• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian motivasi dan pengetahuan untuk menggunakan produk pelangsing tubuh pada mahasiswa kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kajian motivasi dan pengetahuan untuk menggunakan produk pelangsing tubuh pada mahasiswa kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN MOTIVASI DAN PENGETAHUAN UNTUK MENGGUNAKAN PRODUK PELANGSING TUBUH PADA MAHASISWA KAMPUS III

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Paulina Catur Pipera Sakti NIM : 028114074

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Penerimaan

Biarlah diriku tetap menjadi diriku,

Biarlah hidupku tetap menjadi hidupku

Biarlah Allahku tetap menjadi Allahku

Kasih Allah akan berlangsung pada setiap peristiwa

Dan hidupku akan selalu kuletakkan pada misbah-Mu

Oleh karena itu jadikanlah aku seperti yang Kau ingini

Inilah rahasia penerimaan

Karya kecil ini kupersembahkan untuk

Tuhan Yesus Kristus, dan Bunda Maria yang selalu menjagaku

Orang tuaku, Pakde-bude, kakakku, adikku, dan almamaterku……..

(5)
(6)

INTISARI

Kegemukan menjadi salah satu masalah karena membuat penampilan seseorang kurang menarik dan juga mengganggu perkembangan pribadi seseorang. Kegemukan tidak saja mengurangi daya tarik, tetapi juga menjadi masalah kesehatan, baik pada anak-anak, remaja maupun dewasa. Ukuran yang umum digunakan untuk mengatakan kegemukan adalah besarnya indeks massa tubuh (Body Mass Indeks).

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan menggunakan rancangan deskriptif non analitik dengan teknik purposive non random sampling. Kuisioner yang merupakan instrumen penelitian, disebar pada mahasiswa kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang memiliki nilai BMI ≥ 23. Data yang diperoleh, diolah secara statistik deskriptif.

Hasil yang diperoleh, responden mahasiswa FKIP (24%), berjenis kelamin perempuan (65,33%), berusia 22 tahun (28%), BMI antara 25-29,9 (66,67%), penghasilan/uang saku responden antara Rp 300.000,00 – Rp 400.000,00 (42,67%), dan tinggal di Yogyakarta dengan cara kos (65,33%). Responden (46,67%) mengenal produk pelangsing tubuh dari media elektronik. Iklan tidak mempengaruhi responden untuk menggunakan produk pelangsing tubuh (61,33%). Ada beberapa produk pelangsing tubuh yang dikenal, diantara produk pelangsing tubuh yang paling dikenal adalah slimming tea (22.54%). Responden mengatakan bahwa mereka tidak tertarik untuk menggunakan produk pelangsing tubuh (77,33%), dengan alasan mereka takut akan resiko, dan efek samping yang ditimbulkan produk pelangsing tubuh tersebut, dan juga mereka menganggap perlu untuk berkonsultasi lebih dahulu kepada dokter/apoteker ataupun ahli gizi (93,33%) sebelum menggunakan produk tersebut.

Kata kunci: produk pelangsing tubuh, motivasi, dan pengetahuan.

(7)

ABSTRACT

The one of the problems that makes the individual’s appearance less attractive and disturbes one’s personality development is obesity. In addition, obesity has become health problems among children, teenagers, and adults. The common measurement used to express the obesity is total body mass index (BMI).

This research was observational study with non-analytic descriptive design the respondents were selected using purposive non-random sampling. The research instrument was questioner, distributed to Campus III Sanata Dharma University whose BMI were more than 23. The obtained data were analyzed descriptive-statistically.

Result of the research, respondents were education faculty (24%), female

(65.33%), 22 years old (28%), BMI 25 to 29.9 (66.67%), pocket money Rp 300,000.00 to Rp 400,000.00 (42.67%), and living in Yogyakarta at the boarding house (65.33%). Respondents (46.67%) knew the slimming product from electronic media. The product advertisements did not affect them in using slimming products (61.33%). There were several of slimming products have been known, but slimming tea was the most familiar among them (22.54%). Also, they said that they did not intend to use the slimming products (77.33%) for the reasons that they were afraid of the risks and side effects of the products. Respondents (93.33%) considered that consulting the physician or nutrition expert before the products usage was required.

Key words: slimming product, motivation, and knowledge

(8)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang setia menemani sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Kajian Motivasi, dan Pengetahuan untuk Menggunakan Produk Pelangsing Tubuh pada Mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta” disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak memperoleh bantuan, bimbingan, dan pengarahan, serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak atas pengorbanannya baik waktu, tenaga maupun pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Rasa terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan juga dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk berdiskusi serta memberi saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., selaku dosen penguji atas masukan-masukan dan saran yang berharga.

3. Ibu dr. Lucia Kuswibawanti, M.Kes., selaku dosen penguji atas masukan-masukan dan saran yang berharga.

4. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. dan Bapak Agung Santoso, S.Psi., yang telah banyak membantu dalam pembuatan kuesioner.

(9)

5. Semua dosen fakultas farmasi yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis

6. Mahasiswa kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah bersedia menjadi responden dan telah meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner tanpa mempertanyakan ijin penelitian. 7. Bapakku di surga “Walaupun Engkau tidak akan pernah ada disampingku lagi

tapi aku tahu engkau selalu ada dalam hidupku”.

8. Orang tuaku, dan pakde serta bude yang merupakan perpanjangan tangan Tuhan, yang selalu berdoa dan mencurahkan kasih sayang sehingga penulis dapat meraih salah satu bintang impiannya. Cinta dan ketulusan kalian merupakan kekuatan bagiku untuk melompat menggapai bintang di langit mimpiku.

9. Mas Hendra, Mbak Vivin, Mas Gendhon, Mbak Ela, Taufan, Malik, dan Effar terima kasih untuk perhatian, semangat dan canda tawanya. Dan semua keluarga besar Mbah Warso penulis tahu kalian semua menyayangiku, dan mendukungku.

10. Lena, Ayuk, Asti, Puri, Prima, Sinta, Riasa, Weny, dan Dian, kalian sahabat dan saudara terbaik yang pernah penulis miliki, terima kasih telah berjalan bersamaku melewati lorong kehidupan dalam gelap dan terang, “Tanpa kalian semua apalah artinya diriku…Terima kasih…”.

11. Sahabat dan teman seperjuangan, Farmasi angkatan 2002 dan kelompok praktikum C pada khususnya, terima kasih atas kerjasama dan persahabatan yang

(10)

telah kita lalui bersama . Kehadiran kalian telah menjadi warna dalam lukisan hidupku.

12.Theresia Dian Pramudita, teman seperjuangan yang telah memberi motivasi, saran, diskusi serta kerjasamanya dalam mengerjakan skripsi ini.

13.Teman- teman KKN kelompok 23 Ceporan, Anink, Csil, Dian, Lany, Tere, Wulan, Taim, Richard, Ronald, Deny, dan Sigit yang telah banyak memberi pembelajaran hidup, dan cinta akan persahabatan yang tanpa imbalan apapun. 14. Teman-teman kos Wisma Kurnia, dan kost Paingan VII, terima kasih untuk

sedikit waktu dalam kebersamaan kita, I’ll always remember you all.

15. Fretty, Surex, Mbak Ira, Bety, Andy, Buyung, Anto, dan Mbak Devi sekeluarga atas dukungan, masukkan, ide dan doa yang membuat penulis terus maju dan bersemangat.

16.Semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya, maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan demi sempurnanya skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, dan kiranya skripsi ini dapat menjadi salah satu sumbangan bagi ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, Februari 2007

Penulis

(11)
(12)

2. Teori Adopsi Inovasi Rogers... B. Kegemukan... 1. Devinisi Kegemukan... 2. Faktor Penyebab Kegemukan... 3. Terapi Kegemukan... 4. Penentuan Kelebihan Berat Badan ... 5. Resiko Kegemukan ……….. C. Produk Pelangsing Tubuh... D. Tanaman Tradisional yang Berkhasiat untuk Menurunkan Berat

(13)

3 Body mass indeks (BMI) ... 4. Penghasilan/uang saku per bulan... 5. Status tempat tingaal di Yogyakarta ... B. Motivasi Responden... 1. Ketertarikan responden untuk menggunakan produk pelangsing

tubuh ... 2. Sumber pengenalan... 3. Iklan mempengaruhi responden untuk menggunakan produk

pelangsing tubuh ... 4. Alasan responden untuk menggunakan produk pelangsing tubuh

... 5. Produk pelangsing tubuh digunakan dengan alasan supaya tidak

ketinggalan zaman ... 6. Memiliki berat badan yang ideal berati sehat ... C. Pengetahuan Responden... 1. Merek produk pelangsing tubuh yang dikenal responden ... 2. Sumber informasi... 6. Konsultasi pada dokter/apoteker ataupun ahli gizi mengenai

(14)

penggunaan produk pelangsing tubuh ... 7. Pengetahuan responden untuk menggunakan produk pelangsing

tubuh diimbangi dengan olah raga dan makan yang teratur ... 8. Pentingnya mengkonsumsi produk pelangsing tubuh untuk orang

yang mengalami kelebihan berat badan ... 9. Keefektifan penggunaan produk pelangsing tubuh ... 10. Pengetahuan responden terhadap ketergantungan penggunaan

(15)

DAFTAR TABEL

(16)

Tabel XIV

Tingkat kepedulian responden terhadap bahan penyusun/komposisi produk pelangsing tubuh ... Konsultasi kepada dokter/apoteker ataupun ahli gizi mengenai penggunaan produk pelangsing tubuh ... Alasan responden mengenai perlunya berkonsultasi terlebih dahulu pada dokter/apoteker ataupun ahli gizi ... Alasan responden mengenai tidak perlunya berkonsultasi terlebih dahulu pada dokter/apoteker ataupun ahli gizi ... Alasan responden mengenai perlunya penggunaan produk pelangsing tubuh diimbangi dengan olah raga, dan pengaturan pola makan ... Alasan reponden mengenai tidak pentingnya mengkonsumsi produk pelangsing tubuh untuk orang yang mengalami kelebihan berat badan ... Alasan reponden mengenai tidak pentingnya mengkonsumsi produk pelangsing tubuh untuk orang yang mengalami kelebihan berat badan ... Alasan responden mengenai ketidakefektifan produk pelangsing tubuh untuk menurunkan berat badan ... Alasan responden terhadap ketergantungan penggunaan produk pelangsing tubuh yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang ... Alasan responden mengenai dampak kesehatan, akibat

(17)

penurunan berat badan secara drastis dengan mengkonsumsi produk pelangsing tubuh ... 71

(18)

Gambar 1. (A) Teori aksi Weber dan (B) Parson ……… 7

Gambar 2. Proses adopsi Inovasi Rogers ... 9

Gambar 3. Penatalaksanaan berat badan dengan pendekatan holistik ………. 15

Gambar 4. Piramida makanan menurut Departemen Kesehatan... 17

Gambar 5. Jenis kelamin responden ... 41

Gambar 6. Body mass indeks (BMI) responden ………... 42

Gambar 7. Penghasilan/ uang saku responden ………. 43

Gambar 8 Status tempat tinggal responden ………. 44

Gambar 9. Ketertarikan responden untuk menggunakan produk pelangsing tubuh ………. 47

Gambar 10. Produk pelangsing tubuh digunakan dengan alasan supaya tidak ketinggalan zaman ... 52

Gambar 11. Memiliki berat badan yang ideal berarti sehat ... 53

Gambar 12. Merek produk pelangsing tubuh yang dikenal responden ... 55

Gambar 13. Keberadaan efek samping produk pelangsing tubuh menurut Responden ... 59

Gambar 14. Tingkat pengertian responden terhadap kegunaan masing-masing bahan dalam produk pelangsing tubuh ... 61

Gambar 15. Kepedulian responden terhadap peringatan dan larangan dalam penggunaan produk pelangsing tubuh ... 62

(19)

Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Fakultas Teknik……….. 80

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Fakultas MIPA ...………... 81

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian Psikologi ...……… 82

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Fakultas FKIP ..………... 83

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Fakultas Farmasi... 84

Lampiran 6. Komposisi Produk Pelangsing Tubuh ... 85

Lampiran 6. Kuisioner Penelitian ………. ……… 87

Lampiran 7. Hasil wawancara ………... 93

(20)

BAB I

A. Latar Belakang Penelitian

Kegemukan merupakan masalah kesehatan yang prevalensinya cukup tinggi. Di kawasan Asia, prevalensi obesitas meningkat tajam, di Korea Selatan, 1,5% dari 20,5% penduduk yang mengalami kelebihan berat badan tergolong obesitas. Di Thailand, 16% penduduk mengalami kelebihan berat badan (overweight) dan 4%-nya obesitas. Di daerah Cina, prevalensi overweight 12% pada laki-laki, dan 14,4% pada perempuan, sedangkan di Indonesia prevalensi overweight 8,1% pada laki-laki, dan 10,5% pada perempuan, sementara untuk obesitasnya 6,8% pada laki-laki, dan 13,5% pada perempuan (Depkes, 2003).

Pada saat ini, kegemukan merupakan salah satu masalah yang banyak diderita baik kaum wanita ataupun kaum pria bahkan anak-anak. Kegemukan menjadi salah satu masalah karena mempengaruhi penampilan seseorang menjadi kurang menarik dan juga mengganggu perkembangan pribadi (Priyani,1998). Pada dasarnya kegemukan bukan merupakan suatu penyakit yang berbahaya, tetapi dianggap cukup merisaukan karena pada kenyataan merupakan salah satu faktor penyebab berbagai penyakit, seperti diabetes militus (DM) tipe II, hipertensi, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit ginjal (Priyani,1998). Meskipun kegemukan terbukti mengganggu kesehatan dan penampilan, upaya-upaya untuk menurunkan berat badan yang meliputi terapi diet, dan latihan fisik sering kali

(21)

menemui kendala baik dari individu itu sendiri maupun dari lingkungan sekitarnya (Priyani, 1998).

(22)

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

a. seperti apa karakteristik subyek penelitian, yang meliputi jenis kelamin, umur, BMI, uang saku perbulan, dan status tempat tinggal di Yogyakarta? b. motivasi apa yang mendorong subyek penelitian, untuk menggunakan

produk pelangsing tubuh, seperti ketertarikan dalam menggunakan produk pelangsing tubuh, sumber pengenalan, apakah iklan mempengaruhi untuk menggunakan produk pelangsing tubuh, alasan untuk menggunakan produk pelangsing tubuh, produk pelangsing tubuh digunakan dengan alasan supaya tidak ketinggalan zaman, dan juga memiliki berat badan yang ideal berarti sehat?

(23)

2. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan permasalahan produk pelangsing tubuh. Salah satu penelitian dilakukan oleh Rahayu (2005) yang berjudul ”Hubungan Antara Persepsi terhadap Produk Susu Rendah Lemak Niat Membeli dan Menggunakan Produk Susu Rendah Lemak”, dan juga penelitian Widanenci (2007) yang berjudul “Persepsi Konsumen Tentang Iklan Jamu Pelangsing di Televisi dan Pengaruhnya Terhadap Motivasi Pemilihan Iklan Jamu Pelangsing di 5 Pusat Kebugaran di Kota Yogyakarta”. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif analitik sedangkan penelitian ini menggunakan metode deskriptif non analitik, dan juga pada penelitian Widanenci melihat pengaruh iklan terhadap motivasi. Penelitian ini memberikan gambaran tentang motivasi, dan pengetahuan untuk menggunakan produk pelangsing tubuh di kalangan mahasiswa kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

(24)

b. Manfaat praktis

1) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan acuan pertimbangan dalam pemberian informasi yang meliputi penyuluhan atau iklan kepada masyarakat khususnya kalangan mahasiswa tentang perilaku penggunakan produk pelangsing tubuh, dan juga penggunaan obat tanpa resep dokter secara rasional, khususnya produk pelangsing tubuh, dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga penggunaan yang belum tepat dan benar dapat dicegah dan dikurangi.

2) Data yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi pihak-pihak yang terkait untuk menggunakan produk pelangsing tubuh dikalangan mahasiswa kampus III Universitas Sanata Dharma, sehingga dalam penggunaannya tidak terjadi pengguna-salahan, dan penyalahgunaan obat.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui motivasi, dan pengetahuan untuk menggunakan produk pelangsing tubuh pada mahasiswa kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik subyek penelitian. b. Memperoleh gambaran motivasi dari subyek penelitian.

(25)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Teori Perilaku

Notoatmodjo (1993) mendefinisikan perilaku manusia sebagai hasil

refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak,

minat, motivasi, persepsi, sikap, dan sebagainya. Namun demikian, pada

realitasnya sulit dibedakan gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang,

apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa

faktor lain, diantaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio

budaya masyarakat, dan sebagainya. Perilaku merupakan respon dari seseorang

terhadap stimulus yang berasal dari luar atau dalam dirinya dan perilaku seseorang

dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang obyek tersebut

melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 1997).

Beberapa teori yang sering digunakan untuk menganalisis perilaku

kesehatan individu maupun suatu kelompok masyarakat yaitu teori aksi Weber

dan teori adopsi inovasi Rogers.

1.Teori Weber

Dalam teori aksi yang dikenal sebagai teori bertindak, Max Weber

berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas

pengalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsiran atas suatu objek stimulus atau

situasi tertentu. Teori ini dikembangkan oleh Talcott dan Parsons, yang

menyatakan bahwa aksi merupakan respon mekanik terhadap suatu stimulus

(26)

bukan perilaku, sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan

kreatif. Menurut Parsons yang utama bukanlah tindakan individu, melainkan

norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntun dan mengatur perilaku.

Gambar 1. (A) Teori aksi Weber dan (B) Parsons (Sarwono,1997)

PERILAKU

Kondisi objektif disatukan dengan komitmen kolektif terhadap suatu nilai

akan mengembangkan suatu bentuk tindakan sosial tertentu. Parsons melihat

bahwa tindakan individu dan kelompok dipengaruhi oleh tiga sistem, yaitu sistem

sosial, sistem budaya, dan sistem kepribadian dari masing-masing individu.

Keterkaitan individu dengan sistem sosialnya melalui status dan perannya.

Individu menduduki suatu tempat tertentu dalam setiap sistem sosial dan

bertindak sesuai dengan norma atau aturan yang dibuat oleh sistem aturan tersebut

dan perilaku individu ditentukan pula oleh tipe kepribadiannya (Sarwono,1997).

2. Teori adopsi inovasi Rogers

Menurut teori inovasi Rogers, implisit dalam proses perubahan perilaku

(27)

diharapkan untuk diterima oleh individu tersebut. Teori ini dikenal sebagai

innovation decisions prosess. Proses ini terdiri dari lima tahap, yaitu mengetahui

atau menyadari tentang adanya ide baru (awareness), menaruh perhatian terhadap

ide tersebut (interest), memberikan penilaian (evaluation), mencoba memakainya

(trial), dan apabila menyukainya maka setuju untuk menerima ide atau hal baru

tersebut (adaption).

Dari pengalaman di lapangan serta penelitian mengenai penerapan teori ini

ternyata membuat Rogers menyimpulkan bahwa proses adopsi ini tidak berhenti

setelah suatu inovasi diterima atau ditolak. Situasi ini kelak dapat berubah lagi

sebagai akibat dari pengaruh lingkungannya. Oleh karena itu, Rogers mengubah

teori itu dan membagi proses pembuatan keputusan menjadi empat tahap, yaitu:

a.tahap knowledge

Mula-mula individu menerima informasi dan pengetahuan yang berkaitan

dengan suatu ide baru, ini menimbulkan minat untuk mengenal lebih jauh tentang

objek atau topik tersebut.

b.tahap persusion

Oleh petugas kesehatan, tahap knowledge tersebut digunakan untuk

membujuk atau meningkatkan motivasi individu guna bersedia menerima objek

atau topik yang dianjurkan tersebut.

c. tahap decision

Tergantung pada hasil persuasi petugas atau pendidik kesehatan dan

pertimbangan pribadi individu maka dalam tahap decision dibuatlah keputusan

(28)

d. tahap confirmation

Pada tahap penguatan ini, individu akan meminta dukungan dari

lingkungan atas keputusan yang telah diambil tersebut. Bila lingkungan

memberikan dukungan positif maka perilaku yang baru tersebut tetap

dipertahankan, sedangkan bila ada keberatan dan kritik dari lingkungan terutama

dari kelompok acuannya, maka biasanya adopsi itu tidak jadi dipertahankan dan

individu tersebut kembali lagi pada perilaku semula. Sebaliknya suatu penolakan

pun akan dapat berubah menjadi adopsi apabila lingkungannya justru memberikan

dukungan agar individu menerima ide baru tersebut. Tidak setiap orang

mempunyai kecepatan yang sama dalam hal mengadopsi sesuatu yang baru, hal

ini dapat dilihat dalam gambar 2 di bawah ini (Sarwono,1997).

Pengetahuan

Pertimbangan

Keputusan

Diterima Ditolak

(adopsi)

Tetap Ditolak Tetap Ditolak

diadopsi ditolak

Penguatan

(29)

Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor dari dalam, maupun dari luar individu (Sarwono, 1997). Menurut

Dharmmesta dan Handoko (2000), Faktor-faktor lingkungan ekstern yang

mempengaruhi perilaku konsumen, meliputi kebudayaan, kelas sosial,

kelompok-kelompok sosial, kelompok-kelompok referensi, dan keluarga, sedangkan faktor intern yang

berpengaruh pada perilaku konsumen, meliputi motivasi, pengamatan, belajar,

kepribadian, dan konsep diri, serta sikap. Faktor- faktor yang mempengaruhi

perubahan perilaku :

1. motivasi

Motivasi adalah suatu dorongan kebutuhan, dan keinginan individu yang

diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan. Sumber yang mendorong

terciptanya suatu kebutuhan tersebut dapat berasal dari dalam orang itu sendiri

atau dari lingkungannya sekitar (Dharmmesta dan Handoko, 2000), sedangkan

menurut Sarwono (1997) motivasi adalah dorongan yang bertindak untuk

memuaskan suatu kebutuhan, dorongan ini diwujudkan dalam bentuk tindakan

atau perilaku. Motivasi timbul karena adanya suatu kebutuhan atau keinginan

yang harus dipenuhi. Keinginan itu akan mendorong individu untuk melakukan

suatu tindakan agar tujuan tercapai. Motivasi yang rendah biasanya menghasilkan

suatu tindakan yang kurang kuat, dan pengetahuan yang diketahui cukup tinggi.

2. pengetahuan

Pengetahuan adalah sebagai unsur-unsur yang mengisi akal dan alami jiwa

seseorang yang sadar, yang secara nyata terkandung didalam otaknya.

(30)

terhadap segala hal yang diterima dari lingkungannya melalui panca indranya

(Dharmmesta dan Handoko, 2000).

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah hasil dari tahu yang

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, dan

penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti

atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Berdasarkan

pengalaman, dan penelitian terlebih dahulu bukti bahwa perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan.

B. Kegemukan

1. Definisi kegemukan

Kegemukan didefinisikan sebagai terdapatnya lemak tubuh dalam jumlah

abnormal, yang mengakibatkan kegemukan dan overweight pada keadaan tinggi

badan, dan jumlah otot tertentu. Kegemukan dapat mencetuskan resistensi insulin

dan hiperinsulinemia, yang akhirnya bisa memicu terjadinya diabetes, dan juga

meningkatkan risiko akan hipertensi (Tjay dan Raharja, 2002).

Kegemukan sendiri ada 2 macam, yaitu overweight dan obesitas.

Overweight adalah penumpukan jaringan lemak tubuh yang abnormal dengan

(31)

atau kegemukan didefinisikan sebagai penumpukan jaringan lemak tubuh yang

abnormal, dengan batasan berat badan di atas 20% dari berat badan normal

(Anonim,2006).

2. Faktor penyebab kegemukan

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kelebihan berat badan atau

kegemukan pada seseorang, diantaranya faktor genetika (bawaan), serta pola dan

gaya hidup. Pola makan dan gaya hidup merupakan faktor yang memiliki peran

penting dalam terjadinya kegemukan. Pola makan dan gaya hidup yang dimaksud

antara lain yaitu pola intake (pemasukan) makanan, dan penggunaan energi yang

tidak seimbang. Pola intake adalah keseimbangan zat-zat makanan yang

dikonsumsi dalam tubuh, baik jumlah dan mutu gizinya. Penggunaan energi

merupakan pengeluaran kalori dalam tubuh melalui aktivitas sehari-hari dan olah

raga (Anonim, 2004). Faktor- faktor lain penyebab kegemukan :

a. kebiasaan makan yang buruk, seperti konsumsi makanan yang melebihi

kebutuhan tubuh

b. kebiasaan ”mengemil”

c. adanya anggapan yang salah, yaitu bahwa anak yang gemuk adalah sehat;

sehingga anak makan terus tanpa kontrol

d. gangguan hormonal, seperti kelainan hormon insulin dan tiroid. Kelainan ini

menyebabkan gangguan metabolisme zat gizi di dalam tubuh, namun kelainan

ini jarang ditemukan

e. faktor keturunan (genetik)

(32)

3. Terapi kegemukan

Terapi kegemukan yang tepat pada dasarnya adalah mengatur pola makan,

dan latihan fisik atau gerak badan. Upaya untuk mengatasi kegemukan dapat

dilakukan dengan berbagai cara, tetapi perlu diingat bahwa untuk menurunkan

berat badan harus memperhatikan faktor-faktor seperti dibawah ini agar nantinya

tidak menimbulkan masalah baru bagi kesehatan.

a. kesadaran akan pentingnya penampilan maupun kesehatan membuat para

penderita kegemukan berupaya menurunkan berat badan mereka, tapi

sayangnya sebagian dari mereka menempuh cara yang kurang tepat untuk

menurunkan berat badannya, seperti menjalankan diet ketat dengan kandungan

kalori yang sangat rendah, sehingga melampaui batas aman dan

membahayakan tubuh.

b. penggunaan mesin-mesin modern penurun berat badan dalam waktu yang

sangat singkat dan tidak proporsional.

c. melakukan olah raga secara tidak teratur dan terukur.

d. minum pil dan obat-obatan penurun berat badan yang berdampak negatif bagi

kesehatan.

Penatalaksanaan berat badan merupakan upaya yang harus dijalankan

secara bersamaan dan terus menerus. Penerapan penatalaksanaan berat badan

harus secara terpadu (holistik) dengan 4 konsep pendekatan, yaitu: perencanaan

makan, aktivitas fisik/olahraga, perubahan perilaku dan pengobatan, hal ini dapat

dilihat pada gambar di bawah ini. Penurunan berat badan secara signifikan dapat

(33)

1) perencanaan makan pagi yang benar

Makan secara teratur tiga kali dalam sehari dengan komposisi yang tepat,

yaitu karbohidrat 50%, protein 20 % dan lemak 30 % dari total kalori.

2) aktivitas fisik/olah raga

Dengan berolah raga, energi yang kita keluarkan akan meningkat, otot tubuh

pun akan menjadi kencang dan secara psikologis orang yang rajin berolah raga

biasanya juga lebih fit dan lebih percaya diri. Jenis olahraga yang dianjurkan

adalah aerobik seperti jalan kaki, joging, ataupun berenang. Selain itu olahraga

yang teratur akan menjadikan tubuh menjadi mesin pembakar lemak yang

efektif.

3) perubahan tingkah laku

Perubahan tingkah laku yang dimaksudkan adalah menanamkan motivasi dan

disiplin diri dalam usaha penurunan berat badan. Termasuk di sini adalah

membiasakan diri merencanakan makan yang benar dan berolahraga sesuai

yang dianjurkan serta menghindari makanan berlemak sebagai pelampiasan

stres

4) pengobatan

Berkonsultasilah dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang

memungkinkan penurunan berat badan yang lebih efektif dan menjaga

penurunan berat badan. Ada dua mekanisme kerja obat-obat penurun berat

badan, yaitu golongan penekan nafsu makan yang bekerja di susunan syaraf

(34)

Jenis obat yang bekerja secara lokal di usus ini relatif aman untuk dikonsumsi

dalam jangka panjang dan efek samping yang minimal

Dengan pendekatan holistik ini maka penurunan berat badan dapat

dipertahankan dalam jangka panjang. Namun lain halnya, jika penurunan berat

badan tidak secara holistik, maka yang sering terjadi adalah seseorang tersebut

akan mengalami sindroma yoyo, yaitu dimana berat tubuh dapat turun dengan

cepat tetapi kemudian melonjak kembali dengan total timbangan yang lebih

banyak (Anonim, 2006).

Gambar 3. Penatalaksanaan berat badan dengan pendekatan holistik

Prinsip terapi dari kegemukan dan obesitas adalah pengaturan pola

makan (diet) yang sehat dan meningkatkan aktifitas fisik. Untuk itu, sebaiknya

bagi penderita yang mengalami masalah ini, segera berkonsultasi kepada dokter,

bahkan jika perlu seorang ahli gizi medik. Hal ini penting untuk menentukan diet

dan aktifitas fisik yang sesuai dan aman untuk penderita obesitas ataupun

(35)

hal ini seringkali menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi. Upaya untuk

mengkonsumsi obat-obatan pelangsing tubuh yang dijual secara bebas tidaklah

selalu aman (Wahyu, 2006).

Hal penting yang perlu diingat, jika ingin menurunkan berat badan,

disarankan untuk tetap mengkonsumsi berbagai jenis asupan dengan komposisi

gizi seimbang terdiri dari karbohidrat 50%, protein 20% dan lemak 30 % dari total

kalori. Ini dikarenakan tubuh tetap memerlukan zat gizi tersebut untuk energi,

metabolisme, dan memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak. Selain itu, tubuh juga

memerlukan vitamin dan mineral untuk mengatur cairan, pembentukan sel darah,

membantu proses metabolisme dan membentuk hormon/enzim yang tidak bisa

diperoleh dari satu jenis asupan/makanan.

Sebagai panduan untuk memilih jenis asupan sesuai dengan nilai gizi yang

dibutuhkan oleh tubuh, piramida makanan yang telah ditetapkan oleh Departemen

Kesehatan RI akan sangat membantu, jika diperhatikan, piramida makanan di

bawah ini terdiri atas beberapa bagian, bagian tersebut berdasarkan banyak

sedikitnya makanan yang harus dikonsumsi setiap hari.

i. Bagian paling bawah adalah kumpulan makanan yang mengandung

karbohidrat dan serat seperti : nasi, mie, roti, sereal, sayuran-sayuran, dan

sebagainya. Makanan jenis inilah yang dapat dikonsumsi lebih banyak,

karena kalori yang berasal dari karbohidrat akan jauh mudah diubah menjadi

energi atau tenaga ketimbang makanan yang berasal dari lemak, sementara

(36)

ii. Bagian tengah adalah makanan yang dapat dikonsumsi secara wajar seperti:

ikan, ayam, telur ataupun susu. Sebaiknya jika mengkonsumsi ayam,

buanglah kulitnya, sementara untuk susu carilah yang rendah lemak.

iii. Bagian yang paling atas adalah kumpulan makanan yang harus dihindari

atau paling tidak makanan yang paling sedikit/jarang dikonsumsi seperti :

mentega, minyak, dan gula, karena makanan ini kaya akan lemak.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar piramida makanan di bawah ini.

Gambar 4. Piramida makanan yang ditetapkan oleh DepKes. RI (2003)

4. Penentuan kelebihan berat badan

a. Body Mass Index (BMI)

Body Mass Index (BMI) atau Indek Massa Tubuh (IMT) merupakan angka

(37)

Body Mass Index (BMI) menggunakan persamaan matematika berdasarkan tinggi

dan berat badan seseorang. Body Mass Index (BMI) merupakan hasil bagi antara

berat badan dalam kg, dengan tinggi badan dalam m2. Pada tabel klasifikasi BMI,

tidak menunjukkan perbedaan antara kelebihan lemak tubuh, dan otot. Meskipun

demikian, BMI lebih berkolerasi dengan pengukuran lemak tubuh. Nilai BMI

yang didapat ini tidak akan berpengaruh terhadap umur, dan jenis kelamin

seseorang (Anonim, 2005).

Keterbatasan BMI tidak dapat digunakan bagi anak-anak yang dalam masa

pertumbuhan, wanita hamil, orang yang sangat berotot, contohnya atlet. Body

Mass Indeks (BMI) dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang

dapat terkena resiko penyakit tertentu yang disebabkan karena berat badannya.

Seseorang dikatakan obesitas dan membutuhkan pengobatan bila mempunyai

BMI di atas 30, dengan kata lain orang tersebut memiliki kelebihan berat badan

sebanyak 20%.

Tabel I. Klasifikasi BMI menurut WHO (1998) BMI

(kg/m2)

Klasifikasi Resiko Penyakit Penyerta

< 18,5 Underweight

25-29,9 Pre-obesitas Meningkat 30 – 34,9 Obesitas I Sedang 35 – 39,9 Obesitas II Berbahaya

≥ 40 Obesitas III Sangat berbahaya

Untuk penduduk Asia, para ahli membuat klasifikasi BMI tersendiri

(38)

Tabel II. Klasifikasi berat badan yang diusulkan berdasarkan BMI untuk penduduk dewasa Asia (IOTF, WHO, 2000)

BMI (kg/m2) Klasifikasi Resiko Penyakit Penyerta

< 18,5 Underweight

23 - 24,9 kg/m2 Pre-obesitas Meningkat 25 – 29,9 kg/m2 Obesitas I Sedang

≥ 30 kg/m2 Obesitas II Berbahaya

b. Lingkar pinggang

Lingkar pinggang dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai

jumlah lemak total dalam tubuh, dan lemak di rongga perut. Semakin besar

lingkar pinggang, semakin besar pula resiko akan terkena penyakit diabetes,

kolesterol tinggi, hipertensi, dan sesak nafas. Lingkar pinggang mudah di ukur

dengan otot perut kendur (relaksasi) antara bagian bawah iga terendah dan bagian

atas dari panggul (pelvis).

Alat untuk mengukur lingkar pinggang dinamai waist-hip ratio, bentuknya

cukup unik, kecil, dan mudah dibawa. Waist-hip ratio merupakan perbandingan

antara lingkar pinggang dan pangkal paha, yang dapat digunakan sebagai ukuran

untuk menentukan pembagian lemak dalam tubuh. Waist-hip ratio (WHR) ini

dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai timbunan lemak dalam tubuh,

semakin tinggi ratio yang didapatkan, maka semakin banyak lemak yang

tertimbun dalam tubuh, tetapi WHR ini tidak dapat memberikan informasi

mengenai jumlah total lemak dalam tubuh. Kategori pengukuran dalam WHR,

dikatakan mempunyai berat badan normal, jika perbandingan rationya adalah ≤ 1

(39)

laki-laki adalah 90 cm dan 80 cm untuk wanita di Asia, sedangkan di Eropa

adalah lebih dari 102 cm untuk laki-laki dan 88 cm untuk wanita.

c. Indeks broca

Perhitungan kelebihan berat badan dengan menggunakan indeks broca,

dapat dihitung dengan menggunakan rumus, tinggi badan - 100 - 10% (tinggi

badan - 100), rumus ini di gunakan untuk usia ≤ 30 tahun, sedangakan untuk

usia > 30 tahun digunakan rumus, tinggi badan – 100, satuan tinggi badan yang

digunakan adalah dalam centi meter (cm). Kategori pengukuran dalam indeks

broca:

i. normal : 10% dari berat badan ideal

ii. overweight : 10 - 20% dari berat badan ideal

iii. obesitas : 20% dari berat badan ideal

e. Relative body weight

Relative body weight (RBW), merupakan perbandingan antara berat badan

dengan tinggi badan dikurangi seratus, perbandingan ini ditampilkan dalam

bentuk persentase. Kategori pengukuran dalam RBW:

i. normal : 90-110%

ii. gemuk : > 110%

(40)

f. Mengukur komposisi lemak tubuh

Komposisi lemak tubuh dapat diukur dengan menggunakan alat skin told

atau body fat analyzer. Pengukuran lemak tubuh pada perempuan, dan laki-laki

berbeda, untuk perempuan dikatakan obesitas jika komposisi lemak tubuhnya

lebih dari 20% berat badan, sedangkan untuk laki-laki lebih dari 25% berat badan.

5. Risiko kegemukan

Risiko kegemukan dapat digolongkan menjadi dua yaitu psikososial dan

medis. Risiko psikososial meliputi hambatan fisik, sosial dan psikologis. Orang

gemuk mempunyai banyak kesulitan dalam melakukan aktivitas fisik sehingga

mengurangi kesempatan untuk mengikuti berbagai kegiatan sosial. Pengeluaran

biaya sehari-hari untuk pakaian dan makanan juga lebih banyak pada orang

gemuk, walaupun masyarakat menganggap kegemukan sebagai suatu hal yang

wajar, yakni pertanda kemakmuran, sebenarnya mereka kurang menyukai hal

tersebut, pada orang yang bersangkutan dapat timbul rasa rendah diri, tertekan,

serta keputusasaan (Noer, 1996).

Orang gemuk cenderung sering sakit, untuk 1ebih mengerti secara

keseluruhan adanya hubungan antara risiko dan kegemukan, perlu diketahui

kalainan metabolik yang mungkin timbul pada orang gemuk. Kelainan metabolik

yang terjadi pada orang gemuk berhubungan dengan besarnya lapisan lemak, dan

akan menjadi normal kembali dengan pengurangan berat badan. Kelainan

metabolik tersebut umumnya berupa (Noer, 1996) :

a. resistensi terhadap insulin muncul pada jaringan lemak yang luas dan sel

(41)

kompensasi akan dibentuk insulin yang lebih banyak (hiperinsulinisme).

Kegemukan berhubungan dengan adanya kekurangan reseptor insulin pada

otot, hati, monosit dan permukaan sel lemak. Hal ini akan memperberat

resistensi terhadap insulin.

b. hiperglikemia yang terjadi merupakan konsekuensi kelainan tersebut,

karena sel beta pankreas tidak dapat memenuhi kebutuhan insulin yang

semakin meningkat.

c. regulasi growth hormone yang abnormal dimana tidak terjadi kenaikan

kadar hormon tersebut pada keadaan kelaparan/puasa, hipoglikemia dan

stimulasi oleh arginin.

d. akibat lain dari kurangnya pengaruh insulin adalah adanya mobilisasi

lemak yang dapat dilihat dari adanya kenaikan kadar free fatty acid (FFA)

dan gliserol. Pada orang gemuk tanpa komplikasi maka toleransi glukosa,

kadar FFA dan gliserol masih normal.

e. aktivitas lipoprotein lipase yang meningkat pada sel lemak yang

hipertropik, dapat menyebabkan tendensi untuk penimbunan lemak bagian

endogen maupun eksogen pada jaringan lemak.

f. terdapatnya defisiensi glikofosfat dehidrogenase intra-mitokondrial yang

secara teoritis dapat menyebabkan pengaruh pada lipogenesis.

g. hipertrigliseridemia yang terjadi mungkin berhubungan dengan resistensi

(42)

h. tampak adanya hubungan metabolisme antara kegemukan, kadar gula

darah dan kadar lipid darah, yang erat kaitannya dengan tendensi dalam

menimbulkan komplikasi aterosklerosis.

dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa kegemukan dapat

mengancam kesehatan manusia, dan tidak memberikan keuntungan apapun.

C. Produk Pelangsing Tubuh

Obat pelangsing artinya obat yang dapat membuat orang tidak ingin

makan. Obat pelangsing tubuh mempunyai sifat dan cara kerjanya yang

bermacam-macam. Ada yang menekan nafsu makan, mempercepat rasa kenyang,

meningkatkan absorpsi lemak, dan bulk fillers.

1. Penekan Nafsu Makan (anorexan)

Obat golongan ini berfungsi untuk merangsang susanan saraf pusat

(sentral). Cara kerjanya adalah dengan menekan pusat lapar di otak dan

mengaktifkan pusat kenyang. Akibatnya, orang tidak nafsu makan. Banyak obat

pelangsing di pasaran yang termasuk anorexan. Biasanya golongan obat

amfetamine, dekstroamfetamine, metaamfetamine, detilpropion, mazindol dan,

benzfetamin.

Amfetamin merupakan psikotropika golongan II yang berkhasiat untuk

pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom

ketergantungan, jika penggunaannya salah, jenis obat ini dapat menyebabkan

(43)

alergi. Obat ini tidak boleh digunakan untuk penderita hipertensi, jika orang

hipertensi tidak mengerti dan langsung mengonsumsi obat ini, akan menyebabkan

tekanan darahnya naik, pembuluh darahnya pecah, dan berakibat kematian.

2. Mempercepat rasa kenyang

Sibutramin hidroklorida termasuk golongan ini. Cara kerjanya juga

memengaruhi otak, yaitu memperbanyak produksi serotonin sehingga orang

merasa cepat kenyang. Pemakaian obat ini harus sepengetahuan dokter, karena

efek sampingnya berbahaya. Obat ini bekerja di ujung serabut saraf, sehingga

dapat menyebabkan efek tekanan darah naik, gelisah, sulit buang air, dan sakit

kepala.

Sibutramin hidroklorida adalah golongan obat keras yang hanya dapat

diperoleh dan digunakan berdasarkan resep dokter. Obat keras ini merupakan

senyawa kimia yang bekerja dengan cara menghambat ambilan (reuptake)

norepinefrin, serotonin dan dopamin. Dengan pengawasan dokter, sibutramin

hidroklorida digunakan untuk pengobatan obesitas (kegemukan).

3. Menghambat absorpsi lemak

Orlistat termasuk golongan obat yang dapat menghambat absorpsi lemak.

Di usus kita ada enzim lipase yang berfungsi memecah lemak agar bisa di serap

tubuh. Orlistat ini bekerja dengan cara menghambat aktivitas lipase hingga 30%

lemak tidak dapat diserap tubuh, melainkan langsung dikeluarkan bersama feses.

Enzim lipase memecah lemak menjadi asam lemak yang lebih kecil, yang bisa

diserap ke dalam aliran darah, dengan menghambat kerja lipase, Orlistat

(44)

Obat ini tak memiliki efek samping karena Orlistat tak bekerja pada

susunan saraf pusat dan tak beredar ke organ-organ tubuh lain, sehingga organ

dalam seperti jantung, ginjal dan hati tak terpengaruh.Terapi Orlistat yang efektif

tidak hanya membantu pasien untuk menurunkan berat badan tetapi juga

membantu mereka mempertahankan penurunan berat badan yang telah dicapai.

Tidak seperti obat penekan nafsu makan yang bekerja di susunan syaraf pusat,

Orlistat dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh.

Orang yang mengonsumsi orlistat berlebih tak jarang terkena diare,

kembung, dan memiliki feses yang berminyak, yang lebih parah, ada orang yang

harus memakai popok karena dari anus keluar cairan minyak berlebih. Padahal

yang keluar itu bukanlah lemak tubuh, melainkan lemak makanan yang baru saja

dimakan. Selain itu, konsumsi orlistat berlebih mengakibatkan vitamin penting

dalam tubuh ikut terbuang.

4. Bersifat bulk fillers (pengganjal perut)

Produk pelangsing tubuh yang bersifat bulk fillers adalah larutan atau

tablet yang berasal dari serat tumbuhan dan buah. Bersifat mengenyangkan karena

akan mengembang dalam perut, tetapi jika dikonsumsi berlebih akan menghambat

penyerapan vitamin dan mineral (Ekky, 2005).

Produk pelangsing dengan komposisi yang tercantum dalam racikan

dari tumbuh-tumbuhan namun mengklaim dapat mengurangi rasa mudah lapar

diduga adanya kemungkinan pencampuran dengan bahan obat

(seperti: fenfluramin, dietil propion, dan amfetamin). Hal ini mengingat

(45)

tumbuh-tumbuhan tertentu terbukti efektif mampu mengurangi rasa mudah lapar.

Adanya kemungkinan pencampuran dengan bahan obat tersebut justru dapat

menimbulkan efek buruk pada penggunanya, seperti amfetamin dapat

menimbulkan adiksi, rasa lelah, pusing, aritmia jantung.

Upaya melangsingkan tubuh dengan mengkonsumsi jamu/obat,

ataupun suplemen pelangsing tubuh tidak selalu memberikan efek yang

diharapkan. Adanya peredaran produk pelangsing tubuh yang tidak memiliki

nomor registrasi Departemen Kesehatan dan Badan pengawas Obat dan

Makanan menjadi salah satu indikator kemungkinan penggunaan berbagai

bahan yang justru berakibat fatal bagi tubuh.

Guna menghindari efek yang tidak diinginkan dari produk tersebut

bagi kesehatan, sebaiknya sebelum mengkonsumsi suatu produk pelangsing

tubuh yakinkanlah terlebih dahulu keamanan produk tersebut dengan memilih

produk yang pada kemasan/labelnya tercantum nomor registasi Depkes

ataupun Badan POM, pahami indikasi, kontra indikasi, efek samping, cara dan

takaran (dosis) penggunaan beserta informasi penting lainnya.

Hal penting yang perlu diingat untuk mengetahui produk pelangsing

tubuh yang sesuai bagi tubuh kita, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu

kepada ahlinya (dokter/ahli gizi) untuk perencanaan diet dan penggunaan

produk pelangsing yang aman dikonsumsi. Hal ini penting sebagai langkah

antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya reaksi negatif dari produk yang

(46)

D. Tanaman Tradisional yang Berkhasiat untuk Menurunkan Berat Badan

Diperkirakan sekitar 30.000 tumbuhan ditemukan di dalam hutan hujan

tropika, dan sekitar 1.260 spesies di antaranya berkhasiat sebagai obat, baru

sekitar 180 spesies yang telah digunakan untuk berbagai keperluan industri obat

dan jamu, tetapi baru beberapa spesies saja yang telah di budidayakan secara

intensif. Indonesia sudah sejak lama mengenal khasiat berbagai ragam jenis

tanaman sebagai sarana perawatan kesehatan, pengobatan serta untuk

mempercantik diri yang selama ini dikenal sebagai jamu. Dikalangan

internasional, jamu dikenal dengan istilah Herba yang berasal dari bahasa latin.

Herba yang berarti rumput, tangkai, tangkai hijau yang lunak dan kecil dan agak

berdaun. Tanaman tradisional yang terdapat di Indonesia yang berkhasiat sebagai

penurun berat badan, di antaranya:

1. jati belanda (Guazuma ulmifolia var. Tomentosa / G. Tomentosa)

Jati belanda atau jati londo sudah dikenal sebagai obat tradisional untuk

menurunkan berat badan. Jati belanda (Guazuma ulmifolia) berfungsi meluruhkan

gliserida, dan membuang lemak dari dalam tubuh, bahkan sebuah perusahaan

jamu tradisional memproduksi tanaman asal Amerika ini sebagai teh pelangsing

(slimming tea) yang siap diseduh atau dicelup ke dalam air panas. Membuat teh

pelangsing dapat dilakukan dengan merendam daunnya bersama air panas,

diamkan sampai hangat, saring lalu airnya diminum. Konsumsi berlebihan dapat

(47)

2. mengkudu (Morinda Citrifolia)

Mengkudu sudah dikenal sebagai tumbuhan multikhasiat, tak banyak yang tahu

tanaman ini juga berkhasiat menurunkan berat badan. Buahnya dapat mengurangi

lemak berlebihan. Mengkudu mengandung asetilester, kapron, dan soranidiol.

3. bengle (Zingiber cassumunar)

Rimpang bengle mengandung asam organik yang berkhasiat mengurangi lemak

dalam tubuh, dan berfungsi sebagai anti radang dan anti keracunan empedu,

biasanya akibat diet atau efek samping jamu. Air rebusan bengle, dan kulit

kayunya, jika diminum segelas sehari dapat menurunkan berat badan. Bengle juga

dikenal sebagai bunglai, panglai (Sunda), atau banglai (Sumatera).

4. nenas (Ananas Comosus)

Nenas selain dikenal sebagai sumber vitamin C, juga dapat menjadi obat

pelangsing dengan cara menghaluskan nenas lalu airnya diminum satu gelas

sehari. Buah nenas mengandung protein, asam organik, dan dektrosa yang

membantu menurunkan berat badan, jika diminum secara teratur. Namun

konsumsi juga berdampak negatif karena buah nenas mengandung kalsium

oksalat yang dapat mengakibatkan batu ginjal.

5. delima putih (Punica granatum L.)

Buahnya dipercaya sebagai pelangsing tubuh dan obat penyakit keputihan,

meskipun demikian semua bagian tumbuhannya dapat dimanfaatkan, untuk

menurunkan berat badan cukup memakan buahnya tanpa ada tambahan bahan

(48)

6. kunci pepet (Kaempferia angustifolia)

Tanaman umbi-umbian ini mampu meredam nafsu makan, hal ini dikarenakan

kayu pepet mengandung alkaloid, saponin, minyak asiri, dan polifenol.

Unsur-unsur inilah yang membuat nafsu makan penggunanya menurun. Kunci pepet

mempunyai efek mengurangi selera makan, sehingga cukup baik jika penggunaan

kunci pepet untuk mengurangi berat badan dicampurkan dalam masakan harian.

7. pinang (Arecacatechu)

Untuk menurunkan berat badan, biji pinang diiris tipis lalu jemur hingga kering.

Tumbuk lumat menjadi serbuk. Setengah sendok teh serbuk tersebut direndam ke

dalam air panas semalaman lalu minum keesokan harinya dan petang bersama

ampasnya. Ramuan tersebut diminum selama kurang lebih dua minggu.

8. kemuning (Murraya paniculata)

Daun kemuning dipercaya berkhasiat mempertahankan sel tubuh agar tidak

terganggu lemak. Untuk melangsingkan tubuh satu genggam daun kemuning

segar, satu genggam daun mengkudu ditambah temugiring setengah jari

kelingking, tumbuk halus lalu ditambah satu cangkir air masak, peras dan

disaring, airnya diminum pada pagi hari sebelum sarapan.

9.wortel dan mentimun

Jus wortel dengan mentimun juga dapat dijadikan ikhtiar menurunkan berat

badan. Caranya dua atau tiga batang wortel dan satu buah mentimun berukuran

sedang diparut. Airnya diperas. Untuk memperkaya rasa dapat dibubuhi sari jeruk

nipis. Jus ini dapat diminum sedikitnya dua hari sekali sampai Anda memiliki

(49)

E.Keterangan Empiris

Dari penelitian ini diharapkan dapat menggali informasi mengenai

perilaku mahasiawa Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, baik

yang sedang menggunakan, belum pernah menggunakan, dulu pernah

menggunakan, dan sekarang tidak menggunakan ataupun hanya sekedar keinginan

untuk menggunakan produk pelangsing tubuh, yang meliputi motivasi dan

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan ini termasuk dalam jenis penelitian

observasional dengan rancangan penelitian deskriptif melalui pendekatan waktu

sesaat (point time approach), dengan kata lain tiap subyek hanya diobservasi

sekali saja (Pratiknya, 2001). Penelitian observasional adalah penelitian yang

observasinya dilakukan terhadap sejumlah ciri (variabel) subjek menurut keadaan

yang apa adanya (in nature), tanpa adanya manipulasi peneliti (Pratiknya, 2001),

sedangkan rancangan penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang

memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada

perlakuan terhadap objek yang diteliti (Kountour, 2003). Penelitian ini terbatas

pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa

sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta

(Nawawi, 1998). Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah metode

wawancara terstruktur dengan menggunakan kuisioner.

B. Definisi Operasional Penelitian

1. Kajian adalah studi yang dilakukan untuk memperdalam atau mengetahui

dengan lebih jelas kejadian, kasus, atau sesuatu hal dari suatu fenomena.

2. Motivasi adalah besarnya dorongan dan keinginan individu untuk melakukan

tindakan, yang dimiliki mahasiswa kampus III Universitas Sanata Dharma

(51)

Yogyakarta, untuk memenuhi suatu kebutuhan yang meliputi; latar belakang

dan tujuan mereka dalam menggunakan suatu produk pelangsing tubuh.

3. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman yang dimiliki mahasiswa kampus III

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, tentang produk pelangsing tubuh,

meliputi aturan pakai, waktu pemakaian, efek samping, komposisi, dan fungsi

tiap komponen penyusun obat yang mereka yakini sebagai obat yang dapat

menurunkan berat badan tubuh, yang didapatkan dari berbagai informasi atau

sumber seperti; teman, keluarga, lingkungan tempat tinggal, media elektronik

maupun media cetak, dan lainnya.

4. Kegemukan sendiri terdiri dari 2 macam, yaitu overweight dan obesitas.

Overweight adalah penumpukan jaringan lemak tubuh yang abnormal dengan

batasan berat badan antara 10-20% dari berat badan normal. Sementara

obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai penumpukan jaringan lemak

tubuh yang abnormal, dengan batasan berat badan di atas 20% dari berat

badan normal

5. Produk pelangsing tubuh adalah produk yang dapat dipercaya untuk

menurunkan berat badan baik yang berbentuk obat, jamu, ataupun produk

susu, yang dapat dibeli secara bebas di toko, warung, supermarket, kios jamu,

ataupun apotek.

6. Subyek penelitian adalah mahasiswa kampus III Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang memiliki BMI ≥ 23, baik yang sedang menggunakan, belum

(52)

ataupun sekedar keinginan untuk menggunakan produk pelangsing tubuh

(untuk selanjutnya dalam hal ini disebut responden).

C. Subyek penelitian

Subyek penelitian (responden) adalah mahasiswa kampus III Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang memiliki BMI (Body Mass Indeks) ≥ 23, baik

yang sedang menggunakan, belum pernah mengunakan, dulu pernah dan sekarang

sudah tidak menggunakan lagi ataupun yang sekedar keinginan untuk

menggunakan produk pelangsing tubuh. Nilai BMI yang digunakan adalah ≥ 23,

hal ini dikarenakan menurut klasifikasi berat badan yang diusulkan berdasarkan

BMI untuk penduduk dewasa Asia nilai ≥ 23 termasuk dalam kategori overweight.

Nilai BMI didapat dari, berat badan dalam kilogram (kg) dibagi dengan tinggi

badan meter persegi (m2).

Dalam penelitian ini, jumlah responden minimal yaitu 68 orang, dihitung

berdasarkan rumus (Nawawi, 1985):

N = 2

2

d xPxQ Z

N : ukuran cuplikan terkecil

Z : koefisien keterandalan (reability coefficient) yang besarnya

ditentukan oleh tingkat kepercayaan yaitu 90% sehingga Z = 1,64

PQ : variasi atau keanekaragaman individu di populasi, PQ maksimal

bila P = Q = 0,5

d : presisi yang ingin dicapai, yaitu 10%

(53)

N =

Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive non random

sampling. Sampel diambil secara purposif, artinya peneliti dengan selektif

memilih kelompok atau setting tertentu sebagai sampel. Kusnanto (1999),

mengatakan bahwa gagasan jenis sampling semacam ini bukan untuk generalisasi

keseluruhan populasi, tetapi untuk menunjukkan hubungan atau kategori umum

yang dimiliki oleh setting yang diteliti dengan setting lain yang sejenis.

Ukuran cuplikan terkecil berjumlah 68 responden, tetapi untuk

mengantisipasi pengisian kuesioner yang tidak lengkap, maka diambil responden

sebanyak 90 yang dihitung dari 30% jumlah ukuran cuplikan terkecil. Jumlah

responden yang digunakan sebanyak 75 yang terbagi dalam 5 fakultas yang ada di

kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tabel III. Jumlah mahasiswa aktif kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

No. Fakultas Laki-laki Perempuan Jumlah total

1. FKIP 149 358 507

2. MIPA 167 194 361

3. Teknik 1094 245 1339

4. Farmasi 180 463 643

5. Psikologi 253 478 731

Tabel IV. Jumlah mahasiswa yang digunakan sebagai subyek penelitian pada kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

No. Fakultas Laki-laki Perempuan Jumlah total

1. FKIP 2 16 18

2. MIPA 6 4 10

3. Teknik 9 5 14

4. Farmasi 3 13 16

(54)

E. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang dibuat

dengan melakukan observasi awal terlebih dahulu. Prawitasari (1998)

mendefinisikan kuesioner sebagai kelompok atau urutan pertanyaan yang dibuat

untuk memperoleh informasi dari sumber informasi atau responden yang

ditanyakan oleh pewawancara. Menurut Ridwan (2002), kuisioner adalah daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons,

dalam hal ini informasi sesuai dengan permintaan peneliti.

Jumlah pertanyaan dalam kuisioner ada 24 nomor dengan 5 pertanyaan

lanjutan sesuai jawaban pertanyaan sebelumnya, sehingga secara keseluruhan

terdapat 29 pertanyaan yang memuat operasional penelitian. Dari pertanyaan yang

diajukan, sebanyak 15 pertanyaan bersifat tertutup dan sisanya, yaitu 14

pertanyaan bersifat semi terbuka, pada pertanyaan terbuka terdapat pilihan

jawaban yang dapat diisi sendiri oleh responden atau berupa alasan yang dapat

diisi bebas oleh responden. Jumlah pertanyaan dalam kuisioner tersebut belum

termasuk data responden dengan 7 pertanyaan, yang bersifat terbuka yaitu dalam

bentuk isian bebas, ada 6 pertanyaan, dan 1 pertanyaan bersifat tertutup.

Data responden untuk melihat karakteristik subyek penelitian untuk

menggunakan produk pelangsing tubuh yang mencakup fakultas, jenis kelamin,

umur, berat badan, tinggi badan, uang saku rata-rata per bulan dan status tempat

tinggal di Yogyakarta. Pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner memuat

operasional penelitian, mencakup motivasi, dan pengetahuan untuk menggunakan

(55)

F. Tata cara penelitian 1. Obsevasi awal

Observasi dilakukan pada tempat penelitian yang digunakan, yaitu pada

Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Observasi dilakukan terhadap

mahasiswa kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memiliki

BMI ≥ 23, hal ini berguna untuk melihat fakultas mana yang banyak terdapat

mahasiswa dengan BMI ≥ 23.

2. Pembuatan kuesioner

Pembuatan kuisioner dilakukan setelah observasi dilakukan. Pada

kuisioner, terdapat 7 pertanyaan mengenai data responden berupa karakteristik

responden seperti fakultas, jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan,

pendapatan per bulan, dan status tempat tinggal di Yogyakarta. Pertanyaan dalam

kuisioner dibuat berdasarkan operasional penelitian, yaitu sebanyak 24 pertanyaan

yang mencakup motivasi, dan pengetahuan responden untuk menggunakan produk

pelangsing tubuh.

Tabel V. Jumlah item pertanyaan pada kuesioner

No. Item pada kuesioner Jumlah 1. Karakteristik responden 7

2. Motivasi 11

3. Pengetahuan 13

3. Uji validitas dan uji pemahaman bahasa

Setelah kuisioner dibuat, dilakukan uji validitas dan uji pemahaman

bahasa terhadap kuisioner tersebut. Hadi (1991) mendefinisikan validitas sebagai

tingkat kemampuan suatu instrumen untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi

(56)

(2000) menambahkan bahwa suatu alat ukur dikatakan mempunyai validitas tinggi

apabila alat tersebut dapat mengungkap secara jitu gejala yang hendak diukur dan

seberapa jauh alat memiliki ketelitian dalam memberikan status.

Uji validitas dapat dilakukan dengan melakukan uji coba alat ukur tersebut

pada sekelompok subyek (Pratiknya, 2001). Pada penelitian ini, uji validitas

dilakukan bersamaan dengan uji pemahaman bahasa. Ini dilakukan agar

pertanyaan yang diajukan nantinya benar-benar dapat dipahami oleh responden

sehingga responden dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan informasi

yang diinginkan. Uji validitas isi dilakukan bersama dengan pihak yang lebih

kompeten, dalam hal ini dosen Fakultas Psikologi. Kemudian setelah itu

dilakukan uji coba terhadap 20 mahasiswa kampus III Universitas Sanata Dharma

yang memiliki BMI ≥ 23, tetapi responden uji yang digunakan dalam uji validitas

ini tidak digunakan lagi untuk responden penelitian. Pada uji ini dilakukan dengan

melihat kesesuaian isi kuesioner dengan kawasan isi obyek yang akan diukur.

Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk melihat kesesuaian pertanyaan dengan

tujuan yang akan dicapai.

4. Penyebaran kuesioner

Penyebaran kuesioner dilakukan pada pagi sampai siang hari, dimana

waktu tersebut merupakan waktu kuliah intensif. Pengisian kuesioner dilakukan

sendiri oleh responden, responden diberi kesempatan mengerjakan kuesioner saat

itu juga dan langsung dikembalikan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari

responden mengakses sumber-sumber informasi mengenai pengetahuan tentang

(57)

Pada penelitian ini, kuisioner yang disebar sebanyak 90, jumlah ini

dihitung dari 30% jumlah ukuran sampel minimal, hal ini dimaksudkan untuk

mengantisipasi jika ada kuesioner yang tidak lengkap. Namun karena ketidak

lengkapan kuesioner yang terkumpul, maka 15 kuisioner yang terkumpul tidak

digunakan, sehingga kuisioner yang digunakan untuk analisis data sebanyak 75

kuisioner.

5. Wawancara terstruktur

Dilakukan dengan bantuan kerangka atau garis-garis besar yang

dibutuhkan dan berkaitan dengan tema, melalui pembicaraan informal dan

pembicaraan yang dikaitkan dengan tema.

6. Pengolahan hasil

a. Pengolahan hasil dilakukan dengan cara melakukan pengelompokan jawaban

dan perhitungan jumlah dari masing-masing jawaban kuesioner yang telah

diisi oleh responden, kemudian dilakukan interpretasi data hasil penelitian

dengan melihat persentase jawaban responden.

b. Pada bagian tertentu, pengolahan hasil jawaban dari responden lebih dari 75,

hal ini dikarenakan responden diberikan pilihan untuk menjawab pertanyaan

boleh lebih dari 1 jawaban. Selain itu ada juga jawaban dari responden kurang

dari 75, hal ini dikarenakan responden menjawab pertanyaan dengan alasan

setuju atau tidak setuju, sehingga jawaban dari responden dihitung satu

(58)

G. Analisis Data Penelitian

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis data statistik

yang berupa statistik deskriptif dalam bentuk persentase, dan ditampilkan dalam

(59)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang motivasi,

dan pengetahuan untuk menggunakan produk pelangsing tubuh pada mahasiswa

Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

A. Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia,

BMI, uang saku per bulan, dan status tempat tinggal pada mahasiswa kampus III

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang mempunyai BMI ≥ 23.

1. Jenis kelamin

Dari data yang dapat, diketahui bahwa jenis kelamin perempuan lebih

banyak, dan lebih rentan mengalami masalah kelebihan berat badan ataupun

overweight. Hal ini dikarenakan kaum perempuan tidak dapat mengontrol pola

makannya terlebih jika sedang menghadapi suatu masalah dibandingkan dengan

kaum laki-laki, dan juga kebiasaan “ngemil” yang sering dilakukan oleh

kebanyakan kaum perempuan. Selain itu perempuan mempunyai hormon

progesteron, dan estrogen yang dapat memicu peningkatan lemak. Peningkatan

massa lemak ini terjadi setelah melewati masa pubertas, sedangkan laki-laki tidak

mempunyai hormon progesteron, dan estrogen sehingga peningkatan lemak yang

terjadi tidak setinggi pada perempuan.

(60)

JENIS KELAMIN

34.67%

65.33%

PRIA WANITA

Gambar 5. Jenis kelamin responden

2. Umur

Dari hasil penelitian, umur responden yaitu mahasiswa kampus III

Universitas Sanata Dharma yang mempunyai BMI ≥ 23 berkisar antara 18 tahun

sampai dengan umur 26 tahun. Umur tersebut dapat dikatakan sebagai umur yang

dewasa sehingga sudah dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggung

jawab atas keputusan tersebut, dalam hal ini utamanya pengambilan keputusan

untuk menggunakan produk pelangsing tubuh.

Tabel VI. Umur responden

NO Usia responden Jumlah Presentase (%)

1. 18 tahun 1 1,33

2. 19 tahun 7 9,33

3. 20 tahun 11 14,67

4. 21 tahun 8 10,67

5. 22 tahun 21 28,00

6. 23 tahun 15 20,00

7. 24 tahun 8 10,67

8. 25 tahun 2 2,67

9. 26 tahun 2 2,67

(61)

3. Body Mass Indeks (BMI)

Body mass indeks (BMI), didapat dari berat badan dalam kilo gram di bagi

dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. Menurut klasifikasi berat badan yang

diusulkan untuk orang Asia berdasarkan BMI, maka dari hasil yang didapat

diketahui jumlah responden yang paling banyak adalah responden yang memiliki

BMI antara 25-29,9: kategori BMI ini dapat diklasifikasikan sebagai obesitas I,

dengan tingkat risiko penyakit penyerta sedang. Body mass indeks ini dihitung

untuk mengetahui kategori kegemukan dari seseorang, apakah seseorang tersebut

termasuk dalam tingkat kegemukan yang wajar, sedang, ataupun beresiko tinggi.

BMI responden

23 - 24,9 kg/m2

25 – 29,9 kg/m2

30 kg/m2

Gambar 6. Body Mass Indeks Responden

Dari responden yang termasuk dalam kategori obesitas I, keinginan

mereka untuk menggunakan produk pelangsing tubuh rendah. Hal ini terlihat dari

responden yang mempunyai BMI antara 25-29,9 (50 responden) mengatakan,

bahwa mereka tidak tertarik untuk menggunakan produk pelangsing tubuh dengan

(62)

4. Penghasilan/uang saku per bulan.

Hasil yang didapat, mengenai tingkat uang saku/penghasilan per bulan dari

responden, dapat dikatakan bahwa tingkat pendapatan mempengaruhi sikap

seseorang dalam memelihara kesehatan. Seperti yang dinyatakan

Schwartz & Hoopes (1990), bahwa tingkat pendapatan turut menentukan

pengambilan keputusan dalam pengobatan sendiri. Tingkat penghasilan dapat

mendorong seseorang untuk mengambil suatu tindakan, sehingga akan

mempengaruhi motivasi seseorang, dengan kata lain bahwa tingkat penghasilan

yang tinggi maka motivasi seseorang untuk melakukan suatu tindakan juga tinggi,

demikian juga sebaliknya jika tingkat penghasilan rendah maka motivasi untuk

melakukan suatu tindakan juga rendah. Pada penelitian ini, responden dengan

uang saku/penghasilan per bulan yang sedang yaitu antara 300-400 ribu, hal ini

menunjukkan bahwa sebagian responden berada pada tingkat ekonomi menengah.

6.67%

42.67%

38.67%

12%

Penghasilan/ Uang saku Responden

Antara Rp 100.000,00 – Rp 250.000,00

Antara Rp 300.000,00 – Rp 400.000,00

Antara Rp 450.000,00 – Rp 700.000,00

Antara Rp 750.000,00 – >Rp 1.000.000,00

(63)

5. Status tempat tinggal di Yogyakarta

Dari hasil penelitian didapat, bahwa responden sebagian besar tinggal di

Yogyakata dengan cara kos, responden tertarik untuk menggunakan produk

pelangsing tubuh karena bujukan teman ataupun ikut-ikutan teman satu kosnya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Kotler (1997) bahwa teman, keluarga (orang

tua), dan saudara merupakan kelompok acuan yang mempunyai pengaruh secara

langsung pada diri konsumen, karena teman, keluarga (orang tua), dan saudara

selalu berinteraksi dengan konsumen.

17.33%

65.33%

13.33%

4%

Status tempat tinggal responden

dengan orang tua

kos

kontrak

dengan saudara

Gambar

Gambar 1. (A) Teori aksi Weber dan (B) Parsons (Sarwono,1997)
Gambar 2. Proses adopsi inovasi Rogers (Sarwono,1997)
Gambar 3. Penatalaksanaan berat badan dengan pendekatan holistik
Gambar 4. Piramida makanan yang ditetapkan oleh DepKes. RI (2003)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah lokasi disiapkan dan transek telah terpasangi/tersusun; segera diambil foto dokumentasi dengan prosedur; Foto dokumentasi diambil pada setiap kuadrat pada tiap transek.

Pimpinan unit kerja dalam rangka pembinaan harus dikaitkan dengan kebijakan dan prosedur dan harus ditetapkan secara tertulis, dan terhadap prosedur yang telah

Secara garis besar metode SAW memiliki lima langkah, meliputi (a) menentukan kriteria; (b) menentukan bobot masing- masing kriteria; (c) memberikan nilai rating

7.2.1 Tuliskan jumlah kegiatan pelayanan/pengabdian kepada masyarakat (*) yang sesuai dengan bidang keilmuan PS selama tiga tahun terakhir yang dilakukan oleh dosen tetap yang

Lingkaran ini disebut Iingkaran kelengkungan (circle of curvature) atau Iingkaran oskulasi (osculating circle), jari-jarinya R = 11K&#34; disebut jari-jari

Faktor yang paling mendasar dalam menentukkan kelas kemampuan lahan adalah keadaan lereng, di daerah penelitian mempunyai tiga kemiringan lereng seperti di tunjukkan

(1) Dinas Olahraga, Pemuda dan Pariwisata dipimpin oleh seorang Kepala, mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan daerah

GATT mengharapkan tarif menjadi satu-satunya alat yang digunakan oleh negara-negara anggotanya dalam melindungi industri dalam negerinya dari persaingan dengan industri luar negeri