• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Gout Athritis 2.1.1 Definisi

Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit pirai atau penyakit gout (arthritis gout) adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh tingginya asam urat di dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah melebihi batas normal menyebabkan penumpukan asam urat di dalam persendian dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam urat inilah yang membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang (Hasrul & Muas, 2018). Selain itu asam urat merupakan hasil metabolisme normal dari pencernaan protein (terutama dari daging, hati, ginjal, dan beberapa jenis sayuran seperti kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa purin yang seharusnya akan dibuang melalui ginjal, feses, atau keringat. Asam urat merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang sangat membahayakan, karena bukan hanya mengganggu kesehatan tetapi juga dapat mengakibatkan cacat pada fisik.

Kadar asam urat normal pada wanita: 2,6 – 6 mg/dl, dan pada pria 3 – 7 mg/dl (Nurafif & Kusuha, 2016).

2.1.2 Faktor Resiko

. Menurut Amin dan Hardi (Nurafif & Kusuha, 2016), faktor resiko yang mempengaruhi gout arthritis adalah :

a) Usia Pada umumnya serangan gout arthritis yang terjadi pada laki-laki untuk pertama kalinya pada usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan gout arthritis terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi pada saat menopause. Wanita memiliki hormon estrogen, hormon inilah yang dapat membantu proses pengeluaran asam urat melalui urin sehingga asam urat didalam darah dapat terkontrol.

b) Jenis kelamin Laki-laki memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi dari pada wanita, sebab wanita memiliki hormon ektrogen.

(2)

c) Konsumsi purin yang berlebih Konsumsi purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar asam urat di dalam darah, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin.

d) Konsumsi alkohol

e) Penyakit dan obat-obatan 2.1.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala Menurut Amin dan Hardi (Nurafif & Kusuha, 2016), tanda dan gejala yang biasa dialami oleh penderita penyakit arthritis gout adalah:

a) Kesemutan dan linu.

b) Nyeri terutama pada malam atau pagi hari saat bangun tidur.

c) Sendi yang terkena arthritis gout terlihat bengkak, kemerahan, panas, dan nyeri luar biasa.

d) Menyerang satu sendi dan berlangsung selama beberapa hari, gejalanya menghilang secara bertahap dimana sendi kembali berfungsi dan tidak muncul gejala hingga terjadi serangan berikutnya.

e) Urutan sendi yang terkena serangan gout berulang adalah ibu jari kaki (padogra), sendi tarsal kaki, pergelangan kaki, sendi kaki belakang, pergelangan tangan, lutut, dan bursa elekranon pada siku.

f) Nyeri hebat dan akan merasakan nyeri pada tengah malam mejelang pagi.

g) Sendi yang terserang gout akan membengkak dan kulit biasanya akan berwarna merah atau kekuningan, serta terasa hangat dan nyeri saat digerakkan serta muncul benjolan pada sendi (tofus). Jika sudah agak lama (hari kelima), kulit di atasnya akan berwarna merah kusam dan terkelupas (deskuamasi). Gejala lainnya adalah muncul tofus di helix telinga/pinggir sendi/tendon. Menyentuh kulit di atas sendi yang terserang gout bisa memicu rasa nyeri yang luar biasa. Rasa nyeri ini akan berlangsung selama beberapa hari hingga sekitar satu minggu, lalu menghilang.

h) Gejala lain yaitu demam, menggigil, tidak enak badan, dan jantung berdenyut dengan cepat.

(3)

2.1.4 Klasifikasi

Ada 3 klasifikasi berdasarkan manifestasi klinik : a) Gout artritis stadium akut

Radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Lansia tidur tanpa ada gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat monoartikular dengan keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengn gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu pergelangan tangan/kaki, lutut, dan siku.

Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stress, tindakan operasi, pemakaian obat diuretik dan lain-lain. Pemilihan regimen terapi merekomendasikan pemberian monoterapi sebagai terapi awal antara lain NSAIDs, kortikosteroid atau kolkisin oral. Kombinasi diberikan berdasarkan tingkat keparahan sakitnya, jumlah sendi yang terserang atau keterlibatan 1-2 sendi besar b) Stadium interkritikal

Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode interkritik. Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-tanda radang akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa proses peradangan masih terus berlanjut, walaupun tanpa keluhan

c) Stadium artritis gout kronik

Stadium ini umumnya terdapat pada Lansia yang mampu mengobati dirinya sendiri (self medication). Sehingga dalam waktu lama tidak mau berobat secara teratur pada dokter. Gout artritis menahun biasanya disertai tofi yang banyak dan poliartikular. Tofi ini sering pecah dan sulit sembuh dengan obat. Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder. Secara umum penanganan gout artritis adalah memberikan edukasi pengaturan diet, istrahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lainnya. Tujuan terapi meliputi terminasi serangan akut, mencegah serangan di masa depan, mengatasi

(4)

rasa sakit dan peradangan dengan cepat dan aman, mencegah komplikasi seperti terbentuknya tofi, batu ginjal, dan arthropati destruktif

Klasifikasi berdasarkan penyebabnya : a) Gout primer

Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat berlebihan, penurunan ekskresi asam urat melalui ginjal. Gout primer disebabkan faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik adalah faktor yang disebabkan oleh anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama. Dan buruknya jika kita mengalami penyakit yang disebabkan dari gen. Sulit sekali untuk disembuhkan. Makannya untuk keluarga mana pun, harus menjalankan kehidupan yang sehat, agar penyakit tidak menyerang pada anggota keluarganya. Masih ada banyak lagi penyakit yang disebabkan oleh faktor keturunan. pernyataan ini adalah faktor penyebab asam urat tinggi.

b) Gout sekunder

Gout sekunder disebabkan oleh penyakit maupun obat-obatan.

1) Obat-obatan

Obat TBC seperti obat etambutol dan pyrazinamide dapat menyebabkan kenaikan asam urat pada beberapa Lansia. Hal ini terjadi karena adanya efek dari obat ini yang berefek terhambatnya seksresi dari ginjal, termasuk sekresi asam urat yang menghasilkan terjadinya peningkatan asam urat pada tubuh.

2) Penyakit lain

Penyebab asam urat bisa terjadi jika memiliki tekanan darah yang terlalu tinggi, atau pun memiliki kadar gula darah yang terlalu tinggi, dan menimbulkan penyakit hipertensi atau pun penyakit diabetes dan kolesterol dan penyakit tersebut bisa menyebabkan organ tubuh menurunkan fungsi nya sehingga tidak dapat mengeluarkan limbah tubuh dengan baik seperti limbah asam urat, oleh sebab itu salah satu penyebab asam urat akibat penyakit di dalam tubuh.

(5)

2.1.5 Penyebab

Penyebab dari artritis gout meliputi usia, jenis kelamin, riwayat medikasi, obesitas, konsumsi purin dan alkohol. Pria memiliki tingkat serum asam urat lebih tinggi daripada wanita, yang meningkatkan resiko mereka terserang artritis gout. Perkembangan artritis gout sebelum usia 30 tahun lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Namun angka kejadian artritis gout menjadi sama antara kedua jenis kelamin setelah usia 60 tahun.

Prevalensi artritis gout pada pria meningkat dengan bertambahnya usia dan mencapai puncak antara usia 75 dan 84 tahun (Sueni, 2021). Wanita mengalami peningkatan resiko artritis gout setelah menopause, kemudian resiko mulai meningkat pada usia 45 tahun dengan penurunan level estrogen karena estrogen memiliki efek urikosurik (berfungsi menurunkan konsentrasi asam urat dalam plasma darah, hal ini menyebabkan artritis gout jarang pada wanita muda (Nurafif & Kusuha, 2016). Pertambahan usia merupakan faktor resiko penting pada pria dan wanita. Hal ini kemungkinan disebabkan banyak faktor, seperti peningkatan kadar asam urat serum (penyebab yang paling sering adalah karena adanya penurunan fungsi ginjal), peningkatan pemakaian obat diuretik, dan obat lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat serum (Astuti et al., 2018).

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Amin dan Hardi (Nurafif & Kusuha, 2016), Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang guna menegakkan diagnosa Gout Arthritis diantaranya :

a) Menggunakan alat tes asam urat, untuk melihat tingkat asam urat dalam tubuh, umumnya memiliki nilai normal 3,5 mg/dl – 7,2 mg/dl.

b) Serum asam urat umumnya menigkat melebihi 7,5 mg/dl, mengindikasi hiperurisemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.

c) Leukosit, menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama serangan akut. Selama periode asimtomatik nilai leukosit masih dalam batas normal 5000-10.000/mm3

(6)

d) Urin specimen 24 jam, urin dikumpulkan dan diperiksa untuk mennetukan produksi dan ekskresi asam urat. Jumlah normal seseorang mengekskresikan asam urat 250- 750 mg/24 jam asam urat dalam urin.

Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam urat

e) Pemeriksaan radiografi pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan menunjukkan akan terlihat jelas area terkumpul pada tulang yang berada dibawah sinavial sendi

2.1.7 Penatalaksanaan

Pentalaksanaan pada penderita asam urat dapat dengan edukasi, pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan (kolaboratif) dengan pemberian akupresur atau akupuntur. Hindari makanan yang mengandung tinggi purin dengan nilai biologik yang tinggi seperti, hati, ampela ginjal, jeroan, dan ekstrak ragi. Makanan yang harus dibatasi konsumsinya antara lain daging sapi, domba, babi, makanan laut tinggi purin (sardine, kelompok shellfish seperti lobster, tiram, kerang, udang, kepiting, tiram, skalop).

Alkohol dalam bentuk bir, wiski dan fortified wine meningkatkan risiko serangan gout. Demikian pula dengan fruktosa yang ditemukan dalam corn syrup, pemanis pada minuman ringan dan jus buah juga dapat meningkatkan kadar asam urat serum. Sementara konsumsi vitamin C, dairy product rendah lemak seperti susu dan yogurt rendah lemak, cherry dan kopi menurunkan risiko serangan gout. Tujuan pengobatan pada pasien Gout Arthritis adalah mengurangi rasa nyeri, mengurangi serangan akut secepatnya, mencegah serangan berulang, pencegahan komplikasi, mempertahankan fungsi sendi dan mencegah kelumpuhan. Penatalaksaan utama yaitu edukasi diet, lifestyle, medikamentosa (pengobatan obat-obatan) dan perawatan komorbiditas (Hikmatyar & Larasati, 2017). Dalam penatalaksaannya dibagi menjadi farmakologis dan nonfarmakologis :

a) Farmakologi

1) Dapat diberikan obat kalkisin 1 mg (2 tablet) kemudian 0,5 mg (1 tablet) setiap 2 jam sampai serangan akutnya hilang

(7)

2) Pencegahan peningkatan ekskresi asam urat dapat menggunakan obat- obatan urikosurik yaitu probenezid 0,5 gram/hari

3) Pencegahan pembentukan asam urat dengan obat allopurinol

4) Kolkisin dapat digunakan sebagai pengobatan maupun pencegahan dengan dosis rendah. Bekerja dengan menurunkan peradangan kristal asam urat. Dosis oral 0,5- 0,6 ml/jam sampai nyeri mual atau diare hilang. Obat biasanya dihentikan pada dosis 4-6 mg, maksimal 8 gram.

5) OAINS, semua jenis OAINS dapat diberikan yang paling sering adalah indometasin. Dosis awal 25-50 mg setiap 8 jam kemudian diteruskan sampai gejala menghilang (5-10 hari)

6) Kortikosteroid, untuk pasien yang tidak dapat mengkonumsi OAINS oral, jika sendi yang terserang monoartikular, pemberian intraartikular sangat efektif. Contohnya triamisolon 10-40 mg intrartikular untuk gout poli artikular, dapat diberikan secara intravena.

b) Nonfarmakologi 1) Diet asam urat

Diet asam urat dilakukan dengan pembatasan purin, tinggi karbohidrat, rendah protein, rendah lemak, tinggi cairan 2,5 liter, tanpa alkohol.

2) Melakukan pola hidup sehat

Melakukan rutin berolahraga dengan latihan fisik ringan, menghindari merokok, dan konsumsi air yang cukup.

3) Terapi kompres hangat

Menimbulkan efek vasodilatasi sehingga meningkatkan aliran darah, aliran darah yang meningkat dapat menyingkirkan produk-produk inflamasi seperti bradikinin, histamine, dan prostaglandin yang menimbulkan nyeri lokal.

4) Menghindari obat-obatan yang meningkatkan kadar asam urat seperti tiazid, diuretik, aspirin, dan asam mekotinat, yang menghambat ekskresi asam urat di ginjal.

2.1.7.1 Penatalaksanaan lansia dengan Gout Athritis

Penatalaksanaan lansia dengan Gout berfokus pada pasien dan keluarga menurut khairun (Asrizal et al., 2019) :

(8)

1) Konseling pasien bahwa dengan penatalaksanaan yang tepat maka nyeri sendi yang dirasakan dapat berkurang dan komplikasi akibat goutarthritis dapat dicegah.

2) Konseling pasien mengenai makanan yang dianjurkan berupa diet rendah purin. Menginformasikan segala hal tentang penyakit goutarthritis, serta aktifitas yang dianjurkan untuk pasien.

3) Konseling kepada anggota serumah tentang pentingnya memberi dukungan pada pasien dan mengawasi pengobatan seperti diet pasien, kapan harus kontrol kembali, dan latihan olahraga.

4) Konseling tentang rumah sehat.

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi dari arthritis gout belum banyak disadari oleh masyarakat umum. Menurut Amin dan Hardi (Nurafif & Kusuha, 2016), berikut ini komplikasi yang terjadi akibat tingginya kadar asam urat :

a) Kerusakan sendi

Arthritis gout merupakan penyakit yang cukup ditakuti sebagian orang karena menimbulkan kerusakan sendi dan perubahan bentuk tubuh.

Kerusakan sendi yang disebabkan tingginya asam urat dapat terjadi di tangan maupun kaki. Kerusakan tersebut terjadi karena asam urat menumpuk di dalam sendi dan menjadi kristal yang menganggu sendi.

Sendi yang tertutup kristal asam urat menyebabkan jari-jari tangan maupun kakI menjadi kaku dan bengkok tidak beraturan. Namun yang ditakuti penderita bukan bengkoknya melainkan rasa sakit yang berkepanjangan.

b) Terbentuk tofi

Tofi adalah timbunan kristal monosodium urat monohidrat (MSUM) di sekitar persendian yang sering mengalami serangan akut atau timbul di sekitar tulang rawan sendi, synovial, bursa, atau tendon. Di luar sendi, tofi juga bisa ditemukan di jaringan lunak, otot jantung (miokard), katup bicuspid jantung (katup mitral), retina mata, dan pangal tenggorokan (laring). Tofi tampak seperti benjolan kecil (nodul) berwarna pucat, sering teraba pada daun telinga, bagian punggung (ekstensor) lengan sekitar siku,

(9)

ibu jari kaki, bursa di sekitar tempurung lutut (prepatela), dan pada tendon achilles. Tofi baru ditemukan pada kadar asam urat 10-11 mg/dL. Pada kadar >11 mg/dL, pembentukan tofi menjadi sangat progresif. Bila hiperurisemia tidak terkontrol, tofi bisa membesar dan menyebabkan kerusakan sendi sehingga fungsi sendi terganggu. Tofi juga bisa menjadi koreng (ulserasi) dan mengeluarkan cairan kental seperti kapur yang mengandung MSU. Dengan adanya tofi, kemungkinan sudah terjadi pengendapan Na urat di ginjal.

c) Penyakit jantung

Kadar asam urat yang tinggi dapat menimbulkan gangguan jantung. Bila penumpukan asam urat terjadi di pembuluh darah arteri maka akan mengganggu kerja jantung. Penumpukan asam urat yang terlalu lama dapat menyebabkan LVH (Left Ventrikel Hypertropy) yaitu pembengkakan ventrikel kiri pada jantung

d) Batu ginjal

Tingginya kadar asam urat uang terkandung dalam darah dapat menimbulkan batu ginjal. Batu ginjal terbentuk dari beberapa zat yang disaring dalam ginjal. Bila zat tersebut mengendap pada ginjal dan tidak bisa keluar bersama urine maka membentuk batu ginjal. Batu ginjal yang terbentuk diberi nama sesuai dengan bahan pembuat batu tersebut. Batu ginjal yang terbentuk dari asam urat disebut batu asam urat.

e) Gagal ginjal (nefropati gout)

Komplikasi yang sering terjadi karena arthritis gout adalah gagal ginjal atau nefropati gout. Tingginya kadar asam urat berpotensi merusak fungsi ginjal. Adanya kerusakan fungsi ginjal dapat menyebabkan ginjal tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau mengalami gagal ginjal. Bila gagal ginjal terjadi ginjal tidak dapat membersihkan darah. Darah yang tidak dibersihkan mengandung berbagai macam racun yang menyebabkan pusing, muntah, dan rasa nyeri sekujur tubuh

(10)

2.2 Konsep Lansia 2.2.1 Definisi

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan memepertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Khofifah, 2016). Proses menua merupakan proses terus menerus atau berkelanjutan secara alamiah.

Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya.

Adakalanya orang belum tergolong lanjut usia atau masih muda tapi kekurangan kekurangannya menonjol (Sopyanti et al., 2019).

2.2.2 Batasan-batasan lanjut usia

Menurut World Health Organitation (WHO, 2019a) lansia meliputi : 1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun 2. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun 4. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun 2.2.3 Perubahan fisiologis pada lansia

Perubahan fisiologis pada lansia terjadi dalam beberapa anggota tubuh diantaranya adalah (Khofifah, 2016) :

1. Sel : Lebih sedikit jumlanya, Lebih besar ukurannya, Berkurangnya cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler, Meurunya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati, Jumlah sel otak meurun, Tergangungya mekanisme perbaikan sel, Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-20%.

2. Sistem Cardiovaskuler: Elastisitas dinding aorta menurun, Katup jantung menebal dan menjadi kaku, Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahunya sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunya kontraksi dan volumenya, Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya

(11)

resistensi dari pembuluh darah perifer: sistolis normal ± 170 mmHg, distolis normal ± 90 mmHg.

3. Sitem Pernafasan : Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, Menurunya aktivitas dari silia, Paru-paru kehilangan elastisitas, Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, Karbondioksida pada arteri tidak berganti, Kemampuan utuk batuk berkurang, Kemampuan pegas, dinding , dada, dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan bertambahnya usia.

4. Sistem Persarafan: Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya, Cepat menurunya hubungan persarafan, Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress, Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, berkurangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap perubhan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin, Berkurangnya sensitivue terhadap sentuhan.

5. Sistem Gastrointsetinal: Kehilangan gigi: penyebab utuama adanya periodontal Disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tuahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yanuug buruk, Indra pengecap menurun: adanya iritasi yang kronis dan selaput lendir, atropi indra pengecauup (±80%), hilangnya sensifitas dari indra pengecap di lidah teruutama rasa manis bdan asin, hilangnya sensifitas dari saraf pengecap tentang rasa asin, asam, pahit, Esofagus melebar, Lambung:

rasa lapar menurun (sensivitas lapar menurun), asam lambung lambung meunurun, waktu mengosongkan menurun, Peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi, Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu), Liver: makin mengecil dan menurunya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

6. Sistem Genitourinaria: Ginjal, merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin darah yang masuk ke ginjal disaring oleh satuan (unit) terkecildari ginjal yang disebut nefron. Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%,

(12)

fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya +1) BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningtkat, Vesika Urinaria, otot- otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah di kosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin, Pembesaran prostat ±75% dialami oeloh pria usia diatas 65 tahun.

7. Sistem Endokrin : Produksi dari semua hormone menurun, Fungsi parathyroid dan sekresinya tidak berubah, Pituitary pertumbuhan hormone ada tetapi lebih rendah dan hanya didalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH (Adrenocortikotropic Hormone), Menurunya aktivitas tiroid, menurunya BMR (Basal Metabolic Rate), dan menurunya daya pertukaran zat, Menurunya produksi aldosterone, Menurunya seksresi hormone kelamin, misalnya: progesterone, estrogen, dan testosteron.

8. Sistem indera

a) Sistem pendengaran, Presbiakusis (gangguan pendengaran).

Hilangnya kemampuan atau daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun, Membrane timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis, Terjadinya pengumpulan cerumen dapat mengeraskarena meningkatnya keratin, Pendengaran menurun pada lanjut usia yang mengalami ketenggangan jiwa atau stress

b) Sistem Penglihatan, Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangya respon terhadap sinar, Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan, Meningkatkan ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan, lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap, Hilangnya daya akomodasi, Menurunya lapang panndang, Menurunnya daya membedakan warna biru/hijau pada skala.

(13)

c) Sistem Peraba Indra peraba memberikan pesan yang paling inti dan yang paling mudah untuk menterjemahkan. Biola indra lain hilang, rabaan dapt mengurangi perasaan sejahtera. Meskipun reseptor lain akan menumpul dengan bertambahnya usia, namun tidak pernah hilang

d) Sistem Pengecap Empat rasa dasar yaitu manis, asam. Asin, pahit.

Diantara semuanya, rasa manis yang paling tumpul pada lansia. Maka jelas bagi kita mengapa mereka senang membubuhkan gula secara berlebihan. Rasa yang tumupul menyebabkan kesukaan terhadap makanan yang asin dan banyak berbumbu

9. Sitem integumen : Kulit mengkerut dan keriput akbita hilangnya jaringan lemak, Permukaan kulit kasar dan bersisik, Menurunnya respon terhadap trauma, Mekanisme proteksi kulit menurun, Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, Rambut dalam hidung dan telinga menebal, Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi, Pertumbuhan kuku lebih lambat, Kuku jari menjadi keras dan rapuh, Kuku kaki tumbuh secara berlebihan, Kelenjar keringat berkurang jumlahnya, Kuku menjadi pudar dan kurang bercayaha 10. Sistem Muskuloskeletal: Tulang kehilangan density (cairan) dan makin

rapuh dan osteoporosis, Kifosis, Pinggang, lutut, dan jari-jari pergelangan terbatas, Discus intervertebalis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang), Tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, Persendian membesar dan menjadi kaku, Serabut otot mengecil, Otot- otot polos tidak begitu berpengaruh

11. Sistem reproduksi dan seksualitas : Vagina Seseorang yang makin menua sexual intercourse masih membutuhkannya, tidak ada batasan umur tertentu. Fungsi seksual berhenti, frekuensi sexual intercourse cenderung menurun secara bertahap setiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmatiterus berjalan sampai tua, Mengecilnya ovary dan uterus, Atrofi payudara, Pada laki-laki testis masih menghasilkan spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur, Dorongan seksualitas menetap sampai usia di atsa 70 tahun (asal kondisi kesehatan baik),

(14)

Produksi estrogen pada progesterone oleh ovarium menurun saat menopause. Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita meliputi penipisan dinding vagina, mengakibatkan kekeringan, gatal, dan menurunya keasaman vagina. Pada pria lansia penis dan tetis menurun ukurannya dan kadar androgen berkurang.

2.3 Terapi Rendam Hangat

Kompres Hangat adalah tindakan memberikan rasa hangat pada klien dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh tertentu yang memerlukan. Terapi kompres hangat merupakan tindakan dengan memberikan kompres hangat yang bertujuan memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot (kram otot atau bahkan nyeri oyot), dan memberikan rasa hangat.

Panas dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah. Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan pembuluh darah menurunkan kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Respon dari panas inilah yang digunakan untuk keperluan terapi pada berbagai kondisi dan keadaan yang terjadi dalam tubuh. Panas menyebabkan vasodilatasi maksimum dalam waktu 15-20 menit, melakukan kompres lebih dari 20 menit akan mengakibatkan kongesti jaringan (penimbunan darah dalam vena akibat aliran darah melambat atau bahkan berhenti), dan klien akan beresiko mengalami luka bakar karena pembuluh darah yang berkontriksi tidak mampu membuang panas secara adekuat melalui sirkulasi darah.

Sebelum dilakukan intervensi pasien dianjurkan minum air putih hangat secukupnya dan istirahat dengan posisi duduk selama 10 menit (Aminah et al., 2022). Responden dijelaskan mengenai metode dari intervensi. Langkah yang dilakukan yaitu:

1. Cuci tangan

2. Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan 3. Siapkan air hangat

(15)

4. Ukur suhu air dengan thermometer dengan suhu 37-40 derajat celcius 5. Isi botol dengan air hangat, kemudian lapisi botol dengan kain

6. Tempelkan botol berisi air hangat pada daerah yang akan dikompres 7. Angkat botol sestelah 15-20 menit, dan lakukan kompres ulang jika nyeri

belum teratasi sampai nyeri berkurang

8. Kaji perubahan yang terjadi selama kompres dilakukan.

2. 4 Diagnosa, Luaran dan Intervensi Keperawatan

Tabel 2.1 Diagnosa, Luaran dan Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Luaran Intervensi

1 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan nyeri hilang atau terkontrol dengan kriteria hasil :

1. Melaporkan Bahwa Nyeri Berkurang Dengan Mengguna Kan Manajemen Nyeri.

2. Mampu Mengenali Nyeri (Skala, Intensitas, Frekuensi Dan Tanda Nyeri).

3. Menyatakan Rasa Nyaman Setelah Nyeri Berkurang.

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi dan kualitas nyeri.

b. Pantau kadar asam urat.

c. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

d. Ajarkan teknik non farmakologi rileksasi napas dalam.

e. Posisikan klien agar merasa nyaman, misalnya sendi yang nyeri diistarahatkan dan diberikan bantalan.

f. Kaloborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri yang tidak berhasil.

2 Gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054).

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien mampu melakukan rentan gerak aktif dan ambulasi secara perlahan dengan kriteria hasil :

a. Monitor vital sign sebelum dan sesudah latihan.

b. Kaji tingkat mobilisasi klien.

c. Bantu klien untuk melakukan rentan

(16)

1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik.

2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilisasi.

3. Memperagaan penggunaan alat bantu.

d. gerak aktif maupun rentan gerak pasif pada sendi.

e. Lakukan ambulasi dengan alat bantu (misalnya tongkat, kursi roda, walker, kruk).

f. Latih klien dalam pemenuhan

g. kebetuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan.

3 Gangguan rasa nyaman

berhubungan dengan gejala terkait penyakit (D.0074).

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan status kenyamanan meningkat

1. dengan kriteria hasil : Mampu mengontrol 2. kecemasan.

3. Status

lingkungan yang nyaman.

4. Dapat mengontrol nyeri.

5. Kualitas tidur dan istirahat adekuat.

a. Identifikasi tingkat kecemasan.

b. Gunakan pendekatan yang menenangkan.

c. Temani klien untuk memberikan

keamanan dan mengurangi takut.

d. Dengarkan dengan penuh perhatian.

e. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.

f. Instruksikan klien menggunakan teknik rileksasi.

g. Kaloborasi

pemberian obat untuk mengurangi h. kecemasan.

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian hasil penelitian penulis menggunakan aplikasi SPSS yang mana hasil uji secara simultan variabel independen: pelatihan prosedur ekspor, pelatihan letter of credit

Komandan Romawi itu secara bersahaja maklum karena nasib mujurnya, 'Amr lolos dari lobang jarum, dengan sikap gembira ia menyetujui usul 'Amr radhiyallahu 'anhu, hingga bila

Metode yang digunakan adalah dengan membandingkan jumlah konflik yang terjadi dengan karakteristik pergerakan di persimpangan, yaitu pergerakan membelok, waktu

Oleh karena itu, biasanya pada daerah yang memiliki kecepatan arus yang tinggi jumlah jenis makrozoobenthos yang hidup didalamnya sedikit.. Sebaliknya pada daerah

Steers (2004: 109) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai berikut: Komitmen organisasi adalah rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi),

[r]

Para remaja dengan kondisi orang tua yang bercerai cenderung mempengaruhi kondisi psikologis para remaja dan akhirnya berpengaruh pada proses penerimaan diri para remaja yang

Bangsa sapi brangus ini merupakan hasil persilangan yang mengandung darah Brahman 3/8 bagian dan Angus 5/8 bagian dengan warna bulunya hitam, tidak bertanduk dan mewarisi punuk