• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. a. Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Di Provinsi Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. a. Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Di Provinsi Jawa Tengah"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Diskripsi Perkebunan di Provinsi Jawa Tengah

a. Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Di Provinsi Jawa Tengah

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah merupakan dinas teknis terkait yang mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan urusan pemerintah daerah bidang perkebunan berdasrkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan, hak tersebut sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 79 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 tersebut, Dinas Perkebunan mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan teknis bidang perkebunan;

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang perkebunan;

3. Pembinaan dan fasilitasi bidang perkebunan lingkup provinsi dan kabupaten/kota;

4. Pelaksanaan tugas sarana dan prasarana, produksi perkebunan, usaha perkebunan, pengolahan hasil, dan pemasaran perkebunan;

5. Pemantauan, evakuasi, dan pelaporan bidang perkebunan;

6. Pelaksanaan kesekretariatan dinas; dan

7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(2)

commit to user

Susunan organisasi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah seperti yang terdapat dalam Lampiran 2 memberikan tugas dan fungsi kepada masing- masing bagian. Dari bagan susunan organisasi tersebut maka tugas pokok dan fungsi masing-masing bagian dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Kepala Dinas (Pasal 4 – 5)

Kepala Dinas memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Perkebunan sebagaimana dijelaskan pada Pasal 2 dan Pasal 3 Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 79 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Kepala Dinas membawahkan:

a. Sekretariat yang dipimpin oleh sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas;

b. Bidang Sarana dan Prasarana, Bidang Produksi Perkebunan, Bidang Usaha Perkebunan, Bidang Pengelolahan Hasil Perkebunan yang masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas;

c. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang dipimpin oleh seorang Kepala UPTD yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas; dan

d. Kelompok Jabatan Fungsional yang dipimpin oleh seorang Tenaga Fungsional senior ketua kelompok dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

2. Sekretariat (Pasal 6 – 11)

Mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi dan pelaksanaan di bidang program, keuangan, umum dan kepegawaian. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, sekretaris mempunyai fungsi:

(3)

commit to user

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang program;

b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelengaraan tugas secara terpadu, pelayanan adminitrasi, dan pelaksanaan di bidang keuangan;

c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan adminitrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian; dan d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Sekretariat membawahkan:

a. Subbagian Program

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanaan adminitrasi, dan pelaksanaan di bidang program, meliputi: koordinasi perencaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan serta pengelolaan sistem informasi di lingkungan Dinas;

b. Subbagian Keuangan

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang keuangan, meliputi: pengelolaan keuangan, verifikasi, pembukuan, dan akuntansi di lingkungan Dinas.

c. Subbagian Umum dan Kepegawaian

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanaan administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian, meliputi: pengelolaan adminitrasi kepegawaian,

(4)

commit to user

hukum, humas, organisasi dan tatalaksana, ketatausahaa, rumah tangga, dan perlengkapan di lingkungan Dinas.

3. Bidang Sarana dan Prasarana (Pasal 12 – 16)

Mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang sarana produksi, lahan, dan air. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Sarana dan Prasarana mempunyai fungsi:

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang sarana produksi;

b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang lahan dan air; dan

c. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Sarana dan Prasarana membawahkan:

a. Seksi Sarana Produksi

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang sarana produksi, meliputi: pelaksanaan kebijakan, identifikasi, inventarisasi, fasilitasi dan kerjasama terkait pupuk, pestisida dan alat mesin perkebunan, penerapan standar mutu pupuk dan pestisida; dan

b. Seksi Lahan dan Air

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang lahan dan air, meliputi:

pelaksanaan kebijakan, penyusunan peta rencana induk (blue print), dan pengembangan rehabilitasi, konservasi, optimasi dan pengendalian lahan dan air, pelaksanaan koordinasi dan kerjasama bidang pengelolaan lahan dan air wilayah provinsi, penetapan dan pengawasan tata ruang dan tata guna lahan perkebunan wilayah

(5)

commit to user

provinsi, pelaksanaan bimbingan pengembangan teknologi irigasi air permukaan dan air bertekanan untuk perkebunan.

4. Bidang Produksi Perkebunan (Pasal 16 – 22)

Mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang teknologi benih, teknis budidaya, dan perlindungan. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Bidang Produksi Perkebunan mempunyai fungsi:

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang teknologi benih;

b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang teknis budidaya;

c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang perlindungan; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Produksi Perkebunan membawahkan:

a. Seksi Teknologi Benih

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang teknologi benih, meliputi: antar lapangan (antar kabupaten), pelaksanaan koordinasi dan kerjasama bidang perbenihan dengan instansi terkait, pelaksanaan identifikasi dan pengembangan varietas unggul local, penetapan kebun induk dan blok penghasil tinggi benih perkebunan wilayah provinsi, pengaturan penggunaan benih perkebunan di wilayah provinsi;

b. Seksi Teknis Budidaya

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang teknis budidaya, meliputi: penyusunan kebijakan teknis, koordinasi dan kerjasama, pelaksanaan bimbingan penerapan pedoman teknis budidaya

(6)

commit to user

perkebunan wilayah provinsi, pelaksanaan identifikasi areal dan produksi tanaman semusi, tahunan, serta tanaman rempah dan penyegar, penyusunan peta rencana induk (blue print) pengembangan tanaman semusim, tahunan, serta tanaman rempah dan penyegar, pelaksanaan dan bimbingan teknis kegiatan intensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi tanaman semusim, tahunan serta tanaman rempah dan penyegar, pelaksanaan kaji terap teknologi budidaya, tanaman semusim, tahunan serta tanaman rempah dan penyegar.

c. Seksi Perlindungan

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang perlindungan, meliputi:

pelaksanaan koordinasi, kebijakan dan pedoman perlindungan perkebunan wilayah provinsi, penyebaran informasi serangan organism pengganggu tanaman dan rekomendasi pengendaliannya di wilayah provinsi, pengaturan pelaksanaan penanggulangan ekplosi organism pengganggu tanaman perkebunan di wilayah provinsi, dan pelaksanaan bimbingan teknis kelestarian alam.

5. Bidang Usaha Perkebunan (Pasal 23 – 27)

Mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknsi, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang pembinaan usaha, pengembangan kelembagaan dan Sumber Daya Masyarakat (SDM).

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Bidang Usaha Perkebunan mempunyai fungsi:

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang pembinaan usaha;

b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang pembinaan usaha; dan

c. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(7)

commit to user

Bidang Usaha Perkebunan membawahkan:

a. Seksi Pembinaan Usaha

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang pembinaan usaha, meliputi: pelaksanaan koordinasi, kebijakan, dan pedoman pembinaan usaha perkebunan wilayah provinsi, pemberian izin dan registrasi usaha perkebunan lintas kabupaten/kota, pelaksanaan pemantauan dan pengawasan izin usaha perkebunan lintas kabupaten/kota, pelaksanaan penilaian klasifikasi perusahaan perkebunan, pelaksanaan pemantauan dan pemeriksaan AMDAL/UKL-UPL serta sanitasi lingkungan perusahaan perkebunan wilayah provinsi, pelaksanaan pengendalian gangguan usaha pada perkebunan besar, pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pembiayaan usaha perkebunan, dan kelayakan usaha tani di wilayah provinsi.

b. Seksi Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan, meliputi: penyusunan kebijakan dan pedoman teknis pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan petani perkebunan wilayah provinsi, pelaksanaan koordinasi bidang pengembangan SDM dan kelembagaan perkebunan di wilayah provinsi, penetapan kebijakan dan pedoman pola kerjasama kemitraan usaha perkebunan wilayah provinsi, pelaksanaan inventarisasi penyusunan data kelembagaan perkebunan, pelaksanaan pembinaan dan identifikasi kelompok tani perkebunan, pelaksanaan bimbingan dan pengembangan kemitraan petani, asosiasi dengan dunia usaha perkebunan, dan pelaksanaan upaya peningkatan kualitas SDM melalui bimbingan teknis usaha perkebunan.

(8)

commit to user

6. Bidang Pengelolahan Hasil Perkebunan (Pasal 28 – 32)

Mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pasca panen dan pengolahan, dan pemasaran. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Bidang P engelolahan Hasil Perkebunan mempunyai fungsi:

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang pasca panen dan pengolahan;

b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang pemasaran; dan

c. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Pelolahan Hasil Perkebunan membawahkan:

a. Seksi Pasca Panen dan Pengolahan

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang pasca panen dan pengolahan, meliputi: pelaksanaan koordinasi, kebijakan, dan pedoman serta pemantauan dan evaluasi penanganan panen, pasca panen dan pengolahan hasil, bimbingan teknis penanganan panen, pasca panen dan pengolahan hasil komoditas perkebunan, pelaksanaan bimbingan teknis pengemasan dan penyimpangan komoditas perkebunan.

b. Seksi Pemasaran

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang pasca pemasaran, meliputi: pelaksanaan koordinasi, kebijakan, pedoman, pemantauan dan evaluasi, promosi dan fasilitasi pemasaran hasil perkebunan wilayah provinsi, dan penyebarluasan informasi pasar wilayah provinsi.

(9)

commit to user

7. Kelompok Jabatan Fungsional (Pasal 33 – 34)

Mempunyai tugas sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan bidang keahliannya yang jumlahnya ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis, jenjang jabatan fungsional, dan pembinaan terhadap pejabat fungsional diatur dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah diatur dalam pasal 35 – 39 Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 79 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa guna melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, dan Kepala Seksi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur serta harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

Dalam melaksanakan tugasnya, masing-masing jabatan tersebut harus menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi secara vertical maupun horisontal baik ke dalam maupun antar satuan organisasi dalam lingkungan Pemerintahan Daerah serta instansi lain sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing. Pelaksanaan tugas tersebut diikuti dengan ketentuan:

1. Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, dan Kepala Seksi bertanggung jawab dalam memimpin, mengkoordinasikan, dan memberikan bimbingan-bimbingan serta petunjuk-petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya masing-masing;

(10)

commit to user

2. Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, dan Kepala Seksi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk-petunjuk dan bertanggung jawab pada atasan masing-masing serta menyampaikan laporan tepat pada waktunya;

3. Dalam menyampaikan laporan masing-masing kepada atasan, tembusan laporan dapat disampaikan kepada satuan organisasi lain di lingkungan Dinas yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja;

4. Setiap laporan yang diterima oleh Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, dan Kepala Seksi dari bawahan wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut dan dijadikan bahan untuk memberikan petunjuk kepada bawahan; dan

5. Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala UPTD, dan Pejabat Fungsional menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas dan berdasarkan hal tersebut Sekretaris menyusun laporan berkala Kepala Dinas kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

a) Pemberian Izin Usaha Perkebunan di Provinsi Jawa Tengah

Setiap perusahaan perkebunan khususnya di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang menjalankan usahanya baik untuk membudidayakan atau mengelola perkebunan harus mendapatkan Izin Usaha Perkebunan (IUP) terlebih dahulu dari Dinas teknis yang terkait, yang dalam hal ini adalah Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

Dasar hukum pemberian IUP bagi perusahaan perkebunan terdapat dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26/Permentan/OT.140/2/2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perekebuna, Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Perizinan Usaha Perkebunan, dan Peraturan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Perizinan Usaha Perkebunan. Provinsi Jawa Tengah merupakan satu-

(11)

commit to user

satunya provinsi di Indonesia yang memiliki Peraturan Daerah tentang Izin Usaha Perkebunan sebelum dikeluarkannya Permentan Nomor 26 Tahun 2007.

Perizinan diperlukan dalam rangka penertiban, pengendalian, pemanfaatan, dan pengawasan terhadap sumber daya alam untuk usaha perkebunan yang dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran masyarakat dengan mengoptimalkan sumber daya alam yang berkelanjutan, daya dukung, dan keanekaragaman jenis sehingga perlu mengatur pembinaan, pengamanan, dan pengendalian. Dalam Pasal 37 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Perizinan Usaha Perkebunan dinyatakan bahwa dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka orang pribadi, perusahaan perkebunan, dan group perusahaan yang telah melakukan usaha perkebunan wajib mengajukan izin dalam jangka waktu selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini (4 Mei 2005) (Lego Karjoko, 2007: 57).

IUP adalah izin tertulis yang wajib dimiliki oleh perusahaan perkebunan untuk dapat melakukan usaha budidaya perkebunan dan/atau usaha industri perkebunan dan/atau usaha wisata argo perkebunan serta usaha diversifikasi lainnya untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan. Dalam Perementan Nomor 26/Permentan/OT.140/2/2007, yang dimaksud dengan IUP adalah izin tertulis dari pejabat berwenang dan wajin memiliki oleh perusahaan yang melakukan usaha budidaya perkebunan dan wajib dimiliki oleh perusahaan yang melakukan budidaya perkebunan dan terintegrasi dengan usaha industri pengelolahan hasil industri perkebunan. Permentan tersebut dilator belakangi oleh keinginan untuk meningkatkan upaya percepatan pelayanan perizinan dan investasi pertanian yang dilaksanakan oleh pusat perizinan dan investasi beserta instansi yang terkait dalam lingkup Kementrian Pertanian.

(http://www.anneahira.com/izin-usaha-perkebunan.htm).

IUP dibedakan menjadi 2 (dua) macam sesuai dengan bidang usaha yang dijalankan oleh perusahaan perkebunan, yaitu usaha budi daya tanaman

(12)

commit to user

perkebunan dan usaha industri pengelolahan hasil perkebunan. Yang dimaksud dengan:

1. Usaha budi daya tanaman perkebunan merupakan serangkaian kegiatan pengusahaan tanaman perkebunan yang meliputi kegiatan pra tanam, penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pemanenan. Usaha budi daya tanaman perkebunan harus dilengkapi dengan IUP untuk budi daya (IUP- B). IUP-B adalah izin tertulis dari pejabat yang berwenang dan wajib dimiliki oleh perusahaan yang melakukan usaha budidaya perkebunan.

2. Usaha industri pengolahan hasil perkebunan merupakan serangkaian kegiatan penanganan dan pemprosesan yang dilakukan terhadap hasil tanaman perkebunan yang ditunjukan untuk mencapai nilai tambah yang lebih tinggi. Usaha budi daya tanaman perkebunan harus dilengkapi dengan IUP untuk pengelolahan hasil perkebunan (IUP-P). IUP-P adalah izin tertulis dari pejabat yang berwenang dan wajib dimiliki oleh perusahaan yang melakukan usaha industri pengolahan hasil perkebunan.

Bagi perusahaan perkebunan yang lokasi perkebunannya berada pada lintas daerah Kabupaten dan/atau Kota permohonan IUP disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan Menteri Pertanian, sedangkan untuk perusahaan perkebunan yang lokasi lahan usaha perkebunannya berada di suatu wilayah daerah Kabupaten dan/atau Kota permohonan IUP disampaikan kepada Bupati/Walikota dengan tembusan Menteri Pertanian. Ketentuan tersebut didasrkan pada surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 357/Kms/HK.350/5/2002 tentang Penyelesaian Ijin Usaha Perkebunan.

IUP berlaku selama perusahaan perkebunan masih melaksanakan kegiatannya sesuai dengan baku teknis dan ketentuan yang berlaku. Untuk memperoleh IUP, perusahaan perkebunan selaku pemohon wajib menyampaikan permohonannya secara tertulis kepada Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah paling lama dalam jangka 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan kegiatan usaha perkebunan. Permohonan diajukan

(13)

commit to user

sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam Peraturan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Perizinan Usaha Perkebunan sebagaimana yang digambarkan dalam gambar 2 dibawah ini:

Gambar 2. Alur Tahapan Tata Cara Permohonan Perizinan Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah

Pemohon membawa berkas persyaratan rangkap 10 disertai dengan pengantar

PEMEGANG KAS

PEMBANTU PENERIMAAN DINBUN

Lantai I Sub Bagian Keuangan Pemohon membayar:

- Retribusi

- Biaya Administrasi - Biaya Tim Teknis

Pemeriksa Kebun SUB DINAS

KELEMBAGAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA (KPU) Lantai IV

Pemohon menyerahkan:

- Kuintasi bukti pembayaran - Berkas persyaratan

Kegiatan yang dilakukan oleh KPU:

- Mengoreksi kelengkapan berkas pemohon

- Dalam waktu 1 (satu) hari menyatakan berkas Lengkap/Tidak Lengkap (L/TL)

- Menjadwalkan

pelaksanaan pemeriksaan kebun secara fisik oleh Tim Teknis

- Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan diterbitkan IUP dan diserahkan langsung kepada Pemimpin

Kebun/Administratur di kebun.

(14)

commit to user

Berdasarkan alur tahapan tata cara perizinan yang terdapat dalam gambar 2 tersebut dijelaskan dalam uraian sebagai berikut:

1. Permohonan IUP dilakukan oleh pemohon dengan membayar retribusi berupa biaya administrasi dan biaya Tim Pemeriksaan Kebun yang dibayarkan lewat Pemegang Kas Pembantu Penerimaan Dinas Perkebunan, kemudia Pemegang Kas Pembantu Penerimaan membuat tanda bukti pembayaran yang ditandatangani bersama oleh Wajib Retribusi dan Wajib Pungut.

2. Setelah pemohon memperoleh tanda bukti pembayaran retribusi dari Pemegang Kas Pembantu Penerimaan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah kemudian tanda bukti tersebut diserahkan kepada Sub Dinas Kelembagaan dan Pengembangan Usaha Dinas Perkebunan dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut:

a. Permohonan Izin Usaha Perkebunan (IUP) 1) Visi dan misi perusahaan;

2) Akta pendirian badan hukum perusahaan dan perubahannya;

3) Fotocopy sertifikat hak atas tanah (HGU) atau dokumen hak atas tanah tersebut atau dokumen atas proses menuju terbitnya hak;

4) Surat keterangan domisili perusahaan;

5) Surat keputusan hak atas tanah (HGU);

6) Program kerja pembangunan kebun dalam jangka waktu pendek (3 tahun);

7) Surat pernyataan pemberdayaan masyarakat sekitar kebun;

8) Laporan semester perkebangan kegiatan usaha perkebunan;

9) Bukti fotocopy pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan 2 (dua) tahun terakhir;

10) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

(15)

commit to user

11) Rekomendasi kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan Bupati/Walikota untuk IUP yang diterbitkan oleh Gubernur;

12) Rekomendasi kesesuaian dengan rencana makro pembangunan perkebunan provinsi dari Gubernur untuk IUP yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota;

13) Izin lokasi dari Bupati/Walikota yang dilengkapi dengan peta calon lokasi dengan skala 1 : 100.000 atau 1 : 50.000;

14) Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari Instansi Kehutanan (apabila areal berasal dari kawasan hutan);

15) Jaminan pasokan bahan baku yang diketahui oleh Bupati/Walikota;

16) Rencana kerja pembangunan kebun dan unit pengolahan hasil kebun;

17) Hasil Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

18) Pernyataan perusahaan belum menguasai lahan melebihi batas luar maximum;

19) Pernyataan kesanggupan memiliki sarana, prasarana, dan sistem untuk melakukan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT);

20) Pernyataan kesanggupan memiliki sarana, prasarana, dan sistem untuk melakukan pembukaan lahan tanpa pembakaran serta pengendalian kebakaran;

21) Pernyataan kesediaan dan rencana kerja pembangunan untuk masyarakat sesuai dengan Pasal 11 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26/Permentan/OT.140/2007; dan

(16)

commit to user

22) Pernyataan kesediaan untuk melakukan kemitraan.

b. Permohonan IUP untuk budidaya (IUP-B) 1) Visi dan misi perusahaan;

2) Akta pendirian badan hukum perusahaan dan perubahannya;

3) Fotocopy sertifikat hak atas tanah (HGU) atau dokumen hak atas tanah tersebut atau dokumen atas proses menuju terbinya hak;

4) Surat keteranngan domisili perusahaan;

5) Surat keputusan hak atas tanah (HGU);

c. Permohonan IUP untuk pengolahan hasil perkebunan (IUP-P) 1) Visi dan misi perusahaan;

2) Akta pendirian badan hukum perusahaan dan perubahannya yang terakhir;

3) Nomor Pajak Wajib Pajak (NPWP);

4) Surat keterangan domisili perusahaan;

5) Rekomendasi kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dari Bupati/Walikota untuk IUP-P yang diterbitkan oleh Gubernur;

6) Rekomendasi kesesuaian dengan rencana makro pembangunan perkebunan provinsi dari Gubernur untuk IUP-P yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota;

7) Izin lokasi dari Bupati/Walikota yang dilengkapi dengan peta calon lokasi dengan skala 1 : 100.000 atau 1 : 50.000;

8) Rekomendasi lokasi dari Pemerintahan Daerah lokasi unit pengolahan;

9) Jaminan pasokan bahan baku yang diketahui oleh Bupati/Walikota;

10) Rencana kerja pembangunan unit pengolahan hasil perkebunan;

11) Hasil Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya

(17)

commit to user

Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

12) Pernyataan kesediaan untuk melakukan kemitraan;

13) Pemberian Izin Usaha Budidaya Perkebunan dan/atau Izin Industri Pengolahan Hasil Perkebunan dalam rangka penanaman modal asil atau penanaman modal dalam negeri, terlebih dahulu mendapat rekomendasi teknis dari Direktur Jenderal Perkebunan; dan

14) Fotocopy bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan 2 (tahun) terakhir.

3. Setelah berkas permohonan beserta seluruh persyaratannya diteliti dan apabila secara administrasi dinyatakan lengkap selanjutnya pemohon diberitahu waktu pemeriksaan fisik kebun.

4. Pemeriksaan fisik kebun dilakukan dengan oleh Tim Teknis Pemeriksa Kebun yang terdiri dari unsur-unsur:

Ketua : Kepala sub dinas Kelembagaan dan Pengembangan Usaha Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

Sekretaris : Kepala seksi perizinan pengembangan usaha dan kelembagaan pada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

Anggota : a. Kepala dinas terkait yang membidangi perkebunan pada Kabupaten/Kota domisili kebun;

b. Gabungan Perusahaan Perkebunan (GPP) Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta; dan

c. Seksi Pengembangan Sumber Daya pada Sub Dinas Kelembagaan dan Pengembangan Usaha Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

Tugas Tim Teknis dalam pemeriksaan kebun adalah untuk menentukan kelayakan pengelolaan kebun dari aspek:

(18)

commit to user

a. Manajemen, kebun, pengolahan hasil, serta sosial ekonomi dan lingkungan berdasarkan standar kelayakan penilaian kebun dari Direktorat Jenderal Perkebunan;

b. Kegiatan pemberdayaan masyakarat sekitar; dan c. Kewajiban-kewajiban pemegang Hak Guna Usaha.

5. Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh )hari setelah diajukannya permohonan izin dan kemudian telah dilakukan pemeriksaan fisik kebun, maka Kepala Dinas Perkebunan akan memberitahukan kepada pemohon apakah permohonan izin itu disetujui atau di tolak.

6. Setelah disetujuinya permohonan IUP maka dituangkan dalam surat Keputusan Kepala Dinas Perkebunan kemudian disampaikan kepada pemohon paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal disetujuinya permohonan.

7. Penolakan permohonan IUP disampaikan kepada pemohon dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan.

8. Izin diberikan kepada pemohon izin setelah melunasi retribusi.

Setiap perusahaan yang telah memiliki IUP melaksanakan kewajiban- kewajibannya, seperti yang telah diatur dalam:

1. Pasal 25 ayat (1) UU Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, yang menyatakan: “Setiap pelaku usaha perkebunan wajib memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya”.

2. Pasal 34 Permentan Nomor 26/Permentan/OT.140/2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan, yang menyatakan:

Perusahaan perkebunan yang telah memiliki IUP. IUP-B, atau IUP-P sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, wajib:

a. Menyelesaikan hak atas tanah selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak diterbitkannya IUP-B, IUP-P, atau IUP;

(19)

commit to user

b. Merealisasikan pembangunan kebun dan/atau unit pengolahan sesuai dengan studi kelayakan, buku teknis, dan ketentuan yang berlaku;

c. Memiliki sarana, prasarana, dan sistem untuk melakukan pembukaan lahan tanpa pembakaran serta pengendalian kebakaran;

d. Membuka lahan tanpa bakar dan mengelola sumber daya alam secara lestari;

e. Memiliki sarana, prasarana, dan sistem untuk melakukan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT);

f. Menerapkan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UPL) sesuai peraturan perundang-undangan;

g. Menumbuhkan dan memberdayakan masyarakat/koperasi setempat;

serta

h. Melaporkan perkebangan usaha perkebunan kepada gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali.

3. Pasal 9 Perda Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Perizinan Usaha Perkebunan, yang menyatakan:

Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 berlaku selama perusahaan menjalankan usaha perkebunan dengan baik dan kepada perusahaan diwajibkan untuk:

a. Melakukan perkembangan usahanya secara berkala setiap semester;

b. Mengajukan permohonan persetujuan apabila akan mengadakan perubahan jenis tanaman atas perluasan usaha lainnya;

c. Memberitahukan apabila terjadi perubahan pemilikan perusahaan.

4. Pasal 5 Peraturan Kepala Dinas Perkebunan Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Perizinan Usaha Perkebunan, yang menyatakan: “Pemegang izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap

(20)

commit to user

tahun wajib melakukan resgitrasi lewat Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah dengan mempergunakan format permohonan registrasi.”

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah membawahi 72 perusahaan perkebunan yang tersebar di Kota Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Bajanegara, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Jepara, dan Kabupaten Pati. Perkebunan tersebut terdiri dari 16 perkebunan milik negara atau Perseroan Terbuka Perkebunan Nusantara IX (PTPN IX), 54 perkebunan milik swasta, dan 2 perkebunan milik Perusahaan Daerah (Perusda).

Pemberian IUP oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah bagi perusahaan perkebunan di Provinsi Jawa Tengah sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam UU No. 18 Tahun 2004, Permentan No. 26/Permentan/OT.140/2007, Perda Jateng No. 2 Tahun 2005, dan Peraturan Kepala Dinas Perkebunan Jateng No. 5 Tahun 2006 baik dari sisi prosedur, tata cara, dan syarat-syarat permohonan IUP. Proses pemberian IUP juga sudah dilaksanakan secara efektif, hal ini dapat terlihat dari perusahaan perkebunan di Provinsi Jawa Tengah yang berjumlah 72 tersebut semuanya telah memiliki IUP, kecuali Kebun Karanggondang milik PT. Estu Subur yang berada di Kabupaten Pekalongan. IUP atas nama perusahaan perkebunan tersebut tidak diterbitkan oleh Dinas Perkebunan karena HGU perusahaan tersebut telah habis masa berlakunya mulai tahun 2000 dan sampai sekarang pihak perusahaan belum melakukan permohonan perpanjangan HGU dikarenakan adanya permasalahan intern keluarga dalam perusahaan tersebut (Konfirmasi Cisilia Sunarti, 25 April 2013).

(21)

commit to user

Berdasarkan uraian tersebut maka daftar perusahaan perkebunan di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang sudah memiliki IUP dapat dilihat dalam tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Daftar Perkebunan yang telah memiliki IUP

No Nama Kebun Nama Perusahaan Nomor IUP Tanggal IUP

1. Tengkol PTPN IX 525.3/5510 1 Juni 2006

2. Getas PTPN IX 525.3/5511 1 Juni 2006

3. Ngobo PTPN IX 525.3/5512 23 Juli 2009

4. Batujamus PTPN IX 525.3/5513 1 Juni 2006

5. Warnasari PTPN IX 525.3/5514 1 Juni 2006

6. Kawung PTPN IX 525.3/5515 1 Juni 2006

7. Krumput PTPN IX 525.3/5516 1 Juni 2006

8. Kaligua PTPN IX 525.3/5517 23 Juli 2009

9. Semugih PTPN IX 525.3/5518 1 Juni 2006

10. Blimbing PTPN IX 525.3/5519 1 Juni 2006

11. Jolotigo PTPN IX 525.3/5520 1 Juni 2006

12. Siluwok PTPN IX 525.3/5521 1 Juni 2006

13. Sukamangli PTPN IX 525.3/5522 1 Juni 2006

14. Merbuh PTPN IX 525.3/5523 1 Juni 2006

15. Balong PTPN IX 525.3/5524 1 Juni 2006

16. Jollong PTPN IX 525.3/5525 1 Juni 2006

17. Jatikalangan PT. Makmur Jaya Utama 525.3/5526 5 Juni 2006 18. Salib Putih PT. Rumekso Mekaring

Sabdo

525.3/5527 29 September 2006

(22)

commit to user

19. Selokaton PT. Perkebunan Cengkeh 525.3/5528 5 Juni 2006 20. Kalimas PT. Karyadeka Alam

Lestari

525.3/589 31 Januari 2011

21. Darma Kradenan PT. Rumpun Sari Antan 525.3/5530 16 Juni 2006 22. Samodra PT. Rumpun Sari Antan 525.3/5531 16 Juni 2006 23. Carui PT. Rumpun Sari Antan 525.3/5532 16 Juni 2006 24. Ciseru Cipari PT. Indo Java Rubber

Planting Company

525.3/5309 3 Oktober 2007

25. Kaliminggir PT. Banyumas Landen 525.3/5534 19 Juni 2006 26. Gunung Karet PT. Jeruk Legi 525.3/5535 16 Juni 2006 27. Langenharjo PT. Sinar Kartasura 525.3/5536 19 Juni 2006 28. Kesongo PT. Sri Sarwo Adhi 525.3/5537 25 Juli 2006

29. Kandangan PT. UFI 525.3/5538 19 Juni 2006

30. Tlogo Perusda Jateng Unit Perkebunan Tlogo Prov.

Jawa Tengah

525.3/5539 5 September 2006

31. Lerep NV. Lerep 525.3/5540 29 September

2006 32. Sumurpitu PT. Sumurpitu

Wringinsari

525.3/5541 19 Juni 2006 33. Srendeng PT. Cengkopa 525.3/5542 19 Juni 2006 34. Curug PT. Cengkeh Zanzibar 525.3/5543 19 Juni 2006 35. Jatipablengan PT. Rumpun Sari Antan 525.3/5544 19 Juni 2006 36. Jomblang PT. Perkebunan

Jomblang

525.3/5545 31 Juni 2006 37. Bitting PT. Perkebunan Bitting 525.3/5546 5 Juni 2006 38. Sidorejo PT. Perkebunan Sidorejo 525.3/5547 21 Juli 2009

39. Sringin PT. Rehobat 525.3/5548 24 Agustus

2006

40. Medini PT. Rumpun Sari Antan 525.3/5549 25 Juli 2006 41. Kebunroto PT. Perkebunan Sidorejo 525.3/5550 3 Juli 2006 42. Susukan PT. Pawana Indonesia 525.3/8405 30 Nov 2010

(23)

commit to user

43. Segayung Selatan PT. Pawana Indonesia 525.3/5552 25 Juli 2006 44. Pagilaran PT. Pagilaran 525.3/4198 10 Agustus

2007 45. Segayung Utara PT. Pagilaran 525.3/4197 10 Agustus

2007

46. Pesantren PT. Estu Subur 525.3/5555 10 November 2009

47. Petir Penundan Perusda Batang 525.3/5556 21 Juli 2006 48. Simbangjati PT. Simbangjati Bahagia 525.3/5557 5 Juni 2006 49. Tratak PT. Perkebunan Tratak 525.3/5558 4 Oktober

2006

50. Kesesi PT. Buah Harum 525.3/5559 25 Juli 2006 51. Simadu PT. Estu Subur 525.3/5560 10 November

2009

52. Sikasur PT. Kencana Sikasur 525.3/5561 10 November 2009

53. Mackenzie PT. Perkebunan Mackenzie

525.3/5562 31 Oktober 2006 54. Panca Arga PT. Adiwiyata Panca

Arga

525.3/5563 7 Agustus 2006

55. Danasari PT. Gucisari 525.3/5564 25 Juli 2006 56. Pakisaji PT. Pakisaji Banjoemas 525.3/5565 31 Oktober

2006

57. Tambi PT. Tambi 525.3/5566 4 Oktober

2006

58. Bedakah PT. Tambi 525.3/5567 4 Oktober

2006 59. Tanjung Sari PT. Tambi 525.3/5568 4 Oktober

2006 60. Took Bandung PT. Rejodadi 525.3/8540 22 Oktober

2008

61. Kemuning PT. Rumpun Sari Antan 525.3/5570 21 Juli 2006 63. Kaligintung PT. Rumpun Sari Antan 525.3/5571 21 Jui 2006 63. Sumber Arto I PT. Sumber Arto I 525.3/5572 22 Agustus

2006 64. Sumber Harto II PT. Sari Adi Kencana 525.3/5573 22 Agustus

(24)

commit to user

2006 65. Sumber Harto III PT. Sumber Arto Tiga 525.3/5574 7 Agustus

2006

66. Cluwak PT. Rumpun Sari Antan 525.3/5575 21 Juli 2006 67. Selosabrang PT. UFI 525.3/5576 29 September

2006

68. Kalisidi PT. Cengkeh Zanzibar 525.3/5577 29 September 2006

69. Siboyo Situkung PT. Hortindo Pratama Indah

525.3/5578 29 September 2006

70. Puspita Nicky PT. Puspita Nicky 525.3/5579 25 Juli 2006 71. Rawaseneng PT. Naksatra Kejora 525.3/5580 23 Juni 2006 72. Karanggondang PT. Estu Subur 525.3/---

Sumber : Dokumen Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah

b. Pelaksanaan Pengawasan Perizinan Usaha Perkebunan di Provinsi Jawa Tengah

Perusahaan perkebunan sebagai penyelenggara usaha perkebunan diatas tanah negara yang diusahakan berdasarkan Hak Guna Usaha memliki beberapa kewajiban seperti yang terdapat dalam Pasal 12 ayat (1) PP Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah yang menyebutkan:

Pemegang Hak Guna Usaha berkewajiban untuk:

a. Membayar uang pemasukan kepada Negara;

b. Melaksanakan usaha pertanian, perkebunan, perikanan dan/atau peternakan sesuai peruntukan dan persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian haknya;

c. Mengusahakan sendiri tanah Hak Guna Usaha dengan baik sesuai dengan kelayakan usaha berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh instansi teknis;

(25)

commit to user

d. Membangun dan memelihara prasarana lingkungan dan fasilitas tanah yang ada dalam lingkungan areal Hak Guna Usaha;

e. Memelihara kesuburan tanah, mencegah kerusakan sumber daya alam dan menjaga kelestarian kemampuan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

f. Menyampaikan laporan tertulis setiap akhir tahun mengenai penggunaan Hak Guna Usaha;

g. Menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan Hak Guna Usaha kepada Negara sesudah Hak Guna Usaha tersebut hapus;

h. Menyerahkan sertifikat Hak Guna Usaha yang telah hapus kepada Kepala Kantor Pertanahan.

Selain memiliki kewajiban untuk melaksanakan ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 12 ayat (1) PP No. 40 Tahun 1996, setiap perusahaan perkebunan sebagai pemegang IUP juga memiliki kewajiban untuk melaksanakan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 34 Permentan Nomor 26/Permentan/OT.140/2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan, yang menyebutkan:

Perusahaan perkebunan yang telah memiliki IUP, IUP-B, atau IUP-P sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, wajib:

a. Menyelesaikan hak atas tanah selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak diterbitkannya IUP-B, IUP-P, atau IU;

b. Merelisasikan pembangunan kebun dan/atau unit pengelolahan sesuai dengan studi kelayakan, baku teknis, dan ketentuan yang berlaku;

c. Memiliki sarana, prasarana, dan sistem untuk melakukan pembukuaan lahan tanpa pembakaran serta pengendalian kebakaran;

d. Membuka lahan tanpa bakar dan mengelola sumber daya alam secara lestari;

(26)

commit to user

e. Memiliki sarana, prasarana, dan sistem untuk melakukan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT);

f. Menerapkan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), atau Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL) sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

g. Menumbuhkan dan memberdayakan masyarakat/koperasi setempat; serta

h. Melaporkan perkembangan usaha perkebunan kepada gubernur atau bupati/walikota sesuai kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali.

Setiap perusahaan perkebunan yang telah memiliki IUP seharusnya melakukan kegiatan usaha perkebunan baik untuk budidaya tanaman perkebunan ataupun untuk pengelolahan hasil perkebunan. Pelaksanaan usaha perkebunan tersebut tidak dapat terlepas dari pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah selaku dinas yang terkait.

Pengawasna tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan perkebunan sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan yang menyatakan bahwa Perkebunan diselenggarakan dengan tujuan:

a. Meningkatkan pendapatan masyarakat;

b. Meningkatkan penerimaan negara;

c. Meningkatkan penerimaan devisa negara;

d. Menyediakan lapangan pekerjaan;

e. Meningkatkan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing;

f. Memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri;

dan

g. Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.

(27)

commit to user

Pengawasan merupakan serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan, mengolah data, dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan sesuai dengan penggunaan lahan dan pemenuhan perizinan dan kewajiban retribusi.

Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan adalah dengan dilakukannya penilaian usaha perkebunan atau yang dahulu sering disebut dengan klasifikasi perkebunan (dengan berpedoman pada SK Permentan Nomor: 486.1/kpts/OT.100/10/2003) dan penarikan registrasi.

a) Penilaian Usaha Perkebunan

Merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan guna mengetahui kinerja usaha perkebunan yang dilaksanakan dalam jangka waktu setiap 3 (tiga) bulan sekali berdasarkan rencana kerja pembangunan kebun dan/atau industri pengelolahan hasil perkebunan yang diajukan pada saat permohonan IUP. Dasar hukum pelaksanaan penilaian tersebut berpedoman pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 07/Permentan/OT.140/2/2009 tentang Pedoman Penilaian Usaha Perkebunan.

Penilaian Usaha Perkebunan dilaksanakan dalam rangka memperoleh data/informasi kebun dalam rangka pembinaan terhadap perusahaan perkebunan besar yang meliputi berabagai subsistem, serta dilaksanakan dengan tujuan untuk (Tegoeh Wynarno Haroeno, 2010: 2):

a. Mengetahui kinerja usaha perkebunan;

b. Mengetahui kepatuhan usaha perkebunan terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku;

c. Mendorong usaha perkebunan untuk memenuhi baku teknis usaha perkebunan dalam memaksimalkan kinerja usaha perkebunan;

d. Mendorong usaha perkebunan untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan peraturan dan ketentua yang berlaku; dan

e. Penyusunan program dan kebijakan pembinaan usaha perkebunan.

(28)

commit to user

Penilaian usaha perkebunan merupakan salah satu kegiatan berkesinambungan yang telah dilaksanakan sejak tahun 1972, semula dilaksanakan 5 tahun sekali kemudian sejak tahun 1988 dilaksanakan setiap 3 tahun sekali dan yang terakhir dilaksanakan tahun 2009.

Kebun yang dinilai harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain (Tegoeh Wynarno Haroeno, 2010: 3):

a. Kebun sudah beroperasi (eksisting/bukan kebun baru);

b. Memiliki Izin Usaha Perkebunan (IUP);

c. Bersedia dinilai dan membuat Surat Pernyataan di atas materai tentang kesediaan untuk dinilai, apabila tidak bersedia dianggap kebun kelas V/

terlantar (Permentan 07, Pasal 25);

d. Hasil penilaian ditantangani oleh petugas yang telah memiliki legalitas penilaian dan memiliki sertifikat dari Dirjen (di Jawa Tengah baru 2 orang, yaitu: Ir. Soesiati Rahayu, M.M., dan Abdul Muntholib, S.P.); dan e. Pihak kebun telah melunasi pembayaran retribusi dan registrasi

sebagaimana diatur Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Perizinan Usaha Perkebunan.

Penialaian usaha perkebunan yang dilaksanakan oleh Dinas Perkebunan melewati beberapa tahapan, antara lain:

a. Persiapan lapangan

1) Sebelum melakukan penilaian usaha perkebunan, terlebih dahulu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah melakukan persiapan lapangan dengan membentuk suatu tim penilai tiap daerah yang terdiri dari 3 (tiga) samapai dengan 4 (empat) orang anggota yang salah satu diantaranya adalah penilai bersertifikat yang berperan sebagai coordinator yang telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Perkebunan.

Penilai bersertifikat merupakan penilai yang telah melalui pelatihan (teori dan praktik) dan seleksi yang diadakan oleh Lembaga

(29)

commit to user

Pendidikan Perkebunan (LPP) yang berkerja sama dengan Dirjen Perkebunan Menteri Pertanian Republik Indonesia;

2) Setelah tim penilai terbentuk, dilakukan pembekalan (coaching) yang dilaksanakan oleh direktorat jenderal bina produksi perkebunan dengan tujuan untuk menyamakan persepsi dan memudahkan pelaksanaan penilaian.

b. Pelaksanaan lapangan

1) Setelah dibekali, tim penilai kemudian melakukan peninjauan langsung ke lapangan sesuai dengan jadwal yang telah dilakukan oleh Dinas Perkebunan dan yang sebelumnya telah diberitahukan kepada perusahaan perkebunan. Penilaian usaha perkebunan dilaksanakan dalam jangka waktu minimal 1(satu) hari dan maksimal tergantung dari jarak lokasi kebun dari Dinas Perkebunan, luas kebun, dan kesiapan kelengkapan administrasi oleh perusahaan perkebunan;

2) Penilaian dilakukan dengan kegiatan pencacahan ke kebun atau pengisian kuisioner di setiap kebun yang dilakukan oleh tim yang telah ditunjuk. Data dan informasi yang diperoleh dari perusahaan diperoleh melalui wawancara, data tertulis, dan informasi lain yang berkaitan dengan manajemen perusahaan dalam menyelenggarakan perkebunan;

3) Semua dokumen yang telah diisi oleh pihak perusahaan kemudian dikoreksi kembali oleh tim penilai dan direksi perusahaan yang telah ditunjuk. Apabila terjadi perubahan data pada kuisioner yang telah diisi, data pertama dicoret dan tetap dapat dibaca serta harus dibubuhkan paraf dari masing-masing pihak;

4) Setelah data selesai diteliti, kemudia disahkan oleh administrasi/direksi perusahaan perkebunan yang bersangkutan dan diketahui serta ditanda tangani oleh tim penilai serta Kepala Dinas Perkebunan.

(30)

commit to user

c. Penetapan Kelas

1) Koordinator tim penilai melaporkan hasil penilaian perkebunan kepada Kepala Dinas Perkebunan yang kemudian dituangkan dalam kelas kebun sementara berdasarkan nilai sementara yang diumumkan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak dilakukan penilaian;

2) Pada saat nilai belum ditetapkan (masih nilai sementara) Dinas Perkebunan mengadakan pertemuan antar perusahaan perkebunan guna memberitahukan hasil penilaian perkebunan;

3) Bagi perusahaan yang merasa tidak puas akan hasil penilaian diberi kesempatan dalam jangka waktu 1 (satu) minggu setelah pertemuan untuk mengajukan surat pernyataan keberatan atas hasil penilaian;

4) Dalam jangka waktu 1 (satu) minggu setelah adanya surat pernyataan keberatan dari perusahaan, dilakukan dengan peninjauan lapangan dan penilaian ulang terhadap kebun tersebut; dan

5) Dalam jangka waktu 1 (satu) minggu setelah dilakukan penilaian ulang terhadap perkebunan yang keberatan dan apabila tidak ada keberatan lagi dari perusahaan lain, maka Dinas Perkebunan menetapkan nilai kebun yang dituangkan dalam sertifikat.

d. Pengumuman Hasil Penilaian

Gubernur Provinsi Jawa Tengah menetapkan kelas kebun secara definitif dan mengirimkan copy penetapan kelas perusahaan beserta kuisionernya yang dituangkan dalam Surat Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Tengah kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan.

Hasil Penilaian Usaha Perkebunan tersebut akan menjadi dasar guna menetapkan kelas kebun yang ditentukan berdasarkan nilai dari 8 subsistem, yaitu:

1) Subsistem Legalitas 2) Subsistem Kebun

(31)

commit to user

3) Subsistem Manajemen 4) Subsistem Pengolahan Hasil 5) Subsistem Sosial

6) Subsistem Ekonomi 7) Subsistem Lingkungan 8) Subsistem Pelaporan

Setelah melewati penelitian dari 8 (delapan) subsistem tersebut, perusahaan kemudian diklasifikasikan ke dalam kelas kebun sesuai dengan nilai yang diberikan oleh Dinas Perkebunan. Menurut Permentan Nomor 07/Permentan/OT/140/2/2009 tentang Pedoman Penilaian Usaha Perkebunan, kelas kebun dibagi menjadi 5 (lima) macam dengan standart penilaian sebagai berikut:

a) Kelas kebun I (baik sekali) : nilai > 80 - 100 b) Kelas kebun II (baik) : nilai > 60 - < 80 c) Kelas kebun III (sedang) : nilai > 40 - < 60 d) Kelas kebun IV (kurang) : nilai > 20 - < 40 e) Kelas kebun V (kurang sekali) : nilai 0 - < 20

Mulai tahun 2012, penetapan kelas kebun diberikan berdasarkan nilai terendah (cetak tebal oleh penulis) dari salah satu subsistem yang diperoleh oleh suatu perusahaan perkebunan pembinaan Pemerintah Provinsi. Misalnya:

PT. Rumpun Sari Medini mendapatkan nilai sebagai berikut: legalitas 100;

manajemen 93,40; kebun 74,38; pengolahan 53,75; sosial 74,22; ekonomi wilayah 100; lingkungan 91,43; dan pelaporan 100. Dari nilai pada beberapa subsistem tersebut, PT. Rumpun Sari Medini tergolong perkebunan kelas III (sedang) karena mendapatkan nilai 53,75 pada subsistem pengolahan, walaupun nilai pada subsistem yang lain menunjukkan pada range angka kelas I karena mendapatkan nilai > 80 – 100. Hal tersebut berbeda dengan aturan lama (Perementan Tahun 2006) yang mengklasifikasikan kelas kebun berdasarkan akumulasi nilai dari 4 (empat) aspek, yaitu: aspek manajemen,

(32)

commit to user

aspek kebun, aspek pengolahan, serta aspek sosial ekonomi dan lingkungan (Konfirmasi Mahrup, 8 April 2013).

Peraturan baru tersebut diberlakukan dengan pertimbangan untuk mengacu agar perusahaan perkebunan tersebut tertib dalam menjalankan aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam pengelolaan perkebunan. Akan tetapi dalam praktiknya, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah tidak terlalu ketat dalam menjalankan aturan tersebut, hal ini dikarenakan apabila aturan tersebut dilaksanakan sebagaimana mestinya, maka akan banyak perkebunan yang akan masuk dalam kategori IV dan V yang mengganggu kinerja kebun yang secara tidak langsung berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasionalnya. Faktanya, dari 72 perkebunan besar di Jawa Tengah hanya tercatat hanya 43 perusahaan perkebunan (sekitar 35%) yang rajin memberikan laporan semester kepada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Tidak diserahkannya laporan semester kepada Dinas Perkebunan merupakan salah satu penyebab banyaknya perkebunan yang mendapatkan penilaian yang buruk (Konfirmasi Mahrup, 8 April 2013).

Keadaan tersbeut membuat Dinas Perkebunan selaku Pembina dari perusahaan perkebunan se-Jawa Tengah memiliki kebijakan untuk melakukan katrol nilai terhadap perusahaan perkebunan melalui kebijakan berupa pemberian kelonggaran waktu penyerahan laporan, pembinaan secara rutin di lapangan, memfasilitasi permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan untuk senantiasa memperbaiki kinerja pengelolaan kebun. Dengan adanya kebijakan tersebut senantiasa mengusahakan perkebunan guna mencapai tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan perkebunan tersebut sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan.

Berdasarkan hasil penilaian terakhir yang dilaksanakan pada tahun 2012, dari 72 kebun di Jawa Tengah tercatat:

a. Kelas kebun I : 28 perkebunan (38,88%) b. Kelas kebun II : 18 perkebunan (22,25%)

(33)

commit to user

c. Kelas kebun III : 16 perkebunan (22,22%) d. Kelas kebun IV : 4 perkebunan (4,18%) e. Kelas kebun V : 3 perkebunan (4,16%) f. Tidak dinilai : 3 perkebunan (4,16%)

Dibandingkan penilaian 2009, terdapat 3 kebun yang nilainya naik namun berbeda kelas, kelas V ke kelas IV yaitu kebun Susukan, dan kelas III ke kelas II yaitu kebun Sumurpitu, dan kelas II ke kelas I yaitu kebun Tlogo. Namun sebanyak 8 kebun mengalami penurunan kelas, yaitu Langenharjo, Kalimas, Srendeng, Pesantren, Mackenzie, Darmakradenan, Selosabran. Sedangkan kebun yang tidak dinilai ada 3 kebun, yaitu Jatikalangan, Pakisaji, Sumber Harto II. Sedangkan kebun yang dinilai kelasnya tetap adalah 58 kebun (pada posisi kelas kebun I, II, III, IV, dan V) (Konfirmasi Cisilia Sunarti, 6 Mei 2013). Untuk melihat perbedaan antara hasil penilaian tahun 2009 dan 2012, dapat dilihat dalam tabel 2 berikut:

Tabel 2. Perbandingan Kelas Kebun Tahun 2009 dan 2012

Kelas Kebun Tahun 2009 Tahun 2012 Prosentase Perubahan

I 28 28 0%

II 22 18 ↓ 29,0%

III 16 16 ↓ 0%

IV 3 4 ↑ 0,5%

V 3 3 0%

Belum dinilai Jumlah

- 72

3 72

↑ 100%

Sumber: Materi Pembinaan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah tertanggal 11 April 2013.

(34)

commit to user

Untuk lebih mengetahui secara rinci mengenai kelas kebun sebagai hasil dari penilaian usaha perkebunan tahun 2012 yang dilaksanakan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, berikut daftar klasifikasi kelas perusahaan perkebunan yang disajikan dalam tabel 2 dibawah ini:

Tabel 3. Daftar Klasifikasi Kelas Kebun 2012

No Nama Kebun Nama Perusahaan Kelas

Kota Semarang

1. Jatikalangan PT. Makmur Jaya Utama

Kota Salatiga

2. Salib Putih PT. Rumekso Mekaring Sabdo II

Kabupaten Semarang

3. Getas PTP Nusantara IX I

4. Ngobo PTP Nusantara IX I

5. Tlogo Perusda Citra Mandiri Jateng I

6. Sidorejo PT. Perkebunan Sidorejo I

7. Kalisidi PT. Cengkeh Zanzibal II

8. Siboyo Situkung PT. Hortindo Pratama Indah III

9. Kesongo PT. Sri Sarwo Adhi III

10. Lerep PT. Patra Bumi Larep Permai III

11. Kandangan PT. United Fruit Indonesia (UFI) IV

12. Langenharjo PT. Sinar Kartasura V

Kabupaten Kendal

13. Selokaton PT. Perkebunan Cengkeh I

14. Sukomangil PTP Nusantara IX I

15. Merbuh PTP Nusantara IX I

16. Bitting PT. JA WATTIE I

17. Keboronto PT. Perkebunan Sidorejo I

(35)

commit to user

18. Kalimas PT. Karyadeka Alam Lestari II

19. Curug PT. Cengkeh Zanzibar II

20. Jatipablengan PT. Rumpun Sari Antan II

21. Jomblang PT. Perkebunan Jomblang II

22. Medini PT. Rumpun Sari Medini II

23. Sumurpitu PT. Sumurpitu Wringinsari II

24. Sringin PT. Rehobat II

25. Srendeng PT. Cengkopa III

26. Susukan PT. Pawana Indonesia IV

Kabupaten Batang

27. Siluwok PTP Nusantara IX I

28. Pagilaran PT. Pagilaran I

29. Segayung Utara PT. Pagilaran II

30. Segayung Selatan PT. Segayung II

31. Puspita Nicky PT. Puspita Nicky II

32. Petir Penundan Perusda Aneka Usaha III

33. Pesantren PT. Estu Subur III

34. Simbangjati PT. Simbangjati Bahagia III

35. Tratak PT. Perkebunan Tratak V

Kabupaten Pekalongan

36. Blimbing PTP Nusantara IX I

37. Jolotigo PTP Nusantara IX I

38. Kesesi PT. Buah Arum III

39. Karanggondang PT. Estu Subur V

Kabupaten Pemalang

40. Semugih PTP Nusantara IX I

41. Tengkolo PTP Nusantara IX I

(36)

commit to user

42. Simadu PT. Estu Subur III

43. Sikasur PT. Kencana Sikasur III

44. Panca Arga PT. Adiwijaya Panca Arga III

45. Mackenzie PT. Perkebunan Mackenzie V

Kabupaten Tegal

46. Danasari PT. Gucisari III

Kabupaten Brebes

47 Kaligua PTP Nusantara I

Kabupaten Banyumas

48. Krumput PTP Nusantara I

49. Samodra PT. Rumpun Sari Antan II

50. Darmakradenan PT. Rumpun Sari Antan III

Kabupaten Cilacap

51. Kawung PTP Nusantara IX I

52. Warnasari PTP Nusantara IX I

53. Ciseru Cipari PT. JA WATTIE I

54. Kaliminggir PT. JA WATTIE I

55. Carui PT. Rumpun Sari Antan II

56. Gunung Karet PT. Jeruk Legi II

Kabupaten Banjarnegara

57. Pakisadji PT. Pakisadji Banjoemas

Kabupaten Wonosobo

58. Tambi PT. Tambi I

59. Bedakah PT. Tambi I

60. Tanjungsari PT. Tambi I

Kabupaten Temanggung

61. Rowoseneng PT. Naksatra Kejora I

(37)

commit to user

62. Kaligintung PT. Rumpun Sari Medini III

63. Took Bandung PT. Rejodadi III

64. Selosabrang PT. United Fruit Indonesia IV

Kabupaten Karanganyar

65. Batujamus PTP Nusantara I

66. Kemuning PT. Rumpun Kemuning II

Kabupaten Jepara

67. Balong PTP Nusantara IX I

68. Sumber Arto I PT. Sumber Arto Satu I

69. Sumber Harto III PT. Sumber Harto III III

70. Sumber Harto II PT. Adi Kencana Kabupaten Pati

71. Jolong PTP Nusantara IX I

72. Cluwak PT. Rumpun Sari Antan II

Sumber : Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 525/1203 tanggal 17 Oktober 2012.

Penilaian Usaha Perkebunan digunakan pula sebagai bahan pertimbangan yang mutlak menentukan dalam proses penyelesaian pengurusan perpanjangan/pembahuruan Hak Guna Usaha (HGU), terkait dengan pengurusan Constatering Rapport oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, rekomendasi Bupati, rekomendasi Gubernur, serta keputusan Sidang Panitia B Pada Kanwil BPN Provinsi Jawa Tengah (Tegoeh Wynarno Haroeno, 2010: 5).

Untuk memotivasi peningkatan kinerja, kebun yang naik kelas diberi piagam penghargaan dan untuk kebun yang kelasnya turun menjadi kelas IV dan kelas V diberi peringatan berupa teguran dan saran.

(http://www.jatenginfo.web.id/index.php?option=com_content&view=article

(38)

commit to user

&id=76:pemprov-jateng-lakukan-penilaian-usaha-perkebunan-

&catid=84:biro-humas&Itemid=58).

b) Registrasi

Selain penilaian usaha perkebunan, mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan juga meliputi penarikan registrasi IUP terhadap perusahaan perkebunan. Registrasi merupakan pendaftaran ulang eksistensi kebun yang dimaksudkan sebagai alat kontrol untuk mengetahui perkembangan pengelolaan kebun. Dasar hukum registrasi terdapat dalam Peraturan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Perizinan Usaha Perkebunan.

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 7 Peraturan Kepala Dinas Perkebunan tata cara registrasi dilakukan dengan tahapan sesuai ragaan 3 berikut:

Gambar 3. Alur Tata Cara Pembayaran Registrasi

Sumber: Peraturan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Perizinan Usaha Perkebunan.

Pemohon membayar tarif registrasi kepada Pemegang Kas Pembantu Penerimaan Dinas Perkebunan.

Pemegang Kas Pembantu Penerimaan Dinas Perkebunan membuat tanda bukti pembayaran registrasi.

Tanda bukti pembayaran diserahkan kepada Sub Dinas Kelembagaan dan Pengembangan Usaha (KPU) Dinas Perkebunan disertai:

- Laporan semester perkembangan kegiatan akhir

- Menunjukkan surat IUP asli.

Berkas persyaratan registrasi yang dinyatakan lengkap maka diterbitkan tanda bukti registrasi.

(39)

commit to user

Dalam peraturan Kepala Dinas Perkebunan tersebut menyebutkan bahwa besarnya biaya registrasi IUP sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah) kali luasan hektar (ha) yang dilaksanakan setiap tahun sekali. Dengan adanya registrasi setiap tahun, maka Dinas Perkebunan akan lebih mudah melakukan pengawasan terhadap kinerja dan perkembangan perusahaan perkebunan.

Sejak awal tahun 2011, pemberlakuan pembayaran registrasi ini tidak diberlakukan lagi. Hak tersebut diatur melalui diterbitkannya Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor 875.1/03322 sebagai hasil dari terbitnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menyebutkan bahwa pendapatan asli daerah (dalam lingkup pajak disebut dengan retribusi, yang dalam lingkup perkebunan disebut dengan registrasi) dihapuskan. Dengan dihapuskannya penarikan registrasi, maka pengawasan terhadap penyelenggaraan perkebunan hanya dilakukan melalui penilaian usaha perkebunan.

c) Tindakan Hukum Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Terhadap Perusahaan Perkebunan yang Tidak Sehat

Sebagai tindak lanjut dari pengawasan Dinas Perkebunan terhadap kinerja perusahaan perkebunan yang diwujudkan dengan penilaian usaha perkebunan yang kemudian dituangkan dalam klasifikasi kelas perkebunan, maka Dinas Perkebunan memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan pembinaan baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan instansi yang terkait. Pembinaan merupakan segala usaha yang mencakup pemberian, petunjuk, bimbingan, dan penyuluhan dalam pengelolaan sumber daya perkebunan.

Pembinaan dilakukan terhadap perusahaan perkebunan terutama yang tergolong kebun tidak sehat (kelas IV dan kelas V) guna meningkatkan kinerja perusahaan perkebunan yang menurun. Penurunan kelas kebun yang

(40)

commit to user

diakibatkan oleh menurunnya kinerja perusahaan perkebunan dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain:

1. Aspek teknis kebun secara fisik. Penurunan kelas ditandai dengan turunnya kinerja perkebunan yang disebabkan tidak adanya peremajaan tanaman, berkurangnya luasan lahan, tidak optimalnya pemanfaatan lahan, kurangnya perawatan, dan rendahnya produktifitas perkebunan.

2. Aspek manajemen perusahaan. Penurunan kelas ditandai dengan perusahaan perkebunan tersebut tidak secara lengkap memiliki kelengkapan data kebun seperti pembiayaan, produksi, pemasaran, serta kurangnya sumber daya manusia.

3. Aspek pengolahan hasil perkebunan. Penurunan kelas ditandai dengan perusahaan perkebunan tidak memiliki alat prosessing pengolahan hasil produksi secara lengkap dan memadai.

4. Aspek sosial ekonomi. Penurunan kelas ditandai dengan perusahaan perkebunan tersebut dinilai kurang peduli kepada masyarakat sekitar kebun.

Sesuai dengan tabel 2 tentang daftar klasifikasi kelas kebun tahun 2012, maka terdapat 4 (empat) perkebunan yang tergolong dalam perkebunan kelas IV dan 3 (tiga) perkebunan yang tergolong kelas V. Seperti yang disajikan dalam table 4berikut:

(41)

commit to user

Tabel 4. Daftar Perusahaan Perkebunan Kelas IV dan Kelas V No. Kelas Kebun Nama Kebun Nama Perusahaan

A. IV Kandangan PT. UFI

Susukan PT. Pawana Indonesia Mackenzie

Selosabrang

PT. Perkebunan Mackenzie PT. United Fruit Indonesia (UFI)

B. V Langenharjo PT. Sinar Kartasura

Tratak PT. Perkebunan Tratak Karanggondang PT. Estu Subur

Sumber : Diolah dari Data Sekunder

Menurut penjelasan dari Cisilia Sunarti selaku Kapala Seksi Pembinaan Usaha pada Bidang Usaha Perkebunan (BUP) Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, yang membuat perkebunan-perkebunan tersebut di atas tergolong perkebunan kelas IV dan kelas V disebabkan adanya beberapa faktor, antara lain:

1. Kebun Kandangan (Kelas IV). Kebun ini tetap dari kelas IV diakibatkan karena kebun tersebut terbengkalai, tidak terawatt, pemeliharaan tanaman sangat kurang, dan pelaksanaan usaha perkebunan yang tidak optimal.

2. Kebun Susukan (Kelas IV). Kebun ini naik dari kebun kelas V menjadi kebun kelas IV perkebunan tersebut sudah membuat surat pernyataan bersedia dinilai. Pada saat peninjauan lapangan oleh Dinas Perkebunan, perkebunan tersebut mempersiapkan data yang dibutuhkan, dan perusahaan sudah ada usaha untuk memperbaiki dan memanfaatkan kebunnya.

3. Kebun Mackenzie (Kelas IV). Kebun ini turun dari kelas III ke kelas IV diakibatkan karena adanya penjarahan oleh masyarakat sekitar kebun.

Sebenarnya Dinas Perkebunan sudah memfasilitasi penyelesaian masalah

(42)

commit to user

tersebut dengan adanya kerjasama antara perusahaan dan masyarakat, akan tetapi karena kurangnya pendanaan dan manajemen perusahaan itu sendiri, sehingga mengakibatkan kebun tidak dapat beroperasi secara maksimal, dan akhirnya masyarakat kembali menjarah kebun tersebut.

4. Kebun Selosabrang (Kelas IV). Kebun ini turun dari kelas III ke kelas IV diakibatkan karena kebun tersebut terbengkalai, tidak terawat, kurang pemeliharaan, dan pelaksanaan usaha perkebunan yang tidak optimal.

5. Kebun Langenharjo (Kelas V). Kebun seluas 198 ha ini turun dari kelas III ke kelas V diakibatkan karena penjarahan dari masyarakat dan HGU habis masanya pada tahun 2013 masi menunggu keputusan MA.

6. Kebun Tratak (Kelas V). Kebun ini tetap dari kelas V diakibatkan karena adanya penjarahan dari masyarakat yang sudah terjadi sejak tahun 1999 dan sampai saat ini belum selesai.

7. Kebun Karanggondang (Kelas V). kebun ini tetap dari kelas V diakibatkan karena HGU yang telah habis masa berlakunya sejak tahun 2000 dan pengurusannya perpanjangan tidak segera diajukan karena ada masalah intern keluarga serta adanya penjarahan dari masyarakat sekitar kebun.

8. Kebun Pakisadji (tidak dinilai). Kebun ini turun dari kelas V dan sekarang tidak dinilai diakibatkan karena adanya penjarahan dari masyarakat dan lahan sudah dimanfaatkan oleh masyarakat dan pemilik tidak berani turun ke lokasi.

9. Kebun Sumber Harto II (tidak dinilai). Kebun ini turun dari kelas II dan sekarang tidak dinilai diakibatkan karena beralih kepertenakan dan izinnya ke Dinas Pertenakan.

10. Kebun Jatikalangan (tidak dinilai). Kebun ini turun dari kelas IV dan sekarang tidak dinilai diakibatkan karena status Haknya Berganti dari HGU sekarang menjadi HGB.

(Konfirmasi Cisilia Sunarti, 8 Mei 2013)

Gambar

Gambar 2. Alur Tahapan Tata Cara Permohonan Perizinan  Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah
Tabel 1. Daftar Perkebunan yang telah memiliki IUP
Tabel 2. Perbandingan Kelas Kebun Tahun 2009 dan 2012
Tabel 3. Daftar Klasifikasi Kelas Kebun 2012
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dapat terjadi pengotoran dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran – kotoran industri/debu dan lain sebagainya tatapi dalam keadaan murni sangat bersih,

Ayunan harga ke atas dan kebawah disebabkan oleh kumpulan psikologi kolektif dari trader dan ayunan ini oleh Elliott disebut dengan 'Wave' atau gelombang, dan yg menarik

a. bahwa oleh Kepala Staf Angkatan Darat selaku Penguasa Perang Pusat untuk daerah Angkatan Darat berdasarkan Undang-undang No. 16) telah dikeluarkan Peraturan Penguasa Perang

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengevaluasi kesesuaian tingkat kenyamanan termal, visual, dan akustik lingkungan pabrik dengan standard yang berlaku, dan

Program ini dimaksudkan untuk menjembatani inisiatif mitra kepada pelaku usaha lainnya baik pada fase produksi, pasca produksi, pemasaran dan juga aspek

Dengan menyisipkan berbagai karakter yang lucu dan warna yang menarik akan menambah minat anak untuk bermain, dan tanpa disadari anak tersebut juga sedang dapal proses belajar

Dengan melihat latar belakang penelitian tersebut, selanjutnya dapat diidentifikasi masalah penelitian bahwa ternyata usaha untuk menciptakan suasana tempat dan

Potensiometer pada rangkaian di maksudkan agar keluaran gelombang persegi dari IC 555 dapat diatur sehingga dapat digunakan untuk mempercepat proses pencacahan dalam rangkaian