• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KEBERHASILAN PROGRAM HUTAN KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI KEBERHASILAN PROGRAM HUTAN KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

1

STRATEGI KEBERHASILAN

PROGRAM HUTAN KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

SKRIPSI

JARIAN PERMANA 121201121

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

SKRIPSI

Oleh:

JARIAN PERMANA 121201121

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)

3

STRATEGI KEBERHASILAN

PROGRAM HUTAN KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

SKRIPSI

Oleh :

JARIAN PERMANA 121201121

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

(4)
(5)

i ABSTRAK

JARIAN PERMANA. Strategi Keberhasilan Program Hutan Kemasyarakatan Di Kabupaten Pakpak Bharat. Dibimbing Oleh SAMSURI dan YUNUS AFIFUDDIN

Hutan Kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara dimana pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat. Terdapat 11 kelompok tani di Kabupaten Pakpak Bharat yang telah mengajukan permohonan penyelenggaraan program hutan kemasyarakatan, dimana terdapat 3 kelompok tani hutan yang difasilitasi oleh Lembaga Swadaya Masyarakat dalam proses pengajuan permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm). Tiga kelompok tani hutan tersebut adalah Kelompok Tani Hutan Pemuda Tani desa Aornakan I, Dos Ukur Mersada desa Kuta Tinggi dan Njuah Njerdik desa Sibongkaras. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui tingkat partisipasi Kelompok Tani Hutan (KTH) dalam program hutan kemasyarakatan di Kabupaten Pakpak Bharat; (2) Menentukan strategi dalam pengembangan program hutan kemasyarakatan di kabupaten Pakpak Bharat. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif, analisis tingkat partisipasi dan analisis SWOT.

Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari 3 Kelompok Tani Hutan di tiga desa Kabupaten Pakpak Bharat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi dalam sosialisasi dan pembentukan kelompok tani hutan, monitoring dan evaluasi adalah tinggi. Pada tingkat partisipasi kelompok dalam perencanaan kerja dan pelaksanaan program HKm adalah sedang. Strategi terpilih dalam keberhasilan program hutan kemasyarakatan (HKm) di Kabupaten Pakpak Bharat adalah (1) Meningkatkan peran pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat; (2) Perencanaan pengelolaan areal hutan kemasyarakatan diselaraskan dengan pemanfaatan areal hutan kemasyarakatan untuk pengembangan jenis tanaman kayu dan non kayu; (3) Implementasi program kegiatan pengembangan tanaman lokal; (4) Pembinaan desa oleh tenaga pendamping baik Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Pemerintah daerah maupun Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Lembaga Swadaya terus dilakukan agar proses pengusulan Areal Kerja Hutan Kemasyarakatan dan perencanaan pengelolaan Hutan Kemasyarakatan dapat terus dilaksanakan.

Kata kunci: Hutan Kemasyarakatan, Strategi, Pakpak Bharat

(6)

JARIAN PERMANA. Strategy for Success of Community Forestry Programs in Pakpak Bharat District. Supervised by SAMSURI and YUNUS AFIFUDDIN

Hutan Kemasyarakatan (HKm) is a state forest where the main use to empower local communities. There were 11 farmer groups in Pakpak Bharat District who had submitted applications for hutan kemasyarakatan programs, meanwhile there were 3 forest farmer groups facilitated by Non-Governmental Organizations in the process of applying for a Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm). The three forest farmer groups are the Pemuda Tani Aornakan I village, Dos Ukur Mersada, Kuta Tinggi village and Njuah Njerdik Sibongkaras village. The objectives of this study are: (1) Knowing the participation level of Kelompok Tani Hutan (KTH) in hutan kemasyarakatan programs in Pakpak Bharat Regency; (2) Determine strategies for developing community forestry programs in Pakpak Bharat district. Data analyzed use descriptive analysis, participation levels and SWOT. Data used in this study came from 3 Forest Farmer Groups in the 3 villages of Pakpak Bharat district. The research showed that the level of participation in the dissemination and formation of forest farmer groups, monitoring and evaluation was high, meanwhile the level of group participation in work planning and implementation of the HKm program is moderate. The chosen strategy in the success of the Hutan Kemasyarakatan (HKm) program in Pakpak Bharat District were (1) Increasing the role of Pakpak Bharat district government; (2) Planning for management of community forest areas is harmonized with the utilization of community forest areas for the development of timber and non-timber species; (3) Implementation of local plant development programs; (4) Village guidance by assistants both Field Extension Officers Local governments and Self-Extension Field Officers continue to be carried out so that the process of proposing Community Forestry Work Areas and Community Forest Management planning can be carried out.

Keywords: Community Forestry, Strategy, Pakpak Bharat

(7)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Purbaganda Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten Simalungun pada tanggal 13 oktober 1994 dari ayah yang bernama Sugiarto dan ibu Syahdariana. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Tahun 2012 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bandar dan pada tahun yang sama penulis masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti kuliah penulis pernah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2014 di Pulau Sembilan, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat. Pada bulan Februari – Maret 2017 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Taman Nasional Gunung Leuser Provinsi Sumatera Utara. Pada Tahun 2017 penulis melaksanakan penelitian dengan judul Strategi Keberhasilan Program Hutan Kemasyarakatan di Kabupaten Pakpak Bharat.

(8)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini.

Skripsi ini berjudul “Strategi Keberhasilan Program Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Kabupaten Pakpak Bharat” yang ditulis sebagai salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan program S1 (sarjana), Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan Skripsi ini Penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, sehingga proses penulisan dapat berjalan lancar dan dapat diselesaikan. Untuk itu Penulis dengan segala ketulusan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Samsuri, S.Hut, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I Penulis.

Terima kasih atas bimbingan dan pengarahannya dalam penulisan hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.

2. Bapak Yunus Afifuddin, S.Hut, M.Si, selaku Dosen pembimbing II Penulis. Terima kasih atas segala perhatian dan waktu yang bapak luangkan serta kesabaran yang luar biasa atas bimbingan dan pengarahannya terhadap penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Evalina Herawati S.Hut, M.Si, selaku penguji skripsi. Terima kasih atas saran, kritikan serta nasehat yang diberikan kepada saya.

4. Bapak Affifudin Dalimunthe SP, MP, selaku penguji skripsi. Terima kasih atas saran, kritikan serta nasehat yang diberikan kepada saya.

5. Bapak Dr. Bejo Slamet, S.Hut, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengesahan terhadap skripsi penulis.

6. Bapak Dr. Rudi Hartono, S.Hut, M.Si, selaku Wakil Dekan I Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Terimakasih atas perhatian dan waktu yang diluangkan dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan studi perkuliahan.

(9)

v

7. Instansi terkait, dalam hal ini Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah XIV Sidikalang unit Kabupaten Pakpak Bharat, Balai Perhutanan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Sumatera Utara, dan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara.

8. Yayasan Pesona Tropis Indonesia (PETAI). Terimakasih atas kesempatannya menjadi salah satu pendamping HKm dan suporter penelitian skripsi ini terkhusus kepada bang Masrizal, bang Boby Nopandry, bang Topik, bang Aramico, bang Muamar BM, dan Fauziah.

9. Orangtua penulis tercinta, Ibu Syahdariana yang telah melahirkan penulis dan mendoakan keselamatan dan kebaikan lainnya dalam hidup di dunia dan akhirat, ibu Susi yang telah membesarkan saya dan memenuhi segala kebutuhan penulis hingga sampai saat ini, Bpk Sugiarto, dan Bpk Suriadi Samosir.

10. Kepada Pak Husainy, Usman, ibu Sukiani, ibu Mawarni, abang Wais Alqurny, abang Yon Utomo, abang Fajar Kaprawi, abang Fazlul Rozi . Atas segala bentuk dukungan dan doanya selama ini serta berbagai kontribusi lainnya yang sangat memabantu penulis dalam menyelesaikan studi ini.

11. Sahabat – sahabat terbaik penulis : Pikri HOR, Ahmad Gozali, San’ul Iksan, Sujarwo, Jayjay Panggabean, Adi Anggraha Tarigan, Perdana Mora, Jonathan Siburian, Denizen, Rosa Helen, Muh. Azroi, Angga Winoto, Dody Tobing, Arif Azhari, Riza Fabelan. Terima kasih atas segala bentuk dukungan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan studi perkuliahan.

12. Adik-Adik Junior Terbaik : Rizky Kurniawan Saragih, Abdul Rifqi Ritongah, Nanda Anugrah Lubis, Reza Akbar, Rizkana, Erwin Sentosa, Acong, Hugo Febrianti, Topik. Terima kasih adinda

Medan, Maret 2019

Penulis

(10)

Halaman

ABSTRAK ... i

ABTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA... 5

Pengertian dan Konsep Strategi ... 5

Partisipasi Masyarakat ... 5

Hutan Kemasyarakatan ... 7

Deskripsi Wilayah Kabupaten Pakpak Bharat ... 8

Desa Aornakan I ... 8

Desa Kuta Tinggi... 10

Desa Sibongkaras ... 11

METODE PENELITIAN ... 14

Lokasi Penelitian ... 14

Alat dan Bahan ... 14

Jenis Penelitian ... 15

Metode Penelitian ... 15

Metode Pengumpulan Data ... 15

Populasi dan sampel ... 16

Teknik Pengambilan Sampel ... 18

Analisis Data ... 19

(11)

vii

Analisis Data Tingkat Partisipasi ... 19

Analisis SWOT ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

Analisis Tingkat Partisipasi ... 24

1.Partisipasi dalam sosialisasi Program HKm dan Pembentukan Kelompok Tani Hutan ... 24

2.Partisipasi dalam Pembuatan Rencana Kerja dan Pelaksanaan Program Hkm ... 25

3.Partisipasi dalam Peningkatan Hasil Tani dan Monitoring Pelaksanaan Program Hutan Kemasyarakatan ... 26

4.Partisipasi dalam Evaluasi Program Hutan Kemasyarakatan .... 27

Analisis Faktor Pengaruh Keberhasilan Program Hkm di Kabupaten Pakpak Bharat ... 28

Faktor Internal ... 31

Faktor Eksternal ... 32

KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

Kesimpulan ... 38

Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

No. Halaman 1. Kuadran SWOT ... 21 2. Tahapan Penelitian... 23 3. Posisi Strategi Program Hutan Kemasyarakatan di 3 (tiga) Desa

Kabupaten Pakpak Bharat ... 33

(13)

ix

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Dusun (Kappung) di Desa Sibongkaras ... 13

2. Data yang Dibutuhkan dalam Penelitian ... 16

3. Sampel Responden pada Pemberian Rating untuk Strategi ... 17

4. Sampel Responden pada Pemberian Bobot untuk Strategi ... 18

5. Matriks Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) ... 20

6. Matriks External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS) ... 20

7. Tingkat Partisipasi Sosialisasi dan Pembentukan Kelompok Tani Hutan dalam Program Hutan Kemasyarakatan ... 24

8. Partisipasi dalam Pembuatan Rencana Kerja dan Pelaksanaan Program Hutan Kemasyarakatan ... 25

9. Partisipasi dalam Peningkatan Hasil Tani melalui Sekolah Lapang Kopi dan Monitoring Pelaksanaan Program HKm ... 26

10. Partisipasi dalam Evaluasi Kelompok Tani Hutan HKm... 27

11. Pembobotan oleh Berbagai Pihak pada Faktor Internal ... 29

12. Pembobotan oleh Berbagai Pihak pada Faktor Eksternal ... 30

13. Matriks Hasil Internal Factors Analysis Summary (IFAS) ... 31

14. Matriks Hasil Analisis External Factors Analysis Summary (EFAS) 32 15. Diagram Matriks Analisis SWOT Strategi Hutan Kemasyarakatan di 3 (tiga) Desa Kabupaten Pakpak Bharat ... 34

(14)

No. Halaman

1. Kuesioner Tingkat Partisipasi ... 41

2. Kuesioner Analisis SWOT ... 46

3. Rekapitulasi Tingkat Partisipasi Kelompok Njuah Njerdik Desa Sibongkaras ... 51

4. Rekapitulasi Tingkat Partisipasi Kelompok Pemuda Tani Desa Aornakan I ... 52

5. Rekapitulasi Tingkat Partisipasi Kelompok Dos Ukur Mersada Desa Kuta Tinggi ... 53

6. Rekapitulasi Penentuan Rating dalam SWOT... 54

7. Rekapitulasi Penentuan Bobot dalam SWOT ... 55

8. Foto-foto Kegiatan Pengambilan Data Penelitian ... 56

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kawasan hutan tropis basah (tropical rain forest) terluas kedua di dunia setelah Brazilia. Namun demikian, sejak tiga dekade terakhir ini kawasan hutan di Indonesia mengalami degradasi dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini selain karena jumlah penduduk yang mengandalkan hutan sebagai sumber penghidupan terus meningkat dari tahun ke tahun, juga terutama karena pemerintah secara sadar telah mengeksploitasi sumber daya hutan sebagai sumber pendapatan dan devisa negara (state revenue) yang paling diandalkan setelah sumber daya alam minyak dan gas bumi (Barber, 1989).

Seiring dengan kondisi pengelolaan kawasan hutan dan kebutuhan masyarakat disekitar hutan terus-menerus diperhatikan agar masyarakat sekitar hutan tidak kehilangan serta dapat mengakses dan memberdayakan sumberdaya mereka. Oleh karena itu, dengan tetap mengacu pada UU 41 tahun 1999 tentang kehutanan, diterbitkanlah satu kebijakan pemerintah yang mulai memberikan ruang dan akses masyarakat di sekitar hutan terhadap kawasan hutan. Kebijakan Pemerintah ini berupa terbitnya Peraturan Menteri Kehutanan No. P.37/Menhut- II/2007 tentang hutan kemasyarakatan, yang selanjutnya diikuti dengan perubahan perubahan dan perbaikan (Permenhut No. P.18/Menhut- II/2009, Permenhut No.

P.13/Menhut-II/2010, Permenhut No. P52/Menhut-II/2011), Permenhut No.

P.88/Menhut-II/2014 hingga permenhut No. P.83/MenLHK-II/2016. Salah satu yang menjadi pusat perhatian pengelolaan hutan berbasis masyarakat pada Kabupaten Pakpak Bharat ialah adanya program Hutan Kemasyaratan. Menurut peraturan menteri lingkungan hidup nomor P.83/menLHK-II2016 Hutan Kemasyarakatan yang selanjutnya disingkat HKm adalah hutan negara yang pemanfaatannya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat. Dalam pelaksanaannya ditujukan kepada kelompok tani yang telah siap berdasarkan kesiapan masyarakat baik secara sumberdaya manusianya dan sumberdaya alamnya.

(16)

Pada tahun 2011 terdapat 11 desa yang mengajukan usulan permohonan pengembangan hutan kemasyarakatan seluas 10.000 ha di Kabupaten Pakpak Bharat. Dalam pengajuan permohonan tersebut sampai saat ini masih 3 (tiga) Desa yang difasilitasi dan didampingi oleh Yayasan Pesona Tropis Alam Indonesia (PETAI) sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan adil melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat dalam program hutan kemasyarakatan ke Bupati Pakpak Bharat (PETAI, 2016). Tiga Desa tersebut antara lain Desa Aornakan I, Desa Kuta Tinggi dan Desa Sibongkaras yang membentuk 3 (tiga) Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan yaitu Kelompok Tani Hutan (KTH) HKm Pemuda Tani Desa Aornakan I, Kelompok Tani Hutan (KTH) HKm Dos Ukur Mersada Desa Kuta Tinggi dan Kelompok Tani Hutan (KTH) HKm Njuah Njerdik Desa Sibongkaras. Selanjutnya difasilitasi juga oleh pemerintah melalui Dinas Kehutanan, Pertambangan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Pakpak Bharat.

Dari 3 (tiga) desa tersebut terdapat satu desa yang sangat berpotensi sebagai wilayah program Hutan Kemasyarakatan yaitu Desa Sibongkaras. Desa Sibongkaras adalah salah satu desa di Kabupaten Pakpak Bharat yang mengusulkan pengembangan program hutan kemasyarakatan. Pengusulan tersebut dilatar belakangi wilayah administrasi desa merupakan kawasan hutan lindung Sikulapping Register 71. Sehingga masyarakat harus menggarap kawasan hutan tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Secara umum masyarakat Desa Sibongkaras, kapasitas sumber daya masyarakat masih rendah dalam membangun desa berbasiskan swakarya. Secara statistik angka angkatan kerja penduduk desa mencapai 40,77 persen jika dilihat jumlah penduduk usia produktif sebanyak 151 Jiwa dengan perbandingan jumlah sumber daya manusia yang tersedia ada sebanyak 357 jiwa. Ketersediaan sumber daya manusia yang rendah di Desa Sibongkaras dapat dilihat dari tingkat jenjang pendidikan dimana pada umumnya masyarakat desa hanya sampai pada tingkat Sekolah Dasar dan sama sekali tidak memiliki pendidikan.

(17)

3

Pengelolaan sumber daya manusia yang benar akan menentukan keberhasilan pembangunan desa. Namun keterampilan dan kemampuan dasar bertani secara andragogi telah dimiliki dimana para petani melalui pengalaman kerja di kebun dalam pengembangan sektor perkebunanan dan pertanian.

Walaupun sistem pertanian masyarakat masih menggunakan sistem lahan berpindah. Hal ini berdampak terhadap semakin tingginya laju deforestasi dan degradasi hutan dengan sistem yang mereka terapkan dalam bertani. Hal tersebut tidak dapat dihindari karena masyarakat desa Sibongkaras tidak memiliki lahan selain lahan yang termasuk dalam kawasan hutan lindung. Sumber daya manusia yang rendah dan sistem pertanian berpindah diatas dapat menjadi dampak terhadap program Hutan Kemasyarakatan yang diselenggarakan di Kabupaten Pakpak Bharat khususnya Desa Sibongkaras. Keberhasilan pembangunan kehutanan sangat ditentukan oleh sejauh mana tingkat partisipasi masyarakat dalam berkontribusi terhadap upaya pengelolaan hutan dan kualitas sumberdaya manusia yang mendukungnya (Mairi, 2014 ).

Perumusan Masalah

Beberapa permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian yang berrjudul “Strategi Keberhasilan Program Hutan Kemasyarakatan di Kabupaten Pakpak Bharat” adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat partisipasi kelompok tani hutan dalam berkonstribusi terhadap program Hutan kemasyarakatan di Kabupaten Pakpak Bharat.

2. Strategi apa yang dapat digunakan untuk terus dikembangkan pada pelaksanaan program hutan kemasyarakatan di Kabupaten Pakpak Bharat.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Mengetahui Tingkat Partisipasi Kelompok Tani Dalam berkonstribusi program Hutan Kemasyarakatan di Kabupaten Pakpak Bharat.

2. Mendapatkan strategi dalam pengembangan program hutan kemasyarakatan di Kabupaten Pakpak Bharat.

(18)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi sehubungan dengan Pengembangan Inisiatif Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) Melalui Skema Hutan Kemasyarakatan (HKm) terhadap para pihak baik instansi pemerintah maupun instansi non pemerintah serta akademisi Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

(19)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian dan Konsep Strategi

Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani strategeta (stratos = militer ; ag

= memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral. Konsep strategi dapat didefenisikan berdasarkan 2 perspektif yaitu (1) dari perspektif apa suatu organisasi ingin dilakukan (intens to do), dan (2) dari perspektik apa yang organisasi akhirnya lakukan (eventually does). Berdasarkan perspektif yang pertama strategi dapat didefinikan sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan misinya sedangkan berdasarkan perspektif yang kedua, strategi didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu (Nawawi, 2010).

Analisis SWOT adalah suatu cara menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal menjadi langkah-langkah strategi dalam pengoptimalan usaha yang lebih menguntungkan. Dalam analisis faktor-faktor internal dan eksternal akan ditentukan aspek-aspek yang menjadi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), kesempatan (Oppurtunity), dan yang menjadi ancaman (Treathment) sebuah organisasi. Dengan begitu akan dapat ditentukan berbagai kemungkinan alternatif strategi yang dapat dijalankan (Rangkuti, 2005).

Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat dibutuhkan untuk mencapai tujuan PHBM.

Partisipasi sebagai penyertaan mental dan emosi seseorang didalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk menyumbangkan ide, pikiran dan perasaan yang terciptanya tujuan bersama-sama bertanggung jawab terhadap tujuan tertentu.

Dalam bidang pemerintahan, partisipasi masyarakat merupakan salah satu dimensi governance. Governance merupakan konsep yang menggambarkan kondisi ketika pemerintah (government) bukan lagi satu-satunya pihak yang menjalankan pemerintahan. Thoha (2010) mengemukakan bahwa konsep governanc merupakan konsep demokratis. Menurutnya konsep penyelenggaraan pemerintahan yang baik terletak seberapa jauh konstelasi antara tiga komponen

(20)

rakyat, pemerintah dan pengusaha berjalan secara kohesif, selaras, kongruen dan sebanding. Apabila sistem keseimbangan di antara ketiganya tidak berjalan baik, berbagai penyimpangan dapat terjadi.

Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil pembangunan (Sumaryadi, 2010).

Astuti (2014) membedakan patisipasi menjadi empat jenis yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan.

Ketiga, partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan dan keempat, partisipasi dalam evaluasi.

Pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Wujud partisipasi dalam pengambilan keputusan ini antara lain seperti ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.

Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan sumber daya dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program. Partisipasi dalam pelaksanaan merupakan kelanjutan dalam rencana yang telah digagas sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan.

Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi dalam pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari presentase keberhasilan program.

Keempat, partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi dalam evaluasi ini berkaitan dengan pelaksanaan pogram yang sudah direncanakan sebelumnya.

Partisipasi dalam evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang sudah direncanakan sebelumnya.

(21)

7

Perencanaan secara partisipatif dijelaskan yaitu merupakan hak dimiliki oleh masyarakat untuk dapat terlibat secara demokratis dalam menentukan berbagai hal yang menyangkut kehidupannya. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa masyarakat memiliki hak untuk berperan aktif dan terlibat secara utuh dalam perencanaan (Nurcholis, 2009)

Hutan Kemasyarakatan

Menurut peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No P.83/MenLHK-II/2016 hutan Kemasyarakatan yang selanjutnya disingkat dengan HKm adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat. Pemberdayaan masyarakat setempat adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan adil melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Penyelenggaraan HKm dimaksudkan untuk pengembangan kapasitas dan pemberian akses kepada masyarakat setempat untuk mengelola kawasan hutan secara lestari guna penciptaan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan serta untuk menyelesaikan persoalan sosial (Kementerian Lingkungan Hidup, 2016).

Sejalan dengan terjadinya pergeseran paradigma pembangunan ke arah demokratisasi ekonomi serta adanya krisis ekonomi, telah menimbulkan kesan dan pergeseran penilaian masyarakat tentang pengelolaan hutan yang bersifat footlose industry (tidak berdampak ekonomi pada wilayah di sekitarnya).

Akibatnya apabila tidak ada upaya-upaya mengantisipasinya, maka dalam jangka panjang menimbulkan permasalahan pokok yakni: kerusakan hutan, tingkat erosi yang cukup tinggi dan kemiskinan masyarakat di sekitar hutan (Twarkins dan Robertson, 2001).

Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat dalam rangka membangun hutan yang lestari yaitu:

a) upaya ini harus terarah (targeted), artinya upaya yang dilakukan ditujukan secara langsung kepada yang memerlukan, yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai denga kebutuhannya; b) harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat dalam pengelolaan hutan yang menjadi

(22)

sasaran, dengan tujuan sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain dari pada itu, untuk terus meningkatkan keberdayaan (empowering) masyarakat dengan pengalaman dan merancang, melaksanakan, mengelola hutan agar berkelanjutan, mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya; c) menggunakan pendekatan kelompok, karena apabila secara sendiri-sendiri masyarakat sulit dapat memecahkan masalah- masalah yang dihadapinya (Pierre, 2001).

Berdasarkan paradigma tersebut maka keberhasilan pembangunan kehutanan sangat ditentukan oleh sejauh mana tingkat partisipasi masyarakat dalam berkontribusi terhadap upaya pengelolaan hutan dan kualitas sumberdaya manusia yang mendukungnya (Mairi, 2014 ).

Deskripsi Wilayah Kabupaten Pakpak Bharat

Letak wilayah Kabupaten Pakpak Bharat berada pada 02°15’48” - 02°47’06” LU dan 98°04’49” - 98°28’02” BT dengan luas wilayah 136.245 Ha dan 80,51 % merupakan Kawasan Hutan Negara

Ketinggiaan : 250 - 1.400 mdpl Curah Hujan : 4.044 mm/Tahun

Batas wilayah : - Sebelah Timur – Kab. Dairi & Kab. Samosir

- Sebelah Barat – Kab. Aceh Singkil & Kota Subulussalam - Sebelah Utara – Kab. Dairi

- Sebelah Selatan-Kab. Humbahas & Kab. TapTengah

Desa Aornakan I

a. Lokasi dan Keadaan Alam

Desa Aornakan I bersebelahan dengan kawasan Hutan Lindung, yang berjarak 500 m sampai dengan 1 km dari pemukiman Desa Aornakan . Secara administrasi Desa Aornakan termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut, Kabupaten Pakpak Bharat Provinsi Sumatera Utara.

Secara topografi Desa Aornakan I berada di perbatasan kawasan hutan lindung dengan ketinggian 850-900 mdpl dengan kontur permukiman landai dan berbukit bukit. Untuk wilayah tertentu kawasan desa ada yang berkontur berbukit dan lereng. Jarak tempuh dari kecamatan ke Desa Aornakan I bisa ditempuh selama

(23)

9

15 menit sampai dengan 30 menit perjalanan. Desa ini dapat dilalui dengan menggunakan kendaraan umum. Sepanjang perjalan dari kecamatan Salak menuju kecamatan Pergenteng-Getteng Sengkut akan melewati kondisi jalan yang beraspal dengan tebing tanah yang cukup tinggi dan sekali sekali akan terlihat beberapa titik jalan yang mengalami perbaikan karena timbunan longsor tanah dari atas dan longsor tanah ke bawah. Menuju Desa Aornakan I kita juga harus melalui beberapa desa tetangga. Desa Aornakan I memiliki kontur tanah datar dan bergelombang berbukit-bukit, yang memiliki batas batas wilayah sebagai berikut :

- Utara berbatasan dengan desa Salak I

- Timur berbatasan dengan desa Binanga Boang - Barat berbatasan dengan Desa Aornakan II - Selatan berbatasan dengan Desa Kuta tinggi b. Sejarah Desa.

Desa Aornakan I dahulunya adalah Desa Aornakan yang didirikan 3 (tiga) mpung bersaudara, masing-masing kakak beradik yang sering disebut Manik Kuta Tao, Manik Kite Papan dan Manik Ari Tutun. Seiringnya waktu ketika mereka berpisah yang satu tinggal di Aornakan II yaitu Manik Kuta Tao. Sebagian lagi tinggal di Aornakan I yaitu Manik Ari Tutun dan Manik Kite Papan tetap bersama sama tinggal di Desa Aornakan I. Desa Aornakan I menjadi nama sebuah desa karena disebabkan oleh pemekaran desa di kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut disitulah terbaginya Desa Aornakan menjadi dua yaitu Desa Aornakan I dan Desa Aornakan II. Dalam hal tersebut Desa Aornakan terkenal dengan desa penghasil padi yang terbanyak di kecamatan Salak sebelum berdirinya kecamatan Pergeteng Getteng Sengkut.mulai dibuka pada tahun 1.500-an karena di Desa Aornakan I masih terdapat mejan/menhir oleh marga Manik. Pada umumnya desa Aornkan I bersuku Pakpak yang memiliki 4 (empat) Dusun yaitu dusun Pajenah, Sinderung, Singguang-guang dan Urut Rimbaru

Sejarah kepemimpinan Desa Aornakan I sudah cukup lama dimana desa untuk awalnya dipimpin oleh seorang Mpung marga Manik. Menurut masyarakat desa diketahui bahwa Desa Aornakan I telah memiliki beberapa orang kepala Mpung atau yang dikenal sekarang dengan kepala desa, yang semuanya bermarga Manik (Pemerintahan Desa Aornakan I, 2015).

(24)

Desa Kuta Tinggi

a. Lokasi dan Keadaan Alam

Desa Kuta Tinggi memiliki jumlah penduduk sebanyak 258 KK/ 1.290 jiwa dengan luas wilayah desa sekitar 1.350 km2 yang berada di sebelah tenggara kawasan Hutan Lindung Sikulaping yang berjarak 500 m sampai dengan 1 km dari Desa Kuta Tinggi. Secara administrasi desa ini berada di kecamatan Salak, Kabupaten Pakpak Bharat Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 1.005 mdpl. Jarak tempuh dari ibu kota Salak ke Desa Kuta Tinggi bisa ditempuh selama 30 ssampai dengan 40 menit perjalanan dan bisa menggunakan kendaraan umum. Wilayah Desa Kuta tinggi memiliki kontur tanah datar yang digunakan untuk kawasan permukiman, untuk kawasan desa yang landai berlembah digunakan masyarakat desa untuk penggunaan lahan pertanian basah dan lahan desa yang berbukit-bukit dan lereng berada di kawasan perladangan kering dan perkebunan desa dan kawasan hutan.

Kondisi desa masih terjaga dengan baik dimana tutupan hutan untuk kawasan daerah resapan air yang berada di hutan lindung sikulaping masih terjaga dengan baik. Tingkat interaksi masyarakat Desa Kuta Tinggi dengan kawasan hutan masih tergantung dalam kegiatan pengelolaan hasil hutan non kayu berupa menyadap getah kemenyan dan pengambilan rotan dan buah-buahan dan daun- daunan dari kawasan hutan. Persawahan dan pertanian.berikut batas batas Wilayah Desa Kuta tinggi.

- Utara berbatas dengan desa Pinaggalan Binanga Boang - Timur berbatas dengan desa Cikaok

- Barat berbatas dengan Desa Sibongkaras

- Selatan berbatas dengan Kab. Humbang Hasundutan b. Sejarah Desa.

Desa Kuta Tinggi pertama kali dibuka oleh tiga bersaudara yang dahulunya berkelahi, dimana saat itu seorang abang ingin membunuh kedua adiknya dan kedua adiknya ini lari ke lereng gunung hingga mereka mengatakan patikkil tikkil-nya kedatangan abang supaya dia dan kawan kawannya tidak tau kita ada disini. Namun singkat cerita jadilah kampung ini namanya Kuta Tinggi.

Imformasi dari desa hanya sedikit orang saja yang mengetahui sejarah Desa Kuta

(25)

11

tinggi yang berdominan bermarga Bancin. Dimana saat ini Desa Kuta Tinggi Memiliki 5 (lima) Dusun yaitu dusun Napa Tumbuk, Kuta Baru, Sosial Kuta Tinggi, Sondel, Kutarimbaru (Pemerintah Desa Kuta Tinggi, 2015).

Desa Sibongkaras

a. Lokasi dan Keadaan alam

Desa Sibongkaras merupakan desa yang berada di dalam kawasan Hutan Lindung. Kondisi desa yang dikelilingi lahan perkebunan dan perbukitan, masyarakat sibongkaras masih bisa dikatakan alam hutan yang masih hijau dimana desa terletak dataran kaki dan lereng gunung yang terjal dan hutan sehingga desa ini memiliki kontur tanah yang berbukit-bukit dengan tingkat kemiringan mecapai 75%. Secara administrasi wilayah Desa Sibongkaras masuk ke dalam administrasi Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat Provinsi Sumatera Utara. Dengan luas wilayah 32.000 ha dengan memiliki ketinggian ketinggian rata-rata mencapai 900 - 950 mdpl.

Lahan permukiman pada umumnya berada dalam kawasan hutan lindung yang tersusun rapi dan perkebunan secara ilmiah dan mempunyai jarak rumah antara 10-20 meter hingga 1 km di badan jalan desa dengan tingkat penyebarannya tidak merata. Wilayah Desa Sibongkaras dikelilingi oleh hutan lindung dan lahan perkebunan kemeyan, kopi, nenas, kakao, gambir, nilam dan durian dalam hamparan kawasan hutan hijau yang berkontur berbukit-bukit, dan biasanya masyarakat menyebutnya dengan bahasa lokal ‘D’lleng’. Berdasarkan kunjungan lapangan yang terlihat dari jalan dan penuturan tokoh raja huta disebut Sukut Nitalun bahwa kondisi kontur Desa Sibongkaras meliputi wilayah daratan 25% dan berbukit-bukit dan 75%. Lahan dataran rendah oleh masyarakat di peruntukan untuk lahan permukiman dan persawahan padi gogo, sedang kondisi lahan yang berbukit-bukit diperuntukan untuk lahan perkebunan dan kawasan hutan desa. Jarak tempuh Desa Sibongkaras dari ibu kota kecamatan Salak sepanjang 32 km dengan waktu perjalanan sekitar 3 sampai 4 jam dari simpang jalan Sukarame.

(26)

b. Sejarah desa

Desa Sibongkaras adalah salah satu desa di wilayah kecamatan Salak kabupaten Pakpak Barat yang terletak di barat daya. Desa Sibongkaras memiliki sejarah yang panjang. Namun dahulu hutan Sibongkaras yang menjadi tempat bermukimnya raja-raja Pakpak. Pada masa itu sebelum zaman VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) Belanda datang. Keberadaan kegiatan masyarakat raja- raja zaman dahulu di wilayah Sibongkaras masih bisa kita jumpai dalam bentuk peninggalan patung-patung yang terbuat dari batu. Menurut penuturan raja huta atau yang biasanya masyarakat lokal menyebut golongan ini sebagai ‘Sukut Ni Talun, bahwa Desa Sibongkaras mulai dibuka pada masa dulu dari zaman Belanda belum datang ke daerah Pakpak Bharat tahun 1900-an.

Menurut para orang tua di Desa Sibongkaras, masyarakat Sibongkaras beribu kota di Barus Daerah Tapanuli Tengah. Pemegang stambuk raja pada saat itu bermarga Berutu. Pembukaan wilayah desa ini melalui proses yang cukup panjang dengan dimulai konflik sosial perang marga di tanah Pakpak dimana suku Pakpak ini berasal dari India belakang di Teluk Tonkin wilayah India Cina Asia.

Dengan keadaan perang yang menimbulkan banyak kematian sebagaimana dihimpun dari sumber Sukut Nitalun, dimana dahulunya salah satu yang meninggal dunia akan dibakar dan abunya dikumpulkan di suatu tempat yang disebut Pertulanan.

Sibongkaras itu dulunya adalah nama seorang raja. Namun marga Berutu itu terbagi tiga yaitu Berutu Parmangmang, Berutu Sinabul dan Berutu Cikaok dimana dilangsir hasil cerita tetua-tetua raja yang masih hidup hingga sekarang Desa Sibongkaras atau Raja Bongkaras atau yang sering dikatakan Raja Kerahan yang artinya Raja Ikuten masih ada Raja Berutu yang saat itu di takuti kehadirannya yaitu Raja Johannes. Beliau ini adalah anak dari seorang raja sebelum Raja Bongkaras dan pada masa itu Raja Johannes pada masa itu disekolahkan oleh Belanda, setelah menyelesaikan sekolahnya beliau juga diberi ilmu kebathinan oleh ayahnya hingga membuat Belanda khawatir tentang keberadaannya di tanah Pakpak (tanah marga berutu) dan mengadu domba marga berutu dengan cara pemilihan Pertaki atau kepala kappung melalui pemilihan secara terbuka di tanah berutu. Namun belanda juga mencalonkan salah satu

(27)

13

marga berutu dari desa Ulumerah yang bernama Barhan hingga saat pemilihan pihak belanda memberikan money politik kepada masyarakat untuk memenangkan pemilihan pertaki dari ulumerah. Ketika terpilihnya pemilihan pertaki dari Ulu Merah namun yang diberi upeti tiap bulan adalah raja johannes timbullah kecemburuan dari pertaki terpilih hingga memutuskan membunuh raja johannes (yang kemudian menjadi Desa Sibongkaras).

Seiring bertambahnya waktu, penduduk desa yang bermukim di wilayah Sibongkaras juga sudah semakin bertambah banyak. Wilayah hutan yang berada di kawasan hutan lindung. Meskipun sebenarnya yang lebih berhak atas wilayah Sibongkaras adalah marga Berutu sebagai raja huta atau sukut nitalun yang sekarang dikenal di Desa Sibongkaras. Ada beberapa tokoh masyarakat bahwasanya Desa Sibongkaras mempunyai nama-nama Kappung Sibongkaras pada masa penjajahan belanda yaitu ada empat :

Tabel 1. Dusun (Kappung) di Desa Sibongkaras Nama

Dusun/Kappung

Nama Tokoh Masyarakat 1. Pinagar - Pager

- Bajak - Ijin

2. Pangguhen - Skkt Berutu - Mantas Berutu 3. Nantenun - Sinabung Berutu

- Sikkat Berutu

4. Salak - Jabat Berutu - Anggah Berutu - Mangancip Berutu

(28)

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November tahun 2016 sampai dengan Januari tahun 2017 di Desa Aornakan I, Desa Kuta Tinggi dan Desa Sibongkaras Kabupaten Pakpak Bharat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dimana 3 (tiga) desa ini merupakan desa yang sedang menjalani program pengembangan Hutan Kemasyarakatan (HKm) atau dalam proses pengusulan Izin Usaha Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan yang didalamnya terdapat keterlibatan Kelompok Tani Hutan dan Yayasan Pesona Tropis Alam Indonesia (PETAI).

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Laporan –laporan hasil penelitian terdahulu dan berbagai pustaka penunjang seperti buku dan data dari Kesatuan Pengelolaan Hutan XIV Wilayah Dairi Pakpak Bharat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (PETAI) yang sedang mendampingi masyarakat dalam pengembangan program Hutan Kemasyarakatan

2. Peta wilayah penelitian dan dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian.

3. Kuisioner untuk mengumpulkan data primer.

4. Software MS. Office tahun 2013 untuk mengolah data.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Kamera digital untuk dokumentasi obyek penelitian . 2. Kalkulator untuk melakukan perhitungan.

3. Alat Tulis.

Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif deskriptif:

1.) Analisa data menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan karakteristik responden kelompok tani di lapangan yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan/mata pencaharian, jumlah anggota keluarga, luas lahan kelola dan jenis tanaman yang dihasilkan. Data ini

(29)

15

diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner diolah dengan menentukan persentasi masing-masing karakteristik responden dan dianalisis secara deskriptif .

2.) Analisis Kuantitatif Deskriptif yaitu menganalisa dengan menjelaskan dari perhitungan hasil kuesioner yang telah disebarkan dan diisi oleh responden.

Dan kemudian dilanjutkan dengan analisis kuantitatif yang menggunakan analisis EFAS dan IFAS yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) merupakan suatu alat yang efektif untuk menyajikan analisa kondisi internal ke dalam matrik yang telah di beri bobot dan rating tertentu untuk mengetahui seberapa besar kekuatan dan kelemahan yang ada di lingkungan internal.

Dimana pemberian bobot dan rating diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner yang telah diolah datanya.

b. Eksternal Strategic Factors Analysis Summary (EFAS), merupakan suatu alat analisa yang menyajikan secara sistimatis, analisa ini cara penelitiannya sama dengan menganalisa IFAS.

Metode Penelitian

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Wawancara terstruktur merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan dalam sebuah pertemuan ataupun musyawarah.

b. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

c. Participant observation merupakan metode pengumpulan data dimana peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari terhadap objek yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.

d. Studi pustaka merupakan pengumpulan data yang menggunakan buku literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

(30)

Tabel 2. Data yang dibutuhkan dalam penelitian

No. Uraian Data Sumber Jenis Data

1. Monografi Desa Sibongkaras, Kuta Tinggi, dan Aornakan, BPS Kab. Pakpak Bharat

Primer

2. Peta Wilayah BPKH Sumut Sekunder

3. Stratifikasi Demografi Desa

BPS, Pemerintah Desa Sibongkaras, Kuta Tinggi, dan Aornakan

Primer

4. Studi Pustaka Perguruan Tinggi USU Sekunder

5. Laporan Kegiatan Program HKm

Yayasan Petai Sekunder

6. Mata Pencaharian Masyarakat

BPS Kab. Pakpak Bharat, Desa Sibongkaras, Kuta Tinggi, dan Aornakan

Primer

7. Sejarah dan Budaya / Kearifan Lokal

Desa Sibongkaras, Kuta Tinggi, dan Aornakan

Sekunder

Populasi dan Sampel a. Tingkat Partisipasi

Pada tingkat pastisipasi dilakukan pada anggota Kelompok Tani Hutan di Kabupaten Pakpak Bharat yaitu KTH HKm Pemuda Tani Desa Aornakan I sebanyak 45 orang, KTH HKm Dos Ukur Mersada Desa Kuta Tinggi sebanyak 27 orang dan KTH HKm Njuah Njerdik Desa Sibongkaras sebanyak 25 orang.

Menurut Arikunto (2010) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dan apabila subyeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar maka diambil sampel antara 10 - 15% atau 20 - 25% atau lebih. Berdasarkan hal tersebut jumlah responden yang diteli sebanyak 97 responden.

b. Strategi Keberhasilan Program Hutan Kemasyarakatan

Pada strategi pengembangan penelitian dilakukan pada beberapa objek yang diangkap berpengaruh dalam pengembangan strategi kelompok tani hutan HKm di Kabupaten Pakpak Bharat dengan total obyek sebanyak 30 responden.

Rincian objek penelitian pada strategi pengembangan ini dapat dilihat pada tabel berikut:

(31)

17

Tabel 3. Sampel pada pemberian rating untuk penentuan strategi

Responden Jumlah Responden

Tokoh Masyarakat Desa Aornakan I 1

Tokoh Masyarakat Desa Kuta Tinggi 1

Tokoh Masyarakat Desa Sibongkaras 1

Pemerintahan Desa Aornakan I 1

Pemerintahan Desa Kuta Tinggi 1

Pemerintahan Desa Sibongkaras 1

Pengurus Kelompok Hkm Desa Aornakan I 1

Pengurus Kelompok Hkm Desa Kuta Tinggi 1

Pengurus Kelompok Hkm Desa Sibongkaras 1

Anggota Kelompok HKm Desa Aornakan I 2

Anggota Kelompok HKm Desa Kuta Tinggi 2

Anggota Kelompok HKm Desa Sibongkaras 2

Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Menengah Pakpak Bharat 1 Badan Pelaksana, Penyuluhan Pertanian perikanan dan Kehutanan

(BP4K)

1

Camat / Staff Kecamatan PGGS 1

Camat / Staff Kecamatan Salak 1

Bupati/Staff bupati 1

Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah XIV Sidikalang 1

Kesatuan Pengelolaan Hutan Unit XV Pakpak Bharat 1

Balai Perhutanan Sosial Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera 1

Masyarakat Yang Bukan Kelompok Desa Aornakan I 2

Masyarakat Yang Bukan Kelompok Kuta Tinggi 2

Masyarakat Yang Bukan Kelompok Desa Sibongkaras 2

Yayasan PETAI 1

TOTAL 31

Berdasarkan hasil survei awal terdapat 31 responden yang menjadi responden kunci dalam pengambilan informasi data untuk penentuan rating faktor.

Responden tersebut berkaitan langsung dalam pelaksanaan program HKm.

Responden kunci tersebut dapat dilihat pada tabel 3 diatas.

(32)

Tabel 4. Sampel responden pada pemberian rating untuk penentuan strategi

Responden Jumlah Responden

Pemerintahan Desa 3 KTH HKm 3

Pengurus Kelompok Tani Hutan HKm 3

Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Menengah Pakpak Bharat 1 Badan Pelaksana, Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (BP4K) 1

Camat / Staff Kecamatan 1

Bupati/Staff bupati 1

KPH wilayah XIV Sidikalang 1

KPH unit XV Pakpak Bharat

Balai Kemitraan Perhutanan Sosial Kemitraan Lingkungan (BPSKL- Sumatera)

1 1

Yayasan Pesona Tropis Alam Indonesia 1

Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Informasi Center (YOSL-OIC)

1

Wahana Lingkungan Hidup Sumut (WALHI-Sumut) 1

TOTAL 16

Sedangkan pada sampel responden kunci dalam penentuan bobot.

Terdapat 16 renponden yang ditemukan oleh responden yang pada tahun 2016- 2017 juga melakukan pengamatan program hutan kemasyarakatan di kabupaten Pakpak Bharat. Pada penelitian ini, responden kunci dalam penentuan bobot dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu 1) Lembaga Pemerintah meliputi: Balai Perhutanan Sosial Kemitraan Lingkungan (BPSKL), Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah XIV Sidikalang, KPH unit XV Pakpak Bharat, Bupati atau Staff bupati, Camat atau Staff camat, Badan Pelaksana Penyuluhan Perikanan Pertanian dan Kehutanan (BP4K) dan Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Menengah Pakpak Bharat; 2) Lembaga Non Pemerintah meliputi: Yayasan PETAI, Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumatera Utara (WALHI-sumut); 3) Masyarakat meliputi : kepala Desa dan Ketua KTH HKm.

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan Sampel pada penelitian ini yaitu nonprobability sampling dimana Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel

(33)

19

yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Metode Nonprobability sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling yang merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dan dipilih secara sengaja oleh peneliti sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan yang selaras dengan penelitian tersebut. Selain itu Metode yang digunakan adalah Snow ball sampling yang merupakan teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Dimana semakin banyak sampel yang digunakan semakin akurat data yang didapat.

Analisis Data

Analisis Data Tingkat Partisipasi

Perhitungan persentase partisipasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Dimana :

P : Persentase Partisipasi

Ni : Jumlah sampel pada kategori (tinggi, sedang atau rendah) N : Jumlah seluruh sampel

Dengan klasifikasi:

1. Partisipasi Rendah, jika Tingkat partisipasi berada pada interval 0-33,33.

2. Partisipasi Sedang,jika Tingkat partisipasi berada pada interval 33,34-66,67.

3. Partisipasi Tinggi, jika Tingkat partisipasi berada pada interval 66,68-100.

(Siburian, 2009)

Dalam pemberian skor jawaban pada tingkat partisipasi Kelompok Tani HKm dimana jika responden menjawab pertanyaan yang sesuai dengan harapan maka diberi skor 100, jika tidak sesuai dengan harapan diberi skor 0, sedangkan jika jawaban antara sesuai dengan tidak sesuai dengan harapan diberi skor 50.

Selanjutnya nilai dirata-rata skor untuk mengetahui tingkat partisipasi kelompok tani terhadap kegiatan pengembangan hutan kemasyarakatan. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sejumlah instrumen penelitian yang mana data tersebut dihitung untuk mencari nilai rata-rata setiap parameter yang diamati dan kemudian diklasifikasikan kedalam kategori tingkat partisipasi

P (%) = Ni / N x 100%

(34)

baik rendah, sedang maupun tinggi, selanjutnya data dianalisis secara kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif.

Parameter yang diamati yaitu 1) Partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosialisasi dan pembentukan kelompok tani hutan terhadap program Hutan Kemasyarakatan; 2) Partisipasi dalam pembuatan rencana kerja (Rencana Umum dan Rencana Operasional) dan pelaksanaan program HKm; 3) Partisipasi kelompok tani HKm dalam Monitoring; 4) Partisipasi dalam evaluasi keterlibatan pengurus atau anggota kelompok dalam Program Hutan Kemasyarakatan.

Analisis SWOT

Analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT dengan melihat faktorfaktor yang menjadi kekuatan objek (strenghts), kelemahan objek (weakness), peluang pengembangan (opportunity), serta kemungkinan faktor- faktor luar yang menjadi ancaman (threaths) (Rangkuti, 2011).

Langkah - langkah Analisis Data pada analisis SWOT yaitu:

1. Melakukan pengklasifikasian data, faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan sebagai Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) , peluang dan ancaman sebagai External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS). Pengklasifikasian ini akan menghasilkan tabel matriks External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS) dan Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS).

Tabel. 5. Matriks Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS)

Faktor-faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor Keterangan Bobot x Rating

Faktor 1

Faktor 2

Tabel. 6. Matriks External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS)

Faktor-faktor Eksternal Rating Bobot Skor Keterangan Bobot x Rating

Faktor 1

Faktor 2

(35)

21

2. Melakukan analisis SWOT yaitu membandingkan antara faktor eksternal:

Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threats) dengan faktor internal:

Kekuatan (Strenghts) dan Kelemahan (Weakness). Analisis SWOT ini kemudian akan menghasilkan tabel matriks SWOT dan tabel matrik IE (Internal – Eksternal).

3. Hitung total Rating dan Bobot Strenght, Weakness, Threat dan Oppurtunity Pemberian nilai bobot berkisar dari 0 (tidak penting) sampai 1 (sangat penting) sehingga perlu disusun skala yang menunjukkan tingkat kepentingan setiap faktor. Pada penelitian ini menggunakan penilaian skala likert. Selanjutnya, rating diberikan pada setiap faktor eksternal dan internal sesuai dengan apa yang dilakukan kelompok tani hutan HKm dalam merespons faktor tersebut.

Penghitungan Bobot dan Rating dapat dilakukan dengan rumus :

a. Bobot b. Rating

Dimana :

Bi = Bobot faktor ke-i i = 1, 2, 3, .... n Ri = Rating faktor ke -i Si = Skor kepentingan faktor ke-i

Kemudian untuk mengetahui posisi dan perkembangan strategi dalam kuadran swot maka dihitung dengan rumus:

4. Kuadran SWOT

Kuadran II (Strategi Perbaikan)

Kuadran I (Strategi Agresif)

Kuadran IV (Strategi Defensif)

Kuadran II (Strategi Diversifikasi)

Gambar 1. Kuadran SWOT Y

X Total Pembobotan Kekuatan – Total

Pembobotan Kelemahan = (X) Dan

Total Pembobotan Ancaman – Total Pembobotan Peluang = (Y)

(36)

a) Kuadran I Strategi S – O (Strenghts – Opportunity/ Kekuatan-Peluang)

Strategi ini disebut stategi agresif. Penerapan strategi melalui pemanfaatan seluruh kekuatan internal yang dimiliki Desa dan masyarakat untuk memanfaatkan peluang eksternal yang ada.

b) Kuadran II Strategi W – O (Weakness –

Opportunity/ Kelemahan – Peluang)

Strategi ini merupakan strategi kompetitif atau diversifikasi. Penerapan strategi ini melalui pemanfaatan seluruh peluang eksternal untuk mengatasi kelemahan internal yang ada.

c) Kuadran III Strategi S – T (Strenghts –

Threats/Kekuatan – Ancaman)

Strategi ini adalah strategi konservatif. Aplikasinya dengan memanfaatkan seluruh kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi ancaman eksternal.

d) Kuadran IV Strategi W – T (Weakness –

Threats/Kelemahan – Ancaman) Strategi ini merupakan strategi defensif.

Strategi ini dipakai dengan meminimalkan kelemahan internal untuk menghindari atau mengurangi

(37)

23

Organisasi Pemerintah, Organisasi Non-Pemerintah dan Masyarakat

Strategi Keberhasilan Program HKm di Kab. Pakpak Bharat

1. Gambaran tingkat pertisipasi KTH HKm Kab. Pakpak Bharat

2. Faktor Internal dan Eksternal yang mempengaruhi program HKm

3. Strategi prioritas yang dapat digunakan dan dikembangkan dalam program HKm di Kabupaten Pakpak Bharat

Teori

1.Pengelolaan Program HKm 2.Teori strategi keberhasilan Program HKM Konsep

1. Konsep Implementasi Pengelolaan ProgramHKm 2. Konsep SWOT

Eksternal Peluang dan

Ancaman

Matriks SWOT

Matriks EFAS Matriks IFAS

Internal Kekuatan dan

Kelemahan

Analisis QSPM

Strategi & Program

Rekomendasi Program Gambar 2. Tahapan Penelitian

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Tingkat Partisipasi

Tingkat partisipasi 3 (tiga) kelompok tani hutan kemasyarakatan (HKm) di 3 (tiga) desa Kabupaten Pakpak Bharat dan hasil tabulasi olahan data menggunakan rumus tingkat partisipasi. Partisipasi tersebut meliputi: 1) partisipasi dalam sosialisasi Program HKm dan Pembentukan Kelompok Tani HKm; 2) partisipasi dalam Pembuatan Rencana Kerja (Rencana umum dan rencana operasional) Kelompok dan Pelaksanaan Program HKm; 3) partisipasi dalam Monitoring dan ; 4) partisipasi dalam Evaluasi. Distribusi hasil analisis tingkat partisipasi kelompok tani HKm dapat dilihat dan dijelaskan secara terperinci dibawah ini yaitu:

1. Partisipasi dalam sosialisasi dan Pembentukan kelompok Tani Hutan dalam Program Hutan Kemasyarakatan

Distribusi hasil olahan data dari 97 responden dari total 3 (tiga) KTH HKm di Kabupaten Pakpak Bharat menjawab tingkat partisipasi dalam sosialisasi program hutan kemasyarakatan KTH HKm dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7. Tingkat Partisipasi Sosialisasi dan Pembentukan Kelompok Tani Hutan dalam Program Hutan Kemasyarakatan

No.

Desa

Kategori

Tinggi (66,68 - 100) Sedang (33,34 - 66,67) Rendah (0 - 33,33) Frekuensi Proporsi

(%)

Frekuensi Proporsi (%)

Frekuensi Proporsi (%)

1 Aornakan I 32 71,11 12 26,67 1 2,22

2 Kuta Tinggi 21 77,78 5 18,52 1 3,70

3 Sibongkaras 21 84 4 16 0 0

Berdasarkan Tabel 7 tersebut dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi tertinggi terdapat pada KTH HKm Njuah Njerdik Desa Sibongkaras dengan persentase sebesar 84%. Hal tersebut terjadi karena masyarakat Desa Sibongkaras memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap program HKm. Selain itu, masyarakat Desa Sibongkaras mengetahui sebelumnya melalui beberapa interaksi sosial dengan beberapa pendamping bahwa program HKm dapat memberikan akses kelola masyarakat terhadap kawasan hutan lindung yang saat ini merupakan

(39)

25

pemukiman Desa Sibongkaras. Oleh karena itu, tingkat partisipasi dalam sosialisasi program HKm di Desa Sibongkaras memiliki persentase yang lebih tinggi dari Desa Aornakan I (71,11%) dan Desa Kuta Tinggi (77,78%).

2. Partisipasi dalam Pembuatan Rencana Kerja (Rencana Umum dan Rencana Operasional) dan Pelaksanaan Program Hutan Kemasyarakatan

Dalam peraturan menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.83/menlhk-II/sekjen/kum.1/10/2016 tentang Perhutanan Sosial dijelaskan bahwa dalam permohohan Izin Usaha Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm) dilampirkan peta ususan lokasi minimal skala 1 : 50.000 berupa dokumen tertulis dan salinan elektronik dalam bentuk shapefile serta Rencana Kerja Operasional dan Rencana Umum KTH HKm dalam bentuk dokumen.

Distribusi hasil olahan data dari penelitian tentang tingkat partisipasi dalam pembuatan rencana kerja kelompok dan pelaksanaan program HKm di 3 (tiga) desa Kabupaten Pakpak Bharat dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 8. Partisipasi dalam pembuatan Rencana Kerja dan pelaksanaan Program HKm Kelompok Tani HKm

No. Desa

Kategori

Tinggi (66,68 - 100) Sedang (33,34 - 66,67) Rendah (0 - 33,33) Frekuensi Proporsi

(%) Frekuensi Proporsi

(%) Frekuensi Proporsi (%)

1 Aornakan I 37 82,22 7 15,56 1 2,22

2 Kuta Tinggi 20 74,07 5 18,52 2 7,41

3 Sibongkaras 18 72 5 20 2 8

Berdasarkan tabel 8 di atas diketahui bahwa tingkat partisipasi dalam pembuatan rencana kerja dan pelaksanaan program HKm, Desa Aornakan I memiliki persentase tertinggi yaitu sebesar 82,22% sedangkan Desa Kuta Tinggi sebesar 74,07% dan yang terendah yaitu Desa Sibongkaras sebesar 72%. Hal tersebut terjadi karena pertemuan untuk pembuatan Rencana Kerja Operasional dan Rencana Kerja Umum dilaksanakan di aula pertemuan Dinas Pertambangan dan Kehutanan Kabupaten Pakpak Bharat yang berada di kota Salak.

Desa Sibongkaras merupakan desa terjauh dengan akses yang sangat sulit untuk dilalui. Berbeda dengan 2 Desa lainnya yang memiliki akses lebih mudah.

Begitupula dengan pelaksanaan program HKm dalam pencanangan usulan

(40)

IUPHKm, diketahui pada jumlah kehadiran KTH HKm Pemuda Tani Desa Aornakan I dalam setiap pertemuan adalah tinggi karena hampir seluruh anggota kelompok hadir pada setiap pertemuan. Hal tersebut juga dikarenakan sebelum program HKm terlaksana kelompok telah membuat kesepakatan terlebih dahulu mengenai komitmen dan antusias anggota kelompok HKm. Berbeda dengan KTH HKm Njuah Njerdik Desa Sibongkaras, cukup banyak anggota kelompok yang kurang dapat memahami bahasa Indonesia dengan baik. Oleh sebab itu, pada setiap pertemuan pelaksanaan program HKm tidak cukup banyak yang hadir atau hadir hanya sekedar mengikuti (PETAI, 2016).

3. Partisipasi dalam Peningkatan Hasil Tani 3 (tiga) Kelompok Tani Hutan melalui Sekolah Lapang Kopi dan Monitoring Pelaksanaan Program Hutan Kemasyarakatan

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti diketahui bahwa hasil tani masyarakat kabupaten Pakpak Bharat khususnya di 3 (tiga) desa Kelompok Tani Hutan HKm umumnya berupa Padi, jeruk dan tanaman kopi di dukung dengan tanaman gambir, nenas, kakao dan kemenyan. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, 3 (tiga) KTH HKm menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan hasil tani. Upaya tersebut ialah sekolah lapang kopi yang selama prosesnya didampingi LSM lokal yaitu Pesona Tropis Alam Indonesia (PETAI).

Partisipasi masyarakat dalam meningkatkan hasil tani kopi melalui sekolah lapang kopi dan pelaksanaan program HKm di 3 (tiga) kelompok Tani Hutan Hkm kabupaten Pakpak Bharat dapat dilihat melalui tabel dibawah ini:

Tabel 9. Partisipasi dalam Peningkatan Hasil Tani melalui Sekolah Lapang Kopi dan Monitoring Pelaksanaan Program HKm

No. Desa

Kategori

Tinggi (66,68 - 100) Sedang (33,34 - 66,67) Rendah (0 - 33,33) Frekuensi Proporsi

(%) Frekuensi Proporsi

(%) Frekuensi Proporsi (%)

1 Aornakan I 25 55,56% 15 33,33% 5 11,11%

2 Kuta Tinggi 14 51,85% 10 37,04% 3 11,11%

3 Sibongkaras 5 20% 18 72% 2 8%

Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi tertinggi pada KTH HKm Pemuda Tani Desa Aornakan I yaitu 55,56% dan yang terendah

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Size Terhadap Bond Rating ……….. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Bond

REDESAIN KONTEN DAN PEDAGOGIK GENERIK MATERI REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahwa berdasarkan pertimangan sebagaimana dimaksud huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten

Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran

Capaian Program Jumlah cakupan (jenis) layanan administrasi perkantoran yang dilaksanakan sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku.

Musik underground adalah musik yang merdeka dan bebas, bebas dalam menciptakan lirik, membuat nada, dan untuk mengapresiaikan apa saja, mulai dari cara bersikap, bersosialisasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write tidak efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi

Apakah faktor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (X1), Investasi Daerah(X2), Jumlah Penduduk (X3), Jumlah Pelanggan Listrik (X4) berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah di