1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Menurut Mujahidin (2020) desentralisasi adalah pemberian wewenang atau kekuasaan untuk mengatur dan mengurus sebuah pemerintahan kepada satuan- satuan pemerintahan yang ada di bawahnya atau lebih rendah. Selain itu, UU No 32 Tentang Pemerintahan Daerah juga mengatur tentang adanya otonomi daerah dimana daerah kota atau kabupaten memiliki kewenangan untuk mengatur daerahnya masing masing. Jadi pada dasarnya desentralisasi merupakan kesempatan bagi daerah untuk membangun daerahnya masing masing.
Desentralisasi bertujuan agar pemerintah dapat lebih meningkatkan efisiensi serta efektifitas. Menurut Nurmiyati (2020) desentralisasi dapat disebut salah satu cara yang efektif untuk pemerintah daerah dapat mengembangkan daerahnya masing masing. Hal ini menjadikan tugas bagi pemerintah daerah untuk turut serta mengembangkan potensi di daerahnya dengan baik sehingga perkembangan ekonomi di daerahnya juga semakin optimal. Kemandirian pemerintah daerah dalam membangun daerahnya juga meliputi peningkatan kualitas pelayanan publik, kesejahteraan masyarakat serta adanya pemberdayaan masyarakat yang efisien.
Otonomi daerah mengharapkan adanya kemandirian pemerintah daerah dalam membangun daerahnya termasuk perekonomian daerah. Mengembangkan perekonomian daerah merupakan tantangan bagi pemerintah daerah untuk semakin meningkatkan kinerja serta mengembangkan potensi daerah yang dapat mengembangkan perekonomian lokal yang berdampak positif bagi daerahnya.
Konsep pengembangan ekonomi lokal menurut Nurwanda (2020) di dalam mengembangkan ekonomi lokal yakni tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusianya saja, tetapi juga dibutuhkan adanya lembaga terlatih untuk mengelola kemampuan tersebut dan juga lingkungan yang optimal untuk memungkinkan terjadinya sebuah lembaga/kelompok ekonomi lokal tersebut dapat berkembang. Konsep pengembangan ekonomi lokal berarti adanya kerjasama dari
2
pemerintah dengan swasta dan masyarakat untuk membangun suatu jaringan yang berdampak positif bagi ketiga pihak tersebut dan daerahnya. Dalam mengembangkan ekonomi lokal dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya ialah investasi daerah.
Menurut Ristantri (2020) investasi adalah sebuah aktivitas penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu cukup lama dalam berbagai bidang usaha. Investasi merupakan salah satu cara untuk mengembangkan potensi daerah untuk meningkatkan perekonomiannya di daerah tersebut. Dikutip dalam berita online di Liputan6.com (Diakses 19 Januari 2021) “Bahlil menekankan, tujuan investasi hadir untuk meningkatkan perekonomian daerah. Sehingga kebijakan tersebut dilakukan agar para investor bisa bekerja sama dengan pengusaha dan UMKM yang ada di daerah setempat”. Pernyataan ketua dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengharapkan bahwa adanya investasi dari daerah daerah harus mengikut sertakan masyarakat dan UMKM yang ada di daerah tersebut. Hal tersebut dilakukan agar terjadi keseimbangan nilai investasi di Indonesia serta adanya pengembangan ekonomi lokal di tiap daerah di Indonesia.
Adanya pengembangan ekonomi yang merata, akan memudahkan masyarakat lokal untuk Menyejahterahkan hidupnya.
Gambar 1.1 Perkembangan Realisasi Investasi di indonesia Tahun 2018-2019 Menurut BKPM
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal - RI
108,9 95,7 89,1 99 392,7 107,9 104,9 105 105,3 423,1
76,4 80,6 84,7 86,9 328,6 87,2 95,6 100,7 103 386,5
185,3 176,3 173,8 185,9 721,3 195,1 200,5 205,7 208,3 809,6
T W I 2 0 1 8
T W I I 2 0 1 8
T W I I I 2 0 1 8
T W I V 2 0 1 8
J A N - D E S 2 0 1 8
T W I 2 0 1 9
T W I I 2 0 1 9
T W I I I 2 0 1 8
T W I V 2 0 1 8
J A N - D E S 2 0 1 9
PE R K E M B A N G A N R E A L I S A S I PE N A N A M A N M O D A L T R I W U L A N I V TA H U N 2 0 1 9
PMA PMDN Total
3
Berdasarkan data dari BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) disebutkan bahwa perkembangan investasi dari tahun 2018 sampai tahun 2019 cenderung meningkat. Tepatnya realisasi investasi di indonesia pada tahun 2018 yaitu Rp 721,3 Triliun dan pada tahun 2019 sebanyak Rp 809,6 Triliun, artinya realisasi investasi di indonesia meningkat sebanyak 12% dari tahun sebelumnya.
Peningkatan Investasi di Indonesia dari tahun ketahun merupakan hal baik bagi masyarakat Indonesia, sejalan dengan harapan dari bahlil seagai ketua BKPM yakni tujuan investasi untuk mengembangkan perekonomian lokal dan mengharapkan adanya kerja sama antara UMKM dengan investor. Adanya peningkatan investasi tersebut diharapkan mampu menumbuhkan perekonomian di daerah daerah kecil di Indonesia serta mensejahterahkan masyarakat indonesia.
Peningkatan nilai investasi yang di capai oleh pemerintah pusat tentu tidak terpelas dari pemerintah daerah yang ikut serta untuk meningkatkan nilai realisasi investasi di setiap daerahnya. Dukungan yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan nilai realisasi investasi dari pusat dapat berupa pelaksanaan kebijakan yang dapat menarik minat investor untuk berinvestasi di daerahnya.
Undang Undang No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal menjelaskan bahwa sebaiknya daerah menjadikan investasi untuk membangun daerahnya, terutama dalam pengembangan ekonomi lokal. Investasi pada daerah mengharapkan pembangunan daerah secara lebih baik dengan memperhatikan potensi potensi lokal di daerah dan mengembangkan potensi tersebut sebaik mungkin. Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk terus mengembangkan serta menjaga iklim investasi di daerahna masing masing.
Salah satu birokrasi yang memiliki fungsi dan tanggung jawab dalam bidang perencanaan dan pengembangan investasi adalah DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo. Merupakan singkatan dari Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan tenaga Kerja Kota Probolinggo. Dinas tersebut memiliki tanggung jawab dalam memberikan pelayanan pada bidang perizinan dan tenaga kerja, selain itu DPMPTSP dan Naker memiliki fungsi untuk mengurus promosi dan kerjasama dengan investasi. Tujuan dari DPMPTSP dan Naker Kota
4
Probolinggo ialah membantu walikota dalam urusan penanaman modal serta perizinan.
Kebijakan mengenai adanya penanaman modal di Kota Probolinggo juga diatur dalam Peraturan Walikota Kota Probolinggo Nomor 21 Tahun 2017 Tentang Rencana Umum Penanaman Modal Kota Probolinggo Tahun 2016-2025. Kebijakan ini mengatur tentang adanya visi misi penanaman modal di Kota Probolinggo yang mendorong tumbuhnya kewirausahaan lokal yang kreatif, inovatif dan produktif serta mampu memiliki keunggulan kompetitif.
Permasalahan yang dihadapi oleh DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo ini ialah tidak tercapainya target peningkatan nilai investasi yang masuk di Kota Probolinggo. Hal ini tertulis dalam laporan kinerja instansi pemerintah DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo.
Tabel 1.1 Realisasi investasi yang masuk di Kota Probolinggo tahun 2019 Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Capaian Presentase peningkatan nilai
realisasi investasi yang masuk
30% 25,35% 84,5%
Sumber : LKjIP DPMPTSP dan Naker tahun 2019, Kota Probolinggo
Dalam LKjIP tersebut tertulis bahwa di tahun 2019 Target peningkatan Investasi yang masuk di Kota Probolinggo sebanyak 30%, namun realisasinya peningkatan nilai investasi yang masuk di Kota Probolinggo hanya mencapai 25%.
hal ini dikarenakan beberapa faktor penghambat tercapainya nilai investasi tersebut.
Sedangkan tercapainya target peningkatan realisasi investasi yang masuk dapat membantu Industri Kota Probolinggo dalam menyerap tenaga kerja di Kota Probolinggo, maupun membantu pelaku UMKM dalam mendapatkan modal usaha.
5
Tabel 1.2 Perkembangan nilai investasi di Kota Probolinggo Tahun 2017 – 2019
Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019
Nilai Realisasi Komulatif (Rp)
Rp
13.943.292.930.537 Rp
17.530.802.455.403 Rp
21.975.487.020.320 Capaian Kinerja
Investasi 41,97% 25,73% 25,35%
Potensi
Investasi 13.589.954.123,33 16.083.305.004,96 11.614.950.856,41 Sumber : Data Investasi DPMPTSP dan Naker tahun 2019 Kota Probolinggo
Selain itu, target peningkatan nilai investasi yang masuk pada DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo ini menurun dari tahun 2017. Laporan Data Investasi 2015-2019 DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo dapat dilihat bahwa pada tahun 2017 capaian kinerja investasi adalah 41,97%. Tahun 2018 capaian kinerja investasi adalah 25,73%, dan pada tahun 2019 capaian kinerja nvestasi adalah 25,35%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan nilai capaian investasi dari tahun ke tahun. Namun dibalik penurunan target capaian kinerja investasi jumlah nominal investasi dari tahun 2018 dan 2019 meningkat yakni 2018 dengan jumlah investasi Rp.3.587.509.524.866, dan pada tahun 2019 Rp. 4.444.684.564.917.
Permasalahan lainnya yakni kurangnya inovasi pelayanan yang dilaksanakan oleh DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo. Hal ini sudah tertulis dalam Perda No 9 Tahun 2019 Kota Probolinggo tentang Pelayanan publik Pasal 35 Ayat 4
“Organisasi penyelenggara pelayanan melakukan inovasi pelayanan publik secara berkelanjutan dan menghasilkan inovasi pelayanan publik minimal 1 (satu) kali dalam setahun”. Namun DPMPTSP dan Naker selaku organisasi penyelenggara pelayanan publik tidak melakukan inovasi di tahun 2019 tersebut. hal ini merupakan permasalahan yang menyebabkan tidak tercapainya target peningkatan investasi di tahun 2019.
6
Tabel 1.3 Presentase inovasi pelayanan yang diinginkan oleh masyarakat Kota Probolinggo
No Inovasi Pelayanan Alasan Presentase
1 Pelayanan Perijinan keliling
Agar memudahkan pengurusan yang memiliki tempat tinggal jauh dari lokasi dinas
25,00 %
2
Sistem online dari pendaftaran sampai selesai
Lebih memudahkan, tidak
menggunakan antrian menunggu dan bisa di akses di mana saja
9,00 %
Total 34,00 %
Sumber : Laporan IKM DPMPTSP dan Naker Tahun 2019 Kota Probolinggo
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atau Survey Kepuasan masyarakat (SKM) memaparkan bahwa di tahun 2019 DPMPTSP dan Naker ini memiliki angka yang cukup tinggi yakni 83,40 dengan kategori baik. Namun di dalam laporan Survey Kepuasan Masyarakat DPMPTSP dan Naker tersebut tertulis responden berharap adanya inovasi pelayanan menggunakan sistem online dari pendaftaran sampai selesai, sedangkan pelayanan online sudah dapat didapatkan melalui sistem OSS. Diduga bahwa DPMPTSP dan Naker kurang melakukan sosialisasi dengan baik. Sehingga terdapat kesalahpahaman antar responden dengan dinas terkait. Hal ini berpengaruh atas keinginan investor dalam memulai investasi di Kota Probolinggo. Stigma pelayanan yang berbelit belit masih melekat di dengan DPMPTSP dan Naker, sehingga terdapat responden yang berharap adanya pelayanan online.
Sementara di Kota Surabaya tertulis dalam laporan kinerja DPMPTSP Kota Surabaya bahwa DPMPTSP Kota Surabaya juga memiliki target peningkatan investasi di tahun 2018, yakni sebesar 18% dari tahun sebelumnya. Target tersebut telah terealisasi sebesar 65% sehingga presentase capaian kinerja sebesar 365%.
Adanya pencapaian yang baik di dalam kinerja DPMPTSP Kota Surabaya dikarenakan beberapa program yang berhasil menarik investor untuk berinvestasi di daerahnya, yakni Pengelolaan Data Investasi, Pemetaan Data Pelaku Usaha di Surabaya, Monitoring Penanaman Modal, Penyelenggaraan Promosi Investasi, dan Pembinaan Perusahaan Penanaman Modal. Hasilnya DPMPTSP mendapatkan
7
target investasi yang sangat memuaskan, program tersebut dapat dijadikan contoh untuk daerah lain dalam menarik investasi di daerahnya masing masing.
Penelitian ini dilakukan untuk menjabarkan permasalahan yang dihadapi oleh DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo. Terkait permasalahan utamanya yaitu gagalnya DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo dalam mencapai target peningkatan investasi di tahun 2019 dan adanya pencapaian peningkatan investasi yang menurun di setiap tahunnya menjadi masalah yang menarik bagi peneliti untuk menganalisis terkait program DPMPTSP dan Naker dalam meningkatkan investasi di Kota Probolinggo yang berbasis perekonomian lokal dan pengaruh program DPMPTSP dan Naker untuk masyarakat lokal Kota Probolinggo. Uraian diatas melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Program Peningkatan Investasi Daerah Dalam Upaya Pembangunan Daerah Berbasis Pengembangan Ekonomi Lokal (Studi di Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja Kota Probolinggo).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak dari program peningkatan investasi yang dilakukan oleh DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo terhadap pembangunan daerah berbasis pengembangan ekonomi lokal ?
2. Apa saja permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan peningkatan investasi daerah sebagai upaya pengembangan ekonomi lokal di DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan memahami dampak dari program peningkatan investasi yang dilakukan oleh DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo terhadap pembangunan daerah berbasis pengembangan ekonomi lokal.
2. Untuk mengetahui dan memahami permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan peningkatan investasi daerah sebagai upaya pengembangan ekonomi lokal di Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja Kota Probolinggo.
8 1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memeberikan pengetahuan yang berkaitan dengan investasi di daerah serta hubungannya dengan pengembangan ekonomi lokal. Selain itu penelitian ini diharapkan mempu memberikan referensi untuk penelitian berikutnya. Ilmu yang digunakan dalam penelitian ini merupakan ilmu yang diperoleh pada mata kuliah kebijakan sektor publik dan pengembangan ekonomi lokal
2. Manfaat Praktis
Bagi pemerintah daerah penelitian ini diharapkan mampu menjadi saran serta rekomedasi yang dapat berguna untuk program program pemerintah daerah selanjutnya. Khusunya dalam hal program peningkatan investasi yang erat hubungannya dengan pengembangan ekonomi lokal. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan mempu memberikan pengetahuan serta referensi bagi semua pihak yang melakukan penelitian tentang program peningkatan investasi serta kaitannya dengan pengembangan ekonomi lokal. Bagi Masyarakat penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan serta pemikiran yang dapat memberikan inspirasi untuk membangun daerahnya dengan cara memanfaatkan potensi potensi lokal. Penelitian ini merupakan proses dan syarat untuk mendapatkan gelar sarana strata satu (S1) Ilmu pemerintahan.
1.5 Definisi Konseptual
1. Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal
Menurut Huda (2020), PEL merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya lokal dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan lokal baik pemerintah, swasta, organisasi nonpemerintah, dan sektor publik dengan tujuan meningkatkan lapangan kerja, menciptakan aktivitas perekonomian yang baik serta berkelanjutan, serta mampu menggali potensi ekonomi lokal yang produktif dan berdaya saing
Menurut Sishadiyati (2020), konsep pengembangan ekonomi lokal yakni memberikan penekanan pada sebuah kekuatan untuk memobilisasi sumber
9
daya, kemampuan dan keterampilan yang terdapat dan dimiliki oleh pihak lokal untuk dimanfaatkan sehingga dapat tercapainya pembangunan ekonomi daerah yang berkualitas dan berkelanjutan
Menurut Prasetyo (2014), melalui konsep Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL), pemerintah, swasta dan masyarakat dapat bekerjasama untuk menciptakan kondisi yang lebih optimal bagi pertumbuhan ekonomi di daerah dan meningkatkan lapangan kerja. Sejalan dengan itu menurut Munir dalam Suhada (2017) pengembangan ekonomi lokal (PEL) adalah sebuah proses yang mencoba merumuskan beberapa kelembagaan pembangunan di daerah guna dapat meningkatkan kemampuan SDM untuk menciptakan produk-produk yang berkualitas serta pembinaan industri dan kegiatan usaha pada skala lokal.
Pengembangan ekonomi lokal dimaksudkan agar pemerintah swasta dan masyarakat dapat bekera sama dengan baik. Memberikan hasil dalam peningkatan pendapatan daerah. Meningkatkan pertumbuhan perekonomian di suatu kota. Serta menyerap tenaga kerja di daerah dengan baik.
Indikator keberhasilan perkembangan ekonomi lokal di suatu daerah menurut Supriyadi (2007) yaitu ; 1) perluasan kesempatan bagi masyarakat kecil dalam kesempatan kerja dan usaha; 2) perluasan bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan; 3) keberdayaan lembaga usaha mikro dan kecil dalam proses produksi dan pemasaran; dan 4) keberdayaan kelembagaan jaringan kerja kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat lokal 2. Konsep Kebijakan Publik
Definisi kebijakan publik menurut Ramdhani (2017) kebijakan publik pada dasarnya terdiri dari berbagai tindakan yang saling berkaitan dan memiliki motif tertentu yang mengarah pada tercapainya tujuan tertentu yang dilakukan oleh pemerintah, dan bukan merupakan keputusan absolut. Kebijakan publik dalam arti lain merupakan sebuah aktivitas atau Tindakan oleh pemerintah yang dilakukan secara sadar untuk mencapai sebuah tujuan.
Menurut Marsons dalam Sholih (2016) kebijakan publik merupakan sebuah proses berkelanjutan, karena itu hal terpenting adalah siklus kebijakan.
Siklus kebijakan mencangkup formulasi, implementasi dan evaluasi kebijakan.
10
Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh pendapat sebelumnya bahwa kebijakan publik merupakan Tindakan dari pemerintah yang dilakukan terus menerus untuk masyarakat demi mencapai sebuah tujuan.
Implementasi kebijakan publik menurut Asna (2010) Implementasi kebijakan publik adalah aktivitas dalam proses kebijakan publik yang menentukan apakah sebuah kebijakan itu memenuhi kepentingan publik serta dapat di implementasikan serta diterima oleh publik. Kebijakan publik baru dapat berarti ketika diadakannya implementasi atau penerapan sebuah kebijakan yang telah dirumuskan tersebut sebelumnya sehingga dapat dilaksanakan berpengaruh pada masyarakat.
Edward dalam Handoyo (2012) berpendapat bahwa tanpa implementasi kebijakan yang efektif, maka keputusan pembuat kebijakan tidak akan berjalan dengan optimal. Implementasi tersebut dapat menjadi efektif ketika terdapat 4 aspek pokok yang harus diperhatikan pada implementasinya yakni komunikasi, sumber daya, komitmen, dan Struktur birokrasi. Implementasi kebijakan dapat berjalan dengan efektif ketika 4 aspek utama tersebut telah diperhatikan dengan baik.
3. Konsep Investasi Daerah
Menurut Rahmawatin (2020) Investasi merupakan pembelian barang yang tidak dikonsumsi namum dialokasikan untuk modal dalam kegiatan produksi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dimasa yang akan datang.
Pengertian ini bermaksud bahwa adanya peningkatan Investasi di Kota Probolinggo tentu akan mempengaruhi kondisi ekonomi lokal yang ada di Kota Probolinggo sendiri, semakin meningkatnya nilai investasi di Kota Probolinggo tentu akan menguntungkan masyarakat Kota Probolinggo dalam berbagai hal.
Menurut Bayu (2019) Investasi dapat dipandang melalui prespektif pemerintahan sebagai suatu kesempatan untuk mengembangkan kapasitas dan potensi yang dimiliki oleh daerah melalui dana yang dihasilkan dari adanya investasi. Investasi dalam sudut pandang pemerintahan dapat diartikan adanya kesempatan yang baik dalam membangun daerahnya, yakni dengan cara memberikan modal pada suatu usaha perekonomian dapat membangun pihak
11
tersebut mejadi lebih optimal dalam melakukan kegiatan ekonomi. Investasi yang optimal tentu akan berdampak baik bagi daerah yang mendapatkan investasi tersebut,
1.6 Definisi Operasional
Definisi operasional berangkat dari sebuah indikator yang dijabarkan serta disesuaikan dengan variabel variabel yang ada di lapangan.
1. Dampak dari program peningkatan investasi terhadap pembangunan daerah berbasis pengembangan ekonomi lokal di tahun 2019
1.1 Perluasan lapangan pekerjaan
1.1.1 Penyerapan tenaga kerja di Kota Probolinggo 1.1.2 Turunnya angka pengangguran di Kota Probolinggo
1.2 Peningkatan pendapatan bagi masyarakat Kota Probolinggo 1.2.1 Berkurangnya angka kemiskinan di Kota Probolinggo 1.2.2 Meningkatnya pengeluaran penduduk perkapita
1.3 Perkembangan UMKM lokal di Kota Probolinggo 1.3.1 Laporan Investasi yang meningkat di setiap tahun
1.3.2 PDRB Perkapita Kota Probolinggo yang meningkat di setiap tahun
1.4 Adanya jaringan antara pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat
1.4.1 Adanya partisipasi masyarakat dalam setiap program pemerintah Kota Probolinggo
1.4.2 Nilai indeks kepuasan masyarakat yang baik di DPMPTSP dan Naker
12 1.7 Kerangka Pikir
Gambar 1.2 kerangka berpikir
DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo merupakan dinas yang memiliki tanggung jawab atas adanya iklim investasi, penanaman modal, izin dan, tenaga kerja di Kota Probolinggo. Melaksanakan tugas sebagai penanggung jawab atas iklim investasi yang terus berkembang di Kota Probolinggo DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo melakukan berbagai program agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Program peningkatan investasi berbasis pengembangan perekonomian lokal tentu sangat diharapkan oleh masyarakat Kota Probolinggo.
Program yang dilakukan oleh DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo dalam upaya peningkatan investasi berbasis penelitian lokal sebaiknya memberikan pengaruh yang baik bagi masyarakat Kota Probolinggo atas adanya program program tersebut. Program yang dilaksanakan oleh DPMPTSP dan Naker Kota
DPMPTSP dan Naker (Dinas Penanaman
Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dan
Tenaga Kerja)
Program Peningkatan Investasi Perluasan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat
Peningkatan pendapatan bagi
masyarakat
Perkembangan UMKM Lokal
Adanya Jaringan antara masyarakat,
pemerintah, dan swasta Berbasis
Pengembangan Ekonomi Lokal
Dampak bagi masyararakat lokal
13
Probolinggo bertujuan mampu memberikan pengaruh pengembangan ekonomi lokal di Kota Probolinggo dengan berpedoman pada 4 Indikator pengembangan ekonomi lokal tersebut.
Berjalannya program peningkatan investasi yang dapat memberikan pengaruh pengembangan ekonomi lokal bagi masyarakat Kota Probolinggo program ini melibatkan adanya beberapa pihak yakni masyarakat Kota Probolinggo dan pihak swasta. Ketiga pihak antara pemerintah, masyarakat Kota Probolinggo, dan Swasta harus bekerja sama untuk menciptakan sistem yang baik bagi ketiga pihak tersebut. adanya program peningkatan investasi ini bertujuan menarik investor di Kota Probolinggo sebanyak banyaknya sekaligus dapat membangun daerahnya dengan baik. Namun adanya program ini tidak boleh mematikan pengusaha pengusaha lokal yang ada di Kota Probolinggo.
Kerangka berpikir menjelaskan bahwa program peningkatan investasi harus memberikan pengaruh bagi pengembangan ekonomi lokal Kota Probolinggo dengan berpedoman pada 4 indikatornya yakni. 1) Adanya Peluang untuk Masyarakat Kecil Berusaha. Artinya program tersebut dapat memberikan pengaruh pada masyarakat Kota Probolinggo dalam berusaha. 2) Peluang untuk meningkatkan pendapatan bagi masyarakat. Yakni Program yang dilakukan oleh DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo harus memberikan pengaruh berupa meningkatnya pendapatan bagi masyarakat Kota Probolinggo. 3) UMKM Lebih berdaya dalam produksi dan pemasaran. Artinya Program Peningkatan Investasi dapat memberikan pengaruh baik pada usaha kecil masyarakat kota probolinggo berupa lebih berdayanya UMKM. 4) Terbentuknya jaringan antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Artinya program tersebut harus memberikan pengaruh baik bagi ketiga pihak yang dilibatkan dalam program tersebut.
14 1.8 Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian tentang program peningkatan investasi yang berbasis perekonomian lokal di Kota Probolinggo ini merupakan penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif menurut Siyoto (2015), Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan berbagai macam strategi yang bersifat bersifat interaktif seperti observasi langsung, observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, dan teknik-teknik pelengkap. Jadi dalam penelitian kualitatif ini peneliti akan mengambil data data yang memiliki hubungan dengan adanya program-program peningkatan investasi di Kota Probolinggo lalu menyesuaikan dengan indikator pengembangan ekonomi lokal.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian merupakan subyek yang dijadikan sebagai narasumber atau informan untuk dimintai informasi terkait dengan penelitian pengembangan ekonomi lokal tersebut. pendeketan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Purposive sampling ialah teknik pengambilan data dengan pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling mengetahui permasalahan yang akan diteliti sehingga mempermudah peneliti dalam menjelajahi objek atau situasi sosial yang sedang diteliti tersebut Sugiyono (2012).
Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini ialah orang orang yang berperan dalam program yang dilakukan DPMPTSP dan Naker terkait peningkatan investasi di Kota Probolinggo diantaranya;
1. Lilik Sukam selaku Kepala Bidang Penanaman Modal DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo.
2. Teguh selaku Staff Perencanaan Dan Pengembangan Investasi bidang data dan informasi .
3. Siti Hamzah selaku Staff Promosi Dan Kerja Sama.
15
4. Gemini selaku Kepala Bidang Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo.
5. Mila selaku Staff bidang program DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo.
3. Sumber Data 3.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat langsung dari sumber yang diamati dan dicatat untuk pertama kalinya Marzuki (2002). Data Primer yang dimaksud dalam penelitian ini ialah menggunakan metode penelitian wawancara. Dimana dengan wawancara peneliti akan dengan mudah mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk diolah kedalam penelitian tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi yang ada pada DPMPTSP dan Naker di Kota Probolinggo.
3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan data Narimawati (2008). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada jurnal, buku, peneliti terdahulu, dan situs resmi pemerintahan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, karena tujuan utama dari sebuah penelitian adalah mendapatkan data Sugiyono (2008). Serangkaian proses pengumpulan data terhadap suatu penelitian yang penulis lakukan, maka harus memiliki teknik untuk mendapatkan data atau informasi yang akurat dari setiap apa yang diteliti, untuk memperoleh data yang akurat agar dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu:
4.1 Observasi
Menurut Eko (2014), observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara teratur terhadap unsur-unsur yang terlihat dalam sebuah gejala pada
16
objek penelitian. Observasi yang kami gunakan menggunakan pengamatan terbuka, dimana selaku peneliti akan mengatakan sumber data yang diperoleh dari narasumber yang berkaitan. Peneliti akan melakukan observasi di Kantor DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo.
4.2 Wawancara
Wawancara merupakan suatu aktifitas yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dapat bertukar suatu informasi dan ide melalui beberapa tanya jawab pada suatu topik tertentu Sugiyono (2013). Sejalan dengan Riyanto (2010), interview atau wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan melalui komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek atau responden. Wawancara akan dilakukan oleh peneliti terhadap pegawai dan staff di DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo yang bertujuan untuk memperoleh informasi terkait program peningkatan investasi berbasis perekonomian lokal.
4.3 Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006), dokumentasi yaitu sebuah aktifitas mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.
Penelitian ini pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dapat dilakukan dengan mengumpulkan beberapa informasi yang memiliki keterkaitan dengan program-program peningkatan investasi DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo.
5. Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo (Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja) yang memiliki kantor di Jl. Slamet Riyadi No.20, Kanigaran, Kec. Kanigaran, Kota Probolinggo, Jawa Timur. Mal Pelayanan Publik juga memberikan pelayanan yang ber alamat di Jl. Basuki Rahmad No.23, Mangunharjo, Kec.
Mayangan, Kota Probolinggo, Jawa Timur 67217.
17
Gambar 1.3 Peta Kota Probolinggo
Kota Probolinggo terdiri dari 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Mayangan, Kecamatan Kanigaran, Kecamatan Kademangan, Kecamatan Kedopok, dan Kecamatan Wonoasih. Kota Probolinggo memiliki potensi ekonomi lokal yang berbeda beda dalam setiap kecamatannya. Potensi industri di Kota Probolinggo juga tersebar di 5 kecamatan yaitu:
18
Tabel 1.4 Sebaran Industri Besar Sedang Di kota Probolinggo berdasarkan kecamatan
Kecamatan 2017 2018 2019
Kademangan 19 18 18
Kedopok 5 5 5
Wonoasih 7 5 5
Mayangan 12 11 11
Kanigaran 14 13 13
Kota Probolinggo 57 52 52
Sumber : BPS Kota Probolinggo
Tabel tersebut menjelaskan bahwa potensi industri besar di Kota Probolinggo tersebar cukup merata di berbagai kecamatan di kota probolinggo.
Namun kecamatan yang memiliki cukup banyak industri besar di kota probolinggo ialah Kecamatan Kademangan. Banyaknya industri di Kota Probolinggo ini dapat menyerap tenaga kerja di Kota Probolinggo dengan cukup baik.
Kecamatan Wonoasih memiliki potensi perekonomian yang unggul dalam bidang pertanian dan peternakan. Kecamatan Mayangan memiliki potensi perekonomian yang unggul dalam bidang perikanan, perdagangan, pertambangan, dan pariwisata. Kecamatan Kademangan memiliki potensi yang unggul dalam bidang pertanian, peternakan, dan industry. Kecamatan kanigaran memiliki potensi yang unggul dalam bidang perdagangan dan pertanian, Kecamatan kedopok memiliki potensi yang unggul dalam bidang perkebunan, pertanian dan perdagangan.
6. Analisis Data
Menurut Sugiyono (2010) yang dimaksud dengan teknik analisis data adalah proses mencari data, merangkai dengan sistematis sebuah data yang didapat dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kelompok, menjabarkan ke dalam unit-unit,
19
melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dimengerti oleh diri sendiri maupun orang lain.
Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan metode analisis deskriptif dimana penelitian ini berguna untuk mendiskripsikan konsep serta upaya yang dilakukan oleh DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo dalam memberikan pelayanan yang baik. Metode ini kami mendiskripsikan atau menggambarkan serta menerangkan permasalahan yang sedang terjadi dari kegiatan pada kantor tersebut. Untuk menganalisis data maka data akan diolah secara bertahap melalui beberapa proses yaitu ;
6.1 Reduksi Data
Menurut Sugiyono (2010), mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dengan mencari tema dan polanya dan menyampingkan hal yang tidak perlu.
Reduksi data akan mempermudah peneliti dalam mengambil informasi yang dibutuhkan untuk menjadi bahan penelitian selanjutnya.
6.2 Penyajian Data
Menurut Amailes dan Huberman dalam Sugiyono (2010) yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks dan naratif. Tahap tersebut peneliti memberikan berbagai data yang telah direduksi ke dalam laporan secara sistematis. Data disajikan dalam bentuk narasi berupa penjabaran mengenai program program dari DPMPTSP dan Naker Kota Probolinggo serta pengaruh program tersebut bagi masyarakat Kota Probolinggo.
6.3 Penarikan Kesimpulan
Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2010) kesimpulan awal yang ditampilkan masih bersifat sementara, dan akan berubah jika tidak didapat bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Penelitian pada tahap tersebut data dikumpulkan sebanyak banyaknya lalu di reduksi, narasi dalam penyajian data merupakan salah satu cara peneliti untuk menarik kesimpulan yang objektif.