PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI
YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE
(Studi Kasus pada 3 Mahasiswi di Universitas Pendidikan
Indonesia yang Menjalani Commuter Marriage)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi pada Jurusan Psikologi
Oleh
Sindhi Raditya Swadiana
0906834
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2014
Penyesuaian Perkawinan pada
Istri
yang Menjalani
Commuter Marriage
(Studi Kasus pada 3 Mahasiswi di Universitas Pendidikan
Indonesia yang Menjalani
Commuter Marriage
)
Oleh
Sindhi Raditya Swadiana
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Psikologi
© Sindhi Raditya Swadiana 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak
Lembar Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Penyesuaian
Perkawinan pada Istri yang Menjalani Commuter Marriage (Studi Kasus
pada 3 Mahasiswi di Universitas Pendidikan Indonesia yang Menjalani
Commuter Marriage)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya
sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap
keaslian karya saya ini.
Bandung, 30 Desember 2013
Yang membuat pernyataan,
Sindhi Raditya Swadiana
ABSTRAK
Penyesuaian Perkawinan pada Istri yang Menjalani Commuter Marriage (Studi Kasus Pada 3 Mahasiswi di Universitas Pendidikan Indonesia yang
Menjalani Commuter Marriage)
Sindhi Raditya Swadiana 0906834
Perkawinan merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dilakukan pada usia dewasa awal. Tidak semua pasangan dapat terus tinggal bersama dalam satu rumah atau biasa disebut dengan perkawinan jarak jauh atau yang sering dikenal dengan istilah commuter marriage. Ketidakhadiran pasangan di saat yang dibutuhkan ini tentu dapat menimbulkan konflik antar pasangan karena setiap pasangan menginginkan kebutuhannya terpenuhi. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk melakukan penyesuaian perkawinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyesuaian perkawinan serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage dengan tipe adjusting. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan pengamatan. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa gambaran penyesuian ketiga subjek meliputi kesepakatan hubungan, kedekatan hubungan, adanya kepuasan hubungan dan ekspresi afeksi terhadap pasangan. Faktor yang mendukung antara lain adanya komunikasi, tanggung jawab, kesamaan hobi, tujuan perkawinan, dan pikiran positif terhadap pasangan. Sedangkan faktor yang menghambat antara lain adanya perbedaan dengan pasangan, proses perkenalan yang singkat, dan pasangan bukan tipe yang romantis. Kepada para subjek disarankan untuk belajar memahami pasangannya salah satunya dengan cara memberitahukan kepada pasangannya mulai dari hal-hal yang disukai maupun yang tidak disukai.
Kata kunci:
Penyesuaian Perkawinan pada Istri yang Menjalani Commuter Marriage (Studi Kasus Pada 3 Mahasiswi di Universitas Pendidikan Indonesia yang
Menjalani Commuter Marriage)
Sindhi Raditya Swadiana 0906834
Marriage was one of the developmental tasks that must be performed at the beginning of adulthood. Not all couples could continued to lived together in one house or referred to the long-distance marriage, sometimes referred to as a commuter marriage. Absence partner in this time of need could certainly lead to conflict between the couple because every couple wants their needs met. It is therefore necessary to make adjustments to the marriage attempt. This study aims to describe the marital adjustment and the factors that support and hinder the adjustment wife undergoing marital commuter marriage with adjusting the type. The method used in this research is a case study with a qualitative approach. Data was collected through in-depth interviews and observations. From these results it can be seen that picture of the three subjects adjusting an agreement covering the relationship, closeness of relationship, the existence of relationship satisfaction and affective expression of the couple. Another factor contributing to the lack of communication, responsibility, equality hobbies, destination wedding, and positive thoughts to the couple. While other factors that inhibit the differences between the pair, a short introduction process, and not the kind of romantic couples.
Keywords:
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined.
BAB II PENYESUAIAN PERKAWINAN DAN COMMUTER MARRIAGE
... Error! Bookmark not defined.
A. Perkawinan ... Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian ... Error! Bookmark not defined.
2. Hikmah Perkawinan ... Error! Bookmark not defined.
3. Motivasi Melakukan Perkawinan ... Error! Bookmark not defined.
4. Hak dan Kewajiban Suami Istri ... Error! Bookmark not defined.
a. Beberapa Hak Bersama Pasangan Suami Istri ...Error! Bookmark not
defined.
b. Hak-Hak Istri ... Error! Bookmark not defined.
c. Hak-Hak Suami ... Error! Bookmark not defined.
5. Seni Memahami Pasangan ... Error! Bookmark not defined.
B. Penyesuaian Perkawinan ... Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian ... Error! Bookmark not defined.
2. Dimensi-Dimensi Penyesuaian Perkawinan...Error! Bookmark not
3. Area Penting dalam Penyesuaian Perkawinan ...Error! Bookmark not
defined.
a. Area Penyesuaian Perkawinan Menurut Atwater & Duffy .. Error!
Bookmark not defined.
b. Area Penyesuaian Perkawinan Menurut Landis dan Knox .. Error!
Bookmark not defined.
4. Kondisi-Kondisi yang Berpengaruh Terhadap Kesulitan dalam
Penyesuaian Perkawinan ... Error! Bookmark not defined.
5. Masalah dalam Penyesuaian Perkawinan ...Error! Bookmark not
defined.
a. Penyesuaian dengan Pasangan ... Error! Bookmark not defined.
b. Penyesuaian Seksual ... Error! Bookmark not defined.
c. Penyesuaian Keuangan... Error! Bookmark not defined.
d. Penyesuaian dengan Keluarga dari Pihak Masing-Masing
Pasangan ... Error! Bookmark not defined.
C. Commuter Marriage ... Error! Bookmark not defined.
1. Definisi Commuter Marriage ... Error! Bookmark not defined.
2. Jenis Commuter Marriage ... Error! Bookmark not defined.
D. Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.
F. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
G. Keabsahan Data ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not
defined.
A. PROFIL SUBJEK PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
2. Profil Subjek Kedua ... Error! Bookmark not defined.
3. Profil Subjek Ketiga ... Error! Bookmark not defined.
B. DESKRIPSI DATA ... Error! Bookmark not defined.
C. HASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
1. Hasil Penelitian Terhadap Pasangan Pertama (UAM dan AA)... Error!
Bookmark not defined.
2. Hasil Penelitian Terhadap Pasangan Kedua (MG dan Y) ... Error!
Bookmark not defined.
3. Hasil Penelitian Terhadap Pasangan Ketiga (FF dan W) ... Error!
Bookmark not defined.
D. PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
1. Pasangan UAM dan AA ... Error! Bookmark not defined.
a. Gambaran Penyesuaian Perkawinan Pada Pasangan UAM dan
AA yang Menjalani Commuter Marriage .. Error! Bookmark not
defined.
b. Faktor–Faktor yang Mendukung Penyesuaian Perkawinan pada
Pasangan UAM dan AA yang Menjalani Commuter Marriage
... Error! Bookmark not defined.
c. Faktor–Faktor yang Menghambat Penyesuaian Perkawinan pada
Pasangan UAM dan AA yang Menjalani Commuter Marriage
... Error! Bookmark not defined.
2. Pasangan MG dan Y ... Error! Bookmark not defined.
a. Gambaran Penyesuaian Perkawinan Pada Pasangan MG dan Y
yang Menjalani Commuter Marriage ... Error! Bookmark not
defined.
b. Faktor–Faktor yang Mendukung Penyesuaian Perkawinan pada
Pasangan MG dan Y yang Menjalani Commuter Marriage Error!
Bookmark not defined.
c. Faktor–Faktor yang Menghambat Penyesuaian Perkawinan pada
Pasangan MG dan Y yang Menjalani Commuter Marriage Error!
3. Pasangan FF dan W ... Error! Bookmark not defined.
a. Gambaran Penyesuaian Perkawinan Pada Pasangan FF dan W
yang Menjalani Commuter Marriage ... Error! Bookmark not
defined.
b. Faktor–Faktor yang Mendukung Penyesuaian Perkawinan pada
Pasangan FF dan W yang Menjalani Commuter Marriage . Error!
Bookmark not defined.
c. Faktor–Faktor yang Menghambat Penyesuaian Perkawinan pada
Pasangan FF dan W yang Menjalani Commuter Marriage . Error!
Bookmark not defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.
A. KESIMPULAN ... Error! Bookmark not defined.
B. SARAN ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
TABEL 4.1GAMBARAN PENYESUAIAN PERKAWINAN ... ERROR!BOOKMARK NOT
DEFINED.
TABEL 4.2FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG DALAM PENYESUAIAN
PERKAWINAN ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.
TABEL 4.3FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT DALAM PENYESUAIAN
LAMPIRAN 19SURAT KEPUTUSAN PENGANGKATAN PEMBIMBING PENYUSUNAN
SKRIPSI ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.
LAMPIRAN 20SURAT PERSETUJUAN SUBJEK PERTAMA .... ERROR!BOOKMARK NOT
DEFINED.
LAMPIRAN 21SURAT PERSETUJUAN SUBJEK KEDUA ... ERROR!BOOKMARK NOT
DEFINED.
LAMPIRAN 22SURAT PERSETUJUAN SUBJEK KETIGA ... ERROR!BOOKMARK NOT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan
adalah intimacy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk
menjalin suatu hubungan intim seperti persahabatan dan hubungan kerja
serta hubungan cinta seksual. Mereka siap untuk mengembangkan
kemampuan yang diperlukan untuk memenuhi komitmen dengan orang lain,
walaupun harus disertai dengan kompromi dan pengorbanan. Komitmen
yang dimaksud adalah komitmen pribadi dalam hubungan intim, yang salah
satunya berupa perkawinan. (Erikson dalam Hall & Lindzey, 1985: 87)
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1
Tahun 1974 Pasal 1 tentang Perkawinan menyatakan bahwa perkawinan
adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai
suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun
1974 Pasal 1 tentang Perkawinan).
Mahasiswa merupakan individu yang sedang berada pada tahap usia
dewasa awal. Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini
merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa
dewasa awal. (Desmita, 2012: 242). Seperti pada mahasiswa di Universitas
Pendidikan Indonesia yang melaksanakan tugas perkembangannya dengan
melakukan perkawinan.
Setiap saat bisa berada di samping suami adalah idaman setiap istri,
begitu pula sebaliknya. Betapa tidak, selalu berada dekat suami, selain
segala kebutuhan sehari-hari akan dilayani, juga bisa mendatangkan
kenyamanan batin. Namun pada kenyataannya, tidak semua istri bisa selalu
berada dekat dengan suaminya.
Hal tersebut biasa disebut dengan perkawinan jarak jauh atau yang
merupakan keadaan perkawinan yang terbentuk secara sukarela dimana
pasangan yang sama-sama bekerja mempertahankan dua tempat tinggal
yang berbeda lokasi geografisnya dan pasangan tersebut terpisah paling
tidak tiga malam per minggu selama minimal tiga bulan. (Gerstel & Gross
dalam Glotzer & Federlein, 2007: 4)
Ada dua tipe dari pasangan commuter marriage, yang pertama
adalah pasangan adjusting, yaitu pasangan suami istri yang usia
perkawinannya cenderung lebih muda, menghadapi perpisahan perkawinan
atau commuter marriage di awal perkawinan, dan memiliki sedikit atau
tidak ada anak. Yang kedua, pasangan established, yaitu pasangan suami
istri yang usia perkawinannya lebih tua, telah lama bersama dalam
perkawinan dan memiliki anak yang sudah dewasa dan telah keluar dari
rumah. (Harriett Gross dalam Glotzer & Federlein, 2007: 4)
Mahasiswi di Universitas Pendidikan Indonesia yang menjalani
commuter marriage termasuk dalam tipe pasangan adjusting dikarenakan
usia perkawinan yang masih muda. Tahun-tahun pertama perkawinan
merupakan masa rawan, bahkan dapat disebut sebagai era kritis karena
pengalaman bersama belum banyak. Periode awal perkawinan merupakan
masa penyesuaian diri, dan krisis mulai muncul saat pertama kali memasuki
jenjang perkawinan. Pasangan suami istri harus banyak belajar tentang
pasangan masing-masing dan diri sendiri yang mulai dihadapkan dengan
berbagai masalah. Dua kepribadian (suami maupun istri) saling menempa
untuk dapat sesuai satu sama lain, dapat memberi dan menerima. (Clinebell
& Clinebell dalam Anjani & Suryanto, 2006: 3).
Tahun pertama dan kedua perkawinan pasangan suami istri dipandang sebagai periode “balai keluarga muda”. Pasangan pada perkawinan lima tahun pertama seringkali mengalami ketegangan emosi,
konflik dan perpecahan karena pasangan dalam proses menyesuaikan diri.
Kekuatan perkawinan melemah terutama pada lima tahun pertama
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 120 pasangan
suami istri yang bercerai di Pengadilan Agama kota Bandung, 45% berada
di bawah usia pernikahan kurang dari lima tahun (Kompas.com, 2010).
Menyatakan bahwa tantangan di periode awal perkawinan adalah
masa-masa perjuangan untuk memperoleh kebahagiaan dan kemapanan
hidup. Antara suami dan istri sama-sama bekerja keras untuk bisa
memenuhi tuntutan hidup. Ini sangat bisa mengurangi kualitas kebersamaan
sehingga akhirnya salah satu pihak merasa terabaikan. (Hassan dalam
Anjani & Suryanto, 2006: 2)
Pada saat mengalami masalah atau melewati masa-masa sulit, peran
pasangan juga amat penting karena dapat mengurangi rasa sedih,
menghindarkan dari perasaan putus asa, dan membantu proses pemulihan ke
arah kondisi semula. Faktor yang dapat menciptakan kebahagiaan dalam
rumah tangga adalah faktor penyesuaian perkawinan yang terletak dalam hal
saling memberi dan menerima cinta, ekspresi afeksi, saling menghormati
dan menghargai, saling terbuka antara suami istri. Hal tersebut tercermin
pada bagaimana pasangan suami istri menjaga kualitas hubungan antar
pribadi dan pola-pola perilaku yang dimainkan oleh suami maupun istri,
serta kemampuan menghadapi dan menyikapi perbedaan yang muncul.
(Anjani & Suryanto, 2006: 6)
Ketidakhadiran pasangan di saat yang dibutuhkan ini tentu dapat
menimbulkan konflik antar pasangan karena setiap pasangan menginginkan
kebutuhannya terpenuhi. Oleh karena itu, diperlukan adaptasi bagi pasangan
yang berada jauh dari pasangannya atau dengan kata lainnya adalah usaha
untuk melakukan penyesuaian perkawinan.
Penyesuaian perkawinan adalah proses membiasakan diri pada
kondisi baru dan berbeda sebagai hubungan suami istri dengan harapan
bahwa mereka akan menerima tanggung jawab dan memainkan peran
sebagai suami istri. (Douval & Miller dalam Rachmawati & Mastuti, 2013:
Penyesuaian dalam perkawinan merefleksikan perasaan dan pertanyaan
tentang bagaimana interaksi, komunikasi dan konflik yang dialami oleh
pasangan suami istri. Adapun aspek-aspek penyesuaian perkawinan dari
Spanier (1976: 17) adalah: Konsensus antar pasangan, menyangkut tingkat
persetujuan antar pasangan suami istri tentang hal-hal yang penting dalam
perkawinan; Kepuasan antar pasangan, menyangkut tingkat kepuasan antar
pasangan suami istri; Kohesivitas antar pasangan, ditunjukkan dengan
solidaritas pasangan suami istri; Ekspresi cinta, ditunjukkan dengan
persetujuan pasangan suami istri dalam mengungkapkan perasaan cinta dan
hubungan seksual.
Pasangan suami istri biasanya harus melakukan penyesuaian
perkawinan terutama pada tahap awal perkawinan atau awal tahun
perkawinan. (Hurlock dalam Rachmawati & Mastuti, 2013: 3). Konsep
penyesuaian perkawinan mengandung dua pengertian yang tersirat, yaitu
adanya hubungan mutualisme (saling menguntungkan) antara pasangan
suami istri untuk memberi dan menerima (menunaikan kewajiban dan
menerima hak), serta adanya proses saling belajar antara dua individu untuk
mengakomodasi kebutuhan, keinginan dan harapannya dengan kebutuhan,
keinginan dan harapan dari pasangannya. (Laswell dan Laswell dalam Rini,
2009: 3)
Terdapat empat area penting dalam penyesuaian perkawinan. Yaitu,
penyesuaian terhadap pembagian tanggung jawab dalam perkawinan
(sharing marital responsibility), komunikasi dan konflik (communication
and conflict), seks dalam perkawinan (marital sex), dan
perubahan-perubahan dalam hubungan yang terjadi dari waktu ke waktu (the change in
the relationship over time). (Atwater & Duffy dalam Elfida, 2008: 192)
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suryanto dan
Anjani pada tahun 2006 menjelaskan bahwa pola penyesuaian perkawinan
dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan beberapa fase. Yang pertama
perkawinan, keempat fase menerima kenyataan dan yang terakhir fase
kebahagiaan sejati.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Diana Elfada pada tahun
2008 menunjukkan bahwa perempuan lebih baik dalam menyesuaikan
perkawinan dibanding laki-laki. Penyesuaian yang dimaksud antara lain
penyesuaian terhadap pembagian tanggung jawab dalam perkawinan
(sharing marital responsibility), komunikasi dan konflik (communication
and conflict), seks dalam perkawinan (marital sex), dan
perubahan-perubahan dalam hubungan yang terjadi dari waktu ke waktu (the change in
the relationship over time).
Uraian di atas menunjukkan bahwa pada periode awal perkawinan,
penyesuaian perkawinan merupakan proses yang harus dijalani. Apabila
bisa melalui dengan baik, maka pasangan tidak akan putus dan sebaliknya
bila tidak bisa menyelesaikannya, maka perkawinan akan putus di tengah
jalan. Lalu bagaimana proses penyesuaian perkawinan pada istri yang
menjalani commuter marriage?
Fenomena inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk mengkaji
bagaimana penyesuaian perkawinan pada pasangan yang berada pada
periode awal perkawinan dan harus menjalani commuter marriage ?
B. Rumusan Masalah
Ketidakhadiran pasangan pada saat yang dibutuhkan akan sering
menimbulkan konflik, karena setiap pasangan menginginkan kebutuhannya
terpenuhi. Sehingga dibutuhkan penyesuaian perkawinan terutama bagi
pasangan yang berada pada periode awal perkawinan. Keberhasilan dalam
penyesuaian perkawinan akan berdampak pada keberhasilan dalam berumah
tangga. Oleh karena itu, permasalahan tersebut di atas akan dijabarkan
dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani
2. Faktor apa saja yang mendukung penyesuaian perkawinan pada istri
yang menjalani commuter marriage?
3. Faktor apa saja yang menghambat penyesuaian perkawinan pada istri
yang menjalani commuter marriage?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan
masalah yang telah diuraikan di atas, yaitu:
1. Memperoleh gambaran mengenai proses penyesuaian perkawinan pada
istri yang menjalani commuter marriage.
2. Memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang mendukung
penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage.
3. Memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang menghambat
penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage.
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
berarti bagi ilmu Psikologi Perkembangan, khususnya mengenai
penyesuaian perkawinan pada pasangan yang menjalani commuter
marriage.
2. Manfaat praktis
a. Bagi pasangan yang menjalani commuter marriage
Pasangan yang menjalani commuter marriage dapat melakukan
penyesuaian dalam kehidupan perkawinannya dengan mengetahui
faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam penyesuaian
perkawinan sehingga mampu mengatasi konflik yang muncul dalam
b. Bagi peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan
mengenai penyesuaian perkawinan terutama pada istri yang
menjalani commuter marriage.
c. Bagi penulis lain
Diharapkan juga bisa menjadi bahan referensi bagi penulis lain yang
akan mengangkat tema serupa namun menggunakan sudut pandang
yang berbeda, seperti dilihat dari situasi yang berbeda dengan
pendekatan dan tehnik penelitian yang lain.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika dalam skripsi ini terdiri dari tiga pokok yaitu bagian awal
skripsi, bagian isi dan bagian akhir skripsi. Pada bagian awal skripsi berisi
halaman judul, halaman pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, dan
daftar lampiran. Pada bagian isi skripsi terdapat bab I pendahuluan yang
berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab II landasan teori berisi
teori-teori yang dijadikan landasan penulisan dalam penelitian ini, meliputi
teori tentang pengertian perkawinan, fungsi dan motivasi melakukan
perkawinan. Teori penyesuaian perkawinan yang meliputi pengertian
penyesuaian perkawinan, dimensi-dimensi penyesuaian perkawinan, kondisi
yang berpengaruh terhadap kesulitan dalam penyesuaian perkawinan, dan
masalah dalam penyesuaian perkawinan. Dan yang terakhir adalah pengertian
commuter marriage dan jenis-jenis commuter marriage. Bab III metodologi
penelitian, berisi tentang metode penelitian, subjek penelitian, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan keabsahan data. Bab
IV hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi tetang hasil-hasil penelitian
Bagian terakhir dalam sistematika skripsi ini adalah akhir skripsi yang berisi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan metode
studi kasus. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
(Moleong, 2012: 6)
Menurut Creswell studi kasus (case study) adalah suatu model yang
menekankan pada eksplorasi dari suatu “sistem yang berbatas” (bounded
system) pada satu kasus atau beberapa kasus secara mendetail, disertai dengan
penggalian data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber
informasi yang kaya akan konteks. Studi kasus adalah suatu model penelitian
kualitatif yang terperinci tentang individu atau suatu unit sosial tertentu
selama kurun waktu tertentu. Secara lebih dalam, studi kasus merupakan
suatu model yang bersifat komprehensif, intens, terperinci dan mendalam
serta lebih diarahkan sebagai upaya untuk menelaah masalah-masalah atau
fenomena yang bersifat kontemporer (berbatas waktu). (Herdiansyah, 2012:
76)
B. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penyesuaian perkawinan
Penyesuaian perkawinan dalam penelitian ini didefinisikan
sebagai proses pembelajaran antara pasangan suami istri untuk
memenuhi kebutuhan pasangan dengan tidak menghilangkan kebutuhan
a. Konsensus pasangan (dyadic consesus)
Adalah kesepahaman atau kesepakatan antar pasangan dalam
berbagai masalah yang ada dalam kehidupan perkawinan misalnya
seperti keuangan, rekreasi, dan keagamaan.
Indikator dari konsensus pasangan (dyadic consensus) ini
adalah:
1. Mengetahui kapan saat terjadinya perbedaan seperti perbedaan
pendapat.
2. Mengetahui cara mengatasi perbedaan yang terjadi.
3. Adanya pembagian tugas dalam rumah tangga.
b. Kohesi pasangan (dyadic cohesion)
Adalah kebersamaan atau kedekatan, yang menunjukkan
seberapa banyak pasangan melakukan berbagai kegiatan secara
berasama-sama dan menikmati kebersamaan yang ada.
Indikator dari kohesi pasangan (dyadic cohesion) ini adalah:
1. Mengetahui seberapa banyak waktu yang digunakan untuk
melakukan kegiatan bersama-sama.
2. Mengetahui jenis kegiatan yang biasa dilakukan ketika sedang
bersama.
3. Memiliki kebiasaan untuk berbagi pengalaman.
c. Kepuasan pasangan (dyadic satisfaction)
Adalah derajat kepuasan dalam hubungan. Indikator dari
kepuasan pasangan (dyadic satisfaction) ini adalah:
1. Adanya harapan mengenai kehidupan perkawinan yang dijalani.
2. Bersikap positif terhadap pasangan.
3. Memiliki komitmen jangka panjang dalam perkawinan.
4. Adanya dukungan emosional dari pasangan.
d. Ekspresi afeksi pasangan (dyadic affectional expression).
Adalah kesepahaman dalam menyatakan perasaan dan
Indikator dari ekspresi afeksi pasangan (dyadic affectional
expression) ini adalah adanya keterbukaan antar pasangan.
2. Commuter marriage
Commuter marriage dalam penelitian ini didefinisikan sebagai
bentuk perkawinan baik pada tahap awal perkawinan atau telah lama
menjalani perkawianan, di mana pasangan suami istri tersebut tidak
tinggal dalam satu rumah tanpa paksaan dalam jangka waktu setidaknya
tiga hari dalam seminggu selama minimal tiga bulan.
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang dengan karakteristik
sebagai berikut:
1. Subjek masih menempuh pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia
dan masih berstatus sebagai mahasiswa aktif.
2. Subjek sudah menikah dan tinggal terpisah dengan suami dikarenakan
subjek harus menyelesaikan pendidikan di Universitas Pendidikan
Indonesia.
3. Subjek merupakan pasangan yang berada pada periode awal pernikahan
(usia pernikahan di bawah sepuluh tahun) yang belum atau sudah
memiliki anak.
Lokasi penelitian ini dilakukan di lingkungan Universitas Pendidikan
Indonesia dan di tempat tinggal subjek.
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri merupakan alat pengumpul
data utama. Hal itu dilakukan karena jika memanfaatkan alat yang bukan
manusia dan mempersiapkan dirinya terlebih dahulu sebagai yang lazim
digunakan dalam penelitian klasik, maka sangat tidak mungkin untuk
mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di
berhubungan dengan responden atau objek lainnya, dan hanya manusialah
yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. (Moleong,
2012: 9)
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada beberapa teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Metode wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam penelitian ini jenis
wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (depth
interviews), yaitu proses menggali informasi secara mendalam, terbuka,
dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian dan diarahkan pada pusat
penelitian.(Moleong, 2012: 186).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara terhadap
subjek berdasarkan kisi-kisi pertanyaan yang telah dibuat.
F. Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. (Bogdan & Biklen dalam
Moleong, 2012: 248)
Menurut Miles dan Huberman (dalam Moleong, 2012:307-308), pada
dasarnya analisis data ini didasarkan pada pandangan paradigmanya yang
positivisme.
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
”kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi
data dilakukan selama penelitian berlangsung, setelah peneliti di
lapangan, sampai laporan tersusun.
Reduksi data merupakan bagian dari analisis data dengan suatu
bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang data yang tidak diperlukan, dan mengorganisasi data sehingga
kesimpulan final dapat diambil dan diverifikasi. Data kualitatif dapat
disederhanakan dan ditransformasi dengan berbagai cara; seleksi,
ringkasan, penggolongan, dan bahkan ke dalam angka-angka.
Dalam penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan
mengelompokkan pernyataan-pernyataan subjek berdasarkan
dimensi-dimensi yang ingin diketahui oleh peneliti.
2. Display data
Display data berarti mendisplay data yaitu menyajikan data dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, dsb. Menyajikan
data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat
naratif. Ini dimaksudkan untuk memahami apa yangterjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.
Disini peneliti melakukan display data dengan mengelompokkan
setiap pernyataan subjek dan mendeskripsikan hubungan yang diperoleh
dari antar pernyataan tersebut.
3. Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah terakhir dari model ini adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal namun juga tidak, karena
masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada
yang berupa deskripsi atau gambaran yang sebelumnya belum jelas
menjadi jelas dapat berupa hubungan kausal/interaktif dan hipotesis/teori.
G. Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik
pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah
kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat
kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability). Pada penelitian ini digunakan
uji kredibilitas untuk menguji keabsahan data. Uji kredibilitas data dilakukan
dengan triangulasi dan pengecekan anggota (member check). (Moleong,
2012: 324)
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu. (Moleong, 2012: 330). Terdapat
empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan
penggunaan sumber, waktu, penyidik, dan teori. (Denzin dalam Moleong,
2012: 330)
Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi waktu yaitu pengecekan
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan cara melakukan
pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau
situasi yang berbeda. Triangulasi waktu dilakukan peneliti dengan
menanyakan kembali pertanyaan yang sama tetapi dari sudut pandang
pasangan kepada subjek pada waktu yang berbeda.
Pengecekan dengan anggota yang terlibat (member check) dalam proses
pengambilan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan.
Yang dicek dengan anggota yang terlibat meliputi data, kategori analitis,
penafsiran dan kesimpulan. Para anggota yang terlibat yang mewakili
rekan-rekan mereka dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan
peneliti. (Moleong, 2012: 335). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
member check dengan memperlihatkan hasil wawancara yang telah diolah
kepada subjek dan menanyakan kepada subjek apakah hasil tersebut telah
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan dan analisis data yang diperoleh, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Gambaran penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter
marriage meliputi kesepakatan hubungan antara ketiga subjek dengan
pasangan. Pada UAM dan FF kesepakatan hubungan ini terjadi dalam
pembagian tugas rumah tangga pada kondisi tertentu dan ketika sedang
tinggal bersama saja. Sedangkan pada MG, kesepakatan antar pasangan ini
dilakukan dalam pengaturan anggaran belanja. Kemudian untuk kedekatan
hubungan, ketiga subjek ini memiliki kedekatan hubungan meskipun tidak
dapat selalu tinggal bersama dengan pasangan. Kedekatan hubungan ini
dilihat dari banyaknya kegiatan bersama yang dilakukan dan komunikasi
yang baik ketika sedang tinggal berjauhan. Selanjutnya, kepuasan
hubungan perkawinan dari ketiga subjek digambarkan dari adanya pikiran
positif terhadap pasangan, tujuan kehidupan perkawinan dan dukungan
emosional yang diberikan kepada pasangan baik ketika tinggal bersama
maupun ketika sedang tinggal berjauhan. Yang terakhir, ekspresi afeksi
subjek dilihat dari usaha subjek untuk menjadi diri sendiri dan tidak
menutupi kekurangan yang dimilikinya kepada pasangan.
2. Faktor-faktor yang mendukung dalam penyesuaian perkawinan pada istri
yang menjalani commuter marriage antara lain adalah komunikasi yang
baik dengan pasangan, tanggung jawab terhadap tugas yang dimiliki,
adanya kesamaan hobi atau kegemaran, memiliki tujuan dalam kehidupan
perkawinan, pikiran positif terhadap pasangan, mengenal pasangan
sebelum menikah, dan menerima kekurangan yang dimiliki pasangan.
3. Faktor-faktor yang menghambat dalam penyesuaian perkawinan pada istri
banyak perbedaan dengan pasangan, proses perkenalan yang singkat, dan
pasangan bukan tipe romantis.
B. SARAN
1. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi yang tertarik untuk melanjutkan penelitian ini sebaiknya
menambahkan variabel lain untuk memperdalam penelitiannya seperti
memasukkan aspek gender, dan mengaitkan dengan perspektif agama.
2. Bagi pasangan yang menjalani commuter marriage
Meskipun banyak terdapat perbedaan dengan pasangan dikarenakan
proses perkenalan sebelum perkawinan yang terlalu singkat, namun hal ini
dapat diatasi dengan adanya usaha dari tiap pasangan untuk saling
memahami pasangannya. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk
memahami pasangannya adalah dengan saling menuliskan atau
memberitahukan kepada masing-masing pasangannya mengenai apa saja
yang disukai, tujuan dalam kehidupan ini, dan hal apa saja yang tidak
disukai atau yang membuatnya marah. Kejelasan seperti ini akan membuat
masing-masing pihak akan berusaha menjaga perasaan sehingga membuat
satu sama lain saling mengenal hingga selanjutnya dapat meminimalisir
terjadinya konflik dalam rumah tangga.
3. Bagi masyarakat
Dalam membangun kehidupan perkawinan, masyarakat sebaiknya
lebih mengedepankan untuk dapat tinggal bersama dengan pasangan.
Karena bagaimanapun juga, dapat tinggal satu rumah dengan pasangan
lebih utama dibandingkan dengan menjalin hubungan perkawinan jarak
jauh. Dengan tinggal bersama akan lebih mudah bagi pasangan suami istri
DAFTAR PUSTAKA
Atwater, E. & Duffy, K. G. (1999). Psychology For Living Adjustment, Growth,
and Behavior Today (6th ed). New Jersey:Prentice Hall, Inc.
Hall, C. S. & Lindzey, G. (1985). Introduction to Theories of Personalities.
Canada: United States Copyright. Published Simultaneosly.
Clinebell, H.J. & Clinebell, C.H. (2005). The Intimate Marriage (online). Diakses
13 September 2012 dari http://www.indomedia.com/bpost/032005/8/
ragam/art-1.htm.
Deswita (2012). Psikologi Perkembangan. Cetakan ketujuh. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Donna, D. F. (2009). Penyesuaian Perkawinan pada Pasangan yang Menikah
Tanpa Proses Pacaran (Ta’aruf). Universitas Gunadharma. Diakses 27
Oktober 2012 dari http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/
psychology/ 2008/Artikel_10503039.pdf
Elfida, D (2008). Penyesuaian Perkawinan Ditinjau dari Beberapa Faktor
Demografi. Diakses 16 Maret 2013 dari http://fpsi.uin-suska.ac.id/sites/
default/files/perpustakaan/download/190Penyesuaian%20Perkawinan%20
Ditinjau-214.pdf.
Glotzer, R & Federlein, A. C. (2007). Miles That Bind: Commuter Marriage and
Family Strengths. Michigan Family Review, 12, 7-31, 2007: Michigan
Council on Family Relations. Diakses 8 Desember 2012 dari
http://quod.lib.umich.edu/m/
mfr/4919087.0012.102/--miles-that-bind-commuter-marriage-and-family-strengths?rgn=main;view=fulltext
Herdiansyah, H. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Hurlock, E. B. (1993). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (Edisi Kelima) (Terjemahan). Jakarta: Penerbit
Kazhim, M. N. (2007). Buku Pintar Nikah: Strategi Jitu Menuju Pernikahan
Sukses. Solo: Samudera.
Kazhim, M. N. (2009). Panduan Pernikahan Ideal. Bandung: Irsyad Baitus
Salam.
Knox, D. (1998). Choices in Relationships (2nd ed): An Introduction to Marriage
and The Family. St. Paul: West Publishing company.
Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ketiga puluh.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Rachmawati, D. & Mastuti, E. (2013). Perbedaan Tingkat Kepuasan Perkawinan
pada Istri Brigif 1 Marinir TNI AL yang Menjalani Long Distance
Marriage. Jurnal Psikologi dan Perkembangan Volume 02 No.01, Februari
2013. Diakses 16 Mei 2013 dari http://journal.unair.ac.id/
filerPDF/Dwi%20Rachmawati_110810051_ringkasan.pdf
Rhodes, A. (2002). Long-Distance Relationships in Dual-Career Commuter
Couples: A Review of Counseling Issues. The Family Journal: Counseling
and Therapy for Couples and Families, 10, 398-404. Diakses 29
Nopember, 2012 dari: http://tfj.sagepub.com/cgi/content/abstract/10/4/398.
Rini, R.I.R.S. (2009). Hubungan Antara Keterbukaan Diri Dengan Penyesuaian
Perkawinan Pada Pasangan Suami Istri Yang Tinggal Terpisah. (untuk
PSYCHO IDEA, Tahun 7 No 2, Juli 2009 ISSN 1693-1076). Diakses 13
Desember, 2012 dari: http://jurnal.ump.ac.id/index.php/psikologi/article/
view/15/14
Santi, M & Pudjiastuti. (2012). Hubungan antara asertivitas dengan penyesuaian
perkawinan pasangan suami istri dalam usia perkawinan 1-5 tahun di
kecamatan coblong bandung. Prosiding SnaPP 2012: Sosial, Ekonomi, dan
Similar Dyads, vol.38, no.1 (Feb.,1976), pp. 15-28. National Council on
Family Relations. Diakses dari: http://www.jstor.org/stable/350547.
Suryanto, C.A. (2006). Pola Penyesuaian Perkawinan pada Periode Awal (untuk
INSAN Vol. 8 No. 3, Desember 2006). Diakses tgl 13 Desember, 2012
dari: http://journal.unair.ac.id/filerPDF/05%20%20Pola%20Penyesuaian%
20Perkawinan%20pada%20Periode%20Awal.pdf.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan