• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PENDEKATAN OPEN ENDED UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP/MTS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PENDEKATAN OPEN ENDED UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP/MTS"

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)

KREATIF MATEMATIS SISWA SMP/MTS

OLEH

ARNIATI NIM. 11515201095

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

1444 H/2023 M

(2)

Skripsi

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd)

Oleh

ARNIATI NIM. 11515201095

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

1444 H/2023 M

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

iii

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam penulis haturkan kepada uswatun hasanah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah meluruskan akhlak dan akidah manusia sehingga dengan akhlak dan akidah yang lurus manusia akan menjadi makhluk yang paling mulia.

Skripsi ini berjudul Pengembangan Modul Berbasis Pendekatan Open Ended Untuk Memfasilitasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP/MTs, merupakan hasil karya ilmiah yang ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari begitu banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan uluran tangan dan kemurahan hati kepada penulis terutama ibunda Kartini yang telah melimpahkan segenap kasih sayangnya, dukungan moril maupun materil yang terus mengalir hingga saat ini, Ayahanda Ismail (Alm) yang juga selalu melimpahkan kasih sayang dan memberi semangat serta selalu mendoakan penulis hingga terkabullah salah satu do’anya ini dan keluarga besarku yang tercinta dan terkhusus buat Abang dan Kakak kandung tercinta yaitu Safri, Basri, Nasri, Japri, Lenawati, Doni, Metnawati, Ali dan Ardyan serta Adik-adik tercinta yaitu Rajuddin dan Safia yang telah memberikan semangat, selalu menjaga baik suka maupun duka, selalu memberikan bantuan materi serta keceriaannya kepada penulis hingga selesai skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan dengan penuh rasa hormat ucapan terima kasih yang mendalam kepada:

1. Prof. Dr. Hairunas, M.Ag., Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Prof. Dr. Hj. Helmiati, M.Ag., selaku wakil rektor wakil I, Dr.

H. Mas’ud Zein, M.Pd., selaku wakil rektor II, Prof. Eldi Erwan, S.Pt,

(8)

iv

selaku wakil dekan I, Dr. Zubaidah Amir, MZ, M.Pd., selaku wakil dekan II dan Dr. Amirah Diniaty, M.Pd., selaku wakil dekan III dan beserta seluruh staff. Terima kasih atas kebaikan dan motivasinya.

3. Ibu Dr. Granita, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Bapak. Ramon Muhandaz M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

4. Bapak Hasanuddin, M.Si.S.Si., selaku penasehat akademik

5. Ibu Erdawati Nurdin, M.Pd., pembimbing skrispi yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi serta waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah sabar dan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Ibu Herni Sinaria, S.Ag., selaku Kepala Sekolah MTs Humairoh HNN.

8. Ibu Fikrotun Bahiroh, M.Pd., selaku guru pelajaran matematika, bapak dan ibu guru serta karyawan dan karyawati MTs Humairoh HNN

9. Keluarga besar Aciak Koto(Alm) yang telah memberi semangat dan yang menjadi motivasi segera menyelesaikan pendidikan S1 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

10. Sahabat-sahabat terbaikku Dwi Maulina, Jessica Febbyola dan Nurul Ilma membantu dalam hal segala hal dan pelajaran berharga yang tidak akan terlupakan maupun materil. Terutama untuk Sahabat-sahabatku di Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2015 khususnya PMT C terimakasih atas kekeluargaan, kekompakan, kepedulian dan kebahagiaan yang telah kalian berikan selama kuliah di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

(9)

v

pihak akan mendapatkan balasan kebaikan berlipat ganda dari Allah SWT.

Amin amin ya rabbal ‘alamin…

Pekanbaru, 30 Desember 2022

ARNIATI

NIM. 11515201095

(10)

vi

yang telah engkau anugerahkan kepadaku dan atas izin-Mu akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam

semoga selalu terlimpah kepada utusan-Mu Nabi Muhammad Shallallau ‘Alaihi Wassalam.

Ibu dan Ayahanda Tercinta

Ku persembahkan sebuah karya kecil ini sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada hentinya kepada Ibunda Kartini dan Ayahanda

Ismail(Alm) yang selama ini telah memberi doa, semangat, nasehat, kasih sayang, dan pengorbanan yang tak tergantikan

hingga Arni selalu tegar menjalani setiap rintangan.

“Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim, terima kasih telah Engkau hadirkan hamba diantara kedua orang tua hamba yang setiap waktu ikhlas

menjagaku, mendidikku, membimbingku dengan baik, Ya Allah berikanlah balasan yang setimpal syurga Firdaus untuk mereka

dan jauhkanlah mereka dari siksaan-Mu” Aamiin.

Terimakasih Ibu…Terimakasih Ayah…

Seluruh Dosen & Pegawai Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Hanya skripsi yang sederhana ini yang dapat Arni persembahkan sebagai wujud rasa terima kasih kepada Ibu dan Bapak dosen atas segala ilmu yang telah diberikan, serta kepada seluruh pegawai Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan yang telah banyak membantu demi kelancaran berlangsungnya perkuliahan.

Dosen Pembimbing

Ibu Erdawati Nurdin, M.Pd, Saya mengucapkan banyak terima kasih atas waktu serta tenaga yang selama ini ibu gunakan untuk membaca dan mengoreksi serta

membimbing skripsi saya demi terwujudnya skripsi yang baik. Skripsi yang sederhana inilah sebagai perwujudan dari rasa terima kasih saya kepada Ibu.

Terima kasih ibu pembimbing terbaikku.

Sahabat-Sahabat Karibku

Terimakasih untuk canda tawa, tangis, dan perjuangan yang telah kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan manis yang telah terukir selama ini.

Dengan perjuangan dan kebersamaan kita pasti bisa. Semoga kita semua bisa sama-sama sukses dan bisa mendidik anak bangsa demi negara Indonesia yang

maju. Semangat!

(11)

vii

(H.R. At-tirmidzi: 1899)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

(Q.S Al Insyirah : 6)

“Sibuklah disaat orang santai dan bantulah disaat orang lain sibuk”

“Membaca satu kata anda tau, membaca satu kalimat anda bijak, membaca satu buku anda bersinar, karena ilmu adalah cahaya ”

“Man Jadda Wajada”

“kamu BISA, jika kau berfikir kamu BISA”

“Jika kamu menginginkan pelangi, maka kamu harus siap dengan datangnya hujan”

“Setiap proses yang dilakukan akan membuahkan hasil yang setimpal dengan proses tersebut”

(12)

viii

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menghasilkan modul matematika berbasis pendekatan open ended untuk memefasilitasi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMP/MTs pada materi kubus dan balok yang memenuhi kriteria valid dan praktis. Penelitian ini berjenis penelitian pengembangan (Research and Development) dengan model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX MTs Humairoh HNN, ahli pendidikan dan ahli materi pembelajaran yang berasal dari dosen pendidikan UIN Suska Riau. Objek dalam penelitian ini adalah modul berbasis pendekatan open ended untuk memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMP/MTs pada materi kubus dan balok. Instrumen pengumpulan data berupa angket dengan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis data kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan uji validitas, modul berbasis pendekatan open ended dinyatakan valid dengan persentase tingkat kevalidan 73,1% . Hasil ujicoba praktikalitas kelompok kecil dengan responden berjumlah 6 orang siswa diperoleh bahwa modul berbasis pendekatan open ended sangat praktis dengan persentase tingkat kepraktisan 95,62%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan valid dan praktis.

Kata Kunci: Berpikir Kreatif, Kubus dan Balok, Modul, Pengembangan, Pendekatan Open Ended.

(13)

ix

Ability at Junior High School/Islamic Junior High School This research aimed at developing and producing Open Ended approach-based mathematics module in facilitating student mathematical creative thinking ability on Cube and Cuboid material at Junior High School/Islamic Junior High School meeting valid and practical criteria. It was Research and Development with ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation) model.

The subjects of this research were the ninth-grade students at Islamic Junior High School of Humairoh HNN, and educational and learning material experts who were lecturers of education in State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau. The object was Open Ended approach-based module in facilitating student mathematical creative thinking ability on Cube and Cuboid material at Junior High School/Islamic Junior High School. Questionnaire was the instrument of collecting data. Qualitative and quantitative data analysis techniques were used in this research. The research findings showed that Open Ended approach-based module was stated valid with validity level percentage 73.1% based on validity test. The practicality test result of small group with 6 respondents showed that Open Ended approach-based module was very practical with practicality level percentage 95.62%. Based on these findings, the module developed was valid and practical.

Keywords: Creative Thinking, Cube and Cuboid, Module, Development, Open Ended Approach

(14)

x

يضايرلا يعادبلإا ريكفتلا وأ ةطسوتملا ةسردملا ذيملاتل

ةسردملا ةطسوتملا

ةيملاسلإا

ي ىلع تايضايرلا ةدحو جاتنإو ريوطت لىإ ثحبلا اذى فده ساسأ

لخدم

يضايرلا يعادبلإا يركفتلا ةراهم ليهستل ةحوتفلما ةياهنلا وأ ةطسوتلما ةسردلما ذيملاتل

ةسردلما ةطسوتلما

ةيملاسلإا ةدام في

تلايطتسلما يزاوتمو بعكلما تيلا

نوكت ةلحاص

ريوطتو ثبح ثحبلا نم عونلا اذى .ةيلمعو جذونم مادختساب

ADDIE

،ليلحتلا(

و ،ميمصتلا و

،ريوطتلا وا

،ذيفنتل و

.)مييقتلا ذيملات هدارفأ

سردم نم عساتلا فصلا ءايرحم ة

ةطسوتلما ةيملاسلإا

ميلعتلا ءابرخو ،

، ميلعتلا يرضامح نم ةيميلعتلا داولما ءابرخو ةعمالج

ةيموكلحا ةيملاسلإا مساق فيرشلا ناطلسلا واير

. وعوضومو ىلع ةدحو

لخدم ساسأ

ةياهنلا لما

حوتف ة يضايرلا يعادبلإا يركفتلا ةراهم ليهستل وأ ةطسوتلما ةسردلما ذيملاتل

ةسردلما ةطسوتلما

ةيملاسلإا ةدام في

تلايطتسلما يزاوتمو بعكلما تانايبلا عجم ةادأ .

نايبتسا

، و ينقت ة ينقت يى ةمدختسلما تانايبلا ليلتح ة

ةيعونلا تانايبلا ليلتح ًءانب .ةيمكلا و

ةيحلاصلا رابتخا ىلع

، نأ جئاتنلا ترهظأ لا

دحو ة ىلع ساسأ ةياهنلا لخدم لما

حوتف ة تم

نهلاعإ ا ص ا ةبسنب ةلح ةيرغصلا ةعومجملل يلمعلا قيبطتلا براتج جئاتن ترهظأ .٪

1..7

عم ىلع ةدحولا نأ ينكراشم

6

ساسأ لخدم

ةياهنلا حوتفلما

ة ةياغلل ةيلمع ب

ةبسن

يلمع ىوتسم ة

26.69

وطلما ةدحولا نأ جئاتنلا رهظت .٪

ص ةر ةلحا .ةيلمعو

تاملكلا ةيساسلأا

،يعادبلإا ريكفتلا : تلايطتسملا يزاوتمو بعكملا

دحولا ، ة

،

،ريوطتلا لخدم

ةياهنلا

لا

حوتفم

ة

(15)

xi

PERSEMBAHAN ... vi

MOTTO ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian... 7

E. Spesifikasi Produk ... 7

F. Pentingnya Pengembangan ... 8

G. Asusmsi dan Keterbatasan Pengembangan ... 9

H. Definisi Istilah ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ... 12

1. Modul ... 12

2. Pendekatan Open-ended ... 21

3. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 26

4. Hubungan antara Modul Berbasis Pendekatan Open-ended dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 34

B. Penelitian yang Relevan ... 35

C. Kerangka Berpikir ... 37

(16)

xii

D. Prosedur Penelitian... 41

1. Analisis ... 41

2. Design ... 41

3. Development ... 44

4. Implementation ... 45

5. Evaluation ... 45

E. Uji Coba Produk ... 46

F. Subjek Uji Coba ... 47

G. Jenis Data ... 47

H. Teknik Pengumpulan Data ... 47

I. Instrumen Penelitian ... 48

J. Teknik Analisis Data ... 57

1. Analisis Deskriptif Kuantitatif ... 57

2. Analisis Deskriptif Kualitatif ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 61

B. Hasil Penelitian ... 69

C. Pembahasan ... 90

D. Keterbatasan Peneliti ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 95 DAFTAR KEPUSTAKAAN

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(17)

xiii

Tabel III.2 Hasil Koefisien Korelasi Validitas Soal ... 51

Tabel III.3 Kriteria Daya Pembeda ... 54

Tabel III.4 Hasil Kriteria Daya Pembeda ... 54

Tabel III.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ... 55

Tabel III.6 Hasil Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ... 56

Tabel III.7 Rekapitulasi Hasil Soal Uji Coba ... 56

Tabel III.8 Kriteria Hasil Uji Validitas Modul ... 58

Tabel III.9 Kriteria Hasil Uji Praktikalitas Modul ... 58

Tabel III.10 Kriteria Umum Kualifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif .... 59

Tabel IV.1 Daftar Nama Guru MTs ... 66

Tabel IV.2 Daftar Tenaga Administrasi MTs ... 67

Tabel IV.3 Data Siswa MTs ... 68

Tabel IV.4 Analisis Struktur Isi ... 69

Tabel IV.5 Saran Perbaikan Validator Instrumen ... 77

Tabel IV.6 Saran Perbaikan Validator Ahli Teknologi ... 78

Tabel IV.7 Saran Perbaikan Validator Ahli Materi ... 81

Tabel IV.8 Saran Perbaikan Pembimbing Terhadap Modul ... 83

Tabel IV.9 Hasil Validasi Ahli Teknologi ... 86

Tabel IV.10 Hasil Validasi Ahli Materi ... 86

Tabel IV.11 Hasil Uji Validitas Modul ... 87

Tabel IV.12 Hasil Validasi Praktikalitas Kelompok Kecil ... 89

(18)

xiv

Gambar IV.1 Desain Cover Depan dan Cover Belakang ... 72

Gambar IV.2 Desain Kata Pengantar ... 73

Gambar IV.3 Desain KI, KD dan Indikator ... 74

Gambar IV.4 Desain Peta Konsep ... 74

Gambar IV.5 Desain Referensi ... 75

(19)

xv

Lampiran RPP-2 ... 107

Lampiran RPP-3 ... 111

Lampiran B.1 Kisi-Kisi Syarat Teknis Ahli Teknologi ... 116

Lampiran B.2 Kisi-Kisi Validasi Ahli Materi ... 117

Lampiran B.3 Kisi-Kisi Praktikalitas Siswa ... 118

Lampiran B.4 Kisi-Kisi Soal Tes ... 119

Lampiran C.1 Lembar Validasi Angket Ahli Teknologi ... 121

Lampiran C.2 Lembar Validasi Ahli Materi ... 124

Lampiran C.3 Lembar Validasi Uji Praktikalitas Siswa ... 128

Lampiran D.1 Angket Uji Praktikalitas Siswa ... 131

Lampiran D.2 Angket Uji Validitas Ahli Materi ... 134

Lampiran D.3 Angket Uji Validitas Ahli Teknologi... 138

Lampiran E.1 Hasil Uji Validitas Ahli Teknologi ... 142

Lampiran E.2 Hasil Validitas Ahli Materi ... 143

Lampiran E.3 Hasil Uji Kepraktisan Siswa Kelompok Kecil ... 144

Lampiran F.1 Distribusi Uji Validitas Ahli Teknologi... 145

Lampiran F.2 Distribusi Uji Validitas Ahli Materi ... 146

Lampiran F.3 Distribusi Skor Uji Kepraktisan ... 147

Lampiran G.1 Daftar Nama Validator... 148

Lampiran G.2 Daftar Nama Responden Kelompok Kecil ... 149

Lampiran Lampiran Reabilitas, Validitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda ... 150

SOAL TES ... 168

KUNCI JAWABAN ... 169

DOKUMENTASI ... 174

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam pendidikan, terdapat berbagai ilmu pengetahuan salah satunya matematika. Matematika merupakan suatu ilmu yang sangat berperan penting dalam menunjang ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, selain itu matematika juga memberi pengaruh bagi setiap indivdu yang mempelajarinya yaitu melatih pemikiran yang logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Dengan dibekali pemikiran yang seperti itu, maka generasi-generasi penerus akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

Selain itu matematika juga memberikan pengaruh bagi setiap individu yang mempelajarinya yaitu melatih pemikiran yang logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif. Menurut Amir dan Risnawati, pembelajaran matematika berguna dalam mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang bisa meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, serta bisa meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya peningkatan penguasaan yang baik terhadap materi matematika.1

Untuk memudahkan siswa dalam menemukan konsep dan berpikir secara kreatif, hendaknya guru memiliki sebuah bahan ajar yang dapat memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif siswa. Bahan ajar tersebut

1 Zubaidah Amir dan Risnawati, Psikologi Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta:

Aswaja Pressindo,2015), h.8.

(21)

diharapkan dapat dipelajari oleh siswa secara mandiri sehingga siswa bisa balajar walaupun tanpa bantuan guru dan bahan ajar tersebut terorganisasi dengan baik. Salah satu bahan ajar yang bisa dimanfaatkan oleh siswa adalah modul.

Penyajian materi dalam modul bergerak dari hal yang paling umum ke hal yang paling rinci, sehingga konsep yang disajikan mudah dipelajari oleh siswa. Modul juga dikatakan sebagai bahan ajar mandiri. Ini sejalan dengan penjabaran Departemen Pendidikan Nasional mengungkapkan bahwa modul sebagai suatu kesatuan bahan belajar yang disajikan dalam bentuk “self-instruction”, artinya bahan belajar yang disusun didalam modul dapat dipelajari siswa secara mandiri dengan bantuan yang terbatas dari guru atau orang lain.2

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di beberapa sekolah, diantaranya SMP N 16 Pekanbaru dan MTs Humairoh HNN masih belum menggunakan modul dalam pembelajaran matematika.

Pembelajaran di dua sekolah tersebut masih menggunakan LKS sebagai bahan ajar bagi siswa tanpa buku teks, serta penjelasan dari guru sebagai sumber pembelajaran. Hal ini berdampak ketika guru memberikan soal yang bisa dikerjakan dengan banyak cara penyelesaian, namun tidak banyak siswa yang bisa menyelesaikannya. Beberapa siswa hanya mampu menyeselaikan bentuk soal yang hampir sama dengan contoh soal yang

2 Daryanto dan Aris Dwicahyono, Pengembangan Perangkat Pembelajaran,(Yogyakarta:

Gava Media, 2014), hlm. 177-178.

(22)

diberikan guru. Faktor yang diduga menjadi akar penyebab rendahnya hasil belajar matematika adalah kemampuan berpikir kreatif siswa.3

Oleh sebab itu guru memerlukan suatu bahan ajar seperti modul yang dapat menyajikan soal-soal tidak rutin untuk dapat memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang dapat mengembangkan ide-ide siswa dalam merencanakan strategi penyelesaian dan tidak berfokus pada satu jawaban benar. Modul secara umum terdiri dari uraian materi, contoh soal dan soal latihan yang tidak jauh berbeda dengan buku paket. Modul tersebut berisi contoh soal dan soal latihan dengan pertanyaan tertutup yang memusatkan siswa untuk menyelesaikan soal dengan menggunakan rumus yang telah diuraikan pada modul dan menemukan satu jawaban benar dari soal tersebut. Soal-soal tersebut merupakan soal-soal rutin, soal-soal rutin biasanya mencangkup aplikasi suatu prosedur matematika yang sama atau mirip dengan hal yang baru dipelajari.4

Pengembangan kemampuan berpikir kreatif di dalam matematika merupakan aspek yang sangat penting kaitannya dengan pembentukan siswa. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki siswa dalam memecahkan masalah. Kemampuan berpikir kreatif membantu siswa dalam menciptakan ide-ide baru berdasarkan

3 Dinar Noviyanti. Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Strategi Pembalajaran dan Kemampuan Berfikir Kreatif. Skripsi Matematika FMIPA Muhammadiyah, (Surakarta, 2018), hlm. 3.

4 Herman Suherman, dkk. Common Text Book (Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer), Bandung: JICA, 2001, hlm. 87.

(23)

pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka miliki dalam menyelesaikan masalah dari sudut pandang yang berbeda.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurjannah dan Irma mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VIII di SMPN 40 Pekanbaru masih tergolong rendah. Penelitian ini menyatakan bahwa kurangnya daya berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru hal ini dilihat dari kabanyakan siswa yang memberikan jawaban soal sama seperti contoh yang telah diberikan.5 Sebab berfikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan instuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang dan membangitkan ide-ide.6

Menurut Russel, dikutip Wena, sistem pembelajaran modul akan menjadi pembelajaran lebih efisien, efektif dan relevan. Dengan modul diharapkan siswa memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah matematika lebih baik bahkan dengan cara mereka sendiri. Tujuannya untuk membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai strategi.

5 Zahrina Nurjannah dan Ade Irma, Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa SMPN 40 Pekanbaru, Juring: Journal For Research In Mathematics Learning, ISSN: 2621-7422, Volume.3, 22018

6 Johnson, E. B, Contextual Teaching And Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar- Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: MLC, 2008), hlm.214 .

(24)

Modul yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modul yang berbasis pendekatan open-ended. Salah satu pendekatan yang mana dalam mengembangkan suatu modul diperlukan suatu pendekatan yang membantu siswa untuk memfasilitasi kemampuan berfikir kreatifnya.

Modul berbasis pendekatan open-ended menyajikan masalah terbuka terhadap suatu pengalaman baru, mengajak siswa untuk menemukan dan meneliti suatu masalah yang ada.

Penyelesaian suatu permasalahan dalam modul berbasis pendekatan open-ended bukan sekedar mendapatkan jawaban akhirnya saja, namun lebih menekankan pada proses untuk mendapatkan jawaban, siswa lebih kreatif dalam menjawab pertanyaan dari permasalahan yang ada. Menurut Khikmiyah dan Midjan, berpendapat “ buku ajar merupakan bahan-bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran”. Oleh sebab itu, siswa memerlukan sebuah modul berbasis pendekatan open-ended yang sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman siswa sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu memfasilitasi kemampuan berfikir kreatif matematis siswa.

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukan, peneliti melakukan penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan Modul Berbasis Pendekatan Open-Ended untuk Memfasilitasi Kemampuan Berfikir Kreatif Matematis Siswa SPM/MTs”.

(25)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut:

1. Pengetahuan dan tingkat kemampuan berfikir kreatif matematis siswa masih rendah.

2. Belum adanya bahan ajar yang memfasilitasi kemampuan berfikir kreatif siswa di sekolah MTs Humairoh HNN.

3. Siswa belum bisa menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kemampuan berfikir kreatif.

4. Siswa belum mampu menyelesaikan permasalahan dengan beberapa penyelesaian.

5. Siswa hanya mampu menyelesaikan soal yang mirip dengan contoh yang diberikan oleh guru.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka perlu pengembangan modul berbasis pendekatan open-ended untuk memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Oleh karena itu, masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tingkat validitas modul berbasis pendekatan open-ended ? 2. Bagaimana tingkat praktikalitas modul berbasis pendekatan open-

ended yang dikembangkan ?

(26)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan dan menghasilkan tingkat validitas modul berbasis pendekatan open-ended untuk memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif matematis yang layak digunakan pada proses pembelajaran matematika siswa SMP/MTs.

b. Mendeskripsikan dan menghasilkan tingkat praktikalitas modul bahan ajar cetak yang berbasis pendekatan open-ended untuk memfasilitasi kemampuan berfikir kreatif matematis siswa.

E. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan dalam pengembangan ini yaitu modul matematika berbasis pendekatan open-ended untuk memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif matematis. Adapun ciri-ciri khusus dari modul yang dikembangkan diantaranya sebagai berikut :

1. Modul disusun menjadi empat bagian. Terdiri dari pendahuluan, kegiatan pembelajaran, penutup dan referensi.

a. Pendahuluan berisi Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, tujuan umum, tujuan khusus, deskripsi, alokasi waktu, prasyarat dan petunjuk penggunaan modul.

b. Pembelajaran berisi uraian materi.

c. Penutup berisi ucapan selamat dan motivasi kepada siswa.

(27)

d. Referensi berisi buku rujukan yang digunakan oleh peneliti dalam merancang modul berbasis pendekatan open-ended untuk memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif matematika.

2. KI, KD, indikator pencapaian konsep, alokasi waktu, dan tujuan pembelajaran dibuat satu lembar di awal kegiatan pembelajaran.

3. Pembahasan materi dan contoh soal diberikan dalam bentuk open- ended sehingga siswa mampu mencari solusinya berdasarkan

kemampuan berpikir kreatif matematika yang dimilikinya.

4. Pada soal latihan diberikan masalah open-ended yang harus dipecahkan oleh siswa.

5. Diberikan kunci jawaban dan penskoran untuk soal latihan yang bertujuan agar siswa dapat menilai dan menghitung sendiri persentase tingkat penguasaannya terhadap materi yang telah diajarkan setelah mengerjakan soal latihan.

6. Setiap akhir kegiatan siswa dilakukan refleksi dan umpan balik terhadap pemahaman siswa.

F. Pentingnya Pengembangan

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

a. Bagi siswa, modul berbasis pendekatan open-ended dapat membantu dalam memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif matematika.

b. Bagi peneliti, memberikan wawasan baru dalam pengembangan ilmu pendidikan khususnya dalam merancang modul matematika.

(28)

c. Bagi guru, modul berbasis pendekatan open-ended memberikan alternatif bahan ajar yang lebih inovatif, kreatif, efisien, dan menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

d. Bagi sekolah, tersedia bahan ajar berupa modul matematika berbasis pendekatan open-ended untuk siswa .

G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Agar hasil pengembangan lebih optimal dan terarah, maka ada asumsi dan keterbatasan dalam pengembangan sebagai berikut :

a. Asumsi Pengembangan

a. Pembelajaran dengan modul berbasis pendekatan open-ended dapat membantu siswa dalam memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif matematika.

b. Kegiatan pembelajaran akan lebih efektif, efisien dan lebih berkualitas dengan menggunakan modul berbasis pendekatan open-ended.

c. Pengembangan modul ini dapat memberikan bahan ajar yang lebih bervariasi, menarik, dan mudah dipahami siswa.

b. Keterbatasan Pengembangan

Keterbatasan penelitian pengembangan ini dapat dibatasi pada aspek berikut ini :

a. Modul yang dikembangkan adalah modul berbasis pendekatan open-ended untuk memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif matematika siswa

(29)

b. Modul yang dikembangkan dibatasi materi yang akan dipelajari dan belum diuji efektifitasnya.

H. Definisi Istilah

Untuk lebih memperjelas dan menghindari kesalahpahaman maka perlu dijelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Penelitian pengembangan adalah rangkaian proses atau langkah- langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan.7

2. Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar berbasis cetakan yang dirancang untuk belajar secara mandiri oleh siswa, dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar sendiri tanpa kehadiran pengajar secara langsung.8 3. Pendekatan open-ended yaitu pembelajaran yang menyajikan

permasalahan dengan pemecahan berbagai cara dan jawaban benar lebih dari satu.9

4. Modul berbasis pendekatan open-ended yaitu modul yang menyajikan contoh soal, soal latihan dan kegiatan pembelajaran dalam bentuk open-ended / terbuka.

7 Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Kencana, 2011, h.206.

8 Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada, 2011, h. 155.

9 Istarani dan Muhammad Ridwan, 50 Tipe Pembelajaran Kooperatif, Medan: CV. Media Persada, 2014, h.69.

(30)

5. Kemampuan berpikir kreatif matematika merupakan kemampuan yang menghasilkan ide atau gagasan yang baru dalam nenghasilkan suatu cara dalam menyelesaikan masalah.10

10 Karunia Eka Lestari dan Ridwan Yudhanegara Muhammad, Penelitian Pendidikan Matematika. (Bandung:Refika Aditama,2015), h.89.

(31)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Modul

a. Pengertian Modul

Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar berbasis cetakan yang dirancang untuk belajar secara mandiri oleh siswa, karena itu modul dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Dalam hal ini siswa dapat melakukan kegiatan belajar sendiri tanpa kehadiran guru secara langsung.1 Dalam buku Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar yang diterbitkan oleh Diknas, modul diartikan sebagai sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia modul adalah kegiatan program pembelajaran yang dapat dipelajari oleh siswa dengan bantuan yang minimal dari guru, meliputi perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi pelajaran, alat yang dibutuhkan dan alat untuk penilai, serta pengukuran keberhasilan siswa dalam penyelesaian pelajaran.2 Jadi, modul dirancang untuk membantu siswa dalam belajar mandiri, jika guru berhalangan hadir maka siswa dapat mempelajari materi pembelajaran secara mandiri.

1Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada, 2011, h.155.

2Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan), Yogyakarta: DIVA Press, 2013, h.104.

(32)

Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.3 Jadi modul yang digunakan siswa dalam proses pembelajaran disusun dengan tujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Dick dan Cary, dikutip Made Wena, modul diartikan sebagai unit pembelajaran berbentuk cetak. Mengajar terpadu yang memiliki satu tema terpadu, menyajikan kepada siswa keterangan- keterangan yang diperlukan untuk menguasai dan menilai pengetahuan dan keterampilan yang ditentukan, dan berfungsi sebagai satu komponen dari keseluruhan kurikulum. Sedangkan Jerold E, Kemp mengemukakan modul diartikan sebagai paket pembelajaran mandiri berisi satu topik atau unit materi pelajaran dan memerlukan waktu belajar beberapa jauh untuk satu minggu. Kemp mengetengahkan modul ditinjau dari fungsi sebagai media belajar mandiri, modul berupa satu topik atau unit materi pelajaran dan ketentuan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari modul.4

Jadi dapat disimpulkan bahwa modul berbasis pendekatan open- ended adalah salah satu bahan ajar yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran berisi materi pelajaran, kegiatan pelajaran yang akan dilakukan siswa, lembar kerja siswa dan program evaluasi yang disesuaikan dengan pendekatan open-ended berdasarkan kurikulum dan

3S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, h. 205.

4Made Wena, Strategi Pembelajarn Inovatif Kontemporer (Suatu Tinjauan Konseptual Operasional),Jakarta Timur: Bumi Aksara, 2010, h.231.

(33)

kebutuhan siswa. Modul dapat dikatakan sumber belajar mandiri karena, siswa dapat belajar mandiri dengan menggunakan modul tanpa harus dibantu oleh guru.

b. Unsur-Unsur Modul

Suryosubroto, dikutip Made Wena, mengemukakan tentang unsur- unsur modul sebagai berikut:5

1) Pedoman guru, yang berisi petunjuk untuk guru agar pembelajaran dapat dilaksanakan secara efisien. Selain itu, juga memberikan petunjuk tentang macam-macam kegiatan yang harus dilaksanakan oleh kelas, waktu yang disediakan untuk modul itu, alat pelajaran yang harus digunakan, dan petunjuk evaluasi.

2) Lembaran kegiatan siswa, yang berisi materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa.

3) Lembaran kerja, yaitu lembaran yang digunakan untuk mengerjakan tugas yang harus dikerjakan.

4) Kunci lembaran kerja, yaitu jawaban atas tugas-tugas, agar siswa dapat mencocokkan pekerjaannya, sehingga dapat mengevaluasi sendiri hasil pekerjaannya.

5) Lembaran tes, yaitu alat evaluasi yang dipergunakan untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan yang telah dirumuskan di dalam modul.

6) Kunci lembaran tes, yaitu alat koreksi terhadap penilaian.

5Ibid, h.233.

(34)

c. Langkah-Langkah Penyusunan Modul

Menurut Daryanto, modul disusun atau ditulis dengan melalui langkah-langkah sebagai berikut:6

1) Menyusun kerangka modul

a) Menetapkan (menggariskan) tujuan intruksional umum (TIU) yang akan dicapai dengan mempelajari modul tersebut.

b) Merumuskan tujuan intruksional khusus (TIK) yang merupakan perincian atau pengkhususan dari tujuan intruksional umum tadi.

c) Menyusun soal-soal penilaian untuk mengukur sejauh mana tujuan intruksional khusus bisa dicapai.

d) Identifikasi pokok materi pelajaran yang sesuai dengan setiap tujuan intruksional khusus.

e) Mengatur atau menyusun pokok-pokok materi tersebut di dalam urutan yang logis dan fungsional.

f) Menyusun langkah-langkah kegiatan belajar siswa.

g) Memeriksa sejauh mana langkah-langkah kegiatan belajar telah diarahkan untuk mencapai semua tujuan yang telah dirumuskan.

h) Identifikasi alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan belajar dengan modul itu.

2) Menyusun (menulis) program secara terperinci meliputi pembuatan semua unsur modul, yakni petunjuk guru, lembar kegiatan siswa,

6Daryanto & Aris Dwicahyono, Pengembangan Perangkat Pembelajaran (Silabus, RPP, PHB, Bahan Ajar), Yogyakarta: Gava Media, 2014,h.184.

(35)

lembar kerjasiswa, lembar jawaban, lembar penilaian (tes), dan lembar jawaban tes.

d. Komponen-Komponen Modul

Modul memiliki beberapa komponen yaitu:

1. Lembar kerja siswa, memuat pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa. Susunan materi sesuai dengan tujuan intruksional yang akan dicapai, disusun langkah demi langkah sehingga mempermudah siswa belajar.

2. Lembar kerja, menyertai lembaran kegiatan siswa yang dipakai untuk menjawab atau mengerjakan soal-soal tugas atau masalah- masalah yang harus dipecahkan.

3. Kunci lembar kerja siswa, berfungsi untuk mengevaluasi atau mengoreksi sendiri hasil pekerjaan siswa.

4. Lembar soal, berisi soal-soal guna melihat keberhasilan siswa dalam mempelajari bahan yang disajikan dalam modul.

5. Kunci jawaban untuk lembar soal, merupakan alat koreksi terhadap penilaian yang dilaksanakan oleh para siswa sendiri.

e. Karakteristik Modul

Menurut Daryanto, pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai modul, yaitu:7

7Ibid, h.186.

(36)

1) Self Instruction

Merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan karakter tersebut memungkinkan siswa belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada guru. Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus:

a) Memuat tujuan pembelajaran yang jelas dan dapat menggambarkan pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

b) Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil/spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas.

c) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran.

d) Terdapat soal-soal latihan yang memungkinkan untuk mengukur penguasaan siswa.

e) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.

f) Terdapat rangkuman materi pembelajaran

g) Terdapat instrumen penilaian, yang memungkinkan siswa melakukan penilaian mandiri (self assessment).

h) Terdapat umpan balik atas penilaian siswa, sehingga siswa mengetahui tingkat penguasaan materi.

i) Terdapat informasi tentang rujukan/ pengayaan/ referensi yang mendukung.

(37)

2) Self Contained

Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan siswa mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu standar kompetensi/kompetensi dasar, harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa.

3) Berdiri Sendiri (Stand Alone)

Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar/media lain. Dengan menggunakan modul, siswa tidak perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika siswa masih menggunakan dan bergantung pada bahan ajar lain selain modul yang digunakan, bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai modul yang berdiri sendiri.

4) Adaptif

Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan

(38)

teknologi, serta fleksibel/luwes digunakan di berbagai perangkat keras (hardware).

5) Bersahabat/akrab (User Friendly)

Modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat/ akrab dengan pemakainya. Setiap intruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan siswa dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginannya. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan, merupakan salah satu bentuk user friendly.

Maka modul yang baik adalah suatu bahan ajar yang dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang di pelajarinya.

f. Tujuan Modul

Menurut B. Suryosubroto, dikutip Daryanto, tujuan digunakannya modul dalam kegiatan pembelajaran adalah agar:8

1) Tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien dan efektif.

2) Siswa dapat mengikuti program pendidikan sesuai dengan kecepatan dan kemampuannya sendiri.

3) Siswa dapat sebanyak mungkin menghayati dan melakukan kegiatan belajar sendiri, baik di bawah bimbingan atau tanpa bimbingan guru.

4) Siswa dapat menilai dan mengetahui hasil belajarnya sendiri secara berkelanjutan.

8Ibid,h.183.

(39)

5) Siswa benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar.

6) Kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi melalui evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir.

Jadi dengan menggunakan modul akan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa.

g. Kualitas Modul

Agar modul yang dikembangkan berkualitas, maka perlu diperhatikan sayarat-syarat dalam penyusunan modul. Peneliti menggunakan kriteria kualitas persyaratan penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk persyaratan penyusunan modul. Adapun persyaratan dalam penyusunan modul sebagai berikut:9

1) Syarat-syarat didaktik

Syarat didaktik dalam penyusunan modul mengatur tentang penggunaan modul yang bersifat universal yaitu dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau pandai. Modul lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep dan yang terpenting dalam modul ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. Modul diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan berpikir kreatif matematika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa.

9Nurul Huda Panggabean dan Amir Danis, Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Sains : Yayasan Kita Menulis, 2020.

(40)

2) Syarat kontruksi

Syarat kontruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran dan kejelasan dalam modul.

3) Syarat teknis

Syarat teknis menekankan penyajian modul yaitu berupa huruf dan tulisan, gambar dan penampilan dalam modul.

2. Pendekatan Open-Ended

a. Pengertian Pendekatan Open-Ended

Dalam kehidupan kita akan menghadapi permasalahan yang tidak semuanya merupakan permasalahan matematika, tetapi matematika berperan penting dalam menyelesaikan semua permasalahan tersebut. Pembelajaran matematika tidak hanya fokus pada jawaban terakhir pada suatu permasalahan. Proses ketika menyelesaikan permasalahan matematika tentunya haruslah diperhatikan. Karena tidak semua permasalahan memiliki satu jawaban saja, melainkan memiliki jawaban yang benar lebih dari satu.

Permasalahan yang diformulasikan dengan baik dan dengan jawaban benar atau salah dan jawaban yang benar bersifat unik (hanya ada satu solusi) disebut problem lengkap atau problem tertutup.

Sedangkan permasalahan yang diformulasikan dengan jawaban benar

(41)

lebih dari satu atau multijawaban disebut problem tak lengkap atau problem open-ended atau problem terbuka.10

Pembelajaran dengan problem terbuka, artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multijawab, fluency).11

Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam mencapai jawaban. Siswa dihadapkan dengan problem open-ended tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya ada satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban namun beberapa atau banyak.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended dimulai dengan memberikan masalah terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran akan membawa siswa untuk menemukan penyelesaian suatu permasalahan dengan banyak cara atau banyak jawaban benar.

Hal ini bertujuan untuk mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menyelesaikan permasalahan. Kegiatan matematik dan kegiatan siswa disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek berikut:12

10Erman Suherman, dkk. Common Text Book (Edisi Revisi), Bandung: JICA, 2003, h.123.

11Istarani dan Muhammad Ridwan, 50 Tipe Pembelajaran Kooperatif, Medan: CV. Media Persada, 2014, h.69.

12Erman Suherman, dkk, Op. Cit, h.124.

(42)

1) Kegiatan siswa harus terbuka.

2) Kegiatan matematik adalah ragam berpikir.

3) Kegiatan siswa dan kegiatan matematik merupakan satu kesatuan.

b. Asumsi Pendekatan Open-Ended

Ada beberapa asumsi yang mendasari pendekatan open-ended, diantaranya sebagai berikut:13

1) Konteks dan pengalaman merupakan hal penting untuk dipahami:

pembelajaran akan sangat efektif jika ia melibatkan pengalaman yang kaya dan konkret yang dengannya siswa bisa menjumpai, membentuk, dan mengubah teori-teorinya secara praktis di lapangan.

2) Pemahaman harus dimediasi secara individual: siswa menilai apa, kapan, dan bagaimana pembelajaran terjadi.

3) Meningkatkan proses kognitif sering kali lebih penting daripada menciptakan produk-produk pembelajaran. Untuk itulah lingkungan yang open-ended perlu dirancang untuk mendukung skill-skill kognitif tingkat tinggi, seperti identifikasi dan manipulasi variabel- variabel, interprestasi data, hipotesis, dan eksperimentasi.

4) Pemahaman lebih berharga daripada hanya sekedar mengetahui:

lingkungan pembelajaran yang open-ended harus menenggelamkan siswa dalam pengalaman-pengalaman yang dapat melejitkan pemahaman mereka melalui eksplorasi, manipulasi, dan kesempatan

13Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Paragdimatis, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2014, h.279.

(43)

untuk memahami suatu gagasan daripada hanya sekadar melalui pengajaran langsung.

5) Proses-proses pembelajaran yang berbeda secara kualitatif sering kali mengharuskan metode-metode yang juga berbeda secara kualitatif; open-ended berfokus pada keterampilan pemecahan masalah dalam konteks yang autentik serta memberi kesempatan untuk eksplorasi dan pembangunan teori.

c. Prinsip Pendekatan Open–Ended

Dalam prakteknya, kegiatan pendekatan open–ended ini harus mencakup tiga hal, yaitu :14

1) Kegiatan siswa terbuka, kegiatan pembelajaran harus dapat mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai kehendak mereka.

2) Kegiatan matematik adalah ragam berpikir, kegiatan matematika adalah kegiatan yang didalamnya terjadi proses pengabstraksikan dalam pengalaman nyata kedalam dunia matematika atau sebaliknya.

Suatu pendekatan Open–Ended dalam pembelajaran harus dibuat sedapat mungkin sebagai petunjuk dan pelengkap dari problem.

3) Kegiatan siswa dan kegiatan matematik merupakan satu, kesatuan kegiatan siswa dan kegiatan matematika dikatakan terbuka secara simultan dalam pembelajaran, jika kebutuhan dan berfikir matematika siswa terperhatikan pendidik melalui kegiatan–kegiatan

14 Miftahul Huda. Model – model Pengajaran dan Pembelajaran. Malang Pustaka.

2015.h. 6.

(44)

matematika yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan yang lainnya.

d. Langkah-Langkah Pendekatan Open-Ended

Langkah-langkah yang perlu diambil oleh guru dalam pembelajaran dengan pendekatan open-ended yaitu:15

1) Menghadapkan siswa pada problem terbuka dengan menekankan pada bagaimana siswa sampai pada sebuah solusi.

2) Membimbing siswa untuk menemukan pola dalam mengkontruksi permasalahannya sendiri.

3) Membiarkan siswa memecahkan masalah dengan berbagai penyelesaian dan jawaban yang beragam.

4) Meminta siswa untuk menyajikan hasil temuannya.

e. Keunggulan Pendekatan Open-Ended

Keunggulan pendekatan ini antara lain:16

1) Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.

2) Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematik secara komprehensif.

3) Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.

4) Siswa secara intringsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.

15Ibid, h.280.

16Erman Suherman, dkk, Op.Cit , h.132.

(45)

5) Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.

f. Kelemahan Pendekatan Open-Ended

Kelemahan dari pendekatan ini antara lain:17

1) Membuat dan menyiapkan masalah matematik yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah.

2) Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami oleh siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.

3) Siswa dengan kemampuan tinggi bisa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.

4) Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.

Untuk meminimalisir kelemahan pendekatan open-ended, ada beberapa solusi yang dapat dilakukan oleh guru. Salah satunya yaitu memberikan motivasi kepada siswa. Motivasi yang diberikan oleh guru akan memberikan semangat kepada siswa sehingga akan menimbulkan suasana belajar yang aktif.

3. Kemampuan Berpikir Kreatif

a. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif merupakan kegiatan mental yang menghasilkan sesuatu yang baru dari hasil pengembangan. Kemampuan berpikir

17Erman Suherman, dkk, Loc.Cit.

(46)

kreatif adalah kemampuan dan menghasilkan ide atau gagasan yang baru dalam menghasilkan suatu cara dalam menyelesaikan masalah, bahkan menghasilkan cara baru sebagai solusi alternatif dalam menyelesaikan masalah.18

Husamah juga mengungkapkan bahwa berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang menyelesaikan persoalan, mengajukan metode, gagasan atau memberikan pandangan baru terhadap suatu persoalan atau gagasan lama.19 Meskipun terkadang terlalu banyak cara akan menyulitkan siswa untuk sampai kepada hasil akhir, namun dengan banyaknya pilihan cara akan memungkinkan siswa untuk mencapai tujuan dibandingkn dengan siswa yang tidak memiliki solusi untuk menyeleaikan masalahnya. Oleh karena itulah berpikir kreatif merupakan salah satu hal yang penting dimiliki oleh siswa.

Berpikir kreatif adalah kemampuan yang didasarkan pada data atau informasi yang tersedia, dimana penekanannya adalah kuantitas, ketepatan, dan keberagaman jawaban.20 Jadi, semakin banyak kemungkinan jawaban yang diberikan kepada suatu masalah maka semakin kreatif seseorang.

18 Karunia Eka Lestari dan Ridwan Yudhanegara Muhammad. Penelitian Pendidikan Matematika. (Bandung:Refika Aditama, 2015), hlm. 89

19 Husamah dan Yanur Setyaningrum, Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013) hlm.174

20 Mirza Fakhri Abida. Kemamuan Berpikir Kreatif dan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VII Pada Model Problem-Based Learning Dengan Soal Open-Ended. Skripsi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES, (Semarang, 2017), hlm. 21

(47)

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan kegiatan mental untuk memecahkan masalah matemtika secara tepat dan sesuai pertanyaan dengan penemuan yang menghasilkan sesuatu yang baru dari sesuatu yang mereka miliki, seperti ide, keterangan, konsep, pengetahuan, dan pengalaman.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berpikir Kreatif Menurut Rogers, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terwujudnya kreatifitas individu diantaranya: dorongan dari dalam diri sendiri. Setiap individu memiliki kecenderungan atau dorangan dari dalam dirinya untuk beraktivitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk aktivitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya. Hal ini juga didukung oleh pendapat Munandar yang menyatakan individu harus memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung oleh perhatian, dorongan, dan pelatihan dari lingkungan. 21

Menurut Rogers, kondisi internal (interal press) yang dapat mendorong seseorang untuk berkreasi diantaranya:

1. Keterbukaan terhadap pengalaman, keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi

21 Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta:Rineka Cipt, 2010), hlm.120

(48)

dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut dan keterbukaan terhadap konsep secara utuh, kepercayaan, persepsi dan hipotesis.

2. Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation). Pada dasarnya penilaian terhadap produk ciptaan seseorang terutama ditentukan oleh diri sendiri, bukan karena kritik ataupun pujian dari orang lain.

3. Kemampuan untuk bereksperimen atau “bermain” dengan konsep- konsep.

c. Komponen Berfikir Kreatif

Komponen berfikir kreatif yang sejalan dengan Beattie merupakan pendapat dari Rhodes yang dikutip oleh Rahmat Aziz bahwa berdasarkan kajian terhadap 40 defenisi tentang kreativitas menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas didefenisikan sebagai pribadi (person), proses (process), produk (product), dan pendorong (press). Pemahaman tersebut dikenal dengan “P Four’s Creativity”.

Selanjutnya dijelaskan arti dari keempat komponen tersebut.

Pertama sebagai proses (process) kreativitas berarti kemampuan berfikir untuk membuat kombinasi baru. Kedua sebagai produk(product) kreativitas diartikan sebagai suatu karya baru, berguna dan dapat dipahami oleh masyarakat pada waktu tertentu. Ketiga sebagai pribadi (person) kreativitas berarti ciri-ciri kepribadian non

(49)

kognitif yang melekat pada orang kreatif. Terakhir yang keempat sebagai pendorong (press) artinya pengembangan kreativitas itu di tentukan oleh faktor lingkungan baik internal maupun eksternal.22

Lebih lanjut Munandar dikutip Aziz menjelaskan keempat P (process, product, person, dan press) tersebut saling berhubungan antara satu sama lain, pribadi kretif yang melibatkan diri dalam proses kreatif, dan dengan dukungan dan dorongan dari lingkungan, akan menghasilkan produk kreatif.23

d. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis diperlukan beberapa indikator. Sementara itu, Munandar menguraikan indikator berpikir kreatif secara rinci sebagai berikut24 :

1. Kelancaran (Fluency) meliputi:

a) Mencetuskan banyak ide, jawaban, penyelesian masalah, pertanyaan dengan lancar.

b) Memberikan banyak cara atau saran dalam melakukan berbagai hal.

c) Memikirkan lebih dari satu jawaban.

2. Kelenturan (Flexibility) meliputi:

a) Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi.

b) Melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.

22 Rahmat Aziz, Psikologi Pendidikan Model Pengembangan Kreativitas dalam Praktik Pembelajaran, II (Malang: UIN-MALIK PRESS (Anggota IKAPI), 2014), hlm.16-17.

23 Ibid, hlm. 17

24 Heris Hendriana, dkk. Hard Skills dan Soft Skills Matematik Siswa. (Bandung: PT.

Reflika Aditama, 2017), hlm. 113

(50)

c) Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda d) Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikian.

3. Keaslian (Originality) meiputi:

a) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.

b) Memikirkan cara yang tidak lazim.

c) Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazimdari bagan- bagiannya.

4. Elaborasi (Elabration) meliputi:

a) Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk.

b) Menambah atau memerinci detail-detail dari suatu gagasan, objek, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Hampir serupa dengan pendapat Munandar, Torrance mengemukakan indikator berfikir kreatif matematis sebagai berikut:25 1. Kelancaran (fluency), yaitu mempunyai banyak ide/gagasan dalam

berbagai kategori.

2. Keluwesan (flexibility) mempunyai ide/gagasan yang beragam .

3. Keaslian (originality), yaitu mempunyai ide/gagasan baru untuk menyelesaikan persoalan.

4. Elaborasi (elaboration), yaitu mampu mengembangkan ide/gagasan untuk menyelesaikan masalah secara rinci.

25Karunia Eka Lestari, Penelitian Pendidikan Matematika.(Bandung:PT Refika Aditama, 2017), hlm.89

(51)

Berdasarkan kedua pendapat tersebut, indikator kemampuan berpikir kreatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originalty), dan elaborasi (elaboration).

Kelancaran mengacu pada kemampuan siswa dalam meghasilkan jawaban yang beragam dan bernilai benar. Jawaban dikatakan beragam jika terlihat berbeda dan mengikuti pola tertentu. Produktivitas siswa untuk menghasilkan jawaban yang beragam dan benar serta kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah juga akan dinilai untuk menambah hasil deskripsi tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa.

Kelenturan mangacu pada kemampuan siswa dalam menghasilkan berbgai macam ide dengan pendekatan yang berbeda dalam menyelesaikan masalah. Siswa diharapakan mampu menjelaskan cara yang digunakan dalam menyelesaikan masalah.

Keaslian mengacu pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan cara yang tidak lazim, berbeda dengan yang lain. Siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah dengan pemikirannya sendiri.

Sedangkan elaborasi mengacu pada kemampuan siswa dalam mengembangkan, dan menambah suatu gagasan atau ide dalam menentukan pola-pola yang ada dalam situasi-situasi masalah matematis.

(52)

Adapun pedoman penskoran kemampuan berpikir kreatif matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

TABEL II.1

ACUAN PEMBERIAN SKOR TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

Indikator Respon siswa terhadap soal skor

Kelancaran (Fluency)

Tidak memberikan jawaban atau menjawab soal namun memberikan ide-ide yang tidak relevan terhadap suatu masalah 0 Memberikan ide-ide yang tidak relevan terhadap suatu masalah

yang diharapkan namun hasil benar 1

Memberikan ide yang relevan terhadap suatu masalah yang

diharapkan namun hasil salah 2

Memberikan ide-ide yang relevan dengan suatu masalah dan

hasil benar 3

Memberikan benyak ide-ide yang relevan dengan suatu

masalah dan hasil benar 4

Kelenturan (Flexibility)

Tidak menjawab sol atau menjawab soal namun memberikan

jawaban yang tidak beragam dan hasilnya salah 0

Memberikan jawaban tidak beragam namun hasilnya benar 1 Memberikan jawaban beragam namun hasilnya salah semua 2 Memberikan jawaban beragam dan hasilnya ada yang benar dan

ada yang salah 3

Memberikan jawaban yang beragam dan hasilnya benar semua 4 Keaslian

(Originality)

Tidak menjawab soal atau memberikan jawaban yang salah 0 Memberikan jawaban dengan cara sendiri tetapi tidak terarah

dan benar 1

Memberikan jawaban dengan cara sendiri, proses perhitungan

terarah dan tidak selesai namun hasilnya benar 2

Memberikan jawaban dengan cara sendiri, proses perhitungan

terarah dan selesai namun hasil salah 3

Memberikan jawaban dengan cara sendiri, proses perhitugan

terarah dan selesai serta hasilnya benar 4

Elaborasi (elaboration)

Tidak menjawab soal atau menjawab soal namun memberikan

jawaban yang tidak terinci dan salah 0

Memberikan jawaban yang tidak terinci tetapi hasilnya benar 1 Memberikan jawaban yang terinci dan hasilnya salah 2 Memberikan jawaban yang terinci dan hasilnya hampir benar 3 Memberikan jawaban yang terinci dan hasilnya benar 4 Sumber: Diadaptasi dari Lamoma

Pengembangan modul ini untuk memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif namun belum sampai pada tahap uji efetivitasnya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang ditunjukan pretest menyebutkan mayoritas siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis rendah maka dipilih pendekatan pembelajaran open ended

Berdasarkan hasil kajian ini diperoleh bahwa implikasi pendekatan pembelajaran open ended berperan positif serta tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan open-ended dengan setting

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis pada aspek fluency, flexibility, dan originality dalam menyelesaikan soal open ended

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN LOGIS MATEMATIS SERTA SELF-ESTEEM SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN

Menurut teori bahwa pembelajaran dengan pendekatan open ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, akan tetapi ada banyak faktor lain

Pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended pada pembelajaran matematika yang menekankan ke- mampuan berpikir kreatif dan pena- laran matematis siswa adalah efek-

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis pada aspek fluency dalam menyelesaikan soal open ended Persamaan Linear Satu