62
HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI
DI UNIVERSITAS SYIAH KUALA
Nur Adlina*, Zaujatul Amna
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
ABSTRAK
Penyelesaian skripsi pada mahasiswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah prokrastinasi. Prokrastinasi merupakan suatu kecenderungan perilaku dalam diri individu untuk menghabiskan waktu, menunda, dan secara sengaja tidak segera mengerjakan sesuatu yang seharusnya diselesaikan. Salah satu hal yang menyebabkan terjadinya prokrastinasi adalah stres yang dialami individu, dimana stres dapat membuat individu tidak termotivasi dan malas untuk mengerjakan skripsi sehingga pada akhirnya melakukan prokrastinasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara stres dengan prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 312 mahasiswa (187 laki-laki dan 125 perempuan). Pengumpulan data menggunakan DASS 42 versi adaptasi dan Tuckman Procrastination Scale. Analisis data menggunakan teknik korelasi Pearson yang menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) = 0,114 dengan nilai signifikansi (p) = 0,044 (p < 0,05) sehingga dapat diartikan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara stres dengan prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Unsyiah. Hal ini mengindikasikan semakin rendah skor pada intensitas stres maka semakin rendah pula skor pada intensitas prokrastinasi, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa stres berkaitan secara signifikan terhadap prokrastinasi mahasiswa.
Kata kunci: stres, prokrastinasi, mahasiswa, skripsi
63
The Relationship Between Stress And Procrastination On College Students Who Were Writing Mini Theses
At Syiah Kuala University
ABSTRACT
Completion of mini thesis on college student has influenced by several factors, one of which is procrastination. Procrastination is a behavioral tendency in the individual to waste time, delay, and intentionally put off something that should be done. Procrastination can be affected by the stress experienced by an individual, in which the stress can make college students not motivated and lazy to work on their mini thesis and eventually procrastinate. The purpose of this study was to examine the relationship between stress and procrastination on college students who were writing mini theses at Syiah Kuala University (Unsyiah). The participants were 312 college students (187 males and 125 females) who were selected using purposive sampling method. Data were collected using DASS 42 and Tuckman Procrastination Scale. The results of data analysis using Pearson Correlation Technique showed correlation coefficient (r) = 0.114 with a significance value (p) = 0.044 (p < 0.05). It can be interpreted that there was a positive and significant relationship between stress and procrastination on students who were writing on mini theses at Unsyiah. The result indicated that the lower scores on stress intensity was followed by the lower on procrastination intensity, and otherwise. In conclusion, the results showed that stress has significantly related to college students’ procrastinations.
Keywords: stress, procrastination, college students, mini thesis.
64
Pendidikan Strata 1 ditempuh selama lebih kurang dalam kurun waktu 4 tahun di Perguruan Tinggi (Ali, 2009), tetapi dalam praktiknya mahasiswa tidak selalu dapat menuntaskan studinya dalam rentang waktu pada umumnya. Senada dengan hal tersebut, data evaluasi pada situs Portal Data Universitas Syiah Kuala (2016) memperlihatkan bahwa masih terdapat 940 mahasiswa angkatan 2010 dan sebanyak 1.857 mahasiswa angkatan 2011 yang masih aktif dan berada pada tahap penyelesaian skripsi. Lamanya proses penyusunan skripsi pada mahasiswa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan mahasiswa terhambat dalam menyelesaiakan studi Strata 1 (Lakitan, 2015). Lebih lanjut, Iswidharmanjaya, dan Enterprise (2006) menambahkan bahwa skripsi sering kali menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian mahasiswa tingkat akhir, sehingga dengan adanya perasaan takut akan gagal dan ketidaksukaan pada tugas dapat menyebabkan terjadinya prokrastinasi pada mahasiswa (Solomon & Rothblum, 1984).
Alasan yang mendasari mahasiswa melakukan prokrastinasi dalam menyusun skripsi adalah kurangnya kemampuan dalam mengontrol diri (Aini &
Mahardayani, 2011), pesimisme (Nugroho, Machmuroch, & Karyanta, 2015), takut akan kegagalan (Haghbin, McCaffrey, & Pychyl, 2012), depresi (Anggawijaya, 2013), cemas (Milgram & Toubiana, 1999), dan dukungan sosial serta stres (Andarini & Fatma, 2013). Lebih lanjut Ferrari, Johnson, dan McCown (1995) memaparkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan prokrastinasi adalah faktor internal yang diantaranya termasuk stres.
Sarafino dan Smith (2011) menjelaskan bahwa stres dalam diri individu dapat bersumber dari 3 hal, yaitu dari dalam diri individu, dari dalam komunitas dan masyarakat, dan dari dalam keluarga. Secara spesifik Rumiani (2006) menjelaskan bahwa stres pada mahasiswa dapat bersumber dari beberapa hal diantaranya masalah keuangan, beban tugas, ujian dan masalah interaksi dengan teman.
Pada mahasiswa akhir, kondisi stres akan semakin diperparah dengan adanya tuntutan dalam menyelesaikan skripsi (Rohmah, 2006). Beberapa penyebab munculnya stres pada mahasiswa dalam menyusun skripsi adalah rendahnya keyakinan pada kemampuan diri serta kesulitan atau hambatan yang dialami dalam proses penyusunan skripsi (Agung & Budiani, 2013). Stres yang dirasakan dapat mendorong terjadinya prokrastinasi dalam menyusun skripsi, hal tersebut didukung oleh pendapat Bandura (dalam Lazarus & Folkman, 1984) yang menyatakan bahwa individu cenderung untuk menghindari situasi yang mengancam dan diyakini tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan kemampuannya.
Solomon dan Rothblum (dalam Ferrari, Johnson, & McCown, 1995) menambahkan bahwa mahasiswa akan melakukan prokrastinasi saat dihadapkan dengan tugas yang dianggap tidak menyenangkan, karena dasarnya mahasiswa akan cenderung untuk melakukan aktivitas yang lebih disenangi daripada harus belajar (McCown & Johnson dalam Ferrari, Johnson, & McCown, 1995).
Covington (dalam Ferrari, Johnson, & McCown, 1995) menjelaskan bahwa prokrastinasi merupakan salah satu bentuk perilaku yang diterapkan untuk mengelola stres dalam diri individu. Lebih jauh Ferrari, Johnson, dan McCown
65
(1995) menambahkan bahwa cara efektif untuk menanggulangi prokrastinasi adalah dengan menurunkan tingkat stres dalam diri individu.
Berdasarkan beberapa uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait hubungan antara stres dengan prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Unsyiah.
TINJAUAN TEORI Stres
Stres adalah suatu kondisi individu yang disertai dengan keadaan waspada dan tegang yang dirasakan terus-menerus serta mudah sedih atau frustasi (Lovibond & Lovibond, 1995). Aspek stres terdiri dari sulit bersantai, rangsangan saraf, mudah kesal/ gelisah, mudah marah/ reaksi berlebihan, dan tidak sabar (Lovibond & Lovibond, 1995).
Prokrastinasi
Prokrastinasi adalah suatu kecenderungan perilaku dalam diri individu untuk menghabiskan waktu, menunda, dan secara sengaja tidak segera mengerjakan sesuatu yang seharusnya diselesaikan (Tuckman, 1991). Aspek prokrastinasi yaitu deskripsi umum mengenai kecenderungan menunda sesuatu serta kecenderungan menghindari tugas yang sulit atau tidak menyenangkan (Tuckman, 1991).
Hubungan antara Stres dengan Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi di Unsyiah
Saat individu mengalami perasaan yang tidak nyaman dan tidak menyenangkan biasa disebut stres, hal tersebut menyebabkan individu biasanya akan berusaha untuk menghilangkan perasaan tersebut secepat mungkin (Broderick, 2013). Solomon dan Rothblum (1984) menambahkan bahwa individu cenderung untuk menghindari tugas yang dianggap tidak menyenangkan. Saat dihadapkan dengan tugas yang tidak menyenangkan, individu akan melakukan hal lain yang dapat memunculkan perasaan senang (Winters, 2015). Lebih jauh Abramowitz (2012) menjelaskan bahwa prokrastinasi dilakukan sebagai coping stres dalam memulai atau menyelesaikan suatu tugas yang dianggap sangat menantang.
Senada dengan hal tersebut, Dwyer dan Cummings (2001) menjelaskan bahwa mahasiswa yang dihadapkan dengan stres yang intensitasnya tinggi akan lebih memilih melakukan avoidance-focused coping sehingga dapat membebaskan diri dari stres dengan cepat walaupun tidak dalam jangka waktu yang panjang. Burns, Dittman, Nguyen dan Mitchelson (2000) menambahkan bahwa menghindar akan mengurangi atau menghilangkan rangsangan karena individu tidak mempedulikan atau menghindari stimulus yang mengancam.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi. Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 di Unsyiah. Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2014). Adapun kriteria sampel
66
menyusun skripsi ≥ 1 semester, c) bersedia menjadi sampel penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala psikologi, yaitu:
a) DASS 42 yang disusun oleh Lovibond dan Lovibond (1995) berjumlah 42 aitem dan 14 aitem untuk subskala stres yang terdiri dari 4 pilihan jawaban, b) Tuckman Procrastination Scale yang disusun oleh Tuckman (1991) berjumlah 16 aitem yang terdiri dari 4 pilihan jawaban.
HASIL PENELITIAN Deskripsi Data
Sampel penelitian berada pada rentang usia 20-26 tahun dengan persentase sampel terbesar sebanyak 159 (50,1%) mahasiswa berada pada usia 23 tahun dan minimal berada pada usia 20 tahun yaitu hanya 1 (0,3%) mahasiswa. Jika ditinjau berdasarkan jenis kelamin terlihat bahwa sebanyak 187 (59,9%) laki-laki dan sebanyak 125 (40,1%) perempuan. Selanjutnya berdasarkan data deskripsi kategorisasi stres, terlihat bahwa sebanyak 199 (63,8%) mahasiswa berada pada kategorisasi stres normal, sebanyak 50 (16%) mahasiswa mengalami stres sedang, sebanyak 43 (13,8%) mahasiswa mengalami stres ringan, sebanyak 14 (4,5%) mahasiswa mengalami stres berat, dan sebanyak 6 (1,9%) mahasiswa dikategorikan pada stres sangat berat. Sedangkan berdasarkan data deskripsi kategorisasi, terlihat bahwa sebanyak 218 mahasiswa (69,9) yang sedang menyusun skripsi di Unsyiah berada pada kategorisasi prokrastinasi sedang, selanjutnya sebanyak 83 mahasiswa (26,6%) berada pada kategorisasi prokrastinasi rendah, dan hanya 11 mahasiswa (3,5%) yang berada pada kategorisasi prokrastinasi tinggi.
Uji Asumsi
Hasil uji asumsi menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan linear.
Hal tersebut dilihat dari hasil uji normalitas variabel stres diperoleh nilai signifikansi (p) = 0,08 > 0,05, dan hasil uji normalitas variabel prokrastinasi diperoleh nilai signifikansi (p) = 0,06 > 0,05. Hasil uji linearitas menunjukkan nilai signifikansi (p) = 0,047 < 0,05.
Uji Hipotesis
Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai signifikansi (p) = 0,044 < 0,05 dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,114 dan nilai R Square (R2) = 0,013 yang berarti bahwa ada hubungan positif antara stres dengan prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Unsyiah, dengan sumbangan efektif stres terhadap prokrastinasi sebesar 1,3%.
DISKUSI
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima yang berarti ada hubungan antara stres dengan prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Unsyiah Beberapa penelitian yang mendukung hasil penelitian ini, yaitu diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Handayani dan
67
Abdullah (2016) yang menemukan bahwa stres yang dirasakan mahasiswa mengakibatkannya beralih melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan dan enggan untuk memulai dan menyelesaikan skrispi. Hasil penelitian serupa juga ditemukan oleh Andarini dan Fatma (2013) yaitu mahasiswa yang merasa terbebani dan tidak tenang dalam mengerjakan skripsi akan mengalami stres yang pada akhirnya membuatnya malas dan kehilangan motivasi untuk menyelesaikan skripsi sehingga terjadinya prokrastinasi pada mahasiswa. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) menunjukkan bahwa siswa yang merasa nyaman dan tidak tertekan dengan sikap gurunya akan efektif dalam meningkatkan waktu dalam mengerjakan tugas, hadir di sekolah, mengurangi kelambanan, dan menunda-nunda tugas maupun belajar.
Secara deskriptif, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 199 (63,8%) mahasiswa dengan intensitas stres normal, selanjutnya terdapat 50 (16%) mahasiswa dengan intensitas stres sedang , sedangkan hanya 6 (1,9%) mahasiswa yang berada pada kategori stres sangat berat. Banyaknya sampel penelitian yang menunjukkan intensitas stres yang normal dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor pertama yaitu lamanya individu dalam menghadapi stressor, sehubungan dengan hal tersebut hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas sampel penelitian merupakan mahasiswa yang telah menyusun skripsi ≥ 1 tahun. Hal ini didukung oleh pernyataan Lazarus dan Folkman (1984) yang menyatakan bahwa semakin lama individu terpapar dengan situasi yang menimbulkan stres akan mendatangkan kesempatan bagi individu untuk belajar bagaimana menghadapi situasi tersebut sehingga dapat mengontrol stres yang dialami, atau dengan kata lain individu dapat beradaptasi dengan stres tersebut.
Faktor selanjutnya yang ikut memengaruhi intensitas stres adalah jenis kelamin, dalam penelitian ini jumlah sampel laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Sehubungan dengan hal tersebut Matud (2004) menjelaskan bahwa laki-laki lebih sedikit mengalami stres dibandingkan perempuan, hal ini dikarenakan perempuan lebih sering mengalami stres sehari-hari, permasalahan kronis, konflik, tuntutan harian, dan frustasi. Faktor lainnya adalah usia, dimana keseluruhan sampel penelitian ini tergolong dalam kelompok usia dewasa awal.
Papalia, Old, dan Feldman (2008) menjelaskan bahwa pemikiran pada masa dewasa awal cenderung sudah tampak fleksibel, terbuka, dan adaptif sehingga individu pada masa dewasa awal dapat menghadapi tantangan dengan lebih baik.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 218 (69,9%) mahasiswa berada pada kategorisasi prokratinasi sedang, selanjutnya sebanyak 83 mahasiswa (26,6%) berada pada kategorisasi prokrastinasi rendah, dan hanya terdapat 11 mahasiswa (3,5%) yang berada pada kategorisasi prokrastinasi tinggi.
Beberapa faktor yang memengaruhi prokrastinasi adalah usia, jenis kelamin, dan durasi terpaparnya sumber stres (Ferrari, Johnson & McCown, 1995; Lazarus &
Folkman, 1984). Hasil penelitian Ferrari, Johnson dan McCown (1995) menemukan bahwa prokrastinasi bagi laki-laki akan mencapai puncaknya pada pertengahan hingga akhir 20 tahunan kemudian akan menurun hingga kira-kira di usia 60 tahun dan akan meningkat kembali seiring bertambahnya usia, sedangkan bagi perempuan intensitas prokrastinasi cukup tinggi di awal usia 20 tahun namun terus menurun seiring bertambahnya usia kemudian akan meningkat lebih tajam dibandingkan laki-laki saat menginjak usia 60 tahun.
68
yaitu prokrastinasi berhubungan dengan usia dan jenis kelamin dimana individu dalam rentang usia 14 hingga 29 tahun menunjukkan tingkat prokrastinasi yang paling tinggi, kemudian terus menurun seiring bertambahnya umur sampai pada rentang usia 60 hingga 69 tahun, lalu kembali meningkat saat berusia 70 tahun lebih. Hal tersebut sesuai dengan hasil analisis tambahan yang dilakukan dalam penelitian ini, dimana hasil analisis menunjukkan bahwa prokrastinasi berhubungan signifikan dengan jenis kelamin dengan nilai signifikansi (p) = 0,026 (p < 0,05) dan juga berhubungan signifikan dengan usia dengan nilai signifikansi (p) = 0,005 (p < 0,05).
Faktor lainnya yang turut memengaruhi terjadinya prokrastinasi pada diri individu adalah lamanya seseorang terpapar hal yang tidak menyenangkan (Lazarus & Folkman, 1984). Lebih lanjut Lazarus dan Folkman (1984) menyatakan bahwa lamanya durasi terpapar situasi yang menimbulkan stres akan membuat individu menghadapinya dengan cara menghindari situasi tersebut atau bahkan individu akan belajar untuk mencari cara dalam menghadapi situasi tersebut. Hal senada dikemukakan oleh Gottlieb (1997) bahwa individu yang mengalami stres kronis atau berkepanjangan akan memungkinkan individu tersebut untuk melakukan tinjauan terhadap kemampuan coping yang dimilikinya, belajar keahlian baru, serta memperbaiki coping. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara prokrastinasi dengan rentang penyusunan skripsi hingga saat ini dengan nilai signifikansi (p) = 0,001 (p < 0,05).
Secara empiris, hipotesis dalam penelitian ini telah terbukti, akan tetapi memiliki tingkat hubungan yang sangat rendah dimana nilai sumbangan efektif stres adalah sebesar 1,3% terhadap prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Unsyiah. Sementara sebesar 98,7% lainnya ditentukan oleh faktor lainnya. Senada dengan hal tersebut Ferrari, Johnson, & McCown (1995) menjelaskan beberapa faktor yang berkaitan dengan prokrainasi antara lain takut akan gagal, rasa malas, regulasi diri yang kurang baik, pola asuh orang tua, serta tugas yang berlebihan dan membosankan.
Pada proses pelaksanaan penelitian, peneliti menyadari masih terdapat beberapa keterbatasan dan kekurangan pada penelitian ini diantaranya, penelitian ini hanya berfokus pada salah satu aspek pengukuran, yaitu pada bidang atau ranah skripsi dan mahasiswa tingkat akhir dimana yang dilibatkan terbatas hanya pada angkatan 2010 dan 2011, sehingga tidak dapat digeneralisasi pada seluruh kondisi dan angkatan/ tingkatan mahasiswa. Pemilihan sampel penelitian juga menunjukkan jumlah jenis kelamin yang tidak sama besar dimana jumlah sampel laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah sampel perempuan. Selain itu keterbatasan lainnya juga dapat dlihat berdasarkan rentang usia, dimana dalam penelitian ini sampel penelitian berada pada rentang dewasa awal..
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa stres yang dialami mahasiswa berkaitan dengan prokrastinasi yang dilakukan, dimana dalam hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan
69
positif antara stres dengan prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Unsyiah.
DAFTAR PUSTAKA
Abramowitz, J. S. (2012). The stress less workbook: Simple strategies to relieve pressure, manage commitments, and minimize conflicts. New York:
Guilford Press.
Agung, G., & Budiani, M. S. (2013). Hubungan kecerdasan emosi dan self efficacy dengan tingkat stres mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi.
Character, 1(2).
Aini, A. N., & Mahardayani, I. H. (2011). Hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa Universitas Muria Kudus. Jurnal Psikologi Pitutur, 1(2), 65-71.
Ali, M. (2009). Pendidikan untuk pembangunan nasional: Menuju bangsa Indonesia yang mandiri dan berdaya saing tinggi. Jakarta: Grasindo.
Andarini, S. R., & Fatma, A. (2013). Hubungan antara distress dan dukungan sosial dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa dalam menyusun skripsi. Talenta Psikologi, 2(2), 159-179.
Anggawijaya, S. (2013). Hubungan antara depresi dan prokrastinasi akademik.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(2), 1-12.
Beutel, M., Klein, E., Aufenanger, S., Brähler, E., Dreier, M., & Müller, K. et al.
(2016). Procrastination, distress and life satisfaction across the age range – a german representative community study. Plos One, 11(2).
http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0148054
Burns, L. R., Dittman, K., Nguyen, N., & Mitchelson, J. K. (2000). Academic procrastination, perfectionism, and control: Associations with vigilant and avoidant coping. Journal of Social Behavior and Personality, 15, 35-46.
Broderick, P. C. (2013). Learning to breathe: A mindfulness curriculum for adolescents to cultivate emotion regulation, attention, and performance.
Oakland: New Harbinger Publications.
Dwyer, A. L., & Cummings, A. L. (2001). Stress, self-efficacy, social support, and coping strategies in University students. Canadian Journal of Counselling, 35(3), 208-220.
Ferrari, J. R., Johnson, J. L., & McCown, W. G. (1995). Procrastination and task avoidance. New York: Plenum Press.
Gottlieb, B. H. (1997). Coping with Chronic Stress. New York: Plenum Press.
Haghbin, M., McCaffrey, A., & Pychyl, T. (2012). The complexity of the relation between fear of failure and procrastination. Journal of Rational-Emotive &
Cognitive-Behavior Therapy, 30(4), 249-263.
http://dx.doi.org/10.1007/s10942-012-0153-9
Handayani, S. W. R. I., & Abdullah, A. (2016). Hubungan stres dengan prokrastinasi pada mahasiswa. Psikovidya, 20(1), 32-39.
Iswidhamanjaya, D., & Enterprise, J. (2006). Membuat skripsi dengan OpenOffice.org Writer 2.0. Jakarta: Elex Media Komputindo.
70
Career Development Center Universitas Sriwijaya. Diakses tanggal 1 Mei 2016, dari http://cdc.unsri.ac.id/index.php/posting/135
Lazarus, R., & Folkman, S. (1984). Stress, appraisal, and coping. New York:
Springer Pub. Co.
Lovibond, P. F., & Lovibond, S. H. (1995). The structure of negative emotional states: Comparation of the Depression Anxiety Stress Scales (DASS) with the Beck Depression and Anxiety Inventories. Behaviour Research and Therapy, 33(3), 335-343.
Milgram, N. & Toubiana, Y. (1999). Academic anxiety, academic procrastination, and parental involvement in students and their parents. British Journal of
Educational Psychology, 69(3), 345-361.
http://dx.doi.org/10.1348/000709999157761
Matud, M. (2004). Gender differences in stress and coping styles. Personality and
Individual Differences, 37(7), 1401-1415.
http://dx.doi.org/10.1016/j.paid.2004.01.010
Nugroho, J. A., Machmuroch., & Karyanta, N. A. (2015). Hubungan antara pesimisme dengan prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa, 3(4), 264-274.
Papalia, D. E., Old, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human development 9th edition. New York: Mcgraw-Hill.
Portal Data Universitas Syiah Kuala. (2016). Data mahasiswa aktif. Diakses tanggal 29 April 2016, dari http://data.unsyiah.ac.id/
index.php/mahasiswa-aktif
Rohmah, F. A. (2006). Pengaruh diskusi kelompok untuk menurunkan stres pada mahasiswa yang sedang skripsi. Humanitas: Indonesian Psychological Journal, 3(1), 50-62.
Rumiani. (2006). Prokrastinasi akademik ditinjau dari motivasi berprestasi dan stres mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3(2), 37-48.
Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health psychology: Biopsychosocial interactions 7th edition. Hoboken, NJ: Wiley.
Sari, D., N. (2013). Hubungan antara stres terhadap guru dengan prokrastinasi akademik pada siswa SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Empathy, 2(1).
Solomon, L. J., & Rothblum, E. D. (1984). Academic procrastination: Frequency and cognitive-behavioral correlates. Journal of Counseling Psychology, 31(4), 503-509. http://dx.doi.org/10.1037/0022-0167.31.4.503
Sugiyono. (2014). Metode penelitian pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Tuckman, B. W. (1991). The development and concurrent validity of the procrastination scale. Educational and Psychological Measurement, 51(2), 473-480. http://dx.doi.org/10.1177/0013164491512022
Winters, R. E. (2015). The hoarding impulse: Suffocation of the soul. Routledge:
East Sussex.