• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Audio Lingual Terhadap Peningkatan Mahârat Al-Kalâm Peserta Didik Kelas VIII-A MTs. Muhammadiyah Julubori Kab. Gowa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Metode Audio Lingual Terhadap Peningkatan Mahârat Al-Kalâm Peserta Didik Kelas VIII-A MTs. Muhammadiyah Julubori Kab. Gowa"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE AUDIO LINGUAL TERHADAP PENINGKATAN MAHÂRAT AL-KALÂM PESERTA DIDIK KELAS VIII-A MTs.

MUHAMMADIYAH JULUBORI KAB. GOWA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa Arab

pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.

Oleh:

MAGHFIRA FIRDAUS NIM: 20200118038

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Maghfira Firdaus

NIM : 20200118038

Tempat/Tgl. Lahir : Sungguminasa, 17 Februari 2001 Jurusan : Pendidikan Bahasa Arab

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Borong Bilalang Desa Julubori, Kec. Pallangga Kab. Gowa.

Judul : Pengaruh Metode Audio Lingual terhadap Peningkatan Mahârat Al-Kalâm Peserta Didik Kelas VIII-A MTs.

Muhammadiyah Julubori

menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, 8 Oktober 2022 Penulis,

Maghfira Firdaus NIM: 20200118038

(3)

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR

الله الرحمن الرحيممسب

Alhamdulillah puji syukur bagi Allah swt. atas berkat rahmat dan taufiq-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga skripsi ini mampu diperoleh manfaat sebagai tambahan referensi bagi para pembaca. Penulis juga mengharapkan saran dan koreksi yang bersifat membangun. Demikian pula shalawat serta taslim atas junjungan Nabi Muhammad saw. sebagai rahmatan lil’âlamîn.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan partisipasi dari semua pihak, baik dalam bentuk dorongan moral maupun materiel, skripsi ini tidak akan terwujud seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Orang tua tercinta, Firdaus dan Martini yang telah mendidik dan menyayangi penulis serta senantiasa mendo‟akan dan memberikan dorongan semangat demi keberhasilan penyelesaian tugas akhir ini.

2. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D., selaku Rektor UIN Alauddin Makassar beserta Wakil Rektor I Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., Wakil Rektor II Prof. Dr. H. Wahyuddin Naro, M.Hum., Wakil Rektor III Prof. Dr. H.

Darussalam Syamsuddin, M.Ag. dan Wakil Rektor IV Dr. H. Kamaluddin Abu Nawas, M.Ag., yang telah berusaha memajukan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

3. Dr. H. A. Marjuni, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan beserta para Wakil Dekan I Dr. M. Shabir U, M.Ag., Wakil Dekan II Dr. H.

M. Rusdi T., M.Ag., Wakil Dekan III Dr. H. Ilyas, M.Pd., M.Si., beserta seluruh staf atas segala pelayanan yang diberikan kepada penulis.

(5)

v

4. Dr. Rappe, M.Pd.I. dan Ahmad Munawwir, Lc., M.Pd.I., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa Arab yang senantiasa membimbing dan memberikan petunjuk dan arahannya selama penyelesaian kuliah.

5. Dr. Rappe, M.Pd.I. dan Dr. Azizul Hakim, M.Pd.I., selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan petunjuk, nasihat dan bimbingannya sejak awal sampai rampungnya skripsi ini.

6. Dr. H. Abd. Muis Said, M.Ed. dan Drs. Mappasiara, M.Pd.I. selaku Penguji I dan II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengarahkan penulis hingga selesainya skripsi ini.

7. Teman-teman mahasiswa angkatan 2018 Program Studi Pendidikan Bahasa Arab, khususnya kelas PBA-A terima kasih atas dukungan, partisipasi dan solidaritasnya selama menempuh proses perkuliahan.

Akhir kata kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis, semoga mendapat pahala dari Allah swt. serta semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagaimana mestinya.

Billahittaufiq wal hidayah Wassalamu’alaikum wr. wb

Gowa, 8 Oktober 2022 Penulis,

Maghfira Firdaus NIM: 20200118038

(6)

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... .. ..i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... . ..ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... …iii

KATA PENGANTAR ... ....iv

DAFTAR ISI ... …vi

DAFTAR TABEL... ..viii

ABSTRAK ... …ix

BAB I1 PEMBAHASAN... ..1

A. Latar Belakang ... ..1

B. Rumusan Masalah ... ..4

C. Hipotesis ... ..5

D. Tujuan Penelitian ... ..5

E. Manfaat Penelitian ... ..5

F. Penelitian Relevan ... ..6

BAB II KAJIAN TEORI ... ..9

A. Metode Audio Lingual ... ..9

B. Mahârat al-kalâm ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 22

B. Desain Penelitian ... 22

C. Variabel Penelitian ... 23

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

E. Teknik Pengumpulan Data ... 25

(7)

vii

F. Instrumen Penelitian... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Hasil Penelitian ... 29

B. Pembahasan ... 38

BAB V PENUTUP ... . 41

A. Kesimpulan ... . 41

B. Implikasi ... . 41

DAFTAR PUSTAKA ... . 43 LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Pretest dan Posttest ... 30

Tabel 4.2 Deskriptif Statistik ... 31

Tabel 4.3 Deskriptif ... 31

Tabel 4.4 Case Processing Summary ... 32

Tabel 4.5 Uji Normalitas Shapiro Wilk ... 33

Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Q-Q Plots ... 33

Tabel 4.7 Uji Paired Sample Statistic ... 35

Tabel 4.8 Uji Paired Sampel T Test ... 35

(9)

ix ABSTRAK Nama : Maghfira Firdaus

NIM : 20200118038

Judul : Pengaruh Metode Audio Lingual Terhadap Peningkatan Mahârat Al- Kalâm Peserta Didik Kelas VIII-A MTs. Muhammadiyah Julubori Kab. Gowa

Skripsi ini membahas tentang pengaruh metode audio lingual terhadap peningkatan mahârat al-kalâm peserta didik kelas VIII-A MTs. Muhammadiyah Julubori Kab.Gowa. Tujuan dalam penelitian ini adalah, utuk: 1) Mengetahui kemampuan mahârat al-kalâm peserta didik sebelum dan sesudah diberi perlakuan metode audio lingual, 2) Mengetahui pengaruh yang signifikan terhadap mahârat al- kalâm peserta didik setelah diberi perlakuan oleh peneliti.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen dan desain penelitian yang digunakan adalah one group pretest posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik MTs. Muhammadiyah Julubori dan objek yang dijadikan sebagai sampel adalah kelas VIII-A yang terdiri dari 20 orang.

Pengumpulan data dilakukan dengan tes lisan untuk mengetahui kemampuan berbicara peserta didik.

Hasil penelitian dengan menggunakan SPSS versi 22 menunjukkan nilai signifikansi (2 tailed) adalah 0,000 < 0,05 sebagaimana pengambilan keputusan dalam uji paired sample t-test bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan diterimanya Ha, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode audio lingual terhadap peningkatan mahârat al-kalâm peserta didik kelas VIII-A MTs.

Muhammadiyah Julubori Kab. Gowa terdapat pengaruh yang signifikan.

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk perbaikan dan peningkatan hasil belajar peserta didik dalam upaya meningkatkan kualitas belajar.

(10)

1 BAB I PEMBAHASAN A. Latar Belakang

Di Indonesia bahasa Arab sudah banyak diterapkan dalam lembaga pendidikan Islam. Hal ini bukan saja karena penduduknya mayoritas pemeluk agama Islam yang dalam beribadah menggunakan bahasa Arab seperti salat, zikir dan sebagainya, namun lebih dari itu bahasa Arab digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran ilmu-ilmu keislaman dan bahkan telah banyak lembaga pendidikan Islam yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari baik dalam proses pembelajaran maupun di luar pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, penyampaian materi menjadi hal yang paling penting agar tercapai tujuan pembelajaran. Penyampaian materi tidak luput dari metode yang digunakan oleh guru. Metode dalam mengajar ditetapkan berdasarkan tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik anak. Seorang guru haruslah menguasai beberapa metode, yang memungkinkan dirinya untuk menyesuaikan dengan situasi dan karakterisitik peserta didik dan tidak terpaku pada satu metode saja.1 Peneliti mencoba mencari solusi dari permasalahan tersebut dengan menerapkan metode yang sesuai dengan tujuan, materi dan karakter peserta didik.

Tujuan dari pembelajaran mahârat al-kalâm adalah peserta didik mampu bercakap menggunakan bahasa Arab dengan baik. Untuk mencapai tujuan pembelajaran bukanlah hal yang mudah, tapi diperlukan penerapan aktivitas latihan yang mendukung dan memadai. Aktivitas tersebut harus ada pemilihan metode yang

1Ahmad Munawwir, Pendekatan sistem Pembelajaran Bahasa Arab. Vol 7 No. 2 , https://doi.org/10.2452/saa.v7i1.11451. Shaut Al-Arabiyah. (11 Desember 2019), h.. 199.

(11)

tepat dan sesuai. Dari permasalahan tersebut, keterampilan berbicara ini dapat dicapai melalui beberapa latihan (praktik) dari apa yang didengar secara pasif dalam latihan mendengar.2 Untuk melatih pengucapan kata atau kalimat peserta didik butuh pembiasaan pengucapan dengan berlatih mendengarkan lalu mengucapkan suatu kata atau kalimat.

Menurut Chotib yang termuat dalam jurnal karya Azizul Hakim dan Sri Adhayani, bahwa:

يف اهإ اهويلعت جهنه فلتخي ىأ ذب لاف ملأا تغل نلعت فلاخي تيبنجأ تغلك تيبزعلا تغللا نلعت وأ داىولا يف وأ تقيزط

رىطتو مذقت تلق يه تيبزعلا تغللا نلعت يف نهتساوحو ذيهلاتلا تبغر زيثت لا يتلا لهاىعلا يه .اهويلعت تيلوع يف .هتاذب تيبزعلا تغللا نيلعت جهنهو تقيزطلا Bahasa Arab sebagai bahasa asing berbeda dengan belajar bahasa Ibu, berbeda baik metode, materi, maupun dalam proses pembelajarannya. Salah satu faktor yang tidak membangkitkan minat dan semangat peserta didik dalam belajar bahasa Arab adalah kurangnya kemajuan dan perkembangan metode pembelajaran bahasa Arab itu sendiri.3Penentuan dan penggunaan metode menjadi hal yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat meningkatkan keterampilan berbicara, guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai begitupun peserta didik harus diberikan kesempatan untuk berbicara bahasa Arab secara leluasa dengan cara latihan dan praktik. Oleh karena itu metode pembelajaran yang digunakan haruslah melibatkan peran aktif peserta didik terutama

2Zulhannan, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.

77.

3Azizul Hakim, Sri Adhayani, تيلاعلا تسرذولا ذيهلات يذل تثداحولا ةءافك عفر يف ةزشابولا تقيزطلا قيبطت تيلاعف اوىغ تيلاو يف ييذلا يسح ىاطلسلا ذهعول, Lentera Pendidikan, vol. 23 no. 2.

https://doi.org/10.24252/lp.2020v23n2i15 (2 Desember 2020), h. 375.

(12)

3

dalam berbicara, artinya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berbicara bahasa Arab selama proses pembelajaran dengan mengesampingkan rasa tidak berani dan takut salah pada diri peserta didik.

Terdapat solusi untuk mempermudah peserta didik untuk menguasai mahârat al-kalâm, yakni dengan menggunakan metode audio lingual (sam’iyyah syafawiyyah).

Audio lingual (sam’iyyah syafawiyyah) berasal dari dua kata yang menjadi satu bagian, yakni audio dan lingual. Audio berarti hal mendengar atau terdengar, sedangkan lingual secara bahasa bermakna hal mengenai bahasa. Metode audio lingual (sam’iyyah syafawiyyah) merupakan salah satu metode pembelajaran dalam bahasa Arab yang mengutamakan latihan pendengaran dan pengucapan, dengan istilah lain yaitu metode belajar bahasa Arab yang dilakukan dengan mendengarkan bunyi dan mengucapkan sebagaimana mestinya. Jadi belajar dengan metode ini seorang peserta didik mendengarkan kalimat bahasa Arab baik dari kaset ataupun guru yang membacakan kemudian menirukan secara berulang-ulang sehingga menguasi dan lancar.

Metode ini didasarkan atas beberapa asumsi, salah satu di antaranya adalah bahwa bahasa itu ujaran (ucapan) bahwa media bahasa yang terpenting adalah dengan bunyi-bunyi. Oleh karena itu pembelajaran bahasa harus dimulai dengan memperdengarkan bunyi-bunyi bahasa dalam bentuk kata atau kalimat kemudian mengucapkannya sebelum pelajaran membaca dan menulis.4 Hal ini selaras dengan asumsi-asumsi yang menyatakan bahwa tahap awal yang harus dilakukan dalam

4Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011) h. 12

(13)

belajar mengajar bahasa adalah menanamkan kemampuan mendengar (istimâʻ) dan berbicara (kalâm), kemudian kemampuan membaca (qirâ’ah) dan menulis (kitâbah).5

Berdasarkan hasil observasi peneliti, di MTs. Muhammadiyah Julubori masih banyak terdapat peserta didik yang belum mahir dalam bercakap bahasa Arab. Ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi pembelajaran bahasa Arab untuk meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik. Melihat permasalahan- permasalahan tersebut peneliti berkesimpulan untuk melakukan penelitian mengenai salah satu metode pembelajaran untuk melatih keterampilan berbicara peserta didik.

Metode yang dipandang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik dalam pembelajaran bahasa Arab terkhusus pada pembelajaran kalam. Untuk membiasakan peserta didik dalam berbicara maka terlebih dahulu peserta didik diberi perlakuan untuk membiasakan mendengar dan mengucapkan kalimat berbahasa Arab.

Penerapan metode ini dihadirkan dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Metode Audio Lingual Terhadap Peningkatan Mahârat Al-kalâm Peserta Didik Kelas VIII-A MTs. Muhammadiyah Julubori ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan bahwa masalah yang menjadi bahan kajian peneliti adalah:

1. Bagaimana mahârat al-kalâm peserta didik sebelum dan sesudah diberi perlakuan metode audio lingual?

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan mahârat al-kalâm peserta didik sesudah diberi perlakuan metode audio lingual?

5Ahmad Munawwir, Pendekatan sistem Pembelajaran Bahasa Arab. Vol 7 No. 2 , https://doi.org/10.2452/saa.v7i1.11451. Shaut Al-Arabiyah. (11 Desember 2019), h. 199.

(14)

5

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian merupakan suatu alat yang sangat penting dalam suatu kajian atau penelitian. Hipotesis menurut Kerlinger memiliki pengertian sebagai pernyataan yang bersifat dugaan tentang hubungan antara dua variabel.6 Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya.7

Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara yang masih membutuhkan pembuktian. Adapun jawaban sementara yang dijadikan acuan dalam mencari suatu jawaban yang benar dari hasil penelitian yaitu:

Ho : Tidak terdapat pengaruh metode audio lingual terhadap peningkatan mahârat al- kalâm peserta didik.

Ha : Terdapat pengaruh metode audio lingual terhadap peningkatan mahârat al-kalâm peserta didik.

D. Tujuan Penelitian

Setiap sesuatu yang dikerjakan pastilah memiliki tujuan tertentu, berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui kemampuan mahârat al-kalâm peserta didik sebelum dan sesudah diberi perlakuan metode audio lingual.

2. Mengetahui pengaruh yang signifikan terhadap mahârat al-kalâm peserta didik setelah diberi perlakuan oleh peneliti.

E. Manfaat Penelitian

6Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan Edisi Keempat. (Cet.

Ke-5; Jakarta: Kencana, 2016) h. 145.

7S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h 31.

(15)

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan solusi dalam pembelajaran bahasa Arab khusunya dalam materi hiwar (mahârat al-kalâm) sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik.

2. Secara Praktis

a. Bagi sekolah, dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Arab khususnya dalam materi hiwâr (mahârat al-kalâm).

b. Bagi guru, dapat menambah bahan ajar sebagai modal pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab khusunya dalam materi hiwâr (mahârat al-kalâm).

F. Penelitian Relevan

Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti telah menelusuri beberapa hasil penelitian yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan ini. Dari beberapa contoh judul penelitian terdahulu memang memiliki keterkaitan dari segi masalah yaitu mencari tahu tentang penggunaan metode akan tetapi objek dan sasarannya berbeda. Penelitian tersebut di antaranya :

1. Penelitian (Skripsi) oleh Masruhin. 2020. “Penggunaan Metode Audio Lingual dalam Pembelajaran Mahârat Al-kalâm Pada Peserta Didik Kelas VIII di MTs. El-Firdaus 1 Sidareja”. IAIN Purwokerto. Tujuan dari penelitian tersebut adalah agar peserta didik dapat berbicara menggunakan bahasa Arab dengan baik dan benar. Selain itu, tujuan dari pembelajaran mahârat al-kalâm di kelas VIII MTs. El- Firdaus 1 Sidareja yaitu agar peserta didik terbiasa dalam mengucapkan bahasa Arab.

Perbedaan dalam penelitian ini adalah Masruhin menggunakan teknik analisis data

(16)

7

kualitatif deskriptif sedangkan peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif.8

2. Penelitian (Skripsi) Oleh Resti Handayani, 2013. “Pengaruh Penggunaan Metode Audio Lingual terhadap Keterampilan Berbicara Peserta didik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris”. Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode audio lingual terhadap keterampilan berbicara peserta didik dalam pembelajaran bahasa Inggris di kelas IV SDN Sukamulih Kecamatan Kadipaten Kabupaten Tasikmalaya. Perbedaan dari penelitian Resti Handayani dengan penelitian peneliti adalah objek penelitiannya, penelitian sebelumnya objeknya adalah bahasa Inggris sedangkan peneliti menggunakan bahasa Arab. Adapun persamaannya yaitu, metode pembelajaran yang diterapkan, yakni menggunakan metode audio lingual.9

3. Penelitian (Skripsi) Muhammad Safu‟ah, 2016. “Efektivitas Penggunaan Metode Audio lingual dalam Pembelajaran Bahasa Arab terhadap Kemampuan Muhadatsah Mahapeserta Didik Ma’had Al Birr Makassar”. Universitas Muhammadiyah Makassar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan metode audio lingual dalam pembelajaran bahasa Arab serta bagaimana efektivitas penggunaan audio lingual terhadap kemampuan muhadatsah mahasiswa

8Masruhin, “Penggunaan Metode Audio-Lingual Dalam Pembelajaran Mahārah Al-Kalām pada Siswa Kelas VIII Mts Ell-Firdaus 1 Sidareja”, Skripsi (Purwokerto: Fak. Tarbiyah dan Keguruan IAIN Purwokerto, 2020), h. vi.

9Resti Handayani, “Pengaruh Penggunaan Metode Audio Lingual terhadap Keterampilan Berbicara Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Inggris (Penelitian Pre Eksperimen di Kelas IV SDN Sukamulih Kecamatan Kadipaten Kabupaten tasikmalaya)”, Skripsi (Tasikmalaya : Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya, 2013), h. ii.

(17)

Al Birr. Perbedaan dalam penelitian Muhammad Safu‟ah dengan penelitian peneliti adalah sasaran penelitiannya10.

4. Penelitian (Jurnal) Oleh Ni Pt. Eka Ari Adnyani, I Wyn. Suwatra, Kt.

Pudjawan, yang berjudul “Penerapan Metode Audio lingual Berbantuan Media Wayang Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Peserta didik Kelas IV” 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terjadinya peningkatan keterampilan berbicara pada peserta didik kelas IV Semester II tahun pelajaran 2015/2016 dengan metode audio lingual berbantuan media wayang di SDN 2 Tukadmungga. Perbedaan penelitian dari penelitian Ni Pt. Eka Ari Adnyani dkk. adalah penggunaan media yang digunakan, peneliti sebelumnya menggunakan bantuan media wayang dalam proses pembelajaran. Adapun persamaan dalam penelitian peneliti dengan penelitian sebelumnya adalah peneliti melakukan penerapan metode audio lingual.11

10Muhammad Safu‟ah, “Efektivitas Penggunaan Metode Audiolingual Terhadap Kemampuan Muhadatsah Mahasiswa Ma‟had Al Birr Makassar”, Skripsi (Makassar: Fak. Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, 2016), h. vii.

11Ni Pt. Eka Ari Adnyani dkk, “Penerapan Metode Audiolingual Berbantuan Media Wayang untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas IV”, e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, vol. 4 no. 1 (2016), h. 1. (Diakses 10 September 2021)

(18)

9

BAB II KAJIAN TEORI A. Metode Audio Lingual

1. Latar Belakang Munculnya Metode Audio Lingual

Secara historis awal mula munculnya metode ini pada tahun 60-an yaitu pada abad ke-20 di Amerika Serikat. Keikutsertaan Amerika Serikat pada perang dunia II memberi pengaruh yang besar terhadap perkembagan metode dengar-ucap (audio lingual). Pada saat itu Amerika membutuhkan orang-orang yang lancar dalam bahasa asing seperti, Jerman, Prancis, Italia, Mandarin, Jepang dan bahasa asing lainnya untuk ditempatkan sebagai juru bahasa (Interpreter) untuk kebutuhan diplomasi, politik dan perang. Departemen Pertahanan Amerika Serikat menugaskan beberapa perguruan tinggi untuk mengembangakan program pembelajaran bahasa asing.

Para linguis dan ahli bahasa terapan semakin banyak terlibat dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Pada tahun 1939 Universitas Michigan sebagai salah satu universitas yang menerapkan pengembangan bahasa asing, mengembangakan sebuah institut yang secara khusus menyelenggarakan pembelajaran pelatihan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua/asing. Tata bahasa menjadi titik tolak, struktur bahasa diperkenalkan dengan pola kalimat dasar dan struktur gramatikalnya. Bahasa diajarkan dengan fokus terhadap ucapan dan latihan- latihan intensif mengenai pola-pola kalimat dasar.

Prinsip-prinsip pembelajaran bahasa yang dikembangkan oleh para pakar linguistik di Universitas Michigan dan Universitas lainnya di Amerika Serikat menjadi terkenal dengan berbagai nama seperti oral approach, aural oral aproach.

Pendekatan ini menganjurkan pelatihan pendengaran (aural) terlebih dahulu

(19)

kemudian pelatihan berbicara (oral) diikuti dengan pelatihan membaca dan menulis.

Nama yang paling luas digunakan untuk metode tersebut adala audio lingual method, nama yang diusulkan oleh Nelson Brooks.12

2. Pengertian Metode Audio Lingual

Metode dalam bahasa Yunani “methodos”, berarti serangkaian langkah yang memandu ke arah pencapaian tujuan. Dalam bahasa Inggris “method” berarti cara melakukan dan sistem yang teratur. Berdasarkan KBBI, metode diartikan sebagai usaha, jalan atau cara yang ditempuh dalam melakukan suatu aktivitas. Sedangkan dalam bahasa Arab istilah metode disebut تقيزط yang berarti jalan, cara, desain dan lain-lain.13 Metode audio lingual adalah cara menyajikan pelajaran bahasa asing melalui latihan-latihan mendengarkan kemudian diikuti dengan latihan-latihan mengucapkan kata-kata dan kalimat dalam bahasa asing yang sedang dipelajari.14 Kata metode berasal dari kata bahasa Inggris method yang berarti cara di dalam melakukan sesuatu. Dalam bahasa Arab metode disamakan dengan تقيزط yang berarti cara atau jalan.15 Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru yang dalam fungsinya digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu.16

12 Aziz Fachrurrozi & Erta Mahyudin, Pembelajaran Bahasa Asing, (Jakarta: Rajawali Pers), h. 81

13Salmah Intan, Bahasa Arab Tinjauan Linguistik Metodologis, (Makassar: Alauddin University Pers, 2011), h. 88.

14Nurul Hanani, Efektivitas Penggunaan Metode Audiolingual Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, 248 Realita Vol. 14 No. 2 ( Juli 2016) h. 248-249

15Sitti Aisyah Chik, Metode Pembelajaran Bahasa Arab (Makassar: Alauddin Univerity press, 2014), h. 3.

16Hamzah B. Uno, Model Pembelajara ‘Menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif’ ( Cet. 14; Jakarta: Bumi aksara: 2019), h. 2.

(20)

11

Lebih jelas lagi, metode (al-thariqah) dapat didefinisikan secara etimologis dan terminologis. Secara etimologi metode adalah jalan, cara, sistem, mazhab, aliran, haluan, keadaan, tiang tempat berteduh, orang mulia, goresan (garis pada sesuatu).17 Sedangkan secara terminologis metode (al-thariqah) adalah teknik pendidik didalam menyajikan materi pelajaran ketika terjadi proses pembelajaran.18

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka metode (al-thariqah) adalah aspek teoritis yang dapat memotiva suatu proses aktivitas pembelajaran secara maksimal dan ideal, dengan kata lain metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan, namun ia bukan merupakan tujuan akhir pembelajaran suatu bahasa, karena metode sendiri bersifat prosedural.19

Metode audio lingual adalah metode yang mendasarkan diri kepada pendekatan struktural dalam pembelajaran bahasa. Metode ini menekankan pada penelaahan dan pendeskripsian bahasa yang akan dipelajari dengan memulainya dari sistem bunyi (fonology), kemudian sistem pembentukan kata (morfology) dan sistem pembentukan kalimat (sintaksis). Karena menyangkut struktur bahasa secara keseluruhan, maka dalam hal ini juga ditekankan sistem tekanan, nada, dan lain- lain.20 Audio lingual method atau disebut juga dengan Aural-oral method memiliki

17A.W. Munawwir,Kamus al-Munawwir-Arab-Indonesia Terlengkap. (Cet. Ke-1;

Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984), h. 910.

18 Engkoswara, Dasar-Dasar Metode Pengajaran. (Cet. Ke-2; Jakarta: BinaAksara, 1998), h.

45.

19Zulhannan, “Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif”. (Cet. 1; Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 81.

20Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011) h. 185.

(21)

karakteristik dengan menggunakan rekaman-rekaman, dialog dan drill.21 Metode audio lingual memiliki berbagai sebutan seperti, aural oral, dengar ucap. Metode ini bertujuan agar peserta didik mampu mencapai tujuan berbahasa yakni menggunakan bahasa dengan tepat sasaran untuk berkomunikasi (lisan). Untuk mencapai tujuan tersebut pengembang metode ini menyarankan peserta didik untuk mempelajari bahasa melalui pengulang-ulangan. Peserta didik mencapai keterampilan berbahasa otomatis melalui pembentukan berbagai kebiasaan baru (menggunakan pola-pola baru) dengan penghilangan kebiasaan-kebiasaan lama yang berasal dari bahasa ibu.

Secara khusus metode ini bertujuan untuk:

a. Peserta didik mampu memahami bahasa asing ketika berbicara dengan kecepatan normal dengan hal-hal yang biasa terjadi di sekitar pembicaraannya.

b. Peserta didik mampu berbicara dengan pengucapan yang diterima dan tata bahasa yang tepat.

c. Peserta didik tidak memiliki kesulitan dalam memahami materi cetak.

d. Peserta didik mampu menulis dengan standar dengan baik.

3. Karakteristik Metode Audio Lingual

Terkait dengan pembelajaran bahasa Arab, metode ini memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

a. Aktifitas pembelajaran melalui metode ini didemonstrasikan, yaitu drill gramatika dan struktur kalimat, latihan pengucapan, serta latihan penggunaan kosakata dengan cara menirukan pendidik atau native informant.

b. Pada saat drill, native informant bertindak sebagai drill master, dengan cara

21Zulhannan, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif (Jakarta: Rajawali Pers, 2014)h.

48.

(22)

13

mengucapkan beberapa kalimat yang ditirukan oleh peserta didik beberapa kali hingga mereka hafal.

c. Gramatika diajarkan secara tidak langsung melalui kalimat-kalimat yang dipilih sebagai model atau pola.

d. Pada level advanced proses pembelajaran dalam format diskusi dan dramatisasi.

e. Metode bervariasi, karena digunakan rekaman-rekaman, dialog dan drill yang disebut audio lingual method atau disebut juga aural oral method.22

Setiap metode memiliki ciri khas masing-masing, begitupun metode audio lingual memiliki sendiri ciri-ciri yang khas dibandingkan dengan metode lain. Di antara ciri khas metode ini adalah dilakukannya banyak role-play atau dialog situasional

4. Prosedur dan Teknik Metode Audio Lingual

Metode ini pada dasarnya adalah pendekatan lisan dalam pembelajaran bahasa, maka tentulah proses pembelajaran melibatkan banyak kegiatan latihan lisan.

Fokus pembelajaran adalah kemampuan berbicara secara akurat dan spontan, hanya sedikit penjelasan yang terkait dengan tata bahasa. Metode ini menekankan percakapan sehari-hari, dengan penjenjangan, peserta didik pemula hanya diperkenalkan dengan bentuk-bentuk sederhananya saja. Kosa kata dan struktur baru diperkenalkan melalui dialog-dialog (al hiwârât) yang diajarkan melalui peniruan dan pengulangan.23

22Zulhannan, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h 47-48.

23Salmah Intan, Bahasa Arab Tinjauan Linguistik Metodologis (Makassar: Alauddin University Pers, 2011), h 88-89.

(23)

Jika dilihat dari konsep dasarnya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapannya, yaitu:

a. Peserta didik harus menyimak, kemudian berbicara, lalu membaca kemudian akhirnya menulis.

b. Tata bahasa harus disajikan dalam bentuk pola-pola kalimat atau dialog-dialog dengan topik situasi-situasi sehari-hari.

c. Latihan atau drill harus mengikuti operant-conditioning.

d. Semua unsur tata bahasa harus disajikan dari yang mudah ke yang sukar.

e. Kemungkinan untuk membuat kesalahan dalam memberi respon harus dihindari.24

Prosedur pembelajaran selalu dimulai dengan mendengarkan dan berbicara sementara pembelajaran membaca dan menulis akan diperkenalkan setelah peserta didik menguasa bahasa lisan. Dalam suatu kelas prosedur-prosedur berikut akan bisa teramati:

a. Awalnya, guru memberikan motivasi mengenai pembelajaran bahasa asing. Guru menciptakan suasana menyenangkan di dalam kelas.

b. Selanjutnya, para peserta didik mendengarkan sebuah model dialog (dari guru atau rekaman) yang berisi struktur-struktur kunci yang menjadi fokus pelajaran.

Peserta didik mengulangi kalimat dalam dialog secara klasikal dan individual.

Guru memperhatikan pelafalan kata demi kata, intonasi dan kelancaran, kemudian guru mengoreksi keasalahan dan kekeliruan. Dialog dilafalkan secara

24Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011) h. 188-189.

(24)

15

berangsur-angsur, baris demi baris. Para peserta didik tidak melihat buku pada tahap ini.

c. Dril, pertama-tama dipraktikkan secara bersama-sama lalu secara individual.

Beberapa penjelasan tata bahasa bisa ditawarkan pada tahap ini dengan batasan minimal.

d. Peserta didik bisa terus fokus pada buku teks mereka, melanjutkan dengan membaca, menulis atau kegiatan pendalaman kosa kata berdasarkan dialog yang diperdengarkan. Ketika kemampuan meningkat, para peserta didik bias dilatih menulis beberapa variasi bahan struktural yang sudah mereka praktikkan.

e. Kegiatan tindak lanjut bisa berlangsung dalam laboratorium bahasa, di mana dialog dilanjutkan dan kegiatan drill dilaksanakan.25

Prosedur pelaksanaan metode audio lingual secara umum adalah sebagai berikut:

a. Tahapan lisan murni yang bertujuan untuk melatih pendengaran dan ucapan.

Guru melakukan proses percakapan berdasarkan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan bantuan gambar dan peragaan.

b. Tahapan permulaan membaca. Peserta didik mulai membaca teks percakapan yang pernah mereka dengar dan mereka latihkan bahkan dihafalkan. Tulisan dipelajari secara bertahap dalam tahapan membaca.

Dalam metode ini kosakata dan tata bahasa disajikan melalui peniruan terhadap penutur asli bahasa sasaran atau guru bahasa yang menjadi model bahasa sasaran. Metode audio lingual juga memiliki prinsip yang menekankan pada pola

25Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudin, “Pembelajaran Bahasa Asing Tradisional dan Kontemporer” (Cet. 1; Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 90.

(25)

gramatika dengan teori belajar behaviorisme dengan teori belajar habit formation theory yang berpandangan bahwa proses pembelajaran bahasa diawali dengan stimulus yang diberikan oleh guru yang memunculkan respon, respon yang benar perlu diperkuat dengan penguatan-penguatan (reinforcement) agar dimulai kembali.

Proses ini dilakukan berulang dengan melakukan penguatan secara positif sampai terbenuk pembiasaan.

Menurut Ridchard dan Rodgers (dalam Pradmadewi, 2012) berikut ini adalah beberapa teknik yang banyak dipakai dalam metode audio lingual yaitu:

a. Menghafal dialog (memorizing dialogue), dalam metode audio lingual, pola kalimat tertentu dimasukkan dalam dialog. Pola kalimat dilatih lewat pengulangan berdasarkan baris-baris kalimat yang ada di dalam dialog.

b. Latihan pengulangan (repetition drill) adalah latihan mengulangi apa yang diucapkan guru dengan tepat dan cepat. Hal ini biasanya dipakai untuk melatih baris-baris kalimat dalam percakapan.

c. Rantai (chain drill), seperti namanya drill ini dipakai untuk melatih peserta didik untuk menirukan percakapan secara bergantian. Guru biasa memberi salam pada awal percakapan, kemudian salah satu seorang anak menjawab, anak yang duduk berikutnya kemudian mengambil giliran untuk memulai percakapan dan dilanjut dengan peserta didik yang ada di sebelahnya, demikian seterusnya. Latihan ini dipakai oleh guru untuk mengecek pengucapan tiap-tiap anak.

d. Latihan pengucapan (single-slot substitution drill) ini dilakukan oleh guru di mana guru mengucapkan satu baris percakapan setelah itu guru menyebutkan satu kata sebagai clue. Peserta didik menirukan kalimat yang diucapkan guru.

Tujuan utama latihan ini adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik

(26)

17

untuk mempraktikkan bagaimana menemukan dan mengisi slot atau bagian yang kosong dalam baris-baris kalimat dalam percakapan.

e. Latihan pengganti (multiple-slot substitution drill), drill ini hampir sama dengan single-slot substitution drill perbedaanya guru memberikan beberapa clue dalam bentuk kata atau prasa dan peserta didik harus bisa menentukan kata atau frasa yang mana yang cocok dengan slot atau bagian yang kosong. Peserta didik kadang-kadang diharapkan untuk menyesuaikan kalimatnya setelah diisi dengan kata atau frasa agar menjadi benar.

f. Latihan perubahan (transformation drill) drill ini bertujuan untuk melatih peserta didik untuk mampu mengubah bentuk pola kalimat. Guru misalnya bisa memberikan suatu kalimat dalam bentuk kalimat positif dan menyuruh peserta didik untuk mengubah menjadi kalimat negatif atau interogativ, atau dari kalimat aktif menjadi pasif atau dari kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung.

g. Question and answer drill, drill ini bertujuan untuk melatih peserta didik agar bisa menjawab pertanyaan. Peserta didik harus menjawab pertanyaan guru dengan cepat. Dengan istilah ini peserta didik akan berlatih menguasai pola kalimat bertanya dan menjawab pertanyaan dengan cepat.

h. Latihan menggunakan pasangan (use of minimal pairs) guru memberikan sepasang kata yang hanya berbeda dalam satu bunyi. Peserta didik dilatih untuk mengenali perbedaannya sebelum mereka disuruh untuk mengucapkan kedua kata tersebut.

i. Melengkapi dialog, latihan ini bertujuan untuk melatih peserta didik untuk melengkapi dialog kata-kata sendiri. Latihan ini dibuat dengan menghapus kata-

(27)

kata yang telah dipelajari dari suatu dialog dan kemudian menyuruh peserta didik untuk mengisinya.

j. Permainan grammar, permainan ini bertujuan untuk melatih peserta didik untuk mempraktikkan grammar yang dipelajari dalam suatu konteks. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri mereka meskipun dalam kapasitas yang masih sangat terbatas.26

Terdapat berbagai macam teknik dalam penerapan metode audio lingual, guru bias menerapkan teknik yang diinginkan sesuai dengan kondisi dan karakteristik peserta didik.

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Audio Lingual

Tidak ada metode yang betul-betul ampuh dalam pembelajaran. Setiap metode yang digunakan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari penggunaan metode audio lingual:

a. Kelebihan

1) Peserta didik mempunyai pelafalan yang bagus dan terampil membuat pola- pola kalimat yang sudah dilatihkan.

2) Peserta didik dapat melakukan komunikasi lisan dengan baik karena latihan menyimak dan berbicara dilakukan secara intensif.

3) Suasana kelas hidup karena para pelajar tidak tinggal diam, harus terus- menerus merespon stimulus guru.

4) Metode ini membuat peserta didik lancar berbicara dalam bahasa asing yang dipelajari sejak dini, walau dengan materi yang terbatas.

26Ni Pt. Eka Ari Adnyani dkk, ”Penerapan Metode Audiolingual Berbantuan Media Wayang Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas Iv” E-Journal PGSD Universitas Ganesha Jurusan PGSD vol. 4 no.1 (2016), h. 5.

(28)

19

5) Daya ingat peserta didik menjadi terlatih, begitu pula kamampuan membedakan bunyi serta mengucapkannya dengan baik dalam kecepatan yang wajar.

b. Kekurangan

1) Peserta didik cenderung memberi respon secara serentak dan secara mekanistis seperti membeo (babgâ’iy), mereka sering tidak mengetahui atau tidak memikirkan makna ujaran yang diucapkan

2) Pengulangan stimulus-respon yang mekanis dan berulang-ulang seringkali membosankan serta menghambat penyimpulan kaidah-kaidah kebahasaan.

3) Kurang memperhatikan ujaran/tuturan spontan, pelajar bisa berkomunikasi dengan lancar hanya apabila kalimat yang digunakan telah dilatihkan sebelumnya di dalam kelas.

4) Makna kalimat yang diajarkan bisa terlepas dari konteks, sehingga peserta didik hanya memahami satu makna, padahal suatu kalimat atau ungkapan bisa mempunyai beberapa makna tergantung konteksnya.

5) Sebetulnya peserta didik tidak berperan di kelas (keaktifan Semu). Karena mereka hanya memberi respon pada rangsangan guru, gurulah yang menentukan semua bentuk latihan dan materi pelajaran di kelas. Dialah yang mengetahui semua jawaban atas semua pertanyaan yang diajukan di kelas.

Tidak ada inisiatif dan kreativitas dari peserta didik.

6) Latihan-latihan pola bersifat manipulatif, tidak kontekstual dan tidak realistis, pelajar mengalami kesulitan ketika menerapkannyadalam konteks komunikatif yang sebenarnya.27

27Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyudin, “Pembelajaran Bahasa Asing Tradisional dan Kontemporer”. (Cet. 1 ; Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 93-94.

(29)

Tidak ada metode pembelajaran yang paling sempurna, semua metode dalam pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri. Metode tersebut bisa menjadi efektif dalam keadaan tertentu maupun juga sebaliknya, maka dari itu pemilihan metode pembelajaran harus berdasarkan kriteria. Misalnya seperti populasi siswa, mata pelajaran, materi yang akan diajarkan, ketersediaan fasilitas, dan lain sebagainya.

B. Mahârat al-kalâm

Berbicara dengan bahasa asing merupakan keterampilan dasar yang menjadi tujuan dari beberapa tujuan pembelajaran bahasa. Sebagaimana berbicara adalah sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain.28 Dalam bahasa Arab terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak (mahârat al-istimâʻ), berbicara (mahârat al-kalâm), membaca (mahârat al-qirâ’ah) dan menulis (mahârat al-kitâbah). Keterampilan berbicara (mahârat al-kalâm) adalah kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran berupa ide, pendapat, keinginan atau perasaan kepada mitra bicara.29 Kemampuan ini bertujuan untuk berkomunikasi dan menyampaikan pesan secara lisan.

Secara etimologis, berbicara (kalâm) adalah percakapan, perkataan dan pembicaraan. Sedangkan secara terminologis, berbicara (kalâm) adalah mengucapkan bunyi-bunyi bahasa Arab secara benar dan akurat, dan bunyi-bunyi tersebut keluar dari makhraj al-huruf yang telah menjadi konsensus pakar bahasa.30

28 Darwati Nalole, “Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Maharah Al-Kalam) Melalui Metode Muhadatsah Dalam Pembelajaran Bahasa Arab”. Vol. 1, No. 1. Al-Manhaj: Jurnal Pendidikan Islam, h. 133.

29Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Cet. 4; Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2014), h. 135.

30Zulhannan. Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

(30)

21

Dengan demikian bercakap merupakan keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Bercakap tidak hanya sekedar mengucapkan bunyi-bunyi huruf atau kata-kata, tetapi bercakap adalah suatu media untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang sudah disusun dan dikembangkan menurut kebutuhan pendengar atau penyimak.31

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mahârat al-kalâm adalah kemampuan berbicara untuk menyampaikan ide, pikiran dan pesan secara lisan kepada lawan bicara.

31Rappe, “Konsep Keterampilan Bercakap Bahasa Arab”, Vol. III, No. 2 Shaut Al-Arabiy, https://doi.org/10.2452/saa.v3i2.1255 (Juni 2015), h. 44.

(31)

22 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pra- eksperimen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana penelitian ini merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik.32Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di MTs. Muhammadiyah Julubori Desa Julukanaya Kec. Pallangga Kab. Gowa. Peneliti memilih lokasi tersebut karena jaraknya dekat yang lebih memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini berupa desain eksperimen yang salah satunya adalah one grup pretest-posttest design yang termasuk dalam bentuk desain pre-eksperimental. Pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan.

Dengan demikian hasil perlakuan dapat lebih akurat karena dapat dibandingkan antara keadaan sebelum diberi perlakuan dengan sesudah diberi perlakuan. model desain tersebut sebagai berikut:

Keterangan:

O1 = Tes sebelum perlakuan X = Perlakuan (Treatmen)

32Muh Khalifah Mustamin, ST. Syamsudduha, Thamrin Tayeb. Metodologi Penelitian Pendidikan. (Makassar: Alauddin Press, 20)

O

1

X O

2

(32)

23

O2 = Tes setelah perlakuan33

Pada desain ini hanya terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian dengan kata lain tidak ada kelas kontrol, peneliti hanya menggunakan tes seblum perlakuan (O1) dan tes sesudah perlakuan (O2) sebagai acuan perbandingannya.

C. Variabel Penelitian

Variabel atau faktor secara umum adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dan penelitian dan jika diukur memiliki variasi. Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.34 Menurut hubungan antara satu veriabel dengan variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi 2, yaitu variabel independen dan variabel dependen.

1. Variabel Independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel Stimulus, predictor, antecedent.

Dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel dependen/terikat. Variabel independen pada penelitian ini adalah penggunaan metode audio lingual.

2. Variabel Dependen

Variabel Dependen sering disebut variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel dependen adalah suatu

33Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Cet. KE-6; Bandung:

Alfabeta, 2009), h. 75.

34Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Cet. 15; Jakarta:

Rineka cipta, 2013) h. 161.

(33)

variabel respon atau hasil.35 Variabel ini dapat kita amati melalui hasil yang ditimbulkan oleh adanya perlakuan atau pemberian treatment terhadap suatu keadaan, objek, orang dan segala sesutau yang dapat diobservasi. Adapun variabel terikat pada penelitian ini adalah peningkatan mahârat al-kalâm peserta didik kelas VIII-A MTs.

Muhammadiyah Julubori.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam sebuah penelitian, populasi dan sampel menjadi bagian penting dimana kedua hal tersebut merupakan objek yang akan diteliti. Adapun populasi dan sampel dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

1. Populasi

Hal yang penting dilakukan oleh setiap peneliti untuk memperoleh data yaitu selalu berhadapan dengan objek yang akan diteliti, baik secara keseluruhan maupun sebagian saja. Populasi merujuk pada keseluruhan kelompok dari mana sampel- sampel diambil.36 Jadi populasi bisa dikatakan sebagai keseluruhan objek penelitian, yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik di MTs.

Muhammadiyah Julubori yang berjumlah 113 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang dipilih. Sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut37. Apabila populasi besar dan penelitian tidak memungkinkan untuk memperlajari semua

35Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan Edisi Keempat. (Cet.

Ke-5; Jakarta: Kencana, 2016) h. 165.

36Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan Edisi Keempat. (Cet.

Ke-5; Jakarta: Kencana, 2016) h. 220.

37Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Cet. KE-6; Bandung:

Alfabeta, 2009), h. 81.

(34)

25

populasi maka peneliti dapat menggunakan sampel dan apa yang dipelajari dari sampel tersebut kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi.

Maka dari itu sampel yang diambil harus betul-betul mewakili. Apabila subjeknya kurang dari 100 maka lebih baik mengambil semua untuk dijadikan objek penelitian. Tetapi jika jumlah subjeknya lebih besar dari 100 maka bisa diambil 10-15

% atau 15-20 % atau lebih. Teknik ini disebut dengan teknik random sampling atau sampel acak.38

Dalam penelitian ini jumlah populasinya kurang dari 100 orang, dikarenakan jumlah peserta didik pada kelas VIII-A terdiri dari 20 orang, maka penelitian menggunakan teknik Sampling jenuh yang dimana sampel yang diambil adalah semua peserta didik kelas VIII-A.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Tes

Menurut Brown (1961) suatu tes merupakan suatu prosedur sistematis untuk mengukur sampel tingkah laku seseorang. Atau suatu pengukuran yang bersifat objektif mengenai tingkah laku seseorang, sehingga tingkah laku tersebut dapat digambarkan dengan angka, skala atau sistem kategori.

Kriteria-kriteria kemahiran bercakap dalam bahasa Arab yaitu:

a. Peserta didik dapat mengucapkan ثاىصأ (fonem) bahasa Arab, kemudian terampil.

b. dalam mengungkapkan tekanan-tekanan dan ragam-ragam huruf yang bervariasi yang dapat direspon oleh penutur bahasa Arab yang asli.

38Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 134.

(35)

a. Peserta didik dapat mengucapkan fonem-fonem yang saling berdekatan tempat pengucapannya dan saling menyerupai.

b. Peserta didik dapat menggunakan harakat yang panjang dan harakat yang pendek.

c. Peserta didik dapat mengungkapkan idenya sambil menggunakan struktur kalimat yang sesuai dengan gramatika yang benar dalam bahasa Arab.

d. Peserta didik berusaha memperkaya diri dengan lafal-lafal bahasa yang layak menurut tingkat usianya, kebutuhannya, peranannya dan pengalamannya, serta dapat menggunakan lafal-lafal tersebut dalam aktifitas komunikasi.

e. Peserta didik dapat menggunakan sebagian bentuk-bentuk budaya Islam yang sesuai dengan tingkat usia, budaya dan karakternya, serta menulis sebagian ma’lumat (pengetahuan) dasar tentang budaya Arab Islam.

f. Peserta didik mampu mengungkapkan ungkapan yang jelas dan dapat dipahami dalam pembicaraan yang panjang lebar.

g. Peserta didik memikirkan bahasa Arab dan bercakap bahasa Arab secara kontinyu serta mengikuti perkembangan zaman.39

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian kemudian ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.40

39Rappe, “Konsep Keterampilan Bercakap Bahasa Arab”, Vol. III, No. 2 Shaut Al-Arabiy, https://doi.org/10.2452/saa.v3i2.1255 (Juni 2015), h. 46.

40Djam‟an Satori dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 149.

(36)

27

Dokumentasi juga membantu peneliti untuk mengetahui rata-rata nilai kognitif peserta didik sebelum diberi perlakuan dalam penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Kualitas penelitian sangat dipengaruhi oleh instrumen penelitian yang digunakan serta sangat membantu peneliti dalam memperoleh dan mengolah data.

Instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari lapangan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur keterampilan berbicara peserta didik setelah diberi perlakuan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua macam instrumen pengumpulan data, yaitu butir-butir tes dan form dokumentasi.

1. Butir Tes

Butir tes yang diberikan menggunakan tes lisan. Tes lisan diperuntukkan untuk menilai kemampuan berbicara peserta didik sesuai dengan aspek penilaian. Tes ini diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran (one group pretest-posttest design).

2. Form Dokumentasi

Peneliti menggunakan berkas-berkas yang terkait dengan penelitian seperti RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran), modul/bahan ajar, dll. Peneliti berusaha menyusun instrumen tes dengan memperhatikan konsep yang diajarkan dan kemampuan yang akan diuji.

G. Analisis Data

Setelah melakukan pengumpulan data penelitian, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.

(37)

Sebelum dilakukan uji hipotesis dilakukan analisis statistik deskriptif terlebih dahulu terhadap hasil data. Jadi data yang diperoleh dijabarkan terlebih dahulu kemudian dilakukan analisis uji hipotesis.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna.41 Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh dari hasil penelitian.

2. Statistik Inferensial

Statistik inferensial adalah lanjutan dari statistik deskriptif. Setelah peneliti melakukan menempuh serangkaian kegiatan perhitungan statistik yang menggunakan teknik-teknik deskripsional. Statistik Inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis ata sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.42

41 Nursalam, Statistik Untuk Penelitian (Alauddin University Pers: Gowa, 2011), h. 47

42 Fenti hikmawati, Metodologi Penelitian, Cet-2 (Rajawali Pers: Depok, 2018), h. 122

(38)

29 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya yang dapat menguatkan sebuah hipotesis atau jawaban sementara.

1. Mahârat Al-Kalâm Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Diberi Perlakuan Metode Audio Lingual

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kelas VIII-A MTs. Muhammadiyah Julubori, peneliti mengumpulkan data dari instrumen tes melalui hasil pretest pada kelas sampel. Pretest sendiri dilakukan sebelum diberi perlakuan metode audio lingual yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan berbicara peserta didik sebelum diberi perlakuan (treatment).

Kemudian setelah dilakukan pretest pada peserta didik, peneliti menerapkan perlakuan dalah hal ini adalah metode audio lingual terhadap peserta didik selama beberapa pertemuan dalam waktu tertentu. Setelah penerapan metode audio lingual tersebut, peneliti melakukan tes kembali kepada peserta didik (posttest) untuk mengetahui kemajuan kemampuan peserta didik.

Posttest merupakan tes akhir yang dilakukan setelah diberi perlakuan dalam hal ini metode audio lingual pada peserta didik. Butir tes yang diberikan kepada Peserta didik berupa tes lisan. Untuk perolehan nilai pretest dan Posttest dapat dilihat pada tabel berikut:

(39)

Tabel.4.1

Hasil Pretest dan Posttest Peserta Didik

No. Nama Nilai Pretest Nilai Posttest

1 Abdullah Aulia Rahmat 63 80

2 Ayu Andira 43 85

3 Hanifatul Jannah 62 85

4 Hasbi 67 80

5 Herniati 62 80

6 Iknul Hidayat 50 77

7 Inayah Aulia 65 85

8 Lutfiah 63 87

9 Muh. Kasim 62 87

10 Muh. Raihan 43 82

11 Muh. Ridho Arwiansyah 48 88

12 Muhammad Firham 55 75

13 Muhammad Ishak 42 83

14 Mutia 38 82

15 Nadira 40 80

16 Nur Hayani 42 75

17 Nur Ratna Sari 43 88

18 Riski Aulia 52 88

19 Sinta Maulida 27 67

20 St. Fatimah 33 82

(40)

31

Dengan menggunakan analisis statistik deskriptif diperoleh skor maksimum, skor minimum, rata-rata, dan simpangan baku dari data pretest dan posttest.

Berdasarkan skor pretest dan posttest hasil belajar peserta didik di atas, dilakukan analisis descriptive statistics frequencies untuk mencari nilai rata-rata, nilai standar deviasi, nilai terendah, nilai tertinggi dan jumlah. Berdasarkan hasil analisis descriptive statistics frequencies diperoleh nilai yang diharapkan sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2 Tabel Deskriptif Statistik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Pretest 20 27 67 50.00 11.819

Posttest 20 67 88 87.20 7.885

Valid N (listwise)

20

Tabel 4.3 Tabel Deskriptif

Descriptives

Kelas Statistic Std. Error

Hasil Belajar Pretest Mean 50.00 2.643

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 44.47 Upper Bound 55.53 5% Trimmed Mean

50.33

Median 49.00

Variance 139.684

Std. Deviation 11.819

(41)

Minimum 27

Maximum 67

Range 40

Interquartile Range 20

Skewness -.137 .512

Kurtosis -1.082 .992

Posttest Mean 87.20 1.763

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 83.51 Upper Bound 90.89

5% Trimmed Mean 87.72

Median 88.00

Variance 62.168

Std. Deviation 7.885

Minimum 67

Maximum 98

Range 31

Interquartile Range 12

Skewness -.917 .512

Kurtosis .870 .992

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada pretest adalah 67 sedangkan nilai terendahnya adalah 27. Sedangkan untuk nilai tertinggi pada posttest adalah 88 sedangkan nilai terendahnya adalah 67.

Tabel. 4.4

Case Processing Summary

Kelas Cases

Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Hasil Belajar Pretest 20 100.0% 0 0.0% 20 100.0%

Posttest 20 100.0% 0 0.0% 20 100.0%

(42)

33

Hasil dari case processing summary digunakan untuk melihat apakah ada data missing atau hilang saat proses pengolahan. Ketentuannya dengan melihat pada “N”.

Dari hasil dapat dilihat bahwa “N” berjumlah 20 dengan tingkat perentase (percent) sebesar 100% maka tidak ada data yang missing atau hilang pada proses pengolahan data dan tingkat kepercayaan atau valid dalam proses pengolahan adalah 100%.

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Pretest

No. Interval Frekuensi Persentase

1 27-34 2 10%

2 35-42 2 10%

3 43-50 6 30%

4 51-58 3 15%

5 59-66 6 30%

6 67-74 1 5%

Tabel distribusi frekuensi pretest menunjukkan bahwa frekuensi tertinggi berada pada interval 43-50 dan 59-66 dengan jumlah frekuensi 6 dengan persentase sebesar 30%. Sedangkan nilai interval terendah berada pada 67-74 dengan jumlah frekuensi 1 dan nilai persentase 5%.

Tabel 4.6 Kategorisasi Pretest Batas Kategorisasi Interval Frekuen

si

Persentas e

keterangan

X < (µ-1,0σ)

(µ-1,0σ) ≤ X<(µ + 1,0σ)

X<48 10 50% Rendah

48≤X<62 9 45% Sedang

(43)

(µ + 1,0σ) ≤ X 62≤X 1 5% Tinggi

Jumlah 20 100

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa perolehan nilai pada kategori rendah sebesar 50%, kategori sedang sebesar 45% dan pada kategori tinggi diperoleh nilai sebesar 5%. Berdasarkan perolehan dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mahârat al-kalâm peserta didik kelas VIII-A MTs. Muhammadiyah Julubori Kab.

Gowa sebelum diberi perlakuan metode audio lingual berada pada kategori rendah.

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Posttest

No. Interval Frekuensi Persentase

1 67-70 1 5%

2 71-74 0 0%

3 75-78 3 15%

4 79-82 7 35%

5 83-86 4 20%

6 87-91 5 25%

Tabel distribusi frekuensi pretest menunjukkan bahwa frekuensi tertinggi berada pada interval 79-82 dengan jumlah frekuensi 7 dengan persentase sebesar 35%. Sedangkan nilai interval terendah berada pada 71-74 dengan jumlah frekuensi 0 dan nilai persentase 0%.

(44)

35

Tabel 4.8 Kategorisasi Posttest Batas Kategorisasi Interval Frekuen

si

Persentas e

keterangan

X < (µ-1,0σ)

(µ-1,0σ) ≤ X<(µ + 1,0σ) (µ + 1,0σ) ≤ X

X<79 4 20% Rendah

79≤X<95 16 80% Sedang

95≤X 0 0% Tinggi

Jumlah 20 100

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa perolehan nilai pada kategori rendah sebesar 20%, kategori sedang sebesar 80% dan pada kategori tinggi diperoleh nilai sebesar 0%. Berdasarkan perolehan dari hasil posttest tersebut dapat disimpulkan bahwa mahârat al-kalâm peserta didik kelas VIII-A MTs. Muhammadiyah Julubori Kab. Gowa sesudah diberi perlakuan metode audio lingual berada pada kategori rendah.

2. Signifikansi Peningkatan Mahârat Al-Kalâm Peserta Didik Setelah Diberi Perlakuan Metode Audio Lingual.

Analisis pengaruh dari penerapan metode audio lingual terhadap peserta didik dilakukan dengan uji paired sample t test . Hasil uji ini digunakan untuk mengetahui signifikansi hasil peningkatan dari penerapan metode audio lingual terhadap peserta didik. Sebelum melakukan uji paired sample t test, maka terlebih dahulu harus diuji kenormalan data tersebut, apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(45)

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Tests of Normality

Kelas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Hasil Belajar

Pretest .195 20 .045 .929 20 .147

Posttest .140 20 .200* .937 20 .208

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan pada tabel output test of normality pada bagian uji saphiro wilk, diketahui bahwa nilai hasil pretest sebesar 0,147 dan nilai posttest sebesar 0,208 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data pada nilai pretest dan posttest berdistribusi normal.

Selain menggunakan uji Shapiro Wilk, uji normalitas juga dilakukan dengan uji plots (Q-Q Plots). Berikut hasil yang diperoleh dari uji tersebut:

Tabel 4.6 Uji Normalitas Data QQ Plots

Referensi

Dokumen terkait

Yaitu jenis Escherichia coli yang dapat menyebabkan diare yang akut dan kronis (jangka waktu lebih dari 14 hari) dengan cara melekat pada. mukosa intestinal, dan

Data sekunder diperoleh dari literatur yaitu berupa buku kepustakaan yang ada referensinya dengan penelitian yang dilakukan, buku yang berkaitan dan dengan

Hasil analisis keragaman terhadap 20 aksesi pala berdasarkan karakter morfologi dan agronomi menunjukkan aksesi pala dari Tidore dan Patani mempunyai keragaman

Manfaat penelitian ini adalah dapat dijadikan sumber acuan bagi penelitian lebih lanjut mengenai pelat timbal bekas tutup instalasi listrik pada atap rumah

Maka akan membuka kesempatan bagi attacker untuk melakukan serangan terhadap server utama terhadap port 22, tidak akan jadi masalah jika attacker melakukan serangan

[r]

Walwiringwesi. Ia menjadi raja yang amat terkenal. Ia menguasai dunia. Demikianlah kisc::h lokosuruh menjadi raja,&#34; kata Ketut Tamas. Wayan Cita senang mendengar

Saya menulis banyakjenis puisi. Tapi muiigkin yang masuk ke ' dalam kumpulan sajak ya puisi dengan jenis tertentu $aja. Untuk :' sebuali buku kumpulan puisi kan harus ada benang merah