• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK MENINGKATKAN ADAPTABILITAS KARIR PESERTA DIDIK : Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Peserta didik SMA di Kabupaten Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK MENINGKATKAN ADAPTABILITAS KARIR PESERTA DIDIK : Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Peserta didik SMA di Kabupaten Bandung."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK

MENINGKATKAN ADAPTABILITAS KARIR

PESERTA DIDIK

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Peserta didik SMA di Kabupaten Bandung)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Prodi Bimbingan Konseling

TESIS

Oleh: Agus Sunarya

1101588

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK

MENINGKATKAN ADAPTABILITAS KARIR

PESERTA DIDIK

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Peserta didik SMA di Kabupaten Bandung)

Oleh

Agus Sunarya

S.Pd UPI Bandung, 2008

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Bimbingan dan Konseling SPS UPI

© Agus Sunarya 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

AGUS SUNARYA

Judul Tesis

PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK

MENINGKATKAN ADAPTABILITAS KARIR

PESERTA DIDIK

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Peserta didik SMA di Kabupaten Bandung)

Disetujui dan Disahkan oleh:

PEMBIMBING I

Prof. Dr. H. Achmad Juntika Nurihsan, M.Pd NIP 196606011991031005

PEMBIMBING II

Dr. Ipah Saripah, M.Pd NIP. 197710142001122001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

AGUS SUNARYA. (2014). Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Adaptabilitas Karir Peserta Didik (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap

Peserta didik SMA di Kabupaten Bandung)

Penelitian dilatarbelakangi oleh rendahnya adaptabilitas karir peserta didik pada masa transisi karir. Tujuan penelitian adalah mengetahui efektivitas program bimbingan karir di sekolah untuk meningkatkan adaptabilitas peserta didik SMA. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif dengan metode quasi ekperimen dan bentuk Pretest–Posttest Design. Populasi penelitian adalah peserta didik kelas X Tahun Ajaran 2013-2014 di lingkungan pendidikan Kabupaten Bandung khususnya pada tingkat satuan pendidikan Sekolah Menengah Atas dengan sampel 7 sekolah pelaksana Kurikulum 2013. Pengumpulan data menggunakan inventori adaptasi karir. Temuan penelitian menunjukkan secara umum peserta didik kelas X Tahun Ajaran 2013-2014 di wilayah Kabupaten Bandung memiliki klasifikasi adaptabilitas karir ͞Sedang͟ dalam tingkat respon adaptasi dan ͞Tinggi͟ dalam batas kemampuan melakukan adaptasi karir. Output penelitian menghasilkan program bimbingan karir dalam meningkatkan adaptabilitas karir peserta didik. Rekomendasi berupa pentingnya aplikasi program bimbingan karir yang feasible kepada guru bimbingan dan konseling/konselor sekolah dan peneliti selanjutnya.

(5)

ABSTRACT

AGUS SUNARYA. (2014). Career Guidance Program to Improve Students

Career Adaptability (Quasi Experiment Research to High School Students in Bandung Regency )

The research is motivated by the lack of career adaptability of students in career transition . The purpose of the research is to find the effectivity of career guidance program to improve the adaptability of high school students. The approach used in the study is a quantitative research to the method of quasi-experimental and pretest -posttest design . The study population is a tenth grade students in the 2013-2014 school year at educational environment Bandung regency, especially at the level of high school education unit with 7 samples of schools implementing Curriculum 2013. Data collection using a inventory of careers adaptation. In general class X students in the 2013-2014 school year at district of Bandung show a "Medium" classification career adaptability in a response rate of adaptation and "High" classification within the limits of adaptation. The research produce outputs career guidance programs and it effectiveness in improving career adaptability of the student. Recommendations presented the applications of importance career guidance program that is feasible to the guidance teacher/school counselor and also further research.

(6)

DAFTAR ISI

Hal

Abstrak ... i

Ucapan Terima Kasih ... iii

Kata Pengantar ... iv

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Perumusan Masalah ... 12

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KONSEP ADAPTABILITAS KARIR DAN PROGRAM BIMBINGAN KARIR ... 15

A. Konsep Adaptabilitas Karir ... 15

B. Program Bimbingan Karir di Tingkat Sekolah Menengah Atas ... 28

C. Hasil Penelitian Terdahulu/Relevan ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Pendekatan dan Desain Penelitian ... 42

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 44

C. Definisi Operasional Variabel ... 47

D. Prosedur Penelitian ... 52

E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 53

(7)

G. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 63

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Hasil Studi Penelitian ... 68

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 94

BAB V PENUTUP ... ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Rekomendasi ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 105

LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1.1 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan .. 4

2.1 Dimensi Adaptabilitas Karir ... 27

3.1 Pretest–Posttest Design ... 43

3.2 Jumlah SMA di Kab Bandung ... 45

3.3 Data SMA Sasaran Pelaksana Kurikulum 2013 di Kab Bandung ... 46

3.4 Data Jumlah Data Sampel ... 47

3.5 Kisi dan Konstruk Instrumen ... 54

3.6 Penyusunan Kategori Adaptabilitas Karir ... 57

3.7 Kategori Koefisien Reliabilitas ... 61

4.1 Skor Klasifikasi ... 69

4.2 Tabel Profil Adaptasi Karir Peserta didik SMA Kab Bandung ... 70

4.3 Tabel Indikator Adaptasi Karir Peserta didik SMA Kab Bandung ... 72

4.4 Matrik Tahap Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Karir dalam Meningkatkan Adaptabilitas Karir Peserta didik Kelas X SMA di Kabupaten Bandung ... 81

4.5 Item Pernyataan Responden Terendah ... 83

4.6 Uji Normalitas Distribusi Shapiro-Wilk ... 87

4.7 Paired Samples Statistics ... 88

4.8 Paired Samples Test ... 89

4.9 Rata-rata Efektivitas Adaptabilitas Karir ... 90

(9)

4.11 Efektivitas Tingkat Perubahan Adaptabilitas Karir ... 91

4.12 Efektivitas Dimensi Kepedulian ... 91

4.13 Efektivitas Dimensi Pengendalian ... 92

4.14 Efektivitas Dimensi Keingintahuan ... 93

4.15 Efektivitas Dimensi Kepercayaan diri ... 93

(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Hal

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1 Keunikan Komplementalitas Wilayah Pelayanan Guru dan Konselor ...30

2.2 Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Sistem Pendidikan ...31

2.3 Pola Bimbingan dan Konseling Perkembangan ...32

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di

desain untuk mengarahkan peserta didik dapat belajar sesuai dengan minat dan

tujuan hidupnya di masa yang akan datang. Pernyataan tersebut sesuai dengan

maksud dan tujuan disususnnya Kurikulum 2013 sebagai pengganti kurikulum

tingkat satuan pendidikan atau KTSP. Walaupun peserta didik diberikan

kebebasan dalam minat pendidikan, Iwan Pranoto (Oebaidillah; 2013)

menyatakan dewasa ini telah terjadi pendewaan pada salah satu kelompok

lingkungan rekayasa pendidikan yaitu kelompok Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Kondisi tersebut bertolak belakang dengan keputusan akhir peserta didik saat

memilih jurusan perkuliahan. Sebuah fakta dilapangan menunjukan banyaknya

peserta didik dari kelompok IPA yang berpindah dan memilih jurusan IPS pada

saat kuliah, dengan harapan persaingan yang lebih mudah. Sikap tersebut jelas

memperlihatkan rasa percaya diri (confidence) yang kurang peserta didik terhadap

keputusan pada saat memilih kelompok IPA atau IPS.

Sebuah artikel dalam blogs yang ditulis oleh Wahidyan K. F.(2012)

mendapatkan respon sebanyak 603 komentar menanyakan berbagai hal berkaitan

dengan pemilihan jurusan di tingkat sekolah maupun perguruan tinggi. Komentar

yang sangat banyak dari peserta didik menunjukan rasa ingin tahu (curiosity)

(13)

sangat banyak dari sebuah artikel juga menjadi indikator kemungkinan banyaknya

peserta didik yang tidak terlayani dalam mendapatkan informasi pendidikan

lanjutan. Fenomena ini dapat menyebabkan peserta didik tidak mampu

beradaptasi dengan lingkungan kelas/sekolah yang baru dikarenakan peserta didik

tidak memahami kondisi transisi karir.

Dalam lingkungan sekolah, tugas untuk memberikan informasi mengenai

pendidikan lanjutan dan pengenalan karir selayaknya diberikan oleh guru

bimbingan dan konseling. Syamsu Yusuf (Supriatna, 2013: 70) menyebutkan

tugas tersebut merupakan implementasi materi program bimbingan dan konseling

agar peserta didik memiliki kemampuan untuk merumuskan tujuan, perencanaan,

atau pengelolaan terhadap dirinya.

Beban tugas pendidik tersebut dipertegas dalam buku Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal

(2007) yang menyebutkan :

Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan peserta didik secara utuh dan optimal sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru, konselor, dan tenaga pendidik lainnya sebagai mitra kerja, sementara itu masing-masing pihak tetap memiliki wilayah pelayanan khusus dalam mendukung realisasi diri dan pencapaian kompetensi peserta didik.

Berdasarkan pernyataan di atas sangat jelas seorang pendidik, khususnya guru

bimbingan dan konseling/konselor memiliki kewajiban untuk memberikan

kesempatan yang sama kepada peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi

sesuai bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru bimbingan

(14)

peserta didik agar dapat menjalankan peran dalam hidupnya. Dengan kesempatan

yang sama, seseorang dapat memilih dan membuat keputusan yang dibutuhkan

untuk menjalani hidupnya dengan penuh percaya diri dan bertanggungjawab.

Proses memilih dan membuat keputusan dalam menjalankan peran hidup

(life-roles) diperlukan pemahaman yang sangat jelas (Cossette dan Allison, 2007).

Peran yang dimaksud dapat berupa pekerjaan, fungsi, jabatan, atau status individu

dalam kehidupan yang merupakan imbas dari keputusan atau pilihan yang

diambil. Hasil keputusan tersebut dapat berupa : Berstatus sebagai peserta didik

sekolah menengah kejuruan setelah lulus SMP; menjadi mahasiswa pada suatu

jurusan tertentu di sebuah perguruan tinggi; atau meninggalkan perkuliahan untuk

membuka usaha.

Keputusan dalam memilih life-role pada usia remaja atau setelah dewasa dapat dipengaruhi dan memengaruhi kepuasan individu sebelum atau sesudah

membuat keputusan. Setiap individu melalui pemilihan karir sebagai suatu proses

perkembangan yang harus dilalui. Sementara jika dilihat berdasarkan tahap-tahap perkembangan karir (Hurlock, 1991), usia remaja berada pada tahap eksplorasi,

dimana remaja diharapkan telah mengetahui dan menyadari kebutuhan untuk

membuat keputusan karir, menyadari minat dan kemampuan diri, mengidentifikasi

lapangan-lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat tersebut, dan mengikuti pendidikan ataupun pelatihan untuk mempersiapkan pekerjaan.

Sementara jika mengkaji tuntutan kemampuan perkembangan, saat ini remaja

banyak sekali yang belum mencapai pada tahapan-tahapan tersebut.

(15)

yang menunjukan ketidaksiapan pada akhir masa studi, ketika dihadapkan dengan

salah satu proses pemilihan karir yaitu memilih pekerjaan. Pinasti (2011)

menyatakan, suatu pekerjaan dapat membawa kebahagiaan, rasa tertantang,

prestasi, dan ketenangan. Tetapi pekerjaan juga dapat mendatangkan frustrasi dan

rasa keterpaksaan. Selain itu pekerjaan berkontribusi terhadap konsep diri dan

mempengaruhi kepuasan hidup, sehingga ketika seseorang remaja memilih suatu

pekerjaan, banyak sekali alasan untuk dapat bertahan dalam pekerjaan tersebut

atau justru keluar dari pekerjaanya. Sementara pada awal usia remaja, banyak

diantara remaja tersebut yang tidak menyadari minat dan kemampuannya atau

tidak mampu mengidentifikasi lapangan-lapangan pekerjaan yang sesuai dengan dirinya sendiri.

Tabel 1.1

Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

(16)

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2010, 2011 dan 2012

Tabel 1.1 menunjukkan angka pengangguran terbuka yang paling tinggi

menurut pendidikan yang ditamatkan berada pada tingkat SLTA Umum dan

Kejuruan. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat angka pengangguran tertinggi

berada pada usia SLTA yaitu 1,983,000 pada bulan Februari dan 1,832,000 pada

bulan Agustus tahun 2012 dengan kecenderungan bergerak menurun.

Salah satu contoh lain pemilihan karir pada usia remaja adalah hasil studi

pendahuluan mengenai situasi peserta didik pada saat memilih jurusan perguruan

tinggi. Banyak sekali kasus remaja memilih jurusan perguruan tinggi yang

didasarkan pada pilihan yang sama dengan teman, popularitas pekerjaan dari

jurusan tersebut, atau bahkan pilihan orang tua. Membuat keputusan dengan dasar

pertimbangan yang tidak sesuai berakibat remaja tidak betah dalam perkuliahan,

nilai mata kuliah yang rendah atau tidak menyelesaikan perkuliahan.

Berdasarkan hasil dialog dengan beberapa peserta didik menyatakan

bahwa selain memutuskan melanjutkan ke perguruan tinggi, terdapat remaja yang

lebih merasa lebih memiliki karir dengan cara langsung bekerja. Seorang remaja

yang memilih untuk langsung bekerja walaupun memiliki potensi untuk

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sama sekali tidak dapat di

persalahkan, selama keputusan untuk langsung bekerja merupakan pilihan yang

dapat memaknai hidupnya. Namun, kesalahan dapat terjadi apabila remaja tidak

bertanggungjawab atas keputusannya, sehingga mereka bekerja tanpa ada

kebermaknaan dan tidak mendapatkan kepuasan karir.

(17)

keputusan karir mengakibatkan perasaan gagal dalam belajar, kerugian finansial,

kerugian waktu, dan juga efek psikis bagi remaja, seperti penurunan rasa percaya

diri.

Permasalahan lain muncul dari remaja yang lebih memilih melanjutkan

bekerja. Hambatan dan tantangan yang berkembang pada dunia persaingan usaha

membuat mereka yang memilih untuk bekerja benar-benar tahan “banting” terhadap usahanya. Terdapat yang berhasil diantara mereka tapi tidak sedikit pula

yang gagal. Fenomena ini karena kurang siap dalam menghadapi perubahan

lingkungan, baik dalam mendidik maupun bekerja, sehingga tidak ada

penyesuaian antara individu dengan keputusan yang telah diambil dalam karir.

Sejalan dengan kondisi tersebut, pengembangan kurikulum saat ini

khususnya untuk pendidikan formal tingkat pendidikan menengah atas lebih

diarahkan dengan peningkatan adaptasi sikap dan perilaku peserta didik dalam

keputusan pilihan hidup. Dalam draf pengawalan penyusunan kurikulum 2013,

Kartadinata (2013) menyebutkan posisi bimbingan dan konseling dalam

implementasi kurikulum 2013 sebagai :

1. integrator: memfasilitasi pengembangan perilaku jangka panjang dalam kerangka pencapaian tujuan utuh pendidikan nasional (TUPN);

2. pelaksana proses: mendukung perwujudan pembelajaran yang mendidik melalui penerapan prinsip bimbingan dan konseling dalam pembelajaran;

3. diferensiasi (peminatan): advokasi aksesibilitas pilihan program dan layanan serta rekayasa lingkungan perkembangan; dan

(18)

belajar serta bantuan penanganannya.

Mengingat posisi bimbingan konseling di atas maka kurikulum yang

berkembang juga mengharapkan agar penyelenggaraan pendidikan di Indonesia

mengarah kepada pembentukan pribadi individu yang memiliki tanggung jawab

serta berorientasi pada masa depan dari individu tersebut, sebagaimana dijelaskan

dalam undang-undang pendidikan nasional. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapainya ialah dengan program Peminatan yang khususnya

diselenggarakan pada saat peserta didik dari Sekolah Menengah Pertama ke

Sekolah Menengah Atas

Peminatan yang dimaksud seyogyanya merupakan suatu upaya advokasi

dan fasilitasi perkembangan peserta didik agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya sehingga mencapai perkembangan optimum,

sebagaimana disampaikan Masyarakat Profesi Bimbingan dan Konseling

(Kartadinata: 2013) dalam pemikirannya mengenai peran bimbingan dan

konseling dalam kurikulum 2013. Hasil studi lapangan mengenai perkembangan

karir remaja ditemukan sejumlah fakta-fakta yang menyimpulkan remaja dalam hal ini peserta didik masih belum yakin terhadap pilihan program jurusan pada

saat SMA. Alasan yang diberikan mengenai kurang ajeg atas pilihan program

tersebut dikarenakan hasil pendidikan yang tidak tercapai, banyaknya pesaing dan

kurang percaya diri untuk membuka wirausaha, baik secara modal maupun

kemampuan.

Perkembangan optimal bukan sebatas prestasi sesuai dengan kapasitas

(19)

perkembangan yang memungkinkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan

keputusan secara sehat serta memiliki adaptasi tinggi terhadap dinamika

kehidupan yang dihadapinya. Pernyataan-pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bimbingan konseling dalam pendidikan Indonesia memiliki posisi

sebagai penyelenggara layanan advokasi peserta didik untuk mencapai

perkembangan optimum yang ditunjukan dengan kemampuan mengambil pilihan

dan keputusan serta adaptasi yang tinggi.

Studi mengenai kemampuan beradaptasi yang tinggi dalam pemilihan karir

telah terjadi semenjak lama. Kondisi tersebut terus berkembang hingga saat ini

dalam bentuk pengembangan alat ukur psikologis berupa skala kemampuan

adaptabitas karir yang dilaksanakan 13 negara. Salah satu pencetus konsep

tersebut adalah Mark L Savickas yang mengembangkan konsep adaptasi karir

berdasarkan revisinya mengenai konsep kematangan karir yang disampaikan oleh

Donald Super.

Dalam pernyataannya Savickas (1997) mendefinisikan adaptasi karir

sebagai : “…readiness to cope with the predictable tasks of preparing for and

participating in the work role and with the unpredictable adjustments prompted by

changes in work and working conditions’’ Berdasarkan pernyataan di atas

adaptabilitas karir dikaitkan dengan perkembangan kesiapan dalam menghadapi

perubahan peran dan pola kerja yang ditunjukan dengan persiapan dan partisipasi

kerja dan kondisi kerja.

Proses kesiapan yang dimaksud adalah adanya informasi yang membantu

(20)

contoh : perubahan lingkungan pendidikan (jenjang, tugas, dan pilihan jurusan),

atau penyesuaian dalam perubahan cita-cita dan harapan remaja. Savickas menjelaskan terdapat empat dimensi global dari adaptasi karir yakni concern

(perhatian), control (pengendalian), curiosity (rasa ingin tahu), confidence (rasa

percaya diri)

Penelitian mengenai adaptasi karir telah banyak dilaksanakan, khususnya

di luar negeri, berkaitan dengan banyaknya bukti penelitian dan jurnal yang

diterbitkan berkaitan dengan adaptasi karir. Beberapa hasil penelitian

menyebutkan beberapa manfaat dari meningkatnya adaptabilitas karir seperti yang

disampaikan oleh UK Commission for Employment and Skills (2011) yang

bersumber dari berbagai laporan penelitian mengenai adaptasi karir yang

dilaksanakan oleh lembaga riset di Inggris adaptasi karir memiliki keuntungan

sebagai berikut : (1) meningkatkan kepuasan hidup (Hirschi, 2009); (2) komitmen

pada organisasi/perusahaan (Ito and Brotheridge, 2005); (3) membantu individu

menemukan kualitas kerja (Koen, dan rekan, 2010; Zikic and Klehe, 2006); (4)

mencapai kesuksesan karir (Grote and Raeder, 2009; Heslin, 2005; O’Connell dan

rekan, 2007; Pearse, 2000); (5) membantu individu kembali memiliki minat kerja

dengan kepuasan kerja yang lebih baik (Ebberwein, dan rekan, 2004; Zikic and

Klehe, 2006); (6) membantu individu mempertimbangkan kehilangan pekerjaan

(Fugate dan rekan, 2004).

Bergerak dari bukti penelitian tersebut dapat disimpulkan peran

adaptabilitas karir adalah meningkatkan pemahaman dari keahlian dan kompetensi

(21)

individu untuk mengembangkan intelektualitas dan pribadi, mendorong keinginan

untuk melakukan eksplorasi karir dan strategi untuk mendapatkan karir tersebut,

membantu mengembangkan keahlian kerja serta membantu ketegasan karir dan

keahlian dalam merencanakan karir.

Berdasarkan simpulan fenomena penelitian tersebut, maka seyogyanya

adaptasi karir dapat membantu mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan

karir remaja sebagai mana telah dipaparkan pada bagian awal latarbelakang

penelitian. Sehingga perlu dilakukan suatu studi pada peserta didik berkaitan

dengan kesiapan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru pendidikan dan dunia

kerja. Dengan penelitian tersebut diharapkan dapat memunculkan sebuah hasil

data dan fakta yang dapat digunakan dalam layanan bimbingan konseling karir

khususnya dalam Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Adaptabilitas

Karir.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan pada awal bab

pendahuluan, didapatkan sejumlah identifikasi permasalahan sebagai berikut : (1)

kondisi keputusan pemilihan jurusan pada saat pemilihan jurusan bertolak

belakang dengan keputusan akhir peserta didik saat memilih jurusan perkuliahan;

(2) remaja seyogyanya memilih dan membuat keputusan sendiri, berkaitan dengan

kompetensi yang akan dibutuhkan untuk menjalani hidup; (3) remaja pada akhir

masanya akan memilih pekerjaan, dan kondisi tersebut berpotensi membawa

kebahagiaan, rasa tertantang, prestasi, dan ketenangan tetapi juga berpotensi

(22)

didik pada bulan Februari dan 1,832,000 pada bulan Agustus 2012 masih menjadi

pengangguran; (5) SLTA yang diharapkan dapat diserap juga oleh lapangan

pekerjaan, menunjukkan pergerakan yang tidak signifikan, diindikasikan karena

kurangnya kemampuan lulusan untuk mengidentifikasi lapangan pekerjaan; (6)

banyak kasus remaja yang memilih jurusan perguruan tinggi didasarkan pada

pilihan yang sama dengan teman, popularitas pekerjaan dari jurusan tersebut, atau

bahkan pilihan orang tua; (7) banyak lulusan SMA yang tidak mampu

menghadapi hambatan dan tantangan yang berkembang pada dunia persaingan

usaha; (8) kurikulum 2013 memposisikan bimbingan dan konseling sebagai

pelaksana diferensiasi (peminatan) potensi peserta didik atau advokasi

aksesibilitas pilihan program dan layanan serta rekayasa lingkungan sekolah; (9)

minimnya alat asesmen evaluasi proses dan hasil pelaksanaan diferensiasi

(peminatan); (10) peserta didik masih kurang percaya diri terhadap pilihan

program jurusan pada saat SMA; (11) peserta didik SMA yang kurang ajeg

dengan program pilihan dikarenakan hasil pendidikan yang tidak tercapai,

banyaknya pesaing dan kurang percaya diri untuk membuka wirausaha, baik

secara modal maupun kemampuan; (12) urgensi model program bimbingan dan

konseling yang dapat membantu peserta didik mempersiapkan diri terhadap masa

transisi karir, baik masa transisi pendidikan maupun transisi pekerjaan.

Hasil survei lapangan menunjukkan peserta didik pada saat ini, tidak dapat

memperlihatkan kepedulian (concern) terhadap masa depan karir yang diinginkan.

Kendali diri (control) yang ditunjukan oleh peserta didik, terlihat sangat kurang.

(23)

sehingga tidak dapat membatasi keinginan atau harapan bebas selayaknya seorang

remaja untuk bermain, akan tetapi lebih terfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan kesenangannya. Keingintahuan (curiosity) peserta didik terhadap kegiatan

atau pekerjaan yang dapat membantu mengeksplorasi kemampuan, bakat, dan

minat peserta didik dalam menghadapi segala jenis kemungkinan skenario hidup

tidak menjadi prioritas. Peserta didik lebih banyak ingin tahu dampak sosial suatu

keputusan tanpa memikirkan resiko yang harus diambil, seperti mengambil

pilihan jurusan tanpa mempertimbangkan bakat dan kemampuan diri sendiri serta

persaingan yang akan dihadapi. Peserta didik juga lebih percaya diri (confidence)

jika mendapatkan dukungan sosial, terlebih jika dukungan tersebut berasal dari

teman sebaya. Keempat dimensi permasalahan yaitu kepedulian (concern),

kendali diri (control), keingintahuan (curiosity) dan rasa percaya diri (confidence),

berkaitan dengan rendahnya adaptabilitas karir.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi yang telah diuraikan di atas dirumuskan

permasalahan penelitian menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. bagaimana gambaran profil adaptabilitas karir peserta didik SMA di Kabupaten Bandung?

2. bagaimana rumusan program bimbingan karir yang ada di sekolah untuk meningkatkan adaptabilitas karir peserta didik ?

3. bagaimana efektivitas program bimbingan karir untuk meningkatkan adaptabilitas karir peserta didik?

(24)

Mengacu pada hasil identifikasi serta perumusan masalah yang dipaparkan di atas

maka disusun tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan

bentuk model program bimbingan dan konseling karir yang mampu membantu

meningkatkan adaptabilitas peserta didik SMA.

Selain tujuan umum di atas penelitian ini memiliki beberapa tujuan khusus yang

antara lain.

1. Mengumpulkan data dan memperoleh gambaran profil adaptabilitas karir peserta didik SMA di Kabupaten Bandung.

2. Menemukan model instrumen beserta rumusan program bimbingan karir untuk meningkatkan adaptabilitas karir peserta didik.

3. Mengukur efektivitas instrumen dan program bimbingan karir dalam meningkatkan adaptabilitas karir peserta didik.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu

pengetahuan dan wawasan bimbingan dan konseling, baik secara teoretis maupun

praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam mengembangkan konsep

mengenai adaptasi karir, merumuskan bentuk program layanan bimbingan dan

konseling berbasis adaptasi karir, serta menghasilkan rumusan program

bimbingan karir di sekolah yang ada khususnya di Kab Bandung

(25)

a. Guru BK/Konselor.

1) Membantu guru bimbingan dan konseling/konselor dalam mengidentifikasi peserta didik yang memiliki adaptasi karir yang rendah.

2) Membantu guru BK/Konselor dalam memahami peserta didik yang membutuhkan advokasi hasil peminatan.

3) Memberikan pemahaman dalam penyusunan program bimbingan konseling berbasis adaptabilitas karir.

b. Peneliti selanjutnya.

1) Sebagai bahan pertimbangan dalam menelaah konsep adaptabilitas karir

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif

sebagai suatu pendekatan yang banyak diterapkan dalam bidang pengembangan

ilmu pengetahuan, termasuk ilmu-ilmu sosial (Suharsaputra, 2012:47). Muijs (Suharsaputra, 2012:47) menjelaskan bahwa pendekatan kuantitatif diartikan

sebagai metode yang digunakan untuk menjelaskan fenomena dengan data

numerik, kemudian dianalisis yang umumnya menggunakan statistik. Penelitian

kuantitatif lebih menekankan pada upaya untuk melakukan verifikasi teori melalui

pengujian hipotesis, sehingga operasionalisasi dari konsep teori menjadi konsep

empiris. Langkah-langkah yang digunakan dalam pendekatan kuantitatif antara lain mengumpulkan data penelitian yang disajikan dalam bentuk laporan

genalisasi analisis. Hasil generalisasi digunakan dalam menentukan

kecenderungan-kecenderungan aspek variabel yang dianalisis dan disusun dalam bentuk program layanan bimbingan dan konseling.

2. Desain Penelitian

Penelitian dilaksanakan menggunakan bentuk metode quasi experiment.

Jenis desain ini juga seringkali disebut sebagai post-hoc research yang artinya

peneliti dapat melihat efek yang terjadi dari sebuah variabel setelah mengalami

kejadian tertentu.

(27)

Tabel 3.1 Pretest–Posttest Design

Group Pretest Independent Variable Posttest

E Y1 X Y2

Penelitian ini menggunakan desain Pretest-Posttest, yaitu berupa adanya

pemberian tes awal sebelum diberi perlakuan dan tes akhir setelah diberi

perlakuan. Perlakuan diberikan pada kelompok yang sama untuk melihat terdapat

atau tidaknya perubahan yang signifikan pada kemampuan pembuatan keputusan

karir peserta didik, setelah diberikan treatment.

Pretest dilakukan dengan menggunakan inventori adaptabilitas karir.

Istilah Y2 adalah posttest yang dilakukan dengan menggunakan skala adaptabilitas

karir, dan X adalah treatment yang dilakukan dengan menggunakan dalam bentuk

program layanan bimbingan karir. Dengan desain Pretest–Posttest diharapkan

diperoleh suatu hasil penelitian yang sesuai dengan model program bimbingan

karir yang mampu meningkatkan adaptabilitas karir sebagai output dari penelitan

ini.

Penelitian ini menguji program terhadap peningkatan variabel adaptabilitas

karir pada peserta didik kelas X Tahun Ajaran 2013-2014 melalui pendekatan kuantitatif. Studi ini memiliki tujuan salah satunya untuk mengembangkan alat

ukur yang dapat digunakan untuk menguji kemampuan kompetensi peserta didik

dalam menghadapi transisi masa pendidikan dan jenjang karir. Output alat ukur

adaptabilitas karir digunakan dalam penelitian untuk mengidentifikasi

kemampuan peserta didik dalam meningkatkan adaptabilitas karir. Program yang

(28)

karir.

B.Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bandung. Pemilihan wilayah

Kabupaten Bandung dilakukan dengan pertimbangan banyaknya sekolah yang

menjadi sekolah piloting pelaksanaan kurikulum 2013 dan melaksanakan program

peminatan pada peserta didik baru Tahun Ajaran 2013-2014, dengan variasi wilayah yang terdapat di kabupaten Bandung, dari wilayah pedesaan hingga

pemukiman padat penduduk, daerah perlintasan antar kota/kabupaten, lingkungan

pertanian dan kawasan industri, diharapkan mendapatkan gambaran yang utuh

mengenai kesiapan peserta didik dalam menghadapi kondisi perubahan

lingkungan sosial dan berada dalam masa transisi karir semenjak awal masuk ke

sekolah menengah atas.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang diambil adalah peserta didik kelas X Tahun Ajaran

2013-2014. Pemilihan subjek dilakukan dengan pertimbangan peserta didik kelas X memiliki karateristik serta persyaratan penelitian yaitu dalam masa proses

transisi karir, yang dalam hal ini proses peminatan. Berdasarkan data pendidikan

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013, diperoleh data jumlah

satuan pendidikan setingkat Sekolah Menengan Atas di wilayah Kabupaten

(29)

Tabel 3.2

Jumlah SMA di Kab Bandung

DATA SEKOLAH MENENGAH ATAS

NEGERI SWASTA JUMLAH

21 173 194

Sumber : http://dapodik.kemdikbud.go.id

Atas pertimbangan jumlah populasi yang akan diteliti sangat banyak,

daerah penelitian yang terlalu luas dan sulit dijangkau, waktu penelitian yang

tidak terlalu lama, dana yang tersedia terbatas, serta tenaga peneliti yang terbatas,

maka dilakukan penentuan sampel penelitian. Adapun teknik yang digunakan

dalam menentukan sampel penelitian menggunakan cluster sampling. Sugiyono

(124: 2013) menjelaskan bahwa sampel ini digunakan untuk objek penelitian yang

sangat luas. Pemilihan sampel ini terbagi dua tahap, yaitu pemilihan sampel

daerah/wilayah dan sampel individu. Pembagian sampel pada tahap pertama akan

mengikuti pola pembagian sekolah sasaran pelaksana kurikulum baru tahun 2013

di wilayah Kabupaten Bandung yang diperoleh dari website Pemantau

Pelaksanaan Kurikulum. Berdasarkan data website tersebut, terdapat 19 sekolah

yang menjadi sekolah sasaran yang mewakili seluruh populasi. Selanjutnya,

sampel individu diperoleh dari kelompok peminatan yang diselenggarakan di

(30)

peminatan.

Tabel 3.3

Data SMA Sasaran Pelaksana Kurikulum 2013 di Kab Bandung

No Kode Sekolah Nama Sekolah

1. 20206151 SMAN 1 Baleendah 2. 20228442 SMAS KP Baleendah 3. 20227905 SMAN 1 Katapang 4. 20206209 SMAN 1 Margahayu 5. 20227900 SMAN 1 Nagreg 6. 20254054 SMAN 1 Rancaekek

7. 20227822 SMAS Angkasa Margahayu 8. 20256636 SMAS Pasundan Majalaya 9. 20251793 SMAN 1 Cileunyi

10. 20206169 SMAS Bina Muda Cicalengka 11. 20206205 SMAN 1 Soreang

12. 20227858 SMAS Mekar Arum Cileunyi 13. 20251792 SMAN 1 Cicalengka

14. 20206145 SMAN 1 Ciparay 15. 20251791 SMAN 1 Banjaran

16. 20251783 SMAS Pasundan Banjaran 17. 20206210 SMAN 1 Majalaya

18. 20206207 SMAN 1 Pangalengan 19. 20206213 SMAN 1 Ciwidey

Sumber : website SEPIK atau http://kurikulum.kemdikbud.go.id

(31)

kesamaan karakteristik subjek penelitian. Jumlah sampel kelas yang diambil dari

masing-masing sekolah adalah 2 kelas untuk setiap sekolah, mewakili program peminatan yang cenderung diselenggarakan oleh masing-masing sekolah.

Tabel 3.4

Data Jumlah Data Sampel

No Nama Sekolah Jumlah peserta didik

1. SMAN 1 Baleendah 76 peserta didik 2. SMAN 1 Katapang 70 peserta didik 3. SMAN 1 Margahayu 77 peserta didik 4. SMAN 1 Nagreg 81 peserta didik 5. SMAN 1 Soreang 85 peserta didik 6. SMAN 1 Banjaran 77 peserta didik 7. SMAN 1 Ciwidey 80 peserta didik Jumlah 546 peserta didik

Sampel diperoleh dari sekolah sasaran. Sekolah sasaran adalah sekolah yang

ditunjuk pemerintah menjadi pilot project pelaksana kurikulum 2013. Jumlah

peserta didik yang menjadi sampel penelitian sebanya 546 peserta didik yang

terbagi dalam 7 sekolah dengan dk = 5% sesuai rumus penentuan sampel Issac

dan Michael (Sugiono,2013:128). Pada masing-masing sekolah dilakukan penyebaran instrumen pada 2 rombongan belajar dengan program peminatan yang

berbeda, yaitu program Matematika-Sains dan Ilmu Sosial. Dalam proses penyebaran dari salah satu sekolah didapatkan satu kelas program Bahasa.

(32)

1. Adaptabilitas Karir

Pengertian adaptabilitas karir yang digunakan dalam studi ini mengadopsi

pendapat dari Mark L Savickas dalam sebuah jurnal berjudul “Career

adaptability: An Integrative Construct for Life-span, Lifespace Theory” pada

tahun 1997. Dalam jurnal tersebut, adaptabilitas karir didefinisikan sebagai

…readiness to cope with the predictable tasks of preparing for and participating

in the work role and with the unpredictable adjustments prompted by changes in

work and working conditions . Dalam pernyataannya, Savickas menjelaskan

bahwa adaptabilitas karir berkaitan dengan kesiapan individu dalam menghadapi

perubahan peran dan pola kerja yang ditunjukan dengan persiapan dan partisipasi

kerja dan kondisi kerja.

Selanjutnya Savickas (2008) mendefinisikan adaptabilitas karir sebagai

…individual s readiness and resources for coping with current and anticipated

tasks, transitions, traumas in their occupational roles that, to some degree large

or small, alter their social integration . Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa

adaptabilitas karir merupakan kesiapan dan sumber daya individu untuk mengatasi

dan mengantisipasi tugas-tugas saat ini, masa transisi, trauma dalam peran pekerjaan dengan derajat yang besar atau kecil serta mengubah integrasi sosial

mereka.

Selanjutnya pernyataan Savickas dipertegas oleh Duffy (2010) dengan

menyebutkan bahwa:

(33)

in work and working condition

Dalam pengertian di atas disebutkan bahwa adaptasi karir adalah kesiapan untuk

menghadapi tugas-tugas dan berpartisipasi dalam penyesuaian peran kerja yang diminta dalam perubahan pekerjaan dan kondisi kerja.

Selain itu Porfeli & Savickas (2011:357) menyatakan bahwa …career

adaptability enables individuals to effectively implement their self-concepts in

occupational roles . Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa adaptasi karir

mampu menjadikan individu secara efektif mengimplementasikan konsep diri

dalam aturan kerja. Hirschi, A. (2009) menyebutkan bahwa “career adaptability

is a sign of thriving in adolescence which directly relates to positive youth

development.” Adaptasi karir merupakan tanda berkembang pada remaja yang

secara langsung berkaitan dengan perkembangan positif pada remaja.

Pada tahun 2011, Bimrose dkk menjelaskan konsep adaptabilitas karir

dalam

“The term career adaptability describes the conscious and continuous exploration of both the self and the environment, where the eventual aim is to achieve synergy between the individual, their identity and an occupational environment. Developing career adaptability has a focus on supporting and encouraging individuals to be autonomous, by taking responsibility for their own career development.”

Adaptasi karir menggambarkan eksplorasi sadar dan berkelanjutan dari diri dan

lingkungan, yang tujuan akhirnya adalah untuk mencapai sinergi antara individu,

identitas mereka dan lingkungan kerjanya. Mengembangkan kemampuan

beradaptasi karir memiliki fokus pada dukungan dan dorongan individu untuk

(34)

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya

adaptabilitas karir memiliki kaitan dengan:

a. kesiapan dalam menghadapi perubahan peran dan masa transisi kerja; b. kesiapan ditunjukkan dengan kemampuan mengerjakan tugas-tugas,

mampu berpatrisipasi, dan menghadapi serta menyelesaikan kondisi

trauma pekerjaan;

c. upaya individu secara efektif mengimplementasikan konsep diri dalam aturan kerja;

d. bentuk upaya dilakukan dengan cara mengeksplorasi secara sadar dan berkelanjutan dari diri sendiri dan lingkungan;

e. salah satu ciri perkembangan positif pada remaja;

f. perasaan memiliki tujuan akhir mencapai sinergi antara individu, identitas mereka dan lingkungan kerjanya;

g. tindakan fokus pada dukungan dan dorongan individu untuk mandiri, dengan bertanggungjawab pada pengembangan karir mereka sendiri.

Savickas (Bimrose:2011) memberikan batasan masalah dalam bentuk sub-variabel adaptasi karir yang antara lain:

1) concern, mengacu pada rangsangan atau mengembangkan sikap positif

dan optimis ke masa depan;

2) control, menekankan pada perilaku tegas pada pilihan yang pengaruhi

situasi dan keputusan;

3) curiosity, menekankan pada nilai dalam memperluas cakrawala dengan

(35)

4) confidence, berhubungan dengan rasa percaya diri dan kemampuan untuk mencapai hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan karir.

Berdasarkan penjelasan dan sejumlah definisi di atas, maka secara

operasional adaptabilitas karir diartikan sebagai kompetensi karir peserta didik

SMA dalam mempersiapkan diri menghadapi perubahan peran dan masa transisi

yang ditunjukan dengan kemampuan mengerjakan tugas-tugas, mampu berpatrisipasi, dan menghadapi/ menyelesaikan kondisi trauma melalui eksplorasi

diri yang berkelanjutan dan mengimplementasikan konsep diri dalam aturan

lingkungan kerja dengan tujuan untuk mencapai sinergi antara individu, identitas

dan lingkungan sebagai perwujudan perkembangan perilaku yang positif

Adaptabilitas karir terdiri dari 4 dimensi dan 4 aspek. Keempat

dimensi/aspek tersebut adalah :

a. kepedulian ditunjukan dengan kesadaran dalam melakukan tindakan/ keputusan.

b. pengendalian ditunjukan dengan perilaku tegas pada pilihan;

c. keingintahuan ditunjukan dengan kemampuan bereksperimen dalam mengembangkan pemikiran; dan

d. kepercayaan diri yang ditunjukan dengan kegigihan dalam mendapatkan sesuatu;

2. Program Bimbingan Karir

Program bimbingan karir adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

(36)

a. Rasional

b. Analisis Kebutuhan c. Tujuan

d. Komponen e. Strategi

f. Rencana operasional

g. Pengembangan Satuan Layanan h. Evaluasi

Program layanan bimbingan karir disusun berdasarkan analisis kebutuhan dan

berisi layanan dasar, layanan responsif , perencanaan individual dan dukungan

sistem. Program bimbingan karir diberikan dalam bentuk strategi penyampaian

berupa bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, konsultasi, penilaian individual/

kelompok dan small-group advisment. Strategi program selanjutnya disusun

dalam suatu rencana operasional dan dikembangkan dalan bentuk satuan layanan.

Agar program yang disusun dapat berjalan dengan lancar, dan efektif dilakukan

evaluasi terhadap perencanaan, pelaksanaan dan hasil program bimbingan karir.

D. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dilakukan dalam beberapa tahap,

sebagai berikut.

Tahap 1. Proses identifikasi masalah untuk mendapatkan gambaran tentang

gejala dan fenomena dan dilanjutkan dengan penjelasan mengenai

hubungan antar variabel

(37)

pertanyaan penelitian dan menyediakan segala sesuatu yang

diperlukan untuk menyusun tujuan penelitian dan pertanyaan

penelitian.

Tahap 3. Perumusan alat pengumpulan data sehingga data dapat diukur dan

diobservasi pada semua variabel. Penelaahan dan judgement

instrumen oleh pakar dan praktisi ahli.

Tahap 4. Proses pengumpulan data dengan menggunakan instrumen, judgement

setiap pertanyaan dan jawaban instrumen. Pengolahan data yang

terkumpul dalam bentuk angka. menghimpun informasi.

Tahap 5. Analisis dan interpretasi data. Menggunakan metode statistik dalam

mengolah dan menentukan kecenderungan. Dilanjutkan hasil deskripsi

pengaruh dan membandingkan perbedaan antar kelompok serta

hubungan antarvariabel. Interpretasi kecenderungan hasil penelitian

dengan awal dan penelitian terdahulu

Tahap 6. Menyusun program berdasarkan interpretasi kecenderungan hasil

penelitian melakukan treatment (perlakuan) sesuai program yang telah

disusun. Dilanjutkan dengan telaah dan judgement pertimbangan

program.

Tahap 7. Melakukan uji efektivitas program dengan menggunakan instrument

yang sama. Dilanjutkan dengan analisis perbandingan antara hasil uji

awal dan akhir setelah diberikan perlakuan

Tahap 8. Menyusun laporan dan evaluasi hasil penelitian dengan menggunakan

(38)

pendekatan yang obyektif dan tidak bias.

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

Alat ukur yang disusun untuk mengukur adaptabilitas karir diberi nama

Inventori Kemampuan Adaptasi Karir diadopsi dari Career Adapt-Abilities Scale

(CAAS) yang disusun oleh Savickas (2012) untuk penelitian di 13 negara.

Instrumen selanjutnya ditambah dan dimodifikasi sehingga memiliki kesesuaian

dengan budaya dan kemampuan peserta didik. Alat ukur ini dikembangkan

berdasarkan konsep Savickas (2011), Porfeli (2012), Duffy (2010) dan Bimrose

(2011). Setiap item dalam instrumen menggambarkan dimensi adaptabilitas

peserta didik dalam mempersiapkan diri menghadapi perubahan peran karir dan

pola belajar/bekerja. Inventori Kemampuan Adaptasi Karir disajikan dalam bentuk

dua alternatif jawaban Ya dan Tidak. Jawaban memiliki bobot jawaban 0 (nol) dan

1 (satu), yang selanjutnya akan dijumlahkan berdasarkan masing-masing dimensi dan untuk memperoleh skor adaptabilitas yang akan menjadi penentu dalam

pengkategorian individu atau kelompok sampel penelitian.

Variabel Dimensi Aspek Indikator No Item

(39)

Tabel 3.5

Kisi dan Konstruk Instrumen

1. Skor dan Penafsiran

Inventori ini memberikan bobot skor 1 untuk setiap pernyataan yang

menunjukkan indikator perilaku adaptabilitas karir. Proses pemberian skor pada

instrumen akan dihitung berdasarkan setiap jumlah jawaban pernyataan yang

menunjukkan salah satu indikator perilaku. Setiap jumlah skor indikator perilaku

kemudian akan digolongkan pada masing-masing dimensi/aspek. Masing-masing indikator pada setiap dimensi tersebut akan dipisahkan berdasarkan laju dan

tingkat perubahannya, agar didapatkan kategori untuk kompetensi individu atau

Pengendalian Ketegasan

pada pilihan Disiplin menentukan yang utama

2,30,47,54,62 ,69,71, 83

Willful pada pilihan 10, 11,17, 23,

33, 44, 56, 70

diri Gigih dalam mendapatkan sesuatu

(40)

kecenderungan kelompok. Penjelasan proses pengkategorian dijelaskan pada

penjelasan pengkategorian.

2. Pengkategorian

Pembagian kategori adaptabilitas karir dalam penelitian ini akan merujuk

pada penelitian yang pernah dilaksanakan sebelumnya oleh Härtung, Porfeli dan

Vondracek (2008:63). Dalam jurnal yang ditulisnya disebutkan bahwa adaptasi

didefinisikan dari segi laju dan tingkat perubahan. Tingkat perubahan

menunjukkan batas kemampuan beradaptasi, sedangkan laju perubahan

mencerminkan respon adaptasi.

Gambar 3.2

Pembagian Kategori Adaptabilitas Karir

Crites dan Savickas (Härtung, 2008) membuat pembedaan konseptual antara

derajat dan laju perkembangan karir untuk menunjukkan masing-masing jumlah tugas perkembangan yang telah selesai dan sejauh mana tugas-tugas karir seseorang telah terpuaskan atau teratasi. Tingkat dan laju perubahan menghasilkan

(41)

empat kategori adaptasi: Advancing (maju), Constricting (sempit), Delaying

(tunda), dan Thwarting (gagal)

Tabel 3.6

Penyusunan Kategori Adaptabilitas Karir

Laju Tingkat Kategori

Tinggi Tinggi Advancing (maju) Tinggi Rendah Delaying (tunda) Rendah Tinggi Constricting (sempit) Rendah Rendah Thwarting (gagal)

Advancing (maju) menunjukkan berbagai tugas perkembangan yang

selesai dan pada tingkat yang lebih tinggi dari kelompok. Constricting (sempit)

menunjukkan jumlah kecil tugas perkembangan yang selesai akan tetapi

merupakan tugas yang berada pada tingkat yang lebih tinggi. Delaying (tunda)

menunjukkan penyelesaian sejumlah banyak tugas perkembangan akan tetapi

lebih lambat pengerjaannya dari kelompok. Thwarting (gagal) menunjukkan

sejumlah kecil tugas yang selesai dan pengerjaan yang lebih lambat dari

kelompok.

3. Penimbangan (judgement) Instrumen Penelitian

Sebuah alat ukur yang baik adalah alat yang mampu memberikan ukuran

yang tepat terhadap objek yang menjadi ukurannya atau dengan kata lain dapat

(42)

dilaksanakan pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan oleh para ahli. Dalam penimbangan instrument penelitian dilakukan oleh 3 orang pakar dan praktisi ahli

dalam membahas intrumen atau alat ukur serta variabel penelitian yaitu

bimbingan dan konseling karir.

Pakar dan praktisi ahli yang dilibatkan dalam penimbangan instrumen

penelitian dan berperan sebagai pakar dalam keilmuan bimbingan dan konseling

karir. Berdasarkan hasil proses judgement diperoleh 4 dimensi, 4 ruang lingkup

dan 4 indikator yang dikembangkan dari aspek variabel adaptabilitas karir.

Indikator-indikator tersebut dikembangkan menjadi 8 sub-indikator atau 2 untuk masing-masing indikator. Dari 8 sub-indikator tersebut diperoleh 91 item pernyataan dalam bentuk pilihan ganda atau force choice.

4. Uji Keterbatasan Instrumen Penelitian

Setelah dilakukan penimbangan serta pengujian instrumen yang

dilaksanakan oleh pakar dan praktisi ahli, diperoleh beberapa keterbatasan yang

terdapat dalam instrumen penelitian, sebagai berikut :

a. Definisi konsep dan operasional dalam menjabarkan adaptabilitas karir diperlukan kajian yang lebih mendalam.

b. Masih terdapat beberapa tata bahasa dalam item pertanyaan yang perlu diperbaiki terkait dengan penyesuaian budaya dan kemampuan penalaran

berfikir peserta didik dalam memahami instrumen

c. Instrumen masih belum disesuaikan dengan dengan tingkat dan jenjang yang lain selain SMA.

(43)

e. Pertimbangan ulang mengenai bentuk jawaban seperti force choice atau skala likert untuk menghasilkan jawaban yang mengerucut

f. Pertimbangan ditambahkan item dan pemisahan instrument untuk setiap dimensi

5. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a. Validitas

Proses pengujian instrumen, dilaksanakan dengan penyebaran angket dan

melaksanakan pengujian statistik dalam menggungkap tingkat validitas serta

reliabilitas instrument. Pengujian validitas digunakan untuk mengukur hal yang

seharusnya diukur atau mengukur ketepatan. Validitas penelitian menggunakan

korelasi Point Biserial. Korelasi Point Biserial digunakan dalam analisis per item

instrumen dengan pertimbangan: data bersifat dikotomis, yaitu berbentuk jawaban

Ya dan Tidak, jika jawaban Ya diberi skor 1 dan jika jawaban Tidak diberi skor 0

dan peubah berskala interval maka teknik korelasi digunakan dengan rumus

Korelasi Point Biserial

Keterangan :

rpbis = Koefisien korelasi point biserial

Yp = Mean skor pada tes dari peserta tes yang memiliki jawaban benar

(44)

Yt = Mean skor total

St = Standar deviasi skor total

p = Proposi peserta tes yang jawabannya benar pada soal

q = 1-p (Furqon, 2011: 108)

Uji validitas instrumen diambil dari 157 sampel peserta didik kelas X.

Nunnally (Surapranata, 2006: 64) menjelaskan setiap perhitungan validitas item

akan dinyatakan sebagai butir item yang baik atau valid jika memiliki korelasi di

atas 0,30.

Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian validitas pada setiap item,

dihasilkan 66 item dari 91 item dinyatakan valid dan 25 item tidak valid (data

terlampir). Setiap item penyataan instrumen cukup mewakili 4 dimensi variabel

adaptabilitas karir, yang terdiri dari 17 item dimensi kepedulian, 14 item dimensi

pengendalian, 18 item keingintahuan dan 17 item kepercayaan diri.

b. Reliabilitas

Pengujian reliabitas adalah tingkat ketetapan suatu instrumen mengukur

yang seharusnya di ukur. Reliabilitas ditentukan dengan persamaan produk

moment, yang selanjutnya menyesuaikan dengan koefisien reliabilitas. Berikut

rumus persamaan produk moment dan hasil uji reliabilitas instrumen

(45)

n =jumlah sampel

xy =merujuk pada skor simpangan

X dan Y=merujuk pada skor asli (skor mentah) (Furqon, 2011:103)

}

Formula Spearman-Brown digunakan untuk menghitung reliabilitas keseluruhan tes dengan persamaan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi diperoleh kategori instrumen

dengan cara membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel, jika nilai r hitung < rtabel

maka instrumen tidak reliabel, jika nilai r hitung ≥ rtabel maka instrumen reliabel.

Perhitungan realibilitas di atas menunjukkan bahwa rtabel =0.156 (n=157),

sehingga rhitung (0,83) lebih besar dari r tabel dan menunjukkan bahwa instrumen

reliabel. Adapun kategori koefisien reliabilitas (r) menyesuaikan dengan pendapat

Guilford, sebagai berikut:

(46)

Kategori Koefisien Reliabilitas

Koefisien reliabilitas Kategori

0,80 < r < 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < r < 0,80 Reliabilitas tinggi 0,40 < r < 0,60 Reliabilitas sedang 0,20 < r < 0,40 Reliabilitas rendah

1,00 < r < 0,20 Reliabilitas sangat rendah (tidak reliabel)

Nilai r =0,83 menunjukkan bahwa intrumen memiliki kategori koefisien

reliabilitas sangat tinggi.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner (Angket)

Proses pengumpulan data dengan menggunakan angket atau kuesioner

digunakan untuk mendapatkan data kecenderungan tingkat adaptabilitas pada

peserta didik. Dalam teknisnya angket disebarkan dalam kelas yang dipilih secara

acak, dengan anggapan bahwa tidak ada perbedaan antar masing masing kelas

tersebut. Namun, sebagai bahan pertimbangan dilakukan pembanding antara kelas

Ilmu Alam dan Ilmu Sosial, serta perbandingan hasil pengumpulan data antar

masing masing sekolah. Pertimbangan ini dilakukan atas dugaan bahwa tingkat

persiapan dan pengetahuan yang berbeda pada dua kelompok mata pelajaran

tersebut dan faktor lingkungan yang mempengaruhi kemampuan dalam

mempersiapkan diri menghadapi masa transisi karir.

2. Wawancara

(47)

kepada guru bimbingan dan konseling. Pertanyaan wawancara lebih mengarah

pada materi bimbingan dan konseling karir serta gambaran umum kesiapan

peserta didik dalam mempersiapkan masa transisi kerja dan pendidikan. Selain itu

beberapa pertanyaan terbuka juga ditujukan pada peserta didik setelah

melaksanakan pengisian instrumen yang disebarkan di ruang kelas.

G. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan dengan dibantu oleh guru bimbingan dan

konseling di setiap sekolah sasaran. Penyebaran angket dilaksanakan selama

kurang lebih 2 minggu. Waktu tersebut dikalkulasikan berdasarkan banyaknya

jumlah sekolah kemudian dikalikan dengan proses perizinan dan pelaksanaan.

Proses pengisian instrumen membutuhkan waktu untuk mengisi sekitar 1 jam

pelajaran. Dengan dengan ditambahkan 1 jam pelajaran, diisi dengan observasi

dan memberikan pertanyaan terbuka mengenai kesiapan peserta didik dalam

menghadapi transisi karir.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Tahap awal pengolahan data dilakukan dengan melakukan input data dalam

software pengolah data dengan kode jawaban 1 untuk jawaban “YA” dan 0 untuk

jawaban “TIDAK”. Dilanjutkan dengan mengelompokan ulang setiap item dalam

4 dimensi adaptabilitas karir yaitu kepedulian, pengendalian, keingintahuan dan

kepercayaan diri. Setiap dimensi terdiri dari 2 kategori yaitu laju dan tingkat

(48)

Skor masing-masing kelompok selanjutnya di akumulasikan sehingga menjadi skor awal. Perubahan skor awal menjadi skor matang dilakukan dengan

penggunaan rumus t-skor, dengan tujuan mendapatkan standar skor untuk masing -masing kelompok item dimensi.

Keterangan :

t =skor t

x =skor responden/kelompok pernyataan

xbar =rata-rata skor

Std =standar deviasi (Rachmat, 1988) Skor–t digunakan untuk memperoleh besaran skor baku dengan rata-rata skor sebesar 50 dari skor mentah, sehingga dapat diklasifikasikan berdasarkan kategori

tertentu. Skor klasifikasi juga digunakan untuk memisahkan tingkat dan laju

perubahan dalam empat kategori adaptasi: Advancing (maju), Constricting

(sempit), Delaying (tunda), dan Thwarting (gagal)

2. Analisis Data

Hasil data yang terkumpul selama penelitian dilakukan analisis sehingga menjadi

deskripsi yang bermakna. Proses analisis data berlangsung sejak data terkumpul

sampai dengan akhir penelitian dengan arahan dari pertayaan penelitian.

Analisis data dijabarkan berdasarkan hasil proses penelitian yang meliputi :

a. analisis statistik deskriptif yaitu analisis yang pergunakan untuk

�= ���−�

(49)

Agus Sunarya, 2014

Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Adaptabilitas Karir Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggambarkan data yang telah terkumpul dalam bentuk kesimpulan

umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013:199), sehingga dapat memberi

profil adaptabilitas karir peserta didik kelas X SMA di wilayah Kabupaten

Bandung Tahun Ajaran 2013-2014. Dilanjutkan dengan display data, dimaksudkan untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian -bagian tertentu dari penelitian. Cara ini dapat dilakukan dengan membuat

berbagai macam grafik, matriks atau chart.

b. penyusunan model rumusan program bimbingan karir untuk meningkatkan adaptabilitas karir dilakukan dengan cara mencari pola, tema, hubungan,

persamaan atau hipotesis aspek–aspek yang dominan. Aspek tersebut

selanjutnya dijabarkan dalam bentuk rasionalisasi program, tujuan,

komponen, target dan sasaran, rencana operasional hingga pengembangan

satuan layanan

c. pengujian signifikasi hipotesis dilaksanakan untuk mengetahui efektivitas program bimbingan karir diuraikan dalam bentuk uji perbedaan 2 rata-rata. Furqon (2011: 189) menyebutkan bahwa evektivitas perlakuan yang

tengah dikaji ditandai oleh perubahan (perbedaan) antara rata-rata Pre-tes

(μ1) dengan rata-rata Post-tes (μ2). Dengan hipotetis statistik sebagai

berikut:

Galat baku perbedaan dua buah rata-rata yang berkorelasi dapat ditulis H0: μ1 = μ2

H1: μ1 < μ2

(50)

seperti tampak pada rumus berikut

Keterangan:

SY = galat baku rata-rata

R12 = koefisien korelasi antara perangkat skor pada kelompok 1 dengan

perangkat skor pada Kelompok 2

(Furqon, 2011:191)

Rumus uji –t dengan menggunakan galat baku yang melibatkan korelasi

antara kedua perangkat skor dapat ditulis kembali dengan mengikuti

distribusi normal t dengan dk = n-1 dimana n adalah jumlah subjek.

Adapun rumus uji-t adalah Keterangan:

D = skor kelompok 1 dikurangi skor kelompok 2

SD = galat baku rata-rata D (Furqon, 2013:192-193)

3. Validasi Rasional Program

Proses validasi rasional program diberikan kepada 2 orang guru bimbingan

dan konseling yang menjadi sasaran penelitian. Pengujian program meliputi uji

empiris dan uji isi program. Pada pengujian empiris dilakukan melalui uji

keterbacaan dan uji keterbacaan dan kepraktisan program bimbingan dan

konseling karir. Uji keterbacaan (readability) program melibatkan peserta didik

dan guru BK SMAN di Kabupaten Bandung. Uji kepraktisan (usebility) program

melibatkan guru BK SMA Negeri Kabupaten Bandung. Uji validasi program

(51)

memberikan tinjauan dan pertimbangan mengenai rumusan rasional yang

diberikan dalam bentuk kuesioner terbuka yang dapat dilihat pada bagian

lampiran.

Lembar validasi kelayakan terdiri atas dua bagian yaitu bagian satu

landasan teoritik berupa program umum dan pedoman operasional berupa satuan

layanan bimbingan dan konseling. Komponen yang dinilai dalam landasan teoritik

program adalah Rumusan Rasional, Rumusan Tujuan, Deskripsi Kebutuhan,

Komponen Program, Target dan Sasaran Program, Rencana Operasional,

Pengembangan Tema

Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling, Lembar Kerja Layanan

Bimbingan, Evaluasi. Hasil validasi kelayakan menunjukan tingkat kelayakan

komponen program memadai menjadi program bimbingan dan konseling

adaptabilitas karir. Hasil validasi landasan operasional menunjukan guru

BK/konselor dapat dilaksanakan program, jika dilatih terlebih dahulu tahapan dan

jenis kemampuan yang harus dimiliki untuk melaksanakan program bimbingan

(52)
(53)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian serta pembahasan yang telah diuraikan menghasilkan sejumlah

kesimpulan berikut.

1. Adaptabilitas karir peserta didik SMA kelas X di Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013-2014 memiliki batas kemampuan yang cukup tinggi dalam menghadapi perubahan atau masa transisi karir, namun kemampuan tersebut

tidak diikuti dengan respon peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam

menghadapi masa transisi karir. Sikap kurang peduli dan tidak tidak tegas

terindikasi menjadi kendala peserta didik tidak memiliki adatabilitas tinggi.

2. Inventori Adaptabilitas Karir sebagai alat ukur adaptabilitas karir membantu memperkaya model-model alat ukur yang dipergunakan dalam keilmuan bimbingan dan konseling khususnya dalam melaksanakan evaluasi proses

peminatan. Inventori dimanfaatkan sebagai alat ukur dan pengumpul data dari

penyususnan program bimbingan dan konseling karir

3. Program bimbingan dan konseling karir yang disusun dapat meningkatkan adaptabilitas karir. Dimensi karir yang komplek dan menyentuh segala aspek

sangat penting menjadi pertimbangan dalam penyusunan program, sehingga

dapat meningkatkan adaptabilitas karir secara optimal. Beberapa faktor

kemampuan guru BK seperti wawasan/pengetahuan karir yang bermaanfaat

(54)

kreatifitas yang membantu dalam penyampaian program serta kondisi

psikologis perkembangan remaja seyogyanya menjadi hal yang

pertimbangkan agar kompleksitas permasalahan karir dapat disentuh oleh

program.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, diberikan beberapa rekomendasi yang diharapkan

dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi pengembangan konsep,

instrumen dan program, bagi penyelesaian masalah, dan para praktisi sekolah.

1. Guru Bimbingan dan Konseling

Guru bimbingan dan konseling dapat memanfaatkan instrumen adaptabilitas

karir peserta didik sebagai alat ukur untuk mengetahui kemampuan peserta

didik beradaptasi dengan lingkungan SMA. Hasil analisis juga dapat

digunakan untuk menambah referensi data dalam menentukan peserta didik

yang memiliki batas kemampuan dan respon yang cukup untuk menjalani

pembelajaran sesuai dengan pilihan peminatan pada saat penerimaan peserta

didik dan masa pengenalan lingkungan sekolah. Guru BK/konselor dapat

memanfaatkan dan mengembangkan program layanan bimbingan karir

sebagai media evaluasi proses peminatan jika terdapat peserta didik yang

menghendaki untuk merubah pilihan peminatan terdahulu, sebelum akhir

semester pertama berakhir. Dengan demikian program bimbingan karir

mewujudkan peran guru BK/konselor sebagai advokasi aksesibilitas pilihan

program, layanan serta rekayasa lingkungan perkembangan peserta didik.

(55)

Hasil pembahasan penelitian memberikan rekomendasi agar dilaksanakan

kajian lanjutan dari konsep adaptabilitas karir sehingga konsep lebih kaya.

Kajian lanjutan dapat diarahkan pada penambahan variabel penelitian dan/atau

dimensi adaptabilitas karir, seperti pengaruh kedekatan dengan orang tua, latar

belakang ekonomi dan pendidikan keluarga atau penambahan dimensi lain

dari adaptabilitas karir.

Rekomendasi selanjutnya, agar instrumen dikembangkan secara terpisah dan

lebih spesifik berdasarkan masing-masing dimensi adaptabilitas karir. Program bimbingan dan konseling karir seyogyanya dikembangkan

berdasarkan analisis latar belakang atau karakter peserta didik. Profil

adaptabilitas seyogyanya dikaji berdasarkan ketercapaian peserta didik pada

masing-masing dimensi. Penyampaian program diharapkan menggunakan media yang lebih banyak, Pemberian konseling individual dan observasi

terhadap latar belakang keluarga untuk membantu pemahaman dan

penanganan permasalahan peserta didik yang tidak memiliki kesiapan dalam

Gambar

Grafik
Gambar
Tabel 1.1 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Tabel 1.1 menunjukkan angka pengangguran terbuka yang paling tinggi
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN DAN INTENSI PELAKSANAAN ETIKA KERJA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN MASYARAKAT PADA PEGAWAI TINGKAT KECAMATAN DI KOTA BANDUNG.. Universitas

Topik penelitian yang sudah dikerjakan antara lain: Ungkapan Geng di Kota Madya Surakarta Ditinjau dari Sosio- linguistik (Ketua) (1997), Penelitian tentang Bentuk dan Makna

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh hasil penilaian kinerja terhadap perencanaan kebutuhan pelatihan serta untuk menentukan pelatihan yang tepat

Social Anxiety Disorder, Fear of Public Speaking, and The.. use of Analysis

Pengenalan binatang khususnya binatang aves, mamalia, reptil dan amphibi merupakan salah satu cara memberikan informasi yang ditujukan untuk masyarakat khususnya anak-anak yang

CMS adalah suatu metode mudah dan baru untuk administrasi frontend dan backend situs untuk mengelola content, tampilan yang berbasis web memberi kemudahan bagi para

They cannot be used meaningfully without an understanding of basic concepts, including value and valuation [5].The re- search aimed to evaluate trees value around the Ciliwung

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyesuaian perkawinan serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani