• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH(PAD) KABUPATEN SOPPENG SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH(PAD) KABUPATEN SOPPENG SKRIPSI"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

SIRAJUDDIN NIM 105731102917

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2021

(2)

ii

PENGARUH PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI

DAERAH (PAD) KABUPATEN SOPPENG

SKRIPSI

DISUSUN DAN DIAJUKAN OLEH:

SIRAJUDDIN NIM : 105731102917

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi Pada Progran Studi Akuntansi

FakultasEkonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

20221M/1442H

(3)

iii MOTTO

‘’Bertindak Untuk Berfikir Dan Berfikir Sebelum Bertindak’’

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas Ridho-Nya serta karunianya sehigga Skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.

Alhamdulillah Rabbil’alamin,

Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya Bapak Haling, Alm. Ibu Kartini dan Kakak Hikmayanti yang telah senantiasa

memberikan doa dan dukungan yang tak terhingga

PESAN DAN KESAN

“Jangan Selalu mencari, tapi berusaha untuk menghasilkan”

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

Segala puji dan syukur kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan rahmat petunjuk-Nya. Shalawat serta salam tak lupa penulis hanturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai sang revolusioner sejati yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian sampai kepada penyusunan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi DaerahTerhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)”. Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua yaitu Bapak Haling dan Alm. Ibu Kartini yang senantiasa memberi dukungan baik berupa moral dan moril. Saudara sedarah saya dan segenap keluarga besar, orang-orang terdekat serta teman-teman imps unismuh, tercinta yang senantiasa mendukung dan memberi semangat hingga akhir studi ini, terimakasih atas segala dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan dunia dan akhirat.

(8)

viii

1. Alllah SWT yang telah membuka jalan dan mengangkat kesulitan- kesulitanku.Terima kasih karena sudah memberikan kesehatan sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Untuk kedua orang tuaku Bapak Haling dan Alm. Ibu Kartini terima kasih untuk segala bentuk dukungan dan dorongan serta do’a yang selalu diberikan.

3. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. H. Andi Jam’an, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Unversitas Muhammadiyah Makassar.

5. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.AK.,CA.CSP, selaku ketua program studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Ibu Linda Arisanti Razak, S.E., M.Ak.Ak.CA Selaku Sekertaris Program studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Ibu Waode Rayyani, SE.,M.Si.Ak.CA, selaku pembimbing l yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini selesai dengan baik.

(9)

ix

9. Bapak/Ibu dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah dan banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti proses perkuliahan.

10.Segenap staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

11. Untuk Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD) Kabupaten Soppeng terimakasih telah memberikan tempat penelitian dan arahan kepada penulis.

12. Rekan-rekan keluarga besar IKATAN MAHASISIWA PELAJAR SOPPENG (IMPS) Koordinator Perguruan Tinggi Universitas Muhammadiyah Makassar.

13. Rekan–rekan seperjuangan, mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar Angkatan 2017 yang selalu berjuang bersama dan telah memberikan bantuan serta dorongan dalam aktivitas studi penulis.

14. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis mampu merampungkan penulisan skripsi ini.

(10)

x

kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul khairat, Wassalamualaikum Wr.Wb.

Makassar, 03 Oktober 2021

Penulis,

Sirajuddin

(11)

xi

(dibimbing oleh) Pembimbing I Waode Rayyani dan Pembimbing II Hasanuddin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Soppeng. Jenis Penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif kausal. Sampel ini diambil dari kantor Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD). Jenis data yang digunakan ialah data sekunder yang didapatkan peneliti secara tidak langsung atau melalui media perantara. Pengumpulan data dilakukan yaitu data time series.

Hasil penelitian yang di dapat penulis ialah pajak daerah berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah, retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Soppeng.

Kata Kunci : Pajak daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD)

(12)

xii Waode Rayyani and Supervisor II Hasanuddin.

This study aims to determine the effect of regional tax reenue and regeional levies on increasing regional original income in Soppeng Regency. The type of research used is causal quantitative method. This sample is taken from the office of the regional finance and revenue management agency. The type of data used is secondary data obtained by researchers indirectly or through intermediary media.

Data collection is carried out, namely time series data.

The results obtained by the author are that local taxes have a positive effect on local revenue, regional levies have no effect on Soppeng Regency's original income.

Keywords : Regional Revenue, Regional Levies, Regional Original Income (PAD)

(13)

xiii

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN. ... v

SURAT PERNYATAAN KEABSAHAN. ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Grand Theory ... 8

2.A.1 Stakeholder Theory ... 8

B. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 9

C. Pajak Daerah ... 12

D. Retribusi Daerah ... 16

(14)

xiv

III. Metodelogi Penelitian ... 32

A. Jenis Penelitian... 32

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 32

C. Populasi Dan Sampel ... 32

3.C.1 Populasi ... 32

3.C.2 Sampel ... 33

D. Definisi Operasional Variabel ... 34

3.D.1 Pendapatan Asli Daerah (Y) ... 34

3.D.2 Pajak Daerah (X1) ... 34

3.D.3 Retribusi Daerah (X2) ... 35

E. Jenis Data... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ... 36

G. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ... 36

3.G.1 Uji Asumsi Klasik ... 38

3.G.2 Uji Parsial (T) ... 39

IV. Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 40

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 51

C. Hasil Analisis Data ... 55

D. Pembahasan ... 62

V. Kesimpulan Dan Saran ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN

(15)

xv

Tabel 4.2 Realisasi Retribusi Daerah Kabupaten Soppeng 2016-2020 ... 53

Tabel 4.3 Realisasi PAD Kabupaten Soppeng 2016-2020 ... 54

Tabel 4.4 Hasil Olah Data Uji Multikolinieritas ... 56

Tabel 4.5 Hasil Olah Data Uji Heterokedastisitas ... 57

Tabel 4.6 Hasil Olah Data Uji Autokorelasi ... 58

Tabel 4.7 Hasil Olah Goodness Of Fit ... 59

Tabel 4.8 Hasil Olah Data Uji Analisis Linear Berganda ... 61

Tabel 4.9 Hasil Olah Data Uji Parsial (T) ... 62

(16)

xvi

Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPKPD... 42 Gambar 4.2 Uji Normalisasi Data ... 55

(17)

1 A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara yang terbagi atas beberapa Provinsi dan setiap Provinsi terdiri atas daerah-daerah Kabupaten atau Kota yang juga setiap Kabupaten atau Kota memiliki Pemerintah Daerah. Banyaknya daerah di Indonesia membuat Pemerintah Pusat sulit mengkoordinasi pemerintahan yang ada di daerah-daerah, sehingga untuk memudahkan pelayanan dan penataan pemerintahan, maka Pemerintah Pusat mengubah kebijakan yang tadinya berasas sentralisasi menjadi desentralisasi. Wujud dari kebijakan desentralisasi tersebut lahirnya otonomi daerah. Pada tahun 2004, Undang- UndangNomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dianggaptidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah sehingga digantikan dengan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan kembali mengalami perubahan kedua yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah.

Sebagai daerah otonom, daerah dituntut untuk dapat mengembangkan dan mengoptimalkan semua potensi daerah yang digali dari dalam wilayah daerah bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan kekayaan yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah yang menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memelihara ketenteraman dan ketertiban.

(18)

Untuk menjalankan pemerintahan, daerah memiliki hak menggerakkan pungutan kepada masyarakat.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 di dalam Pasal 285 menyatakan bahwa pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan Transfer dan Pendapatan Daerah lainnya yang sah. PAD terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah, dan Pendapatan Asli daerah lainnya Yang sah. Semakin besar penerimaan PAD di suatu daerah, semakin kecil tingkat ketergantungan pemerintah daerah secara finansial kepada pemerintah pusat. Hal ini dikarenakan PAD merupakan sumber pendapatan bagi daerah yang berasal dari daerah itu sendiri.

Pajak Daerah yaitu iuran pajak yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada pemerintah tanpa balas jasa, yang dapat dipaksakan berdasarkan Undang-undang Nomor 28 tahun 2009. Pajak daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang mempunyai peranan penting berasal dari pendapatan asli daerah (PAD). Hal ini dikarenakan semakin besar jumlah penerimaan pajak daerah maka akan semaki besar jumlah pendapatan asli daerah. Karena pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah, setiap peningkatan pajak daerah akan mempengaruhi peningkatan pada pendapatan asli daerah.

Retribusi Daerah menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 yaitu Pajak daerah sebagai pembayaran atas jasa atau izin tertentu yang diberikan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah, terutama untuk kepentingan pribadi atau usaha. Iuran anggota dan pajak daerah merupakan salah satu pendapatan asli daerah dan salah satu sumber pendanaan penyelenggaraan

(19)

pemerintahan dan pembangunan masyarakat untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kesejahteraan masyarakat. Dengan menentukan jenis pembalasan, daerah diberi kesempatan untuk menggali potensi sumber pendanaan. Pajak daerah memegang peranan yang sangat besar dalam pelaksanaan otonomi daerah dalam rangka mencapai pendapatan daerah dari daerah asalnya. Semakin banyak pendapatan pembalasan di suatu daerah, semakin banyak pendapatan di daerah asal.

Jumlah kebutuhan daerah semakin meningkat dari tahun ke tahun, sehingga diharapkan jumlah penerimaan pajak daerah juga mengalami peningkatan sehingga mampu menopang ekonomi daerah. Ketika pertumbuhan di daerah semakin baik hal itu akan menunjukkan kualitas otonomi daerah. Penelitian tentang pajak daerah terhadap pertumbuhan ekonomi telah dilakukan oleh (Dewi & Budhi, 2018), (Sihaloho, 2020) dan (Saragih, 2018) yang menunjukkan bahwa penerimaan pajak daerah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kabupaten Soppeng merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk meningkatkan kesejahteraan daerah, Pemerintah Kabupaten Soppeng berusaha meningkatkan pendapatan asli daerah. Pajak dan retribusi daerah merupakan sumber penerimaan yang potensial di Kabupaten Soppeng. Penerimaan Pendapatan Asli Daerah dari sektor pajak dan retribusi dipandang mampu menjadi pendorong (akselerasi) pembangunan dan kesejahteraan masyarakat secara lebih luas. Berikut realisasi penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Soppeng :

(20)

68.403.420.036

60.544.221.464

40.096.283.909

Sumber : BPKPD Kabupaten Soppeng

Gambar 1.1

Grafik Pertumbuhan (PAD) Kabupaten Soppeng

Berdasarkan grafik realisasi penerimaan pendapatan asli daerah Kabupaten Soppeng dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan bahwa potensi daerah di Kabupaten Soppeng dapat memberikan kontribusi yang maksimal. Sektor Pajak daerah dan Retribusi daerah diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif dan signifikan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Soppeng.

Tujuan adanya peningkatan pajak daerah dan retribusi daerah adalah untuk mendorong perekonomian Kabupaten Soppeng melalui pembangunan sarana prasarana yang menunjang perekonomian. Dengan adanya pembangunan tersebut diharapkan perekonomian dapat berkembang dan tujuan akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rati Pundissing (2020) tentang Analisis Kontribusi Penerimaan Retribusi Dan Pajak Daerah

2013 2014 2015

100.000.000

80.000.000

60.000.000

40.000.000

20.000.000

0

(21)

Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Toraja Utara. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa kontribusi penerimaan retribusi dan pajak daerah terhadap PAD selama 3 tahun, rata-rata hanya sebesar 37,40 % per tahun. Dari hasil analisis tersebut, dapat diketahui bahwa kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap PAD Kabupaten Toraja Utara belum efisien.

Penelitian selanjutnya yang melakukan penelitian Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Laba BUMD Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur di lakukan oleh Rizky Dwi Nur Annisa (2017). Hasil analisis data menunjukkan penerimaan pajak daerah, retribusi daerahdan Laba BUMD berpengaruh positif dan signifkan terhadap PAD Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur tahun 2013-2015.

Berdasarkan uraian di atas, terdapat ketidakkonsistenan hasil dari penelitian sebelumnya, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh penerimaan pajak daerah dan retribusi terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Hal tersebut mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Soppeng”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah periode waktu dan lokasi penelitian. Dimana dalam penelitian ini menggunakan data tahun 2016-2020 di kabupaten Soppeng.

Alasan peneliti memilih Kabupaten Soppeng sebagai lokasi penelitian karena perekonomian Kabupaten Soppeng terus bertumbuh positif dari tahun ke tahun. Hal tersebut tentunya sangat di dorong oleh Pendapatan Asli Daerah kabupaten Soppeng.

(22)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian dalam latar belakang, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian adalah:

1. Apakah penerimaan pajak daerah berpengaruh positif terhadap peningkatan PAD di Kabupaten Soppeng?

2. Apakah penerimaan retribusi daerah berpengaruh positif terhadap peningkatan PAD di Kabupaten Soppeng?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian yang diangkat adalah:

1. Untuk menguji pengaruh penerimaan pajak daerah terhadap PAD di Kabupaten Soppeng

2. Untuk menguji pengaruh penerimaan retribusi daerah terhadap PAD di Kabupaten Soppeng

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat di peroleh adalah:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu dapat di jadikan sebagai sarana informasi untuk meningkatkan pengetahuan serta wawasan tentang sejauh mana pengaruh penerimaan pajak daerah dan retribusi terhadap peningkatan PAD

(23)

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam merumuskan kebijakan peningkatan pajak daerah dan Retribusi daerah demi meningkatkan PAD agar dapat memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan daerah kedepan nya.

(24)

8 A. Grand Theory

1. Stakeholder Theory

Teori stakeholder adalah sekumpulan orang, komunitas, atau masyarakat yang memiliki hubungan dan kepentingan dengan suatu oragnisasi secara keseluruahan atau sebagian (Putro, 2013). Teori Stakeholder mengatakan organisasi bukanlah entitas yang hanya

beroperasi untuk kepentingan pribadi tapi harus mampu memberikan manfaat kepada stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu organisasi/lembaga sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan stakeholder organisasi tersebut (Ghozali, 2007 dalam Putro, 2013). Maka

dalam mengukur keberhasilan organisasi public maupun swasta dengan melihat sejauh mana organisasi tersebut dapat menjamin kepuasan stakeholder utamanya yaitu masyarakat.

Sebagai pemegang pemerintahan, pemerintah harus mampu mengelolah kekayaan daerah, pendapatan daerah, dan kekayaan daerah yang menjadi kewenangan UUD 1945 untuk menjaga kesejahteraan rakyat. Pasal 33 pasal itu menyebutkan bahwa seluruh kekayaan alam yang dikuasai pemerintah harus digunakan untuk kesejahteraan rakyat, salah satunya dengan menggunakan pendapatan daerah untuk belanja modal. Ini dapat digunakan secara langsung sebagai kmonitas atau sebagai pemangku kepentingan. Apabila pajak, retribusi, dana distribusi umum dan distribusi khusus dialokasikan untuk belanja modal, maka akan

(25)

mempengaruhi kepuasan masyarakat terhadap pemerintah daerah sebagai pemegang saham.

B. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Pendapatan Asli Daerah atau selanjutnya disebut PAD. Adalah pendapatan yang dihasilkan oleh suatu daerah dari sumber pendapatan lokal di dalam wilayahnya dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan daerah atau undang-undang yang berlaku. Sektor pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting. Karena melalui sektor ini, kita bisa melihat seberapa besar daerah dapat mendanai kegiatan kenegaraan dan pembangunan daerah (Baldric, 2017:23)

Pendapatan asli Daerah (PAD) merupakan sumber pendapatan daerah yang dapat digunakan sebagai ukuran kinerja ekonomi daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dihasilkan oleh daerah berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Ada banyak cara untuk mendekatkan pendapatan asli daerah atau sama dengan pendapatan potensial, tetapi secara umum ada dua cara untuk meningkatkan dan memaksimalkan PAD. Yaitu, peningkatan dan perluasan. Bentuk peningkatan itu bertindak sebagai pembalasan.

Artinya, hitung potensi seakurat mungkin agar target penghasilan Anda

(26)

bisa mendekati potensi tersebut. Cara pemekaran dilakukan dengan cara mengekstraksi sumber kena pajak atau mengakuisisi wajib pajak baru.

(Carunia, 2017:30)

Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pasal 6 ayat (1) UU No 33 Tahun 2004 Pasal 6 ayat (1), PAD dapat bersumber dari;(1) Pajak Daerah;(2) Retribusi Daerah;(3) Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan;(4) Lain-lain PAD yang sah.

a. Hasil pajak daerah

Pajak daerah menurut UU No. 34 Tahun 2000 tentang pajak dan Retribusi Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah.

b. Retribusi daerah

Retribusi daerah menurut Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang pajak dan Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

c. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan

Perusahaan daerah berdasarkan UU No. 33Tahun 2004 tentang Perimbangan KeuanganAntara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, terdiri dari perusahaan yang bergerak dibidang

(27)

jasa keuangan dan perbankan (BPD dan Bank Pasar) dan industri, pertanian, perkebunan dan lain-lain. Jenis pendapatan dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan antaralain:

1) Bagian laba perusahaan milik daerah 2) Bagian laba lembaga bank

3) Bagian laba lembaga non bank d. Lain-lain PAD yang sah

Lain-lain PAD yang sah meliputi :

1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan 2. Jasa giro

3. Pendapatan bunga

4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah mata uang asing 5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain

2. Peranan Pendapatan Asli Daerah

Dalam upaya memperbesar peran pemerintah daerah dalam pembangunan, pemerintah daerah dituntut untuk lebih mandiri dalam membiayai kegiatan operasional rumah tangganya. Adanya hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah, merupakan satu upaya untuk meningkatkan peran pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi daerahnya dengan mengelola sumber-sumber pendapatan daerah secara efisien dan efektif khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) sendiri.

Tujuan utama dari kebijakan desentralisasi adalah di satu sisi untuk mendukung kebijakan makro nasional yang strategis, dan di sisi lain desentralisasi akan mengalami proses pemberdayaan yang penting

(28)

dengan desentralisasi kekuasaan pemerintahan kepada provinsi. Selain itu, otonomi daerah memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Mempercepet pembangunan ekonomi daerah yang efektif dengan memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi daerah.

2) Meningkatan kualitas sumber daya manusia di daerah sesuai dengan potensi dan kepentingan daerah melalui penyediaan anggaran pendidikan yang memadai.

3) Meningkatkan pembangunan di seluruh daerah berlandaskan prinsip desentralisasi dan otonomi daerah (Carunia, 2017:19)

C. Pajak Daerah

1. Pengertian Pajak Daerah

Siahaan (2013:9) : pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah (perda), yang wewenang pungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan di daerah.

Mardiasmo (2011:12) menyatakan pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undang yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggara pemerintah daerah.

Pajak Daerah merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dipungut dari masyarakat tanpa mendapatkan imbalan langsung.

(29)

Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang mengungkapkan bahwa pajak daerah adalah iuran wajib yang dapat diberlakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

Dengan menggali dan meningkatkan potensi pajak daerah di daerah dan memungkinkan PAD nantinya digunakan untuk membangun dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang mengubah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah Indonesia, dibagi menjadi dua bidang yaitu Pajak Daerah dan Pajak Daerah/Kota. Pembagian ini dilakukan sesuai dengan kewenangan yang bertanggung jawab atas pemungutan dan pemungutan semua jenis pajak daerah di negara bagian atau kabupaten/kota yang bersangkutan.

2. Jenis Pajak Daerah

Menurut UU No. 34 Tahun 2000, ada dua bidang: pajak daerah dan pajak daerah/pajak kota. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, terdapat 11 jenis pajak daerah, yaitu 4 jenis pajak daerah dan 7 jenis pajak daerah/kota. Pajak daerah meliputi (1) pajak kendaraan dan pajak kapal. (2) Biaya perjalanan untuk mobil dan kendaraan air. (3) Pajak bahan bakar mobil. (4) Pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air tanah dan air permukaan. Untuk pajak properti tingkat kedua, terdiri dar:

a. Pajak Hotel, Pengenaan pajak hotel tidak mutlak pada seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten/kota.

(30)

Oleh karena itu untuk dapat dipungut pada suatu daerah kabupaten/kota, pemerintah daerah harus terlebih dulu menerbitkan peraturan daerah tentang hotel. Peraturan itu akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak hotel didaerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

b. Pajak Restoran, Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran. Yang termaksuk dalam objek pajak restoran adalah rumah makan, cafe, bar, dan sejenisnya.

Pelayanan di restoran/rumah makan meliputi penjualan makanan dan atau minuman di restoran/rumah makan, termasuk penyediaan penjualan makanan/minuman yang diantar/dibawa pulang.

c. Pajak Hiburan, yaitu pajak atas penyelenggaraan hiburan yang meliputi semua jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk pemungutan fasilitas untuk berolah raga.

d. Pajak Reklame, dapat dilakukan oleh penyelenggara reklame atau perusahaan jasa periklanan yang terdaftar pada dinas pendapatan daerah kabupaten/kota. Penyelenggaraan reklame yang ditetapkan menjadi objek pajak reklame adalah meliputi: reklame papan, reklame megatron, reklame kain, reklame melekat, reklame selebaran, reklame berjalan, penerbangan, reklame film dan reklame peragaan.

(31)

e. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak konsumsi listrik, dengan ketentuan bahwa di daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang dibayar oleh pemerintah daerah. Penggunaan tenaga listrik meliputi penggunaan tenaga listrik disalurkan PLN dan bukan PLN.

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian C, ialah pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian golongan C yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Yang termasuk bahan galian golongan C yaitu: fosfat, nitrat, asbes, tawas, batu permata, marmer, batu kapur, dan granit.

g. Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kenderaan bermotor atau garasi kenderaan bermotor yang memungut bayaran atau biaya.

3. Sistem Pemungutan Pajak Daerah

Sistem pemungutan pajak daerah dapat dibagi menjadi tiga sistem (Mardiasmo,2011:7), yaitu sebagai berikut :

a. Official Assessment system Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

b. Self Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang.

(32)

c. With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

D. Retribusi Daerah

1. Pengertian Retribusi Daerah

Nurlan (2008 : 35-36), retribusi daerah yang diatur oleh Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009, adalah retribusi daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang diterbitkan/dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Kepentingan individu atau kelompok. Mursyidi (2009: 135) retribusi daerah dipungut oleh pemerintah daerah karena memberikan izin atau pelayanan kepada orang pribadi atau badan usaha

Retribusi daerah menurut Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang pajak dan Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

2. Unsur Retribusi Daerah

Ada empat unsur yang melekat pada pengertian retribusi (Richard dan Wirawan, 2004:6)

a. Pungutan retribusi harus berdasarkan undang-undang.

b. Sifat pemungutannya dapat dipaksakan.

c. Digunakan untuk pengeluaran bagi masyarakat umum.

(33)

d. Kontra-prestasi (imbalan) langsung dapat dirasakan 3. Objek Retribusi Daerah

Yang menjadi objek retribusi daerah adalah : a. Retribusi Jasa Umum

Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang diberikan atau disediakan oleh pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. Jenis-Jenis retribusi jasa umum yaitu:

1) Retribusi pelayanan Kesehatan

2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

3) Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil

4) Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat;

5) Retribusi pelayanan parker ditepi jalan umum;

6) Retribusi pelayanan pasar;

7) Retribusi pengujian kendaraan bermotor;

8) Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran;

9) Retribusi penggantian biaya cetak peta;

10) Retribusi penyediaan dan atau penyedotan kakus;

11) Retribusi pengolahan limbah cair;

12) Retribusi pelayanan tera/tera ulang;

13) Retribusi pelayanan pendidikan; dan

14) Retribusi pengendalian menara telekomunikasi.

b. Retribusi Jasa Usaha

Objek retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang

(34)

disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi : (1) pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal; (2) pelayanan pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

Jenis-Jenis retribusi jasa usaha yaitu : 1. Retribusi pemakaian kekayaan daerah 2. Retribusi pasar grosir dan pertokoan 3. Retribusi tempat pelelangan

4. Retribusi terminal

5. Retribusi tempat khusus parker 6. Retribusi tempat penginapan 7. Retribusi rumah potong hewan 8. Retribusi pelayanan kepelabuhanan 9. Retribusi tempat rekreasi dan olahraga 10. Retribusi penyeberangan di air

c. Perizinan Tertentu

Objek retribusi perizinan tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan yang di maksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan, Jenis retribusi perizinan tertentu adalah:

1. Retribusi izin mendirikan bangunan

(35)

2. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol 3. Retrubusi izin gangguan

4. Retribusi izin trayek

5. Retribusi izin usaha perikanan.

d. Prinsip dan Dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi

Prinsip dan Sasaran penetapan Retribusi adalah sebagai berikut:

1) Retribusi Jasa Umum, ditetapkan dengan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut.

Biaya yang dimaksud meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.

2) Retribusi Jasa Usaha, didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak, yaitu keuntungan yang diperoleh ketika pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi sesuai harga pasar.

3) Retribusi Perizinan Tertentu, didasarkan pada tujuan guna menutup sebagian atau seluruh biaya penyelanggaraan pemberian izin yang bersangkutan.

e. Tata cara pemungutan retribusi

Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah. Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain berupa karcis, kupon, dan

(36)

kartu langganan. Jika Anda tidak membayar tepat waktu atau Anda tidak membayar, Anda akan dikenakan sanksi administratif berupa bunga bulanan sebesar 2% (2%) untuk setiap pungutan yang belum dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD).

Penagihan Retribusi terutang setelah didahului dengan surat teguran.

E. Hubungan Antara Variabel

1. Hubungan/Keterkaitan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Pajak Daerah menurut (Darwin, 2010:68) merupakan iuran pajak yang dilakukan oleh seseorang atau badan kepada pemerintah tanpa balas jasa, yang dapat dipaksakan berdasarkan Undang-undang Nomor 28 tahun 2009. Pajak daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang mempunyai peranan penting berasal dari pendapatan asli daerah (PAD).

Hal ini dikarenakan semakin besar jumlah penerimaan pajak daerah maka akan semaki besar jumlah pendapatan asli daerah. Karena pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah, setiap peningkatan pajak daerah akan mempengaruhi peningkatan pada PAD.

2. Hubungan/Ketertaikan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD

Retribusi Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 menjelaskan bahwa pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

(37)

pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Retribusi daerah sebagaimana halnya dengan pajak daerah merupakan salah satu pendapatan asli daerah, menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunaan daerahuntuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Daerah diberi peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan jenis retribusi. Retribusi daerah mempunyai peranan yang sangat besar terhadap pelaksanaan otonomi daerah untuk merealisasi pendapatan asli daerah. Semakin besar jumlah penerimaan retribusi daerah maka akan semakin besar pula jumlah penerimaan pendapatan asli daerah.

F. Tinjauan Empiris

Penelitian yang dilakukan oleh Rati Pundingsing (2020), Analisis Kontribusi Penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah Terhadap Pendapatan asli Daerah Kabupaten Toraja Utara, dimana peneliti bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sistem pemungutan pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pemungutan pajak daerah yang dilakukan pemerintah Kabupaten Toraja Utara belum menunjukkan hasil yang memuaskan, banyak wajib pajak yang susah membayar pajak, begitupun dengan kontribusi pajak daerah menunjukkan bahwa Kabupaten Toraja Utara belum dapat menjalankan otonomi daerah secara konsekuen karena masih tergantung dari penerimaan lain diluar penerimaan PAD.

(38)

Syermi S.E Mintalangi dan Lady Diana Latjandu (2019) meneliti tentang Retribusi Daerah Terhadap PAD di Kabupaten Talaud. Penelitian ini bertujuan menganalisis kontribusi pajak dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Talaud. Hasil penelitian kontribusi pajak daerah terhadap PAD pada tahun 2016-2018 dengan kriteria kontribusi sedang pada tahun 2017 cukup baik, kontribusi retribusi daerah terhadap PAD Kabupaten Kepulauan Talaud pada tahun 2016-2018 pada tahun 2016 dengan kriteria kontribusi cukup baik, tahun 2017 sedang dan 2018 sudah baik.

Randi Maikel Mohede, Debby Ch. Rotinsulu, dan Steeva.Y.L.Tumangkang (2020), Analisis Kontribusi Serta Prediksi Pajak Dan Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Kepulauaan Sangihe. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pajak dan retribusi daerah terhadap PAD pada tahun-tahun yang akan datang. Hasil penelitian, Jumlah Pendapatan Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah terus meningkat hal ini menunjukan bahwa prediksi pendapatan kontribusi pajak dan retribusi daerah untuk 5 tahun yang akan datang akan mengalami kenaikan setiap tahunnya.

Komang Arayagus Wiguna, dan I Ketut Jati (2019) dengan judul penelitian Pengaruh Pajak Daerah, dan Lain-Lain PAD yang Sah Terhadap Kinerja Keuangan Daerah, menggunakan metode pedekatan kuantitatifdengan teknik anlisis regresi liniear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, baik pajak daerah, retribusi daerah, maupun lain-lain pendapatan asli daerah yang sah tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan daerah pada Pemerintah Provinsi Bali.

(39)

Puja Rizqy Ramadhan (2019) judul penelitian Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota Di Kabupaten Sumatera Utara, menggunakan metode pendekatan penelitian asiosiatif. Hasil penelitian membuktikan bahwa pajakdaerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, demikian juga halnya dengan retribusi daerah yang berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Adapun pajak daerah dan retribusi berpengaruh secara simultan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

Lawe Anasta, dan Nengsih (2019) dengan judul penelitian Peranan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (Pada Kabupaten dan Kota di Jawa Barat. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kausal. Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisa pengaruh peranan Pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah di Jawa Barat tahun 2013-2017. Serta untuk mengetahui seberapa besar perkembangan peningkatan pendapatan asli daerah di Jawa Barat tahun 2013-2017. Hasil menunjukkan bahwa pajak dan retribusi daerah memiliki pengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/kota di Jawa Barat menunjukkan hubungan yang positif.

Wulan Purnama Sari dan Miftahul Jannah (2019), judul penelitian Analisis Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus Pada Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Sintang Tahun 2010-2017). Hasil penelitian secara simultan menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan Antara variabel pajak daerah dan retribusi daerah secara simultan terhadap variabel PAD. Secara Parsial menujukkan

(40)

variabel pajak daerah berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pendapatan asli daerah sedangkan retribusi daerah berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap pendapatan asli daerah.

Ananda Isnaini Rahmawati (2020) Analisis Pengaruh Pajak dan Retribusi Terhadap PAD Kota Magelang, menggunakan metode pendekatan kuantitatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah di Kota Magelang berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan asli daerah. Hal ini menunjukkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah memberikan sumbangan yang cukup besar dalam peningkatan pendapatan asli daerah.

Vivi Anggraini, Kusni Hidayat, Tri Lestari (2017). Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dan Laba BUMD Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya, menggunakan metode penelitian kuantitatif.

Hasil penelitian secara statistic pajak daerah, retribusi daerah, dan laba BUMD berpengaruh baik secara simultan maupun secara parsial terhadap PAD Kota Surabaya.

Yusmalina, Lasita, dan Fauzan Haqiqi (2020) Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap PAD Pada Bapenda Kab. Karimun 2016-2018.

Hasil penelitian menujukkan bahwa pada tahun 2016-2018 pajak, retribusi daerah memiliki pengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Badan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karimun.

(41)

Table 2.1 : Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Rati Pundingsing

(2020)

Analisis Kontribusi Penerimaan Retribusi Dan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah KAbupaten Toraja Utara

Sistem pajak daerah yang dilakukan pemerintah kabupaten toraja utara belum menujukkan hasil yang memuaskan. Banyak wajib pajak yang susah untuk membayar pajak.

2 Mintalangi Syermi, Lady Diana Latjandu (2019)

Analisis Kontribusi Pajak Dan Retribusi Daerah Terhadap PAD Di Kabupaten Talaud

Kontribusi pajak daerah terhadap PAD pada tahun 2016 dan 2018 dengan kriteria kontribusi sedang pada tahun 2017 cukup baik.

3 Randi Maikel Mohede, Debby Ch.

Rotinsulu, Steeva.

Y.L. Tumangkang (2020)

Analisis Kontribusi Serta Prediksi Pajak Dan Daerah Terhadap Peningkatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Kepulauan Sangihe

Jumlah Pendapatan Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah terus meningkat hal ini menunjukan bahwa prediksi pendapatan kontribusi pajak dan retribusi daerah untuk 5 tahun yang akan dating akan mengalami kenaikan setiap tahunnya.

(42)

4 Komang Aryagus Wiguna dan I Ketut Jati (2019)

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Lain-Lain PAD yang Sah Terhadap Kinerja Keuangan Daerah

Menunjukkan bahwa secara parsial, baik pajak daerah, retribusi daerah, maupun lain- lain pendapatan asli daerah yang sah tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan daerah pada provinsi Bali.

5 Puja Rizqy

Ramadhan (2019)

Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Terhadap Pendapatan

Asli Daerah

Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

Membuktikan bahwa

pajak daerah

berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

Demikian Juga halnya dengan retribusi daerah yang berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

Adapun pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh secara simultan terhadap pendaptan asli daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

6 Lawe Anasta dan Nengsih (2019)

Peranan Pajak Dearah Dan Retribusi Daerah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(43)

Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli

Daerah (Pada

Kabupaten dan Kota di Jawa Barat

pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Jawa Barat menunjukkan hubungan yang positif.

7 Wulan Purnama Sari dan Miftahul Jannah (2019)

Analisis Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus pada Badan Pengelolaan

Keuangan Daerah Kabupaten Sintang tahun 2010-2017).

Secara simultan menunjukkan terdapat

pengaruh yang

signifikan Antara variabel pajak daerah dan retribusi daerah secara simultan terhadap variabel PAD.

Secara Parsial menujukkan variabel

pajak daerah

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pendapatan asli daerah sedangkan retribusi daerah berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap pendapatan asli daerah.

8 Ananda Isnaini Rahmawati (2020)

Analisis Pengaruh Pajak dan Retribusi Terhadap PAD Kota Magelang

Menunjukkan pengaruh penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah di Kota Magelang berpengaruh

(44)

positif terhadap peningkatan

pendapatan asli daerah.

Hal ini menunjukkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah memberikan

sumbangan yang cukup

besar dalam

peningkatan

pendapatan asli daerah.

9 Vivi Anggraini, Kusni Hidayati, Tri Lestari (2017)

Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dan Laba BUMD Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Surabaya

Hasil secara statistik pajak daerah, retribusi daerah, dan laba BUMD berpengaruh baik secara simultan maupun secara parsial terhadap PAD Kota Surabaya.

Pajak daerah menjadi penerimaan yang paling dominan berpengaruh terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya.

10 Yusmalina, lasita, Fauzan Haqiqi(2019)

Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap PAD pada Bapenda Kab.

Karimun 2016-2018

Hasil penelitian menujukkan bahwa pada tahun 2016-2018 pajak, retribusi daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Badan

(45)

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karimun.

G. Kerangka Konseptual

Pajak Dearah merupakan sumber penerimaan daerah yang mempunyai peranan penting yang berasal dari pendapatan asli daerah (PAD) dikarenakan semakin besar jumlah penerimaan pajak daerah maka akan semakin besar jumlah pendapatan asli daerah. Begitupun dengan Retribusi daerah merupakan salah satu pendapatan asli daerah (PAD) menjadi salah satusumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerahuntuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat.

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai sumber pendapatan daerah berguna untuk membiayai penyelenggaraan dan pembangunaan daerah.

Dalam rangka bertujuan untuk pembangunan ekonomi, pemerintah harus menggali dan meningkatkan potensi sumber pendapatan daerah Kabupaten Soppeng. Pemerintah mempunyai hak ataui kekuatan politik dalam mengatur pajak dan kewajiban sebagai pendapatan daerah, dan pemerintah menerima pajak dan kewajiban untuk memajukan pembangunan ekonomi daerah.

Berdasarkan uraian diatas, dibuatlah kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual PAJAK DAERAH

(X1) PENDAPATAN ASLI

DAERAH (PAD) RETRIBUSI DAERAH (Y)

(X2)

(46)

H. HIPOTESIS

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan- pertanyaan penelitian untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang harus diuji secara empiris terhadap penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya tentang permasalahan tersebut. Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang ingin diajukan untuk diteliti adalah:

1. Pengaruh Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Soppeng

Pajak daerah menurut UU No. 34 Tahun 2000 tentang pajak dan Retribusi Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Puja Rizqy Ramadhan (2019) berkaitan dengan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Deaerah (PAD) menunjukkan hasil bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh secara simultan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

Sementara penelitian Ananda Isnaini Rahmawati (2020) berkaitan dengan analisis pengaruh pajak dan retribusi terhadap PAD.

Menunjukkan hasil bahwa pajak dan retribusi daerah berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah:

(47)

𝐇𝟏 Pajak Daerah Berpengaruh Positif Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2. Pengaruh Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Soppeng

Retribusi daerah menurut Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang pajak dan Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Lawe Anasta, dan Nengsih (2019) berkaitan dengan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Menunjukkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh signifikan dan positif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Jawa Barat.

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:

𝐇𝟐 : Retribusi Daerah berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

(48)

32 A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif kausal yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antar variabel.

Penelitian kuantitatif dilakukan dalam penelitian inferensi (untuk menguji hipotesis) dan mengandalkan kesimpulan hasil sehubungan dengan probabilitas sehingga bkesalahan dalam menolak hipotesis nihil. Metode kuantitatif digunakan untuk menentukan pentingnya perbedaan kelompok atau hubungan antara variabel yang diselidiki.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penulis memilih Kabupaten Soppeng sebagai tempat atau objek penelitian dengan menetapkan data Retribusi, Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh dari Badan Pengelolaan Keuangan Dan Pendapatan Daerah (BPKPD) Kabupaten Soppeng yang berlokasi di Jl.

Salotungo No. 3, 90812 Watansoppeng Sulawesi Selatan. Waktu penelitian dilakukan selama 2 bulan mulai juli sampai dengan agustus 2021.

C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian akan ditarik

(49)

kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh data time series (data deretan waktu) penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, dan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Soppeng selama periode 2016-2020.

2. Sampel

Soetriono dan Hanafie (2007:175) menjelaskan sampel adalah anggota populasi yang dianggap dapat mewakili. Agar dapat menggambarkan secara tepat variabel yang diteliti, maka peneliti mengambil semua populasi sebagai sampelnya. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sampling jenuh. Metode sampling jenuh atau istilah lainnya sensus merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2008:122). Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, maka kriteria sampel ditentukan atas:

1. Data penerimaan pajak daerah periode 2016-2020 (data tahunan, 5 tahun).

2. Data penerimaaan retribusi daerah periode 2016-2020(data tahunan, 5 tahun).

3. Laporan pada poin a dan b adalah laporan yang telah diperiksa BPK.

4. Opini laporan minimal wajar dengan pengecualian.

(50)

D. Definisi Operasional Variabel 1. Pendapatan Asli Daerah (Y)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dipungut secara sah melalui pajak daerah, iuran anggota daerah, hasil pengolahan aset daerah, dan dana dari pendapatan PAD lain yang sah, berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Indikator untuk mengukur pendapatan daerah dalam penelitian ini:

a. Total pemasukan pajak daerah selama 60 (enam puluh) bulan Januari 2016 sampai dengan Desember 2020 berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Keuangan Dan Pendapatan Daerah (BPKPD) Kabupaten Soppeng.

b. Total pemasukan retribusi daerah selama 60 (enam puluh) bulan Januari 2016 sampai dengan Desember 2020 berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Keuangan Dan Pendapatan Daerah (BPKPD) Kabupaten Soppeng.

2. Pajak Daerah (X1)

Pajak daerah adalah iuran wajib kepada suatu daerah yang terutang oleh orang perseorangan atau badan hukum menurut undang- undang tanpa imbalan langsung dan digunakan untuk keperluan daerah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Indikator untuk mengukur pajak daerah dalam penelitian ini:

a. Total pemasukan pajak restoran b. Total Pemasukan pajak hotel c. Total Pemasukan pajak hiburan d. Total Pemasukan pajak reklame

(51)

e. Total Pemasukan pajak parker f. Total Pemasukan pajak air tanah

g. Total Pemasukan pajak penerangan jalan

c. Total Pemasukan pajak bumu dan bangunan selama 60 (enam puluh) bulan Januari 2016 sampai dengan Desember 2020 berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Keuangan Dan Pendapatan Daerah (BPKPD) Kabupaten Soppeng.

Seluruh Indikator diatas diambil sebagai data penerimaan pajak daerah Kabupaten Soppeng selama 4 tahun mulai dari 2016-2020.

3. Retribusi Daerah (X2)

Retribusi Daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Indikator yang dapat diambil dalam mengukur retribusi daerah dalam penelitian ini:

a. Total pemasukan retribusi jasa umum b. Total pemasukan retribusi jasa usaha

c. Total pemasukan retribusi perizinan tertentu selama 60 (enam puluh) bulan Januari 2016 sampai dengan Desember 2020 berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Keuangan DanPendapatan Daerah (BPKPD) Kabupaten Soppeng.

Seluruh Indikator diatas diambil sebagai data penerimaan retribusi daerah Kabupaten Soppeng selama 4 tahun mulai dari 2016-2020.

(52)

E. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang didapatkan peneliti secara tidak langsung atau melalui media perantara yakni: data laporan yang telah tersedia yang dapat mendukung penelitian pada tahun 2016-2020. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data komentar) yang dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 1999:147)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam skala numberik (angka). Data dalam penelitian ini berasal dari data sekunder yang diperoleh dari data bulanan pajak daerah dan retribusi daerah.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dipakai atau digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time series periode tahun 2016-2020. Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh dari peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumetasi atau data laporan yang telah tersedia. Data yang dipergunakan meliputi: data Pajak Daerah, data Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah. Data-data ini diperoleh dari Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Kabupaten Soppeng.

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis inferensi, yaitu analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh pajak

(53)

daerah dan daerah terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Soppeng yang dinyatakan dengan fungsi sebagai berikut:

Untuk mengetahui koefisien regresi, diperoleh persamaan sebagai berikut:

Y = β0 + β1X1 + β2X2+ e Dimana:

Y = Pendapatan Asli Daerah

X1 = Pajak Daerah

X2 = Retribusi Daerah

β0 = Konstanta

1. Uji Asumsi Klasik

Dalam menggunakan regresi, ada beberapa asumsi dasar yang dapat menghasilkan estimasi liner terbaik dari model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil. Adapun asumsi-asumsi dasar itu dikenal sebagai asumsi klasik, yaitu sebagai berikut:

a. Uji normalisasi data

Uji normalisasi atau normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi titik valid untuk jumlah sampel kecil. Pada prinsipnya normalitas dapat diseteksi dengan melihat penyebaran data pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram residualnya.

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola

(54)

distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji multikolinieritas data

Multikolonieritas bertujuan Untuk menguji apakah ada korelasi antara variabel independen dari model regresi, Anda perlu menjalankan uji multikolinearitas. Jika terdapat korelasi maka disebut masalah multikolinearitas (MULTIKO). Untuk mengetahui multikolinearitas antar variabel independen, Anda dapat memeriksa VIF (variance influenced factor) dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Apabila nilai VIF tidak lebih dari 10 berarti mengindikasi bahwa dalam model tidak terdapat multikolinieritas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat ketidaksamaan varians antara residual satu pengamatan dalam model regresi.

Dasar untuk menganalisis varians tidak seragam adalah bahwa jika ada pola tertentu, seperti membentuk pola reguler tertentu, menunjukkan bahwa telah terjadi varians non-seragam. Dengan tidak adanya pola yang jelas, titik-titik terdistribusi di atas dan di bawah angka o pada sumbu Y dan tidak ada varians yang tidak seragam.

d. Uji Autokolerasi

(55)

Tujuan dari autokorelasi adalah untuk mengetahui apakah dalam sebuah model ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi maka model terdapat 34 problem autokorelasi. Model harus tidak melanggar asumsi yang tidak ada autokorelasi. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model, dapat dilihat dari besaran Durbin Watson. Ketentuan yang digunakan untuk menyimpulkan uji autokorelasi sebagai berikut : 1. Jika DW lebih kecil dari dL, maka hipotesis nol ditolak artinya terdapat autokorelasi. 2. Jika DW terletak antara du dan (4-dL) dengan model matematis dL<DW

2. Uji T Statistik

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara independen. Dengan kata lain, melihat apakah masing-masing variabel independen dapat secara signifikan menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen. Dimana jika thitung , ttabel H0 diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu α 0.05.

(56)

40 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Kondisi Geografis Kabupaten Soppeng

Soppeng terletak pada depresiasi sungai Walennae yang terdiri dari daratan dan perbukitan. Secara geografis Kabupaten soppeng terletak pada 4○06 - 4○32 LS dan antara 119○42 18 - 120○06 13 BT, dengan batas wilayahnya, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Barru, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bone dan Wajo, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sidenreng Rappang, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bone.

2. Luas Wilayah

Kabupaten Soppeng memiliki luas wilayah 1.500 km2 dengan ketinggian antara 5 hingga 1500 meter dari permukaan laut. Wilayah Soppeng terbagi menjadi 8 kecamatan, meliputi kecamatan Marioriwawo, Lalabata, Citta, Ganra, Liliriaja, Lilirilau, Donri-Donri, dan Marioriawa. Citta merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil hanya 40 km2 atau 2,7 % dari total luas Kabupaten Soppeng. Sedangkan Marioriawa menjadi kecamatan terluas, dengan luas wilayah sebesar 320 km2 atau sekitar 21,3 % dari total luas Kabupaten Soppeng.

3. Badan Pengelolaan Keuangan Dan Pendapatan Daerah

Kantor Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah Kabupaten Soppeng berkedudukan di jalan Salotungo. Pembentukan Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah Kabupaten

(57)

Soppeng dimulai pada tahun 2019. Legalitas pembentukan oprasional SKPD ini didasarkan pada peraturan daerah Kabupaten Soppeng nomor 67 tahun 2016 sebagaimana telah diubah dengan peraturan Kabupaten Soppeng nomor 43 tahun 2019 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah.

a. Visi dan Misi Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah

1. Visi

Mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang professional, tertib dan akuntabel

2. Misi

 Pengelolaan keuangan dan aset daerah yang handal dengan

didukung oleh sumber daya manusia yang professional, terpadu dan tertatah.

 Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aparatur dalam

merumuskan kebijakan tertib administrasi pengelolaan keuangan dan aset daerah yang efektif dan efisien.

 Memperkuat koordinasi dan hubungan kerja dengan instansi/satuan kerja pengelola keuangan dan aset daerah maupun dengan pemerintah pusat.

(58)

b. Struktur Organisasi Dan Tugas Pokok Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah

Gambar 4.1

Struktur Organisasi BPKPD

(59)

1) KEPALA BADAN

Badan Pengelolaan Keuangan Dan Pendapatan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Badan mempunyai tugas membantu Bupati dalam memimpin dan melaksanakan fungsi penunjang penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang Pengelolaan Keuangan Dan Pendapatan Daerah yang menjadi kewenangan daerah sesuai peraturan perundang-undangan dan pedoman yang berlaku untuk kelancaran tugas.

2) SEKRETARIAT

Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris, mempunyai tugas memimpin dan melaksanakan penyiapan bahan dalam rangka penyelenggaraan dan koordinasi pelaksanaan tugas sub bagian umum dan kepegawaian, perencanaan, pelaporandan keuangan serta memberikan pelayanan administrasi dan fungsional kepada semua unsur dalam lingkupBadansesuai peraturan perundang-undangan dan pedoman yang berlaku untuk kelancaran tugas.

Sekretariat terdiri dari:

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian b. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan.

c. Sub Bagian Keuangan

(1) Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian mempunyai tugas memimpin dan melaksanakan penyiapan bahan, menghimpun,mengolah dan melaksanakan administrasi keuangan atau penatausahaan keuangan meliputi penyusunan anggaran, verifikasi, perbendaharaan,

(60)

pembukuan, dan pelaporan keuangansesuai peraturan perundang-undangan dan pedoman yang berlaku untuk kelancaran tugas.

(2) Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi : a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis dibidang

keuangan;

b. pemberian dukungan atas pelaksanaan tugas dibidang keuangan;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang keuangan;

d. pelaksanaanfungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(3) Rincian tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:

a. Menyusun rencana kegiatan tahunan dan jadual opersional sebagai pedoman pelaksanaan tugas;

b. Membagi tugas kepada bawahan agar tercipta distribusi tugas yang merata;

c. Menyelia pelaksanaan tugas pokok organisasi agar berjalan sesuai rencana, tepat waktu, berkualitas dalam lingkup Subag;

d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas pokok organisasi agar berjalan sesuai rencana, tepat waktu, berkualitas dalam lingkup Subag;

(61)

e. Mengevaluasi hasil pelaksanaan tugas pokok organisasi agar berjalan sesuai rencana, tepat waktu, berkualitas dalam lingkup Subag;

f. Menyusun laporan dan memberi saran kepada atasan terkait pelaksanaan tugas;

g. Membuat daftar usulan kegiatan;

h. Membuat daftar gaji dan melaksanakan penggajian;

i. Menyiapkan proses administrasi yang terkait dengan penatausahaan keuangan daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

j. Melaksanakan perbendaharaan keuangan;

k. Mengoordinasikan penyusunan rencana anggaran untuk periode lima tahunan dan tahunan;

l. Mengelola dan melaksanakan verifikasi anggaran;

m. Mengelola dan melaksanakan pembukuan dan pelaporan keuangan;

n. Melaksanakan pengendalian tugas pembantu pemegang kas;

o. Menilai prestasi kerja bawahan dalam rangka pembinaan dan pengembangan karir serta melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diperintahkan oleh pimpinan baik lisan maupun tertulis.

3) BIDANG ANGGARAN

Bidang Anggaran dipimpin oleh seorang Kepala Bidang, mempunyai tugas memimpin dan melaksanakan perumusan kebijakan

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan komoditas brokoli yang menjadi salah satu komoditas unggulan dari Desa Cibodas yang juga cukup banyak ditanam oleh para petani di desa tersebut mampu

Tetapi, bila koordinat dari suatu vektor disajikan sebagai baris atau kolom dalam suatu matriks, maka secara esensi penyajian bergantung pada urutan vektor-vektor basis. Begitu

siswa mendapat pendidikan agama dari guru agama yang sesuai dengan agama masing murid sehingga semua sekolah yang menjadi obyek penelitian sudah memenuhi amanat UU

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) konsep politik bahasa nasional versi Seminar Politik Bahasa Nasional (1975) lebih menitikberatkan aspek bahasa Indonesia, bahasa daerah,

(pemilik bisnis ritel Islam) memiliki strategi yang baik, seperti right product, produk yang ia jual sesuai dengan kriteria Islam dan pelayanan yang ramah,

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses, peranan dan bentuk-bentuk komunikasi nonverbal dalam mewujudkan komunikasi efektif di kalangan agen dan konsumen

Perkembangan tingkat konsentrasi CR4 dapat disimpulkan bahwa tingkat persaingan pada pasar industri minuman Go Publik di Indonesia terkonsentrasi atau tidak kompetitif karena

Dalam rentang suhu yang diinginkan, jika suhu reaksi semakin tinggi maka kecepatan reaksi akan semakin besar, sehingga reaksi akan berjalan semakin