• Tidak ada hasil yang ditemukan

EXECUTIVE SUMMARY. A. Kajian Kebijakan, Regulasi dan SNI IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EXECUTIVE SUMMARY. A. Kajian Kebijakan, Regulasi dan SNI IPA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

EXECUTIVE SUMMARY

KAJIAN STRATEGI UP RATING IPA DALAM RANGKA PERCEPATAN PENINGKATAN AKSES AIR MINUM (PB-1)

1

EXECUTIVE SUMMARY

A. Kajian Kebijakan, Regulasi dan SNI IPA

Berdasarkan hasil kajian Konsultan terhadap kebijakan, regulasi dan SNI yang terkait dengan pengembangan sistem penyediaan air minum dan Instalasi Pengolahan Air khususnya kegiatan up rating IPA maka beberapa hal yang perlu dipahami bersama adalah :

1. Pentingnya pemahaman terhadap pengertian atau definisi kriteria dan standar dalam perencanaan suatu sistem Instalasi Pengolahan Air (sistem IPA).

• Kriteria perencanaan sistem IPA dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai batas besaran parameter perencanaan sistem IPA yang ditentukan berdasarkan praktik implementasi aplikasi yang telah proven (terbukti aplikatif).

• Sedangkan standar perencanaan sistem IPA didefinisikan sebagai peraturan mengenai batas besaran parameter perencanaan sistem IPA, dikeluarkan oleh pihak yang berwenang dengan tujuan untuk menjamin keberhasilan aplikasi implementasi sistem IPA tersebut pada kondisi berbagai macam variasi kualitas air baku yang akan diolah dalam sistem IPA tersebut (ada konsekuensi legal/hukum, dimana penyimpangan terhadap standar akan diartikan sebagai penyimpangan terhadap peraturan atau ketentuan hukum yang berlaku).

2. Pengertian atau definisi tentang pembangunan sistem IPA Baru, up-grading, up-rating, dan rehabilitasi sistem IPA harus didasarkan pada pengertian-pengertian secara umum dan rasional yang dapat dipahami secara universal.

• Pembangunan Sistem IPA Baru, adalah pembangunan sistem IPA dimana semua komponen dan elemen IPA dibangun secara menyeluruh dalam keadaan baru.

• Rehabilitasi Sistem IPA, adalah perbaikan atau penggantian beberapa elemen sistem IPA yang telah dibangun atau telah dioperasikan, sehingga kapasitas dan kinerjanya menjadi sesuai lagi dengan spesifikasi yang ditetapkan dalam disainnya. Rehabilitasi IPA dilakukan apabila sistem tersebut dalam operasinya bekerja dengan kinerja yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang diharapkan. Rehabilitasi mengandung pengertian perbaikan terhadap elemen sistem yang ditemukan tidak dapat bekerja secara normal.

• Up-grading Sistem, adalah perbaikan atau penggantian beberapa elemen sistem IPA sehingga kinerjanya menjadi lebih baik dibandingkan dengan spesifikasi yang ditetapkan dalam disainnya atau lebih baik daripada kondisi operasional sebelumnya. Up-grading mengandung pengertian perbaikan grade nya, atau perbaikan kinerjanya yang menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

• Up-rating Sistem IPA, adalah perbaikan, penggantian, atau modifikasi beberapa elemen sistem IPA sehingga kapasitas operasional sistem IPA menjadi lebih besar (misalnya ditingkatkan

(2)

EXECUTIVE SUMMARY

KAJIAN STRATEGI UP RATING IPA DALAM RANGKA PERCEPATAN PENINGKATAN AKSES AIR MINUM (PB-1)

2 menjadi 200% dari kapasitas semula) dengan kinerja lebih baik atau masih sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan dalam disainnya. Up-rating mengandung pengertian peningkatan kapasitas (rate), dan atau sekaligus perbaikan kinerjanya menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

3. Perlunya memberikan masukan untuk revisi SNI tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Instalasi Pengolahan Air (sistem IPA) berdasarkan hasil kajian implementasi Up-rating sistem IPA yang menunjukkan atau telah terbukti aplikatif meskipun beberapa parameter disain dalam up-rating tersebut melebihi batasan yang ditetapkan dalam SNI.

Selain implementasi up-rating sistem IPA yang telah terbukti aplikatif menghasilkan keluaran yang memenuhi standar kualitas air minum yang ditetapkan, juga telah dihasilkan beberapa artikel publikasi ilmiah yang diperlukan dalam revisi SNI.

Dengan revisi SNI tersebut dapat dihindarkan timbulnya konflik HUKUM (Legal Conflict) dalam implementasi pembangunan atau pengembangan sistem IPA baik dalam bentuk up- rating sistem IPA ataupun pembangunan sistem IPA Baru.

4. Parameter Disain yang secara signifikan berbeda dibandingkan dengan ketentuan dalam SNI adalah sebagai berikut.

• Unit Sedimentasi:

Beban Permukaan 30 m/jam vs SNI 7.5 m/jam

• Unit Filter:

Kecepatan Filtrasi 28-29 m/jam vs SNI 11 m/jam Gradasi Media Pasir #8-16/20

ES 0.9-1.2 mm vs SNI 0.3-0.7 mm UC 1.4-1.5 vs SNI 1.2-1.4

• Parameter Penting belum tercantum dalam SNI

Kecepatan mengendap partikel flok, misal alum flok, feri flok, mis <0.75 m/jam In-plant water lossis dalam backwashing unit Filter, mis < 5%

• Catatan

Meskipun beberapa parameter disain dalam up rating sistem IPA menyimpang dari ketentuan dalam SNI akan tetapi telah terbukti aplikatif dan menghasilkan kinerja yang memenuhi standar yang ditetapkan (Standar Kualitas Air Minum Departemen Kesehatan RI).

5. Dengan aplikasi parameter disain sebagaimana telah terbukti aplikatif tersebut sesungguhnya mengindikasikan adanya terobosan teknologi dan terobosan penghematan finansial yang sangat signifikan, dimana dalam implementasi sistem IPA yang loading ratenya berbeda dengan SNI ternyata dapat memberikan nilai efisiensi dan efektifitas sistem yang lebih baik dan lebih hemat.

6. Oleh sebab itu, implementasi terhadap pendekatan baru ini akan merupakan strategi pengembangan sistem penyediaan air minum yang efisien dan efektif guna menunjang tercapainya Milennium Development Goals dalam sektor penyediaan air minum di Indonesia.

(3)

EXECUTIVE SUMMARY

KAJIAN STRATEGI UP RATING IPA DALAM RANGKA PERCEPATAN PENINGKATAN AKSES AIR MINUM (PB-1)

3 7. Kajian-kajian aspek implementasi teknis dan aspek finansial secara nasional dalam aplikasi sistem baru ini tentu saja akan memberikan indikasi yang sangat bermanfaat dalam pengembangan sistem penyediaan air minum di Indonesia.

B. Potensi Pengembangan IPA Dengan Sistem Up rating

Seringkali pengembangan disain sistem IPA tidak disesuaikan dengan kondisi yang dapat memperbaiki kinerja sistem IPA sehingga dalam hal ini sistem IPA bekerja kurang efisien dan kurang optimal. Karena pengembangan disain yang dilakukan secara tidak efisien, tidak efektif, maka ada keleluasaan untuk melakukan upgrading, rehabilitasi, dan uprating sistem IPA tersebut.

Cara atau metode upgrading, rehabilitasi, dan uprating sistem IPA pada dasarnya memperbaiki efisiensi dan efektifitas sistem dari aspek hidrolikanya, struktur dan konfigurasi demensionalnya, serta efisiensi dan efektifitas proses pengolahannya.

Intinya up rating sistem IPA merupakan perancangan secara tailor-made dalam memanfaatkan energi hidrolis secara efektif dan efisien. Peluang yang ada di IPA terdapat volume hidrolis yang cukup pada seluruh unit-unit proses untuk dimaksimalkan proses dan operasinya sehingga akan dicapai dua kali kapasitas desain terpasang atau bahkan sampai tiga-empat kali lipat kapasitas semula.

Dasar proses pengolahan di IPA up rating adalah sama dengan IPA pada umumnya yaitu : Pembubuhan koagulan yang akan mendestabilkan ion-ion dalam air baku agar melepas partikel-partikel koloid (koagulasi) caranya dengan mengurangi muatan elektrostatis hingga menurunkan potensial zeta.

Pemerataannya disempurnakan dengan pengadukan cepat yang dilanjutkan pengadukan lambat agar memberi kesempatan partikel koloid saling bertumbukan dan bergabung satu dengan lainnya (flokulasi), membesar menjadi flok yang mudah mengendap pada aliran laminar (sedimentasi) sehingga air menjadi supernatant yang jernih.

C. PDAM yang melaksanakan kegiatan up rating IPA

Optimalisasi sistem IPA eksisting dengan Up rating sudah banyak dilaksanakan oleh PDAM-PDAM di seluruh Indonesia. Umumnya PDAM yang sudah melaksanakan up rating akan berencana kembali untuk melaksanakan up rating IPA lainnya karena up rating yang pertama telah berhasil meningkatkan kapasitas IPA. PDAM yang berencana melaksanakan up rating antara lain PDAM Kota Bogor (IPA baru yang akan dibangun bila selesai akan direncanakan di up rating), PDAM Kabupaten Bogor (IPA Paket Kedasih WTP Cibinong 2 dan IPA WKE), PDAM Kota Banjarmasin (2 unit Clrifier lama rencananya akan di up rating juga), PDAM Kabupaten Badung (IPA Estuary akan di uprating 1 unit lagi), PDAM Kota Parepare tahun 2013 ini meng up rating 1 unit IPA WKE lagi yaitu IPA Paket 3).

(4)

EXECUTIVE SUMMARY

KAJIAN STRATEGI UP RATING IPA DALAM RANGKA PERCEPATAN PENINGKATAN AKSES AIR MINUM (PB-1)

4 PDAM Yang Melaksanakan Up rating IPA

No Jenis IPA

Eksisting Tipe Arah Aliran Lokasi Nama IPA PDAM Kapasitas (L/det) Status Up

Rating Keterangan

Awal Uprating

A. Konvensional

1 IPA Italy Clarifier Upflow Banjarmasin IPA 2- IPA

Pramuka PDAM

Banjarmasin 2 x 250 2 x 550 Berhasil Full modified 2 IPA

Degreemont Pulsator Upflow Pangkal

Pinang IPA

Pedindang PDAM Pangkal

Pinang 50 250 - 300 Terkendala Operasional

undercapacity karena pelanggan masih terbatas di konsumsi 100 L/det, dan belum didukung oleh jaringan pipa distribusi 3 IPA

Degreemont Pulsator Upflow Kab. Badung IPA Estuary PDAM Kab

Badung 2 x 150 2 x 500 Berhasil Implementasi baru 1 x 150 L/det menjadi 1 x 500 L/det. Diprediksi dapat memproduksi 600 L/det bila saluran interkoneksi unit sudah dibangun

4 IPA

Konvensional Horizontal

Flow Kota Bogor IPA Dekeng PDAM Kota

Bogor 400 1200 Berhasil Full operational 5 IPA

Konvensional Horizontal Flow Kota

Samarinda IPA

Cendana II PDAM

Samarinda 260 900 Gagal mencapai kapasitas 900 L/det

Commissioning s/d 500 – L/det.

(5)

EXECUTIVE SUMMARY

KAJIAN STRATEGI UP RATING IPA DALAM RANGKA PERCEPATAN PENINGKATAN AKSES AIR MINUM (PB-1)

5

B. Paket

1 IPA Maswandi

(Baja) Kab.Tanjung

–Kal-sel PDAM

Tanjung 20 50 Berhasil Implementasi tahun 2002

2 IPA Kedasih

(Paket) Complete

mix Gravitasi

flow Kab.Bogor IPA

Cibinong I PDAM Kab.

Bogor 100 230 Berhasil

3 IPA Kedasih

(beton) Complete

mix Gravitasi

flow Kota

Pontianak PDAM Kota

Pontianak 300 600 Terkendala Kapasitas air baku tidak memadai

4 IPA WKE Clearator Kota Pare

Pare IPA Karajae PDAM Kota

Pare-pare 20 40 Berhasil Sudah 3 unit yg di up-rate 5 IPA TKCM Konvensional Kabupaten

Tangerang IPA Cikokol PDAM Kabupaten Tangerang

1.000 1.575 Terkendala Ada idle capacity 300 L/d, belum ada penambahan jaringan distribusi

6 IPA Moya Konvensional Gravitasi flow Kota

Cikarang IPA Tegal

Gede PDAM

Kab.Bekasi

2 x 25 120 Berhasil Up rating I

40 230

Penambahan plate settler + unit ultrafiltration sudah bukan up rating lagi Keterangan :

Status berhasil apabila kapasitas IPA terpasang setelah di up rating sesuai dengan kapasitas desain up rating dan kualitas air produksi sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu Persyaratan Kualitas Air Minum atau lebih baik.

(6)

EXECUTIVE SUMMARY

KAJIAN STRATEGI UP RATING IPA DALAM RANGKA PERCEPATAN PENINGKATAN AKSES AIR MINUM (PB-1) 6

D. Kinerja IPA Up rating

1. Kondisi IPA up rating

Secara fisik kondisi IPA up rating jauh lebih baik, lebih bersih dan lebih teratur dibanding IPA konvensional. Tidak tampak busa-busa kotoran seperti yang biasa terlihat pada IPA konvensional, juga air yang keluar dari unit sedimentasi terlihat lebih jernih dengan pemasangan keramik. Yang paling baik kondisi IPA up rating adalah IPA 2 Pramuka Ex Italy PDAM Kota Banjarmasin dan IPA Cibinong PDAM Kabupaten Bogor. Ke dua IPA tersebut sudah dipasang Scada System untuk membantu dalam operasional IPA. IPA Dekeng walaupun up rating IPA dilaksanakan sudah cukup lama tahun 2006 namun kondisi IPA masih beroperasi dengan baik.

Sedangkan IPA Estuary Kab.Badung kondisi IPA up rating cukup baik namun beberapa plate settler yang dipasang di unit sedimentasi kondisinya sudah melengkung dan tidak beraturan lagi bentuknya. Hal ini tentu saja dapat mengganggu proses yg terjadi di dalam unit tsb. Untuk IPA Cendana 2 PDAM Kota Samarinda setelah di up rating kondisi IPA secara fisik tampak belum terlihat banyak perubahan, tidak dirapihkan di cat ulang, hanya penambahan plate settler pada unit sedimentasi dan penambahan unit floatasi, sedangkan unit filter terlihat masih kotor. IPA Paket Karajae setelah di up rating tampak lebih bersih, air di dalam unit Klearator tampak lebih jernih dibanding IPA lama.

2. Kapasitas Produksi IPA Up rating dan Kualitas Air Produksi

Kapasitas produksi IPA up rating umumnya dioperasikan pada kapasitas di bawah kapasitas desain, hal ini disebabkan oleh :

1) Kualitas air baku yang semakin memburuk dengan tingginya tingkat kekeruhan menyebabkan IPA up rating tidak dapat dioperasikan sesuai kapasitas desain. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan kualitas air produksi agar tetap sesuai dengan Standar Kualitas Air Minum. Kondisi sumber air baku yang mempunyai kekeruhan yang cukup tinggi akan mempengaruhi sistem unit sedimentasi dengan terjadinya lumpur yang berlebih.

2) Belum memaksimalkan kapasitas operasional (full capacity) sehingga masih ada Idle Capacity yang akan digunakan sebagai cadangan untuk event-event International yang membutuhkan jaminan ketersediaan air minum atau untuk pengembangan pelayanan daerah permukiman baru.

3) Belum selesai/ siapnya jaringan distribusi menyebabkan volume air produksi tidak dapat terjual sehingga produksi air dibatasi.

(7)

EXECUTIVE SUMMARY

KAJIAN STRATEGI UP RATING IPA DALAM RANGKA PERCEPATAN PENINGKATAN AKSES AIR MINUM (PB-1) 7 Tabel di bawah ini adalah Kapasitas Produksi IPA Up Rating dan Kualitas Air Produksi

di beberapa lokasi PDAM

No Nama IPA Kapasitas

Semula (L/det)

Kapasitas up rating (L/det)

Kapasitas produksi

(L/det)

Kualitas air Produksi Kekeruhan

rata-rata (NTU) 1. IPA Dekeng- PDAM Kota

Bogor 400 1.200 965 0.4

2. IPA Pramuka 2 – PDAM Kota

Banjarmasin 2 x 250 2 x 550 1.050 0.2

3. IPA Estuary – PDAM

Kabupaten Badung 2 x 150 600 320 0.61

4. IPA Cendana II – PDAM Kota

Samarinda 260 900 410 3.26

5. IPA Karajae- PDAM Kota

Parepare 20 40 39 0.92

Kualitas air produksi IPA up rating umumnya sangat bagus, jauh di bawah standar persyaratan Kualitas Air Minum Permenkes (standar 5 NTU) yaitu antara 0,2 NTU sampai dengan 0.92 NTU. Sedangkan untuk IPA Cendana 2 rata-rata kekeruhan mencapai 3,26 NTU bahkan bisa mencapai 5,1 NTU, karena up rating IPA Cendana 2 gagal mencapai kapasitas desain dan kualitas air produksi juga tidak sebaik kualitas air produksi IPA up rating lainnya.

E. Faktor-faktor Keberhasilan dan Penghambat dalam pelaksanaan up rating IPA

Secara garis besar faktor-faktor keberhasilan dan penghambat up rating dapat dilihat pada tabel berikut ini :

No Uraian Faktor Keberhasilan Up rating Faktor Penghambat Up rating

1. Air Baku • Tersedia dalam jumlah yang

cukup banyak

• Adanya perlindungan lingkungan terhadap sumber air baku

• Fluktuasi aliran pada musim hujan dan musim kemarau cukup tajam

• Kualitas sumber air baku semakin menurun

2. Sumber Dana Ketersediaan dana yang cukup akan membuat pelaksanan up rating IPA menjadi lebih baik dari segi konstruksi dan penggunaan material/bahan.

Dana yang sangat terbatas akan mempengaruhi konstruksi dan pemakaian bahan yang kurang baik.

3. Desain dan Konstruksi DED oleh desainer up rating yang mempunyai pengalaman.

Konstruksi dikerjakan sesuai dengan Spesifikasi Teknis dan pemilihan bahan dengan pertimbangan teknis, ekonomis

DED oleh desainer up rating yang minim pengalaman.

Konstruksi dikerjakan tidak sesuai dengan Spesifikasi Teknis dan pemilihan bahan yang lebih murah.

(8)

EXECUTIVE SUMMARY

KAJIAN STRATEGI UP RATING IPA DALAM RANGKA PERCEPATAN PENINGKATAN AKSES AIR MINUM (PB-1) 8 namun dapat memperpanjang

usia pakai.

4. Pemilihan Bahan Penggunaan bahan dari stainless steel untuk plate settler lebih baik dan lebih tahan lama.

Bahan yang kurang baik yang digunakan untuk plate settler seperti asbes polycarbonate cepat melengkung dan bentuknya menjadi tidak beraturan.

5. Sarana Pendukung Ketersediaan sarana pendukung seperti daya listrik dari PLN dan Genset.

Belum ada penambahan daya listrik menyebabkan IPA tidak dapat dioperasikan sesuai dengan kapasitas desain

6. SDM Operator bekerja sesuai SOP dan

dapat memperbaiki kinerja IPA berdasarkan hasil monitoring melalui Scada system.

Melaksanakan pemeliharaan rutin IPA.

Tidak melaksanakan SOP sistem IPA up rating dan kurangnya pemeliharaan rutin IPA.

7. Jaringan Distribusi Kesiapan jaringan distribusi memperlancar distribusi penjualan air minum.

Belum selesai/ siapnya jaringan distribusi menyebabkan volume air produksi tidak dapat terjual sehingga produksi air dibatasi.

8. Jumlah Pelanggan Peningkatan permintaan menjadi pelanggan PDAM karena kualitas air sumur dangkal penduduk kurang baik

Kurangnya minat masyarakat terhadap air minum PDAM karena kualitas air PDAM selama ini kurang baik dan sering tidak mengalir.

9. Idle Capacity Tidak ada idle capacity, kapasitas produksi sama dengan kapasitas desain up rating. Jaringan distribusi sudah siap dan permintaan menjadi pelanggan PDAM cukup banyak.

Idle capacity cukup banyak terkendala oleh belum siapnya jaringan distribusi atau jumlah pelanggan tidak bertambah.

F. KESIMPULAN

1) Dengan ditemukannya teknologi IPA High Rate yang salah satu aplikasinya adalah untuk up rating sistem IPA guna meningkatkan kapasitas instalasi pengolahan air yang ada, atau aplikasinya dalam pembangunan konstruksi baru sistem IPA, maka sistem penyediaan air minum di Indonesia mengalami revolusi yang sangat membantu dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya peningkatan kesehatan masyarakat.

2) Revolusi itu mencakup aspek input maupun output, yang dalam hal ini air baku dan air minum, yang menjadi pokok usaha pengolahan air minum yang pada giliran berikutnya akan mempengaruhi biaya per unit output menjadi lebih murah, dan pada akhirnya akan membuat harga output, dalam hal ini air minum, juga akan lebih murah.

(9)

EXECUTIVE SUMMARY

KAJIAN STRATEGI UP RATING IPA DALAM RANGKA PERCEPATAN PENINGKATAN AKSES AIR MINUM (PB-1) 9 3) Dengan ditemukannya pendekatan baru up rating sistem IPA untuk meningkatkan kapasitas produksi sistem pengolahan air yang ada atau pembangunan sistem baru IPA High Rate yang jauh lebih efisien dengan biaya kurang dari 60% dibandingkan dengan metode konvensional, maka efisiensi tidak hanya dalam hal proses pengolahan airnya saja akan tetapi juga dalam hal penghematan lahan yang diperlukan untuk bangunan sistem IPA tersebut (50% luas lahan yang lazimnya diperlukan untuk sistem IPA konvensional).

4) Dengan revolusi teknologi sistem IPA dalam penyediaan air minum yang intinya menghasilkan efisiensi yang tinggi dalam proses pengolahan air dan pada akhirnya dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan cakupan pelayanan air minum berarti akan memberikan sumbangan pelayanan pada masyarakat yang cukup berarti dalam pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015.

5) Aspek lain yang tidak kalah penting adalah efisiensi dalam investasi. Pengurangan atau penghematan biaya investasi beserta biaya operasional yang mencapai kurang lebih 60-65%

akan meningkatkan secara riil kemampuan setiap PDAM untuk investasi dalam peningkatan kapasitas produksi sistem IPA.

6) Kajian up rating memberikan masukan kepada Pemerintah untuk mengeluarkan Pedoman atau Petunjuk Perencanaan Teknis IPA di Indonesia atau selanjutnya menyusun SNI yang lebih efektif.

7) SNI 2008 yang ada sekarang khusus untuk Perencanaan IPA Paket, namun diharapkan adanya SNI yang dapat memayungi seluruh Perencanaan Teknis IPA.

8) Karena dana investasi yang diperlukan untuk kegiatan up rating semakin rendah maka kemungkinan memperoleh dana pinjaman dari sector perbankan akan semakin dimungkinkan, khususnya dari Bank Pembangunan Daerah, dimana tugas utama Bank tersebut adalah untuk meningkatkan produktifitas sektor-sektor pembangunan di daerahnya.

9) Dengan terjaminnya produksi air minum dengan harga yang semakin rendah juga dimungkinkan penyambungan ke Rumah Tangga dengan dana pinjaman dari lembaga keuangan mikro (Negara Donor melalui Program Hibah).

(10)

EXECUTIVE SUMMARY

KAJIAN STRATEGI UP RATING IPA DALAM RANGKA PERCEPATAN PENINGKATAN AKSES AIR MINUM (PB-1) 10

G. REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan hasil kajian tersebut di atas maka Konsultan memberikan Rekomendasi kepada Stakeholder khususnya Pemerintah, Pemerintah Daerah dan PDAM sebagai berikut:

1. Pemerintah

1) Agenda mempercepat akses terhadap air minum sesuai target MDGs dapat terpenuhi dengan up rating, di mana terjadi perubahan secara revolusioner terhadap cost, dan dimensional IPA (lebih kecil, ringan dan rigid). Pemerintah perlu mendorong Pemerintah Daerah (kabupaten/kota) dalam kegiatan pengembangan SPAM perpipaan melalui optimalisasi sistem IPA (up rating IPA).

2) Hasil kajian terhadap aplikasi Up rating IPA di beberapa PDAM mengindikasikan Investasi lebih hemat, kinerja terpenuhi, tetapi parameter desain tidak sesuai dengan SNI. Pemerintah perlu mengeluarkan Pedoman atau Petunjuk Perencanaan Teknis IPA di Indonesia atau menyusun SNI baru untuk Perencanaan Teknis IPA yang lebih efektif.

3) Dengan kriteria baru up rating cost lebih murah 30-40%, Pemerintah dapat mendorong produsen IPA untuk bisa bersaing bisa go international, bisa punya produk efisien sehingga mempunyai nilai jual lebih tinggi.

4) Pemerintah perlu memberikan masukan perbaikan terhadap SNI 6774-2008 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air (IPA),

1) Parameter yang direvisi antara lain:

• Surface Loading unit sedimentasi dan ukuran media filter.

 Perbaikan redaksional khusunya ME

 Aspek ME dan Instrumentasi harus mengacu pada standar yang ada (Elektrikal PUIL 2000)

2) Parameter yang ditambahkan :

 Kecepatan mengendap partikel flok,

 In plant water losses (kehilangan air pada proses pencucian filter)

2.

Pemerintah Daerah

1) Pemerintah Daerah perlu mendukung program Pemerintah dalam hal mempercepat target MDGs melalui optimalisasi sistem pengembangan air minum (up rating IPA).

2) Kurang siapnya sarana pendukung menyebabkan up rating IPA tidak berjalan optimal. Pemerintah Daerah (kabupaten/kota) perlu memantau dan mengevaluasi kegiatan up rating IPA yang sudah dan/atau akan dilaksanakan oleh PDAM.

(11)

EXECUTIVE SUMMARY

KAJIAN STRATEGI UP RATING IPA DALAM RANGKA PERCEPATAN PENINGKATAN AKSES AIR MINUM (PB-1) 11 3) Keberhasilan optimalisasi sistem IPA tidak terlepas dari kegiatan desain, kostruksi dan supervisi. Dalam kegiatan konstruksi pemilihan kontraktor sesuai peraturan perundang-undangan serta sumber dana yang digunakan (loan dari negara donor, loan perbankan nasional, APBN/APBD atau dana PDAM sendiri). Namun untuk kegiatan up rating Pemerintah Daerah disarankan untuk melakukan sistem tender/lelang yang berbeda melalui kegiatan kerjasama bisnis to bisnis dengan mitra swasta atau pola lainnya seperti BOT, EPC.

3.

PDAM

1) Setiap PDAM yang akan melakukan up rating, perlu memahami terlebih dahulu desain dan perhitungan dalam perencanaannya.

2) PDAM perlu mengetahui tokoh-tokoh yang berkecimpung dalam up rating.

3) Ketersediaan air baku merupakan tanggung jawab PDAM.

Air baku harus memenuhi syarat K3 (Kuantitas, Kualitas dan Kontinuitas); tersedia dalam jumlah yang berlebih, memenuhi kualitas air baku untuk air minum dan tersedia sepanjang tahun (harus ada studi kelayakan air baku).

4) Up rating IPA harus didukung oleh pengembangan jaringan pipa distribusi dan penambahan daya listrik. PDAM harus menyiapkan sarana pendukung tersebut.

5) Bentuk kontrak pekerjaan up rating antara PDAM dan Pemborong harus ada kontrak kerja yang memuat konsekuensi apabila desain tidak tercapai, kontraktor harus mengganti selisih kapasitas yang tidak tercapai dengan membangun IPA baru.

6) PDAM harus memiliki IPA lebih dari 2 kompartemen (bak) unit sedimentasi agar sistem operasional IPA tidak terhenti/stop jika salah satu dibongkar untuk kegiatan up rating IPA.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah Anda klik tombol Finish maka Eclipse secara otomatis akan membentuk sebuah folder baru berisi ber- bagai file pendukung yang digunakan untuk membuat aplikasi baru..

the international community that do not reach the minimum standard Enhancement of national team response and national capacity to coordinate, with WHO and UN-. OCHA

Berguna untuk langsung mengubah tegangan listrik AC menjadi DC Tegangan Listrik DC yang dihasilkan kemudian dinyalakan dan dimatikan dengan frekuensi tinggi menggunakan

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kedisiplinan pemimpin madrasah dan motivasi kerja guru secara bersama-sama terhadap kinerja guru MTs di Kecamatan

sejalan dengan semangat (spirit) yang ada dalam diri Serikat Sabda Allah (Societas Verbi Divini/SVD) Provinsi Ende selaku pemilik surat kabar harian Flores Pos, yakni mewartakan

Hal ini menujukkan bahwa sebuah Kepercayaan konsumen terhadap merek Lifebuoy sabun mandi antiseptik dapat timbul dari adanya Identitas Merek yang dimiliki Lifebuoy

Beberapa faktor penyebab terjadinya penggunaan kata, ejaan dan kalimat yang tidak tepat adalah: (a) penyampaian materi kurang jelas dan terbentur waktu, (b) kurikulum tidak fleksibel

Menurut Everett M Rogers dalam Deddy Mulyana (2005: 62), komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk