• Tidak ada hasil yang ditemukan

i Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "i Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

i | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

(2)

ii | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya Modul Penyuluh Sosial dengan Materi Substansi Muatan Lokal dalam Penyuluhan Sosial dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan Pelatihan Dasar Penyuluh Sosial Aparatur Sipil Negara (ASN).

Materi dalam modul ini berkaitan dengan substansi muatan local dalam penyuluhan social yang berkaitan dengan pemanfaatan muatan-muatan local, kearifan local dan tradisi kehidupan masyarakat lokal dalam proses penyuluhan social sehingga proses dan pelaksanaan penyuluhan social dapat lebih optimal. Oleh karena itu, dibutuhkan pembelajaran tuntas terkait dengan semua modul yang tersaji yang merupakan bagian tidak terpisahkan antara modul yang satu dengan modul yang lainnya.

Hal ini dilakukan guna mendukung akselerasi ketercapaian penyuluhan social pemerintah dimana Pejabat Fungsional Penyuluh Sosial menjadi motor penggerak yang mengawali masuknya program-program social kelompok sasaran. Dalam pelaksanaanya kegiatan penyuluhan sosial dilakukan bekerjasama dan bersinergi dengan sumber daya manusia lain seperti Pekerja Sosial, Pendamping Sosial dan lain-lain.

Terima kasih diucapkan kepada Tim Penyusun dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Modul ini. Semoga modul ini dapat dimanfaatkan oleh semua pihak dalam memberikan layanan sesuai dengan bidang tugas dan sasarannya. Saran konstruktif sangat kami harapkan dalam rangka pengayaan modul ini di masa datang.

Demikian terima kasih.

Jakarta, November 2020

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial,

Mulia Jonie

KATA PENGANTAR

(3)

iii | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

KATA PENGANTAR ……….. ii

DAFTAR ISI ……… iii

DAFTAR GAMBAR ……….. iv

DAFTAR LAMPIRAN ………. iv

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ……….. v

BAB I: PENDAHULUAN ……….. 1

A. DESKRIPSI SINGKAT MODUL ……….. 1

B. RELEVANSI ……… 1

C. TUJUAN PEMBELAJARAN ……… 2

D. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ……… 2

E. MEDIA PEMBELAJARAN ………. 3

F. METODE PEMBELAJARAN ………. 3

G. SKEMA PEMBELAJARAN ……… 4

H. PROSES PEMBELAJARAN ……….………. 4

BAB II: MUATAN LOKAL ………. 7

A. DESKRIPSI SINGKAT BAB III ………. 7

B. URAIAN MATERI ………..……….. 7

C. RANGKUMAN ……….. 14

Lembar Kerja M17.1 ………. 15

D. UMPAN BALIK ……….. 15

BAB III: KEARIFAN LOKAL ……….. 16

A. DESKRIPSI SINGKAT BAB III ……… 16

B. URAIAN MATERI ……… 16

C. RANGKUMAN ……… 22

Lembar Kerja M17.2 ……..………..……… 22

D. UMPAN BALIK ……… 23

BAB IV: TRADISI KEHIDUPAN MASYARAKAT ……….. 24

A. DESKRIPSI SINGKAT BAB IV ……… 24

B. URAIAN MATERI ……….……… 24

C. RANGKUMAN ……….. 34

Lembar Kerja M17.3 ……… 35

D. UMPAN BALIK ……… 35

BAB V. PENUTUP ……….. 36

REFERENSI ……… 37

LEMBAR BIODATA PENYUSUN ……… 38

LAMPIRAN: ………. 41

DAFTAR ISI

(4)

iv | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

Gambar 1: Skema Pembelajaran Modul 17 ……….. 4

PPT ………. 43

RBPMD dan SAP ……….. 47

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

(5)

v | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

Sebelum Anda mempelajari modul ini terlebih dahulu perhatikanlah beberapa petunjuk teknis berikut:

1. Bacalah dengan seksama petunjuk penggunaan modul ini, agar Anda dapat lebih mudah dalam memahami cara mempelajari modul ini.

2. Pelajari Modul Diklat ini secara bertahap sehingga memiliki pemahaman yang menyeluruh dan komprehensif tentang Tahapan dalam Penyuluhan sosial.

3. Penyajian materi Modul ini sangat terkait dengan materi Modul sebelumnya, karena itu, Saudara harus menguasai materi-materi sebelumnya, sebelum mempraktekkan Modul 17 ini.

4. Pahami terlebih dahulu struktur modul ini, sehingga Saudara dapat lebih mudah dalam mempelajari modul ini.

5. Bacalah materi modul ini secara seksama sehingga Saudara dapat mengerti dan menguasai tentang Konsep Substansi Muatan Lokal secara benar.

6. Untuk dapat menerapkan modul ini dengan baik, bacalah langkah-langkah yang ada pada modul ini, kemudian diskusikan dengan teman peserta lain bila ada yang kurang jelas. Jika masih ada yang belum jelas atau kesulitan dalam memahami langkah, konsultasikan dengan pengampu / fasilitator untuk lebih memahami lebih mendalam tentang langkah yang ada.

7. Modul ini merupakan acuan bagi tenaga pengajar/fasilitator dalam melakukan transfer pengetahuan kepada peserta diklat, namun dalam pelaksanaanya dapat dilakukan improvisasi sesuai dengan situasi dan kebutuhan di lapangan. Akan tetapi tidak keluar dari substansi materi.

8. Untuk memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman, pelajari sumber-sumber lain yang relevan atau lakukan diskusi dengan nara sumber (fasilitator) dan/atau peserta lainnya.

Selamat Belajar.

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

(6)

1 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

Indonesia sebagai negara multikultural terdiri atas ratusan suku bangsa yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Setiap suku bangsa memiliki ciri khas bahasa, budaya, dan adat kebiasaan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Suku bangsa yang paling banyak mendominasi wilayah Indonesia diantaranya adalah Suku Jawa, Suku Batak, dan Suku Melayu. Materi ini membahas 3 pokok bahasan, yaitu Muatan Lokal, Kearifan Lokal dan Tradisi Budaya Masyarakat Indoensia.

1. Kegiatan penyuluhan Sosial sangat berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat, yang bertujuan untuk mengubah perilaku kehidupan masyarakat tersebut, karena itu seorang penyuluh harus mengetahui muatan-muatan local, kearifan local dan tradisi yang ada, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat tersebut untuk menajadi bahan materi dalam proses penyuluhan tersebut.

2. Indonesia adalah negara multieknis, dengan beragam suku, bahasa, tradisi adat istiadat dan kebiasaan-ekbiasaan yang berlaku menurut etnisnya. Agar proses dan tujuan penyuluhan tersebut dapat berhasil, seorang penyuluh harus memanfaatkan potensi dan sumber daya local yang ada dalam masyarakat tersebut. Karena itu seorang penyuluh harus mengetahu materi substansi muatan local, kearifan local dan tradisi yang berkembang dalam masayrakat tersebut.

A. DESKRIPSI SINGKAT MODUL

B. RELEVANSI

BAB I. PENDAHULUAN

(7)

2 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

1. Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat memahami dan menerapkan substansi muatan local dalam proses penyuluhan social.

2. Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat:

1. Menjelaskan, memanfaatkan dan menerapakan muatan-muatan local yang ada, hidup dan berkembang dalam masyarakat sebagai materi penyuluhan.

2. Menjelaskan, memanfaatkan dan menerapakan kearifan local yang ada, hidup dan berkembang dalam masyarakat sebagai materi penyuluhan.

3. Menjelaskan, memanfaatkan dan menerapakan tradisi kehidupan yang ada, hidup dan berkembang dalam masyarakat sebagai materi penyuluhan.

1. Muatan Lokal

a. Pengertian Muatan Lokal b. Landasan Muatan Lokal c. Tujuan Muatan Lokal d. Fungsi Muatan Lokal e. Sasaran Muatan Lokal f. Ruang Lingkup Muatan Lokal g. Implementasi Muatan Lokal h. Pengembangan Muatan Lokal

i. Langkah-langkah pengembangan materi muatan lokal

2. Kearifan Lokal

a. Pengertian Kearifan Lokal

b. Pengertian Kearifan Lokal Menurut Para Ahli c. Ciri-Ciri Kearifan Lokal

d. Fungsi Kearifan Lokal e. Wujud Kearifan Lokal

f. Local Genius sebagai Kearifan Lokal g. Ruang Lingkup Kearifan Lokal

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

D. POKOK DAN SUB POKOK BAHASAN

(8)

3 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

3. Tradisi Kehidupan Masyarakat h. Pengertian Tradisi

i. Tujuan Tradisi j. Fungsi Tradisi

k. Penybab Perubahan Tradisi

l. Beberapa Contoh Tradisi dan Kearifan Lokal

1. White board 2. Spidol 3. LCD/Infokus 4. Pointer 5. Kertas Plano 6. Lembar Kerja (LK) 7. Modul

1. Ceramah.

2. Tanya jawab.

3. Curah pendapat (Brainstorming).

4. Diskusi.

5. Simulasi / Praktek.

E. MEDIA PEMBELAJARAN

F. METODE PEMBELAJARAN

(9)

4 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

Berikut adalah skema penyampaian materi modul ini yang terdiri dari beberapa tahapan dan waktu yang harus diikuti, sebagai berikut:

Gambar 1: Skema Pembelajaran Modul 17

1. Langkah 1: Pembukaan (15 menit)

a. Fasilitator mengucapkan salam kepada peserta diklat.

b. Sebelum pembelajaran dimulai, dilakukan permainan Ice Breaking terkait dengan muatan substansi local peserta, yang masih ada hingga sekarang ini.

c. Permainan ini selain untuk energizer peserta juga bertujuan untuk mengenal muatan substansi local dari berbagai daerah di Indonesia.

d. Fasilitator menjelaskan tujuan proses pembelajaran yang akan dicapai dari Modul 17 yang meliputi Hasil Belajar dan Indikator Hasil Belajar.

e. Fasilitator menjelaskan mengenai proses pembelajaran yang akan dilakukan pada Modul 17, yang meliputi: pokok bahasan dan sub pokok bahasan, bahan Pembukaan

(15’)

Brainstorming Substansi Muatan

Lokal (30’)

Diskusi Identifikasi Muatan Lokal (50’)

Penutup (15’)

Simulasi / Praktek Tradisi Masy (90’) Evaluasi Substansi

Muatan Lokal (20’)

Diskusi Identifikasi Krearifan Lokal (50’)

G. SKEMA PEMBELAJARAN

H. PROSES PEMBELAJARAN

(10)

5 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

dan media pembelajaran; metode dana proses pembelajaran, langkah kegiatan pembelajaran dan penjelasan masing-masing materi.

2. Langkah 2: Brainstorming Muatan Lokal (30 menit) Fasilitator melakukan brainstorming tentang:

a. Apa itu Substansi muatan lokal, apakah sudah pernah dengar atau belum, apa yang dimaksud dengan muatan substansi local. Kearifan lokal dan tradisi-tradisi yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, apa bedanya diantara masing-masing (substansi muatan local, kearifan local dan tradisi masyarakat local).

b. Bagaimana pengalaman peserta dalam pelestarian nilai-nilai budaya local, apakah substansi muatan local, kearifan local dan tradisi kehidupan masyarakat akan hilang atau lestari di era globalisasi sekarang ini.

c. Fasilitator melakukan klarifikasi terkait hasil brainstorming yang disampaikan oleh peserta

3. Langkah 3: Diskusi-1 Kelompok Mengindentifikasi Substansi Muatan Lokal (LK17.1) (50 menit)

a. Sebelum diskusi dimulai, fasilitator terlebih dahulu memaparkan materi terkait dengan substansi muatan lokal

b. Dalam Langkah 3 ini pesera diminta untuk melakukan Diskusi Kelompok terkait mengindentifikasi Muatan Lokal yang dapat digunakan Penyuluhan Sosial di masyarakat.

c. Peserta dibagi dalam 3 kelompok @ 10 orang

d. Masing-masing kelompok diminta untuk mengidentifikasi muatan lokal yang dapat digunakan dalam pelaksanaan Penyuluhan Sosial di masayrakat

e. Langkah berikutnya, kelompok akan melakukan pemaparan dan tanyak jawab hasil diskusi kelompok masing-masing yang dimulai dari kelompok 1,2,3 dst

f. Pada bagian akhir proses pembelajaran fasilitator akan memberikan komentar, masukan dan refleksi atas hasil diskusi dan paparan yang sudah dilakukan peserta kaitannya dengan Pencatatan dan Pelaporan.

4. Langkah 4: Diskusi-2 Diskusi Kelompok Mengindentifikasi Kearifan Lokal (LK17.2) (50 menit)

a. Sebelum diskusi dimulai, fasilitator terlebih dahulu memaparkan materi terkait dengan kearifan lokal

b. Dalam Langkah 3 ini pesera diminta untuk melakukan Diskusi Kelompok terkait Kearifan Lokal yang dapat digunakan dalam Penyuluhan Sosial di masyarakat.

c. Peserta dibagi dalam 3 kelompok @ 10 orang

d. Masing-masing kelompok diminta untuk mengidentifikasi kearifan lokal yang dapat digunakan dalam pelaksanaan Penyuluhan Sosial di masayrakat

(11)

6 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

e. Langkah berikutnya, kelompok akan melakukan pemaparan dan tanyak jawab hasil diskusi kelompok masing-masing yang dimulai dari kelompok 1,2,3 dst

f. Pada sesi akhir peserta memberikan tanggapan dan komentar atas paparan yang sudah dilakukan guna memberikan kepastian substansi kepada peserta dan dilanjutkan dengan penyampaian rangkuman Pokok Bahasan 3.

5. Langkah 5: Diskusi-3: Topik Simulasi / praktek pelaksanaan Tradisi Kehidupan Masyarakat (LK17-3) (90 menit)

a. Peserta dibagi dalam 3 kelompok @ 10 orang (Kelompok dapat menggunakan kelompok yang sudah ada)

b. Masing-masing kelompok diminta untuk membuat simula / praktek Penyuluhan Sosial terkait dengan materi tradisi kehiudupan masyarakat yang masih hidup dan berkembang saat ini

c. Pemaparan masing-masing kelompok (3 kelompok), secara berurut dari kelompok 3, 2, dan 1

d. Tanyak Jawab dari Kelompok lain

e. Komentar dari Fasilitator dan Kesimpulan.

6. Langkah 6: Evaluasi Pelaksanaan Muatan Lokal (20 menit)

a. Fasilitator meminta peserta untuk menjelasakan konsep muatan local, kearifan local dam tradisi dalam kehidupan masyarakat

b. Fasilitator menyampaikan beberapa kesimpulan pembelajaran terkait dengan materu substansi muatan lokal

7. Langkah 7: Penutup (15 menit)

a. Sesi ini merupakan bagian akhir dari Modul 17 ini.

b. Untuk mengakhiri kegiatan, Fasilitator membuat Ice Breaking terkait dengan kearifan local daerah masing-masing.

c. Fasilitator mengucapkan terima kasih atas partisipasi peserta yang sungguh luar biasa.

(12)

7 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

Muatan lokal merupakan materi untuk mengembangkan nilai-nilai local yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam satu materi saja. Substansi muatan lokal ditentukan oleh kehidupan komunitas yang disesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing.

A.

1. Pengertian muatan lokal

Muatan lokal adalah muatan materi untuk mengembangkan potensi daerah sebagai upaya peningkatan mutu kehidupan masayrakat. Selain itu muatan lokal juga sebagai upaya untuk melestarikan nilai-nilai buaya yang berbasis kebudayaan dan kesenian pada daerah dimana komintas itu berkembang.Muatan lokal merupakan kegiatan tambahan untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam satu mata pelajaran saja. Subtansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh karakteristik dari komunitas itu sendiri, tidak terbatas pada materi tertentu saja.

Selain pengertian di atas, beberapa para pakar mendefinisika tentang muatan lokal sebagai berikut:

a. Menurut Dirjen Kurikulum, Muatan Lokal adalah kurikulum yang diperkaya dengan materi pelajaran yang ada di lingkungan setempat.

b. Menurut Kurikulum 1994 Kurikulum Muatan Lokal adalah materi pelajaran yang diajarkan secara terpisah, menjadi kajian tersendiri.

c. Menurut Soewardi Kurikulum Muatan Lokal adalah materi pelajaran dan pengenalan berbagai ciri khas daerah tertentu, bukan saja yang terdiri dari keterampilan, kerajinan, tetapi jaga manifestasi kebudayaan daerah legenda

A. DESKRIPSI SINGKAT BAB II

B. URAIAN MATERI

BAB II. MUATAN LOKAL

(13)

8 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

serta adat istiadat.

d. Menurut Dakir, Muatan Lokal adalah program pembelajaran yang isi dan penyimpanannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid di daerah itu.

e. Menurut Mulyasa (2009:272), muatan lokal adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi bahan pelajaran yang ditetapkan oleh daerah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

f. Menurut Dakir (2004:102), muatan lokal adalah program pembelajaran yang isi dan penyimpanannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid di daerah itu.

g. Menurut Haromain (2009: 43), muatan lokal merupakan muatan untuk mengembangkan potensi daerah sebagai sebagian dari upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Selain itu muatan lokal juga sebagai upaya untuk melestarikan bahasa daerah yang berbasis kebudayaan dan kesenian pada daerah dimana sekolah itu berkembang.

h. Menurut Supriadi (2005:204), muatan lokal dalam pembelajaran yang merunjuk pada karakteristik atau bobot yang bersifat lokal yang secara sadar dan sistemik memberikan corak pada bagaimana kurikulum diimplementasikan sesuai dengan kemampuan, daya dukung, kepentingan lokal.

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa inti muatan lokal adalah penyusunan materi atas dasar acuan keadaan masyarakat atau komunitas tertentu.

Yang kemudian materi tersebut diajarkan kepada peserta.

2. Landasan Muatan Lokal

a. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

b. UU No. 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat (1) dan Pasal 38 ayat (2).

c. Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

3. Tujuan Muatan Lokal

Ada beberapa tujuan materi buatan local:

a. Pembelajaran dan kurikulum muatan lokal dilaksanakan dalam rangka mengenalkan dan mewariskan nilai karakteristik suatu daerah kepada peserta didik. Selain itu, muatan lokal juga untuk mengembangkan sumber daya yang ada di suatu daerah sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan daerah tersebut.

(14)

9 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

b. Mata pelajaran muatan lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantab tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai / aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelansungan pembangunan daerah serta pembangunan nasiaonal. Lebih jelas lagi, agar peserta didik dapat:

c. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya.

d. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguan bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya.

e. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai / aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai- nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.

f. Menurut Pusat Kurikulum (2007:4), tujuan pembelajaran muatan lokal kepada peserta didik adalah sebagai berikut:

1) Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya.

2) Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya.

3) Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/ aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.

4) Menyadari lingkungan dan masalah-masalah yang ada di masyarakat serta dapat membantu mencari pemecahannya.

4. Fungsi Muatan Lokal

Menurut Hamalik (2007:266), fungsi pembelajaran dan kurikulum muatan lokal adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Penyesuaian. Madrasah merupakan komponen dalam masyarakat, sebab madrasah berada di dalam lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, program madrasah harus disesuaikan dengan lingkungan, kebutuhan daerah dan masyarakat.

b. Fungsi Integrasi. Peserta didik adalah bagian integral dari masyarakat. Karena itu, muatan lokal merupakan program pembelajaran yang berfungsi mendidik pribadi-pribadi peserta didik agar dapat memberikan sumbangan kepada

(15)

10 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

masyarakat dan lingkungannya atau berfungsi untuk membentuk dan mengintegrasikan pribadi peserta didik dengan masyarakatnya.

c. Fungsi Perbedaan. Peserta didik yang satu dengan yang lain berbeda. Muatan lokal adalah suatu program pembelajaran yang bersifat luwes, yaitu program pembelajaran yang pengembangannya disesuaikan dengan minat, bakat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik, lingkungan dan daerahnya.

5. Sasaran Muatan Lokal

Terdapat tiga sasaran pokok pelaksanaan kurikulum muatan lokal (KML), yaitu:

a. mengakrabkan peserta pada nilai-nilai sosial budaya dan lingkungannya,

b. mengembangkan keterampilan fungsional yang dapat menunjang kehidupan, dan

c. menumbuhkan kepedulian siswa terhadap masalah-masalah lingkungan (Suyitno, 1999:175).

6. Ruang Lingkup Muatan Lokal

Ruang lingkup muatan lokal terdiri dari beberapa macam, antara lain:

a. Lingkup Kedaan dan Kebutuhan Daerah

1) Adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan social ekonomi, dan lingkunagn social budaya. Adapun maksud dari kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut. Kebutuhan daerah, misalnya kebutuhan untuk:

2) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah.

3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dibidang tertentu, sesuai keadaan dan perekonomian daerah.

4) Meningkatkan penguasaan bahasa inggris untuk keperluan sehari-hari, dan menunjang pemberdayaan individu dalam melakukan belajar lebih lanjut (belajar sepanjang hayat).

5) Meningkatkan kemampuan berwirausaha.

b. Lingkup Isi/ Jenis Muatan Lokal

Ruang lingkup ini dapat berupa bahasa daerah, bahasa inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai cirri khas lingkungan alam sekitar, serta hal- hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.

(16)

11 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

7. Implementasi Muatan Lokal

a. Menurut Peraturan Kemendikbud No. 81A Tahun 2013, pelaksanaan pembelajaran muatan lokal adalah sebagai berikut:

1) Muatan lokal diajarkan pada setiap jenjang kelas mulai dari tingkat pra satuan pendidikan hingga satuan pendidikan menengah. Khusus pada jenjang pra satuan pendidikan, muatan lokal tidak berbentuk sebagai mata pelajaran.

2) Muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri dan/atau bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain dan/atau pengembangan diri.

3) Alokasi waktu adalah 2 jam/minggu jika muatan lokal berupa mata pelajaran khusus muatan lokal.

4) Muatan lokal dilaksanakan selama satu semester atau satu tahun atau bahkan selama tiga tahun.

5) Proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek (kognitif, afektif, psikomotor, dan action).

6) Penilaian pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk, dan portofolio.

7) Satuan pendidikan dapat menentukan satu atau lebih jenis bahan kajian mata pelajaran muatan lokal.

8) Penyelenggaraan muatan lokal disesuaikan dengan potensi dan karakteristik satuan pendidikan.

9) Satuan pendidikan yang tidak memiliki tenaga khusus untuk muatan lokal dapat bekerja sama atau menggunakan tenaga dengan pihak lain.

b. Sedangkan menurut Mulyasa (2007:279), pelaksanaan pembelajaran muatan lokal dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:

1) Persiapan. Beberapa hal yang harus dilakukan oleh fasilitator, dan tenaga pendidiknya pada tahap persiapan ini adalah sebagai berikut: (a) Menentukan mata pelajaran muatan lokal untuk setiap tingkat kelas yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi sekolah, dan kesiapan guru yang mengajar, (b) Menentukan guru. Guru muatan lokal seharusnya guru yang ada di sekolah, tetapi bisa juga menggunakan narasumber yang lebih tepat dan profesional, (c) Sumber dana dan sumber belajar. Dana untuk pembelajaran muatan lokal dapat menggunakan dana biaya operasional sekolah, tetapi bisa juga mencari sponsor atau kerja sama dengan pihak lain yang relevan.

2) Pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal hampir sama dengan mata pelajaran lain. Garis besarnya sebagai berikut: Mengkaji silabus, Membuat RPP, Mempersiapkan penilaian.

(17)

12 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

3) Tindak Lanjut. Tindak lanjut adalah langkah-langkah yang akan dan harus diambil setelah proses pembelajaran muatan lokal. Tindak lanjut ini erat kaitannya dengan hasil penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran.

Bentuk tindak lanjut ini, bisa berupa perbaikan terhadap proses pembelajaran, tetapi juga bisa merupakan upaya untuk mengembangkan lebih lanjut hasil pembelajaran, misalnya dengan membentuk kelompok belajar, dan grup kesenian.

8. Pengembangan Muatan Lokal

Pengembangan muatan lokal sekurang-kurangnya harus memenuhi beberapa syarat.

Antara lain:

a. Pengembangan muatan lokal harus mencerminkan pencapaian visi, misi, dan tujuan madrasah.

b. Pengembangan muatan lokal harus mencerminkan pengembangan kompetensi yang disesuaikan dengan cirri khas, potensi daerah dan madrasah.

c. Pengembangan muatan lokal harus menggambarkan rasional tentang pentingnya muatan lokal tersebut terhadap daya saing madrasah.

d. Pengembangan muatan lokal harus menjelaskan bahwa sumber daya yang ada di madrasah memenuhi syarat untuk menyelenggarakan muatan lokal tersebut.

e. Pengembangan muatan lokal harus ada kejelasan rumusan SKL, SK, dan KDdari beberapa macam muatan lokal yang dikembangkan.

f. Pengembangan muatan lokal harus memaparkan silabus muatan lokal yang diselenggarakan.

g. Pengembangan muatan lokal harus ada kejelasan model pelaksanaan dan penilaiannya.

9. Langkah-langkah pengembangan materi muatan lokal.

Adapun langkah-langkah pengembangan matari muatan lokal, yaitu terdiri dari beberapa macam. antara lain:

a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah

1) Kegiatan menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan, meliputi aspek: sosial, ekonomi, budaya dan kekayaan alam.Kebutuhan daerah dapat diketahui dari:

2) Rencana pembangunan daerah yang bersangkutan termasuk prioritas pembangunan daerah baik jangka pendek maupun jangka panjang

3) Pengembangan ketenaga pekerjaan termasuk jenis-jenis kemampuan dan keterampilan yang diperlukan

4) Aspirasi masyarakat baik mengenai pelestarian alam, pengembangan daerah maupun kemampuan khusus yang diperlukan masyarakat

(18)

13 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

b. Mengidentifikasi fungsi dan komposisi mata pelajaran 1) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah 2) Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu 3) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta

4) Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris

Dengan memperhatikan fungsi di atas, selanjutnya menentukan jenis-jenis matapelajaran/bahan kajian muatan lokal, dan susunan programnya denga waktu yang ditentukan secara rasional.

c. Menentukan bahan kajian muatan lokal

1) Ruang lingkup muatan lokal yang akan dikembangkan memperhatikan keadaan daerah dan kebutuhan daerah.

2) Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang ada di daerah berdasarkan keterkaitan dengan lingkungan: alam, sosial ekonomi & sosial budaya

3) Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya, yang sesuai dengan arah pengembangan potensi daerah, segala sesuatu yang diperlukan daerah dapat berupa: bahasa daerah, bahasa asing, kesenian daerah, adat istiadat dan pengetahuan tentang karakteristik lingkungan sekitar dan berbagai hal yang dianggap perlu oleh daerah.

Kebutuhan daerah dapat berupa:

a) Melestarikan dan mengembangkan budaya daerah yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat

b) Meningkatkan kemampuan untuk mengembang-kan perekonomian daerah

c) Penguasaan/meningkatkan penguasaan bahasa asingLife skill yang dapat menunjang pemberdayaan individu melakukan pembelajaran yang dibutuhkan dalam mempertahankan kehidupannya

d) Meningkatkan kemampuan berwiraswasta untuk mengembangkan kemampuan ekonomi masyarakat, baik secara individual, kelompok maupun daerah.

4) Kriteria menentukan bahan kajian muatan lokal:

a) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa

b) Kemampuan gum dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan c) Tersedianya sarana (sumber belajar) dan prasarana

d) Tidak bertentangan dengan nilai luhur bangsa

e) Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan

(19)

14 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

f) Kelayakan pelaksanaan di sekolah

g) Sesuai dengan situasi dan kondisi daerah

d. Mencari sumber bahan baik tertulis maupun tidak tertulis

Dalam mengembangkan kurikulum muatan lokal harus memperhatikan ketersediaan sumber belajar dan bahan muatan lokal. Sumber dan bahan muatan lokal terdiri: nara sumber, software, hardware, lingkungan, berbagai hasil diskusi berbagai pakar yang relevan.

1) Nara sumber:

a) Fasilitator yang memiliki pengalaman dan berbagai keterampilan.

b) Peserta Diklat yang memiliki keahlian dan keterampilan bawaan.

c) Anggota masyarakat yang memiliki keahlian dan keterampilan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.

2) Software, sumber bahan belajar bempa tulisan: buku, koran/majalah, dan mungkin bempa film dokumenter yang sengaja dibuat untuk sumber bahan belajar muatan lokal.

3) Hardware, bahan ajar dapat diraba dan diamati: kereta kencana, keris, berbagai alat upacara adat, peralatan pertanian, kesenian, bengkel, pertukangan.

4) Lingkungan, sumber bahan mutan lokal yang ada di sekitar: adat istiadat, osium, tempat-tempat bersejarah, tempat pariwisata.

1. Muatan lokal adalah muatan materi untuk mengembangkan potensi daerah sebagai upaya peningkatan mutu kehidupan masayrakat.

2. Muatan lokal merupakan kegiatan tambahan untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam satu mata pelajaran saja.

3. Fungsi muatan local dalam pembelajaran dan kurikulum adalah sebagai fungsi penyesuaian, fungsi integrasi, dan fungsi perbedaan.

4. Terdapat tiga sasaran pokok pelaksanaan kurikulum muatan lokal (KML), yaitu:

a. mengakrabkan peserta pada nilai-nilai sosial budaya dan lingkungannya,

b. mengembangkan keterampilan fungsional yang dapat menunjang kehidupan, dan

c. menumbuhkan kepedulian siswa terhadap masalah-masalah lingkungan.

C. RANGKUMAN

(20)

15 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

5. Langkah-langkah pengembangan materi muatan local a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah b. Mengidentifikasi fungsi dan komposisi mata pelajaran c. Menentukan bahan kajian muatan local

d. Mencari sumber bahan baik tertulis maupun tidak tertulis

• Diskusi-1: Topik Identifikasi Substansi Muatan Lokal yang relvan (LK-M17.1) (30’)

1. Peserta dibagi dalam 3 kelompok @ 10 orang

2. Masing-masing kelompok diminta untuk mengidentifikasi apa muatan local yang relevan dan dapat dijaikan materi Penyuluhan Sosial di lapangan

3. Pemaparan Hasil Diskusi kelompok secara panel 3 kelompok 4. Tanyak Jawab dari Kelompok lain

5. Komentar dari Fasilitator dan Kesimpulan

6. Fasilitator menanyakkan kepada peserta apa yang sudah dipahami tentang materi substansi muatan lokal dalam penyuluhan

7. Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan refleksi Modul 17 materi substansi muatan lokal yang dapat dijadikan sebagai materi Penyuluhan Sosial apakah masih relevan atau tidak

8. Fasilitator menyampaikan rangkuman intisari materi yang sudah dibahas guna memastikan pemahaman peserta.

LEMBAR KERJA

UMPAN BALIK

(21)

16 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

Mengatakan bahwa kearifan lokal (local genius) adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal (I Ketut Gobyah).

A.

1. Pengertian Kearifan Lokal

Kearifan Lokal adalah sebuah tema humaniora yang diajukan untuk memulihkan peradaban dari krisis modernitas. Ia diunggulkan sebagai

“pengetahuan” yang “benar” berhadapan dengan standar “saintisme” modern yaitu semua pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan positivisme (suatu cara penyusunan pengetahuan melalui observasi gejala untuk mencari hukum-hukumnya).

Sains modern dianggap memanipulasi alam dan kebudayaan dengan mengobyektivkan semua segi kehidupan alamiah dan batiniah dengan akibat hilangnya unsur “nilai” dan “moralitas” Sains modern menganggap unsur “nllia’ dan

“moralitas” sebagai unsur yang tidak relevan untuk memahami ilmu pengetahuan.

Local secara spesifik menunjuk pada ruang interaksi terbatas dengan sistem nilai yang terbatas pula. Sebagai ruang interaksi yang sudah didesain sedemikian rupa yang di dalamnya melibatkan suatu pola-pola hubungan antara manusia dengan manusia atau manusia dengan lingkungan fisiknya. Pola interaksi yang sudah terdesain tersebut disebut settting.

Setting adalah sebuah ruang interaksi tempat seseorang dapat menyusun hubungan-hubungan face to face dalam lingkungannya. Sebuah setting kehidupan

A. DESKRIPSI SINGKAT BAB III

B. URAIAN MATERI

BAB III. KEARIFAN LOKAL

(22)

17 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

yang sudah terbentuk secara langsung akan memproduksi nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut yang akan menjadi landasan hubungan mereka atau menjadi acuan tingkah-laku mereka.

2. Pengertian Kearifan Lokal Menurut Para Ahli

Berikut ini terdapat beberapa pengertian kearifan lokal menurut para ahli, terdiri atas:

a. S. Swars, Menyatakan bahwa secara konseptual, kearifan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara, dan perilaku yang melembaga secara tradisional. Kearifan lokal adalah nilai yang dianggap baik dan benar sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama, bahkan melembaga (Mariane, 2014).

b. Phongphit dan Nantasuwan, Menyatakan kearifan lokal sebagai pengetahuan yang berdasarkan pengalaman masyarakat turun-temurun antargenerasi.

Pengetahuan ini menjadi aturan bagi kegiatan sehari-hari masyarakat ketika berhubungan dengan keluarga, tetangga, masyarakat lain dan lingkungan sekitar (Kongprasertamorn (2007) dalam Afandi dan Wulandari (2012)).

c. Quaritch Wales, Menjelaskan bahwa local genius atau kearifan lokal berarti kemampuan budaya setempat dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing pada waktu kedua kebudayaan itu berhubungan.

d. Haryati Soebadio, Mengatakan bahwa local genius adalah juga culture identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi (1986) dan Saragih (2013)).

e. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, Memberikan pengertian tentang kearifan lokal, yaitu nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat antara lain untuk melindungi dan mengolah lingkungan hidup secara lestari.

f. Rahyono (2009), Menurutnya kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat. Artinya, kearifan lokal di sini adalah hasil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka dan belum tentu dialami oleh masyarakat yang lain.

g. Apriyanto (2008), Kearifan lokal adalah berbagai nilai yang diciptakan, dikembangkan dan dipertahankan oleh masyarakat yang menjadi pedoman hidup mereka.

h. Paulo Freire (1970), Menurutnya pendidikan berbasis kearifan lokal adalah pembelajaran yang mengajarkan peserta didik untuk selalu konkret dengan apa yang mereka hadapi. Hal ini sebagaimana Paulo Freire, seorang filsuf pendidikan dalam bukunya Cultural Action for Freedom (1970), menyebutkan dengan dihadapkannya pada problem dan situasi konkret yang dihadapi, peserta didik

(23)

18 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

akan semakin tertantang untuk menanggapinya secara kritis. Oleh karena itu di perlukan adanya integrasi ilmu pengetahuan dengan kearifan lokal.

i. Warigan (2011), Menurutnya nilai-nilai yang ada kearifan lokal di Indonesia sudah terbukti turut menentukan kemajuan masyarakatnya.

j. Al Musafiri, Utaya & Astina (2016), Dalam penelitian yang dilakukan, menyebutkan bahwa kearifan lokal memiliki peran untuk mengurangi dampak globalisasi dengan cara menanamkan nilai-nilai positif kepada remaja.

Penanaman nilai tersebut didasarkan pada nilai, norma serta adat istiadat yang dimiliki setiap daerah.

k. Sibarani (2012), Kearifan lokal merupakan suatu bentuk pengetahuan asli dalam masyarakat yang berasal dari nilai luhur budaya masyarakat setempat untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat atau dikatakan bahwa kearifan lokal.

3. Ciri-Ciri Kearifan Lokal

Kearifan lokal memiliki beberapa ciri-ciri yaitu:

a. Mempunyai kemampuan memgendalikan.

b. Merupakan benteng untuk bertahan dari pengaruh budaya luar.

c. Mempunyai kemampuan mengakomodasi budaya luar.

d. Mempunyai kemampuan memberi arah perkembangan budaya.

e. Mempunyai kemampuan mengintegrasi atau menyatukan budaya luar dan budaya asli.

4. Fungsi Kearifan Lokal

a. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam

b. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia, misalnya berkaitan c. dengan upacara daur hidup, konsep kanda pat rate.

d. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya pada upacara saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada pura Panji.

e. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.

f. Bermakna sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat.

g. Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian.

h. Bermakna etika dan moral, yang terwujud dalam upacara Ngaben dan penyucian roh leluhur.

i. Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client.

5. Wujud Kearifan Lokal

(24)

19 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

a. Teezzi, Marchettini, dan Rosini mengatakan bahwa akhir dari sedimentasi kearifan lokal ini akan berwujud menjadi tradisi atau agama. Dalam masyarakat kita, kearifan-kearifan lokal dapat ditemui dalam nyayian, pepatah, sasanti, petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam perilaku sehari-hari. Kearifan lokal biasanya tercermin dalam kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat yang telah berlangsung lama.

b. Keberlangsungan kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai itu menjadi pegangan kelompok masyarakat tertentu yang biasanya akan menjadi bagian hidup tak terpisahkan yang dapat diamati melalui sikap dan perilaku mereka sehari-hari.

c. Proses sedimentasi ini membutuhkan waktu yang sangat panjang, dari satu generasi ke generasi berikut. Teezzi, Marchettini, dan Rosini mengatakan bahwa kemunculan kearifan lokal dalam masyarakat merupakan hasil dari proses trial and error dari berbagai macam pengetahuan empiris maupun non-empiris atau yang estetik maupun intuitif.

d. Kearifan lokal lebih menggambarkan satu fenomena spesifik yang biasanya akan menjadi ciri khas komunitas kelompok tersebut, misalnya alon-alon asal klakon (masyarakat Jawa Tengah), rawe-rawe rantas malang-malang putung (masyarakat Jawa Timur), ikhlas kiai-ne manfaat ilmu-ne, patuh guru-ne barokah urip-e (masyarakat pesantren), dan sebagainya.

e. Kearifan lokal merupakan pengetahuan eksplisit yang muncul dari periode yang panjang dan berevolusi bersama dengan masyarakat dan lingkungan di daerahnya berdasarkan apa yang sudah dialami. Jadi dapat dikatakan kearifan lokan disetiap daerah berbeda-beda tergantung lingkungan dan kebutuhan hidup.

6. Local Genius sebagai Kearifan Lokal

a. Dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius. Local genius ini merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh Quaritch Wales. Para antropolog membahas secara panjang lebar pengertian local genius ini. Antara lain Haryati Soebadio mengatakan bahwa local genius adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri. Sementara Moendardjito mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Ciri-cirinya adalah:

1) mampu bertahan terhadap budaya luar

2) memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar

(25)

20 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

3) mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam 1 budaya asli

4) mempunyai kemampuan mengendalikan

5) mampu memberi arah pada perkembangan budaya.

b. I Ketut Gobyah dalam “Berpijak pada Kearifan Lokal” mengatakan bahwa kearifan lokal (local genius) adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan local merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup.

c. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung didalamnya dianggap sangat universal. S. Swarsi Geriya dalam “Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali”

mengatakan bahwa secara konseptual, kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional. Kearifan lokal adalah nilai yang dianggap baik dan benar sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama dan bahkan melembaga.

d. Dalam penjelasan tentang ‘urf, Pikiran Rakyat terbitan 6 Maret 2003 menjelaskan bahwa tentang kearifan berarti ada yang memiliki kearifan (al- ‘addah al-ma’rifah), yang dilawankan dengan al-‘addah al-jahiliyyah. Kearifan adat dipahami sebagai segala sesuatu yang didasari pengetahuan dan diakui akal serta dianggap baik oleh ketentuan agama. Adat kebiasaan pada dasarnya teruji secara alamiah dan niscaya bernilai baik, karena kebiasaan tersebut merupakan tindakan sosial yang berulang-ulang dan mengalami penguatan (reinforcement).

e. Apabila suatu tindakan tidak dianggap baik oleh masyarakat maka ia tidak akan mengalami penguatan secara terus-menerus. Pergerakan secara alamiah terjadi secara sukarela karena dianggap baik atau mengandung kebaikan. Adat yang tidak baik akan hanya terjadi apabila terjadi pemaksaan oleh penguasa. Bila demikian maka ia tidak tumbuh secara alamiah tetapi dipaksakan.

7. Ruang Lingkup Kearifan Lokal

a. Kearifan lokal merupakan fenomena yang luas dan komprehensif. Cakupan kearifan lokal cukup banyak dan beragam sehingga sulit dibatasi oleh ruang.

Kearifan tradisional dan kearifan kini berbeda dengan kearifan lokal. Kearifan lokal lebih menekankan pada tempat dan lokalitas dari kearifan tersebut sehingga tidak harus merupakan sebuah kearifan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

(26)

21 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

b. Kearifan lokal bisa merupakan kearifan yang belum lama muncul dalam suatu komunitas sebagai hasil dari interaksinya denganlingkungan alam dan interaksinya dengan masyarakat serta budaya lain. Oleh karena itu, kearifan lokal tidak selalu bersifat tradisional karena dia dapat mencakup kearifan masa kini dan karena itu pula lebih luas maknanya daripada kearifan tradisional.

c. Untuk membedakan kearifan lokal yang baru saja muncul dengan kearifan lokal yang sudah lama dikenal komunitas tersebut, dapat digunakan istilah: kearifan kini, kearifan baru, atau kearifan kontemporer. Kearifan tradisional dapat disebut kearifan dulu atau kearifan lama.

d. Contoh Kearifan Lokal

Adapun contoh kearifan lokal yang diantaranya yaitu:

1) Hutan larangan adat “desa rumbio di kec. kampar prov. Riau”

Kearifan lokal ini dibuat dengan tujuan untuk agar masyarkat sekitar bersama-sama melestarikan hutan disana, dimana ada peraturan untuk tidak boleh menebang pohon dihutan tersebut dan akan dikenakan denda seperti beras 100 kg atau berupa uang sebesar Rp 6.000.000,- jika melanggar.

2) Awig-Awig (Lombok Barat dan Bali) merupakan aturan adat yang menjadi pedoman untuk bertindak dan bersikap terutama dalam hal berinteraksi dan mengolah sumber daya alam dan lingkungan didaerah Lombok Barat dan Bali.

3) Cingcowong (Sunda/Jawa Barat) merupakan upacara untuk meminta hujan tradisi Cingcowong ini dilakukan turun temurun oleh masyarakat Luragung guna untuk melestarikan budaya serta menunjukan bagaimana suatu permintaan kepada yang Maha Kuasa apabila tanpa adanya patuh terhadap perintahnya.

4) Bebie (Muara Enim-Sumatera Selatan) merupakan tradisi menanam dan memanen padi secara bersama-sama dengan tujuan agar pemanenan padi cepat selesai dan setelah panen selesai akan diadakan perayaan sebagai bentuk rasa syukur atas panen yang sukses.

5) Papua, terdapat kepercayaan te aro neweak lako (alam adalah aku). Gunung Erstberg dan Grasberg dipercaya sebagai kepala mama, tanah dianggap sebagai bagian dari hidup manusia. Dengan demikian maka pemanfaatan sumber daya alam secara hati-hati.

6) Serawai, Bengkulu, terdapat keyakinan celako kumali. Kelestarian lingkungan terwujud dari kuatnya keyakinan ini yaitu tata nilai tabu dalam berladang dan tradisi tanam tanjak.

7) Dayak Kenyah, Kalimantan Timur, terdapat tradisi tana‘ ulen. Kawasan hutan dikuasai dan menjadi milik masyarakat adat. Pengelolaan tanah diatur dan dilindungi oleh aturan adat.

(27)

22 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

8) Masyarakat Undau Mau, Kalimantan Barat. Masyarakat ini mengembangkan kearifan lingkungan dalam pola penataan ruang pemukiman, dengan mengklasifikasi hutan dan memanfaatkannya. Perladangan dilakukan dengan rotasi dengan menetapkan masa bera, dan mereka mengenal tabu sehingga penggunaan teknologi dibatasi pada teknologi pertanian sederhana dan ramah

9) Masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan, Kampung Dukuh Jawa Barat.

Mereka mengenal upacara tradisional, mitos, tabu, sehingga pemanfaatan hutan hati-hati. Tidak diperbolehkan eksploitasi kecuali atas ijin sesepuh adat.

10) Bali dan Lombok, masyarakat mempunyai awig-awig. Kerifan lokal merupakan suatu gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang secara terus-menerus dalam kesadaran masyarakat, berfungsi dalam mengatur kehidupan masyarakat dari yang sifatnya berkaitan dengan kehidupan yang sakral sampai yang profan.

Kearifan Lokal adalah sebuah tema humaniora yang diajukan untuk memulihkan peradaban dari krisis modernitas.

1. Kearifan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara, dan perilaku yang melembaga secara tradisional.

2. Kearifan lokal memiliki beberapa ciri-ciri yaitu:

e. Mempunyai kemampuan memgendalikan.

f. Merupakan benteng untuk bertahan dari pengaruh budaya luar.

g. Mempunyai kemampuan mengakomodasi budaya luar.

h. Mempunyai kemampuan memberi arah perkembangan budaya.

3. Keberlangsungan kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai itu menjadi pegangan kelompok masyarakat tertentu yang biasanya akan menjadi bagian hidup tak terpisahkan yang dapat diamati melalui sikap dan perilaku mereka sehari-hari.

4. Local genius adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri.

C. RANGKUMAN

(28)

23 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

Diskusi-2: Topik Mengiidentifikasi Kearifan Lokal (LK-M17.2) (30’) 1. Peserta dibagi dalam 3 kelompok @ 10 orang

2. Masing-masing kelompok diminta untuk mengidentifikasi apa kearifan local yang relevan dan dapat dijaikan materi Penyuluhan Sosial lapangan

3. Pemaparan Hasil Diskusi kelompok secara panel 3 kelompok 4. Tanyak Jawab dari Kelompok lain

5. Komentar dari Fasilitator dan Kesimpulan

B.

1. Fasilitator menanyakkan kepada peserta apa yang sudah dipahami tentang materi kearifan lokal dalam penyuluhan sosial

2. Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan refleksi terkait dengan materi kearifan lokal yang dapat dijadikan sebagai materi Penyuluhan Sosial lapangan

3. Fasilitator menyampaikan rangkuman intisari materi yang sudah dibahas guna memastikan pemahaman peserta.

LEMBAR KERJA

C. UMPAN BALIK

(29)

24 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

Tradisi adalah segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa lalu ke masa kini atau sekarang. Tradisi dalam arti sempit ialah warisan-warisan sosial khusus yang memenuhi syarat yaitu yang tetap bertahan hidup di masa kini, yang masih kuat ikatannya dengan kehidupan masa kini.

Tradisi dilihat dari aspek benda materialnya adalah benda material yang menunjukkan dan mengingatkan kaitan khususnya dengan kehidupan masa lalu. Contoh tradisi; Candi, Puing kuno, Kereta Kencana, sejumlah benda-benda peninggalan lainnya, jelas termasuk ke dalam pengertian tradisi.

A.

1. Pengertian Tradisi

Berikut ini terdapat beberapa pengertian tradisi menurut para ahli, terdiri atas:

a. Menurut imtima:2007, Tradisi adalah rumusan, cara, atau konsep yang pertama kali lahir yang dipergunakan oleh banyak orang pada masanya.

b. Menurut WJS Poerwadaminto (1976), Tradisi

adalah seluruh sesuatu yang melekat pada kehidupan dalam masyarakat yang dijalankan secara terus menerus, seperti: adat, budaya, kebiasaan dan kepercayaan.

c. Menurut Soerjono Soekamto (1990), Tradisi adalah suatu kegiatan yang dijalankan oleh sekelompok masyarakat dengan secara berulang-ulang.

BAB IV:

TRADISI KEHIDUPAN MASYARAKAT

A. DESKRIPSI SINGKAT BAB IV

B. URAIAN MATERI

(30)

25 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

d. Menurut Bastomi (1984), Tradisi adalah dari sebuah kebudayaan, dengan tradisi sistem kebudayaan akan menjadi kokoh. Apabila tradisi dihilangkan maka terdapat harapan suatu kebudayaan akan berakhir saat itu juga.

e. Menurut Van Reusen (1992), Tradisi adalah suatu norma adat istiadat, kaidah-kaidah, harta-harta. tetapi tradisi bukan suatu yang tidak dapat diganti.

Tradisi justru perpaduan dengan berbagai perbuatan manusia dan diangkat dalam keseluruhannya.

f. Menurut Ensiklopedia, Tradisi adalah sesuatu hal yang telah dilakukan sejak lama dan terus menerus menjadi bagian dari kehidupan kelompok masyarakat hingga sekarang.

g. Menurut Shils (1981), Tradisi adalah segala sesuatu yang disalurkan maupundiwariskan dari masa lalu ke masa kini. Kriteria tradisi dapat lebih dibatasi dengan mempersempit cakupannya.

h. Menurut Piotr Sztompka (2011), Tradisi adalah keseluruhan benda material dan ide yang bersumber dari masa lalu, tetapi benar-benar masih terdapat kini, belum dihancurkan, dirusak maupun dilupakan.

i. Menurut KBBI, Tradisi adalah adat istiadat yang turun temurun dari nenek moyang yang sudah dilaksanakan oleh masyarakat; penilaian maupun anggapan bahwa cara-cara yang sudah ada adalah yang paling baik dan benar.

j. Menurut Coomans, M (1987), Tradisi adalah suatu gambaran perilaku dan tingkah laku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dijalankansecara turun temurun dimulai sejak dari nenek moyang.

k. Menurut Wikipedia, Tradisi adalah tradisi atau kebiasaan adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu atau agama yang sama.

l. Menurut Funk dan Wagnalls, Tradisi adalah suatu pengetahuan, doktrin, istiadat, praktek dan lain-lain yang dimengerti sebagai pengetahuan yang sudah diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang termasuk cara menyampaikan pengetahuan dan istiadat tersebut.

m. Menurut Hasan Hanafi, Tradisi adalah semua warisan masa lampau yang masuk pada kita dan masuk kedalam kebudayaan yang sekarang masih berlaku.

n. Menurut Mardimin, Tradisi adalah suatu istiadat yang turun temurun sejak dari nenek moyang dalam suatu masyarakat dan sebagai kebiasaan istiadat dan kesadaran kolektif sebuah masyarakat.

o. Menurut Khazanah Bahasa Indonesia, Tradisi adalah segala sesuatu seperti adat, kebiasaan, ajaran, dan sebagainya, yang turun temurun dari nenek moyang.

p. Menurut Ensiklopedia, Tradisi adalah adat “istiadat” dari sebuah masyarakat yang telah menjalankan secara turun menurun sejak dari nenek moyang.

(31)

26 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

q. Menurut Cannadine, Tradisi adalah lembaga baru didasari dengan daya pikat kekunoan yang melanggar zaman, namun menjadi karya yang mengagumkan.

r. Menurut Harapandi Dahri, Tradisi adalah suatu istiadat yang teraplikasikan secara terus-menerus dengan beraneka macam simbol dan aturan yang berlaku pada sebuah kelompok.

2. Tujuan Tradisi

Tradisi yang dimiliki masyarakat bertujuan agar membuat hidup manusia kaya akan budaya dan nalai-nilai bersejarah. Selain itu, tradisi juga akan menciptakan kehidupan yang harmonis. Namun hal tersebut akan terwujud hanya apabila manusia menghargai, menghormati dan menjalankan suatu tradisi secara baik dan benar serta sesuai aturan.

3. Fungsi Tradisi

a. Tradisi berfungsi sebagai penyedia fragmen warisan historis yang kita pandang bermanfaat. Tradisi yang seperti onggokan gagasan dan material yang dapat digunakan orang dalam tindakan kini dan untuk membangun masa depan berdasarkan pengalaman masa lalu.

b. Contoh: peran yang harus diteladani “misalnya tradisi kepahlawanan, kepimpinan karismatis, dan sebagainya”.

4. Penyebab Perubahan Tradisi

Dalam hal ini disebabkan oleh banyaknya tradisi dan bentrokan antara tradisi yang satu dengan saingannya. Benturan itu dapat terjadi antara tradisi masyarakat atau antara kultur yang berbeda atau di dalam masyarakat tertentu.

Perubahan tradisi dari segi kuantitatifnya terlihat dalam jumlah penganut atau pendukungnya. Rakyat dapat ditarik untuk mengikuti tradisi tertentu yang kemudian memengaruhi seluruh rakyat satu negara atau bahkan dapat mencapai skala global.

Perubahan tradisi dari segi kualitatifnya yaitu perubahan kadar tradisi, gagasan, simbol dan nilai tertentu ditambahkan dan yang lainnya dibuang.

Contoh tradisi mandi balimau kasai di sungai Kampar, Riau oleh masyarakat Kampar setiap satu hari sebelum memasuki bulan suci ramadhan, masyarakat Kampar meyakini bahwa mandi balimau kasai yang dilakukan di sungai Kampar tersebut guna untuk memersihkan atau mensucikan diri dari dosa selama setahun yang lalu agar memasuki bulan Ramadhan dalam keadaan suci.

Hal tersebut adalah suatu tradisi turun temurun dari leluhur yang hingga saat ini masih dilakukan oleh masyarakat Kampar, Riau.

5. Beberapa Contoh Tradisi Dan Kearifan Lokal

(32)

27 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

a. Suku Batak

Berdasarkan Sensus Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2010, Suku Batak merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia. Batak merupakan rumpun suku-suku yang mendiami sebagian besar wilayah Sumatera Utara. Beberapa suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah Toba, Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola, dan Mandailing.

Suku Batak menjadi yang paling banyak disoroti karena sangat unik dengan bahasa, budaya, dan adat kebiasaan yang khas. Berikut ini telah diulas empat kebiasaan Suku Batak yang hanya dapat ditemui di Provinsi Sumatera Utara.

1) Tarian Sigale-gale

Tarian Sigale-gale merupakan tarian yang dilakukan oleh sebuah boneka kayu yang dipahat menyerupai bentuk manusia dengan pkaian adat dari Suku Batak. Boneka Sigale-gale digerakkan oleh manusia yang berada di belakangnya. Menurut legenda masyarakat Suku Batak, SIgale-gale adalah putra tunggal kesayangan dari Raja Rahat

yang meninggal karena sakit. Raja sangat bersedih hati, untuk mengobati kesedihan raja maka dibuatlah sebuah boneka kayu yang menyerupai Sigale-gale.

Menggerakkan boneka Sigale-gale agar dapat menari diantara iringan musik terlebih dahulu harus dilakukan ritual pemanggilan arwah Sigale-gale dari alam kematian. Tarian Sigale-gale kini menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Sumatera Utara.

2) Lompat Batu

Lompat batu yang dikenal juga hombo batu berasal dari Desa Bawo Mataluo Nias, Kabupaten Nias Selatan. Desa ini dikenal dengan situs megalitik atau batu besar berukir, dan di dalamnya terdapat Omo Hada yaitu perumahan tradisional khas Nias. Tradisi ini merupakan ritual

wajib bagi para lelaki sebagai simbol menuju kedewasaan. Setiap lelaki yang akan menikah harus mampu melompati batu setinggi dua meter melalui sebuah batu kecil sebagai pijakan.

(33)

28 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

3) Mangokkal Holi (Menggali TulaBelulang) Mangokkal Holi berarti mengambil tulang-belulang dari leluhur dari dalam kuburan lalu ditempatkan di dalam peti dan diletakkan dalam tugu khusus. Inti dan tujuan dari tradisi ini adalah untuk mempertahankan silsilah garis keturunan

marga, dan juga menunjukkan eksistensi dan taraf hidup keluarga yang melaksanakannya. Suku Batak percaya dengan menempatkan bagian tubuh dari leluhur di tugu merupakan simbol bahwa mereka tidak pernah lupa dengan nenek moyangnya. Tradisi Ritual Mangokkal Holi digelar secara meriah selama beberapa hari dengan memotong beberapa hewan ternak.

4) Kenduri Laut

Tradisi Kenduri Laut berasal dari Tapanuli Tengah, dilaksanakan satu tahun sekali pada bulan Oktober. Kenduri Laut digelar dengan seremonial yang melibatkan semua elemen dari 11 kecamatan yang ada di Tapanuli Tengah. Kenduri Laut mulai digelar

pada malam kemudian berlanjut hingga siang hari. Tradisi ini menjadi wujud ungkapan rasa syukur masyarakat Batak di Tapanuli Tengah kepada Tuhan atas melimpahnya hasil laut dan pertanian.

b. Suku Jawa

Suku Jawa dikenal sebagai suku dengan jumlah penduduk terbesar di seluruh Indonesia. Selain dikenal memiliki kepribadian yang ramah, lemah lembut, masyarakat Jawa memiliki tradisi dan budaya yang beraneka ragam. Seperti beberapa tradisi yang sering dilakukan oleh masyarakat Jawa. Berikut beberapa tradisi yang masih berjalan di masyarakat Jawa. Bahkan tradisi ini tetap dilestarikan hingga saat ini.

1) Sekaten

Sekaten adalah upacara tradisional Jawa yang diadakan dalam 7 hari sebagai peringatan Maulid Nabi Muhammad. Upacara ini berasal dari kota Surakarta dan Yogyakarta. Berdasarkan asalnya, istilah Sekaten adalah upacara yang berasal dari istilah Syahadatain yang dalam Islam dikenal sebagai frasa tauhid. Upacara Sekaten dilakukan dengan melepas dua alat gamelan dari

(34)

29 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

Keraton yaitu gamelan Kyai Gunturmadu dan gamelan Kyai Guntursari untuk ditematkan di Masjid Agung Surakarta.

2) Pernikahan

Dalam pernikahan tradisional Jawa juga dikenal dengan upacara pernikahannya yang sangat unik dan sakral. Tradisi pernikahan ini memiliki beberapa tahapan yang harus dilalaui loleh pengantin perempuan dan pria.

Banyak tahapan yang harus dilalui mulai dari upacara siraman, upacara ngerik, midodareni, peningsetan, temu pengantin, ritual kacar-kucur, dhahar kembul, sungkeman dan sebagainya.

Dalam pernikahan tradisional Jawa juga dikenal dengan upacara pernikahannya yang sangat unik dan sakral. Tradisi pernikahan ini memiliki beberapa tahapan yang harus dilalaui loleh pengantin perempuan dan pria.

Banyak tahapan yang harus dilalui mulai dari upacara siraman, upacara ngerik, midodareni, peningsetan, temu pengantin, ritual kacar-kucur, dhahar kembul, sungkeman dan sebagainya.

3) Tedak Siten

Upacara tedak siten adalah upacara tradisional Jawa yang diadakan untuk bayi berusia 8 bulan ketika mereka mulai belajar berjalan.

Tujuan dari upacara ini adalah sebagai ungkapan terima kasih atas kesehatan anak yang sudah mulai

menapaki alam sekitarnya. Ilustrasi/copyrighthsutterstock/SyirulBaryFirman syah

4) Tingkeban

Upacara tingkeban atau mitoni dilakukan ketika seorang perempuan hamil denga kandungan berusia 7 bulan. Rangkaian upacara yang harus dijalankan dalam upacara mitoni meliputi siraman dengan air bunga. Setelah itu ibu didoakan oleh para penatua agar bayi yang dikandung selamat sampai proses persalinan selesai.

c. Suku Makasar

Upacara daur hidup suku Makassar tidak berakhir ketika si anak telah lahir, tetapi berlanjut hingga si anak dewasa. Upacara ini merupakan perlambang untuk

(35)

30 | Pelatihan Dasar Penyuluhan Sosial ASN

menjaga keselamatan si anak dari gangguan roh-roh jahat selama hidupnya.

Berikut adalah lanjutan upacara daur hidup suku Makassar. Ada 5 Upacara Daur Hidup Suku Makassar Menuju Kedewasaan

1) Upacara Annatta’ Pocci’

Setelah bayi lahir tidak serta-merta upacara daur hidup berakhir, upacara setelah kelahiran ini diawali dengan upacara annatta pocci’ (memotong tali pusar).

Upacara ini adalah memisahkan antara si bayi dengan saudara kembarnya yaitu tahoni (plasenta). Masyarakat percaya bahwa bila sanro tidak sempurna melaksanakan ketentuan upacara annatta’ pocci’ maka ia akan dikejar-kejar oleh roh si tembuni dan di akhirat dia akan mempertanggungjawabkan kesalahan itu.

Persalinan berlangsung di ruangan tengah rumah yang berlubang, seperti jeruji biasa disebut dasere’. Apabila si ibu telah dibersihkan menyusul bayinya dipersiapkan memasuki upacara annatta’ pocci’.

Tahap pertama lai’ (tali pusar) nipurusu’ (diusap) mulai dari plasenta menuju pusat sebanyak lima kali. Kemudian, sanro mengikat tali pusar dengan benang yang sama panjang dengan tali pusar dan membuat simpul sebanyak lima kali.

Sanro kemudian memasang kain kaci sebagai kerudung, persalinan pakaian passaling disampirkan di pundak sambil duduk di atas badi’ luhu dengan mengibaskan tangan menjumput asap kemenyan untuk mengusir roh jahat.

Selesai melafalkan mantera dalam hati, sanro lalu memasukkan emas ke dalam mulutnya (anggomong). Setelah itu, memotong tali pusar dalam keadaan tidak bernapas.

Kemudian tali pusar yang sudah terpotong itu dipertemukan kembali, sambil sanro mambaca mantera “Bismillah Allah Taala ta’ta’ko, Nabi Muhammad ampasialleko”.

2) Upacara A’ Tampolo

Seperti umumnya acara aqiqah, suku Makassar pun mengadakan acara yang serupa, yakni upacara penutupan ubun-ubun bayi, pengguntingan rambut dan pemberian nama.

Upacara ini diawali dengan sanro meramu sangka mama dengan kayu tanning, kayu bambang, rakki kanre, golla eja dan menumbuknya jadi satu untuk dijadikan obat penutup ubun-ubun.

Kemudian dengan khusu’ dan hati-hati sanro kemudian menempelkan ramuan tadi pada buhung-buhung (ubun-ubun) bayi yang disusul oleh tujuh orang kerabat dekat.

Referensi

Dokumen terkait

Wakil dari Angkutan Laut, yang ditunjuk oleh Kepala Staf Angkatan Laut, sebagai Wakil Ketua I merangkap anggota;.. Wakil dari Angkatan Darat, yang ditunjuk oleh Kepala Staf

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh pembelajaran akidah akhlak terhdap perilaku sosial siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Persatuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung teliti dan rapi dalam melaksanakan tugasnya, serta cenderung melakukan tugas lebih baik dibanding laki – laki (Sari dan

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesehatan, kesempatan, kemudahan, dan segalanya dalam hidup ini sehingga saya

Universitas Muhammadiyah (UM) Jember merupakan salah satu perguruan tinggi swasta yang menyediakan program beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi maupun yang

Pembangkitan listrik tenaga air adalah suatu bentuk perubahan energi dari air dengan ketinggian dan debit tertentu (energi potensial menjadi energi mekanik)

Pada form ini terdapat 4 fungsi yaitu save untuk menyimpan jenis barang baru pada database, update untuk mengganti atribut dari jenis barang yang sudah tersimpan pada

Penginderaan jauh dapat digunakan untuk memperoleh parameter peneybab degradasi lahan seperti tekstur tanah, kemiringan, erosi dan teknik konservasi mekanik.. Citra