• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bunga Rampai Penerapan Teknologi Konstruksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Bunga Rampai Penerapan Teknologi Konstruksi"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Edisi September-Oktober 2017

Build In

Bunga Rampai

Penerapan Teknologi Konstruksi

KNOWLEDGE MANAGEMENT

ISSN 2581-1576

(2)
(3)

i

BALAI PENERAPAN TEKNOLOGI KONSTRUKSI DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT ISSN 2581-1576

(4)

Direktur Jenderal

Bina Konstruksi

(5)

U

ndang–undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi mengamanatkan bahwa Pemerintah memiliki kewenangan untuk mengelola sistem informasi bidang konstruksi.

Sejalan dengan hal tersebut, Balai Penerapan Teknologi Konstruksi berdasarkan Permen PUPR nomor 20/PRT/M/2016 memiliki TUSI menyebarluaskan materi penerapan teknologi konstruksi bagi seluruh masyarakat jasa konstruksi di Indonesia. Salah satu sarana media elektronik penyebarluasan materi penerapan teknologi konstruksi yang digunakan oleh Balai Penerapan Teknologi Konstruksi yaitu melalui website www.sibima.pu.go.id atau SIBIMA Konstruksi (Sistem Informasi Belajar Intensif Mandiri Bidang Konstruksi).

SIBIMA Konstruksi hadir sebagai layanan informasi yang relatif lengkap bagi masyarakat jasa konstruksi sesuai dengan konsep pembentukannya yaitu “One Stop Window for Construction Information”. Tidak hanya menyajikan menu pelatihan jarak jauh, menu lain yang menarik dalam SIBIMA Konstruksi yaitu knowledge management bidang konstruksi, spesifikasi teknis bidang PUPR, seluruh SKKNI bidang konstruksi PUPR, serta bagaimana memahami Undang-Undang nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi secara komprehensif disertai latihan soal. Pada menu knowledge management berisi tentang:

berbagai artikel penerapan teknologi terkini yang sedang berkembang di Indonesia dan dunia; berbagai pengalaman praktis dari badan usaha nasional dan pelaksanaan proyek; materi MTU (Mobile Training Unit) dan materi Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bidang konstruksi dari Direktorat Bina Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

Buku knowledge management yang dibangun oleh Balai Penerapan Teknologi Konstruksi terdiri dari dua jenis yaitu Bunga Rampai Knowledge Management Penerapan Teknologi Konstruksi yang merupakan kumpulan artikel bidang konstruksi yang ditulis secara popular oleh masyarakat jasa konstruksi.

Sedangkan buku kedua yaitu Bunga Rampai Penerapan Teknologi Konstruksi-In Build Knowledge Management yang merupakan kumpulan best practice metode kerja dari Badan Usaha Jasa Konstruksi.

Pada edisi kali ini, Bunga Rampai Penerapan Teknologi Konstruksi-In Build Knowledge Management akan mengulas mengenai best practice metode kerja yang digunakan oleh PT. Hutama Karya. Sejak pendiriannya setengah abad lalu, PT. Hutama Karya (Persero) terkenal sebagai salah satu BUMN Konstruksi terbesar di Indonesia. Kali ini PT. Hutama Karya (Persero) telah bertransformasi dari perusahaan jasa konstruksi menjadi perusahaan pengembang infrastruktur dengan lingkup usaha yang jauh lebih luas. Pengalaman PT. Hutama Karya sebagai badan usaha jasa konstruksi begitu banyak dan menarik untuk diulas. Semua ini dirangkum dalam knowledge management dengan harapan menjadi lesson learned bagi masyarakat jasa konstruksi di Indonesia demi infrastruktur yang lebih baik.

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA KONSTRUKSI

Jakarta, 8 September 2017 Direktur Jenderal Bina Konstruksi

Ir. Yusid Toyib, M.Eng.Sc.

(6)

Direktur Bina Kompetensi dan Produktivitas

Konstruksi

(7)

SAMBUTAN DIREKTUR BINA KOMPETENSI DAN PRODUKTIVITAS KONSTRUKSI

D

irektorat Jenderal Bina Konstruksi adalah satu-satunya unit eselon I di Indonesia yang memiliki tugas untuk melakukan pembinaan konstruksi. Lingkup pembinaan konstruksi meliputi: pembinaan supply chain industri konstruksi, pembinaan penyelenggaraan konstruksi, pembinaan kapasitas kelembagaan, pembinaan SDM dan produktivitas konstruksi serta kerja sama antar lembaga. Pembinaan konstruksi memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan tingkat daya saing sektor konstruksi. Saat ini peringkat daya saing nasional telah meningkat dari 41 pada tahun 2016 menjadi 36 pada tahun 2017, sedangkan daya saing infrastruktur meningkat dari 60 pada tahun 2016 menjadi 52 pada tahun 2017. Ada dua hal yang menjadi kunci utama dari meningkatnya peringkat daya saing ini yaitu pemanfaatan teknologi dan penyebarluasan informasi penerapan teknologi konstruksi yang menjadi bahan utama dari capacity building bidang konstruksi.

Saat ini Balai Penerapan Teknologi Konstruksi merupakan unit pelaksana teknis sebagai kepanjangan tangan dari Direktorat Jenderal Bina Konstruksi diberikan mandat untuk dapat melakukan knowledge management bidang konstruksi. Proses knowledge management ini meliputi: menghimpun pengetahuan, menyeleksi dan memverifikasi pengetahuan, mengemas pengetahuan dan menyebarluaskan pengetahuan bidang konstruksi kepada masyarakat luas. Inilah yang menjadi kekuatan dari Balai Penerapan Teknologi Konstruksi dalam mendukung tugas yang diamanatkan oleh Kementerian PUPR untuk dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahtaraannya melalui capacity building pengetahuan bidang konstruksi. Salah satu cara dalam menghimpun pengetahuan tersebut yaitu dengan mengumpulkan berbagai pengalaman para BUMN besar, salah satunya adalah PT. Hutama Karya.

Pada edisi ini dibahas pembangunan yang dilakukan oleh PT. Hutama Karya untuk menyelesaikan pekerjaan konstruksi dengan metode kerja tertentu. Semoga apa yang diberikan PT. Hutama Karya ini kepada masyarakat dapat menjadi inspirasi bagi inovasi bidang konstruksi lainnya di Indonesia.

Sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 117 Tahun 2015, PT. Hutama Karya mendapat penugasan Pemerintah untuk mengembangkan Jalan Tol Trans – Sumatera. Selain pembangunan Jalan Tol, Hutama Karya juga membangun Jembatan Holtekamp di Papua. Baik pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera maupun Jembatan Holtekamp memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing. Pulau Sumatera memiliki karakteristik tanah rawa, sementara Jembatan Holtekamp Papua harus membelah lautan.

Direktur Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Ir. Ober Gultom, MT

(8)

Kepala Balai

Penerapan Teknologi

Konstruksi

(9)

P

embangunan infrastruktur tidak terlepas dari peran para BUMN yang turut serta dalam melakukan berbagai pembangunan konstruksi untuk mendukung pengembangan wilayah di Indonesia. PT. Hutama Karya adalah salah satu perusahaan swasta Hindia Belanda yang dinasionalisasi pada tahun 1961. Pengalaman dalam inovasi pembangunan yang dimiliki oleh PT. Hutama Karya sangat banyak, dua diantaranya adalah pembanguna jalan tol trans Sumatera dan pembangunan jembatan Holtekamp di Papua. PT. Hutama Karya merupakan perusahaan pertama yang mengenalkan sistem prategang BBRV dari Swiss. Sesuai dengan slogan Hutama Karya yaitu:

Inovasi untuk solusi, maka Hutama Karya memilki inovasi teknologi konstruksi untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Pembangunan jembatan Holtekamp di Papua merupakan bagian dari rencana pengembangan wilayah dalam mendukung pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) Tahun 2020. Pembangunan jembatan ini bukan pekerjaan konstruksi yang mudah karena diperlukan penggunaan pondasi bore pile untuk pilar di laut. Dalam buku knowledge management ini diulas tentang metode pelaksanaan pemancangan bore pile di laut dan dibahas pula tentang pengelolaan jalur distribusi peralatan dan bahan yang dikirim dari Surabaya ke Papua.

Pada materi lainnya, dibahas tentang penanganan konstruksi jalan trans Sumatera yang memiliki kendala tanah dasar rawa pada ruas jalan tol Palembang-Indralaya. Teknologi yang digunakan adalah soil improvement dengan Vacuum Consolidation Method (VCM) yang merupakan salah satu metode untuk memperbaiki stabilitas tanah lunak. Metode ini digunakan dengan melakukan pemompaan pada tanah untuk mengurangi kadar air.

Semua keunggulan metode kerja PT. Hutama Karya dalam pembangunan jembatan Holtekamp dan jalan tol trans Sumatera ruas Palembang-Indralaya disajikan secara menarik dalam buku ini. Semoga pengalaman ini menjadi inspirasi bagi para badan usaha lainnya untuk berbagi pengalaman yang dirangkum dalam knowledge management bidang konstruksi yang tentunya akan bermanfaat untuk kita semua.

Salam Konstruksi!

PENGANTAR KEPALA BALAI PENERAPAN TEKNOLOGI KONSTRUKSI

Kepala Balai Penerapan Teknologi Konstruksi

Cakra Nagara, ST., MT., ME.

(10)

SUSUNAN REDAKSI

Direktur Jenderal Bina Konstruksi Ir. Panani Kesai, M.Sc

Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Konstruksi

Ir. Yaya Supriyatna Sumadinata, M.Eng.Sc

Direktur Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi

Dewan Redaksi :

balaiptk@gmail.com

sibimakonstruksi@gmail.com sibimakonstruksi@pu.go.id Pemimpin Umum

Pengarah/ Pelindung : Yusid Toyib, M.Eng. Sc

Penanggung Jawab/ : Cakra Nagara, ST., MT., ME

Kepala Balai Penerapan Teknologi Konstruksi Direktorat Jenderal Bina Konstruksi

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Penyunting : Rezza Munawir, ST., MT., MMG Dr. Ir. H. Masrianto, MT

Direktur Bina Investasi Infrastruktur

Ir. Ober Gultom, MT

Direktur Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi

Pemimpin Redaksi : Adityo Budi Utomo, ST., M.Eng Dr. Ir. Darda Daraba, M.Si

Direktur Bina Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

Ir. R.M. Dudi Suryo Bintoro, MM

Direktur Kerjasama dan Pemberdayaan

Kontributor : Miswanto Prie Hartono

Martalia Isneini, ST., ME

Budianto Kusumawardono, SIP., MM Nofa Fatkhur Rakhman, SAP

Veronica Kusumawardhani, ST., M.Si

Yosaphat Bisma Wikantyasa, S.Sos., M.IKom Sutri Rahayu, SE

Ir. Eduard Pauner, MT Ir. Avi Prapancha, M.Eng.Sc

Desain : Nuryamah, S.Pd

Email :

Editor : Shanti Astri Noviani, S.Pd Tria Puspita Sari, ST

Dwi Citra Hapsari, S.Pd

Deviana Kusuma Pratiwi, ST Alvian Ardianyah, ST

Alamat : Balai Penerapan Teknologi Konstruksi Direktorat Jenderal Bina Konstruksi

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Jl. Sapta Taruna Raya Komp. PU Ps. Jumat Jakarta Selatan 12310 Telp. 021-766 1556

sibima.pu.go.id

(11)

DAFTAR ISI

Metode Konstruksi ‘Reverse Circulation Drilling’ (RCD) dan pengecoran di bawah

air pada pelaksanaan Pembangunan Jembatan Holtekamp Jayapura

Perbaikan Tanah Lunak dengan Metode Vacum pada Proyek Jalan Tol Palembang -

Indralaya

01 23

ISSN 2581-1576

(12)
(13)

Selayang Pandang PT Hutama Karya (Persero)

HUTAMA KARYA (Persero) awalnya merupakan perusahaan swasta Hindia Belanda ‘Hollandsche Beton Maatshappij’ yang dinasionalisasi pada tahun 1961 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 61/1961 Tanggal 29 Maret 1961 dengan nama PN. HUTAMA KARYA.

Sejak fase transformasi, PN. Hutama Karya telah menghasilkan karya konstruksi yang bernilai sejarah dan monumental seperti Gedung DPR/MPR RI di Senayan (Jakarta); serta Monumen Patung Dirgantara di Pancoran (Jakarta).

Menandai dimulainya teknologi Beton pra-tekan di Indonesia, dimana PN. Hutama Karya menjadi yang pertama kali mengenalkan sistem prategang BBRV dari Swiss.

Sebagai wujud eksistensi terhadap teknologi ini PN. Hutama Karya membentuk Divisi khusus prategang. Pada dekade ini pula Hutama Karya berubah status menjadi PT. Hutama Karya (Persero).

Mengantisipasi tantangan bisnis konstruksi yang semakin berkembang dan kompetitif PT. Hutama Karya kembali melakukan inovasi melalui diversifikasi usaha dengan mendirikan Unit Bisnis HakaPole yaitu Pabrik Tiang Penerangan Jalan Umum berbagai tipe dari baja bersegi delapan (Oktagonal), sekaligus melakukan ekspansi usaha di luar negeri yang menjadi awal inovasi teknologi konstruksi dengan diciptakannya LPBH-80 ‘SOSROBAHU’ (Landasan Putar Bebas Hambatan) oleh Dr. Ir. Tjokorda Raka Sukawati.

Sejalan dengan pengembangan inovasi yang terus seiring dengan pesatnya perkembangan dan kemajuan teknologi konstruksi, PT. Hutama Karya sukses

PT

Inovasi Untuk Solusi

(14)

memenuhi standar internasional dalam hal kualitas, keselamatan kerja dan lingkungan dengan didapatkannya sertifikasi ISO 9002:1994, OHSAS 18001:1999.

Seiring dengan perkembangan tersebut, kualitas dan mutu tetap menjadi perhatian PT. Hutama Karya. Hal ini terbukti dengan diraihnya ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:2007.

Pada medio 2014, PT. Hutama Karya (Persero) resmi menerima penugasan Pemerintah untuk mengembangkan Jalan Tol Trans-Sumatera. Melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 100 Tahun 2014 yang kemudian diperbarui menjadi Perpres Nomor 117 Tahun 2015, PT Hutama Karya (Persero) diberi amanah mengembangkan 2.770 kilometer jalan tol di Sumatera dengan prioritas 8 ruas pertama hingga tahun 2019 sepanjang 650 kilometer. Penugasan ini merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah perusahaan, karena pada masa inilah PT.

Hutama Karya (Persero) mulai menuliskan sejarah barunya sebagai Pengembang Infrastruktur Terkemuka Indonesia atau Indonesia’s Most Valuable Infrastructure Developer.

(15)

1

(16)

1

Penerapan Metode RCD (Reverse Circulation Drilling) dan Pengecoran di Baqwah Air pada Pembangunan Jembatan

Holtekamp Jayapura

Gambar 1 Jembatan Holtekamp Jayapura

1. Informasi Proyek

Nama Proyek : Pembangunan Jembatan Holtekamp Lokasi Proyek : Kota Jayapura (Hamadi - Holtekamp) Nilai Kontrak : Rp 858.720.461.000,00

Masa kontrak : 27 Juli 2015 – 29 September 2018

Pendanaan : APBN dan APBD Provinsi

Konsultan Sipervisi : PT. Winsolusi Konsultan

Konsultan Perencana : PT. Portal Engineering perkasa dan PT.

Maratama Cipta Mandiri

Kontraktor pelaksana : PT. PP (Persero) Tbk, PT. Hutama Karya, PT.

Nindya Karya

(17)

2

Gambar 2. Long Section Jembatan Bentang Utama

ITEM URAIAN

Baja Tulangan

Besi Tulangan U39

Pondasi Bore Pile

P2 = 60 Titik | Kedalaman 20 Meter

P3 = 70 Titik | Kedalaman 49 Meter

P4 = 60 Titik | Kedalaman 44 Meter

P5 = 44 Titik | Kedalaman 46 Meter

ITEM URAIAN

Tipe Jembatan Box Baja Pelengkung (2 Pelengkung)

Tinggi Clearance Jembatan ~20 meter

2. Latar Belakang

Proyek pembangunan jembatan holtekamp dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain:

a. Pemerataan Penduduk

Struktur Atas Baja Struktur Box Pelengkung BJ55 Pondasi Pondasi Setempat / Pondasi Telapak (A1 dan P1)

Bore Pile dia 1000 mm + Casing Baja dia 1200 mm (P5)

Bore Pile dia 1200 mm + Casing Baja dia 1400 mm (P2 P3 P4) Beton Fc 35 Mpa / K400 (Mutu Tinggi) | Fc 20 Mpa | Fc 10 Mpa

Lebar Jalan 21 meter (4 Lajur 2 Arah dengan Median)

Tinggi Jembatan ~20 meter

(18)

3

Penyebaan penduduk yang belum merata sehingga diharapkan dengan adanya jembatan ini dapat mengurangi kepadatan penduduk terutama di distrik Jayapura Selatan.

b. Upaya Peningkatan Ekonomi Masyarakat

Akibat dari pemerataan penduduk yang tidak merata, maka perkembangan ekonomi di Muara Tami pun tertinggal dibandingkan dengan 4 distrik lainnya, yaitu Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Heram, dan Abepura. Hal tersebut yang mendorong perlu adanya suatu sarana untuk memulai meratakan perekonomian masyarakat yaitu pembangunan akses jalan menuju Muara Tami.

c. Sarana Pendukung PON 2020 Papua

PON 2020 rencananya akan dilaksanakan di Papua. Untuk mendukung kegiatan tersubut maka harus ada akses yang baik untuk menjangkau tempat tersebut mengingat gedung yang akan digunakan untuk kegiatan PON tersebut akan dibangun di Muara Tami.

d. Peningkatan Hubungan dengan Papua New Guenia

Jarak Jayapura ke Muara Tami saat ini ditempuh waktu 2,5 jam sehingga perkembangan wilayah Muara Tami tertinggal dibandingkan kondisi Kota Jayapura. Dengan adanya Jembatan Holtekamp sepanjang 433 m diharapkan waktu tempuh menjadi 20 menit.

JAYAPURA

20 MINUTES

30 MINUTES MUARA TAMI 30 MINUTES SKOUW

2 HOUR ABEPURA

(19)

4

e. Menjadikan landmark Papua

Dengan dibangunnya jembatan holtekamp ini diharapkan menjadi ikon/ciri khas Papua.

3. Permasalahan dan Penyelesaianya

Dalam pelaksanaan proyek jembatan holtekamp ini terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi, antara lain:

a. Hukum adat dan perilaku masyarakat setempat

Hukum adat yang masih kental oleh masyarakat setempat, beberapa kali tejadi demo, masyarakat melakukan pemalangan menuntut ganti rugi lahan baik itu darat maupun laut, sehingga berakibat terbuangnya waktu pelaksanaan.

Sebagai solusinya warga sekitar diajak diskusi untuk hal tersebut, dan kami melakukan ganti rugi kepada warga sekitar, serta menjadikan warga setempat sebagai pekerja terampil.

b. Ada perbedaan data tanah

Data tanah hasil penyelidikan tanah saat perencanaan awal berbeda dengan data tanah yang dilakukan pada 2015 saat akan dilaksanaakan proyek. Pada awalnya pada titik tersebut direncanaan menggunakan pondasi bored pile, setelah dilakukan penyelidikan tanah ulang hasilnya tanah tersebut batuan keras semua dari atas sampai bawah, sehingga dilakukan redesign menjadi pondasi telapak. Contoh data tanah dapat dilihat dalam gambar 3.

(20)

5

N-SPT B-01 N-SPT BH-01

0 -2 -4 -6 -8 -10 -12 -14 -16 -18 -20 -22 -24 -26 -28 -30 -32 -34 -36 -38 -40 -42 -44 -46 -48 -50 -52 -54 -56 -58 -60

0 20 40 60 80 100

0 -2 -4 -6 -8 -10 -12 -14 -16 -18 -20 -22 -24 -26 -28 -30 -32 -34 -36 -38 -40 -42 -44 -46 -48 -50 -52 -54 -56 -58 -60

0 20 40 60 80 100

Selain di titik A1, di titik P4 juga terdapat perbedaan tanah. Hasil penyelidikan awal diketahui tanah keras berada di kedalaman 28 meter, sehingga dengan pondasi 30 meter sudah cukup. Akan tetapi, setelah dilakukan penyelidikan ulang di titik tersebut tidak terdapat tanah keras, melainkan pasir lanau semua.

Melihat kondisi tersebut perlu dilakukan redesign terhadap pondasi Jembatan Holtekamp dengan melibatkan pakar dari KKJTJ (Komite Keselamatan Jembatan, Terowongan dan Jalan) dan mendapatkan hasil seperti di bawah ini.

Gambar 3. Data tanah di A1. Kiri : data tanah saat perencanaan awal.

Kanan : data tanah actual 2015

Depth (m)

12 2

37 12

60 35

42 33

44 60 48

60 23

60 49

Depth (m)

60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

(21)

6

m ( ) h pt e D

N-SPT BH-05

0 -2 -4 -6 -8 -10 -12 -14 -16 -18 -20 -22 -24 -26 -28 -30 -32 -34 -36 -38 -40 -42 -44 -46 -48 -50 -52 -54 -56 -58 -60 -62 -64 -66 -68 -70 -72 -74 -76 -78 -80 -82 -84 -86 -88 -90

0 20 40 60 80 100

7 21

60 37

9 17

21 22

25 22

29 23 19

23 19

23 42 42 30 30 16

22 22 25 17 14

26 18

20 20 22

28 30 26 26 28 26

28 29 29 31

34 32 30

31

Akhirnya direview kembali ke tim perencana dan dan meminta bantuan ke

NO PONDASI DIAMETER KONFIGURASI PANJANG PER TIANG

1 P2 1200 2 @6X5=30 23 METER

2 P3 1200 2 @6X5 = 30 37 METER

4 P5 1000 4X7 = 28 34 METER

Gambar 4. Data tanah di P4. Kiri : data tanah saat perencanaan awal.

Kanan : data tanah aktual 2015

N-SPT A-02

0 20 40 60 80 100

0 -2 -4 -6 -8 -10 -12 -14 -16 -18 -20 -22 -24 -26 -28 -30 -32 -34 -36 -38 -40 -42 -44 -46 -48 -50 -52 -54 -56 -58 -60 -62 -64 -66 -68 -70 -72 -74 -76 -78 -80 -82 -84 -86 -88 -90

10 12

13 31 30

34 36

46 41 36 34 34 38

60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Depth (m)

3 P4 1200 2 @ 8X5 = 40 31 METER

(22)

7

NO PONDASI DIAMETER KONFIGURASI PANJANG PER TIANG

1 P2 1200 2 @6X5=30 20 METER

2 P3 1200 2 @7X5 = 35 49 METER

4 P5 1000 -X- = 44 46 METER

c. Keterbatasan lahan darurat untuk fasilitas

Untuk mengatasi hal ini kami memutuskan untuk melakukan reklamasi, mengingat jika membuat tempat kerja di luar lokasi tersebut costnya jauh lebih mahal. Dari hasil reklamasi, bisa mendirikan direksi kit, barak pekerja, dan batching plan.

3 P4 1200 2 @ 6X5 = 30 44 METER

Gambar 5. Foto pencitraan hasil reklamasi jembatan Holtekamp

(23)

8

4. Metode Pelaksanaan

Penggunaan pondasi bore pile digunakan untuk pilar di laut. Pengeboran pondasi bore pile dilaksanakan dengan metode RCD (Reverse Circulation Drilling) dengan bagan alir sebagai berikut.

a. Pemancangan Pipa Casing Baja

(24)

9

Teknik penyambungan pipa baja dengan cara pengelasan

Penyambungan antara potongan tiang pipa baja memerlukan pengelasan standar tinggi dan harus dilakukan oleh tukang las yang bersertifikat.

Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja semula dapat ditingkatkan. Sambungan harus dirancang dan dilaksanakan dengan cara sedemikian hingga dapat menjaga alinyemen dan posisi yang benar pada ruas-ruas tiang pancang. Pengelasan harus diuji secara visual dan dengan cara non destructive. Saat pengelasan biasanya perlu memotong 300 mm hingga 500 mm dari puncak bagian tiang dipancang untuk meratakan ujungnya dan untuk membuang bagian baja keras yang sukar dilas.Sambungan yang dilas harus mampu meneruskan momen penuh dalam tiang (dan untuk pipa baja) biasanya merupakan las ujung penetrasi penuh di sekeliling permukaan pipa.

Gambar 6. Peralatan pemancangan pipa baja

(25)

10

\

Gambar 7. Metode pengelasan pipa baja

(26)

11

Setting Out Tiang Pancang

 Setting out dilakukan untuk menentukan titik pemancangan berdasarkan gambar kerja

 Setting out dilaksanakan tepat sebelum pemancangan dan langsung dilanjutkan dengan pemancangan

Handling Tiang Pancang

Setelah tiang pancang tepat pada titiknya, maka dilakukan handling tiang pancang untuk pengecekan kelurusan / ketegakkan tiang pancang supaya sesuai dengan rencana

Pemancangan Pipa Baja

• Pemancangan dilakukan menggunakan vibro hammer (getaran)

• Dilakukan diatas ponton, dengan ponton terikat dan jangkar yang cukup kuat

• Ponton harus menurunkan jangkar – jangkarnya dan penambatan harus sekuat mungkin

Gambar 8. Cara mengecek kelurusan tiang pancang

(27)

12

• Setiap pemancangan masuk 1 – 2 meter dilakukan pengecekan kelurusan tiang pancang

• Pemancangan dihentikan ketika sudah mencapai kedalaman rencana (casing bukan untuk struktural)

Karena nantinya akan dilakukan pengeboran menggunakan system RCD (Reserve Circullate Drill) maka pada saat pemancangan casing perlu dinaikkan 2 meter lebih tinggi dari HWL air laut untuk menjaga supaya tanah pada saat pengeboran tidak longsor (menjaga tekanan dalam lubang bore pile).

Gambar 9. Pemancangan casing pipa baja di laut

(28)

13

Pemasangan Platform

• Pembuatan platform dikerjakan bersamaan dengan pemancangan

• Setelah didapat satu baris pemancangan, maka bisa dilakukan pekerjaan pemasangan platform

Gambar 10. Penanaman casing pipa baja dengan ketinggian 2 meter di atas muka air tertinggi baik di darat dan di laut

Gambar 11. Pemasangan platform di atas casing pipa baja

(29)

14

b. Pelaksanaan Pengeboran dan Pengecoran

Persiapan alat untuk pengeboran RCD meliputi :

• Mesin RCD

• Mata Bor RCD

• Pipa Bor

• Spul Balk

• Compressor

Gambar 12. Peralatan pengeboran metode RCD

(30)

Dasar pengeboran RCD (Reverse Circulation Drilling)

Gambar 13. Pengeboran metode RCD RCD (Reverse Circulation Drilling) merupakan teknik pengeboran dengan peralatan khusus. Cara kerja metode pengeboran ini yaitu dengan cara melakukan pengeboran tanah yangtelah diberi casing baja untuk menghindari terjadinya kelongsoran tanah. Pada saat RCD Machine melakukan pengeboran, diberikan tekanan air 0,2 kg/cm2 atu dengan kecepatan aliran 7,5 cm/dtk sehingga air akan keluar bersama material lumpur melalui pipa di tengah alat bor. Lumpur yang keluar disalurkan ke dalam bak penampungan. Hasil endapan lumpur (padatan) akan dibuang menggunakan truk sedangkan cairan akan dimasukkan kembali ke dalam lubang bor. Penggunaan metode ini dinilai lebih cepat dibandingan pengeboran biasa karena alat bor hanya 1x masuk ke dalam tanah dan baru diangkat ketika mencapai kedalaman rencana. Metode ini sangat efektif untuk menghindari kelongsoran dinding lubang tanah hasil pengeboran.

15

(31)

Pada saat pelaksanaan pengeboran RCD, lubang bore pile harus dijaga supaya tetap terisi air hingga ketinggian 2 meter diatas muka air laut (HWL). Hal ini diperuntukkan menjaga supaya tanah / pasir yang sudah dilubangi tidak mengalami kelongsoran akibat tekanannya terlalu besar

Gambar 14. Pelaksanaan pengeboran RCD

16

(32)

17

Gambar 15. Penempatan peralatan RCD di atas platform

(33)

18

TH

Monitoring pelaksanaan RCD dilakukan dalam 2 tahap yaitu :

 Monitoring kelurusan dan ketegakan dengan menggunakan waterpas

 Monitoring kedalaman dengan memasukan tali pengukur ke dalam lubang

DRILLING DEP

Gambar 16. Monitoring RCD

(34)

19

c. Pelaksanaan Pembesian Bore Pile

 Pembesian bore pile dilakukan di fabrikasi besi (darat)

 Selanjutnya diangkat ke atas tongkang untuk dibawa ke atas platform

 Tulangan disambung pada saat dimasukkan ke lubang bore pilenya

Langkah-langkah pembesian :

1. Tulangan bore pile sudah tersusun diatas ponton

2. Diangkat satu – satu untuk dimasukkan ke dalam lubang bore pile 3. Untuk dilakukan penyambungan, tulangan pertama dikaitkan kencang /

dilas diujung top casing pancang

4. Selanjutnya dilakukan penyambungan tulangan

Gambar 17. Proses pembesian bore pile

(35)

20

d. Pelaksanaan Pengecoran Bore Pile

• Lubang bore pile yang telah dibor dan dimasukkan tulangan tidak boleh terlalu lama kosong, harus segera dilakukan pengecoran

• Pelaksanaan pengecoran, dilakukan menggunakan bucket cor dengan pipa tremie

• Pengecoran dilakukan mulai dari ujung paling bawah bore pile, agar supaya air didalam lubang keluar akibat tekanan beton yang masuk

• Beton yang digunakan harus mengabaikan nilai slump agar beton dapat masuk ke berbagai celah

Gambar 18. Proses pengecoran bore pile

(36)

21

5. Resiko yang Mungkin Terjadi

a. Penggunaan metode ini membutuhkan peralatan khusus serta memerlukan areal yang lebih untuk menempatkan bak penampung (spul balk) untuk menampung lumpur.

b. Diperlukan rencana pemanfaatan tambahan agar pembuangan lumpur hasil endapan tidak merusa lingkungan sekitar.

6. Manfaat/Keuntungan

Adapun keuntungan yang diperoleh dengan penerapan metode RCD, antara lain:

a. Pelaksanaan pengeboran menjadi lebih cepat karena hanya 1x memasukkan alat bor dan mengangkat saat sudah mencapai kedalamn rencana

b. Lebih murah biaya pelaksanaan pengeboran serta dapat dilakukan di darat maupun di air

7. Kesimpulan

Metode RCD dapat diterapkan untuk pelakanaan pondasi bore pile untuk jenis tanah lanau silt.

8. Referensi dan Biodata

Nama Lengkap : Miswanto

Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 5 September 1974

Email : miswanto_hk@yahoo.com

No. Handphone : 08127630419

Alamat Rumah : Jalan Perhubungan No. 31 Laut Dendang Kecamatan : Percut Sei Tuan

Kabupaten/Kota : Deli Serdang, Sumatra Utara Nama Perusahaan : PT. Hutama Karya

Jabatan : Kepala Proyek

(37)

22

(38)

23

Perbaikan Tanah Lunak Dengan Metode Vacuum Pada Proyek Jalan Tol Palembang – Indralaya

Gambar 19. Pembangunan Jalan Tol Palindra

1. Informasi Proyek

Nama Proyek : Proyek Jalan Tol Palembang – Indralaya Lokasi Proyek : Palembang – Indralaya, Sumatera Selatan Panjang : 22 km + 2,5 km jalan akses KTM & Pemulutan Konstruksi : Flexible pavement dengan Soil Improvement Jumlah lajur awal : 2x2

Jumlah lajur akhir : 2x3 Arah pelebaran : Keluar Lebar jalur lalu lintas : 3,6 m Lebar bahu dalam : 1,5 m Lebar bahu luar : 3 m

(39)

24

Gambar 2. Hasil Boring Hand

2. Latar Belakang

Mayoritas kondisi tanah di Propinsi Sumatera Selatan termasuk jenis tanah rawa.

Berdasarkan hasil Soil Investigasi yang telah dilaksanakan pada Proyek Jalan Tol Palindra didapatkan hasil bahwa kondisi tanah asli dilapangan didominasi tanah lunak, sehingga dibutuhkan penanganan khusus, cepat, & efisien untuk memperbaiki stabilitas tanah tersebut (lihat Gambar 2).

Ruas Palindra diharapkan menjadi Jagorawinya Sumatera, karena banyak aktifitas sosial ekonomi dan pendidikan. Jumlah lajur awal yang dibuat adalah 2x2 dan dapat ditingkatkan sampai ruas 2x3. Sedangkan kondisi eksisting tanah 96% diatas rawa dan tanah keras berada pada kedalaman 18 meter.

Gambar 20. Data SPT kondisi tanah Tol Palindra

(40)

25

Dari hasil boring hand terlihat bila nilai SPT >4 dikategorikan tanah keras. Dari data daya dukung tanah dengan menggunakan sondir terlihat Ruas Palindra memiliki Qc < 10 MPa sehingga dikategorikan sebagai tanah lunak.

(41)

26

3. Permasalahan dan Penyelesaian

Permasalahan pada Proyek Jalan Tol Palembang – Indralaya (Palindra) adalah bagaimana upaya atau metode yang akan diterapkan untuk meningkatkan stabilitas tanah atau meningkatkan daya dukung tanah asli.

Kemudian dicarilah berbagai sistem atau metode sebagai alternatif perbaikan tanah antara lain :

a. Alternatif pertama, teknologi pile slab yaitu dengan menanam tiang pancang pada area yang dibutuhkan dan itu mahal.

b. Alternatif kedua, teknologi Preloading yang merupakan perbaikan dengan timbunan tanah selama selama 8-9 bulan namun tanah di sumatera sebagai bahan timbunan tidak ada yang baik.

c. Alternatif ketiga, memakai sistem Vacum Consolidation Method (VCM).

Pelaksaan VCM sampai 4 bulan dan bisa dilaksanakan bersamaan dengan perkerasan jalan.

Beberapa pertimbangan yang digunakan antara lain efisien, cepat, dan minim resiko terhadap dampak lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan diatas dipilih Soil Improvement dengan Vacuum Consolidation Method (VCM) yang bertujuan untuk mempercepat penurunan dan meningkatkan daya dukung tanah asli yang lunak dengan melakukan pemompaan (vacuum) pada tanah untuk mengurangi kadar air & pori pada butiran tanah sehingga dapat mempercepat penurunan jangka panjang dan perbedaan penurunan (differential settlement).

Tanah lempung lunak memiliki permeabilitas yang rendah, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan konsolidasi. Untuk mempersingkat waktu konsolidasi tersebut, drainase vertikal (vertical drains) dikombinasikan dengan teknik preloading. Vertical drain tersebut sebenarnya

(42)

27

merupakan jalur drainase buatan yang dimasukkan kedalam lapisan lempung.

Dengan kombinasi preloading, air pori diperas keluar selama konsolidasi dan mengalir lebih cepat pada arah horizontal daripada arah vertikal. Selanjutnya, air pori tersebut mengalir sepanjang jalur drainase vertikal yang telah diinstalasi.

Oleh karena itu, vertical drain berfungsi untuk memperpendek jalur drainase dan sekaligus mempercepat proses konsolidasi.

Karena tujuannya untuk memperpendek panjang lintasan pengaliran, maka jarak antar drainase merupakan hal yang terpenting. Dengan penggunaan metode VCM diperkirakan tahun-tahun berikutnya akan terjadi penurunan konsolidasi 10%

sekitar 1-3 cm. Itu salah satu pertimbangan memilih perkerasan fleksibel dibandingkan perkerasan rigid.

4. Alat dan Material Pekerjaan

Ada beberapa alat dan material perlengkapan yang diperlukan dalam pengerjaan VCM ini, antara lain :

Gambar 21. Konsep Preloading dengan vertical drain

(43)

28

29 a. Alat Berat

(44)

29

b. Pressure Gauge

Pada pelaksanaan Vacum Consolidation Method (VCM) mengandung risiko, salah satunya membran vacum yang akan ditimbun dapat mengalami kebocoran, jika tidak diberi alat monitor akan sulit untuk mencari titik kebocorannya, maka dari itu dipasang pressure gauge per jarak 100 meter untuk memonitor tekanan. Caranya dengan melihat pompa yang paling rendah penurunannya, dan bisa dilihat penurunan paling rendah di salah satu titik di sepanjang area membran tersebut.

(45)

30

(46)

c. Extenso meter

Alat ini berfungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui pergerakan dan atau penurunan layer by layer akibat vakum. Extenso meter dipasang pada centreline dikedalaman 5, 10 & 15 m (sesuai kedalaman PVD).

31

(47)

32

d. Inclino meter

Fungsi alat ini untuk mengetahui perubahan atau pergeseran lapisan tanah diluar area vakum akibat proses vakum. Inclinometer dipasang diluar area vakum dengan kedalaman sesuai penanaman PVD & dipasang tiap zona 1 buah untuk luasan per 18.000 m2.

(48)

33

e. Geomembran dan Geotekstil non Woven

Geomembran merupakan material pelapis yang memiliki permeabilitas sangat rendah, digunakan bersamaan dengan material lain yang berkaitan dengan geoteknik. Kelebihan geomembran antara lain ketahanan kimia sangat baik, lapisang yang sangat kedap air, ketahanan terhadap sinar UV dan kondisi cuaca seerta kuat dan fleksibel.

Geo textile (Geotekstil) Non Woven, atau disebut Filter Fabric (Pabrik) adalah sebuah jenis Geo textile yang tidak teranyam, berbentuk seperti karpet kain. Dan pada umumnya bahan dasarnya terbuat dari bahan polimer Polyesther (PET) atau Polypropylene (PP). Cara kerja Geo textile Woven hanya mengandalkan tensil strength, sehingga tidak mereduksi terjadinya penurunan setempat (differensial settlement) akibat tanah dasar yang lunak.

Fungsi geo textile non woven antara lain : 1. Untuk Separator / Pemisah

Salah satu fungsi dari geo textile non woven adalah sebagai separator atau pemisah. Geotextile Non Woven berfungsi untuk mencegah tercampurnya lapisan material yang satu dengan material yang lainnya. Misalnya, pada proyek pembangunan jalan yang dilakukan diatas tanah dasar lunak ( berlumpur ). Disini geo textile non woven berfungsi untuk mencegah naiknya lumpur ke sistem perkerasan, agar tidak terjadainya pumping effect yang akan mudah merusak perkerasan jalan.

Geo textile non woven juga berfungsi untuk mempermudah proses pemadatan sistem perkerasan.

2. Untuk Filter / Penyaring

Geo textile non woven berfungsi untuk mencegah terbawanya partikel- partikel tanah yang ada pada aliran air. Salah satu kelebihan geo textile non woven adalah dapat membuat air melewati gotextile tetapi partikel

(49)

34

tanah tertahan, hal ini dikarena geotextile non woven memiliki sifat permeable (tembus air). Aplikasi sebagai filter biasanya digunakan pada pekerjaan subdrain (drainase bawah tanah).

f. PVD (Prefabricated Vertikal Drain) dan PHD (Prefabricated Horizontal Drain)

PREFABRICATED VERTICAL DRAIN (PVD) adalah lembaran plastik untuk drainase vertikal yang panjang dan berkantung yang merupakan kombinasi antara bahan inti (core) polypropylene berkekuatan mekanik tinggi dan lapisan pembungkus dari bahan geotekstil. Bagian inti produk ini tersedia dalam tiga jenis kontur yang berbeda-beda, sesuai dengan kecepatan aliran drainase yang diinginkan.

PVD berfungsi untuk mempercepat proses konsolidasi tanah, terutama pada jenis tanah lempung (clay) atau lanau (silty clay). PVD ditanam secara vertikal ke dalam tanah untuk mengalirkan air dari lapisan tanah lunak Gambar 22. Material Geomembran Gambar 23. Material Geotekstil non

woven

(50)

35

ke permukaan. Kekuatan mekanikal tinggi dan lentur Instalasi mudah dan cepat Mempercepat waktu konsolidasi. PVD ditanam per 1x1 meter.

Teknologi berikutnya dalam vakum ini adalah teknologi PHD (Prefabricated Horizontal Drain) yaitu untuk menggabungkan semua vakum PVD dan bentuk pipa yang dipakai dalam teknologi PHD ini merupakan pipa plastik yang di lubangi untuk membantu mengalirkan air yang telah di vakum.

Gambar 24. Material PVD

Gambar 25. Material PHD

(51)

36

Gambar 26. Proses Pemasangan PVD

Gambar 27. Hasil akhir aplikasi pemasangan PVD

(52)

37

5. Bagan Alir

Tahapan pekerjaan Vacuum Consolidation Method (VCM) dapat dilihat dalam bagan berikut

Gambar 28. Bagan alir pelaksanaan proses VCM

(53)

38

6. Metode Pelaksanaan

a. Pengukuran Batas Row & Timbunan Di proyek ini terdapat 80 zona ruas.

Keterangan:

1. Pengukuran elevasi existing (long section),

2. Pengukuran batas ROW dengan lebar rata-rata 60 m (L / R),

3. Pengukuran Batas timbunan badan jalan 45 m (menyesuaikan elevasi finish grade), dan Jalan kerja 7,5 m (L / R)

b. Geotekstil Woven

Lebar penghamparan atau instalasi geotekstil woven ini selebar 65 meter.

geotekstil woven sebagai bahan penampung material pengisi, material pengisi itu sendiri dapat berupa tanah atau pun pasir.

Gambar 29. Pengukuran batas ROW dan timbunan

Gambar 30. Penghamparan geotekstil woven

(54)

39

c. Material Pengisi dan Drainase Pasir Horizontal

Material pengisi saat awal proyek berjalan memakai pasir, setelah proyek berjalan pencarian material pasir cukup sulit didapat di daerah tersebut. Maka material pengisi digantikan dengan tanah merah yang dapat digunakan.

Penghamparan material pengisi pada badan jalan sampai dengan elevasi +3,5 m dari MAL (Muka Air Laut) dan lebar timbunan 45 m (menyesuaikan elevasi finish grade), dengan kemiringan timbunan 1:2.

d. Pre boring dan PVD

Pre boring ini disiapkan untuk menunjang keperluan PVD dan PHD dengan kedalaman 1 meter dan jarak antar lubang 1 meter.

e. PVD (Prefabricated Vertikal Drain)

Pemasangan PVD dilaksanakan pada lubang yang telah dibuat oleh Drilling (1 x 1 m), setiap lubang yang telah dibuat dipasang PVD dengan menggunakan PVD Rig (Ekscavator Modified) dengan kedalaman sesuai hasil sondir dan dilebihkan sepanjang 50 cm dari top pasir, tujuannya agar air yang terhisap bisa lebih cepat terhubung dengan PHD, kemudian dibuang keluar area vakum.

Gambar 31. Pengisian material timbunan

(55)

40

Langkah berikutnya setelah membran vakum sudah menyelimuti area yang akan di vakum adalah menjaga membran agar tetap menyelimuti tanah dengan baik dan tidak boleh ada bagaian yang bolong, diterangi lampu 24 jam selama 4 bulan. Prasarana yang diperlukan lain adalah pompa Sealing ditch, daerah yang di vacum diberi pompa dengan jarak per 20 meter. 20 – 30 pompa di dalam 1 area dengan kedalaman 4-5 meter.

Setelah hari ke 14 (setelah vacum) tekanan vakum harus 80 kPa. Metode penimbunannya adalah layer pertama 60 cm untuk mengamankan membran dari kebocoran tanah. Pengalaman, kendala saat pelaksanaan setelah membran menutupi timbunan 2 meter, ada bagian yang bocor oleh babi hutan dan harus di ganti. Kendala yang kedua adalah awalnya pemakaian material pengisi di sana memakai pasir, namun material disana sulit didapat dan diganti oleh tanah merah yang dapat dijadikan media vakum.

(56)

41

(57)

42

f. PHD (Prefabricated Horizontal Drain)

PHD terdiri dari 2 jenis pipa, yaitu filter pipe & main pipe, Pemasangan PHD dilaksanakan pada drainase pasir horizontal, jarak maksimum antar PHD adalah 6 m jika permeabilitas pasir baik, dan 3 meter apabila permeabilitas pasir kurang baik.

(58)

43

f. Sealing Ditch

Geotekstil non woven layer pertama dipasang diatas drainasi pasir horizontal, kemudian diatasnya dipasang geomembrane, dan ditanam mengelilingi area vakum dengan kedalaman 4 – 5 meter.

(59)

44

g. Sistem Vacuum Installation

Pompa vakum melayani <1000 m2 area vakum, sehingga kebutuhan pompa dapat dihitung berdasarkan luasan area yang akan divakum, sedangkan kebutuhan genset dapat dihitung berdasarkan besarnya beban pompa yang akan dilayani.

(60)

45

7. Risiko

a. Proses installasi vakum dilaksanakan selama 3 minggu, & prosesnya sendiri dilaksanakan 4 selama bulan (hingga derajat konsolidasi mencapai 90 %), selama itu pekerjaan struktur (box culvert & box tunnel) belum bisa dikerjakan sehingga pekerjaan struktur idle (menunggu proses vakum selesai).

b. Antara bangunan struktur jembatan dan batas ujung vakum awalnya berjarak 10 m (untuk menghindari pengaruh vakum terhadap tiang pancang struktur jembatan) area sepanjang 10 m tidak tervakum sehingga daya dukung tanah pada area sepanjang 10 m tidak mengalami konsolidasi akibatnya struktur plat injak pada oprit jembatan turun.

c. Pada saat setelah pressure vakum mencapai 80 kpa diizinkan untuk melaksanakan timbunan CBM selama proses vakum berjalan, pada saat melaksankan timbunan CBM pada layer pertama, geomembran (lapis kedap) rentan mengalami kebocoran yang disebabkan gesekan blade pada dozer, sehingga harus bongkar timbunan CBM untuk mencari letak kebocoran &

menambal membrane yang bocor.

d. Terdapat lapisan pasir (sand layer) pada area yang akan di vakum sehingga jika diteruskan proses vakum tidak akan berhasil (tidak kedap akibat lapisan pasir).

8. Solusi

a. Untuk mempercepat progress pekerjaan struktur box culvert & box tunnel maka pondasi yang akan di pasang struktur box tidak menunggu proses vakum selesai, tetapi langsung menggunakan pondasi tiang pancang.

b. Berdasarkan pengalaman dilapangan, pada zona vakum yang diapit bangunan struktur digunakan jarak antara batas ujung area vakum dengan

(61)

46

bangunan struktur sepanjang 5 meter, sehingga space 5 meter yang tidak tervakum mengalami pengaruh konsolidasi, terbukti pada struktur plat injak abutment 1 jembatan pipa minyak 2 tidak mengalami penurunan. Untuk struktur plat injak yang mengalami penurunan diperbaiki dengan menggunakan konstruksi Pile Slab.

c. Kebocoran geomembrane (lapis kedap) pada saat menghampar CBM layer pertama diminimalisir dengan cara melaksanakan penimbunan pada layer pertama setebal 80 cm dan dipadatkan menjadi 60 cm untuk menghindari gesekan antara blade Dozer dengan membran dan dlanjutkan penghamparan CBM layer berikutnya.

d. Pada area yang terdapat sand layer dapat dilaksanakan dengan membuat tembok pemisah menggunakan material good soil, proses ini biasa disebut dengan Slurry Wall.

Gambar 32. Pembuatan material slurry

(62)

47

9. Manfaat

a. Proses vakum (VCM) ini terbukti berhasil memperbaiki stabilitas tanah lunak, seperti gambar dibawah ini :

b. Proses vakum (VCM) lebih efisien dibandingkan dengan metode lainnya (misalkan pile slab & cakar ayam),

c. Proses vakum (VCM) lebih cepat dibandingkan metode konvensional (vakum 4 bulan, konvensional 8 bulan), & lebih kecil resiko pengaruh akibat tekanan tanah lateral seperti gambar dibawah ini :

d. Pada proses vakum menggunakan lebih sedikit alat berat dibandingkan dengan metode lain.

BEFORE AFTER

KONVENSIONAL VAKUM

(63)

48

e. Lebih sedikit menggunakan surcharge load (Material Timbunan) karena beban 5 m CBM sudah tercover (setara) dengan pressure vakum 80 kPa

10. Referensi dan Biodata

Nama Lengkap : Prie Hartono Tempat Lahir : Yogyakarta Tanggal Lahir : 11 April 1964

Email : prieh1104@gmail.com

No. Handphone : 0811159289

Alamat Rumah : Komplek AD Bulak Rantai K38 Kabupaten/Kota : Jakarta Timur

Provinsi : DKI Jakarta

Nama Perusahaan : PT. Hutama Karya Jabatan : Kepala Proyek

(64)

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi

Balai Penerapan Teknologi Konstruksi

Jl. Sapta Taruna Raya Komplek PU Pasar Jum’at No. 28, Jakarta Selatan Tlp/Fax. 021- 7661556

e-mail: balaiptk@gmail.com; sibimakonstruksi@gmail.com; sibimakonstruksi@pu.go.id website: sibima.pu.go.id

Gambar

Gambar 1 Jembatan Holtekamp Jayapura
Gambar 2. Long Section Jembatan Bentang Utama
Gambar 3. Data tanah di A1. Kiri : data tanah saat perencanaan awal.
Gambar 4. Data tanah di P4. Kiri : data tanah saat perencanaan awal.
+7

Referensi

Dokumen terkait

e) Menambah perbendaharaan kata anak. Saat mendongeng, akan ada banyak kata-kata yang digunakan, yang kemungkinan merupakan kata baru bagi seorang anak, dengan

Jika dikaji lebih jauh maka pemerintah melalui undang-undang tersebut memiliki tujuan menyiapkan generasi muda (mahasiswa) agar memiliki wawasan kebangsaan dan

Iklan Baris 8 LOWONGAN KERJA Serba Serbi Iklan Baris Iklan Baris DIButuHKaN sPg Wanita,.. Max25th, Penempatan Mall thamrin City &amp; season City, Ijazah, Hub

Kampus hijau yang sudah terbentuk akan menjadi pusat kegiatan dan pemberdayaan pemangku kepentingan untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan (Tempo,

Dalam rangka peningkatan pelayanan GPIB Jemaat “CINERE” Depok melalui evaluasi tahunan dan memberi masukkan dalam rangka pembuatan dan penetapan Program Kerja

melewati double orifices tanpa terdifraksi, hal ini dibuktikan dari terbentiknya gelombang detonasi dengan jarak yang sangat dekat dengan model/ sebelum melewati

Ciri-ciri morfometrik adalah ukuran relatif bagian-bagian tubuh ikan, sedangkan ciri-ciri meristiknya adalah jumlah bagian tubuh ikan misalnya jari-jari sirip dan

Pemberian aditif cair buah naga merah ( Hylocereus polyrhizus ) sebanyak (5-10 ml/ekor) dengan frekuensi pemberian yang berbeda (satu kali sehari, dua kali sehari