2.1. Lokasi dan Petnilihan Tapak
Rumah Susun dan Pusat Perdagangan Tradisional ini berada di pertigaan antara jalan Raya Pandugo dan jalan Pandugo VIII, Kelurahan Penjaringansari (Wonorejo), Kecamatan Rungkut, Surabaya, Jawa Timur yang termasuk dalam unit pengembangan daerah Penjaringansari (Wonorejo) dengan luas 1,4 ha.
Daerah ini diperuntukkan sebagai daerah pemukiman.1
Adapun batas-batas tapak adalah sebagai berikut:
• Utara : Perumahan Nirwana Eksekutif
• Selatan : Lahan kosong dengan beberapa bangunan
• Barat : Perumahan
• Timur : Lahan kosong
Gambaran mengenai lokasi proyek dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 2.1. Peta Lokasi Proyek
1 Rencana Detail Tata Ruang Kota Unit Pengembangan Rungkut tahun 1996/1997 - 2006/2007, Surabaya; Badan Pengembangan Koto Surabaya, 1995, him. 0 - 5 .
7
X
Beberapa hal yang menentukan pemilihan lokasi tersebut adalah:
• Privasi lingkungan.
• Fasilitas yang ada, baik untuk lapangan kerja, pendidikan, dan juga fasilitas transportasi.
• Sebisa mungkin fasilitas untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari agak jauh agar dapat membuka kesempatan untuk membuka usaha pada tapak.
2.2. Pendaerahan (zoning)
Lokasi proyek ini direncanakan akan dibagi menjadi daerah privat, daerah privat yang publik, daerah publik yang privat, dan daerah publik. Pembagian daerah-daerah ini didasarkan penyesuaian terhadap kondisi dan bentuk tapak serta pengaruhnya terhadap penghuni di kemudian hari. Selain itu peletakan masa bangunan juga ditata sesuai dengan aktivitas yang terjadi dalam Rumah Susun tersebut.
Zoning pada desain Rumah Susun dan Pusat Perdagangan Tradisional ini secara garis besar terbagi menjadi dua zona yang dominan, yaitu:
• Zona hunian : Rumah Susun
• Zona perdagangan: Pasar
Secara keseluruhan ruang-ruang yang ada dibagi ke dalam beberapa zona dan karakter ruang.
a. Daerah publik
• Pasar
• Area Pedagang Kaki Lima
• Area parkir
• Fasilitas Poliklinik b. Daerah publik yang privat
• Fasilitas pengelola
• Fasilitas olah raga
• Fasilitas balai bersama
c. Daerah privat yang publik
• WC bersama
• Ruang-ruang interaksi bersama
• Mushola d. Daerah privat
• Unit-unit hunian
Penempatan zona-zona tersebut diatas dapat dilihat seperti berikut:
A: daerah publik
B: daerah publik yang privat C: daerah privat yang publik D: daerah privat
Gambar 2. Pembagian Zoning Pada desain penempatan ini tidak berubah dari rencana awal.
23. Pengaruh Lingkungan Sekitar terhadap Tapak dan Pengaruh Tapak terhadap Lingkungan Sekitar
Pada sekitar tapak didominasi oleh lahan kosong dan perumahan masyarakat menengah (seperti Perumahan Nirwana Eksekutif). Namun ada juga perumahan masyarakat menengah ke bawah seperti yang terletak pada seberang tapak. Dengan melihat keadaan ini, maka Rumah Susun dan Pusat Perdagangan ini direncanakan agar dapat menjadi suatu nodes baru di kawasan tersebut (dengan adanya fungsi sebagai pusat perdagangan) dan juga menjadi satu lingkungan dimana masyarakat dapat benar-benar merasakan keberadaan suatu rumah (terutama untuk penghuni Rumah Susun).
10
Selain itu tampilan kompeks Rumah Susun ini direncanakan selaras dengan lingkungan sekitar yang diperlihatkan dengan bentuk-bentuk atap tropis dan juga menjaga tingkat ketinggian bangunan agar tidak terlihat timpang dengan lingkungan sekitar. Ketinggian bangunan pada tapak direncanakan tidak lebih tinggi dari empat lantai karena pada lingkungan sekitar didominasi dengan ketinggian dua lantai.
Pada desain, site dibuat sedemikian rupa agar memberi kesan terbuka pada lingkungan sekitar. Terutama terlihat dari pemberian plasa pada pertigaan jalan Raya Pandugo dengan jalan Pandugo VIII agar secara visual dapat menangkap perhatian para pengguna lalu lintas. Kemudian untuk tampilan bangunan digunakan bentuk atap perisai dan pelana untuk memberi penekanan arsitektur tropis. Dan untuk ketinggian bangunan, pada desain tinggi bangunan dibagi menjadi bangunan satu lantai sampai empat lantai sesuai dengan perencanaan.
2.4. Pencapaian Tapak 2.4.1. Jalur Lalu Lintas
Jalur pencapaian ke site dapat dicapai dengan beberapa jalur, yaitu:
• Dari Pusat Kota Surabaya:
Site dapat dicapai melalui Jl. Raya Rungkut kemudian masuk ke dalam Jl.
Raya Penjaringansari dan Jl. Pandugo.
Alternatif jalur yang lain adalah melalui Jl. Raya Kedung Baruk menuju ke Jl.
Wonorejo dan masuk ke Jl. Pandugo VIII.
• Dari Luar Kota Surabaya:
Dari arah luar kota, site dapat dicapai melalui jalan tol Gempol - Warn kemudian masuk ke Jl. Jemur Andayani, Jl. Kutisari, Jl. Rungkut Industri Raya, baru masuk ke Jl. Raya Rungkut, Jl. Raya Penjaringansari, dan Jl.
Pandugo.
Dari arah Sidoarjo dan Waru dapat menggunakan jalur Jl. Letjen. Suprapto (Waru), Jl. Wadung Sari, Jl. Rungkut Tengah, lalu masuk Jl. Raya Rungkut.
2.4.2. Pintu Masuk
Terdapat dua jalan yang cukup berpengaruh pada site, yaitu pada jalan Raya Pandugo sebagai jalan kolektor sekunder dan jalan Pandugo VIII sebagai jalan lokal. Pada perencanaan pintu masuk diperkirakan ada dua, yaitu pada jalan
Raya Pandugo dan jalan Pandugo VIII. Satu pintu di jalan Raya Pandugo untuk mengakomodasi keluar-masuk kendaraan dan orang ke tempat perdagangan sedang yang satunya di jalan Pandugo VIII untuk yang menuju hunian.
Pada desain, pintu menuju site ini dibuat tiga buah. Satu pada jalan Raya Pandugo dan dua pada jalan Pandugo VIII. Pintu pada jalan Raya Pandugo digunakan untuk masuk kendaraan ke pusat perdagangan. Sedang pada jalan Pandugo VIII, satu pintu digunakan sebagai pintu keluar dari pusat perdagangan dan satu lagi untuk keluar masuk ke dalam hunian. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi penumpukan kendaraan yang sering terjadi pada pertigaan antara jalan Raya Pandugo dengan jalan Pandugo VIII. Selain itu juga untuk menjaga privasi bangunan hunian. Sedangkan untuk kebutuhan servis menggunakan pintu samping melalui jalan kecil di samping site.
2.5. Sistem Sirkulasi dalam Tapak 2.5.1. Sirkulasi Kendaraan
2.5.1.1. Sirkulasi Kendaraan Umum
Sirkulasi kendaraan umum yang dimaksud adalah angkutan umum, becak, ojek, dengan pertimbangan bahwa pusat perdagangan yang ada memiliki cakupan layanan untuk satu kawasan yaitu kawasan unit pengembangan Penjaringansari (Wonorejo). Diasumsikan bahwa kendaraan umum yang ada hanya menurunkan penumpang sehingga tidak direncanakan tempat parkir khusus untuk kendaraan umum tersebut. Dan pada desain juga tidak diberikan tempat parkir.
2.5.1.2. Sirkulasi Kendaraan Pribadi
Pada perencanaan, sirkulasi kendaraan pribadi untuk pengunjung Pusat Perdagangan disediakan tempat parkir tersendiri yang terletak pada zona Pusat Perdagangan yang dapat diakses melalui jalan Raya Pandugo. Untuk kendaraan penghuni Rumah Susun juga diberi tempat parkir khusus yang dicapai melalui
12
jalan Pandugo VIII. Pembedaan tempat parkir ini dimaksudkan untuk mencegah bercampurnya kedua fiingsi yang berbeda.
Pada desain, tidak berubah dari apa yang direncanakan. Untuk parkir pengunjung pusat perdagangan diberi kapasitas 29 mobil, sedang untuk hunian diberi kapasitas 17 mobil.
2.5.2. Sirkulasi Pejalan Kaki
Untuk mewadahi para pejalan kaki maka direncanakan jalur pedestrian yang menghubungkan antara site dengan lingkungan sekitar yang kemudian diteruskan ke dalam masa bangunan, baik ke zona Rumah Susun ataupun zona Pusat Perdagangan. Kemudian antara Rumah Susun dan Pusat Perdagangan dihubungkan dengan jalur pedestrian yang berhubungan langsung dengan plasa yang ada pada Rumah Susun. Pada desain, hal ini tidak berubah dari yang direncanakan.
Sirkulasi diatas dapat digambarkan secara skema sebagai berikut:
Untuk penghuni / pengelola:
Fasilitas Penunjang lain
Datang Entrance Taman / R.Komunal Hunian
Pusat Perdagangan
Skema 2.1. Sirkulasi Penghuni Rumah Susun Untuk pengunjung pusat perdagangan:
Datang Entrance Pusat Perdagangan
Skema 2.2. Sirkulasi Pengunjung Pusat Perdagangan
Untuk tamu hunian :
Fasilitas Penunjang lain >
Datang Entrance Taman / R. Komunal Hunian
Pusat Perdagangan
Skema 2.3. Sirkulasi Tamu Hunian Untuk Servis :
Fasilitas Penunjang lain
Datang Side Entrance Taman / R. Komunal Hunian
Pusat Perdagangan Skema 2.4. Sirkulasi Servis
2.6. Pola Penataan Ruang Luar
2.6.1. Konsep Penataan Ruang Luar dan Sirkulasi
Penataan ruang luar dalam tapak direncanakan sejak awal untuk menciptakan komposisi penataan masa bangunan. Penentuan ruang terbuka disesuaikan dengan zoning, penempatan masa, serta bentukan masa bangunan.
Sistem sirkulasi juga sangat menentukan penempatan ruang luar ini. Maka pada konsep awal sistem yang digunakan sebagai konsep sirkulasi adalah pengaliran ruang luar. Pada desain, hal ini terlihat pada penataan dimana space utama di tengah site dijadikan pengikat masa-masa bangunan yang ada di site. Kemudian dari tengah itu diarahkan baik ke hunian dan perdagangan (ini khusus berlaku untuk penghuni Rumah Susun).
Sedangkan untuk pengunjung Pusat Perdagangan, ruang luar yang terjadi merupakan jalur linier yang terbuka. Sehingga para pengunjung bisa mencapai ke semua tempat dengan bebas tanpa harus memutar.
14
2.6.2. Sifat Ruang Terbuka yang Ada
Sifat ruang terbuka yang ada dalam perencanaan tapak dalam proyek Rumah Susun dan Pusat Perdagangan ini dibagi menjadi dua, yaitu makro space dan mikro space. Yang dimaksud dengan makro space adalah ruang terbuka yang cukup luas dan dominan pada site yang berfungsi untuk mengikat semua masa dan ruang-raung terbuka lainnya yang ada (mikro space). Kedua sifat ini dapat dilihat pada desain dari segi bentuknya yang besar atau kecil. Yang menjadi makro space adalah lapangan yang ada di tengah site sedangkan mikro space terlihat pada plasa yang menghubungkan masa hunian dengan masa perdagangan dan ruang-ruang luar yang terbentuk dari penataan masa bangunan.