PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK
MENINGKATKAN ADAPTABILITAS KARIR
PESERTA DIDIK
(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Peserta didik SMA di Kabupaten Bandung)
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Prodi Bimbingan Konseling
TESIS
Oleh: Agus Sunarya
1101588
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK
MENINGKATKAN ADAPTABILITAS KARIR
PESERTA DIDIK
(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Peserta didik SMA di Kabupaten Bandung)
Oleh
Agus Sunarya
S.Pd UPI Bandung, 2008
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Bimbingan dan Konseling SPS UPI
© Agus Sunarya 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
AGUS SUNARYA
Judul Tesis
PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK
MENINGKATKAN ADAPTABILITAS KARIR
PESERTA DIDIK
(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Peserta didik SMA di Kabupaten Bandung)
Disetujui dan Disahkan oleh:
PEMBIMBING I
Prof. Dr. H. Achmad Juntika Nurihsan, M.Pd NIP 196606011991031005
PEMBIMBING II
Dr. Ipah Saripah, M.Pd NIP. 197710142001122001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
AGUS SUNARYA. (2014). Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Adaptabilitas Karir Peserta Didik (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap
Peserta didik SMA di Kabupaten Bandung)
Penelitian dilatarbelakangi oleh rendahnya adaptabilitas karir peserta didik pada masa transisi karir. Tujuan penelitian adalah mengetahui efektivitas program bimbingan karir di sekolah untuk meningkatkan adaptabilitas peserta didik SMA. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif dengan metode quasi ekperimen dan bentuk Pretest–Posttest Design. Populasi penelitian adalah peserta didik kelas X Tahun Ajaran 2013-2014 di lingkungan pendidikan Kabupaten Bandung khususnya pada tingkat satuan pendidikan Sekolah Menengah Atas dengan sampel 7 sekolah pelaksana Kurikulum 2013. Pengumpulan data menggunakan inventori adaptasi karir. Temuan penelitian menunjukkan secara umum peserta didik kelas X Tahun Ajaran 2013-2014 di wilayah Kabupaten Bandung memiliki klasifikasi adaptabilitas karir ͞Sedang͟ dalam tingkat respon adaptasi dan ͞Tinggi͟ dalam batas kemampuan melakukan adaptasi karir. Output penelitian menghasilkan program bimbingan karir dalam meningkatkan adaptabilitas karir peserta didik. Rekomendasi berupa pentingnya aplikasi program bimbingan karir yang feasible kepada guru bimbingan dan konseling/konselor sekolah dan peneliti selanjutnya.
ABSTRACT
AGUS SUNARYA. (2014). Career Guidance Program to Improve Students
Career Adaptability (Quasi Experiment Research to High School Students in Bandung Regency )
The research is motivated by the lack of career adaptability of students in career transition . The purpose of the research is to find the effectivity of career guidance program to improve the adaptability of high school students. The approach used in the study is a quantitative research to the method of quasi-experimental and pretest -posttest design . The study population is a tenth grade students in the 2013-2014 school year at educational environment Bandung regency, especially at the level of high school education unit with 7 samples of schools implementing Curriculum 2013. Data collection using a inventory of careers adaptation. In general class X students in the 2013-2014 school year at district of Bandung show a "Medium" classification career adaptability in a response rate of adaptation and "High" classification within the limits of adaptation. The research produce outputs career guidance programs and it effectiveness in improving career adaptability of the student. Recommendations presented the applications of importance career guidance program that is feasible to the guidance teacher/school counselor and also further research.
DAFTAR ISI
Hal
Abstrak ... i
Ucapan Terima Kasih ... iii
Kata Pengantar ... iv
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 10
C. Perumusan Masalah ... 12
D. Tujuan Penelitian ... 12
E. Manfaat Penelitian ... 13
BAB II KONSEP ADAPTABILITAS KARIR DAN PROGRAM BIMBINGAN KARIR ... 15
A. Konsep Adaptabilitas Karir ... 15
B. Program Bimbingan Karir di Tingkat Sekolah Menengah Atas ... 28
C. Hasil Penelitian Terdahulu/Relevan ... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
A. Pendekatan dan Desain Penelitian ... 42
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 44
C. Definisi Operasional Variabel ... 47
D. Prosedur Penelitian ... 52
E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 53
G. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 63
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68
A. Hasil Studi Penelitian ... 68
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 94
BAB V PENUTUP ... ... 101
A. Kesimpulan ... 101
B. Rekomendasi ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 105
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1.1 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan .. 4
2.1 Dimensi Adaptabilitas Karir ... 27
3.1 Pretest–Posttest Design ... 43
3.2 Jumlah SMA di Kab Bandung ... 45
3.3 Data SMA Sasaran Pelaksana Kurikulum 2013 di Kab Bandung ... 46
3.4 Data Jumlah Data Sampel ... 47
3.5 Kisi dan Konstruk Instrumen ... 54
3.6 Penyusunan Kategori Adaptabilitas Karir ... 57
3.7 Kategori Koefisien Reliabilitas ... 61
4.1 Skor Klasifikasi ... 69
4.2 Tabel Profil Adaptasi Karir Peserta didik SMA Kab Bandung ... 70
4.3 Tabel Indikator Adaptasi Karir Peserta didik SMA Kab Bandung ... 72
4.4 Matrik Tahap Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Karir dalam Meningkatkan Adaptabilitas Karir Peserta didik Kelas X SMA di Kabupaten Bandung ... 81
4.5 Item Pernyataan Responden Terendah ... 83
4.6 Uji Normalitas Distribusi Shapiro-Wilk ... 87
4.7 Paired Samples Statistics ... 88
4.8 Paired Samples Test ... 89
4.9 Rata-rata Efektivitas Adaptabilitas Karir ... 90
4.11 Efektivitas Tingkat Perubahan Adaptabilitas Karir ... 91
4.12 Efektivitas Dimensi Kepedulian ... 91
4.13 Efektivitas Dimensi Pengendalian ... 92
4.14 Efektivitas Dimensi Keingintahuan ... 93
4.15 Efektivitas Dimensi Kepercayaan diri ... 93
DAFTAR GRAFIK
Grafik Hal
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
2.1 Keunikan Komplementalitas Wilayah Pelayanan Guru dan Konselor ...30
2.2 Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Sistem Pendidikan ...31
2.3 Pola Bimbingan dan Konseling Perkembangan ...32
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di
desain untuk mengarahkan peserta didik dapat belajar sesuai dengan minat dan
tujuan hidupnya di masa yang akan datang. Pernyataan tersebut sesuai dengan
maksud dan tujuan disususnnya Kurikulum 2013 sebagai pengganti kurikulum
tingkat satuan pendidikan atau KTSP. Walaupun peserta didik diberikan
kebebasan dalam minat pendidikan, Iwan Pranoto (Oebaidillah; 2013)
menyatakan dewasa ini telah terjadi pendewaan pada salah satu kelompok
lingkungan rekayasa pendidikan yaitu kelompok Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Kondisi tersebut bertolak belakang dengan keputusan akhir peserta didik saat
memilih jurusan perkuliahan. Sebuah fakta dilapangan menunjukan banyaknya
peserta didik dari kelompok IPA yang berpindah dan memilih jurusan IPS pada
saat kuliah, dengan harapan persaingan yang lebih mudah. Sikap tersebut jelas
memperlihatkan rasa percaya diri (confidence) yang kurang peserta didik terhadap
keputusan pada saat memilih kelompok IPA atau IPS.
Sebuah artikel dalam blogs yang ditulis oleh Wahidyan K. F.(2012)
mendapatkan respon sebanyak 603 komentar menanyakan berbagai hal berkaitan
dengan pemilihan jurusan di tingkat sekolah maupun perguruan tinggi. Komentar
yang sangat banyak dari peserta didik menunjukan rasa ingin tahu (curiosity)
sangat banyak dari sebuah artikel juga menjadi indikator kemungkinan banyaknya
peserta didik yang tidak terlayani dalam mendapatkan informasi pendidikan
lanjutan. Fenomena ini dapat menyebabkan peserta didik tidak mampu
beradaptasi dengan lingkungan kelas/sekolah yang baru dikarenakan peserta didik
tidak memahami kondisi transisi karir.
Dalam lingkungan sekolah, tugas untuk memberikan informasi mengenai
pendidikan lanjutan dan pengenalan karir selayaknya diberikan oleh guru
bimbingan dan konseling. Syamsu Yusuf (Supriatna, 2013: 70) menyebutkan
tugas tersebut merupakan implementasi materi program bimbingan dan konseling
agar peserta didik memiliki kemampuan untuk merumuskan tujuan, perencanaan,
atau pengelolaan terhadap dirinya.
Beban tugas pendidik tersebut dipertegas dalam buku Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal
(2007) yang menyebutkan :
Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan peserta didik secara utuh dan optimal sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru, konselor, dan tenaga pendidik lainnya sebagai mitra kerja, sementara itu masing-masing pihak tetap memiliki wilayah pelayanan khusus dalam mendukung realisasi diri dan pencapaian kompetensi peserta didik.
Berdasarkan pernyataan di atas sangat jelas seorang pendidik, khususnya guru
bimbingan dan konseling/konselor memiliki kewajiban untuk memberikan
kesempatan yang sama kepada peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi
sesuai bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru bimbingan
peserta didik agar dapat menjalankan peran dalam hidupnya. Dengan kesempatan
yang sama, seseorang dapat memilih dan membuat keputusan yang dibutuhkan
untuk menjalani hidupnya dengan penuh percaya diri dan bertanggungjawab.
Proses memilih dan membuat keputusan dalam menjalankan peran hidup
(life-roles) diperlukan pemahaman yang sangat jelas (Cossette dan Allison, 2007).
Peran yang dimaksud dapat berupa pekerjaan, fungsi, jabatan, atau status individu
dalam kehidupan yang merupakan imbas dari keputusan atau pilihan yang
diambil. Hasil keputusan tersebut dapat berupa : Berstatus sebagai peserta didik
sekolah menengah kejuruan setelah lulus SMP; menjadi mahasiswa pada suatu
jurusan tertentu di sebuah perguruan tinggi; atau meninggalkan perkuliahan untuk
membuka usaha.
Keputusan dalam memilih life-role pada usia remaja atau setelah dewasa dapat dipengaruhi dan memengaruhi kepuasan individu sebelum atau sesudah
membuat keputusan. Setiap individu melalui pemilihan karir sebagai suatu proses
perkembangan yang harus dilalui. Sementara jika dilihat berdasarkan tahap-tahap perkembangan karir (Hurlock, 1991), usia remaja berada pada tahap eksplorasi,
dimana remaja diharapkan telah mengetahui dan menyadari kebutuhan untuk
membuat keputusan karir, menyadari minat dan kemampuan diri, mengidentifikasi
lapangan-lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat tersebut, dan mengikuti pendidikan ataupun pelatihan untuk mempersiapkan pekerjaan.
Sementara jika mengkaji tuntutan kemampuan perkembangan, saat ini remaja
banyak sekali yang belum mencapai pada tahapan-tahapan tersebut.
yang menunjukan ketidaksiapan pada akhir masa studi, ketika dihadapkan dengan
salah satu proses pemilihan karir yaitu memilih pekerjaan. Pinasti (2011)
menyatakan, suatu pekerjaan dapat membawa kebahagiaan, rasa tertantang,
prestasi, dan ketenangan. Tetapi pekerjaan juga dapat mendatangkan frustrasi dan
rasa keterpaksaan. Selain itu pekerjaan berkontribusi terhadap konsep diri dan
mempengaruhi kepuasan hidup, sehingga ketika seseorang remaja memilih suatu
pekerjaan, banyak sekali alasan untuk dapat bertahan dalam pekerjaan tersebut
atau justru keluar dari pekerjaanya. Sementara pada awal usia remaja, banyak
diantara remaja tersebut yang tidak menyadari minat dan kemampuannya atau
tidak mampu mengidentifikasi lapangan-lapangan pekerjaan yang sesuai dengan dirinya sendiri.
Tabel 1.1
Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2010, 2011 dan 2012
Tabel 1.1 menunjukkan angka pengangguran terbuka yang paling tinggi
menurut pendidikan yang ditamatkan berada pada tingkat SLTA Umum dan
Kejuruan. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat angka pengangguran tertinggi
berada pada usia SLTA yaitu 1,983,000 pada bulan Februari dan 1,832,000 pada
bulan Agustus tahun 2012 dengan kecenderungan bergerak menurun.
Salah satu contoh lain pemilihan karir pada usia remaja adalah hasil studi
pendahuluan mengenai situasi peserta didik pada saat memilih jurusan perguruan
tinggi. Banyak sekali kasus remaja memilih jurusan perguruan tinggi yang
didasarkan pada pilihan yang sama dengan teman, popularitas pekerjaan dari
jurusan tersebut, atau bahkan pilihan orang tua. Membuat keputusan dengan dasar
pertimbangan yang tidak sesuai berakibat remaja tidak betah dalam perkuliahan,
nilai mata kuliah yang rendah atau tidak menyelesaikan perkuliahan.
Berdasarkan hasil dialog dengan beberapa peserta didik menyatakan
bahwa selain memutuskan melanjutkan ke perguruan tinggi, terdapat remaja yang
lebih merasa lebih memiliki karir dengan cara langsung bekerja. Seorang remaja
yang memilih untuk langsung bekerja walaupun memiliki potensi untuk
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sama sekali tidak dapat di
persalahkan, selama keputusan untuk langsung bekerja merupakan pilihan yang
dapat memaknai hidupnya. Namun, kesalahan dapat terjadi apabila remaja tidak
bertanggungjawab atas keputusannya, sehingga mereka bekerja tanpa ada
kebermaknaan dan tidak mendapatkan kepuasan karir.
keputusan karir mengakibatkan perasaan gagal dalam belajar, kerugian finansial,
kerugian waktu, dan juga efek psikis bagi remaja, seperti penurunan rasa percaya
diri.
Permasalahan lain muncul dari remaja yang lebih memilih melanjutkan
bekerja. Hambatan dan tantangan yang berkembang pada dunia persaingan usaha
membuat mereka yang memilih untuk bekerja benar-benar tahan “banting” terhadap usahanya. Terdapat yang berhasil diantara mereka tapi tidak sedikit pula
yang gagal. Fenomena ini karena kurang siap dalam menghadapi perubahan
lingkungan, baik dalam mendidik maupun bekerja, sehingga tidak ada
penyesuaian antara individu dengan keputusan yang telah diambil dalam karir.
Sejalan dengan kondisi tersebut, pengembangan kurikulum saat ini
khususnya untuk pendidikan formal tingkat pendidikan menengah atas lebih
diarahkan dengan peningkatan adaptasi sikap dan perilaku peserta didik dalam
keputusan pilihan hidup. Dalam draf pengawalan penyusunan kurikulum 2013,
Kartadinata (2013) menyebutkan posisi bimbingan dan konseling dalam
implementasi kurikulum 2013 sebagai :
1. integrator: memfasilitasi pengembangan perilaku jangka panjang dalam kerangka pencapaian tujuan utuh pendidikan nasional (TUPN);
2. pelaksana proses: mendukung perwujudan pembelajaran yang mendidik melalui penerapan prinsip bimbingan dan konseling dalam pembelajaran;
3. diferensiasi (peminatan): advokasi aksesibilitas pilihan program dan layanan serta rekayasa lingkungan perkembangan; dan
belajar serta bantuan penanganannya.
Mengingat posisi bimbingan konseling di atas maka kurikulum yang
berkembang juga mengharapkan agar penyelenggaraan pendidikan di Indonesia
mengarah kepada pembentukan pribadi individu yang memiliki tanggung jawab
serta berorientasi pada masa depan dari individu tersebut, sebagaimana dijelaskan
dalam undang-undang pendidikan nasional. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapainya ialah dengan program Peminatan yang khususnya
diselenggarakan pada saat peserta didik dari Sekolah Menengah Pertama ke
Sekolah Menengah Atas
Peminatan yang dimaksud seyogyanya merupakan suatu upaya advokasi
dan fasilitasi perkembangan peserta didik agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya sehingga mencapai perkembangan optimum,
sebagaimana disampaikan Masyarakat Profesi Bimbingan dan Konseling
(Kartadinata: 2013) dalam pemikirannya mengenai peran bimbingan dan
konseling dalam kurikulum 2013. Hasil studi lapangan mengenai perkembangan
karir remaja ditemukan sejumlah fakta-fakta yang menyimpulkan remaja dalam hal ini peserta didik masih belum yakin terhadap pilihan program jurusan pada
saat SMA. Alasan yang diberikan mengenai kurang ajeg atas pilihan program
tersebut dikarenakan hasil pendidikan yang tidak tercapai, banyaknya pesaing dan
kurang percaya diri untuk membuka wirausaha, baik secara modal maupun
kemampuan.
Perkembangan optimal bukan sebatas prestasi sesuai dengan kapasitas
perkembangan yang memungkinkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan
keputusan secara sehat serta memiliki adaptasi tinggi terhadap dinamika
kehidupan yang dihadapinya. Pernyataan-pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bimbingan konseling dalam pendidikan Indonesia memiliki posisi
sebagai penyelenggara layanan advokasi peserta didik untuk mencapai
perkembangan optimum yang ditunjukan dengan kemampuan mengambil pilihan
dan keputusan serta adaptasi yang tinggi.
Studi mengenai kemampuan beradaptasi yang tinggi dalam pemilihan karir
telah terjadi semenjak lama. Kondisi tersebut terus berkembang hingga saat ini
dalam bentuk pengembangan alat ukur psikologis berupa skala kemampuan
adaptabitas karir yang dilaksanakan 13 negara. Salah satu pencetus konsep
tersebut adalah Mark L Savickas yang mengembangkan konsep adaptasi karir
berdasarkan revisinya mengenai konsep kematangan karir yang disampaikan oleh
Donald Super.
Dalam pernyataannya Savickas (1997) mendefinisikan adaptasi karir
sebagai : “…readiness to cope with the predictable tasks of preparing for and
participating in the work role and with the unpredictable adjustments prompted by
changes in work and working conditions’’ Berdasarkan pernyataan di atas
adaptabilitas karir dikaitkan dengan perkembangan kesiapan dalam menghadapi
perubahan peran dan pola kerja yang ditunjukan dengan persiapan dan partisipasi
kerja dan kondisi kerja.
Proses kesiapan yang dimaksud adalah adanya informasi yang membantu
contoh : perubahan lingkungan pendidikan (jenjang, tugas, dan pilihan jurusan),
atau penyesuaian dalam perubahan cita-cita dan harapan remaja. Savickas menjelaskan terdapat empat dimensi global dari adaptasi karir yakni concern
(perhatian), control (pengendalian), curiosity (rasa ingin tahu), confidence (rasa
percaya diri)
Penelitian mengenai adaptasi karir telah banyak dilaksanakan, khususnya
di luar negeri, berkaitan dengan banyaknya bukti penelitian dan jurnal yang
diterbitkan berkaitan dengan adaptasi karir. Beberapa hasil penelitian
menyebutkan beberapa manfaat dari meningkatnya adaptabilitas karir seperti yang
disampaikan oleh UK Commission for Employment and Skills (2011) yang
bersumber dari berbagai laporan penelitian mengenai adaptasi karir yang
dilaksanakan oleh lembaga riset di Inggris adaptasi karir memiliki keuntungan
sebagai berikut : (1) meningkatkan kepuasan hidup (Hirschi, 2009); (2) komitmen
pada organisasi/perusahaan (Ito and Brotheridge, 2005); (3) membantu individu
menemukan kualitas kerja (Koen, dan rekan, 2010; Zikic and Klehe, 2006); (4)
mencapai kesuksesan karir (Grote and Raeder, 2009; Heslin, 2005; O’Connell dan
rekan, 2007; Pearse, 2000); (5) membantu individu kembali memiliki minat kerja
dengan kepuasan kerja yang lebih baik (Ebberwein, dan rekan, 2004; Zikic and
Klehe, 2006); (6) membantu individu mempertimbangkan kehilangan pekerjaan
(Fugate dan rekan, 2004).
Bergerak dari bukti penelitian tersebut dapat disimpulkan peran
adaptabilitas karir adalah meningkatkan pemahaman dari keahlian dan kompetensi
individu untuk mengembangkan intelektualitas dan pribadi, mendorong keinginan
untuk melakukan eksplorasi karir dan strategi untuk mendapatkan karir tersebut,
membantu mengembangkan keahlian kerja serta membantu ketegasan karir dan
keahlian dalam merencanakan karir.
Berdasarkan simpulan fenomena penelitian tersebut, maka seyogyanya
adaptasi karir dapat membantu mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan
karir remaja sebagai mana telah dipaparkan pada bagian awal latarbelakang
penelitian. Sehingga perlu dilakukan suatu studi pada peserta didik berkaitan
dengan kesiapan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru pendidikan dan dunia
kerja. Dengan penelitian tersebut diharapkan dapat memunculkan sebuah hasil
data dan fakta yang dapat digunakan dalam layanan bimbingan konseling karir
khususnya dalam Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Adaptabilitas
Karir.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan pada awal bab
pendahuluan, didapatkan sejumlah identifikasi permasalahan sebagai berikut : (1)
kondisi keputusan pemilihan jurusan pada saat pemilihan jurusan bertolak
belakang dengan keputusan akhir peserta didik saat memilih jurusan perkuliahan;
(2) remaja seyogyanya memilih dan membuat keputusan sendiri, berkaitan dengan
kompetensi yang akan dibutuhkan untuk menjalani hidup; (3) remaja pada akhir
masanya akan memilih pekerjaan, dan kondisi tersebut berpotensi membawa
kebahagiaan, rasa tertantang, prestasi, dan ketenangan tetapi juga berpotensi
didik pada bulan Februari dan 1,832,000 pada bulan Agustus 2012 masih menjadi
pengangguran; (5) SLTA yang diharapkan dapat diserap juga oleh lapangan
pekerjaan, menunjukkan pergerakan yang tidak signifikan, diindikasikan karena
kurangnya kemampuan lulusan untuk mengidentifikasi lapangan pekerjaan; (6)
banyak kasus remaja yang memilih jurusan perguruan tinggi didasarkan pada
pilihan yang sama dengan teman, popularitas pekerjaan dari jurusan tersebut, atau
bahkan pilihan orang tua; (7) banyak lulusan SMA yang tidak mampu
menghadapi hambatan dan tantangan yang berkembang pada dunia persaingan
usaha; (8) kurikulum 2013 memposisikan bimbingan dan konseling sebagai
pelaksana diferensiasi (peminatan) potensi peserta didik atau advokasi
aksesibilitas pilihan program dan layanan serta rekayasa lingkungan sekolah; (9)
minimnya alat asesmen evaluasi proses dan hasil pelaksanaan diferensiasi
(peminatan); (10) peserta didik masih kurang percaya diri terhadap pilihan
program jurusan pada saat SMA; (11) peserta didik SMA yang kurang ajeg
dengan program pilihan dikarenakan hasil pendidikan yang tidak tercapai,
banyaknya pesaing dan kurang percaya diri untuk membuka wirausaha, baik
secara modal maupun kemampuan; (12) urgensi model program bimbingan dan
konseling yang dapat membantu peserta didik mempersiapkan diri terhadap masa
transisi karir, baik masa transisi pendidikan maupun transisi pekerjaan.
Hasil survei lapangan menunjukkan peserta didik pada saat ini, tidak dapat
memperlihatkan kepedulian (concern) terhadap masa depan karir yang diinginkan.
Kendali diri (control) yang ditunjukan oleh peserta didik, terlihat sangat kurang.
sehingga tidak dapat membatasi keinginan atau harapan bebas selayaknya seorang
remaja untuk bermain, akan tetapi lebih terfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan kesenangannya. Keingintahuan (curiosity) peserta didik terhadap kegiatan
atau pekerjaan yang dapat membantu mengeksplorasi kemampuan, bakat, dan
minat peserta didik dalam menghadapi segala jenis kemungkinan skenario hidup
tidak menjadi prioritas. Peserta didik lebih banyak ingin tahu dampak sosial suatu
keputusan tanpa memikirkan resiko yang harus diambil, seperti mengambil
pilihan jurusan tanpa mempertimbangkan bakat dan kemampuan diri sendiri serta
persaingan yang akan dihadapi. Peserta didik juga lebih percaya diri (confidence)
jika mendapatkan dukungan sosial, terlebih jika dukungan tersebut berasal dari
teman sebaya. Keempat dimensi permasalahan yaitu kepedulian (concern),
kendali diri (control), keingintahuan (curiosity) dan rasa percaya diri (confidence),
berkaitan dengan rendahnya adaptabilitas karir.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi yang telah diuraikan di atas dirumuskan
permasalahan penelitian menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. bagaimana gambaran profil adaptabilitas karir peserta didik SMA di Kabupaten Bandung?
2. bagaimana rumusan program bimbingan karir yang ada di sekolah untuk meningkatkan adaptabilitas karir peserta didik ?
3. bagaimana efektivitas program bimbingan karir untuk meningkatkan adaptabilitas karir peserta didik?
Mengacu pada hasil identifikasi serta perumusan masalah yang dipaparkan di atas
maka disusun tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan
bentuk model program bimbingan dan konseling karir yang mampu membantu
meningkatkan adaptabilitas peserta didik SMA.
Selain tujuan umum di atas penelitian ini memiliki beberapa tujuan khusus yang
antara lain.
1. Mengumpulkan data dan memperoleh gambaran profil adaptabilitas karir peserta didik SMA di Kabupaten Bandung.
2. Menemukan model instrumen beserta rumusan program bimbingan karir untuk meningkatkan adaptabilitas karir peserta didik.
3. Mengukur efektivitas instrumen dan program bimbingan karir dalam meningkatkan adaptabilitas karir peserta didik.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu
pengetahuan dan wawasan bimbingan dan konseling, baik secara teoretis maupun
praktis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam mengembangkan konsep
mengenai adaptasi karir, merumuskan bentuk program layanan bimbingan dan
konseling berbasis adaptasi karir, serta menghasilkan rumusan program
bimbingan karir di sekolah yang ada khususnya di Kab Bandung
a. Guru BK/Konselor.
1) Membantu guru bimbingan dan konseling/konselor dalam mengidentifikasi peserta didik yang memiliki adaptasi karir yang rendah.
2) Membantu guru BK/Konselor dalam memahami peserta didik yang membutuhkan advokasi hasil peminatan.
3) Memberikan pemahaman dalam penyusunan program bimbingan konseling berbasis adaptabilitas karir.
b. Peneliti selanjutnya.
1) Sebagai bahan pertimbangan dalam menelaah konsep adaptabilitas karir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif
sebagai suatu pendekatan yang banyak diterapkan dalam bidang pengembangan
ilmu pengetahuan, termasuk ilmu-ilmu sosial (Suharsaputra, 2012:47). Muijs (Suharsaputra, 2012:47) menjelaskan bahwa pendekatan kuantitatif diartikan
sebagai metode yang digunakan untuk menjelaskan fenomena dengan data
numerik, kemudian dianalisis yang umumnya menggunakan statistik. Penelitian
kuantitatif lebih menekankan pada upaya untuk melakukan verifikasi teori melalui
pengujian hipotesis, sehingga operasionalisasi dari konsep teori menjadi konsep
empiris. Langkah-langkah yang digunakan dalam pendekatan kuantitatif antara lain mengumpulkan data penelitian yang disajikan dalam bentuk laporan
genalisasi analisis. Hasil generalisasi digunakan dalam menentukan
kecenderungan-kecenderungan aspek variabel yang dianalisis dan disusun dalam bentuk program layanan bimbingan dan konseling.
2. Desain Penelitian
Penelitian dilaksanakan menggunakan bentuk metode quasi experiment.
Jenis desain ini juga seringkali disebut sebagai post-hoc research yang artinya
peneliti dapat melihat efek yang terjadi dari sebuah variabel setelah mengalami
kejadian tertentu.
Tabel 3.1 Pretest–Posttest Design
Group Pretest Independent Variable Posttest
E Y1 X Y2
Penelitian ini menggunakan desain Pretest-Posttest, yaitu berupa adanya
pemberian tes awal sebelum diberi perlakuan dan tes akhir setelah diberi
perlakuan. Perlakuan diberikan pada kelompok yang sama untuk melihat terdapat
atau tidaknya perubahan yang signifikan pada kemampuan pembuatan keputusan
karir peserta didik, setelah diberikan treatment.
Pretest dilakukan dengan menggunakan inventori adaptabilitas karir.
Istilah Y2 adalah posttest yang dilakukan dengan menggunakan skala adaptabilitas
karir, dan X adalah treatment yang dilakukan dengan menggunakan dalam bentuk
program layanan bimbingan karir. Dengan desain Pretest–Posttest diharapkan
diperoleh suatu hasil penelitian yang sesuai dengan model program bimbingan
karir yang mampu meningkatkan adaptabilitas karir sebagai output dari penelitan
ini.
Penelitian ini menguji program terhadap peningkatan variabel adaptabilitas
karir pada peserta didik kelas X Tahun Ajaran 2013-2014 melalui pendekatan kuantitatif. Studi ini memiliki tujuan salah satunya untuk mengembangkan alat
ukur yang dapat digunakan untuk menguji kemampuan kompetensi peserta didik
dalam menghadapi transisi masa pendidikan dan jenjang karir. Output alat ukur
adaptabilitas karir digunakan dalam penelitian untuk mengidentifikasi
kemampuan peserta didik dalam meningkatkan adaptabilitas karir. Program yang
karir.
B.Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bandung. Pemilihan wilayah
Kabupaten Bandung dilakukan dengan pertimbangan banyaknya sekolah yang
menjadi sekolah piloting pelaksanaan kurikulum 2013 dan melaksanakan program
peminatan pada peserta didik baru Tahun Ajaran 2013-2014, dengan variasi wilayah yang terdapat di kabupaten Bandung, dari wilayah pedesaan hingga
pemukiman padat penduduk, daerah perlintasan antar kota/kabupaten, lingkungan
pertanian dan kawasan industri, diharapkan mendapatkan gambaran yang utuh
mengenai kesiapan peserta didik dalam menghadapi kondisi perubahan
lingkungan sosial dan berada dalam masa transisi karir semenjak awal masuk ke
sekolah menengah atas.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang diambil adalah peserta didik kelas X Tahun Ajaran
2013-2014. Pemilihan subjek dilakukan dengan pertimbangan peserta didik kelas X memiliki karateristik serta persyaratan penelitian yaitu dalam masa proses
transisi karir, yang dalam hal ini proses peminatan. Berdasarkan data pendidikan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013, diperoleh data jumlah
satuan pendidikan setingkat Sekolah Menengan Atas di wilayah Kabupaten
Tabel 3.2
Jumlah SMA di Kab Bandung
DATA SEKOLAH MENENGAH ATAS
NEGERI SWASTA JUMLAH
21 173 194
Sumber : http://dapodik.kemdikbud.go.id
Atas pertimbangan jumlah populasi yang akan diteliti sangat banyak,
daerah penelitian yang terlalu luas dan sulit dijangkau, waktu penelitian yang
tidak terlalu lama, dana yang tersedia terbatas, serta tenaga peneliti yang terbatas,
maka dilakukan penentuan sampel penelitian. Adapun teknik yang digunakan
dalam menentukan sampel penelitian menggunakan cluster sampling. Sugiyono
(124: 2013) menjelaskan bahwa sampel ini digunakan untuk objek penelitian yang
sangat luas. Pemilihan sampel ini terbagi dua tahap, yaitu pemilihan sampel
daerah/wilayah dan sampel individu. Pembagian sampel pada tahap pertama akan
mengikuti pola pembagian sekolah sasaran pelaksana kurikulum baru tahun 2013
di wilayah Kabupaten Bandung yang diperoleh dari website Pemantau
Pelaksanaan Kurikulum. Berdasarkan data website tersebut, terdapat 19 sekolah
yang menjadi sekolah sasaran yang mewakili seluruh populasi. Selanjutnya,
sampel individu diperoleh dari kelompok peminatan yang diselenggarakan di
peminatan.
Tabel 3.3
Data SMA Sasaran Pelaksana Kurikulum 2013 di Kab Bandung
No Kode Sekolah Nama Sekolah
1. 20206151 SMAN 1 Baleendah 2. 20228442 SMAS KP Baleendah 3. 20227905 SMAN 1 Katapang 4. 20206209 SMAN 1 Margahayu 5. 20227900 SMAN 1 Nagreg 6. 20254054 SMAN 1 Rancaekek
7. 20227822 SMAS Angkasa Margahayu 8. 20256636 SMAS Pasundan Majalaya 9. 20251793 SMAN 1 Cileunyi
10. 20206169 SMAS Bina Muda Cicalengka 11. 20206205 SMAN 1 Soreang
12. 20227858 SMAS Mekar Arum Cileunyi 13. 20251792 SMAN 1 Cicalengka
14. 20206145 SMAN 1 Ciparay 15. 20251791 SMAN 1 Banjaran
16. 20251783 SMAS Pasundan Banjaran 17. 20206210 SMAN 1 Majalaya
18. 20206207 SMAN 1 Pangalengan 19. 20206213 SMAN 1 Ciwidey
Sumber : website SEPIK atau http://kurikulum.kemdikbud.go.id
kesamaan karakteristik subjek penelitian. Jumlah sampel kelas yang diambil dari
masing-masing sekolah adalah 2 kelas untuk setiap sekolah, mewakili program peminatan yang cenderung diselenggarakan oleh masing-masing sekolah.
Tabel 3.4
Data Jumlah Data Sampel
No Nama Sekolah Jumlah peserta didik
1. SMAN 1 Baleendah 76 peserta didik 2. SMAN 1 Katapang 70 peserta didik 3. SMAN 1 Margahayu 77 peserta didik 4. SMAN 1 Nagreg 81 peserta didik 5. SMAN 1 Soreang 85 peserta didik 6. SMAN 1 Banjaran 77 peserta didik 7. SMAN 1 Ciwidey 80 peserta didik Jumlah 546 peserta didik
Sampel diperoleh dari sekolah sasaran. Sekolah sasaran adalah sekolah yang
ditunjuk pemerintah menjadi pilot project pelaksana kurikulum 2013. Jumlah
peserta didik yang menjadi sampel penelitian sebanya 546 peserta didik yang
terbagi dalam 7 sekolah dengan dk = 5% sesuai rumus penentuan sampel Issac
dan Michael (Sugiono,2013:128). Pada masing-masing sekolah dilakukan penyebaran instrumen pada 2 rombongan belajar dengan program peminatan yang
berbeda, yaitu program Matematika-Sains dan Ilmu Sosial. Dalam proses penyebaran dari salah satu sekolah didapatkan satu kelas program Bahasa.
1. Adaptabilitas Karir
Pengertian adaptabilitas karir yang digunakan dalam studi ini mengadopsi
pendapat dari Mark L Savickas dalam sebuah jurnal berjudul “Career
adaptability: An Integrative Construct for Life-span, Lifespace Theory” pada
tahun 1997. Dalam jurnal tersebut, adaptabilitas karir didefinisikan sebagai
“…readiness to cope with the predictable tasks of preparing for and participating
in the work role and with the unpredictable adjustments prompted by changes in
work and working conditions . Dalam pernyataannya, Savickas menjelaskan
bahwa adaptabilitas karir berkaitan dengan kesiapan individu dalam menghadapi
perubahan peran dan pola kerja yang ditunjukan dengan persiapan dan partisipasi
kerja dan kondisi kerja.
Selanjutnya Savickas (2008) mendefinisikan adaptabilitas karir sebagai
“…individual s readiness and resources for coping with current and anticipated
tasks, transitions, traumas in their occupational roles that, to some degree large
or small, alter their social integration . Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa
adaptabilitas karir merupakan kesiapan dan sumber daya individu untuk mengatasi
dan mengantisipasi tugas-tugas saat ini, masa transisi, trauma dalam peran pekerjaan dengan derajat yang besar atau kecil serta mengubah integrasi sosial
mereka.
Selanjutnya pernyataan Savickas dipertegas oleh Duffy (2010) dengan
menyebutkan bahwa:
in work and working condition
Dalam pengertian di atas disebutkan bahwa adaptasi karir adalah kesiapan untuk
menghadapi tugas-tugas dan berpartisipasi dalam penyesuaian peran kerja yang diminta dalam perubahan pekerjaan dan kondisi kerja.
Selain itu Porfeli & Savickas (2011:357) menyatakan bahwa …career
adaptability enables individuals to effectively implement their self-concepts in
occupational roles . Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa adaptasi karir
mampu menjadikan individu secara efektif mengimplementasikan konsep diri
dalam aturan kerja. Hirschi, A. (2009) menyebutkan bahwa “career adaptability
is a sign of thriving in adolescence which directly relates to positive youth
development.” Adaptasi karir merupakan tanda berkembang pada remaja yang
secara langsung berkaitan dengan perkembangan positif pada remaja.
Pada tahun 2011, Bimrose dkk menjelaskan konsep adaptabilitas karir
dalam
“The term career adaptability describes the conscious and continuous exploration of both the self and the environment, where the eventual aim is to achieve synergy between the individual, their identity and an occupational environment. Developing career adaptability has a focus on supporting and encouraging individuals to be autonomous, by taking responsibility for their own career development.”
Adaptasi karir menggambarkan eksplorasi sadar dan berkelanjutan dari diri dan
lingkungan, yang tujuan akhirnya adalah untuk mencapai sinergi antara individu,
identitas mereka dan lingkungan kerjanya. Mengembangkan kemampuan
beradaptasi karir memiliki fokus pada dukungan dan dorongan individu untuk
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya
adaptabilitas karir memiliki kaitan dengan:
a. kesiapan dalam menghadapi perubahan peran dan masa transisi kerja; b. kesiapan ditunjukkan dengan kemampuan mengerjakan tugas-tugas,
mampu berpatrisipasi, dan menghadapi serta menyelesaikan kondisi
trauma pekerjaan;
c. upaya individu secara efektif mengimplementasikan konsep diri dalam aturan kerja;
d. bentuk upaya dilakukan dengan cara mengeksplorasi secara sadar dan berkelanjutan dari diri sendiri dan lingkungan;
e. salah satu ciri perkembangan positif pada remaja;
f. perasaan memiliki tujuan akhir mencapai sinergi antara individu, identitas mereka dan lingkungan kerjanya;
g. tindakan fokus pada dukungan dan dorongan individu untuk mandiri, dengan bertanggungjawab pada pengembangan karir mereka sendiri.
Savickas (Bimrose:2011) memberikan batasan masalah dalam bentuk sub-variabel adaptasi karir yang antara lain:
1) concern, mengacu pada rangsangan atau mengembangkan sikap positif
dan optimis ke masa depan;
2) control, menekankan pada perilaku tegas pada pilihan yang pengaruhi
situasi dan keputusan;
3) curiosity, menekankan pada nilai dalam memperluas cakrawala dengan
4) confidence, berhubungan dengan rasa percaya diri dan kemampuan untuk mencapai hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan karir.
Berdasarkan penjelasan dan sejumlah definisi di atas, maka secara
operasional adaptabilitas karir diartikan sebagai kompetensi karir peserta didik
SMA dalam mempersiapkan diri menghadapi perubahan peran dan masa transisi
yang ditunjukan dengan kemampuan mengerjakan tugas-tugas, mampu berpatrisipasi, dan menghadapi/ menyelesaikan kondisi trauma melalui eksplorasi
diri yang berkelanjutan dan mengimplementasikan konsep diri dalam aturan
lingkungan kerja dengan tujuan untuk mencapai sinergi antara individu, identitas
dan lingkungan sebagai perwujudan perkembangan perilaku yang positif
Adaptabilitas karir terdiri dari 4 dimensi dan 4 aspek. Keempat
dimensi/aspek tersebut adalah :
a. kepedulian ditunjukan dengan kesadaran dalam melakukan tindakan/ keputusan.
b. pengendalian ditunjukan dengan perilaku tegas pada pilihan;
c. keingintahuan ditunjukan dengan kemampuan bereksperimen dalam mengembangkan pemikiran; dan
d. kepercayaan diri yang ditunjukan dengan kegigihan dalam mendapatkan sesuatu;
2. Program Bimbingan Karir
Program bimbingan karir adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
a. Rasional
b. Analisis Kebutuhan c. Tujuan
d. Komponen e. Strategi
f. Rencana operasional
g. Pengembangan Satuan Layanan h. Evaluasi
Program layanan bimbingan karir disusun berdasarkan analisis kebutuhan dan
berisi layanan dasar, layanan responsif , perencanaan individual dan dukungan
sistem. Program bimbingan karir diberikan dalam bentuk strategi penyampaian
berupa bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, konsultasi, penilaian individual/
kelompok dan small-group advisment. Strategi program selanjutnya disusun
dalam suatu rencana operasional dan dikembangkan dalan bentuk satuan layanan.
Agar program yang disusun dapat berjalan dengan lancar, dan efektif dilakukan
evaluasi terhadap perencanaan, pelaksanaan dan hasil program bimbingan karir.
D. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dilakukan dalam beberapa tahap,
sebagai berikut.
Tahap 1. Proses identifikasi masalah untuk mendapatkan gambaran tentang
gejala dan fenomena dan dilanjutkan dengan penjelasan mengenai
hubungan antar variabel
pertanyaan penelitian dan menyediakan segala sesuatu yang
diperlukan untuk menyusun tujuan penelitian dan pertanyaan
penelitian.
Tahap 3. Perumusan alat pengumpulan data sehingga data dapat diukur dan
diobservasi pada semua variabel. Penelaahan dan judgement
instrumen oleh pakar dan praktisi ahli.
Tahap 4. Proses pengumpulan data dengan menggunakan instrumen, judgement
setiap pertanyaan dan jawaban instrumen. Pengolahan data yang
terkumpul dalam bentuk angka. menghimpun informasi.
Tahap 5. Analisis dan interpretasi data. Menggunakan metode statistik dalam
mengolah dan menentukan kecenderungan. Dilanjutkan hasil deskripsi
pengaruh dan membandingkan perbedaan antar kelompok serta
hubungan antarvariabel. Interpretasi kecenderungan hasil penelitian
dengan awal dan penelitian terdahulu
Tahap 6. Menyusun program berdasarkan interpretasi kecenderungan hasil
penelitian melakukan treatment (perlakuan) sesuai program yang telah
disusun. Dilanjutkan dengan telaah dan judgement pertimbangan
program.
Tahap 7. Melakukan uji efektivitas program dengan menggunakan instrument
yang sama. Dilanjutkan dengan analisis perbandingan antara hasil uji
awal dan akhir setelah diberikan perlakuan
Tahap 8. Menyusun laporan dan evaluasi hasil penelitian dengan menggunakan
pendekatan yang obyektif dan tidak bias.
E. Pengembangan Instrumen Penelitian
Alat ukur yang disusun untuk mengukur adaptabilitas karir diberi nama
Inventori Kemampuan Adaptasi Karir diadopsi dari Career Adapt-Abilities Scale
(CAAS) yang disusun oleh Savickas (2012) untuk penelitian di 13 negara.
Instrumen selanjutnya ditambah dan dimodifikasi sehingga memiliki kesesuaian
dengan budaya dan kemampuan peserta didik. Alat ukur ini dikembangkan
berdasarkan konsep Savickas (2011), Porfeli (2012), Duffy (2010) dan Bimrose
(2011). Setiap item dalam instrumen menggambarkan dimensi adaptabilitas
peserta didik dalam mempersiapkan diri menghadapi perubahan peran karir dan
pola belajar/bekerja. Inventori Kemampuan Adaptasi Karir disajikan dalam bentuk
dua alternatif jawaban Ya dan Tidak. Jawaban memiliki bobot jawaban 0 (nol) dan
1 (satu), yang selanjutnya akan dijumlahkan berdasarkan masing-masing dimensi dan untuk memperoleh skor adaptabilitas yang akan menjadi penentu dalam
pengkategorian individu atau kelompok sampel penelitian.
Variabel Dimensi Aspek Indikator No Item
Tabel 3.5
Kisi dan Konstruk Instrumen
1. Skor dan Penafsiran
Inventori ini memberikan bobot skor 1 untuk setiap pernyataan yang
menunjukkan indikator perilaku adaptabilitas karir. Proses pemberian skor pada
instrumen akan dihitung berdasarkan setiap jumlah jawaban pernyataan yang
menunjukkan salah satu indikator perilaku. Setiap jumlah skor indikator perilaku
kemudian akan digolongkan pada masing-masing dimensi/aspek. Masing-masing indikator pada setiap dimensi tersebut akan dipisahkan berdasarkan laju dan
tingkat perubahannya, agar didapatkan kategori untuk kompetensi individu atau
Pengendalian Ketegasan
pada pilihan Disiplin menentukan yang utama
2,30,47,54,62 ,69,71, 83
Willful pada pilihan 10, 11,17, 23,
33, 44, 56, 70
diri Gigih dalam mendapatkan sesuatu
kecenderungan kelompok. Penjelasan proses pengkategorian dijelaskan pada
penjelasan pengkategorian.
2. Pengkategorian
Pembagian kategori adaptabilitas karir dalam penelitian ini akan merujuk
pada penelitian yang pernah dilaksanakan sebelumnya oleh Härtung, Porfeli dan
Vondracek (2008:63). Dalam jurnal yang ditulisnya disebutkan bahwa adaptasi
didefinisikan dari segi laju dan tingkat perubahan. Tingkat perubahan
menunjukkan batas kemampuan beradaptasi, sedangkan laju perubahan
mencerminkan respon adaptasi.
Gambar 3.2
Pembagian Kategori Adaptabilitas Karir
Crites dan Savickas (Härtung, 2008) membuat pembedaan konseptual antara
derajat dan laju perkembangan karir untuk menunjukkan masing-masing jumlah tugas perkembangan yang telah selesai dan sejauh mana tugas-tugas karir seseorang telah terpuaskan atau teratasi. Tingkat dan laju perubahan menghasilkan
empat kategori adaptasi: Advancing (maju), Constricting (sempit), Delaying
(tunda), dan Thwarting (gagal)
Tabel 3.6
Penyusunan Kategori Adaptabilitas Karir
Laju Tingkat Kategori
Tinggi Tinggi Advancing (maju) Tinggi Rendah Delaying (tunda) Rendah Tinggi Constricting (sempit) Rendah Rendah Thwarting (gagal)
Advancing (maju) menunjukkan berbagai tugas perkembangan yang
selesai dan pada tingkat yang lebih tinggi dari kelompok. Constricting (sempit)
menunjukkan jumlah kecil tugas perkembangan yang selesai akan tetapi
merupakan tugas yang berada pada tingkat yang lebih tinggi. Delaying (tunda)
menunjukkan penyelesaian sejumlah banyak tugas perkembangan akan tetapi
lebih lambat pengerjaannya dari kelompok. Thwarting (gagal) menunjukkan
sejumlah kecil tugas yang selesai dan pengerjaan yang lebih lambat dari
kelompok.
3. Penimbangan (judgement) Instrumen Penelitian
Sebuah alat ukur yang baik adalah alat yang mampu memberikan ukuran
yang tepat terhadap objek yang menjadi ukurannya atau dengan kata lain dapat
dilaksanakan pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan oleh para ahli. Dalam penimbangan instrument penelitian dilakukan oleh 3 orang pakar dan praktisi ahli
dalam membahas intrumen atau alat ukur serta variabel penelitian yaitu
bimbingan dan konseling karir.
Pakar dan praktisi ahli yang dilibatkan dalam penimbangan instrumen
penelitian dan berperan sebagai pakar dalam keilmuan bimbingan dan konseling
karir. Berdasarkan hasil proses judgement diperoleh 4 dimensi, 4 ruang lingkup
dan 4 indikator yang dikembangkan dari aspek variabel adaptabilitas karir.
Indikator-indikator tersebut dikembangkan menjadi 8 sub-indikator atau 2 untuk masing-masing indikator. Dari 8 sub-indikator tersebut diperoleh 91 item pernyataan dalam bentuk pilihan ganda atau force choice.
4. Uji Keterbatasan Instrumen Penelitian
Setelah dilakukan penimbangan serta pengujian instrumen yang
dilaksanakan oleh pakar dan praktisi ahli, diperoleh beberapa keterbatasan yang
terdapat dalam instrumen penelitian, sebagai berikut :
a. Definisi konsep dan operasional dalam menjabarkan adaptabilitas karir diperlukan kajian yang lebih mendalam.
b. Masih terdapat beberapa tata bahasa dalam item pertanyaan yang perlu diperbaiki terkait dengan penyesuaian budaya dan kemampuan penalaran
berfikir peserta didik dalam memahami instrumen
c. Instrumen masih belum disesuaikan dengan dengan tingkat dan jenjang yang lain selain SMA.
e. Pertimbangan ulang mengenai bentuk jawaban seperti force choice atau skala likert untuk menghasilkan jawaban yang mengerucut
f. Pertimbangan ditambahkan item dan pemisahan instrument untuk setiap dimensi
5. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
a. Validitas
Proses pengujian instrumen, dilaksanakan dengan penyebaran angket dan
melaksanakan pengujian statistik dalam menggungkap tingkat validitas serta
reliabilitas instrument. Pengujian validitas digunakan untuk mengukur hal yang
seharusnya diukur atau mengukur ketepatan. Validitas penelitian menggunakan
korelasi Point Biserial. Korelasi Point Biserial digunakan dalam analisis per item
instrumen dengan pertimbangan: data bersifat dikotomis, yaitu berbentuk jawaban
Ya dan Tidak, jika jawaban Ya diberi skor 1 dan jika jawaban Tidak diberi skor 0
dan peubah berskala interval maka teknik korelasi digunakan dengan rumus
Korelasi Point Biserial
Keterangan :
rpbis = Koefisien korelasi point biserial
Yp = Mean skor pada tes dari peserta tes yang memiliki jawaban benar
Yt = Mean skor total
St = Standar deviasi skor total
p = Proposi peserta tes yang jawabannya benar pada soal
q = 1-p (Furqon, 2011: 108)
Uji validitas instrumen diambil dari 157 sampel peserta didik kelas X.
Nunnally (Surapranata, 2006: 64) menjelaskan setiap perhitungan validitas item
akan dinyatakan sebagai butir item yang baik atau valid jika memiliki korelasi di
atas 0,30.
Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian validitas pada setiap item,
dihasilkan 66 item dari 91 item dinyatakan valid dan 25 item tidak valid (data
terlampir). Setiap item penyataan instrumen cukup mewakili 4 dimensi variabel
adaptabilitas karir, yang terdiri dari 17 item dimensi kepedulian, 14 item dimensi
pengendalian, 18 item keingintahuan dan 17 item kepercayaan diri.
b. Reliabilitas
Pengujian reliabitas adalah tingkat ketetapan suatu instrumen mengukur
yang seharusnya di ukur. Reliabilitas ditentukan dengan persamaan produk
moment, yang selanjutnya menyesuaikan dengan koefisien reliabilitas. Berikut
rumus persamaan produk moment dan hasil uji reliabilitas instrumen
n =jumlah sampel
xy =merujuk pada skor simpangan
X dan Y=merujuk pada skor asli (skor mentah) (Furqon, 2011:103)
}
Formula Spearman-Brown digunakan untuk menghitung reliabilitas keseluruhan tes dengan persamaan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi diperoleh kategori instrumen
dengan cara membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel, jika nilai r hitung < rtabel
maka instrumen tidak reliabel, jika nilai r hitung ≥ rtabel maka instrumen reliabel.
Perhitungan realibilitas di atas menunjukkan bahwa rtabel =0.156 (n=157),
sehingga rhitung (0,83) lebih besar dari r tabel dan menunjukkan bahwa instrumen
reliabel. Adapun kategori koefisien reliabilitas (r) menyesuaikan dengan pendapat
Guilford, sebagai berikut:
Kategori Koefisien Reliabilitas
Koefisien reliabilitas Kategori
0,80 < r < 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < r < 0,80 Reliabilitas tinggi 0,40 < r < 0,60 Reliabilitas sedang 0,20 < r < 0,40 Reliabilitas rendah
1,00 < r < 0,20 Reliabilitas sangat rendah (tidak reliabel)
Nilai r =0,83 menunjukkan bahwa intrumen memiliki kategori koefisien
reliabilitas sangat tinggi.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner (Angket)
Proses pengumpulan data dengan menggunakan angket atau kuesioner
digunakan untuk mendapatkan data kecenderungan tingkat adaptabilitas pada
peserta didik. Dalam teknisnya angket disebarkan dalam kelas yang dipilih secara
acak, dengan anggapan bahwa tidak ada perbedaan antar masing masing kelas
tersebut. Namun, sebagai bahan pertimbangan dilakukan pembanding antara kelas
Ilmu Alam dan Ilmu Sosial, serta perbandingan hasil pengumpulan data antar
masing masing sekolah. Pertimbangan ini dilakukan atas dugaan bahwa tingkat
persiapan dan pengetahuan yang berbeda pada dua kelompok mata pelajaran
tersebut dan faktor lingkungan yang mempengaruhi kemampuan dalam
mempersiapkan diri menghadapi masa transisi karir.
2. Wawancara
kepada guru bimbingan dan konseling. Pertanyaan wawancara lebih mengarah
pada materi bimbingan dan konseling karir serta gambaran umum kesiapan
peserta didik dalam mempersiapkan masa transisi kerja dan pendidikan. Selain itu
beberapa pertanyaan terbuka juga ditujukan pada peserta didik setelah
melaksanakan pengisian instrumen yang disebarkan di ruang kelas.
G. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan dengan dibantu oleh guru bimbingan dan
konseling di setiap sekolah sasaran. Penyebaran angket dilaksanakan selama
kurang lebih 2 minggu. Waktu tersebut dikalkulasikan berdasarkan banyaknya
jumlah sekolah kemudian dikalikan dengan proses perizinan dan pelaksanaan.
Proses pengisian instrumen membutuhkan waktu untuk mengisi sekitar 1 jam
pelajaran. Dengan dengan ditambahkan 1 jam pelajaran, diisi dengan observasi
dan memberikan pertanyaan terbuka mengenai kesiapan peserta didik dalam
menghadapi transisi karir.
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Tahap awal pengolahan data dilakukan dengan melakukan input data dalam
software pengolah data dengan kode jawaban 1 untuk jawaban “YA” dan 0 untuk
jawaban “TIDAK”. Dilanjutkan dengan mengelompokan ulang setiap item dalam
4 dimensi adaptabilitas karir yaitu kepedulian, pengendalian, keingintahuan dan
kepercayaan diri. Setiap dimensi terdiri dari 2 kategori yaitu laju dan tingkat
Skor masing-masing kelompok selanjutnya di akumulasikan sehingga menjadi skor awal. Perubahan skor awal menjadi skor matang dilakukan dengan
penggunaan rumus t-skor, dengan tujuan mendapatkan standar skor untuk masing -masing kelompok item dimensi.
Keterangan :
t =skor t
x =skor responden/kelompok pernyataan
xbar =rata-rata skor
Std =standar deviasi (Rachmat, 1988) Skor–t digunakan untuk memperoleh besaran skor baku dengan rata-rata skor sebesar 50 dari skor mentah, sehingga dapat diklasifikasikan berdasarkan kategori
tertentu. Skor klasifikasi juga digunakan untuk memisahkan tingkat dan laju
perubahan dalam empat kategori adaptasi: Advancing (maju), Constricting
(sempit), Delaying (tunda), dan Thwarting (gagal)
2. Analisis Data
Hasil data yang terkumpul selama penelitian dilakukan analisis sehingga menjadi
deskripsi yang bermakna. Proses analisis data berlangsung sejak data terkumpul
sampai dengan akhir penelitian dengan arahan dari pertayaan penelitian.
Analisis data dijabarkan berdasarkan hasil proses penelitian yang meliputi :
a. analisis statistik deskriptif yaitu analisis yang pergunakan untuk
�= ���−�
Agus Sunarya, 2014
Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Adaptabilitas Karir Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggambarkan data yang telah terkumpul dalam bentuk kesimpulan
umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013:199), sehingga dapat memberi
profil adaptabilitas karir peserta didik kelas X SMA di wilayah Kabupaten
Bandung Tahun Ajaran 2013-2014. Dilanjutkan dengan display data, dimaksudkan untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian -bagian tertentu dari penelitian. Cara ini dapat dilakukan dengan membuat
berbagai macam grafik, matriks atau chart.
b. penyusunan model rumusan program bimbingan karir untuk meningkatkan adaptabilitas karir dilakukan dengan cara mencari pola, tema, hubungan,
persamaan atau hipotesis aspek–aspek yang dominan. Aspek tersebut
selanjutnya dijabarkan dalam bentuk rasionalisasi program, tujuan,
komponen, target dan sasaran, rencana operasional hingga pengembangan
satuan layanan
c. pengujian signifikasi hipotesis dilaksanakan untuk mengetahui efektivitas program bimbingan karir diuraikan dalam bentuk uji perbedaan 2 rata-rata. Furqon (2011: 189) menyebutkan bahwa evektivitas perlakuan yang
tengah dikaji ditandai oleh perubahan (perbedaan) antara rata-rata Pre-tes
(μ1) dengan rata-rata Post-tes (μ2). Dengan hipotetis statistik sebagai
berikut:
Galat baku perbedaan dua buah rata-rata yang berkorelasi dapat ditulis H0: μ1 = μ2
H1: μ1 < μ2
seperti tampak pada rumus berikut
Keterangan:
SY = galat baku rata-rata
R12 = koefisien korelasi antara perangkat skor pada kelompok 1 dengan
perangkat skor pada Kelompok 2
(Furqon, 2011:191)
Rumus uji –t dengan menggunakan galat baku yang melibatkan korelasi
antara kedua perangkat skor dapat ditulis kembali dengan mengikuti
distribusi normal t dengan dk = n-1 dimana n adalah jumlah subjek.
Adapun rumus uji-t adalah Keterangan:
D = skor kelompok 1 dikurangi skor kelompok 2
SD = galat baku rata-rata D (Furqon, 2013:192-193)
3. Validasi Rasional Program
Proses validasi rasional program diberikan kepada 2 orang guru bimbingan
dan konseling yang menjadi sasaran penelitian. Pengujian program meliputi uji
empiris dan uji isi program. Pada pengujian empiris dilakukan melalui uji
keterbacaan dan uji keterbacaan dan kepraktisan program bimbingan dan
konseling karir. Uji keterbacaan (readability) program melibatkan peserta didik
dan guru BK SMAN di Kabupaten Bandung. Uji kepraktisan (usebility) program
melibatkan guru BK SMA Negeri Kabupaten Bandung. Uji validasi program
�
memberikan tinjauan dan pertimbangan mengenai rumusan rasional yang
diberikan dalam bentuk kuesioner terbuka yang dapat dilihat pada bagian
lampiran.
Lembar validasi kelayakan terdiri atas dua bagian yaitu bagian satu
landasan teoritik berupa program umum dan pedoman operasional berupa satuan
layanan bimbingan dan konseling. Komponen yang dinilai dalam landasan teoritik
program adalah Rumusan Rasional, Rumusan Tujuan, Deskripsi Kebutuhan,
Komponen Program, Target dan Sasaran Program, Rencana Operasional,
Pengembangan Tema
Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling, Lembar Kerja Layanan
Bimbingan, Evaluasi. Hasil validasi kelayakan menunjukan tingkat kelayakan
komponen program memadai menjadi program bimbingan dan konseling
adaptabilitas karir. Hasil validasi landasan operasional menunjukan guru
BK/konselor dapat dilaksanakan program, jika dilatih terlebih dahulu tahapan dan
jenis kemampuan yang harus dimiliki untuk melaksanakan program bimbingan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian serta pembahasan yang telah diuraikan menghasilkan sejumlah
kesimpulan berikut.
1. Adaptabilitas karir peserta didik SMA kelas X di Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013-2014 memiliki batas kemampuan yang cukup tinggi dalam menghadapi perubahan atau masa transisi karir, namun kemampuan tersebut
tidak diikuti dengan respon peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam
menghadapi masa transisi karir. Sikap kurang peduli dan tidak tidak tegas
terindikasi menjadi kendala peserta didik tidak memiliki adatabilitas tinggi.
2. Inventori Adaptabilitas Karir sebagai alat ukur adaptabilitas karir membantu memperkaya model-model alat ukur yang dipergunakan dalam keilmuan bimbingan dan konseling khususnya dalam melaksanakan evaluasi proses
peminatan. Inventori dimanfaatkan sebagai alat ukur dan pengumpul data dari
penyususnan program bimbingan dan konseling karir
3. Program bimbingan dan konseling karir yang disusun dapat meningkatkan adaptabilitas karir. Dimensi karir yang komplek dan menyentuh segala aspek
sangat penting menjadi pertimbangan dalam penyusunan program, sehingga
dapat meningkatkan adaptabilitas karir secara optimal. Beberapa faktor
kemampuan guru BK seperti wawasan/pengetahuan karir yang bermaanfaat
kreatifitas yang membantu dalam penyampaian program serta kondisi
psikologis perkembangan remaja seyogyanya menjadi hal yang
pertimbangkan agar kompleksitas permasalahan karir dapat disentuh oleh
program.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, diberikan beberapa rekomendasi yang diharapkan
dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi pengembangan konsep,
instrumen dan program, bagi penyelesaian masalah, dan para praktisi sekolah.
1. Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling dapat memanfaatkan instrumen adaptabilitas
karir peserta didik sebagai alat ukur untuk mengetahui kemampuan peserta
didik beradaptasi dengan lingkungan SMA. Hasil analisis juga dapat
digunakan untuk menambah referensi data dalam menentukan peserta didik
yang memiliki batas kemampuan dan respon yang cukup untuk menjalani
pembelajaran sesuai dengan pilihan peminatan pada saat penerimaan peserta
didik dan masa pengenalan lingkungan sekolah. Guru BK/konselor dapat
memanfaatkan dan mengembangkan program layanan bimbingan karir
sebagai media evaluasi proses peminatan jika terdapat peserta didik yang
menghendaki untuk merubah pilihan peminatan terdahulu, sebelum akhir
semester pertama berakhir. Dengan demikian program bimbingan karir
mewujudkan peran guru BK/konselor sebagai advokasi aksesibilitas pilihan
program, layanan serta rekayasa lingkungan perkembangan peserta didik.
Hasil pembahasan penelitian memberikan rekomendasi agar dilaksanakan
kajian lanjutan dari konsep adaptabilitas karir sehingga konsep lebih kaya.
Kajian lanjutan dapat diarahkan pada penambahan variabel penelitian dan/atau
dimensi adaptabilitas karir, seperti pengaruh kedekatan dengan orang tua, latar
belakang ekonomi dan pendidikan keluarga atau penambahan dimensi lain
dari adaptabilitas karir.
Rekomendasi selanjutnya, agar instrumen dikembangkan secara terpisah dan
lebih spesifik berdasarkan masing-masing dimensi adaptabilitas karir. Program bimbingan dan konseling karir seyogyanya dikembangkan
berdasarkan analisis latar belakang atau karakter peserta didik. Profil
adaptabilitas seyogyanya dikaji berdasarkan ketercapaian peserta didik pada
masing-masing dimensi. Penyampaian program diharapkan menggunakan media yang lebih banyak, Pemberian konseling individual dan observasi
terhadap latar belakang keluarga untuk membantu pemahaman dan
penanganan permasalahan peserta didik yang tidak memiliki kesiapan dalam