyebutkan kompetensi komunikasi interpersonal,
ditandai oleh lima aspek, yaitu: a) keterbukaan; b) empati; c) dukungan; d)
kepositifan; dan e) kesamaan.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disampaikan oleh tokoh-tokoh
dalam bidang komunikasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompetensi komunikasi
orang lain untuk memecahkan permasalahan, pengambilan keputusan, pengendalian
konflik, melakukan suatu transaksi penjualan, dan pemberian umpan balik pada
situasi tertentu. Indikator seseorang yang memiliki kompetensi komunikasi
interpersonal yaitu pemilihan, pengorganisasian dan penjelasan pesan dengan tepat,
penampilan menarik, penyesuaian diri, penentuan tujuan, empati, kepositifan,
pengambilan perspektif sosial, keterbukaan, kompleksitas kognitif, dukungan,
sensitivitas terhadap standar-standar suatu hubungan, pengetahuan situasional,
keterlibatan interaksi, manajemen interaksi, fleksibilitas perilaku, mendengarkan,
gaya sosial, kesetaraan dan kecemasan komunikasi
Secara lebih spesifik, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kompetensi
komunikasi interpersonal mengacu pada kemampuan Sales Promotion Girl pada
Agensi Eta Pro Comm dalam menyampaikan pesan kepada konsumen dilihat dari
aspek keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesamaan pada waktu
menawarkan dan menjual produk, yang ditandai dengan indikator sebagai berikut.
a. Keterbukaan
1) Jujur terhadap lawan bicara.
2) Kesiapan atas segala reaksi yang diberikan oleh lawan bicara.
3) Menerima dengan senang hati informasi yang disampaikan.
b. Empati
1) Memperhatikan pesan dari lawan bicara.
c. Dukungan
1) Menghargai orang lain tanpa pengecualian.
2) Memberi semangat lawan bicara untuk berkomunikasi aktif.
3) Memberikan kesempatan kepada lawan bicara.
d. Kepositifan
1) Memberikan penilaian positif pada lawan bicara.
2) Menciptakan situasi kondusif agar tercipta komunikasi yang efektif.
e. Kesetaraan
1) Membuat nyaman lawan bicara.
2) Memandang objektif terhadap lawan bicara.
2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian maka dikembangkan
alat pengumpul data yang berupa skala kompetensi komunikasi interpersonal,
digunakan untuk memperoleh gambaran kompetensi komunikasi interpersonal
sebelum dan sesudah mengikuti program bimbingan karier. Angket menggunakan
format rating scale (skala penilaian) model Likert untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap suatu permasalahan yang
Instrumen kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl
dikembangkan berdasarkan definisi operasional variabel. Instrumen ini berisi
pernyataan-pernyataan tentang kompetensi komunikasi interpersonal merujuk pada
aspek keterbukaan, kepositifan, empati, dukungan, dan kesamaan berdasarkan konsep
yang dikembangkan oleh De Vito (1989). Adapun kisi-kisi instrumen disajikan dalam
Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Komunikasi Interpersonal Sebelum Validasi
NO. Aspek Indikator
serta Drs. Yaya Sunarya M. Pd., yang merupakan pakar dalam testing psikologis dan
konstruksi tes.
Instrumen yang telah memperoleh penilaian dari ketiga pakar kemudian
direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari para penimbang tersebut. Setelah itu
instrumen yang telah direvisi disebar pada seluruh populasi penelitian.
Uji keterbacaan oleh lima responden dengan karakteristik yang cenderung
sama dengan Sales Promotion Girl, untuk mengetahui tingkat keterbacaan setiap
item agar mudah dipahami oleh responden, mengetahui kata-kata yang kurang
dipahami, sehingga kalimat dalam pernyataan dapat disederhanakan tanpa mengubah
maksud pernyataan tersebut. Setelah uji keterbacaan, pernyataan-pernyataan yang
tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat
dimengerti oleh Sales Promotion Girl dan kemudian dilakukan uji validitas dan
reliabilitasnya.
5. Uji Validitas Item
Untuk menguji validitas konstruk, yang pertama digunakan pendapat dari dua
orang ahli (judgment experts), pada bidang yang diteliti. Para ahli diminta
pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Setelah pengujian konstruk dari
ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan
dengan uji coba instrumen. Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut.
1) Menghitung koefisien korelasi product moment/ r hitung (rxy), dengan
menggunakan rumus seperti berikut.
rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = Item soal yang dicari validitasnya
Y = Skor total yang diperoleh sampel
2) Proses pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria sebagai berikut.
a) Jika r hitung positif, dan r hitung ≥ 0,3, maka butir soal valid
b)Jika r hitung negatif, dan r hitung < 0,3, maka butir soal tidak valid
Menurut Masrun dalam Sugiyono (2007 : 188-189), item yang dipilih (valid)
adalah yang memiliki tingkat korelasi ≥ 0,3. Jadi, semakin tinggi validitas suatu alat
ukur, maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin
menunjukkan yang seharusnya diukur.
Untuk lebih jelas tentang uji validitas item data, berikut disajikan hasil
rekapitulasi uji validitas kompetensi komunikasi interpersonal dengan menggunakan
program Ms. Excel 2007 sebagai berikut.
Tabel 3.4
Hasil Perhitungan Pengujian Validasi Item No
Pernyataan r Hitung r Tabel Kriteria
No
No
Pernyataan r Hitung r Tabel Kriteria
No
No
Pernyataan r Hitung r Tabel Kriteria
No
Pernyataan r Hitung r Tabel Kriteria 44 0.51 0.30 Valid 104 0.37 0.30 Valid 45 0.13 0.30 Invalid 105 -0.14 0.30 Invalid 46 0.33 0.30 Valid 106 0.34 0.30 Valid 47 0.34 0.30 Valid 107 -0.12 0.30 Invalid 48 0.35 0.30 Valid 108 0.45 0.30 Valid 49 0.36 0.30 Valid 109 0.30 0.30 Valid 50 0.37 0.30 Valid 110 0.34 0.30 Valid 51 0.69 0.30 Valid 111 -0.01 0.30 Invalid 52 0.34 0.30 Valid 112 0.05 0.30 Invalid 53 0.40 0.30 Valid 113 0.49 0.30 Valid 54 0.53 0.30 Valid 114 0.49 0.30 Valid 55 -0.13 0.30 Invalid 115 0.60 0.30 Valid 56 0.04 0.30 Invalid 116 0.41 0.30 Valid 57 -0.09 0.30 Invalid 117 0.46 0.30 Valid 58 0.52 0.30 Valid 118 0.46 0.30 Valid 59 0.44 0.30 Valid 119 -0.07 0.30 Invalid 60 0.38 0.30 Valid 120 0.04 0.30 Invalid
Berdasarkan Tabel 3.4 tampak bahwa dari 120 pernyataan, item yang valid
ada 90 pernyataan dan yang tidak valid ada 30 pernyataan. Item yang tidak valid
artinya bahwa item tersebut tidak dapat mengukur yang seharusnya diukur.
6. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian derajat konsistensi (keajegan)
instrument pengumpul data. Uji reliabilitas ini dimaksudkan untuk mengetahui
Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha (
) melaluitahapan sebagai berikut.
Jumlah varians skor tiap-tiap item 2
t
= Varians total n = banyaknya soal
Kedua, mencari varians semua item menggunakan rumus berikut.
(Arikunto, 2002:109)
Setelah diuji validitas butir soal/item dari variabel kompetensi komunikasi
interpersonal, maka langkah selanjutnya adalah menguji apakah reliabilitas soal
tersebut dengan menggunakan bantuan perhitungan program Ms Excel 2007 dan
diperoleh hasil sebagai berikut.
Varian Total (t ) = 465,85
Reliabilitas = 0,95 (Sangat Tinggi)
Titik tolak ukur koefisien reliabilitas digunakan pedoman koefisien korelasi dari
Sugiyono (1999 : 149) yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.5
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisen Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 - 0,799 0,80 – 1,000
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Merujuk pada tabel interpretasi nilai koefisien korelasi, maka reliabilitas
instrumen ini dinyatakan sangat tinggi, karena 0,95 berada di antara 0,80-1,00.
dengan kata lain, instrumen ini dapat digunakan untuk penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian menggunakan metode eksperimen kuasi yang menyajikan kondisi
awal tentang kompetensi komunikasi interpersonal dan efektivitas program
bimbingan karir. Untuk uji efektivitas program, dibandingkan hasil skor rata-rata
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Mengacu pada kepentingan tersebut,
dilakukan analisis statistika untuk menjawab pertanyaan penelitian dan memperoleh
data dalam bentuk angka.
Teknik analisis pertama ditujukan untuk mengetahui kondisi awal kompetensi
komunikasi interpersonal, alat yang digunakan berupa instrumen. Instrumen disusun
berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sehingga menghasilkan item-item pernyataan
dan kemungkinan jawabannya. Instrumen digunakan untuk mengukur kompetensi
komunikasi interpersonal rendah Sales Promotion Girl. Item pernyataan kompetensi
komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl menggunakan bentuk skala Likert
yang dimodifikasi sehingga hanya terdiri dari empat alternatif jawaban, dengan
pilihan Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai
(STS). Adapun yang menjadi alasan dimodifikasinya skala Likert tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Kategori indecisided, yaitu mempunyai arti ganda, bisa juga diartikan netral atau
ragu-ragu
b. Dengan tersedianya jawaban di tengah, menimbulkan kecenderungan jawaban di
tengah atau central tendency effect
c. Maksud jawaban dengan empat tingkat kategori untuk melihat kecenderungan
pendapat responden ke arah tidak sesuai sehingga dapat mengurangi data
penelitian yang hilang (Sutrisno Hadi,1991:19-20).
Kriteria penskoran untuk mendapat skor angket kompetensi komunikasi
interpersonal Sales Promotion Girl dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini.
Tabel 3.6
Pernyataan SS S TS STS
Positif 3 2 1 0
Negatif 0 1 2 3
Pertanyaan No. 1 mengenai gambaran awal kompetensi komunikasi
interpersonal Sales Promotion Girl diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menentukan Skor maksimal ideal yang diperoleh sampel:
Skor maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi
b. Menentukan Skor terendah ideal yang diperoleh sampel:
Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah
c. Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel:
Rentang skor = Skor maksimal ideal – skor minimal ideal
d. Mencari interval skor:
Interval skor = Rentang skor / 4
Berdasarkan langkah langkah di atas, didapat kriteria sebagai berikut.
Tabel 3.7
Kriteria Gambaran Umum Variabel
Kriteria Rentang
Sangat Kompeten X > Min Ideal + 3.Interval
Kompeten Min Ideal + 2.Interval < X ≤ Min Ideal + 3.Interval Tidak Kompeten Min Ideal + Interval < X ≤ Min Ideal + 2.Interval Sangat Tidak Kompeten X ≤ Min Ideal +Interval
(Sudjana 1996 : 47)
Berdasarkan kriteria gambaran umum variabel profil kompetensi komunikasi
Konversi Skor Profil Kompetensi Komunikasi Interpersonal
Kategori Skor Penjelasan
Sangat kompeten 202.51 - 270.00 Sales Promotion Girl memiliki kemampuan komunikasi interpersonal pada 5 aspek, yakni keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesamaan.
Kompeten 135.01 - 202.50 Sales Promotion Girl setidaknya memiliki 3 aspek kemampuan komunikasi interpersonal. Tidak kompeten 67.51 - 135.00 Sales Promotion Girl hanya memiliki 1 aspek
kemampuan komunikasi interpersonal. Sangat tidak
kompeten
0.00 - 67.50 Sales Promotion Girl tidak memiliki kompetensi komunikasi interpersonal.
2. Teknik Uji Efektivitas Program Bimbingan Karir
Guna menjawab pertanyaan penelitian No. 3 tentang keefektifan program
bimbingan karir yang efektif untuk meningkatkan kompetensi komunikasi
interpersonal Sales Promotion Girl pada agensi Eta Pro Comm dilakukan dengan
teknik uji t independen (independent sample t test) melalui analisis data kompetensi
komunikasi interpersonal sebelum dan setelah mengikuti program bimbingan karir.
Teknik uji ini dilakukan dengan cara membandingkan data pretest dan posttest,
antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Tujuan uji ini adalah untuk
memperoleh fakta empirik tentang keefektifan program bimbingan karir untuk
meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada
agensi Eta Pro Comm tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol. Teknik
pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan software statistical
Prosedur pengujian efektivitas tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, menguji normalitas data pretest dan posttest kedua kelompok.
Pengujian normalitas data dilakukan dengan dengan statistik uji Z
Kolmogrov-Smirnov (p>0,05) dengan menggunakan bantuan SPSS 18.0.
Kedua, menguji homogenitas varians data pretest dan posttest kedua
kelompok (p>0,05) dengan bantuan SPSS 18.0.
Ketiga, uji perbedaan (efektivitas) program bimbingan karier untuk
meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada
agensi Eta Pro Comm menggunakan uji t independent (Independent sample t test)
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
a. Hipotesis
H0 : µ eksperimen = µ kontrol
Tidak ada perbedaan rata-rata kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada agensi Eta Pro Comm sebelum dan setelah mengiikuti program bimbingan karir.
H1 : µ eksperimen > µ kontrol
Rata-rata kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada agensi Eta Pro Comm setelah mengikuti program bimbingan karir lebih baik dibandingkan sebelum perlakuan.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan dua cara, yaitu membandingkan
nilai t hitung dengan t tabel atau dengan membandingkan nilai probabilitas yang
diperoleh dengan α=0,05.
Jika pengambilan keputusan berdasarkan nilai t hitung, maka kriterianya
adalah terima H0 jika – t 1- ½
< t hitung < t 1- ½
, dimana t 1- ½
didapat daridaftar tabel t dengan dk = ( n1 + n2 – 1) dan peluang 1- ½
. Untuk harga-harga tlainnya H0 ditolak.
Jika pengambilan keputusan berdasarkan angka probabilitas (nilai p), maka
kriterianya adalah:
1) Jika nilai p < 0,05, maka H0 ditolak
2) Jika nilai p > 0,05, maka H0 diterima
c. Mencari nilai t hitung
Nilai t hitung ditentukan dengan rumus:
1 2
Y = rata-rata data eksperimen n1 = banyak sampel kelas kontrol n2 = banyak sampel kelas eksperimen s12 = varians kelompok kontrol
s22 = varians kelompok eksperimen
G. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan; (2) tahap
pelaksanaan; dan (3) tahap pengolahan dan analisis data. Secara garis besar tahapan
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
a. Studi literatur berupa buku-buku yang membahas tentang kompetensi
komunikasi interpersonal dan bimbingan karir yang merupakan salah satu
teknik dari konseling kognitif perilaku.
b. Menentukan subjek penelitian.
c. Menyusun kisi-kisi dan instrumen penelitian berupa kuesioner.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pelaksanaan/implementasi layanan program bimbingan karir untuk
meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal.
b. Observasi terhadap pelaksanaan program bimbingan karir pada kelompok
eksperimen untuk mengetahui keefektifan layanan dalam meningkatkan
kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl pada Agensi Eta
Pro’Comm.
3. Tahap Pengolahan Data dan Analisis Data
a. Mengolah skor tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) kompetensi
komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Penelitian tentang Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan
Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales Promotion Girl dengan
menggunakan metode eksperimen kuasi pada Agensi Eta Pro Comm
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut.
1. Profil kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl Agensi Eta
Pro Comm secara umum berada pada kategori kompeten.
2. Rumusan hipotetik dan implementasi program bimbingan karir untuk
meningkatkan kompetensi komunikasi interpersonal memiliki struktur yang
menurut ahli bimbingan dan konseling dinilai memadai untuk diujicobakan.
Adapun struktur dan tahapan program bimbingan karir untuk meningkatkan
kompetensi komunikasi interpersonal yaitu; (a) Orientasi program; (b) Asumsi
program; (c) Dasar kebutuhan; (d) Tujuan program; (e) Peran konselor; (f)
Struktur dan tahapan program; (g) Refleksi; dan (h) Indikator keberhasilan.
3. Program bimbingan karir efektif untuk meningkatkan kompetensi komunikasi
interpersonal. Peningkatan terjadi baik secara umum, aspek dan indikator
kompetensi komunikasi interpersonal secara signifikan. Indikator kompetensi
komunikasi interpersonal yaitu mencakup: (a) jujur terhadap lawan bicara; (b)
siap atas segala reaksi lawan bicara; (c) menerima dengan senang hati
mengetahui perasaan lawan bicara; (f) menghargai orang lain; (g) memberi
semangat; (h) membuka kesempatan berpendapat; (i) menilai positif; (j)
menciptakan situasi kondusif; (k) membuat nyaman; dan (l) memandang
objektif lawan bicara.
B. Rekomendasi
Rekomendasi penelitian ditujukan kepada pihak-pihak sebagai berikut.
1. Bagi konselor perusahaan
Hasil penelitian program bimbingan karir dapat digunakan oleh konselor
perusahaan sebagai pedoman dalam meningkatkan kompetensi komunikasi
interpersonal pada karyawan. Langkah-langkah konselor perusahaan dalam
melaksanakan program bimbingan karir yaitu sebagai berikut.
a. Menyebarkan instrumen tentang kompetensi komunikasi interpersonal
b. Memaknai profil atau kondisi awal karyawan di perusahaan hasil dari
penyebaran instrumen.
c. Menganalisis bersama hasil yang diperoleh dari bagian-bagian perusahaan
tentang kompetensi komunikasi interpersonal Sales Promotion Girl di
lapangan.
d. Membangun relasi yang baik antara konselor dengan Sales Promotion
Girl, terlebih dalam pertemuan pertama, karena sangat penting untuk
menumbuhkan rasa percaya satu sama lain demi terciptanya suasana
e. Menumbuhkan empati Sales Promotion Girl dengan tujuan membuka
perasaan pekanya terhadap orang lain.
f. Sales Promotion Girl dilatih untuk memberikan penghargaan terhadap
orang lain.
g. Memotivasi diri Sales Promotion Girl dan orang lain, bertujuan agar
menciptakan kondisi nyaman dan tidak ada saling merendahkan satu sama
lain.
h. Menciptakan situasi kondusif antara Sales Promotion Girl dan konsumen,
hal ini sangat penting dalam memberikan pelayanan yang baik pada
konsumen.
i. Refleksi program dilakukan bersama-sama antara konselor perusahaan
dan Sales Promotion Girl, dengan memberikan instrumen kompetensi
komunikasi interpersonal kembali kepada Sales Promotion Girl dan
membandingkan hasil awal dan hasil akhir untuk melihat keberhasilan
program bimbingan karir.
2. Bagi Agensi Pengguna Sales Promotion Girl
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk bahan menyeleksi sekaligus
meningkatkan kualitas para Sales Promotion Girl yang tergabung dalam
Agensi. Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh Agensi pengguna Sales
a. Bekerjasama dengan konselor perusahaan untuk memberikan pelayanan
bimbingan karir untuk meningkatkan kompetensi komunikasi
interpersonal.
b. Menginformasikan kondisi Sales Promotion Girl di lapangan kepada
konselor perusahaan sebagai dasar kebutuhan empirik program bimbingan
karir.
c. Memberikan semangat pada setiap karyawan yang ingin maju terutama
dalam mengembangkan kompetensi komunikasi interpersonal.
d. Melayani Sales Promotion Girl untuk meningkatkan kompetensinya
terutama kompetensi komunikasi interpersonal.
e. Menyediakan sarana dan prasarana dalam rangka pelaksanaan program
bimbingan karir untuk meningkatkan kompetensi komunikasi
interpersonal.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Berdasarkan keterbatasan penelitian, maka rekomendasi untuk peneliti
selanjutnya yaitu sebagai berikut.
a.Pengambilan sampel penelitian yang cakupannya hanya pada universitas
yang memiliki program studi komunikasi atau perusahaan lain yang
membina karyawannya dengan keahlian utama komunikasi interpersonal.
b.Memperluas lagi kajian penelitian dengan menggunakan seluruh aspek dan
c.Menggunakan metode penelitian Research and Development yang didasari
DAFTAR PUSTAKA
AW Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Barnlund, C. (1968). Interpersonal of Communication. Boston: Hongtong Mefflin.
Berlo, K David, (1960). The Process of Communication. An introduction the theory and practice. New York : Holt Reinhart and Winston
Birdwhistell, Ray L, (1070). Kinesics and Context. Philadephia : University of Pennsylvania Press.
Crites, John. (1981). Career Counseling:Models, Methods, and Materials, New York:McGrawhill Book Company.
De Vito, J A. (1997). Komunikasi Antar Manusia (cetakan kelima). Jakarta: Proffesional Books.
Delozier, M Wayne. (1976). The Marketing Communication, Second Edition. New York: David Mc Kay Company
Effendy, Onong Uchjana (1986). Dimensi-dimensi komunikasi. Bandung: Alumni
_______. (2007). Ilmu Komunikasi dan Praktek. Bandung : Rosdakarya
Fisher, B. A., & Adams, K. L. (1994). Interpersonal communication: Pragmatics of human relationship (2nd. Ed.). New York: McGeaw-Hill, Inc.
Fuad Mas’ud (2004). Survai Diagnosis Organisasional. Konsep dan Aplikasi.
Semarang : Badan Penerbit UNDIP.
Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Gardner, H. (2003). Multiple Intelligences (Kecerdasan majemuk Teori dan Praktek)Terjemahan Alexander Sindoro. Batam Centre: Interaksa.
Hardjana, A. M. (2003). Komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Yogyakarta: Kanisius
.
Kottler,Phillip. (1997). Manajemen Pemasaran Marketing Management 9e Analisis,Perencanaan,Implementasi, dan Kontrol. Jakarta: Prenhallindo.
Mappiare, A. (2006). Kamus Istilah Konseling & Terapi. Jakarta: Rajagrafindo Pesada.
Margono, Rahmat Sumarto Purwokusumo (1996). Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Partisipasi Pembangunan Masyarakat Di Kalangan Partisipan Organisasi Kemasyarakatan. Disertasi. UNPAD
Muhammad, Arni. 1995. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Munandir. (1996). Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Akademis Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Mulyana, D. (2008). Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintasbudaya. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nuraeni, Erni (2009). Program bimbingan karir untuk meningkatkan orientasi masa depan pada siswa kelas IX SMA Terpadu Baiturrahman Ciparay Kab Bandung. Tesis. Program Pascasarjana UPI
Pace, D. F. (2002). Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan kinerja Perusahaan (terjemahan Deddy Mulyana). Bandung: Rosdakarya
Payne, H.J, (2005). “Reconceptualizing Social Skills in Organizations : Exploring the Relationship Between Communication Competence. Job performance
and supervisory roles”. Journal of Leadership & Organizational Studies,
Vol 11, No. 2
PMPTK, D. J. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas.
Raharti, Mujiasih. (2001). Manajemen Penjualan dan Pemasaran. Yogyakarta: Andi Offset.
Rahmat, Jalaluddin. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.
Retnasih,Ratna, 2001. Sales Promotion Girl dalam berbagai perspektif. Jakarta: Salemba Raya.
Schramm, Wilbur. Donald F Roberts, 1977. The Process and Effect of MassMedia Communication_Revised Edition. Urbana Chicago London : University of Illinois Press.
Smith, Dennis R, L Keith Williamson. 1982. Interpersonal Coomunication 2nd, Ed Wm.C. Brown Company Publisher, College Division, United States of America
Spitzberg, B. H., & Cupach, W. R. (1984). Interpersonal communication. (http://www.uky.edu/drlane/capstone/interpersonal/competence.htm). 2007.
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
Suherman, Uman. (2006). Konseling Karir Sepanjang Rentang Kehidupan. Program Studi Bimbingan dan Konseling, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Sujarwo. (2010). Efektivitas bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Tesis. Program Pascasarjana UPI Bandung
Supratiknya, A. (1995). Komunikasi antar pribadi: Tinjauan psikologis. Yogyakarta: Kanisius
Supriatna, Mamat. 2009. Layanan Bimbingan Karier di Sekolah Menengah. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia.
Trenholm, S., & Jensen, A. (1996). Interppersonal communication (3th. Ed). California: Wadsworth Publishing Company
Winkel, W.S. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
http://www.zona-remaja.com/2011/03/pentingnya-komunikasi.