• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

1.1) Pengertian Motivasi

Proses belajar mengajar, seorang pendidik dituntut untuk bisa membangkitkan motivasi belajar peserta didiknya. Seorang tidak akan pernah belajar jika pada dirinya tidak memilki motivasi, seseorang tidak bisa dipaksa untuk belajar, peserta didik harus termotivasi untuk bisa melibatkan dirinya dalam proses belajar.

Motivasi berasal dari kata”motif” yang artinya kekuatan yang terdapat pada diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, akan tetapi dapat di interprestasikan dalam tingkah lakunya, yang berupa rangsangan,dorongan ataupun pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tetentu. Sumber menagacu kepada pengertian motivasi, terlebih dahulu kita menelaah pengidentifikasian kata motivasi (Sardiman, 2006: 73).

Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Maka motivasi dapat diartikan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha merubah tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya (Hamzah B. Uno, 2013: 3).

Sedangkan A. W. Bernard (2012: 319) memberikan pengertian motivasi yang dikutip Purwa,sebagai “fenomena yang dilibatkan dalam perangsangan tindakan kearah tujuan-tujuan tertentu yang sebelumnya kecil atau tidak ada gerakan sama sekali kearah tujuan-tujuan tertentu.”Motivasi Menurut Gray dkk (1950: 56). Dikutip oleh Abdorrahman Gintings, adalah “hasil sejumlah proses, yang bersifat internal dan eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan

 

(2)

timbulnya sikap antusisme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu” (Abdurrahman Ginting, 2008: 88).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat dikatakan organisme maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Jadi, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara searah. (Donald dalam Hamalik, 2001: 33) mengemukakan bahwa motivasi adalah: motivation is an energy sebagai keseluruhan dengan penggerak di dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar mengajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai. bahwa motivasimerupakan kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu, termasuk didalamnya adalah kegiatan belajar.

1.2) Fungsi Motivasi

Motivasi memiliki fungsi yang sangat penting dalam suatu kegiatan, akan mempengaruhi suatu kekuatan dari kegiatan tersebut, akan tetapi motivasi jauga dipengaruhi oleh tujuan, semakin tinggi suatu tujuan maka makin tinggi pula motivasinya, dan makin besar motivasi akan makin kuat kegiatan dilaksanakan. Ketiga komponen tersebut saling berkaitan yang disebut proses motivasi. Proses motivasi ini meliputi:

a. Adanya asuatu kondisi yang terbentuk dari tenaga-tenaga pendorong (desakan, motif, kebutuhan, dan keinginan) yang menimbulkan suatu ketegangan atau tension.

b. Berlangsungnya kegiatan atau tingkah laku yang diarahkan kepada pencapaian suatu tujuan yang akan mengendurkan atau menghilangkan ketegangan.

c. Pencapaian tujuan dan berkurangnya atau hilangnya ketegangan (Nana, 2009: 62)

.

(3)

Fungsi motivasi belajar ada tiga, yaitu:

a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan.

b) Sebagai pengarah artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaiantujuanyang diinginkan dalam belajar.

c) Sebagai penggerak, yang berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Jadi besar kecilnya suatu motivasi akan menentukan arah cepat dan lambatnya suatu motivasi belajar siswa (Hamalik, 2003: 161).

Motivasi juga dapat berfungsi untuk mengaktifkan atau meningkatkan kegiatan. Suatu perbuatan yang motivasinya lemah maka dalam melakukan sesuatu tidak akan sungguh-sungguh. Sebaliknya jika motivasi seseorang tinggi mak dalam melakukan suatu hal akan sungguhsungguh,terarah, dan penuh rasa semangat.

1.3) Unsur-unsur Motivasi

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010: 97) ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu :

1. Cita-cita atau aspirasi siswa

Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Cita-cita siswa untuk “menjadi seseorang” akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan pelaku belajar.

2. Kemampuan belajar

Kemampuan belajar meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa. Misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir, dan fantasi. Didalam kemampuan belajar ini, sehingga perkembangan berpikir siswa menjadi ukuran.

Siswa yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit (nyata) tidak sama dengan siswa yang berpikir secara operasioanl (berdasarkan pengamatan yang dikaitkan dengan kemampuan daya nalarnya). Jadi siswa yang mempunyai belajar tinggi,biasanya lebih termotivasi dalam belajar, karena siswa

(4)

seperti itu lebih sering memperoleh sukses oleh karena kesuksesan memperkuat motivasinya.

3. Kondisi jasmani dan rohani siswa

Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik.

Jadi kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar disini berkaitan dengan kondisi fisik dan kondisi psikologis, tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologis.

4. Kondisi lingkungan kelas

Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datangnya dari luar diri siswa. Lingkungan siswa sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya ada tiga yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

5. Unsur-unsur dinamis belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar yang tidak stabil, kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali.

6. Upaya guru membelajarkan siswa

Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa (Mudjiono, 2010: 98).

1.4) Bentuk-bentuk motivasi di Sekolah

Didalam kegiatan belajar mengajar peranan dari pada motivasi intrinsik dan ekstrinsik sangat diperlukan.Karena dengan adanya motivasi, siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif belajarnya serta dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajarnya (Nashar, 2004: 30).

Oleh karena ituperlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi ada bermacam-macam. Akan tetapi untuk motivasi ekstrinsik

(5)

kadang-kadang tepat, dan kadang-kadang juga bisa kurang sesuai.Maka untuk itu seorang guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberikan motivasi dalam kegiatan belajar anak didiknya.

Sebab memberi motivasi tetapi justru menjadikan tidak memberi keuntungan pada perkembangan belajar anak mungkin maksudnya didiknya.

Berikut ini ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah (Sardiman, 2007: 92).

a) Memberi angka

Pada umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil belajarnya,yaitu berupa angka yang diberikan oleh guru. Apabila siswamendapatkan angka baik maka motivasi untuk melakukan belajar semakin besar, sebaliknya siswa yang mendapatkan angka kurang akanmenimbulkan frustasi atau dapat juga bisa menjadi pendorong ia untuk lebih giat belajar agar mendapatkan angka yang lebih baik.

b) Pujian

Pemberian pujian kepada murid atas apa yang telah dikerjakannya dapat menambah motivasi belajar siswa. Karena dengan pujian siswa bisa merasa senang dan puas atas apa yang telah dilakukannya.

c) Hadiah

Cara dengan memberi hadiah dapat menambah motivasi belajar siswa. Misalnya saja seorang guru akan memberikan hadiah pada muridnya yang berprestasi.

d) Kerja kelompok

Kerja kelompok dapat menambah motivasi belajar, misalnya saja kerja kelompok untuk melakukan sebuah pekerjaan, maka setiap kelompok tersebut pasti akan mempertahankan nama baik kelompoknya, sehingga dapat mendorong kuat dalam belajar.

(6)

e) Persaingan

Saingan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Baik persaingan individual maupun persaingan kelompok kedua-duanya dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.

f) Memberi ulangan

Siswa akan lebih giat belajar jika ia mengetahui akan diberi ulangan. Sehingga dapat menambah semangat belajar siswa.

g) Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan dapat menambah motivasi belajar siswa apalagi jika hasilnya mengalami kemajuan, tentu saja seorang siswa itu akan lebih giat belajar agar hasilnya terus meningkat.

h) Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk melakukan aktivitas belajar tentu saja akan menambah motivasi belajar siswa. Karena dalam diri siswa tersebut sudah terdapat keinginan untuk belajar, sehingga hasilnya sudah tentu akan lebih baik.

i) Minat

Proses belajar akan lebih lancar apabila disertai dengan minat belajar.

j) Tujuan yang diakui

Tujuan yang diakui akan menambah minat belajar siswa.

Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa akan bermanfaat dan menguntungkan, maka seoarang siswa akan timbul semangat untuk terus belajar.

k) Ego- involvemen

Dengan memberikan tugas siswa kepada siswa dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Karena siswa akan menyadari pentingnya tugas dan dianggap sebagai tantangan, sehingga dengan begitu ia akan bekerja keras untuk mengerjakan tantangan yang diberikan (Sardiman, 2007: 95).

(7)

1.5) Strategi Menumbuhkan Motivasi Belajar

Strategi menumbuhkan motivasi belajar peserta didik sangat ditentukan oleh perencanaan yang dibuat guru dalam pembelajaran.

Dengan strategi motivasi yang tepat akan mampu memberikan kesuksesan dalam pembelajaran. strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. (Wina Sanjaya, 2006: 45).

Fathurohman dan Suntikno (2010: 23-26) menyatakan ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, yaitu:

a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik

Pada permulaan belajar mengajar, terlebih dahulu seorang guru menjelaskan tentang tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran kepada siswa. Makin jelas tujuan yang akan dicapai peserta didik maka makin besar juga motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar.

b. Memberikan hadiah (reward)

Memberikan hadiah kepada peserta didik yang berprestasi.

Hal ini akan memacu semangat peserta didik untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, peserta didik yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar peserta didik yang berprestasi.

c. Memunculkan saingan atau kompetensi

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajarnya, dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya (Ibid.:

72).

d. Memberikan pujian

Memberikan pujian atau penghargaan kepada peserta didik yang berprestasi sudah sepantasnya dilakukan oleh guru yang bersifat membangun.

(8)

e. Memberikan hukuman

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar peserta didik tersebut mau mengubah diri dan beruaha memacu motivasi belajarnya.

f. Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar Kegiatan yang dilakukan guru adalah memberikan perhatian maksimal kepada peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.

g. Membentuk kebiasaan belajar yang baik

Guru menanamkan pembiasaan belajar yang baik dengan disiplin yang terarah sehingga peserta didik dapat belajar dengan suasana yang kondusif.

h. Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun komunal (kelompok)

i. Menggunakan metode yang bervariasi

Dalam pembelajaran, metode konvensional harus sudah ditinggalkan guru karena peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dibutuhkan metode yang tepat/bervariasi dalam memberdayakan kompetensi peserta didik.

j. Menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Penggunaan media yang tepat sangat membantu dan memotivasi peserta didik dalam memaknai pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Adanya media yang tepat akan mampu memediasi peserta didik yang memiliki kemampuan indera yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicaranya. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indera yang dimiliki tiap peserta didik dapat dikurangi dan dapat memberikan stimulus terhadap indera peserta didik.

(9)

Adanya strategi di atas, menuntut kesiapan guru sebagai perancang pembelajaran untuk mampu mengimplementasikannya dalam kegiatan proses belajar mengajar. Guru harus mampu meninggalkan kebiasaan- kebiasaan pembelajaran yang dimonopoli oleh guru itu sendiri (teacher sentre) . Karena guru dalam melaksanakan peranya sebagai pendidik, pengajar pemimpin, administrator, harus mampu melayani peserta didik yang dilandasi kesadaran (awarreness), keyakinan (belief), kedisiplinan (discipline) dan tanggung jawab (responsibility) secara optimal sehingga memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan peserta didik secara optimal baik fisik maupun phisikis.

Perkembangan peserta didik secara optimal akan terlihat bagaiman sang guru mampu menumbuhkan motivasi pada diri peserta didik dalam pembelajaran. guru yang tidak mampu menumbuhkan motivasi peserta didik berarti sang guru kurang memahami strategi yang tepat dalam pembelajaran.

1.6) Cara Meningkatkan Motivasi

Dalam upaya memelihara tingkat motivasi siswa agar selalu stabil, maka diperlukan cara-cara untuk meningkatkan motivasi. Guru di sekolah menghadapi siswa dengan banyak motivasi belajar. Oleh karena itu peran guru cukup banyak untuk meningkatkan belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010: 101) ada beberapa upaya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, yaitu:

1. Optimalisasi Penerapan Prinsip Belajar

Belajar menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan belajar,untukituguru perlu menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis.

2. Optimalisasi Unsur Dinamis Belajar dan Pembelajaran

Guru lebih memahami keterbatasan bagi waktu siswa. Sering kali siswa lengah dengan tentang nilai kesempatan belajar,Oleh

(10)

karena itu guru dituntut bisa mengoptimalkan unsur-unsur dinamis yang ada dalam diri siswa maupun lingkungan siswa.

3. Optimalisasi Pemanfaatan Pengalaman dan Kemampuan Siswa

Guru adalah penggerak sekaligus sebagai fasilitator belajar yang mampu memantau tingkat kesukaran pengalaman belajar dan mampu mengatasi kesukaran belajar siswanya.

4. Pengembangan Cita-Cita dan Aspirasi Belajar

Guru adalah pendidik anak bangsa. Ia berpeluang merekayasa dan mendidikan cita-cita bangsa. Mendidikan cita-cita belajar pada siswa merupakan upaya untuk menghilangkan kebodohan masyarakat (Ibid, : 87).

1.7) Macam-macam motivasi

Secara umum macam-macam motivasi dibedakan menjadi dua yaitu:

a) Motivasi dilihat dari dari dasar pembentukannya 1) Motif-motif bawaan

Motivasi ini sudah ada sejak lahir. Misalnya saja dorongan untuk makan, dorongan untuk bekerja, dorongan untuk istirahat, dorongan seksual. Motif-motif ini sering kali disebut motif yang di isyaratkan secara biologis.

2) Motif-motif yang dipelajari

Motif ini timbul karena sengaja dipelajari. Misalnya saja dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu dalam masyarakat. Motif-motif ini biasanya disebut motif-motif yang diisyaratkan secara sosial (Sardiman, 2010: 86).

b) Motivasi dilihat dari sifatnya 1) Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif- motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah

(11)

ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Misalnya saja seseorang yang senang membaca, tidak perlu ada yang mendorong atau menyuruhnya pun ia rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian jika dilihat dari segi tujuan kegiatan belajar yang dilakukannya, maka yang dimaksud dengan motivasi instrinsik disini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung didalam perbuatan belajar itu sendiri.

Misalnya saja seorang siswa belajar karena dia memang benar- benar ingin mendapatkan pengetahuan/ nilai atau ketrampilan tertentu dan tidak karena tujuan selain itu. Itulah sebabnya motivasi instrinsik juga dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajarnya.

Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi instrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.

Satu satunya jalan untuk menuju ketujuan yang ingin dicapai adalah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, dan tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial dan bukan hanya sekedar simbol. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik) (Ibid, : 89).

Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992) yang dikutip Baharudin, yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain adalah:

(12)

a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.

b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju

c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain-lain sebagainya.

d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanyperangsang dari luar.Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua dan lain sebagainya. Sebagai contoh seseoarang itu belajar, karena tahu bahwa besuk paginya akan ujian dengan harapan mendapat nilai baik sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau temannya.

Jadi dia belajar bukan karena ingin mengetahui sesuatu namun karena ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah (Sardiman, 2007: 90).

Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalam aktivitas belajarnya dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar. Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik atau tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting, ini dikarenakan kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, dan mungkin juga komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. Siswa akan lebih giat belajar jika ia mengetahui akan diberi ulangan. Sehingga dapat

(13)

menambah semangat belajar siswa. (Hamzah Uno, 2008: 267- 270).

1.8) Ciri –ciri motivasi

Ciri-ciri motivasi menurut Sardiman (2007: 83) adalah sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)

b. Ulet menghadapi kesulitan (Tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi setinggi mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang dicapainya)

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif)

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Jadi apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti diatas berarti orang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Dan dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa memiliki ciri-ciri seperti diatas.

1.9) Indikator motivasi belajar

Hakikat motivasi belajar menurut Uno ( 2009: 23) adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar yang dijelaskan oleh Uno dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

(14)

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.

d. Adanya penghargaan dalam belajar.

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang belajar dengan baik.

1.10) Teori –teori motivasi

Dalam psikologi dikenal ada beberapa teori motivasi, mulai dari teori motivasi fisiologis, teori aktualisasi diri dari Maslow, teori motivasi dari Murray, teori motivasi hasil, teori motivasi dari psikoanalisis dan teori motivasi intrinsik dan teori motivasi belajar.

Berikut penjelasan masing-masing teori motivasi tersebut:

a. Teori Motivasi Fisiologis

Teori ini dikembangkan oleh Morgan dengan sebutan Central Motive State (CMS) atau keadaan motif sentral. Teori ini bertumpu pada proses fisiologis yang dipandang sebagai dasar dari perilaku manusia atau pusat dari semua kegiatan manusia. Ciri-ciri CMS adalah bersifat tetap, tahan lama bahwa motif sentral itu ada secara terus menerus tanpa bisa di pengaruhi oleh faktor luar maupun dalam diri individu yang bersangkutan (Purwaatmadja, 2012: 331).

b. Teori Motivasi Aktualisasi Diri dari Maslow

Abraham Maslow (1908-1970) adalah psikolog humanis yang berpendapat bahwa manusia dapat bekerja ke arah kehidupan yang lebih baik. Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok yang maksud sebagai berikut:

(15)

a) Kebutuhan fisiologis: kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan papan, kesehatan fisik, kebutuhan seks, dsb.

b) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and scurity):

seperti terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dsb.

c) Kebutuhan sosial (social needs) yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerjasama.

d) Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat, dsb.

e) Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) seperti antara lain kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas dan ekspresi diri (Purwanto, 2006: 78).

Menurut Maslow (1970:78) apabila kebutuhan dasar manusia terpenuhi maka akan timbul kebutuhan yang lebih tinggi lagi. Jika kebutuhan yang lebih tinggi tersebut pun dapat terpenuhi lagi, manusia akan mempunyai keinginan yang lebih tinggi dari sebelumnya, demikian seterusnya. Gilford berpandangan bahwa rasa beprestasi pada seseorang merupakan sumber kebanggaan. Rasa berprestasi akan mendorong untuk berkompetisi dan merasa butuh untuk memperoleh hasil yang tertinggi (Ibid, : 335).

(16)

c. Teori Motivasi dari Murray

Menurut Murray (1983: 124), kebutuhan adalah suatu konstruk, konsep, dan kekuatan hipotesis. Semua hal itu merupakan suatu kekuatan yang memiliki dasar fisiko-kemis yang tidak diketahui pada bagian otak. Kekuatan tersebut mengorganisasi persepsi, apersepsi, inteleksi, kemauan dan tindakan. Kekuatan itu mentransformasi arah tertentu yang ada pada situasi yang tidak memuaskan. Jadi Murray mengajukan teori tentang motivasi didasarkan kepada kebutuhan.

d. Teori Motivasi dari Psikoanalisis

Teori motivasi psikoanalisis dikemukakan oleh Freud (1915: 342) dengan didasarkan kepada struktur kepribadian.

Dalam menyusun teorinya, Freud lebih menekankan pentingnya pengalaman masa kecil (kanak-kanak) untuk masa dewasa.

Menurut Freud, dorongan-dorongan instingtif menjadi motivator poko (prinsip) pada tingkah laku manusia. Sebelumnya Freud juga telah mengajukan konsep insting sebagai sumber stimulus dari dalam (internal).

e. Teori Motivasi Intrinsik

Pencetus teori motivasi intrinsik, yaitu Harlow dan kawan- kawannya pada tahun (1950:348). Sebelum mengemukakan pendapatnya terlebih dahulu Harlow dan kawan-kawannya mengadakan percobaan-percobaan tentang motif intrinsik pada sejumlah kera. Hasil yang mereka peroleh yaitu kera-kera percobaan ternyata mampu memecahkan masalah-masalah tanpa harus diberinya hadiah ekstrinsik. Justru hal yang terjadi adalah jika kera percobaan diberi hadiah ekstrinsik, hal itu justru menyebabkan belajar menjadi tidak efisien. Dari hasil percobaan tersebut Harlow dan kawan-kawan menyimpulkan adanya peran penting yang datangnya dari dalam diri kera-kera itu yang disebutnya sebagai motivasi atau dorongan intrinsik.

(17)

Jadi hal itu menandakan bahwa adanya dorongan murni di bawah kontrol stimulasi primer pada individu yang diteliti.

f. Teori Motivasi Belajar

E.L. Thorndike, dengan penemuannya yang dikenal dengan hukum efeknya, mengatakan jika hubungan S-R memberikan kepuasan maka pada hubungan S-R pada kesempatan lain dengan situasi yang sama akan mengulang dan memperkuat hubungan S- R tadi. Sebaliknya, jika hubungan S-R menghasilkan ketidak puasan, maka hubungan S-R menjadi diperlemah atau ditinggalkan. Berkaitan dengan hal ini, Thorndike memperkenalkan konsep hadiah dengan prinsip hukum efek, yakni semakin besar kepuasan yang diperoleh pada suatu hubungan S-R maka hubungan S-R tersebut akan semakin diperkuat. Kepuasan itu sendiri pada akhirnya berperan sebagai suatu hadiah (Ibid, : 344).

Berbagai macam penerapan teori motivasi belajar, baik di lingkungan sekolah, di rumah, maupun di masyarakat dikemukakan oleh RBS. Fudyartanto (2002: 347) sebagai berikut:

1.

2. Guru memberikan hadiah dan hukuman kepada siswa Guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

Guru menciptakan level aspirasi berupa perform

sebagai umpan balik

lakukan

tidak menggunakan prosedur yang

3. asi yang

mendorong kelevel berikutnya

4. Guru melakukan kompetisi dan kerjasama pada siswa 5. Guru menggunakan hasil belajar

6. Guru melakukan pujian kepada peserta didik

7. Guru mengusahakan selalu ada yang baru ketika me pembelajaran di kelas

8. Guru perlu menyiapkan tujuan yang jelas 9. Guru dalam mengajar

menekan

(18)

10. Guru menggunakan contoh-contoh hidup sebagaimodel-model yang menarik bagi siswa

B. Ko

1.1 Pengertian Belajar

kamus besar bahasa Indonesia (2003: 729), secara miliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu

epsi dan perilaku,termasuk juga perbaikan perilaku. Tidak sem

suatu perubahan tingkah laku yang

ngguhnya belajar adalah suatu peru

uatan mulai dari mengamati, membaca, menurun, mencoba sampai mendengarkan untuk

11. Guru melibatkan siswa secara aktif (Fudyartanto, 2002: 348).

nsep Belajar

Dalam

etimologis belajar me

”. Sedangkan secara terminologi pengertian belajar adalah sebagai berikut:

Belajar menurut Hamalik (1993: 27 ) adalah terjadinya perubahan dari pres

ua perubahan tingkah laku itu belajar. Misalnya orang yang tangannya patah karena kecelakaan mengubah tingkah lakunya namun kehilangan tangannya itu bukan belajar.

Menurut Slameto (2013: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Soleh Abdul Aziz dan Abdul Majid memberikan pengertian belajar sebagai berikut: “sesu

bahan dalam pemikiran siswa yang dihasilkan atas pengalaman terdahulu kemudian terjadi perubahan yang baru” Purwanto (2009: 44).

Belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan yang relatif mantap melalui latihan atau pengalaman karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti:

perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

H. Spears dalam Sukardi (1983: 17 )mengemukakan bahwa

“belajar itu mencakup berbagai macam perb

(19)

men

h

miah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh falto

ri inter

ruhi pencapaian hasil belajar, baik dari

1.2 F

rapa faktor yang mempengarui proses belajar mengajar di sekolah yaitu:

ehatan dapat berpengaruh pada kemampuan belajar, t, sakit kepala, pilek, sebagainya, akan tidak semangat dalam aktifitas belajar. Kesehatan di sini tidak hanya kesehatan jasmani saja.

capai suatu tujuan.”Selanjutnya, definisi belajar yang diungkapkan oleh Cronbach di dalam bukunya Educational Psychology yang dikutip oleh Sumardi Suryabrata menyatakan bahwa “belajar yang sebaik- baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan pancainderanya.” Berdasarkan definisi yang dikemukakan.

Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apaka dalam laboratorium atau dalam lingkungan ala

r-faktor yang tidak termasuk misalnya perubahan karena mabuk atau minum ganja bukan termasuk hasil belajar (Nasution, 2010: 35).

Dari beberapa pendapat para ahli diatas tentang pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu yang didapatkan da

aksi dengan lingkungannya yang terdiri dari kognitif, afektif, dan psikomotorik (Djamarah, 2002: 13).

Dari definisi diatas dapat disimpulakan ciri-ciri belajar meliputi:

Selain itu,berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yang bisa mempenga

dalam diri seseorang yang melakukan aktifitas belajar maupun dari luar dirinya.

aktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar Ada bebe

a. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) 1) Kesehatan

Kes

karena seseorang yang selalu tidak seha batuk, dan

(20)

Kese

2)

dak akan belajar dengan sebaik-baiknya, a tarik baginya. Ia tidak akan mendapatkan kepu

ukungan orang tua,

3)

ilmu kesehatan akan hasil yang kurang memuaskan. Misalnya saja teknik belajar yang tidak memperhatikan teknik dan kesehatan

hatan rohani (jiwa) yang kurang baik juga bisa mengganggu semangat belajar. Misalnya seseorang itu sedang mengalami gangguan fikiran, perasaan kecewa karena ada konflik dengan pacar, orang tua atu karena sebab lainnya tentu saja ini bisa mengurangi semangat seseorang untuk belajar (Dulyono, 2007: 55).

Minat dan motivasi

Minat dapat berpengaruh besar tehadap belajar, karena bila suatu bahan pembelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa ti

karena tidak ada day

asan dari pembelajaran. Bebeda dengan suatu bahan pembelajaran yang diminati siswa akan lebih mudah memahami bahn pembelajaran dan mudah menyimpan, karena minat dapat menambah kegiatan belajar (Slameto, 2010: 57).

Motivasi berbeda dengan minat. Motivasi bisa berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang berasal dari hati sanubari, biasanya karena kesadaran akan sesuatu. Sedangkan yang dari luar (ekstrinsik) biasanya berasal dari d

guru, teman, dan anggota masyarakat. Motivasi dapat mempengaruhi belajar, karena seseorang yang motivasinya kuat akan melakukan semua kegiatan dengan sungguhsungguh, penuh semangat, sebaliknya orang yang motivasinya lemah,akan malas melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran (Slameto, 2013: 65).

Cara Belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Cara belajar yang tanpa memperhatikan teknik- teknik serta faktor fisiologi, psikologi, dan

memperoleh

(21)

deng

b. Fak 1)

elajar dan ada ya. Berbagai suasana aan keluarga yang bermacam-macam ini akan men

2)

ekolah dan sebagainya. Semua ini bisa aruhi keberhasilan belajar anak.

3) Mas

ditempati oleh siswa terdiri dari orang-orang yang tidak an cara belajar siang malam tanpa memberi kesempatan untuk istirahat kepada mata, otak dan organ tubuh lainnya. Cara belajar seperti ini tidak baik. Penggunaan teknik pembelajaran yang tepat akan mempermudah siswa untuk menyimpan pelajaran kedalam memori (Dulyono, 1996: 57).

tor Eksternal (yang berasal dari luar diri) Keluarga

Dalam sebuah keluarga tentunya ada keluarga yang kaya miskin, ada keluarga yang selalu tenteram dan damai dan ada pula sebaliknya,kemudian ada kelurga yang terp

pula keluarga yang kurang pengetahuann dan kead

entukan bagaimana dan sampai sejauh mana belajar dialami dan dapat dicapai oleh anak-anak. Termasuk fasilitas yang ada dalam keluarga memegang peranan penting dalam belajar (Purwanto, 2010: 104).

Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar siswa turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Misalnya saja kualitas guru, metode mengajar, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas s

mempeng

Bila suatu sekolah tidak memperhatikan tata tertib atau kedisiplinan akibatnya murid -muridnya juga kurang mematuhi perintah guru sehingga mereka tidak belajar dengan sunggu- sungguh. Sehingga prestasi siswa akan turun (Dulyono, 1996:

59).

yarakat

Kondisi masyarakat tempat tinggal bisa berpengaruh pada aktivitas belajar siswa. Apabila lingkungan masyarakat yang

(22)

terpelajar, penjudi, suka mencuri, danmemiliki kebiasan yang tidak baik, maka akan berdampak tidak baik bagi siswa yang u karena siswa dapat tertarik untuk melakukan aktiv

C. Konsep Prest 1.1) Penge

berha

dilakukan evaluasi yang hasilnya berupa prestasi belajar siswa. Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu ‘prestasi’ dan

Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud alah: .Hasil yang telah dicapai (dilakukan, diker

003: 85). Dalam tinggal disit

itas yang sama dilakukan oleh lingkungan sekitar,akibatnya belajarnya terganggu dan semangat belajarnya berkurang (Slameto, 2003: 71).

asi Belajar rtian prestasi

Dalam proses belajar mengajar dikelas untuk mengetahui sil atau tidaknya pembelajaran yang dicapai siswa harus

‘belajar’. Di dalam dengan presatasi ad

jakan, dan sebagainya) (Depdikbud, 2002: 895). Adapun belajar menurut pengertian secara psikologis, adalah merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: .Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2).

M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan, mengemukakan bahwa belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap (Purwanto, 2

(23)

rumu

n “belajar”.

Menu

ribadian dan perse

san H. Spears yang dikutip oleh Dewa Ketut Sukardi mengemukakan bahwa belajar itu mencakup berbagai macam perbuatan mulai dari mengamati, membaca, menurun, mencoba sampai mendengarkan untuk mencapai suatu tujuan (Sukardi, 1983:

17). Selanjutnya, definisi belajar yang diungkapkan oleh Cronbach di dalam bukunya Educational Psychology yang dikutip oleh Sumardi Suryabrata menyatakan bahwa: belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami; dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan pancainderanya (Suryabrata, 2002: 231).

Evaluasi terhadap penilaian hasil dan proses belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan peserta didik dalam menguasai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Nana Sudjana (2005: 22) dalam bukunya berpendapat bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.” Prestasi belajar berasal dari kata “prestasi” da

rut Kamus Ilmiah Populer (2002: 594) prestasi merupakan hasil yang telah dicapai. Berdasarkan pendapat tersebut, disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan suatu mata pelajaran tertentu sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 895) prestasi adalah hasil yang telah dicapai atau dilakukan,dikerjakan,dan sebagainya. Belajar adalah proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kep

psi manusi (Catharina, 2004: 4). Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan (Hamalik, 2001: 36). Menurut Sumadi

(24)

(1998: 7) prestasi belajar adalah merupakan ukuran keberhasilan belajar paling luas dipakai dalam penelitian. Pada umumnya prestasi belajar terdapat pada buku raport setelah siswa melakukan aktivitas belajar di sekolah dalam kurun waktu tertentu, seperti catur wulan atau semester. Dengan prestasi belajar maka guru, siswa dan orang tua akan mengetahui hasil yang dicapai dalam pembelajaran atau pendidikan.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh di atas, maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibatdari pengalaman atau latihan. Sedangkan pengertian prestasi belajar sebagaimana yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: ‘penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikem

1.2)

tuk menentukan keberhasilan belajar. Oemar Hamalik (2001: 159) dalam bukunya

erupakan:

bangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar dapat bersifat tetap dalam serjarah kehidupan manusia karena sepanjang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar dapat memberikan kepuasan kepada orang yang bersangkutan, khususnya orang yang sedang menuntut ilmu di sekolah (Sumadi, 1998: 8).

Fungsi dan Kegunaan Prestasi belajar

Untuk mengetahui seberapa jauh prestasi belajar telah dicapai peserta didik, maka diadakan kegiatan evaluasi pembelajaran.

Evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis dengan mengumpulkan bukti-bukti un

menyatakan tentang evaluasi hasil belajar m

Keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah

(25)

melakukan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perub

mengukur hasil belaja

ai indikator intern dan ekstern dari suatu

rhadap daya serap

engetahui prestasi belajar siswa, baik individual

berguna bagi guru yang bersangkutan

an dalam proses belajar mengajar ataup

ahan tingkah laku (Oemar Hamalik, 2001: 159).

Tujuan diadakannya kegiatan evaluasi adalah untuk mengetahui keefektifan dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar sehingga dalam pelaksanaannya evaluasi harus dilakukan secara terus-menerus baik itu pada awal, pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar maupun pada akhir tatap muka kegiatan belajar mengajar.

Evaluasi pada umumnya digunakan untuk menilai dan

r peserta didik, terutama hasil yang berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Zainal Arifin (1991: 2) mengemukakan fungsi utama prestasi belajar antara lain:

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kualitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

d. Prestasi belajar sebag institusi pendidikan.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator te (kecerdasan) anak didik.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa betapa pentingnya m

maupun kelompok karena prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan, dan juga

sebagai umpan balik dalam melaksanakan pembelajaran dikelas apakah akan diadakan perbaik

un tidak.

(26)

1.3)

formatif. Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian ang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang

ilaian tersebut dapat digunakan untuk

nilaian yang

1.4)

perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai berdimensi cipta dan rasa maupun karsa.

Kunc

kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini pula akan Evaluasi Prestasi Belajar

Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang bersangkutan. Prestasi belajar dapat dinilai dengan cara:

1. Penilaian y

selanjutnya hasil pen

memperbaiki proses belajar-mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan.

2. Penilaian Sumatif. Penilaian sumatif adalah pe

dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu (Purwanto, 2001: 26).

Jenis-jenis Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan

hasil belajar siswa, baik yang

i pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi belajar) dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur (Muhibbin Syah, 1999: 150).

Dalam sebuah situs yang membahas Taksonomi Bloom, dikemukakan mengenai teori Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam proses

(27)

terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam penerimaan pemb

dan k

erupa lektual (kategori 2-6)(winkel ,1996: 247).

aridan disimpan dalam ingatan (Winkel, 1996: 247).

elajaran. Dengan kata lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam penguasaan (Muhibinsyah, 1999: 150).

Ketiga ranah tersebut. Maka Untuk lebih spesifiknya, penulis akan akan menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai yang terdapat dalam teori Bloom berikut:

1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif)

Cognitive Domain berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian,

eterampilan berpikir. Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua b Kemampuan dan Keterampilan Inte

a. Pengetahuan (Knowledge). Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar dan sebagainya. Pengetahuan juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan hal-hal yang pernah dipelaj

b. Pemahaman (Comprehension).Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti yang dari bahan yang dipelajari. Pemahaman juga dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya (Winkel, 1996: 247).

(28)

c. Aplikasi (Application). Aplikasi atau penerapan diartikansebagai kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru. Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja (Winkel, 1996: 247).

enstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau

informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan (Winkel, 1996: 248).

kriteria tertentu. Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk d. Analisis (Analysis). Analisis didefinisikan sebagai

kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian- bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau m

hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit (Winkel, 1996: 248).

e. Sintesis (Synthesis). Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Sintesis satu tingkat di atas analisa. Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau

f. Evaluasi (Evaluation). Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untik membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan

(29)

memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau

2.

aspek (Dimyati dan Mudijono, 2010: 298):

a. Penerimaan (Receiving/Attending). Penerimaan mencakup

reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan,

uan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan manfaatnya (Winkel, 1996: 248).

Affective Domain (Ranah Afektif)

Affective Domain berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hail belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif. Taksonomi tujuan pendidikan ranah afektif terdiri dari

kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleg guru (Winkel, 1996: 152).

b. Tanggapan (Responding). Memberikan

kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan (Dimyati dan Mudijono, 2010: 28).

c. Penghargaan (Valuing). Penghargaan atau penilaian mencakup kemamp

penilaian itu.mulaidibentuk suatu sikap menerima (Winkel, 1996: 152).

(30)

d. menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan konsisten dengan sikap batin (Winkel, 1996: 152).

e. Pengorganisasian (Organization). Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan

an dan pegangan dalam kehidupan. Nilai- nilai yang diakui dan

nilai-nilai kehidupan sedemikin rupa, sehingga menjadi milik pribadi

3.

Pendidikan menjelaskan, keterampilan ini disebut .motorik.

angsung otot, urat dan persendian, sehingga keterampilan benar-benar berakar pada kejasm

membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.

Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedom

diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting (Winkel, 1996: 152).

f. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex) Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya. Karakterisasinya mencakup kemampuan untuk menghayati

(internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri (Winkel, 1996: 248).

Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor)

Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Alisuf Sabri dalam buku Psikologi

karena keterampilan ini melibatkan secara l

anian. Orang yang memiliki keterampiulan motorik, mampu melakukan serangkaian gerakan tubuh dalam urutan

(31)

tertentu dengan mengadakan koordinasi gerakan-gerakan anggota tubuh secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik ini ialah adanya kemampuan otomatisme, yaitu gerakan-gerik yang terjadi berlangsung secara teratur dan berjalan dengan enak, lancar dan luwes tanpa harus disertai pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan. Keterampilan motorik lainnya yang kaitannya dengan pendidikan agama ialah keterampilan membaca dan menulis huruf Arab, keterampilan membaca dan melagukan ayat-ayat Al-Qur.an, keterampilan melaksanakan gerakan-gerakan shalat. Semua jenis keterampilan tersebut diperoleh melalui proses belajar dengan prosedur latihan (Sabri, 1996:99-100).

tor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Kegiatan belajar dilakukan oleh setiap siswa, karena melalui jar mereka memperoleh pengalaman dari situasi yang 1.5) Fak

bela

dihadapinya. Dengan demikian belajar berhubungan dengan perubahan dalam diri individu sebagai hsil pengalamannya di

siswa dapat kita bedakan menjadi dua macam (Muhibinsyah, 2008:

132)

dan sendi-sendinya, dapat

h lingkungan. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

yaitu:

1. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa, meliputi dua aspek yakni:

a. Aspek Fisiologis. Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh

mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lema

(32)

dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak membekas (Muhibinsyah, 2008: 132).

b. Aspek Psikologis. Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualits perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor- faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial (Muhibinsyah, 2008: 132).

sebenarnya bukan persoalan otak saja, melainkan juga

secara positif maupun negatif (Syah, 1999:135). Sikap merupakan faktor psikologis yang kan mempengaruhi c. Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa. Intelegensi pada

umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi

kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungan dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ- organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan .menara pengontrol. hampir seluruh aktifitas manusia. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa mak semakin besar peluangnya untuk memperoleh sukses (Muhibinsyah, 2008: 132).

d. Sikap siswa. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang,dan sebgainya, baik

(33)

belajar. Dalam hal ini sikap yang akn menunjang belajar seseorang ialah sikap poitif (menerima) terhadap bahan atau pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti: kondisi kelas, teman-temannya, sarana pengajaran dan sebagainya (Sabri, 1996:84).

e. Bakat Siswa. Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan denikian, sebetulnya setiap orang mempunyai bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar bisa (very superior) disebut juga sebagai gifted, yakni anak berbakat intelektual (Muhibbin Syah, 1999: 136).

f. Minat siswa. Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualits pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu (Muhibbin Syah, 1999: 136).

2. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa),

Terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental sebagai berikut:

a) Faktor-faktor Lingkungan.

(34)

Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan sosial. Yang termasuk faktor lingkungan

kelemb

b)

ngajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar

empengaruhi proses dan hasil

g.

Misalnya: Seorang sisw

pengetahuan biasanya cenderung m

na dan tidak mendalam. Sebaliknya seorang non sosial/alami ini ialah seperti: keadaan suhu,

aban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya. Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa (Muhibbin Syah, 1999: 138)..

Faktor-faktor Instrumental.

Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas,sarana/alat pengajaran, media pe

mengajar yang digunakan akan m

belajar siswa (Sabri, 1996:59). Dari semua faktor di atas, dalam penelitian kali ini akan diarahkan pada faktor instrumental yang di dalamnya guru profesional itu akan ditunjukan.

Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi satu sama lain.

a yang conserving terhadap ilmu engambil pendekatan yang sederha

siswa yang memiliki kemampuan intelegensi yang tinggi (faktor Iternal) dan mendapat dorongan positif dari orang tua atau gurunya (faktor eksternal) akan lebih memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Akibat pengaruh faktor-faktor tersebut di atas muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi, rendah atau gagal sama sekali (Muhibbin Syah, 1999: 139).

(35)

Dalam hal ini seorang guru yang memiliki kompetensi yang baik dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinankemungkinan munculnya siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor-faktor yang menjadi pengham

D. Penelitian Terdah Penelitian t

ilmiah sebelumnya terkait dengan

penelitian yang akan dilakukan penulis. Survey literatur bertujuan memastikan sejauhmana penelitian yang akan dilakukan ini pernah atau

leh orang lain. Bukan saja untuk menghindari adanya plagiat dan pengulangan penelitian

erdasarkan latar belakang nilai hasil bat proses belajar siswa.

ulu

erdahulu dimaksudkan untuk mengungkap sejumlah karya yang memiliki relevansi dan dinilai penting

belum peranah diteliti o

dengan masalah yang sama, bentuk kesiapan peneliti dengan teori-teori yang akan digunakan dan penguasaan sumber yang relevan, melainkan juga penegasan peneliti tentang originalitas dan ide-ide kreatif dalam penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu terkait dengan penelitian sekarang yaitu:

1. Penelitian yang di lakukan oleh Sri Ristanti dengan Judul “ Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Media Visual Terhadap Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Organisasi Kehidupan Siswa Kelas VII MTs N Karangawen Tahun Ajaran 2010/2011”Skripsi ini ditulis b

belajar siswa rendah pada tahun sebelumnya, ini disebabkan proses pembelajaran masih terpusat, guru masih menggunakan metode ceramah sehingga membuat peserta didik merasa bosan.

Skripsi ini membahas tentang pengaruh motivasi belajar siswa dengan menggunakan media visual terhadap hasil belajar biologi materi pokok organisasi kehidupan siswa kelas VII MTs N Karangawen tahu ajaran 2010/2011. Tujuannya untuk mengetahui adakah pengaruh yang positif media visual dalam pembelajaran

(36)

biol

tempat penelitiannya di MTs N Karangawen.

media visual terh

bel 1% (7,56).

ya.

enggunakan teknik analisis regresi sederhana.

etahui prestasi belajar siswa.

ogi materi pokok organisasi kehidupan terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Dengan variabel dependen hasil belajar siswa,sedangkan variabel independennya adalah motivasi belajar siswa dengan menggunakan media visual.

Adapun

Pengumpulan data menggunakan angket untuk mengetahui motivasi belajar siswa dengan menggunakan media visual. Sedangkan hasil belajar dengan tes.

Setelah diuji hipotesis ternyata terdapat pengaruh yang positif antara motivasi belajar siswa dengan menggunakan

adap hasil belajar biologi materi pokok organisasi kehidupan, hal ini ditunjukkan dengan reg F hitung: 29,578> 1 F tabel 5% (4,17), reg F hitung : 29,578> 1 F ta

Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti diterima dikarenakan terdapat pengaruh positif antara motivasi belajar siswa dengan menggunakan media visual terhadap terhadap hasil belajar biologi materi pokok organisasi kehidupan siswa kelas VII MTs N Karangawen.

Hasil dari penelitian terdahulu diatas dapat di simpulkan sebagai berikut :

a. Penelitian ini lebih menekankan dengan menggunakan media visual untuk mengetahui pengaruh pemberian motivasi belajar siswan

b. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan m

c. Penelitian yang akan di lakukan oleh penulis lebih mengedepankan pada pengaruh pemberian motivasi belajar untuk meng

(37)

2. Penelitian yang di lakukan oleh Irnawati dengan judul” pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada mata

i masalah kesulitan

emet sampling .pengumpulan data

86 .Besar pengaruhmotivasi belajar terhadap hasil belajar yakn

pelajaran ekonomi di SMA Nurul falah pekanbaru” Pelaksanaan layananan motivasi belajar di sekolah erat kaitannya dengan proses peninggkatan hasil belajar siswa yang mengalam

belajar .pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa dapat di ketahui dari pelaksanaan motivasi itu sendiri .penelitian pendidikan dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajara ekonomi di SMA Nurufalah Pekabaru.

Penelitian ini merupakan penelitian desriptif kuantitatif dengan menggunakan deskriptif yang berupa analisis yang berupa motivasi belajar dan hasil belajar ekonomi siswa.subjek penelitian adalah siswa SMA Nururfalah pekanbaru dengan teknik pengambilan sample Purposive Sampling dengan jenis judg

dalam penelitian ini di lakukan dengan cara,(1) observasi dan (1) angket.lalu untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar ekonomi data analisis menggunakan rumus regresi linier sederhana.

Dari hasil rumus regresi linier sederhana dengan motivasi belajar terhadap hasil belajar ekonomi terdapat persamaan regresi yaitu: Y=

60,686 + 0,252 X.Dari persamaan tersebut di artikan bahwa satuan skor hasil belajar akan di pengaruhi oleh motivasi belajar 0,252 pada konstan 60,6

i sebesar 15% sedangkan 83,3% lainnya di pengaruhi oleh variabel lain di luar variabel lain .Berdasarkan hasil penelitian maka dapat di ambil kesimpilan bahwa ada pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar ekonomi di SMA Nurulfalah pekanbaru.

Hasil dari penelitian terdahulu diatas dapat di simpulkan sebagai berikut :

(38)

a. Penelitian lebih menekan pada pada mata pelajaran ekonomi untuk mengetahui hasilnya sedangkan penelitia lebih ke IPS.

skrptif kuantitaf untuk memperoleh suatu hasil dalam

r

E. Kerangka Pemikiran Dalam

nantinya akan dijadika

setelah m lakukan kegiatan belajar selama waktu yang telah ditentukan.

sa cukup, guru dapat melakukan tes yang has

as tertentu demi men

b. Peneliti lebih menekankan dengan menggunakan metode de

penelitiannya sedangkan penelitian metode kuantitatif

c. Penelitian terdahulu lebih mengedepankan pada hasil belaja sedangkan peneliti untuk mengetahui prestasi belajar siswa.

pelaksanaan proses pembelajaran diperlukan adanya evaluasi yang n sebagai tolok ukur maksimal pencapaian siswa e

Apabila pemberian materi telah dira

ilnya akan digunakan sebagai ukuran dari prestasi belajar yang bukan hanya terdiri dari nilai mata pelajaran saja tetapi juga mencakup nilai tingkah laku siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar.

Sardiman (2006:73) menyatakan bahwa motivasi berasal dari kata “motif”

yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivit

capai suatu tujuan. Dimyati dan Mudjiono mengemukakan definisi motivasi belajar sebagai “kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar atau dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia (perilaku belajar).” Jadi motivasi belajar merupakan motivasi (dorongan) internal dan eksternal siswa untuk belajar guna memperoleh prestasi yang baik.

Di samping itu terdapat fungsi lain dari motivasi yaitu sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan

(39)

has

i prespektif pribadi mau

at akan mampu memberikan kesuksesan dalam pem

otivasi ada ber

dan pihak sekolah yang membe

il yang baik pula, atau dengan kata lain itensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasinya.

Bahwa pada hakikatnya motivasi adalah perasaan atau keinginan seseorang yang berada dan bekerja pada kondosi tertentu untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang menguntungkan di lihat dar

pun organisasi .

Strategi menumbuhkan motivasi belajar peserta didik sangat ditentukan oleh perencanaan yang dibuat guru dalam pembelajaran. Dengan strategi motivasi yang tep

belajaran. strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. (Wina Sanjaya, 2006: 45).

Motivasi sangat diperlukan dalam kegiatan belajar. Hasil belajar akan menjadi optimal dengan adanya motivasi. Hamalik (2001:161) Oleh karena ituperlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan m

macam-macam. Akan tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang-kadang juga bisa kurang sesuai.Maka untuk itu seorang guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberikan motivasi dalam kegiatan belajar anak didiknya.Di dalam kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar Sardiman (2007:92-95).

Kemudian dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar yang penting bagaimana kondisi atau suatu proses yang mengarahkan anak untuk melakukan aktivitas belajar. Selain guru

rikan pembelajaran formal bagi anak dalam hal ini sudah barang tertentu peran orang tua sangat penting .bagaimana orang tua melakukan usaha-usaha untuk memotivasi agar anaknya melakukan aktivitas belajar dengan baik.untuk dapat belajar yang baik maka di butuhkan motivasi yang baik pula. baik orang tua,sekolah maupun siswa sendiri harus bersinergi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

(40)

haru dilakukan evaluasi y ng hasilny

atan belajar atau m

Gambar. Bagan Motivasi Belajar terha ap Prestasi Belajar Siswa

Dalam proses belajar mengajar dikelas untuk mengetahui berhasil atau tidaknya pembelajaran yang dicapai siswa s a

a berupa prestasi belajar siswa. Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu ‘prestasi’ dan ‘belajar’. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan presatasi adalah: .Hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya) (Depdikbud, 2002: 895).

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah melakukan kegi

empelajari sesuatu yang ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Jadi, prestasi belajar siswa berfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah, utamanya nilai yang dilihat dari sisi kognitif, karena ranah inilah yang sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan materi sebagai ukuran pencapaian hasil belajar siswa, dapat dilihat bagan di bawah ini :

PROSES BELAJAR MENGAJAR

MOTIVASI

Pengaruh Pemberian d

FUNGSI UNSUR STRATEGI BENTUK

PRESTASI BELAJAR

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian hipotesis untuk tiap dimensi kualitas jasa dan tiap item pernyataan, diperoleh bahwa nilai Z hitung untuk seluruh dimensi kualitas jasa dan item pernyataan

Analisis R/C dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Pupuk Kujang Cikampek juga telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor

Dalam penelitian ini, penulis mencoba mendeskripsikan mengenai pemikiran Al- Gazālī dan „Abdullāh Nā i ḥ „Ulwān tentang pendidikan anak dalam Islām baik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model practice rehearsal pairs dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar yang terlihat dari adanya peningkatan

Melalui makalah ini akan dibahas suatu gagasan yang dapat digunakan agar anak usia dini terbiasa membuang sampah pada tempatnya serta peran keluarga dalam men-

 Metode fuzzy c-means cluster sering digunakan dalam melakukan pengelompokan, karena metode ini memberikan hasil yang halus dan cukup efektif (Shihab, 2000), dalam penelitian

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pemerintahan desa, dari 1945 sampai 2005 memberikan posisi eksistensi Desa Pakraman, mengalami pasang surut, hal