10 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Bahasa Madura
a. Hakikat Pembelajaran Bahasa Madura
Bahasa Madura merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Madura dalam berkomunikasi dan bertukar informasi. Selain itu, bahasa Madura juga merupakan bagian dari budaya yang menjadi ciri khas suku Madura. Berdasarkan linguistik bahasa Madura dikelompokkan menjadi empat dialek utama yakni (1) dialek Sumenep, (2) dialek Pamekasan, (3) dialek Sampang, (4) dialek Bnagkalan. Serta terdapat dua dialek tambahan yaitu (1) dialek pinggir paras dan (2) dialek Bawean. Menurut Peningga dan H, Hendriks, soegianto,dkk, dan wibisono, dkk dalam (Sofyan, 2010) mengklompokkan dialek pinggir paras kedalam dialek Sumenep, sedangkan dialek Bawean dimasukkan kedalam dialek Bangkalan.
Menurut Marsono dalam (Sofyan, 2010) bahasa Madura sama seperti bahasa Indonesia yakni berasal dari bahasa melayu. Sebagai bahasa yang mempunyai hubungan kekerabatan yang erat dengan bahasa Indonesia, maka umumnya bahasa Madura memiliki kesamaan dan kemiripan dari segi fonologi. Namun, bahasa Indonesia dan bahahasa Madura juga memiliki perbedaan dari segi fonologi dan juga gramatikan menurut Crowly dalam (Sofyan, 2010).
Mengingat keberadaan Bahasa Madura memiliki peranan penting yakni sebagai bahasa daerah masyarakat madura. maka bahasa Madura menjadi salah satu muatan mata pelajaran di jenjang pendidikan yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan SD, SMP, hingga SMA. keberadaan bahasa Madura dalam dunia pendidikan dikenal dengan pembelajaran mulok atau mutan lokal.
Keberadaan pembelajaran mulok atau muatan lokal telah diatur dalam Pergub Jawa Timur Nomor 19 tahun 2014 yang menjelaskan mengenai kedudukan bahasa daerah sebagai muatan lokal wajib di sekolah / madrasah. Maka dalam penyajian materi pembelajaran mulok suatu daerah, perlu disesuaikan dengan potensi budaya yang ada daerah tersebut.
Suharsimi dalam (Saputra, 2017) menyatakan bahwa kurikulum muatan lokal adalah kurikulum rencana pengajaran dengan bahan kajian dan pembelajaran yang ditetapkan di daerah, diambil dari dan atau disesuaikan denga keadaan, kondisi lingkungan setempat, serta kebutuhan pembangunan daerah. Bahasa daerah, khususnya bahasa Madura merupakan komponen penting dalam kehidupan masyarakat Madura, Maka sangat tepat apabila bahasa Madura dikembangkan menjadi salah satu muatan dalam pembelajaran.
Dengan demikian pendidikan ikut berperanan dalam melestarikan budaya daerah.
Keberadaan bahasa Madura sebagai pembelajaran mulok juga diperkuat oleh pendapat Suharsimi Arikunto dalam (Slamet Lestari, 2012) yang mengemukakan ruanglingkup muatan lokal berupa; a) pendidikan budaya daerah, mencangkup bahasa daerah, kesenian daerah, adat istiadat, olahraga daerah, dan sebagainya. b) pendidikan keterampilan, mencangkup antara lain:
keterampilan daerah, keterampilan kerajinan, dan sebagainnya. c) pendidikan lingkungan, mncangkup antara lain: wawasan tentang lingkungan pendidikan, budi pekerti, dan sebagainya. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa Madura sebagai pembelajaran muatan lokal yang melingkupi buadaya daerah.
b. Pembelajaran Bahasa Madura di Kelas IV Sekolah Dasar
Pembelajaran bahasa Madura diterapkan menyerupai pembelajaran bahasa secara umum dengan mengacu pada empat aspek ketrampilan dalam pembelajaran bahasa. Menurut syafi’ie dalam (Halidjah, 2012) Aspek keterampilan yang menjadi fokus dalam pembelajaran bahasa yakni;
keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan keterampilan menulis.
Tujuan adanya pembelajaran bahasa Madura juga sama dengan pembelajaran bahasa secara umum, yaitu bertujuan membuat siswa mampu berkomunikasi secara lisan ataupun tulisan. Perbedaannya terletak pada essensi materi yang disajikan. pada pembelajaran bahasa Madura siswa mencapai kompetensi dan tujuan pembelajaran dengan menggunakan bahasa daerah.
Materi pembelajaran bahasa Madura disajikan secara berkesinambungan mulai dari kelas rendah 1,2 dan 3 dengan materi kelas tinggi 4,5, dan 6, perbedaanya terletak pada tingkat kesulitan materi pembelajarannya. Berikut ini merupakan kompetensi dasar dan indikator yang termuat dalam program pengajaran pembelajaran bahasa Madura di kelas IV semester II pada table 2.1
Tabel 2.1 SK – KD Pembelajaran Bahasa Madura Kelas IV Standart Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) 1. Mendengarkan
Siswa mendengarkan, Menangkap dan memahami bahasa dan wacana sederhana, melalui mendengarkan cerita guru : tentang lagenda, tokoh daerah, kebudayaan, tokoh pendidikan, dan cerita rakyat.
1.1 Mendengarkan cerita guru entang tokoh
1.2 Mengungkap kembali isi cerita 1.3 Mendengarkan cerita / dongeng
guru.
1.4 Mengungkapkan kata-kata sulit dalam cerita
2. Berbicara
Mampu menceritakan kembali cerita guru atau yang dibacanya serta dirasakan atau dipikirkan, serta mampu menjawab pertanyaan guru / teman yang menjelaskan arti kata-kta sulit.
2.1 Menjelaskan isi gambar /bacaan.
2.2 Melakukan percakapan melalui cerita gambar.
2.3 Ondhaghan Bahasa 2.4 Mengungkap isi cerita 2.5 Mengartikan kata-kata sulit.
3. Membaca
Mampu membaca teks bacaan dengan baik dan benar, sesuai teknik- teknik membaca serta memahami isi teks bacaan
3.1 membaca dengan lancar kalimat- kalimat bahasa engghi-bhunten dengan baik dan benar teks bacaan yang ada.
3.2 Mengartikan kata-katasulit
3.3 Membaca dengan lancar teks bacaan yang berjudul “Ke’ lesap”
3.4 Menceritakan kembali isi cerita.
4. Menulis
Mampu menulis beberapa kalimat yang didiktekan guru atau buatan sendiri sesuai ejaan Bahasa Madura yang di Sempurnakan.
4.1 menulis dengan kata / kalimat yang baik dan benar sesuai ejaan yang berlaku.
4.2 Menulis kalimat carakan madhura yang menggunakan ghantongan / dhampengan
4.3 Menulissurat undangan 5. Mengapresiasi karya sastra
Madura
Mampu mengepresiasi karya sastra madhura dan mengkomunikasikan secara lisan / tulisan
5.1 Menggunakan kerata bahasa dalam kalimat.
5.2 Menggunakan roar bahasa dalam bahasa
(Sumber ; Program Pengajaran Semester 2 FKKKG Camplong 2021/2022)
Pada penelitian ini standart kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran bahasa madura yang akan diteliti adalah aspek mendengarkan KD 1.4 melalui teks cerita yang di terapkan dengan model pembelajaran Snowball Throwing dengan konsep permainan monopoli. Berikut merupakan materi pembelajaran bahasa Madura yang disajikan di kelas IV berdasarkan program pengajaran pembelajaran bahasa Madura :
1. Lalampa’an (teks bacaan)
Lalampaan atau teks bacaan yang disajikan berupa teks cerita yang bertujuan untuk menggali potensi siswa sesuai dengan Standart Kompetensi pembelajaran bahasa Madura yaitu, membaca dan menyimak melalui teks cerita. Umumnya cerita yang dibuat bertemakan pahlawan atau tokoh daerah, pariwisata, pertunjukan, pendidikan serta lagenda.
Umumnya teks bacaan yang disajikan berupa teks cerita yang ditulis dalam bahasa Madura yang isinya memuat kosa kata baik itu kata kerja, kata benda, keterangan, dan kata sifat. Berikut merupakan contoh materi lalampa’an atau teks bacaan yang termuat dalam pembelajaran bahasa Madura. berikut merupakan contoh teks Lalampaan atau teks bacaan yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia :
a. Terjemahan teks cerita bahasa Madura ke dalam bahasa Indonesia.
PARIWISATA a. Mendengarkan
Cerita berawal dari setelah Jokotole dan istrinya keluar dari keratin majapahit lalu menuju ke Sumenep. Siang malam tidak berhenti berjalan. Setelah sampai di sebuah hutan, di tempat inilah istri jokotole yang bernama Dewi Ratnadi ingin mandi dan membersihkan diri. Karena dirinya sedang datang bulan (haid) tetapi tidak menemukan air. Jokotole segera menancapkan Pembelajaran 1
tongkatnya ke tanah, dan seketika keluarlah sumber mata air dengan arus yang deras dan bening. Dewi Ratnadi tiba tiba menangis karena selendangnya hilang terhanyut. Jokotole lalu memanjatkan doa kepada tuhan supaya air tidak mengalir ke tempat yang jauh. Meskipun sumber air keluar dengan deras, tetapi air tidak mengalir ke desa lain. Sampai sekarang tempat tersebut diberi nama desa Ombhen.
b. Teks cerita atau lalampaan yang ditulis dalam bahasa Madura termuat dalam gambar 2.1 berikut ini :
Gambar 2.1 Materi Cerita / Lalampaan Bahasa Madura (Sumber : Buku Pembelajaran Bahasa Madura Kelas 4)
2. Latihan soal yang berkaitan dengan teks cerita atau lalampaan materi bahasa Madura.
Setelah membaca teks cerita umumnya siswa diarahkan untuk mengerjakan latihan soal sebagai evaluasi dari kegiatan pembelajaran
aspek membaca ataupun menyimak sebuah teks bacaan atau lalampaan.
Pada kegiatan latihan soal siswa diharapkan mampu mengartikan kosa kata dengan makna yang lebih mudah difahami siswa berdasarkan kata yang ditemui dalam sebuah teks bacaan atau lalampaan, menjawab pertanyaan terkait isi cerita yang telah dibaca.
Kegiaatan latihan soal, setelah membaca atau menyimak sebuah cerita atau lalampaan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa aspek menulis, berbicara, dan menyimak berdasarkan isi teks cerita yang telah dibaca. melalui latihan soal, guru juga mampu memahami sejauh mana pemahaman serta ketercapaian siswa terhadap SK dan KD pembelajaran bahasa Madura.
Melalui latihan soal, siswa juga mampu berlatih dalam mengapresiasi suatu karya dari orang lain. Salah satu kegiatan evaluasi berupa latihan bagaimana cara mengapresiasi, memberi saran serta tanggapan terhadap sebuah karya orang lain. Karya sastra yang dimuat pada pembelajaran bahasa Madura berupa teks puisi, lalampa’an atau teks bacaan, dan teks cerita dengan berbagai tema.
3. Carakan Madhura
Muatan materi pembelajaran bahasa Madura juga melatih siswa dalam memenuhi aspek menulis dalam bahasa Madura, salah satunya pada muatan materi carakan Madhura. Berikut merupakan contoh dari muatan materi Carakan Madhura yang terlampir pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Carakan Madhure
(Sumber : https://images.app.goo.gl/g8wFSu2c3sgLxwGb9)
c. Manfaat dan Fungsi Pembelajaran Bahasa Madura di Sekolah Dasar Menurut pusat pembinaan dan pengembangan bahasan dalam (Wibawa, 2007) bahasa bahasa seperti Bali, Batak, Bugis, Jawa, Madura, Makasar, dan Sunda yang berkedudukan sebagai bahasa daerah, berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan keberadaan bahasa daerah memiliki peranan penting dalam pembangunan potensi daerah dan juga dalam hubungan antar masyarakat. Sehingga keberadaan bahasa daerah tidak boleh dinggap sebelah mata, akan tetapi perlu dilakukannyaa pengembangan-pengembangan terhadap pembelajaran bahasa daerah.
Masuknya pembelajaran bahasa Madura sebagai pembelajaran muatan lokal, merupakan usaha yang dicanangkan lembaga kependidikan dalam upaya melestarikan budaya dan kearifan lokal suatu daerah melalui pendidikan.
Selain itu pembelajaran muatan lokal juga merupakan sarana dalam melaksanakan tugas dan kewenangan pemerintah provinsi dalam
mengembangkan bahasa dan budaya daerah berdasarkan undang–undang no 22 tahun 1999.
Adanya pembelajaran muatan lokal bahasa Madura juga menjadi bekal pengetahuan dan keterampilan bagi siswa untuk ikut serta dalam melestarikan budaya lokal. Selain itu, adanya pembelajaran muatan lokal bahasa Madura juga menjadi sarana dalam merealisasikan usaha keikut sertaan guru atau tenaga kependidikan dalam melestarikan budaya lokal dengan cara mentrasfer ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki guru melalui pembelajaran muatan lokal bahasa Madura.
d. Pengembangan Materi Pembelajaran Bahasa Madura Berdasarkan KD 1.4 pada Model Pembelajaran Snowball Throwing dengan Permainan Monpoli
Muatan materi pembelajaran bahasa Madura yang akan dikembangkan pada penelitian pengembangan model pembelajaran ST. MOLI (Snowball Throwing dengan permainan Monopoli) adalah KD 1.4 yakni
“Mengungkapkan kata-kata sulit dalam cerita”. Untuk mencapai tujuan pembelajaran berdasarkan KD 1.4 maka setelah membaca atau mendengarkan cerita yang dibacakan oleh guru, siswa diarahkan untuk mencari kata-kata yang dirasa sulit berdasarkan teks bacaan atau lalampaan berupa cerita.
Cerita yang disajikan terdiri dari berbagai tema mulai dari tema pariwisata, Tokoh daerah, Pertunjukan, Pendidikan, dan legenda. Agar terciptanya kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, serta inovatif maka guru perlu melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan sintak atau langkah-langkah model modifikasi ST. MOLI yang merupakan hasil pengembangan model
Snowball Throwing dengan permainan Monopoli pada kegiatan pembelajaran sesuai KD 1.4 yakni menemukan kata-kata sulit.
Berikut merupakan teks cerita yang akan digunakan pada pengembangan model pembelajran ST. MOLI hasil pengembangan model Snowball Throwing dengan permainan Monopoli pada kegiatan pembelajaran sesuai KD 1.4 menemukan kata-kata sulit.
Gambar 2.3 Materi Bahasa Madura
(Sumber : Buku Bahasa Madura Kelas IV 2014 : 1)
Gambar 2.4 Materi Bahasa Madura
(Sumber : Buku Bahasa Madura kelas IV 2014 : 22 )
Gambar 2.5 Materi Bahasa Madura
(Sumber : Buku Bahasa Madura kelas IV 2014 : 12-13)
Gambar 2.6 Materi Bahasa Madura
(Sumber : Buku Bahasa Madura Kelas IV, 2014 : 36)
Masing masing kelompok mendapatkan teks yang berbeda. Kemudian masing-masing mencari kata-kata yang dianggap sulit berdasarkan cerita atau bacaan masing masing kelompok. Setelah itu, siswa menuliskan kata yang dianggap sulit pada kertas berwarna yang akan dibentuk bola, dan melemparkan bola soal pada kelompok lain, sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran Snowball Throwing yang di modifikasi dengan permainan monopoli.
2. Model Pembelajaran Snowball Throwing
a. Pengertian Model Pembelajaran Snowball Throwing
Menurut Rahmawati dalam (Nurul, 2017) secara etimologi Snowball diartikan sebagai “bola salju” dan throwing berarti “melempar”, sehingga secara keseluruhan diartikan melempar bola salju. Sedangkan menurut Menurut Firdaus dalam (Nurul, 2017) model pembelajaran Snowball Throwing merupakan model pembelajaran yang bertujuan untuk menggali potensi kepemimpinan siswa di dalam masing-masing kelompok, dan keterampilan membuat pertanyaan beserta menjawab pertanyaan yang didapat melalui suatu permainan membentuk kertas pertanyaan seperti bola salju dan melemparnya ke kelompok yang lain, sehingga masing-masing kelompok menjawab pertanyaan pada bola yang didapatkan.
Bola soal yang digunakan dalam penerapkan model pembelajaran Snowball Throwing berisi sebuah pertanyaan yang dituliskan oleh siswa berdasarkan materi pembelajaran yang dipaparkan atau bahan ajar yang digunakan oleh guru. Sunistini dkk dalam (Nur Laily, 2018) mendefinisikan teknik pelemparan bola salju adalah teknik yang dapat digunakan untuk memberikan konsep tentang materi yang sulit kepada siswa dan dapat digunakan untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman siswa tentang materi tersebut. Sehingga denggan penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing, guru terbantu dalam menyelesaikan materi yang sulit dipahami oleh siswa.
Berdasarkan kementrian nasional dalam (Nur Laily, 2018) snowball throwing technique is the effective learning recommended by UNESCO, those are: learning to know, learning to do, learning to live together, learning to be.
preceded by conveying the materials. Yang menjelaskan bahwa Snowball Throwing merupakan pembelajaran yang efektif yang direkomendasikan oleh UNESCO karena memuat tahapan pembelajaran yang lengkap mulai dari pengetahuan, brkarya atau melakukan, belajar kebersamaan secara berkelompok yang didapat setelah siswa menerima materi pembelajaran. Maka Snowball Throwing cocok untuk digunakan dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif dan menyenangkan.
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual atau rancangan dalam pelaksanaan pembelajaran maka model pembelajaran memiliki langkah- langkah atau sintak dalam penerapannya. Berikut merupakan langkah –langkah model pembeljaran Snowball Throwing menurut pendapat Suprijono dalam (Hasibuan Mila R., 2018) :
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing- masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertayaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemuann kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa kesiswa lain selama ± 15 menit.
6. Setelah siswa dapat satu bola atau satu pertanayaan diberikan kesempatan kepadda siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Evaluasi 8. Penutup
Sintak atau langkah-langkah dalam sebuah model pembelajaran menggambarkan pelaksanaan awal hingga akhir pembelajaran. Sehingga dalam penerapan sebuah model dalam pembelajaran harus secara runtut.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Snowball Throwing
Setiap model pembelajaran dalam penerapannya tentu memiliki kekurangan dan kelebihan. Begitu juga dengan model pembelajaran Snowball Throwing. Menurut Shoimin (Miza, 2016) kelebihan model pembelajaran Snowball Throwing, sebagai berikut :
1. Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.
2. Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untk membuat soal dan diberikan pada siswa lain.
3. Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya.
4. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
5. Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung dalam praktek.
6. Pembelajaran menjadi lebih efektif.
7. Ketiga aspek (aspek koknitif, afektif dan psikomotor) dapat tercapai.
Selain kelebihan dari model pembelajaran Snowball Throwing, Shoimin dalam (Miza, 2016) juga mengemukakan kekurangan dari model pembelajaran Snowball Throwing, yakni:
1. Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan.
2. Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.
3. Individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. tapi tdk menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberiaan kuis individu dan penghargaan kelompok.
4. Memerlukan waktu yang panjang.
5. Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar.
6. Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.
d. Modifikasi Model Pembelajaran ST. MOLI (Snowball Throwing dengan Permainan Monopoli)
Penelitian yang akan dilakukan sebagai solusi dari permasalahan yang ada di sekolah berdasarkan hasil observasi yakni melakukan pengembangan terhadap model pembelajaran Snowball Throwing dengan konsep permainan monopoli, sehingga diperoleh sintak atau langkah-langkah modifikasi model ST. MOLI sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan materi pembelajaran sesuai SK-KD, dan Indikator pembelajaran, mbentuk kelompok secara acak berdasarkan hitungan 1-5 dan memberikan nomor urut pada siswa disetiap kelompok untuk menjawab soal.
2. Setiap kelompok menunjuk satu orang sebagaia ketua kelompok untuk mengambil nomor urut pelemparan bola soal, dan urutan main.
3. Masing-masing kelompok membaca teks cerita dan mendiskusikan pemilihan soal berdasarkan teks cerita yang telah dibaca.
4. Setiap siswa dalam kelompok menuliskan satu pertanyaan berdasarkan teks cerita yang telah dibaca pada lembar kertas berwarna yang disediakan, kemudian membentuk kertas pertanyaan menyerupai sebuah bola.
5. Bola soal dilempar pada kelompok lain berdasarkan urutan dadu pelemparan. Pastikan setiap siswa dalam kelompok memiliki satu bola soal yang telah dilempar kelompok lain.
6. Masing-masing kelompok menjawab soal yang didapatkan sesuai nomor urut, berdasar urutan main.
7. Kelompok yang dapat menjawab soal dengan benar mendapat reward berupa uang mainan (sesuai nilai soal). Bagi kelompok yang belum bisa menjawab soal, akan dikenakan denda (sesuai nilai soal), dan mengambil kartu kesempatan untuk melempar soal pada kelompok lain sebagai kelompok pengganti. Apabila kelompok pengganti dapat menjawab soal, maka berhak mengambil kartu dana umum untuk mendapatkan reward. Bila kelompok pengganti tidak dapat menjawab soal, maka soal dianggap hangus dan berganti pada pemain selanjutnya.
8. Reward yang didapatkan berupa uang mainan dapat ditukar dengan properti yang tersedia sesuai harga.
9. Guru menutup kegiatan pembelajaran setelah semua soal terjawab, dan terdapat kelompok pemenang dengan jumlah properti atau uang terbanyak.
3. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Dalam menciptakan kegiatan belajar mengajar yang inovatif, aktif, dan menyenangkan serta dapat mencapai tujuan pembelajaran, tentunya tidak lepas dari peranan model pembelajaran. Menurut pendapat supriyono yang senada dengan Joyce dalam (Nafi’ah,2018:17) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah pola yang digunakan untuk penyususnan kurikulun, pengaturan materi, dan memberi petunjuk kepada guru di dalam kelas.
Sedangkan model pembelajaran menurut Sukamto, dalam (Muhadab,2010) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”.
Joyce, dkk dalam (Tayeb, 2017) juga mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan model belajar, yang mana dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan, atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri.
Sehingga denggan penggunaan model pembelajaran guru dapat mengarahkan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat ahli mengenai model pembelajaran, maka dapat dismpulkan bahawa model pembelajaran merupakan pola atau rancangan yang digunakan guru dalam memandu jalannya pembelajaran di kelas.
sehingga kreatifitas guru dalam merencanakan atau melaksanakan kegiatan pembelajaran sangatlah diperlukan, agar pembelajaran terlaksana sebagaimana yang dicita-citakan yakni mampu mencapai tujuan pembelajaran, serta dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Apabila siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar dengan bantuan model pembelajaran yang diterapkan, materi pembelajaran yang dipaparkan oleh guru akan mudah dipahami oleh siswa. selain itu, dengan penerapan model pembelajaran yang inovatif juga mampu menarik minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran.
b. Ciri – ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dibandingkan pendekatan, strategi, metode, serta teknik dan taktik dalam pembelajaran, hal
ini karena model pembelajaran memuat gambaran awal hingga akhir sebuah pembelajaran. Menurut Joyce dalam (Nuryatmojo D. L., Rokhman F., 2015) mengemukakan bahawa setiap model pembelajaran memiliki unsur-unsur pembengun meliputi :
1) Sintak atau tahapan model.
2) Sistem Sosial yang merupakan situasi, suasana dan norma dalam model.
3) prinsip reaksi yang merupakan pola kegiatan yang menggambarkan seorang guru mengamati dan memperlakukan siswa.
4) Sistem pendukung merupakan segala sarana, bahan, dan alat yang digunakan dalam mengimplementasikan model pembelajaran.
5) Dampak instruksional yang merupakan hasil belajar yang dihasilkan dari proses pembelajaran sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh siswa.
Apabila suatu model pembelajaran telah memuat lima unsur yang harus dimiliki sebuah model pembelajaran berdasarkan pendapat Joyce, maka model pembelajaran tersebut dapat dikategorikan sebagai sebuah model pembelajaran yang baik.
c. Manfaat Model Pembelajaran
Adanya model pembelajaran dalam keberlangsungan kegiatan belajar mengajar tentunya memiliki manfaat tersendiri, bagi guru dan siswa. berikut merupakan beberapa manfaat model pembelajaran dalam (Octavia,2020:15) diantaranya yakni :
1) Manfaat Bagi Guru
a. Memudahkan dalam melaksanakan tugas pembelajaran sebab langkah-langkah yang akan ditempuh sesuai dengan waktu yang tersedia, tujuan yang hendak dicapai, kemampuan daya serap siswa, serta keset ketersediaan media yang ada dapat dijadikan sebagai alat untuk mendorong aktivitas siswa dalam pembelajaran.
b. Memudahkan untuk melakukan analisis terhadap perilaku siswa secara personal maupun kelompok dalam waktu relatif singkat.
c. Memudahkan untuk menyusun bahan pertimbangan dasar dalam merencanakan penelitian tindakan kelas atau PTK dalam rangka memperbaiki atau menyempurnakan kualitas pembelajaran
2) Manfaat Bagi Siswa
a. kesempatan yang luas untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b. Memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran.
c. Mendorong semangat belajar serta ketertarikan mengikuti pembelajaran secara penuh.
d. Dapat melihat atau membaca kemampuan pribadi di kelompoknya secara objektif.
4. Permainan Monopoli
Permainan monopoli merupakan salah satu permainan moderen yang umum dimainkan, dan digemari oleh seluruh kalangan, mulai dari kalangan anak-anak, remaja, hingga dewasa menyukai permainan monopoli. Di dunia pendidikan, permainan monopoli juga sering digunakan sebagai media pembelajaran, baik yang masih original ataupun yang sudah termodifikasi cara mainnya.
Penggunaan media permainan monopoli pada kegiatan pembelajaran bertujuan untuk menumbuhkan minat dan antusiasme siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung melalui konsep belajar sambil bermain. permainan monopoli sendiri Menurut Monopoli candi Internasional dalam (El Abrori, 2018) merupakan sebuah permainan yang dimulai dari garis start dan berjalan mengelilingi petak lahan bangunan yang disesuaikan dengan angka yang muncul pada dadu. pelaksanaan permainannya terdapat ketentuan bahwa lahan bangunan bisa dibeli oleh pemain jika lahan tersebut belum dibeli oleh pemain lainnya.
Apabila lahan tersebut sudah dimiliki oleh salah satu pemain, maka lawan main yang menduduki lahan tersebut harus membayar pajak yang telah ditentukan sebelumnya, dengan uang mainan.
Karakteristik yang dimiliki permainan monopoli yang membedakan dengan permainan lainnya adalah memperkenalkan sesuatu yang ada di sekitarnya dengan sebuah kartu. Sedangkan tujuan dari permainan monopoli menurut Husna dalam (El Abrori, 2018) bertujuan untuk menguasai seluruh petak lahan yang ada dengan cara membeli, menjual, dan menyewa yang dibuat lebih sederhana.
Proses pengembangan permainan monopoli pada penelitian yang akan dilakukan kali ini, adalah melakukan modifikasi terhadap sebuah model pembelajaran, yakni model pembelajaran Snowball Throwing dengan permainan monopoli, sehingga tercipta sebuah model Snowball Throwing dengan sintak atau langkah pelaksanaan yang baru dan lebih inovatif, sehingga dapat menarik kembali, dan menumbuhkan minat siswa pada kegiatan pembelajaran.
a. Manfaat Permainan Monopoli
Permainan monopoli merupakan sebuah permainan dengan konsep pendekatan keterampilan, yang mana pada pelaksanaannya sangat menekankan pada keaktifan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung.
Untuk itu, perancangan permainan monopoli memerlukan inovasi dan kreatifitas agar pada proses penerapannya dapat menarik minat siswa.
Menurut Fatimatuzzahro dalam (El Abrori, 2018) permainan monopoli memiliki beberapa manfaat, diantaranya :
1. Peserta didik mampu mengembangkan diri secara perkembangan fisik, perkembangan psiko, dan perkembangan kognitif.
2. Permainan monopoli digunakan sebagai sarana sosialisasi dengan teman sejawat, serta sarana melepas ketengangan.
3. Permainan monopoli dapat mengembangkan imajinasi peserta didik sehingga dapat bekerja sama dalam kelompok, saling berbagi, dan tolong menolong.
4. Melatih konsentrasi selama proses permainan.
b. Langkah-langkah Model Permainan Monopoli
Permainan monopoli umumnya dimainkan dengan langkah-langkah sebgai berikut :
1. Menyiapkan peralatan permainan. Membagikan jumlah uang dengan nominal yang sama pada setiap pemain, dan menempatkan kartu dana umum dan kesempatan pada tempatnya.
2. Pemain melempar dadu untuk mencari angka terbesar atar pemain untuk menentukan urutan main (angka dadu paling besar bermain lebih dulu).
3. Permainan dimulai dengan melewati garis start oleh pemain pertama.
4. Pemain bergerak mengelilingi petak demi petak pada monopoli. Jika pemain melewati petak penanda dana umum atau kartu kesempatan, maka pemain harus mengambil kartu sesuai dengan intruksi pada petak yang dilewati.
5. Pemain dapat membeli, menjual, dan menyewa petak pada monopoli.
6. Apabila salah satu pemain telah banyak menguasai petak dan uang pada monopoli, maka dapat dinyatakan sebagai pemenang.
B. Kajian Pemelitian yang Relevan
Kajian terhadap beberapa skripsi terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian ini telah dilakukan untuk menambah keluasan wawasan dan pemahaman, serta pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang di muat pada table 2.2 mengenai beberapa penelitian yang relevan.
Tabel 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
No. Penulis / Judul Persamaan Perbedaan Keunggulan
1. Mirza Riadiani (2016) / Keterampilan menulis Aksara Jawa melalui model pembelajaran Snowball Throwing pada siswa kelas 3 SDN Pekoren 1 Pasuruan
- Menggunakan model Snowball Throwing untuk mengatasi permasalahan pada kegiatan belajar mengajar yang monoton.
- Fokus penelitian pembelajaran mulok / kearifan lokal (bahasa daerah)
- Metode penelitian Kualitatif
- Fokus penelitian tentang model Snowball
Throwing dalam meningkatkan keterampilan menulis
- Subjek penelitian kelas rendah yaitu kelas 3
- Data primer diambil
berdasarkan keterampilan menulis siswa
- Adanya pengembangan terhadap model Snowball
Throwing dengan konsep permainan.
- Fokus penelitian menggali kata-kata sulit dalam teks cerita
- Telah melalui evaluasi di setiap tahapannya sesuai dengan tahapan model
pengembangan ADDIE 2. Siti Su’indayah (2016) /
Model Pembelajaran Snowball Throwing pada mata pembelajaran TIK kelas VII di SMP 39 Semarang
- Menggunakan model Snowball Throwing untuk mengatasi permasalahan pada kegiatan belajar
mengajar yang monoton.
- Fokus penelitian pada peningkatan keaktifan dan hasil belajar
pembelajaran TIK - Digunakan di
jenjang pendidikan tingka lanjut (SMP)
- Menggunakan metode penelitian Kualitatif
- Adanya pengembangan terhadap model Snowball
Throwing dengan permainan
Monopoli
- Telah melalui evaluasi di setiap tahapannya sesuai dengan model pengembangan ADDIE 3. Pariani (2014) /
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Akuntansi Siswa Kelas X AK 1 SMK PGRI 1 Sentolo Kulon Progo Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014
- Dipergunakan untuk mengatasi masalah rendahnya aktifitas dan hasil belajar dikelas.
- Sebagai solusi terciptanya model pembelajaran yang inovatif.
- Aspek yang akan diteliti adalah gaya belajar guru, kmampuan siswa dan aktifitas siswa di kelas.
- Dipergunakan di jenjang tingkat Atas (SMA/SMK) - Muatan materi
rumus, angka, dan materi
- Menggunakan metode penelitian PTK
- Adanya pengembangan terhadap model Snowball
Throwing dengan permainan
Monopoli
- Telah melalui evaluasi di setiap tahapannya sesuai dengan model pengembangan ADDIE
C. Kerangka Pikir
Gambar 2.7 Kerangka Pikir
Pada penelitian ini akan menghasilkan produk akhir berupa “pengembangan model pembelajaran ST.MOLI (Snowball Throwing dengan permaian monopoli) pada bahasa Madura di kelas IV Sekolah
Dasar”.
Model Pengembangan
Model penelitian dan pengembangan yang digunakan adalah model ADDIEyang terdiri dari lima tahapan yakni (1) Analyis, (2) Design, (3) Development, (4) Implementation dan (5) Evaluation
Lokasi SDN Dharma Tanjung 1
Instrumen Penelitian 1. Lembar
Observasi 2. Lembar
Wawancara 3. Angket 4. Soal Tes
Pengumpulan Data 1. Observasi 2. Wawancara 3. Angket 4. Tes
5. Dokumentasi
Analisis Data 1. Kualitatif (kritik& saran) 2. Kuantitatif (angket validasi
dan Respon penggunaan, hasil tes)
Analisis kebutuhan siswa kelas IV
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 4-5 Oktober 2021, saranan dan prasarana yang dimiliki sekolah sudah lengkap serta memadai. Jumlah siswa terdiri dari 22 orang siswa. saat pembelajaran berlangsung guru masih menyajikan kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional, dan belum maksimal dalam menggunakan model pembelajaran, sehingga pembelajaran berjalan monoton yang mengakibatkan menurunnya minat dan antusiasme siswa terhadap kegiatan pembelajaran bahasa Madura. untuk itu perlu dilakukan pengembangan terhadap model pembelajaran agar menjadi model pembelajaranyang inovatif.
Kondisi Faktual
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 4-5 oktober 2021 adapun informasi yang diperoleh :
1. Guru belum maksimal dalam penggunaan model pembelajaran
2. Kegiatan pembelajaran berlangsung monoton karena Kurangnya inovasi guru dalam mengemas kegatan pembelajara
3. Kurangnya minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran.
Kondisi Ideal
A. Perlunya penerapan model pembelajaran untuk mengemas pembelajaran menjadi lebih Inovatif B. Perlunya kreatifitas dan inovasi dalam
mengemas pembelajranagar menarik dan menyenangkan.
C. Siswa memiliki minat terhadap kegiatan pembelajaran