0
KONVENSIONAL PADA SISWA KELAS VII SMP BUQ’ATUN MUBARAKAH MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh Hilmia Azhar NIM 105361108716
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2021
1
v
SURAT PERJANJIAN
Nama : HILMIA AZHAR
NIM : 105361108716
Program Studi : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Model Perbelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasai dan Refleksi) dan Model Pembelajaran Konvensional Pada Siswa Kelas VII SMP Buq’atun Mubarakah Makassar
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini saya selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi ini.
4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang ada.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Desenber 2020 Yang Membuat Perjanjian
Hilmia Azhar NIM. 105361108716
vi
“LAKSANAKANLAH SHALAT DAN TUNAIKANLAH ZAKAT.
DAN SEGALA KEBAIKAN YANG KAMU KERJAKAN UNTUK DIRIMU SENDIRI, KAMU AKAN MENDAPATKANNYA (PAHALA) DI SISI ALLAH. SUNGGUH ALLAH MASA MELIHAT
APA YANG KAMU KERJAKAN”
(QS. AL-BAQARAH: 110)
Yakinkan dirumu, bahwa kamu bisa melakukan apapun meskipun itu termasuk hal yang tidak kamu sukai!.
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk:
Kedua orang tuaku tercinta Abdul Asis dan Hartatia yang selalu ada dalam hati dan setiap panjatan doaku, saudaraku serta sahabat seperjuangan yang
telah memotivasi dan memberikan semangat.
vii
Model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) dan Model Pembelajaran Konvensional pada Siswa Kelas VII SMP Buq’atun Mubarakah Makassar. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Rukli, dan Pembimbing II Ilhamsyah.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan subjek tunggal yang bertujuan untuk mengetahui Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) dan Model Pembelajaran Konvensional pada Siswa Kelas VII SMP Buq‟atun Mubarakah Makassar “Single Subjeck Reseacrh”.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VII VII SMP Buq’atun Mubarakah Makassar yang dipilih secara purposive sampling. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas (intervensi) yaitu Model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) dan Model Pembelajaran Konvensional sedangkan variabel terikat (target behavior) yaitu kemampuan pemecahan masalah. Pengumpulan data dilakukan melalui pemberian baseline-1, intervesi dan baseline-2. Data di analisis dengan statistika deskriptif dengan menganalisis data dalam kondisi dan antar kondisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tes kemampuan awal (baseline-1) subjek penelitian ke- 1 mengalami kesalahn sebanyak 3 dari 4 soal di setiap sesi sehingga memperoleh skor 25. Subjek penelitian ke-2 mengalami kesalahan 3 dari 4 soal di setiap sesi sehingga memperoleh skor 25. Subjek ke-3 mengalami kesalahan 4 dari 4 soal di setiap sesi sehingga memperoleh skor 0. Subjek ke-4 mengalami kesalahan 3 dari 4 soal di setiap sesi sehingga memperoleh skor 25. Sedangkan pada tes kemampuan akhir (baseline-2) dengan menggunakan model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) hanya subjek penelitian ke-1 yang mengalami kesalahan 1 dari 4 soal sehingga memperoleh skor 75, subjek penelitian ke-2, ke-3 dan ke-4 tidak mengalami kesalahan sehingga memperoleh skor 100, sedangkan dengan menggunakan model Pembelajaran Konvensional setiap subjek penelitian mengalami kesalahan 1 dari 4 soal setiap sesi sehingga memperoleh skor 75. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan menggunakan model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) dan model Pembelajaran Konvesional.
Kata Kunci: Model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi), kemampuan pemecahan masalah.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya serta kemudahan yang diberikan sehingga skripsi yang berjudul
“Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) dan Model Pembelajaran Konvensional Pada Siswa Kelas VII SMP Buq‟atun Mubarakah Makassar” dapat diselesaikan. Skripsi ini sebagai tugas akhir untuk memenuhi salah satu persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Salam dan salawat semoga senantiasa tercurah kepada nabiullah tercinta, Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang senantiasa membela agama Islam dan mengikuti ajaran beliau hingga akhir zaman. Segala usaha dan upaya yang telah dilakukan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin namun penulis menyadari sebelumnya akan kekurangan dan kelemahan yang ada dalam skripsi ini, hal ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh penulis dalam mengumpulkan, mengelolah data-data yang ada. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan lebih lanjut. Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Olehnya
viii
ix
Ayahanda tercinta Abdul Asis dan Ibunda tercinta Hartatia yang telah merawat, membesarkan dan mencurahkan segala kasih sayangnya, yang senangtiasa membimbing, menasehati, dan telah memberikan yang terbaik berupa dorongan moril, material, dan doa tulusnya serta adikku tercinta Fauzia Ashar dan Muhammad Lutfi Fauzan Ashar yang telah memberikan perhatian, semangat sehingga penulis berada di tahap ini. Terima kasih kepada Ibunda Rosiani dan Ibunda Jumaidah yang telah menjadi orang tua kedua penulis selama ini, yang telah mengajarkan banyak hal dalam kehidupan penulis baik berupa dukungan moril, material, serta doa tulusnya. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak Erwin Akib, M. Pd., Ph.D.
selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak Mukhlis., S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak DR. H. Nursalam, M.Si. selaku penasehat akademik yang dari awal hingga akhir telah memberikan nasehat untuk menyelesaikan study ini. Bapak Dr. Rukli, M.Pd., M.Cs. selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, motivasi serta bimbingannya setiap saat dengan penuh kesabaran dan ketulusan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak Ilhamsyah, S.Pd., M.Pd.
selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, motivasi serta bimbingannya setiap saat dengan penuh
x
satu persatu, atas bimbingan dan arahan, dan jasa-jasa beliau selama penulis berada di kampus utamanya dalam mengikuti perkuliahan, semoga mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
Bapak Mulahizun Amien, S.P.I., MM. selaku kepala sekolah SMP Buq‟atun Mubarakah Makassar yang telah memberikan izin penelitian. Ibu Jumaidah, S.Pd. selaku guru matematika SMP Buq‟atun Mubarakah Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas VIIB1 serta senantiasa membantu peneliti melakukan penelitian, semua siswa kelas VII yang telah bersedia membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian, serta para guru dan staf SMP Buq‟atun Mubarakah Makassar yang telah memberikan batuan, dan penuh sabar melayani demi kelancaran tugas akhir ini. Keluarga besar penulis yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memotivasi, dukungan serta doa-doa tulusnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih untuk yang tesayang sepupu penulis Miftahul Jannah, S.Pd.
dan Nur Faradiba yang senantiasa mendengarkan keluh kesah, memberikan dukungan dan motivasi serta bantuan yang tak terhitung selama penulis menjadi mahasiswa. Terima kasih kepada rekan-rekan di Prodi Pendidikan Matematika Angkatan 2016 khususnya kelas 2016‟C (Ajal) yang senantiasa membantu penulis selama menempuh pendidikan S1. Terima kasih kepada teman-teman P2K SMP 4 Dua Pitue, Kab. Sidrap terkhusunya Haspia, S.Pd. Nur Adila, S.Pd, dan Wawat Hidayati yang telah memberikan dukungan, canda tawa, kasih sayang serta
xi penulisan skripsi ini.
Semoga Allah swt. berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Akhirnya tak ada gading yang tak retak, tak ada ilmu yang tak memiliki kebenaran mutlak, tak ada manusia tanpa kelemahan dan kesempurnaan hanya milik Allah yang kuasa. Oleh karena itu, tegur sapa dari berbagai pihak yang sifatnya membangun senantiasa dinantikan dengan penuh keterbukaan.
Wassalamu‟Alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, Desember 2020
Penulis
xii
HALAMAN SAMPUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
SURAT PERJANJIAN ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GRAFIK ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penulisan ... 8
D. Manfaat Penulisan ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Teori Pendukung ... 10
B. Hasil Penelitian Relevan ... 23
C. Kerangka Pikir ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A. Rancangan Penelitian ... . 26
B. Subjek Penelitian ... 28
C. Defenisi Operosional Variabel ... 28
D. Instrumen Penelitian ... 29
E. Tehnik Pengumpulan Data ... 29
F. Tehnik Analisis Data ... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33
A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 33
B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 33
C. Karakteristik Subjek Penelitian ... 35
D. Deskripsi Hasil Penelitian ... 36
E. Analisis Data ... 53
F. Pembahasan Penelitian ... 63
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 66
A. Simpulan... 66
B. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 69
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 71 RIWAYAT HIDUP
xiv
Tabel 2. 1 Tahapan Pembelajaran Model KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) dalam meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa. ... 21
Tabel 4.1. Data Frekuensi Kesalahan Subjek Penelitian pada fase Baseline-1 ... 38
Tabel.4.2. Data Frekuensi Kesalahan Subjek Penelitian pada fase Intervensi model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) ... 42
Tabel 4.2.1 Data Frekuensi Kesalahan Subjek Penelitian pada fase Baseline-1 dan Intervensi model pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) ... 43
Tabel 4.3. Data Frekuensi fase Baseline-2 pada Model Pembelajaram Konvensional. ... 44
Tabel 4.5. Data Frekuensi Kesalahan Subjek Penelitian pada fase Baseline-1 dan Intervensi model pembelajaran konvensional ... 50
Tabel 4.6 Data frekuensi Kesalahan Subjek Penelitian Fase Baseline-1, Intervensi dan Baseline-2. ... 52
Tabel 4.6.1 Akumulasi Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek Penelitian Fase Baseline-1, Intervensi dan Baseline-2. ... 53
Tabel 4.7. Rangkuman Hasil Analisis Dalam Kondisi pada Subjek ke-1 ... 53
Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Analisis Dalam Kondisi pada Subjek ke-2 ... 54
Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Analisis Dalam Kondisi pada Subjek ke-3 ... 55
Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Analisis Dalam Kondisi pada Subjek ke-4 ... 56
Tabel 4.11.1. Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Subjek ke-1 pada Model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) ... 57
Tabel 4.11.2. Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Subjek ke-1 pada Model Pembelajaran Konvensional ... 58
xv
Tabel 4.12.2. Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Subjek ke-2 pada Model Pembelajaran Konvensional ... 60 Tabel 4.13.1 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Subjek ke-3 pada
Model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) ... 60 Tabel 4.13.2. Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Subjek ke-3 pada
Model Pembelajaran Konvensional ... 61 Tabel 4.14.1 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Subjek ke-4 pada
Model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) ... 62 Tabel 4.14.2. Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Subjek ke-4 pada
Model Pembelajaran Konvensional ... 62
xvi
Baseline-1 ... 40 Grafik 4.2. Data Frekuensi Kesalahan Subjek Penelitian pada fase
Intervensi model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) ... 43 Grafik. 4.3 Data Frekuensi Kesalahan Subjek Penelitian pada fase
Intervensi Model Pembelajaran Konvensional ... 45 Grafik 4.4. Data Frekuensi Kesalahan Subjek Penelitian pada Fase
Baseline-2 Model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Improvisasi dan Refleksi) ... 49 Grafik 4.5. Data Frekuensi fase Baseline-2 pada Model Pembelajaram
Konvensional. ... 52
1 A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu untuk mengembangkan bakat dan kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dimasyarakat dan kebudayaan. Pendidikan menunjukkan suatu proses bimbingan yang didalamnya melibatkan pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya. Oleh karenanya sudah sepatutnya pendidikan mendapat perhatian secara terus menerus dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.
Sangat pentingnya tujuan pendidikan sehingga pemerintah dituntut melakukan penyesuaian terhadap sistem pendidikan nasional yang telah berlaku saat ini. Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah diantaranya yaitu (1) menyempurnakan kurikulum 1994 menjadi kurikulum tahun 2006 yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kemudian diberlakukannya kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013 yang mengutamakan pembelajaran tematik SD; (2) meningkatkan tenaga kependidikan yang bermutu, berkualitas dan profesional; (3) inovasi dalam proses pembelajaran, penyediaan buku ajar; (4) penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana yang telah ada; (5) menyempurnakan evaluasai, pembenahan organisasi menejmen pendidikan dan beragam upaya yang digunakan dalam mencapai hasil pendidikan yang setinggi-tingginya.
Dalam pendidikan formal matematika merupakan cabang ilmu yang sangat penting dalam kehidupan. Mengingat pentingnya peranan matematika maka siswa dituntut menguasai pelajaran matematika, dengan melakukan pembelajaran matematika siswa diharapakan mampu mengembangkan berpikir sistematis, logis dan kritis dalam pemecahan masalah sehari-hari . Menurut Astuti (Novri, dkk. 2018:82) Matematika marupakan pembelajaran yang memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan, karena mengajarkan peserta didik untuk befikir logis, luas, kritis serta rasional, hal ini searah dengan salah satu tujuan pendidikan nasional yaitu: menyiapkan peserta didik mampu menghadapi peralihan zaman yang senangtiasa mengalami perubahan, berprilaku sesuai dengan pemikiran logis, kritis maupun rasional, sehingga peserta didik dapat mempelajari berbagai ilmu pengetahuan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Ada beberapa tujuan pembelajaran matematika salah satunya yang tercantum dalam Kajian Kebijakan Mata Pelajaran Matematika pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 yaitu dalam proses pemecahan masalah hal-hal yang harus dilakukan peserta didik ialah membuat rancangan permasalahan yang ada, menyelesaikan rancangan serta mencari solusi dari permasalahan. (Shadiq, 2009:2)
Dalam proses pembelajaran matematika, guru mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam kegitan belajar mengajar. Hal ini disebabkan karena gurulah yang secara langsung membimbing dan mengarahkan siswa untuk belajar. Untuk menyelesaikan masalah setiap guru mengajarkannya
dengan cara yang berbeda-beda, dalam pembelajaran, biasanya guru mengarahkan siswa untuk menentukan cara penyelesaian dengan menggunakan contoh-contoh yang telah ada. Hal tesebut menjadikan siswa kurang inovatif dalam mencari solusi dari permasalahan. Jika hal ini dilakukan secara terus menerus maka tingkat kreatifitas siswa untuk berfikir secara mandiri dalam penyelesaikan masalah yang diberikan menjadi rendah.
Menurut Parawanto (Dwijayani, 2018:2) menyebutkan bahwa untuk menyelesaikan masalah matematika siswa harus dilatih secara terus menerus karena dengan masalah matematika sama saja menganjurkan siswa dalam mengeksplorasi kemampuan matematikanya secara luas, pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari membuat siswa mampu mengetahui kebermaanfaatan matematika dalam kehidupannya.
Akan tetapi, pembelajaran saat ini masih cenderung berfokus pada buku pelajaran dan guru terlalu sibuk menjelaskan catatan-catatan yang telah dipersipkan pada malam harinya dan selebihnya siswa akan asyik mencatat dan mendegarkan pelajaran yang di sampaikan guru. Akibat pembelajaran tersebut siswa hanya menggunakan rumus-rumus dalam meyelesaiakan soal yang sesuai dengan contoh yang telah diberikan sehingga mereka tidak dibiasakan membangun pemahamannya, hal ini berakibat pada rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa.
Rendanya kemampuan pemecahan masalah siswa terlihat dari skor kompetensi siswa yang menurun, siswa yang berusia 15 tahun berdasarkan hasil pengukuran global menunjukkan bahwa skor rata-rata bagi siswa
Indonesia 379 dalam matematika dan 396 dalam sains dan 317 dalam membaca,. Pencapaian skor ini masih dibawah rata-rata dari negara-negara peserta PISA pada tahun 2018 yang terdiri dari 79 negara peserta, skor yang diperoleh yaitu 489 untuk kemampuan matematika dan sains sedangkan 487 untuk kemampuan membaca. (Kompas.com, 2019)
Berdasarkan observasi, pada saat mengajar di SMP Buq‟atun Mubarakah Makassar mulai tanggal 31 Juni - 8 Agustus , khususnya kelas VII dijumpai ada empat siswa yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah dibawah rata-rata dibandingkan dengan temannya yang lain sehingga mereka kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika, empat siswa tersebut mampu mengerjakan soal matematika dengan benar tetapi, jika soal yang diberikan berbeda dengan contoh yang sudah ada sering sekali merasa kebingungan untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Siswa tersebut merasa lebih sering menghafal rumus-rumus yang diberikan karena siswa tersebut merasa bahwa dengan menghafal ia mampu menyelesaikan soal, akan tetapi siswa tersebut tidak memahami masalah dari soal hal tersebut, membuat kemampuan pemecahan masalah siswa rendah. Selain itu, guru hanya menuntut bagaimana siswa menggunakan rumus yang tepat meskipun siswa tidak memahami masalah yang diberikan, hingga dapat disimpulkan siswa terbiasa menunggu informasi yang diberikan dan masih tergatung pada guru siswa tidak dibasakan membentuk pengetahuannya sendiri.
Pembelajaran disekolah juga lebih di dominasi pada guru dengan menggunakan model konvensional sehingga mereka tidak dilatih untuk
memahami masalah melainkan hanya meniru apa yang dikerjakan oleh guru meskipun di menit terakhir diberikan beberapa pertanyaan terkait materi yang di sampaikan.
Menurut Sukandi, (2010:31) mendeskripsikan bahwa “Pembelajaran dengan menggunakan model konvensional ditandai dengan guru lebih banyak mengajarkan tentang konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu dan pada saat pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan”.
Akan tetapi, pembelajaran tersebut tidak dapat dilakukan disekolah seperti biasanya karena adanya pandemi Virus corona baru atau Covid-19 yang telah menyebar ke hampir setiap Negara didunia yang pertama kali muncul di China pada awal tahun 2020 tak terkecuali Indonesia sehingga mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat. Dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim memberlakukan pembelajaran secara daring dari rumah bagi siswa/i dan mahasiswa/i yang dituangkan dalam Surat Edaran Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pembelajaraan secara Daring dan Bekerja dari Rumah.
Meskipun pembelajaran saat ini dilakukan secara daring, tetapi diperlukan upaya dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah baik masalah bidang matematika, mata pelajaran lain ataupun masalah sehari-hari yang lebih kompleks sehingga siswa diharapkan memahami proses menyelesaikan masalah, terampil dalam memilih dan mengidentifikasi
konsep yang relevan, mencari generalisasi, merumuskan rencana penyelesaian, dan mengevaluasi kembali hasil yang telah di dapatkan.
Salah satu alternative pembelajaran yang memungkinkan yaitu model pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi). Menurut Kadir (Purnomo, dkk 2019:9) pembelajaran KADIR memberikan kesempatan untuk memahami dan mempelajari konsep matematika secara rinci, memfokuskan kemampuan siswa dalam mengaitkan pengetahuan matematika dengan materi-materi yang baru, menerapkan dan menyusun model pemecahan masalah, menggali pengetahuan matematika serta mempersiapkan dan menemukan inovasi ataupun ide baru serta mempersiapkan ide-ide tersebut dalam bentuk presentase.
Adapun penelitian yang relevan ialah penelitian yang dilakukan Ande Veliana Verry (2017) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Berfikir Reflektif Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi, dan Refleksi)” yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berfikir reflektif matematis dan aktivitas siswa pada model pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi, dan Refleksi). Hal ini dapat dilihat dari presentase berfikir reflektif siswa yang lulus sebesar 50% dengan rata-rata sebesar 55,36 pada akhir siklus I dan presentase siswa yang lulus sebesar 73,08% dengan rata- rata 70,27 pada akhir siklus II,dan juga presentase aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 77,78% pada siklus II dari 66,42% disiklus I. Selain itu respon positif dari siswa sebesar 70,19% pada siklus I dan meningkat
menjadi 82,05% pada siklus II dengan menggunakan Model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi, dan Refleksi).
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk membandingkan kemampuan pemecahan masalah dengan menggunakan dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) dan model pembelajaran konvensional.
Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk melakukan suatu penelitian dalam bentuk penelitian eksperimen dengan judul “Perbandingan Kemamapuan Pemecahan Masalah Melalui Model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi, dan Refleksi) dan Model Pembelajaran Konvensional Pada Siswa Kelas VII SMP Buq’atun Mubarakah Makassar”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana perubahan dalam kondisi pada setiap kemampuan pemecahan masalah melalui model pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) pada siswa kelas VII SMP Buq‟atun Mubarakah Makassar ?
2. Bagaimana perubahan dalam kondisi pada setiap kemampuan pemecahan masalah melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII SMP Buq‟atun Mubarakah Makassar ?
3. Bagaimana perubahan antar kondisi kemampuan pemecahan masalah melalui model pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasai dan Refleksi) dan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII SMP Buq‟atun Mubarakah Makassar
C. Tujuan Penelitian
Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan yang dikemukakan pada rumusan masalah. Adapun tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah yang diajar menggunakan model pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) pada siswa kelas VII SMP Buq‟atun Mubarakah Makassar.
2. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII SMP Buq‟atun Mubarakah Makassar.
3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah yang diajar menggunakan model pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) dan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII SMP Buq‟atun Mubarakah Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, menyampaikan informasi tentang perbandingan model pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan
Refleksi) dan model pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.
2. Bagi siswa, memotivasi siswa memiliki kemampuan secara mandiri, melatih keterampilan, memberikan bekal dalam bekerjasama dengan orang lain baik dalam pembelajaran maupun sehidupan sehari-hari, serta memiliki rasa percaya diri dalam berinteraksi dan menyampaikan pendapatnya di muka umum.
3. Bagi guru, dengan model pembelajaran tersebut dapat digunakan sebagai bahan masukan yang dapat dipertimbangkan dalam usaha meningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa.
10 A. Teori Pendukung
1. Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang diajarkan dalam setiap tingkatan pendidikan baik itu SD, SMP dan SMA sederajat karena matematika dianggap penting karena matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai ciri khas tersendiri yang di dalamnya terdapat simbol-simbol sehingga dianggap penting dan bermanfaat dalam menyelesaikan masalah sehari-hari.
Matematika mempunyai peran yang sangat penting dalam pemikiran manusia untuk berfikir, karena logika merupakan dasar terbentuknya matematika dan menjadi pendekatan yang ampuh dalam usaha pengembagan teknologi dan ilmu pengetahuan, seperti yang dikemukan oleh Suherman, (2003: 6) matematika dibentuk dari hasil pemikiran manusia yang berkaitan dengan ide, proses, penalaran hingga dapat digunakan dalam mengkaji hakekat keilmuan bukan hanya sebagai ilmu pengetahuan saja.
Menurut Ensiklopedia bebas, kata ”matematika” berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar” juga mathematikos yang diartikan sebagai suku belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu studi
tentang struktur, ruang, dan perubahan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ismail, 2004:13) matematika diartikan sebagai “ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.
Berdasarkan uraian tersebut dapat simpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang bersifat keterampilan, pemahaman, dan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang telah melakukan proses pembelajaran sehingga dapat diterapkan dalam masalah sehari-hari.
2. Model Pembelajaran
Model pembelajaran ialah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran serta segala fasilitas yang digunakan dalam proses belajar mengajar baik yang digunakan secara langusng atapun tidak langsung. (Istarani, 2015:58).
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang mengambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan dan merencanakan aktifitas belajar mengajar. (Zakky, 2018)
Model pembelajaran merupakan suatu pola yang dilakukan guru sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran. Suryadi, (Kadir, dkk 2015:5)
Model pembelajaran mempunyai ciri-ciri khas yang membedakannya dari strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
a. Pencipta dan pengembagannya disusun secara rasional teoritis . b. Tercapainya tujuan pembelajaran.
c. Agar model tersebut dapat dilaksankan dan berhasil maka diperlukannya rangkaian-rangkaian pembelajaran.
d. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai maka diperlukan lingkungan belajar yang baik.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ialah perencanaan yang dilakukan oleh guru yang dirangkai dan disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu efesien dan efektif atau serangkaian prosedur yang sistematis berisi tahapan-tahapan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa, pedoman dalam pengembangan media atau perangkat pembelajaran, yang berlandaskan pencapaian tujuan pembelajaran.
3. Model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi)
Verry (2017: 17) Model pembelajaran KADIR bukan merupakan model pembelajaran yang benar-benar baru, tapi merupakan pengembangan dari model pembelajaran yang sudah ada. Menurut Model ini dikembangkan dari tiga model pembelajaran yang terdahulu, yaitu CORE (Connecting, Organizing, reflecting,dan Extending), ICARE
(Introduction, Connection, Application, Reflection, dan Extension), dan REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperative, dan Transffering). Kesamaan tersebut terletak pada tahapan Koneksi (Connecting), Aplikasi (Applying), dan Refleksi (Reflecting), sedangkan terdapat perbedaan pada tahapan Diskursus dan Improvisasi.
Melalui model KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) siswa diajak aktif dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya, sehingga mampu mengkonstruk pemahaman terhadap materi yang diberikan secara mandiri maupun berbantuan guru dan teman sebaya sebagai fasilitator. Model pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) memberikan kesempatan untuk memahami dan mempelajari konsep matematika secara rinci, memfokuskan kemampuan siswa dalam mengaitkan pengetahuan matematika dengan materi-materi yang baru, menerapkan dan menyusun model pemecahan masalah, menggali pengetahuan matematika, mempersiapkan dan menemukan inovasi ataupun ide baru serta mempersiapkan ide-ide tersebut dalam bentuk presentase.
Dengan tahapan ini siswa mampu mengembangkan kemampuan dalam meyelesaikan masalah dengan cara menghubungkan atau mengaitkan konsep baru dengan pengetahuan awal yang dapat dikembangkan kemampuan koneksi, pemahaman, pemecahan masalah, dan penalaran analogi dapat di kembangkan ditahap aplikasi. Proses diskusi, berbeda pendapat dan menyampaikan gagasan secra kritis pada
tahap diskursus dikembangkan kemampuan berfikir kritis matematis.
Melalui pengembangan kreatifitas, daya cipta, daya khayal pada tahap improvisasi mendukung kemampuan berfikir kreatif matematika.
Selanjutnya melalui penilain diri mengenai apayang telah dipelajari dapat dikembangkan kemampuan reflektif.
Adapun tahapan model pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) oleh Kadir,dkk (2015: 6) yaitu:
a. Koneksi
Koneksi berasal dari kata dalam bahasa Inggris connection, yang artinya kaitan atau hubungan. Dalam pebelajaran matematika koneksi merupakan kegiatan menghubungkan atau mencari suatu konsep matematika serta menggunakannya dalam pembelajaran lain ataupun pada kehidupan sehari-hari.
Pada tahapan koneksi siswa menghubungkan pengetahuan telah dia peroleh dengan pengetahuan atau pengalaman pengalaman baru.
(Mulhayati, 2007:125). Tahap ini juga siswa akan mendapatkan konsep-konsep untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan sehingga siswa termotivasi untuk selalu aktif.
b. Aplikasi
Tahapan aplikasi ialah tahap lanjutan yang mengarahkan kepada pemanfaatan serta penampilan pengetahuan yang telah dimiliki. Pada tahap ini siswa mulai menerapkan konsep-konsep yang telah diajarkan dalam menyelesaikan masalah yang ditemuinya serta
siswa perlu diberikan kesempatan menerapkan atau mempraktekkan pengetahuan tersebut.
Guru mengajak peserta didik untuk berfikir dengan menerapkan konsep untuk melakukan aktivitas pemahaman konsep. Peserta didik bisa mengetahui dan memahami peserta didik bisa aplikasi dari konsep matematika tersebut dalam pemecahan masalah di dunia nyata. Husna (Novri, 2018:81)
c. Diskursus
Menurut Surmarno (Kadir, 2015:6) “Dikursus ialah wacana sentral tempat berlangungnya diskusi dan pembahasan, penemuan dan tukar menukar ide serta pengembangan kemampuan berfikir siswa”.
Diskursus berperan dalam menimbulkan budaya aktif belajar di kelas.
Dalam suatu diskursus siswa diminta aktif dalam berdiskusi, baik mengajukan, menjawab, maupun sekedar merespon atau memberi pendapat maupun sanggahan.
d. Improvisasi
Pada tahapan ini siswa didorong untuk menghasilkan ide-ide yang berkaitan dengan topik permasalahan. Menurut Suyadi (Kadir, 2015:7) “Untuk menciptakan proses pembelajaran yang baik seorang guru saat merancang sebuah situasi pembelajaran harus memprediksi respon siswa sehingga guru akan lebih mudah membuat antisipasi situasi pembelajaran tersebut”.
Agar hal tersebut dapat terlaksana, maka guru perlu menguasai pendekatan, strategi ataupun model pembelajaran yang dapat membantu dalam proses pembelajaran.
e. Refleksi
Menurut Suprijono (Kadir, 2015:7) “Refleksi adalah bagian terpenting dalam pembelajaran karena merupakan upaya untuk melihat kembali, mengorganisir kembali, mengklarifikasi kembali, dan mengevaluasi hal-hal yang dilakukan”.
Tahap ini dapat melibatkan diskusi kelompok, presentasi, menulis kesimpulan ataupun mengerjakan kuis. Pada tahap ini siswa mejelaskan ide kemudian membandingkan ide tersebut dengan pengetahuan yang dimiliki oleh temannya sehingga siswa dapat menarik kesimpulan dari apa yang telah dipelajari. Selanjutnya siswa menyampaikan apa yang telah didapatkan dan guru memberikan penguatan, koreksi ataupun penelian.
4. Model Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan model yang digunakan guru dalam pembelajaran sehari-hari tanpa menyesuaikan model yang tepat berdasarkan sifat dan karakteristik dari materi pembelajaran yang dipelajari. Ciri-ciri pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru, oleh Priansa (2017: 100-101)
a. Peserta didik lebih pasif karna pendidik yag mempunyai peranan utama.
b. Informasi yang tuntas dan gamblang dari pendidik.
c. Pembelajaran tidak dilakukan oleh perorangan atau kelompok kecil karena jumlah peserta didik yang banyak.
d. Sarana pembelajaran yang terbatas sehingga peserta didik tidak dapat melakukan pembelajaran yang dialaminya secara langsung.
Keunggulan pembelajaran yang berpusat pada guru (model konvensional) sebagai berikut:
a. Bahan belajar dapat dilaksanakan secara tuntas oleh guru.
b. Dapat dilakukan meskipun jumlah peserta didik lumayan banyak.
c. Jadwal pembelajaran sudah ditetapkan sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan depat pada waktunya.
d. Target pembelajaran lebih mudah tercapai karena telah di targetkan sebelumnya.
Kelemahan pembelajaran yang berpusat pada guru (model konvensional) yaitu:
a. Berkurangnya motivasi, perhatian, dan konsentrasi peserta didik terhadap proses pembelajaran sehingga timbulah rasa bosan . b. Umumnya lebih banyak menyentuh ranah kognisi sehingga sulit
mengukur keberhasilan pembelajaran yang berkaitan dengan perubahan sikap dan prilaku.
c. Pendidik lebih sering mengejar target waktu untuk menghabiskan materi pembelajaran sehingga kualitas tujuan pembalajaran relatife rendah.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga siswa kebanyakan pasif mendengarkan uraian guru dan semua siswa harus belajar menurut kecepatan guru, siswa hanya menerima, mencatat dan menghafal materi pelajaran sehingga siswa sulit untuk menyampaikan pendapatnya. Selain itu, metode yang digunakan tidak terlepas dari metode ceramah, penugasan dan latihan sebagai bentuk pengulangan dan pendalaman materi ajar.
5. Kemampuan Pemecahan Masalah
Asal dari kata kemampuan yaitu mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti, kecakapan, kesangggupan maupun kekuatan (Tim Penusun Kamus Besar bahasa Indonesia, 1989: 552-553). Menurut Dahar, (Sundayana R, 2016) mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan manusia yang menggabungkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang telah diperoleh sebelumnya.
Menurut Hudoyo (Fatmala, dkk. 2016: 28) menyatakan bahwa
“Mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa itu menjadi lebih analitis di dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan”.
Menurut Suwarjono, (Fatmala, dkk. 2016: 28) kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan seseorang untuk menemukan solusi melalui suatu proses untuk melibatkan pemerolehan dan
pengorganisasian informasi. Karena itu masalah yang disajikan kepada peserta didik harus sesuai dengan kemampuan dan kesiapannya serta proses penyelesaiannya tidak dapat dengan prosedur rutin.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa pemecahan masalah ialah suatu proses untuk menyelesaikan soal-soal nonrutin dengan langkah-langkah yang tidak sama dengan yang telah dipelajari. Pada umumnya kemampuan pemecahan masalah siswa yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan karena langkah-langkah penyelesaian yang digunakan untuk mencari solusi permasalahan tergantung bagaimana siswa menerapkan konsep yang telah dipahami masing-masing siswa.
Adapun langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya (1973) ada empat yaitu: memahami masalah (understand the problem), membuat rencana pemecahan masalah (make a plan), melaksanakan rencana (carry out our plan), dan memeriksa kembali jawaban (look back at the completed solution). Secara rinci empat langkah itu dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Memahami masalah (understand the problem)
Dalam tahap ini, permasalah dibaca secara berulang-ulang sehingga dapat membedakan hal-hal yang diketahui maupun ditanyakan atapun hubungan kedua hal tersebut.
b. Membuat rencana (make a plan)
Pada langkah ini, akan diperoleh rumus dan unsur yang akan digunakan dalam pemecahan masalah sehingga dalam menentukan rencana perlu aturan-aturan yang harus dipahami terlebih dahulu.
c. Melaksanakan rencana (carry out our plan)
Dengan menggunakan rumus dan unsur yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya maka rumus dan unsur dapat digunakan pada tahap ini hasil dari tahapan ini merupakan solusi dari masalah tersebut.
d. Memeriksa kembali jawaban (look back at the completed solution) Memastikan kebenaran dan meninjau ulang apakah sesuai solusi dengan permasalahan sehingga jawaban yang diperoleh harus diperiksa terlebih dahulu.
Kemampuan pemecahan masalah harus dimiliki semua siswa agar siswa memiliki sifat keingintahuan yang tinggi, ketekunan dalam menyelesaikan masalah, serta percaya diri saat menemui masalah non-rutin. Pemecahan masalah juga melatih siswa agar mampu mengasah keterampilan menganalisis informasi, mengumpulkan informasi, mengambil keputusan serta meneliti kembali hasil yang diperoleh.
Adapun indikator yang digunakan peneliti dalam megukur kemampuan pemecahan masalah pada penelitian ini yaitu
a. Fokus pada masalah
Menuliskan unsur-unsur yang diketahui maupun ditanyakan dalam masalah.
b. Menggambarkan fisik
Membuat unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan kedalam bentuk simbol, atau model matematika dari permasalahan.
c. Merencanakan penyelesaian
Menyusun rancangan penyelesaian atau tahapan-tahapan penyelesaian masalah.
d. Melaksanakan rencana
Menyelesaikan masalah sehingga dapat menemukan jawaban dari permasalahan.
e. Evaluasi hasil
Memeriksa kembali serta menarik kesimpulan dari apa yang telah diperoleh.
6. Tabel 2. 1 Tahapan Pembelajaran Model KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Tahapan Deskripsi Pembelajaran Model KADIR dalam kemampuan pemecahan masalah siswa
Koneksi Peserta didik mengaitkan konsep-konsep baru yang diperoleh
Peserta didik menarik kesimpulan mengenai konsep sehingga dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah.
Aplikasi Peserta didik mengidentifikasi masalah.
Peserta didik membuat diagram, simbol, maupun gambar untuk mempresentasikan permasalahan.
Peserta didik membuat model matematika.
Peserta didik menentukan, mendesain serta menerapkannya sebagai cara penyelesaian.
Peserta didik mengoprasikan penyelesaian masalah.
Diskursus Peserta didik bertanya dan menjawab berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengalaman.
Improvisasi Peserta didik membuat permasalah baru yang mirip dengan permasalah sebelumnya.
Peserta didik menyelesaikan bermasalahan yang telah dibuat.
Refleksi Peserta didik memeriksa kembali kebenaran dari yang didapatkan.
Peserta didik menarik kesimpulan dari permasalahan.
23
1. Penelitian Andre Veliana Verry (2017) yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Berfikir Reflektif Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi, dan Refleksi)” yang menunjukkan bahwa model pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi, dan Refleksi) mampu meningkatkan kemampuan berfikir reflektif matematis dan aktivitas siswa. Hal ini dapat dilihat dari presentase berfikir reflektif siswa yang lulus sebesar 50% dengan rata-rata sebesar 55,36 pada akhir siklus I dan presentase siswa yang lulus sebesar 73,08% dengan rata-rata 70,27 pada akhir siklus II,dan juga presentase aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 77,78% pada siklus II dari 66,42% disiklus I.
Selain itu respon positif dari siswa sebesar 70,19% pada siklus I dan meningkat menjadi 82,05% pada siklus II dengan menggunakan Model Pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi, dan Refleksi).
2. Penelitian Arif Budi Purnomo, dkk (2019) dengan judul “Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematis Menggunkan Model Pembelajaran KADIR Pada Materi Persegi Panjang dan Persegi Kelas VII MTsN Batu” yang menunjukkan bahwa: (1) Pencapaian indikator kemampuan koneksi dan pemecahan masalah peserta didik kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol karena kelas eksperimen sebagian besar peserta didik telah memenuhi indikator dari dua kemampuan yang diukur. Sedangkan pada kelas kontrol hanya sebagian kecil yang memenuhi indikator dari dua kemampuan koneksi dan pemecahan
masalah matematis. Sehingga, tidak terdapat perbedaan hasil kualitatif dan kuantitatif yang artinya hasil kualitatif mendukung, melengkapi dan memperkuat hasil kuantitatif pada tahap pertama. (2) Kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol dengan membandingkan thitung dan ttabel dengan nilai thitung = 2,726 > 2,00488 dan thitung = 3,570 > 2,00488; (3) terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran KADIR dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan nilai Sig (2-tailed) = 0,009 < 0,025 dan Sig (2-tailed) = 0,001 < 0,025;
C. Kerangka Pikir
Sebagai guru, sudah seharusnya berusaha untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Didalam pemilihan model pembelajaran diperlukan pemikiran dan persiapan yang matang, untuk itu model yang digunakan harus berorientasi pada siswa karena dalam pembelajaran itu sendiri banyak materi yang membuat siswa binggung dan jenuh.
Sala satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa yaitu model pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi). pembelajaran KADIR memberikan kesempatan untuk memahami dan mempelajari konsep matematika secara rinci, memfokuskan kemampuan siswa dalam mengaitkan pengetahuan matematika dengan materi-materi yang baru, menerapkan dan menyusun model pemecahan masalah, menggali pengetahuan matematika, mempersiapkan dan menemukan
inovasi ataupun ide baru serta mempersiapkan ide-ide tersebut dalam bentuk presentase.
Model pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improvisasi dan Refleksi) membuat peserta didik lebih aktif di dalam kelas. Pemecahan masalah dalam penelitian ini yaitu peserta didik mampu dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang tidak rutin dengan indikator fokus pada masalah, menggambarkan fisik, merencanakan penyelesaian, melaksanakan rencana dan evaluasi hasil.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk experimental research yang dimana termasuk Single Subject Research. Menurut Sunanto, dkk. (2006: 41), penelitian eksperimen dibedakan menjadi dua yaitu single subject design dan group design, desain subjek tunggal memfokuskan pada data individu sedangkan desain kelompok berasal dari data kelompok individu.
Perbandingan tidak dilakukan antar kelompok maupun individu, melainkan kondisi baseline dan kondisi eksperimen (intervensi) di waktu yang berbeda. Kondisi Baseline merupakan pengukuran terhadap subjek penelitian sebelum di terapkannya perlakuan dan kondisi eksperimen merupakan kondisi saat diterapkannya perlakuan.
Menurut Sukamadinata, dkk. (2005: 209) eksperimen dengan subjek tunggal merupakan jenis eksperimen yang bisa di lakukan pada satu orang, dua orang ataupun lebih yang hasil analisisnya didasarkan pada subjek secara individual.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya single subject research ialah experimental research bertujuan untuk melihat terjadinya perubahan perilaku terhadap subjek penelitian secara individual sehingga dapat dilakukan perbandingan antara kondisi baseline dengan kondisi eksperimen setelah intervensi dilakukan.
26
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah ialah A-B-A‟,
Keterangan:
A = Kondisi baseline awal di mana intervensi belum dilakukan.
B = Intervensi yang dilakukan setelah baseline A‟ = Kondisi baseline setelah intervensi dilakukan.
Adapun yang dimaksud dengan design ialah:
1. A merupakan simbol dari baseline-1 data dasar. Pengukuran baseline-1 dilakukan sampai data menjadi stabil yaitu pada kondisi awal kemampuan pemecahan masalah subjek penelitian.
2. B merupakan simbol dari intervensi atau gambaran kemampuan pemecahan masalah subjek selama diberikannya perlakuan yang dilakukan secara berulang sehingga di dapakan data yang stabil yaitu penggunaan model pembelajaran KADIR dan model pembelajaran konvensional.
3. A‟ atau baseline-2 merupakan simbol dari baseline-2 yang merupakan fase yang diulang pada kondisi baseline-1 yang dilakukan sebagai bahan evaluasi apakah terjadi perbedaan kemampuan pemecahan masalah subjek penelitian sebelum dan setelah intervensi dilakukan.
A –B - A‟
B. Subjek Penelitian
Teknik yang digunakan dalam menentukan subjek penelitian ialah secara purposive. Menurut Sugiono (2017: 85) sampling purposive adalah metode yang digunakan untuk menentukan sampel dengan syarat tertentu atau seleksi khusus. Berlandaskan pada pendapat sebelumnya pengambilan sample pada penelitianini adalah murid kelas VII SMP Buq‟atun Mubarak Makassar.
Adapun sample data yang diambil yaitu empat orang murid yang yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah yang lebih rendah sehingga nilai yang diperoleh dibawah rata-rata yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika.
C. Defenisi Operasional Variabel
Menurut Sunanto, dkk (2006: 12) variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel bebas (intervensi) yakni model pembelajaran KADIR dan model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran KADIR memberikan kesempatan untuk memahami dan mempelajari konsep matematika secara rinci, memfokuskan kemampuan siswa dalam mengaitkan pengetahuan matematika dengan materi-materi yang baru, menerapkan dan menyusun model pemecahan masalah, menggali pengetahuan matematika, mempersiapkan dan menemukan inovasi ataupun ide baru serta mempersiapkan ide-ide tersebut dalam bentuk presentase. Sedangkan pembelajaran konvensional merupakan model yang digunakan guru dalam pembelajaran sehari-hari tanpa
menyesuaikan model yang tepat berdasarkan sifat dan karakteristik dari materi pembelajaran yang dipelajari.
2. Variabel terikat (target behavior) ialah kemampuan pemecahan masalah.
Ialah keterampilan dalam meyelesaikan soal nonrutin dengan indikator fokus pada masalah, pengambaran fisik, dalam menyusun penyelesaian, melakukan tindakan, serta mengevaluasi hasil.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian sebagai alat bantu yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data sehingga kegiatan pengumpulan data dapat di permudah dan tersitematis. Dengan demikian, instrumen harus relevan dengan masalah dan aspek yang akan diteliti agar memperoleh data yang akurat. Yaitu tes kemampuan pemecahan masalah, tes digunakan untuk memperoleh hasil kemampuan pemecahan masalah subjek sebagai alat ukur dalam penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode dalam mengumpulkan data untuk penelitian ini digunakan berupa tes kemampuan pemecahan masalah subjek sebelum dilakukan perlakuan atau intervensi dengan penerapan model pembelajaran KADIR dan model pembelajaran konvensional.
F. Teknik Analisis Data
Pengolahan serta analisis data merupakan tahapan terakhir sebelum melakukan penarikan kesimpulan dalam penelitian. Menurut Sunanto, dkk.
(2005: 21) mengatakan “ bahwa penelitian dengan Single Subject Research (SSR) yaitu penelitian dengan subjek tunggal dengan prosedur penelitian menggunakan desain eksperimen untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap perubahan tingkah laku”. Penelitian dengan subjek tunggal dapat dianalisis dengan menggunakan statistika deskriptif.
Sugiyono (2017: 147) mengatakan bahwa “statistika deskriptif merupakan statistika yang dipergunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi”.
Data hasil penelitian ini dapat disajikan dengan menggunakan grafik, tabel, diagram maupun perhitungan presentase sehingga dapat menunjukkan adanya perubahan yang terjadi disetiap sesi pada fase baseline maupun intervensi. Analisis data dilakukan setelah data dikumpulkan dan dihitung sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Analisis dalam penelitian ini berupa analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi.
Menurut Susanto, dkk. (2005: 93) mengatakan bahwa “ada beberapa komponen yang harus dianalisis dalam penelitian subjek tunggal diantaranya stabilitas data, kecenderungan data, tingkat perubahan data, rata-rata untuk setiap kondisi, data yang overlapping “. Menurut Sunanto, dkk. (2006: 68) dalam menganalisis data ada 2 yaitu:
1. Analisis dalam kondisi a. Panjang Kondisi
Panjang kondisi merupakan banyaknya sesi yang digunakan dalam penelitian.
b. Kecenderungan Arah (trend/slope)
Kecenderungan arah merupakan perubahan data yang terjadi pada setiap sesi yang dapat di gambarakan dengan menggunakan garis lurus dengan menggunakan freehand method and splis middle method.
c. Level stability
Merupakan peningkatan keyakinan data pada suatu keadaan. Pada suatu tingkatan yang dimana cara menghitungnya menggunakan data yang berada pada jangka diatas dan dibawah rata-rata.
d. Tingkat Perubahan (level change)
Merupakan adanya modifikasi yang terjadi di antara dua data yang dapat ditentukan dengan cara menghitung selisih dari jumlah data awal serta yang selanjutnya.
e. Data path
Suatu keadaan yang terjadi pada data awal dengan data yang lain pada suatu keadaan. Sesuatu yang dapat terjadi pada jejak data yaitu data dapat bertambah, berkurang dan rata-rata.
f. Rentan
Rentan merupakan jangka data awal serta data terakhir dalam hal ini sama yang dimaksudkan tingkat perubahan data.
2. Analisis Antar Kondisi a. Variabel yang di ubah
Pada analisis ini baiknya perilaku sasaran di fokuskan hanya 1 perilaku, yang dimaksudkan ialah penjabaran yang di fokuskan pada pengaruh intrusi pada subjek yang menjadi sasaran.
b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya
Pada tahap menganalisis data antar kondisi selanjutnya, modifikasi disposisi arah diagram pada kondisi dikemampuan awal serta perlakuan yang diberikan, sehingga menandakan maksud dari modifikasi perilaku sasaran yang dipengaruhi pada intervensi.
c. Perubahan stabilitas dan efeknya
Pada keseimbangan data ditunjukkan pada tingkatan keseimbangan modifikasi dari sederet data. Data diartikan seimbang, jika menandakan arah (bertambah, berkurang dan rata-rata) secara selaras.
d. Perubahan level data
Menunjukkan sebanyak data yang terubah. Tingkat perubahan data jangka keadaan pertama (kemampuan awal) dan data untuk keadaan berikutnya (perlakuan)
e. Data overlap
Data overlap menunjukan data yang tumpang tindih. Mengartikan bahwa tidak mengalami perubahan pada 2 keadaan tersebut.
33 A. Deskripsi Lokasi Penelitian
SMP Buq‟atun Mubarakah merupakan pesantren putra dan putri yang terakreditasi “A” yang teletak di jalan KHA. Djabbar Ashyri No. 1 Gombara Pai Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Sekolah ini dibangun mulai tahun 1991 yang mempunyai luas tanah ± 50.000 m2 dan mempunyai bangunan seluas ± 2.522 m2. SMP Buq‟atun Mubarakah merupakan sekolah swasta yang dikelolah oleh yayasan Buq‟atun Mubarakah.
Adapun sarana serta prasarana yang telah disediakan yaitu ruang kelas putra dan putri yang digunakan untuk Proses Belajar Mengajar (PBM), ruangan guru, kantor yayasan, ruang kepala sekolah, masjid, kamar mandi, asrama putra dan putri, 2 ruang perpustakaan, leb IPA dan leb Bahasa, ruang keterampilan, kantin siswa, gudang dan lapangan upacara.
B. Deskripsi Subjek Penelitian 1. Identitas Subjek
Nama Subjek : UT
Kelas : VII
Tempat dan tanggal lahir : Makassar, 23 Februari 2008
Usia : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. KHA. Djabbar Ashiry
Asal : Surabaya, Jawa Timur
Nama Orang Tua : Abdul Jalal Tharir dan Ibu Sunada Tinggal Bersama : Asrama Pesantren Putri
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia 2. Identitas Subjek
Nama Subjek : NH
Kelas : VII
Tempat dan Tanggal Lahir : Makassar, 20 Januari 2008
Usia : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. KHA. Djabbar Ashiry
Asal : Kendari, Sulawesi Tenggara
Nama Orang Tua : H. Kamaruddin dan Ibu Hj. Nuriati Tinggal Bersama : Asrama Pesantren
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia 3. Identitas Subjek
Nama : RA
Kelas : VII
Tempat, Tanggal Lahir : Sinjai, 20 April 2008
Usia : 12 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Gunung Bawakaraeng, Sinjai Utara Asal : Kab. Sinjai, Sulawesi selatan
Nama Orang Tua : Kamaruddin Mustafa dan Ibu Ainun Hermansyah
Tinggal Bersama : Asrama Putri Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia 4. Identitas Subjek
Nama : AH
Kelas : VII
Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 02 Agustus 2008
Usia : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln.KHA. Djababr Ashiry
Asal : Kediri, Jawa Timur
Nama Orang Tua : Muh. Safri dan Ibu Ernawati, S.Pd.
Tinggal Bersama : Asrama Pesantren Putri Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia C. Karkateristik Subjek
1. Subjek pertama bernama UT dan berusia 12 tahun serta masih kelas VII SMP Buq‟atun Mubarakah Makassar. Berjenis kelamin perempuan yang berasal dari Surabaya, Jawa Timur tinggal di asrama putri. Pada saat pembelajaran matematika khususnya materi pecahan siswa merasa kurang mengerti dengan materi yang ajarkan.
2. Subjek kedua bernama NH dan berusia 12 tahun serta masih kelas VII SMP Buq‟atun Mubarakah Makassar. Berjenis kelamin perempuan yang
berasal dari Kendari, Sulawesi Tenggara tinggal di asrama putri. Pada saat pembelajaran matematika khususnya materi pecahan siswa kurang memahami materi karena belum mempu menghafal perkalian, siswa juga kurang memahami konsep yang di ajarakan.
3. Subjek ketiga bernama RA dan berusia 12 tahun serta masih kelas VII SMP Buq‟atun Makassar. Berjenis kelamin perempuan yang berasal dari Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan tinggal di asrama putri. Pada saat pembelajaran matematika khususnya materi pecahan subjek merasa kewalahan dengan materi yang disampaikan karena materi yang banyak dengan waktu yang sangat singkat.
4. Subjek keempat bernama AH dan berusia 12 tahun serta masih kelas VII SMP Buq‟atun Makassar. Berjenis kelamin perempuan yang berasal dari Kediri, Jawa Timur tinggal di asrama putri. Pada saat pembelajaran matematika khsusnya materi pecahan siswa sulit memahami materi yang diberikan.
D. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Penelitian Subjek Tunggal atau Single Subject Research (SSR) menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah. Data yang digunakan ialah data yang diperoleh pada hasil tes kemampuan pemecahan masalah yang diberikan sebelum dilakukan perlakuan, selama pemberian perlakuan dan setelah subjek diberikannya perlakuan yang menggunakan model pembelajaran KADIR (Koneksi, Aplikasi, Diskursus, Improfisasi dan
Refleksi) dan model pembelajaran konvensional berikut merupakan data hasil penelitian.
1. Deskripsi Baseline-1 (kemampuan awal sebelum diberikan intervensi)
Pelaksanaan baseline awal dilakukan selama tiga kali hingga data menjadi stabil, fase ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan subjek dalam menyelesaikan soal kemampuan pemecahan masalah pada materi pecahan. Perolehan presentase hasil tes kemampuan pemecahan masalah diperoleh dari jumlah skor yang diperoleh siswa dibagi dengan skor maksimal yang didapatkan di kali 100%. Baseline awal dilakukan oleh peneliti di ruangan kelas selama tiga kali pertemuan. Setiap pertemuan subjek diberikan waktu 90 menit untuk menyelesaikan soal tes kemampuan pemecahan masalah yang berbentuk essay sebanyak 4 nomor.
Indikator penilaian soal tes kemampuan pemecahan masalah sesuai dengan langkah-langkah teori Polya (1973) ada empat yaitu:
memahami masalah (understand the problem), membuat rencana pemecahan masalah (make a plan), melaksanakan rencana (carry out our plan), dan memeriksa kembali jawaban (look back at the completed solution). Setelah data pada baseline awal dianggap stabil selajutnya dapat diberikan intervensi (perlakuan). Adapun hasil kamampuan pemecahan masalah pada fase baseline awal yaitu:
a. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 10 November 2020.
Pengukuran dilakukan dengan memberikan tes kemampuan pemecahan masalah pada materi pecahan. Sebelum memulai kegiatan peneliti dan subjek melakukan doa bersama kemudian, peneliti menjelaskan kepada subjek bahwa subjek akan mengerjakan soal essay yang berjumlah 4 nomor. Berdasarkan pada hasil tes kemampuan pemecahan masalah materi pecahan subjek masih berada di bawah kriteria ketuntasan atau termasuk kategori kurang sekali, kurang dan cukup.
b. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 10 November 2020 pukul 15:30-16:20. Pengukuran kemampuan awal dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah pada materi pecahan dengan soal yang sama dengan sebelumnya dan hasil kemampuan pemecahan masalah pun masih sama.
c. Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilakukan pada tanggal 12 November 2020.
Pengukuran kemampuan awal dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah pada materi pecahan dengan soal yang sama dengan sebelumnya dan hasil kemampuan pemecahan masalah pun masih sama.
Tabel 4.1. Data Hasil Penelitian pada Fase Baseline-1 Tanggal Subjek Durasi Banyaknya
Target Perilaku
No. soal yang salah
Jumlah Kesalahan
10 November 2020 (Sesi ke-1)
1 09:30- 10:20
/// 2,3,4 3
2 /// 2,3,4 3
3 //// 1,2,3,4 4
4 /// 2,3,4 3
10 November 2020 (Sesi ke-2)
1 15:30- 16:20
/// 2,3,4 3
2 /// 2,3,4 3
3 //// 1,2,3,4 4
4 /// 2,3,4 3
12 November 2020 (Sesi ke-3)
1 09:30- 10:20
/// 2,3,4 3
2 /// 2,3,4 3
3 //// 1,2,3,4 4
4 /// 2,3,4 3
Berdasarkan tabel 4.1, kesalahan subjek penelitian cenderung menetap, hal ini diperoleh pada jumlah kesalahan di nomor yang sama disetiap sesi pada setiap indikator kemampuan pemecahan masalah pada soal tes kemampuan pemecahan masalah materi pecahan. Hasil pengamatan kemampuan pemecahan masalah dapat digambarkan dalam bentuk grafik demi memperjelas akuransi data difase baseline-1. Dibawah ini, akan disajikan grafik displey kemampuan subjek penelitian dalam menyelesaikan soal kemampuan pemecahan masalah pada materi pecahan yang dapat dilihat pada grafik 4.1.
Display diatas menunjukkan bahwa, jumlah kesalahan dalam mengerjakan soal kemampuan pemecahan masalah masih cukup banyak.
Jumlah kesalahan pada sesi ke-1, sesi ke-2 sama dengan sesi ke-3.
Hingga dapat disimpulkan bahwa jumlah kesalahan subjek penelitian menetap sehingga data dapat dikatakan data stabil.
2. Deskripsi Data Pada Fase Intervensi
a. Dengan menggunakan model pembelajaran KADIR
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3
Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Subjek 4
1). Intervensi ke-1
Pemberian intervensi pertama dilakukan pada tanggal 12 November 2020 pukul 15:30-16:10 , intervensi dilakukan pada subjek dengan diberikan model pembelajaran KADIR peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran yaitu memahami cara perbandingan bilangan pecahan dan memahami cara membandingkan dua bilangan pecahan.
2). Intervensi ke 2
Pemberian intervensi kedua dilakukan pada tanggal 14 November 2020 pukul 15:30-16:10, intervensi dilakukan pada subjek dengan diberikan model pembelajaran KADIR peneliti menejelaskan tujuan pembelajaran yaitu memahami cara penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan dan menghitung pengurangan dan penjumlahan bilangan pecahan.
3). Intervensi ke 3
Pemberian intervensi ketiga dilakukan pada tanggal 15 November 2020 pukul 15:30-16:10, intervensi dilakukan pada subjek dengan diberikan model pembelajaran KADIR peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran yaitu memahami cara perkalian dan pembagian bilangan pecahan menghitung pembagian bilangan pecahan oleh bilangan bulat, menghitung pembagian bilangan pecahan oleh bilangan pecahan dengan penyebut sama, menghitung pembagian bilangan bulat oleh bilangan pecahan