IDENTIFIKASI PENCEMARAN BAKTERI KOLIFEKAL DAN TOTAL KOLIFORM PADA AIR SUNGAI DENGAN
MENGGUNAKAN METODE MPN (MOST PROBABLE NUMBER)
TUGAS AKHIR
OLEH:
EVELIN RUTH VITRIANA SIAHAAN NIM 132410085
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2016
LEMBAR PENGESAHAN
IDENTIFIKASI PENCEMARAN BAKTERI KOLIFEKAL DAN TOTAL KOLIFORM PADA AIR SUNGAI DENGAN
MENGGUNAKAN METODE MPN (MOST PROBABLE
NUMBER)TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
OLEH :
EVELIN RUTH VITRIANA SIAHAAN NIM 132410085
Medan, Agustus 2016 Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing,
Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt.
NIP 197806032005012004
Disahkan Oleh : Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Dekan,
Dr. Masfria, M.S., Apt.
NIP 195707231986012001
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Evelin Ruth Vitriana Siahaan
NIM : 132410085
Judul Tugas Akhir : “Identifikasi Pencemaran Bakteri Kolifekal dan Total Koliform pada Air Sungai dengan Menggunakan Metode MPN”
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Tugas Akhir ini berdasarkan hasil pemikiran, dan pemaparan asli dari saya sendiri.jika terdapat karya orang lain, saya akan mencantumkan sumber yang jelas.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Sumatera Utara.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.
Medan, 15 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,
Evelin Ruth Vitriana Siahaan
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasihnya memberikan pengetahuan, pengalaman, kekuatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga mampu menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul Identifikasi Pencemaran Bakteri Kolifekal dan Total Koliform pada Air Sungai dengan Menggunakan Metode Most Probable Number (MPN).
Tujuan dari Penyusunan tugas akhir ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas akhir ini disusun berdasarkan apa yang penulis lakukan pada praktek kerja lapangan (PKL) di BTKLPP Kelas I Medan.
Selama menyusun Tugas akhir ini, penulis juga mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Pejabat Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.
3. Ibu Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt., Selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh perhatian hingga Tugas Akhir ini selesai.
4. Ibu Rumanti Siahaan, SKM., M.Kes., beserta seluruh Staf dan Pegawai BTKLPP Kelas I Medan.
5. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan Mahasiswa
6. Ayahanda Pdt. N. D Siahaan. Sth., dan Ibunda R. Samosir. S.Pd., yang memberikan bantuan materi, motivasi dan doa yang tak terhingga banyaknya.
7. Kakak Reni S M Siahaan. S.Pd., dan Netty Vera Junita siahaan. Amd., dan Abang Melky N J Siahaan.S. ST., dan Petran Ricardo Siahaan. Amd., yang memberikan saran dan motivasi kepada penulis.
8. Teman-teman Mahasiswa dan Mahasiswi Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan 2013, Nova, Ade, Lili, Dahliani, Eska, dan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Medan Juni 2016 Penulis,
Evelin Ruth Vitriana. Siahaan NIM 132410085
IDENTIFIKASI PENCEMARAN BAKTERI KOLIFEKAL DAN TOTAL KOLIFORM PADA AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE (MOST PROBABLE NUMBER)
ABSTRAK
Bakteri kolifekal merupakan golongan dari bakteri koliform. Bakteri kolifekal merupakan bakteri yang berasal dari kotoran manusia. Keberadaan bakteri kolifekal didalam air bersih menunjukan adanya kontaminasi dari kotoran manusia, misalnya Escherichia Coli, memiliki karakteristik berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, pada temperatur 37oC dapat menfermentasi Laktosa dan membentuk asam serta berubah menjadi gas setelah 48 jam.
Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui jumlah bakteri kolifekal dan total bakteri koliform yang terdapat didalam air sungai dan untuk mengetahui air sungai yang dianalisis memenuhi persyaratan mutu mikrobiologi air PP No.20 Tahun 1990
Pemeriksaan bakteri kolifekal dan total koliform dilakukan dengan metode MPN (Most Probable Number) yang dengan tahapan Uji Pendugaan (Presumtif Test), Tes Konfirmasi (Confirmed Test), Tes Penentu Pelengkap (Complete Test).
Hasil dari Pengujian tersebut didapat Total koliform dari 3 sampel yang diuji adalah 9200, 16000, dan 17000 sedangkan hasil uji bakteri kolifekal didapat 3500, 5400, 1100. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa air sungai yang diuji tidak memenuhi persyaratan mikrobiologi air PP NO. 20 Tahun 1990.
Kata kunci : Air Sungai, Kolifekal, Koliform, Most Probable Number (MPN).
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 3
1.3 Manfaat ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Pengertian Air ... 4
2.1.1 Klasifikasi Mutu Air ... 5
2.1.2 Parameter Air ... 5
2.1.3 Pencemaran Air ... 6
2.1.4 Dampak Pencemaran Air ... 7
2.1.5 Indikator Pencemar Air ... 8
2.2 Koliform ... 8
2.3 Kolifekal ... 9
2.4 Eschericia Coli ... 10
2.5 Faktor-faktor Pertumbuhan Mikroorganisme ... 10
2.6 Teknik Sterilisasi ... 13
2.6.1 Teknik Sterilisasi secara Fisika ... 13
2.6.1.1 Pemanasan Kering ... 13
2.6.1.2 Panas Basah ... 14
2.6.2 Teknik Sterilisasi secara Kimia ... 14
2.7 Medium ... 14
2.8 Metode MPN (Most Probable Number) ... 15
BAB III METODE PENELITIAN ... 17
3.1 Tempat Pengujian ... 17
3.2 Alat Bahan dan Sampel ... 17
3.2.1 Alat ... 17
3.2.2 Bahan ... 17
3.2.3 Sampel ... 17
3.3 Pembuatan Sampel ... 18
3.3.1 Media Lactose Broth (LB) ... 18
3.3.2 Brilliant Green Lactose Broth (BGLB) ... 18
3.3.3 Media EC Broth ... 18
3.4 Prosedur Kerja ... 19
3.4.1 Preparasi Sampel ... 19
3.4.2 Uji Penduga (Presumtif Test) ... 19
3.4.3 Tahap Penegasan ... 20
3.4.3.1 Total Koliform ... 20
3.4.3.2 Bakteri Kolifekal ... 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
4.1 Tabel Hasil Uji Bakteri Kolifekal ... 22
4.2 Tabel Hasil Uji Total Koliform ... 23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 26
5.1 Kesimpulan ... 26
5.2 Saran ... 26
DAFTAR PUSTAKA ... 27
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Gambar Alat ... 28 2 Gambar Media ... 29 2 Flowsheet ... 38
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Hasil Uji Bakteri Kolifekal ... 22
2 Hasil Uji Bakteri Koliform ... 23
4 Tabel Mutu Air Golongan A ... 31
5 Tabel Mutu Air Golongan B ... 32
6 Tabel Mutu Air Golongan C ... 33
7 Tabel Mutu Air Golongan D ... 34
8 Tabel MPN ... 35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah materi esensial didalam kehidupan. Tidak ada satu pun makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sel hidup misalnya, baik tumbuh- tumbuhan ataupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, yaitu lebih dari 75% isi sel tumbuh-tumbuhan atau lebih dari 67% isi sel hewan, tersusun oleh air. Kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari, berbeda untuk tiap tempat dan tiap tingkatan kehidupan.Yang jelas semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat pula jumlah kebutuhannya (Suriawiria, 1996).
Air merupakan sumber kehidupan yang utama bagi semua makhluk hidup.
Pencemar biologis mungkin terjadi dalam air, minuman atau makanan, yang membahayakan jika mikroorganisme yang mengkontaminasi menyebapkan penyakit (patogen), penghasil racun atau yang dikenal pencemar (Hasruddin dan Husna, 2014).
Berbagai kuman penyebab penyakit pada makhluk hidup seperti bakteri, virus, protozoa, dan parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk dalam air tersebut berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun buangan dari industri peternakan, rumah sakit, tanah pertanian, dan lain sebagainya. Pencemaran dari kuman penyakit ini merupakan penyebab utama terjadinya penyakit pada orang yang terinfeksi (Buckle, Edwards, Fleet dan Wooton,1987).
Mikroorganisme yang terdapat dalam air berasal dari berbagai sumber seperti udara, tanah, sampah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau
mati (bangkai), kotoran manusia atau hewan, bahan organik lainnya, dan sebagainya. Mikroorganisme tersebut mungkin tahan lama hidup didalam air, atau tidak tahan hidup didalam air karena lingkungan hidupnya yang tidak cocok (Agusnar, 2007).
Bakteri indikator polusi atau indikator sanitasi adalah bakteri yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses kotoran manusia atau hewan karena mikroorganisme tersebut merupakan mikroorganisme komensal yang terdapat didalam saluran pencernaan manusia maupun hewan. Air yang tercemar oleh kotoran manusia maupun hewan tidak dapat digunakan untuk keperluan minum, mencuci makanan atau memasak karena dianggap mengandung mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan, terutama patogen penyebab infeksi saluran pencernaan (Agusnar, 2007).
Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dan dapat dilakukan terhadap semua jenis air yang ada, terutama dilakukan untuk menentukan standar kualitas air. Pemeriksaan air secara mikrobiologi baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dapat dipakai sebagai pengukur derajat pencemaran. Selain adanya mikroorganisme dalam air, juga adanya bahan organik perlu mendapat perhatian sebab jumlah bahan organik yang mencemari air sangat mempengaruhi kesuburan pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri yang sering digunakan sebagai indikator polusi kotoran adalah bakteri yang tergolong dalam Escherichia coli, Streptokokus fekal, Clostridium perfringens (Hasruddin dan Husna, 2014).
1.2 Tujuan
Untuk mengidentifikasi jumlah bakteri kolifekal dan total bakteri koliform pada air sungai dengan menggunakan metode Most Probable Number (MPN) yang memenuhi persyaratan mikrobiologi air yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah No. 20 Tahun 1990.
1.3 Manfaat
Identifikasi pencemaran bakteri kolifekal dan total koliform pada air sungai bermanfaat untuk menambah pengetahuan penulis mengenai cara identifikasi bakteri kolifekal dan total koliform pada air sungai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air adalah kebutuhan dasar dari semua bentuk kehidupan. Kira-kira 80%
dari sel tersusun atas air, dengan fungsi yang diembannya. Fungsi pertama air adalah memelihara lingkungan, dimana nutrient dan intermediet metabolik terlarut. Dalam bentuk ini air berfungsi sebagai pengangkut materi dari luar atau lingkungan kedalam sel, dan bertindak sebagai pengangkut enzim dari satu tempat ke tempat yang lain pada saat metabolisme berlangsung. Air berpartisipasi langsung dalam dua hal pokok, yaitu sebagai pelaku dalam reaksi-reaksi hidrolisis dan kedua sebagai donor elektron dalam reaksi oksidasi reduksi. Reaksi hidrolisis selalu melibatkan air. Perubahan polimer dari monomer atau sebaliknya yaitu sintesis polimer dari monomer akan selalu melibatkan air. Donor elektron dapat ditunjukan dengan jelas pada saat reaksi fotosintesis. Fungsi air yang ketiga adalah turut memelihara struktur membran sel. Molekul amfiatik yang dimiliki oleh fosfolipid akan berinteraksi membentuk struktur dwilapis membran. Karena itu air mutlak dibutuhkan oleh sel, baik sebagai lingkungan internal maupun lingkungan eksternal (Sumadi dan Marianti, 2007).
Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan oleh manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar (Darmono, 2001).
2.1.1 Klasifikasi mutu air
Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut (PP No. 82 tahun 2001).
2.1.2 Parameter Air
Dibidang mikrobiologi air, beberapa mikroorganisme tertentu khususnya bakteri dan mikroalga, kehadiran dapat digunakan sebagai parameter atau indikator alami terhadap kehadiran pencemar organik (Suriawiria, 1996).
Kehadiran materi fekal (dari tinja) didalam air dapat diketahui dengan adanya kelompok bakteri Coli. Di dalam penentuan kualitas air secara mikrobiologi kehadiran bakteri tersebut ditentukan berdasarkan tes penentu dengan perhitungan tabel JPT (jumlah Perkiraan Terdekat) (Suriawiria, 1996).
Kehadiran materi fekal didalam air minum sangat tidak diharapkan, baik ditinjau dari segi estetika, sanitasi, maupun terjadinya infeksi yang berbahaya.
Jika didalam 100 mL contoh air didapatkan 500 sel bakteri Coli memungkinkan terjadinya gastroentritis yang segera diikuti oleh demam tifus (Suriawiria, 1996).
Escherichia Coli sebagai salah satu contoh jenis Coli, pada keadaan tertentu dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh, sehingga dapat tinggal di dalam blader (cystitis) dan pelvis (pyelitis) ginjal, hati dan sangat mengkhawatirkan. Juga bakteri dapat menyebapkan diare, septimia, perionistis, meningitis dan infeksi-infeksi lainnya (Suriawiria, 1996).
Eschericia Coli dapat tumbuh dengan baik pada media yang lazim digunakan untuk enterobacteriaceae. Memberikan hasil positif pada tes indol, lisin-dekarboksilase dan fermentase manitol, serta memproduksi gas dari glukosa (Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya, 2003).
Dari sejumlah tinja yang setiap hari dihasilkan oleh manusia antara 100- 150 gram, ternyata didalamnya terkandung sekitar 3x1011 (atau 300 Milyar ) sel bakteri Coli. Sehingga kehadiran bakteri Coli didalam badan air diparalelkan dengan telah terjadinya kontaminasi fekal. Yaitu lebih tinggi kandungan bakteri coli, lebih kotor dan tidak memenuhi syarat keadaan air tersebut untuk kepentingan manusia, khususnya air minum (Suriawiria, 1996).
2.1.3 Pencemaran Air
Pencemar lingkungan akhir-akhir ini menjadi permasalahan global yang menuntut pengelolaan yang efektif dan efisien dalam waktu yang relatif cepat.
Pencemaran lingkungan dapat terjadi karena adanya polutan industri, domestik, pertanian, peternakan, rumah sakit dan lain sebagainya. Pengelolaan pencemaran
lingkungan bertujuan agar suatu kegiatan sedapat mungkin menghasilkan polutan sedikit mungkin atau menjadikan polutan tersebut tidak berbahaya lagi sehingga tidak menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan (Budyanto, 2002).
Danau atau Sungai yang terkontaminasi atau tercemari mempunyai spesies mikroorganisme yang berlainan dari air yang bersih. Di air yang tercemar umumnya mempunyai kadar bahan organik yang tinggi sehingga mikroorganisme yang banyak juga umumnya dari heterotrofik. Mikroorganisme heterotrofik akan menggunakan bahan organik untuk metabolisme, mikroorganisme yang banyak adalah bakteri koliform, yaitu bakteri gram negatif, berbentuk batang, tidak berspora umumnya berasal dari intestin. Dapat menfermentasi laktosa dan gas bila diinkubasi 24 sampai 48 jam pada suhu 32oC. Mikroorganisme yang termasuk dalam grup tersebut adalah Eschericia coli dan enterobacter (Muslimin, 1996).
2.1.4 Dampak Pencemaran Air
Perlakuan dan pengolahan yang tidak memadai pada air limbah memiliki dampak seperti: (Budyanto, 2002).
a. Penyebaran mikroorganisme patogen
b. Peningkatan pencemaran pada sumber air alam
c. Pencemaran pada kerang dan produk perikanan lainnya sehingga dapat membahayakan kesehatan manusia
d. Dapat menyebapkan kematian pada unggas air
e. Penurunan kadar oksigen oleh bahan organik sehingga mematikan kehidupan akuatik
f. Dapat menimbulkan terjadinya akumulasi bahan toksik mikroorganisme g. Menyebarkan bau yang tidak sedap akibat aktivitas mikroorganisme
2.1.5 Indikator Pencemar Air
Mikroorganisme yang terdapat didalam air dapat dijadikan indikator tercemarnya suatu ekosistem air. Untuk digunakan sebagai mikroorganisme indikator, terdapat persyaratan yang harus dipenuhi oleh mikroorganisme tersebut.
Persyaratan ini tidak mutlak untuk dipenuhi seluruhnya, tergantung kondisi yang ada. Adapun syaratnya adalah :
a. Mikroorganisme terdapat dalam air tercemar dan tidak terdapat dalam air yang tidak tercemar
b. Jumlah mikroorganisme indikator berkorelasi dengan kehadiran bakteri patogen c. Mempunyai kemampuan hidup yang lebih lama daripada patogen
d. Terdapat dalam jumlah yang lebih besar daripada patogen, sehingga mudah terdeteksi
e. Mudah terdeteksi dengan teknik-teknik laboratorium yang sederhana (Hasruddin dan Husna, 2014).
2.2 Koliform
Koliform adalah kelompok bakteri indikator untuk menentukan kualitas atau mutu dari lingkungan air, tanah atau makanan. Kelompok bakteri ini berasal dari sistem pencernaan hewan, dan kotoran manusia. Ciri-ciri dari bakteri koliform adalah merupakan gram negatif, mikroba tidak berspora, mampu menfermentasi laktosa menjadi gas dan asam pada suhu 35-37oC (Sasika dan Safitri 2010).
Bakteri golongan koliform dinyatakan sebagai indikator pencemar air.
Kehadirannya dalam air terutama air sumber mandi, cuci dan kakus (MCK)
sangat tidak diharapkan. Maka untuk mengetahui jumlah koliform dalam suatu sampel dapat digunakan metode angka paling mungkin (APM) bakteri koliform.
Prinsip metode ini adalah fermentasi laktosa selama 24 jam oleh bakteri koliform yang akan menghasilkan asam dan gas yang tertangkap oleh tabung durham dalam tabung uji (Hasnaruddin dan Husna, 2014).
Kelompok koliform mempunyai beberapa ciri yang juga dimiliki oleh anggota-anggota genus Salmonella dan Shigella, yaitu dua generasi yang mempunyai spesies-spesies enterik patogenik. Namun, ada perbedaan biokimia utama yang nyata yaitu bahwa koliform dapat menfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas, sedangkan salmonella dan shigella tidak menfermentasi laktose sebagaimana akan menjadi jelas kemudian, fermentasi laktosa merupakan reaksi kunci didalam prosedur laboratorium untuk menentukan potabilitas air (aman tidaknya air untuk diminum) (Pelczar, 1988).
2.3 Kolifekal
Bakteri kolifekal adalah sebuah subkelompok dari kelompok bakteri koliform, telah digunakan untuk mengevaluasi limbah dan air permukaan dan diyakini menunjukkan adanya pencemaran dari kotoran hewan berdarah panas.
harus diakui bahwa penentuan bakteri kolifekal tidak membedakan antara kontaminasi tinja manusia dan hewan. jumlah bakteri koliform fekal diamati dalam kotoran, limbah, dan berbagai sampel air hasilnya jauh lebih rendah dari angka total koliform. beberapa peneliti menyarankan penentuan bahkan lebih ketat pada E Coli sebagai indikator yang lebih tepat (Pipes, 1982).
2.4 Eschericia Coli
Escherichia coli terdapat secara normal dalam alat-alat pencernaan manusia dan hewan. Bakteri ini adalah gram negatif, bergerak, berbentuk batang, bersifat fakultatif anaerob termasuk golongan enterobacteriaceae. Suatu serotipe tertentu bersifat enteropathogenic dan dikenal sebagai penyebab diare pada bayi.
Beberapa galur lainnya juga sebagai penyebab diare pada orang dewasa.
Organisme ini berada didapur dan tempat-tempat persiapan bahan pangan melalui bahan baku dan selanjutnya masuk ke makanan yang telah dimasak melalui tangan, permukaan alat-alat, tempat-tempat masakan dan peralatan lain. Masa inkubasi adalah 1-3 hari dan gejala-gejalanya menyerupai gejala-gejala keracunan bahan pangan yang tercemar oleh Sallmonella atau disentri (Buckle, Edwards, Fleet dan Wooton, 1987).
2.5 Faktor–faktor pertumbuhan mikroorganisme
Berbagai macam mikroorganisme secara alami diketahui berada pada perairan tawar dan asin dapat berasal dari tanah, udara maupun dari air buangan atau proses industri. Mikroorganisme yang terdapat pada perairan dipengaruhi oleh faktor fisik maupun kimia (Muslimin, 1996).
Semua mikroorganisme memerlukan kondisi lingkungan tertentu untuk pertumbuhan dan perbanyakannya. Terdapat variasi persyaratan pertumbuhan untuk spesies yang berbeda. Namun masih dapat dikelompokan atas enam keperluan dasar bagi pertumbuhan dan untuk menunjukan variasi individual, seperti diuraikan di bawah ini (Gaman dan Sherrington, 1981).
a. Waktu
Laju perbanyakan bakteri bervariasi menurut spesies dan kondisi pertumbuhannya. Pada kondisi optimal, hampir semua bakteri memperbanyak diri dengan pembelahan biner sekali setiap 20 menit. Untuk beberapa bakteri, memiliki waktu generasi, yaitu selang waktu antara pembelahan, dapat mencapai 12 menit, pada kondisi yang cocok sebuah sel dapat menghasilkan beberapa juta sel selama 7 jam (Gaman dan Sherrington, 1981).
b. Makanan
Semua Mikroorganisme memerlukan nutrien yang akan menyediakan:
i. Energi, yang biasa diperoleh dari substansi mengandung karbon ii. Nitrogen untuk sintesis protein
iii. Vitamin dan yang berkaitan dengan faktor pertumbuhan iv. Mineral (Gaman dan Sherrington, 1981).
c. Kelembaban
Mikroorganisme, seperti halnya semua organisme memerlukan air untuk mempertahankan hidupnya. Bakteri biasanya memerlukan air lebih banyak daripada khamir atau jamur (Gaman dan Sherrington, 1981).
d. Suhu
Tiap-tiap Mikroorganisme memiliki:
i. Suhu pertumbuhan maksimal ii. Suhu pertumbuhan minimal
iii. Suhu pertumbuhan optimal, yaitu suhu yang memberikan pertumbuhan terbaik dan perbanyakan diri tercepat. Suhu optimal biasanya lebih dekat ke suhu maksimal daripada suhu minimal.
Mikroorganisme dapat dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan suhu pertumbuhan yang diperlukannya.
1. Psikrofil (organisme suka dingin) dapat tumbuh baik pada suhu dibawah 20o C, kisaran optimalnya adalah 10o C sampai 20o C
2. Mesofil (organisme yang suka pada suhu sedang) memiliki suhu pertumbuhan optimal antara 20o-45o C
3. Termofil (organisme yang suka pada suhu tinggi) dapat tumbuh baik pada suhu diatas 45o C. Kisaran pertumbuhan optimalnya adalah 50o C sampai 60o C (Gaman dan Sherrington, 1981).
e. Oksigen
Tersedianya oksigen dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.
Jamur bersifat aerobik (memerlukan oksigen) sedangkan khamir dapat bersifat aerobik atau anaerobik tergantung pada kondisinya. bakteri diklasifikasikan menjadi empat kelompok menurut keperluan oksigennya.
a. Aerob obligat, hanya dapat tumbuh jika terdapat persediaan oksigen yang banyak b. Aerob fakultatif, tumbuh dengan baik jika oksigen cukup, tetapi juga dapat
tumbuh secara anaerob
c. Anaerob obligat, hanya dapat tumbuh jika tidak ada oksigen
d. Anaerob fakultatif, tumbuh sangat baik jika tidak ada oksigen, tetapi mereka juga dapat tumbuh secara aerob (Gaman dan Sherrington, 1981).
f. pH
Hampir semua mikroorganisme tumbuh baik jika pH pangan antara 6,6 dan 7,5 (netral). Bakteri terutama patogen, toleransinya terhadap asam lebih kecil bila
dibandingkan dengan jamur dan khamir. Tidak ada bakteri yang dapat tumbuh, jika pH dibawah 3,5 (Gaman dan Sherrington, 1981).
2.6 Teknik Sterilisasi
Terdapat dua cara pengendalian kontrol dalam upaya untuk mematikan kuman yakni cara fisika dan kimiawi.
Adapun ruang lingkup pengendalian kuman mencakup mulai dari upaya untuk sekedar mematikan kuman vegetatif saja (disebut desinfeksi ringan) sampai pada mematikan semua bentuk kehidupan kuman yakni dengan cara sterilisasi.
Sehubungan dengan hal ini dikenal adanya resistensi (daya tahan) kuman dalam kenyataannya berbeda-beda terhadap penerapan dengan menggunakan senyawa kimia atau cara fisika (Tamher, 2008).
2.6.1 Teknik sterilisasi secara Fisika 2.6.1.1 Pemanasan Kering
Dengan pemanasan kering ini, baik nucleid acid maupun protein kuman akan hancur. Prinsipnya adalah, semakin tinggi suhu semakin singkat waktu yang diperlukan. Suhu berkisar antara 160oC (pada oven) sampai dengan 1000oC pada incinerator. Pemanasan udara dengan menggunakan oven, dipakai untuk mensterilkan alat-alat gelas dan metal yang apabila dipakai panas basah akan mengalami korosi. Juga dipakai pada pembuatan bedak dan bahan berminyak (Tamher, 2008).
2.6.1.2 Panas Basah
Dipakai autoklaf dengan tekanan 1,5 atm pada suhu 121oC selama 10-20 menit untuk sterilisasi. Dengan mengalirkan uap selama 15 menit (untuk
desinfeksi). Digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan termolabil seperti susu, dan larutan gula. (Tamher, 2008).
2.6.2 Teknik sterilisasi secara kimia
Sterilisasi pipet dan cawan petri bisa menggunakan etilen oksida dan alkohol, sedangkan untuk sterilisasi makhluk hidup menggunakan beta propiolakton (Sasika dan Safitri, 2010).
2.7 Medium
Medium berfungsi untuk mengisolasi, menumbuhkan mikroganisme, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi, dan menghitung jumlah mikroba. Dalam proses pembuatan medium harus di sterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada medium (Sasika dan Safitri, 2010).
a. Media EC Broth
EC (Escherichia coli) Medium adalah medium yang digunakan untuk mengisolasi, mengkultur, dan menghitung bakteri koliform terutama Escherichia coli dalam air minum, air limbah, makanan, dan bahan lainnya (Sasika dan Safitri, 2010).
b. Media BGLB
BGLB (Briliant Green Lactose Bile Broth) Merupakan medium sintetik yang ditambahkan zat kimia tertentu yang dapat mencegah pertumbuhan sekelompok mikroorganisme tak diinginkan tanpa menghambat pertumbuhan mikroorganisme target. yang digunakan dalam penentuan bakteri Coli tinja, jenis
medium ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri pemfermentasi selain bakteri koliform (Safitri dan Sasika, 2010).
2.8 Metode MPN
Penyebaran kotoran yang tidak terkontrol dalam lingkungan perairan dapat menyebar pada lingkungan tanah, dan bahkan terbawa pada bahan makanan bagi manusia. Lingkungan tercemar oleh bakteri koliform menentukan apakah kualitas bahan berupa air, tanah, atau bahan makanan yang layak untuk dikonsumsi atau tidak. Untuk mengujinya dapat menggunakan suatu test dengan metode jumlah perkiraan terdekat atau Most Probable Number (MPN) (Sasika dan Safitri, 2010).
MPN adalah suatu metode untuk menaksir populasi mikroba di lahan pertanian, dan produk agrikultur. Metode ini digunakan untuk menaksir populasi mikroba berdasarkan pada ukuran kualitatif spesifik dari mikroorganisme yang sedang terhitung. Menetapkan adanya bakteri koliform dalam contoh air dan memperoleh indeks berdasarkan tabel MPN untuk menyatakan perkiraan jumlah koliform dalam sampel (Sasika dan Safitri, 2010).
Prinsip pengerjaan dengan melakukan uji pendugaan (Presumtif Test) dengan menggunakan set tabung 3-3-3 atau 5-5-5 kaldu laktosa, dilanjutkan dengan uji penguat (Confirmed Test), dan terakhir dilakukan uji pelengkap (Completed Test) (Sasika dan Safitri, 2010).
Keuntungan dari metode ini adalah:
a. Dapat dibuat sangat peka dengan penggunaan volume inokulum contoh yang lebih besar dari 1,0 mL/tabung
b. Bahan-bahan dapat dipersiapkan untuk tugas lapangan
c. Media pertumbuhan selektif dapat digunakan untuk menghitung jenis mikroorganisme yang diharapkan diantara jenis-jenis lainnya yang ada dalam bahan pangan tersebut (Gaman dan Sherrington ,1981).
Kerugiannya adalah dibutuhkannya banyak ulangan untuk diperoleh hasil yang teliti dan sehubungan dengan hal tersebut banyak biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk persiapannya. Perlu ditekankan disini bahwa metode ini banyak digunakan untuk menghitung bakteri patogenik dalam jumlah sedikit yang terdapat dalam bahan pangan (Buckle, Edwards, Fleet dan Wooton, 1987).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Pengujian
Identifikasi pencemaran bakteri kolifekal dan total koliform pada air sungai dengan metode MPN (Most Probable Number). dilakukan di Laboratorium Biologi BTKLPP kelas 1 Medan yang berada di Jalan KH. Wahid Hasyim No. 15
3.2 Alat, Bahan, dan Sampel 3.2.1 Alat
Alat yang digunakan adalah Autoklaf, Beaker Glass 1L, Bunsen (spiritus), Hotplate, Inkubator suhu 35oC dan 44,5oC, Kapas, kawat Ose, Magnetic stirer, Oven sterilisasi, Pipet 1 mL, 5 mL, 10 mL, Rak Tabung, Tabung Durham, dan Tabung Reaksi.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah Akuades Steril, Media Brilliant Green Lactose Broth (BGLB), Media Lactose Broth (LB), dan Media EC Broth.
3.2.3 Sampel
Nama Contoh Uji : Air Badan Air (Air Sungai) Identitas Contoh/Kode : 481/ABA
482/ABA 483/ABA Tanggal Pengujian : 01 Maret 2016
3.3 Pembuatan Media 3.3.1 Media Lactose Broth
a. Pembuatan Media Lactose Broth Double Strenght
Ditimbang seksama Media lactose broth sebanyak 52 g. Dimasukan kedalam beaker glass yang telah diisi dengan Akuades sebanyak 1 L. Dimasukan magnetic stirer dan dipanaskan diatas hotplate hingga Larut. Dipipet 5 mL kedalam tabung reaksi yang telah diberikan tabung durham. Di sterilkan secara panas uap dengan menggunakan alat Autoklaf pada suhu 121oC selama 1 jam.
b. Pembuatan Media Lactose Broth Single Strenght
Ditimbang Seksama Media lactose broth sebanyak 13 g. Dimasukan kedalam beaker glass yang telah diisi dengan Akuades sebanyak 1 L. Dimasukan magnetic stirer dan dipanaskan diatas hotplate hingga Larut. Dipipet 10 mL kedalam tabung reaksi yang telah diberikan tabung durham. Di sterilkan secara panas uap dengan menggunakan alat Autoklaf pada suhu 121oC selama 1 jam.
3.3.2 Media Brilliant Green Lactose Broth (BGLB)
Ditimbang Seksama Media Brilliant Green Lactose broth sebanyak 40 g.
Dimasukan kedalam beaker glass yang telah diisi dengan Akuades sebanyak 1 L.
Dimasukan magnetic stirer dan dipanaskan diatas hotplate hingga Larut. Dipipet 10 mL kedalam tabung reaksi yang telah diberikan tabung durham. Di sterilkan secara panas uap dengan menggunakan alat Autoklaf pada suhu 121oC selama 1 jam.
3.3.3 Media EC Broth
Ditimbang Seksama Media EC Broth sebanyak 37 g. Dimasukan kedalam beaker glass yang telah diisi dengan Akuades sebanyak 1 L. Dimasukan magnetic
stirer dan dipanaskan diatas hotplate hingga Larut. Dipipet 10 mL kedalam tabung reaksi yang telah diberikan tabung durham. Di sterilkan secara panas uap dengan menggunakan alat Autoklaf pada suhu 121oC selama 1 jam.
3.4 Prosedur Kerja 3.4.1 Preparasi Sampel
Dilakukan pengenceran terlebih dahulu terhadap Sampel air Badan air (sungai) dengan cara melarutkan 10 mL sampel dengan 90 mL akuades steril 3.4.2 Uji Penduga (Presumtif test)
1. Disiapkan Rak Tabung, yang diisi 5 tabung media Lactose Broth double strenght dan 10 media Lactose Broth single strenght
2. Disusun tabung dengan susunan (5 mL, 10 mL, 10 mL) dan diberi label identitas sampel
3. Dihomogenkan terlebih dahulu sampel dengan Cara dikocok
4. Dimasukan sampel dengan cara dipipet menggunakan pipet volum dengan ketentuan sampel (10’ 1’ 0,1’)
5. Dipipet 10 mL sampel kedalam tabung yang berisi media Lactose Broth double strenght
6. Dipipet 1 mL sampel kedalam tabung yang berisi media Lactose Broth single strenght
7. Dipipet 0,1 mL atau 2 tetes sampel kedalam tabung yang berisi media Lactose Broth single strenght
8. Dihomogenkan sampel dengan Media agar sampel merata keseluruh media 9. Diinkubasi didalam inkubator pada suhu 35 ± 0.5oC selama 48 jam
10. Diperiksa Gas yang terbentuk pada tabung Durham dan dicatat hasil pengamatan
11. Dilakukan uji Penegasan terhadap sampel yang dinyatakan positif.
3.4.3 Tahap Penegasan 3.4.3.1 Total Koliform
1. Tabung yang dinyatakan positif pada uji penduga diinokulasikan kembali pada media BGLB dengan menggunakan kawat Ose, masing-masing diinokulasikan sebanyak 1 ose. Perlakuan ini dilakukan secara aseptis didekat nyala api bunsen 2. Diinkubasi kembali pada suhu 35 ±0.5ºC selama 48 jam
3. Dilakukan pengamatan setelah diinkubasi dengan melihat tabung yang menunjukan terbentuknya gas didalam tabung durham, adanya gas menyatakan sampel positif mengandung bakteri koliform
4. Dilakukan pembacaan hasil dengan menghitung jumlah tabung yang positif.
dicatat dan dirujuk ke tabel MPN. Angka yang diperoleh pada tabel MPN menyatakan jumlah bakteri koliform dalam tiap gram atau tiap mL contoh yang diuji MPN/100 mL.
3.4.3.2 Bakteri Kolifekal
1. Tabung yang dinyatakan positif pada uji penduga diinokulasikan kembali pada media EC Broth dengan menggunakan kawat Ose, masing-masing diinokulasikan sebanyak 1 ose. Perlakuan ini dilakukan secara aseptis didekat nyala api bunsen 2. Diinkubasi kembali pada suhu 44.5±0.5ºC selama 48 jam
3. Dilakukan pengamatan setelah diinkubasi dengan melihat tabung yang menunjukan terbentuknya gas didalam tabung durham, adanya gas menyatakan sampel positif mengandung bakteri kolifekal
4. Dilakukan pembacaan hasil dengan menghitung jumlah tabung yang positif.
dicatat dan dirujuk ke tabel MPN. Angka yang diperoleh pada tabel MPN menyatakan jumlah bakteri kolifekal dalam tiap gram atau tiap mL contoh yang diuji MPN/100 mL.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari proses pengujian Bakteri Kolifekal dan total koliform yang dilakukan terhadap air sungai dengan menggunakan metode MPN (Most Probable Number) yang memenuhi syarat mikrobiologi air berdasarkan PP No. 20 Tahun 1990 maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Bakteri Kolifekal
Setelah melakukan pengujian Mikrobiologi terhadap air sungai dengan Metode Most Probable Number (MPN) yang menggunakan media EC broth dan diinkubasi pada suhu 44.5 ± 0.5o C selama 48 jam maka diperoleh hasil bakteri kolifekal sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Uji Bakteri Kolifekal
No.
Sampel
Jumlah tabung yang positif E.coli / gol. Kolifekal Keterangan 5
tabung 10 mL
5 tabung
1 mL
5 tabung 0,1 mL
MPN/
100 mL
Kadar Max yang diperbolehkan
481 5 5 1 3500
2000
Tidak memenuhi
syarat
482 5 5 2 5400
Tidak memenuhi
syarat
483 5 3 1 1100
Memenuhi Syarat
Total Koliform
Setelah melakukan pengujian Mikrobiologi terhadap air sungai dengan Metode Most Probable Number (MPN) yang menggunakan media Brilliant Lactose Broth (BGLB) dan diinkubasi pada suhu 35 ± 0.5o C selama 48 jam diperoleh hasil Total Koliform sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Uji Total Koliform
Dari hasil identifikasi pencemaran mikrobiologi yang telah dilakukan terhadap air sungai, maka didapat hasil yaitu sampel No. 481 memenuhi syarat total koliform yaitu 9200/100 mL lebih kecil dari 10.000/100 mL namun tidak memenuhi persyaratan dari bakteri kolifekal yaitu 3500 lebih besar dari 2000/100 mL maka sampel tersebut tidak memenuhi persyaratan secara mikrobiologi air berdasarkan PP No. 20 Tahun 1990. Sedangkan Sampel No. 482 tidak memenuhi syarat mikrobiologi total koliform dan bakteri kolifekal karena hasil pengujian lebih besar dari syarat yang ditentukan yaitu total koliform 16000/100 mL lebih besar dari 10000/100 mL dan hasil bakteri kolifekal yang didapat adalah 5400/100 mL lebih besar dari 2000/100 mL. Dan sampel No. 483 tidak memenuhi persyaratan total koliform yaitu 17000/100 mL lebih besar dari 10000/100 mL
No.
Sampel
Jumlah tabung yang positif Koliform Keterangan 5
tabung 10 mL
5 tabung
1 mL
5 tabung 0,1 mL
MPN/
100 mL
Kadar Max yang diperbolehkan
481 5 5 3 9200
10000
Memenuhi syarat
482 5 5 4 16000
Tidak memenuhi
syarat
483 5 5 5 17000
Tidak memenuhi
syarat
namun memenuhi persyaratan bakteri kolifekal yaitu 1100/100 mL lebih kecil dari 2000/100 mL namun sampel tersebut juga tidak memenuhi persyaratan mikrobiologi berdasarkan PP No. 20 Tahun 1990.
Pencemar terhadap badan air salah satunya adalah tergantung dari sumber pencemar yang dapat memasuki badan air. Berbagai jenis pencemar dapat memasuki badan air dan ditinjau dari sumber pencemarnya dibedakan menjadi sumber domestik dan sumber non domestik. Namun sumber domestik lebih dominan menjadi penyebap pencemaran air dari bakteri koliform dan kolifekal karena sumber pencemar domestik merupakan sampah yang sehari-hari dihasilkan akibat kegiatan manusia secara langsung. Yang berasal dari rumah tangga, perkampungan, pasar, sekolah, pemukiman, rumah sakit, dan lain sebagainya.
Semakin tingginya jumlah buangan yang memasuki badan air dapat mengakibatkan berbagai jenis penyakit bagi manusia. Indikator pencemar biologis dan kehadirannya pada benda-benda yang berkaitan dengan manusia sangat tidak diharapkan. Bila bakteri jenis tersebut terdapat pada suatu benda menandakan benda tersebut telah tercemar oleh materi fekal (tinja, feses manusia). Hal ini disebapkan bakteri ini berasal dari manusia dan hewan-hewan berdarah panas lainnya. Bakteri Coli merupakan salah satu jenis kelompok bakteri yang kehadirannya sangat dihindari pada suatu benda yang berhubungan dengan manusia.
Menurut peraturan pemerintah No. 20 tahun 1990 ada 4 jenis golongan air menurut peruntukkannya ditetapkan sebagai berikut :
Golongan A:Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Golongan B: Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
Golongan C: Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan Golongan D: Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air.
Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa air sungai yang diuji melampaui mutu baku air golongan A dan B. Namun air sungai tersebut dapat digolongkan pada air golongan C dan D.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa air sungai yang diuji tidak memenuhi persyaratan Mikrobiologi air PP RI No. 20 Tahun 1990 golongan A dan B sebagai air baku dan dapat digolongan sebagai Air golongan C yaitu air yang dapat diperuntukan untuk keperluan perikanan dan peternakan, atau Golongan D yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air.
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan pengujian secara berkala pada air Sungai untuk mengetahui kualitas air Sungai yang digunakan masyarakat untuk berbagai keperluan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Agusnar, H. (2007). Kimia Lingkungan. Medan: Usu Press. Halaman 26, 29-30.
Budyanto, M. A. K. (2002). Mikrobiologi Terapan. Malang Universitas Muhammadiyah Malang. Halaman 163, 182.
Buckle, K. A, Edwards, R. A, Fleet.G.H, dan Wootton. M. (1987). Ilmu Pangan.
Jakarta: UI Press. Halaman 52-53, 81.
Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya Dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UI Press. Halaman 28-29.
Gaman, P.M., dan K.B.Sherrington. (1981). Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan. Edisi Kedua Yogyakarta. Gadjah mada: University Press.
Halaman 244-249.
Hasruddin., dan Husna, Rifnatul. (2010). Mini Riset Mikrobiologi Terapan.
Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 56, 58-59.
Muslimin, L. (1996). Mikrobiologi Lingkungan. Jakarta: PP-PSL. Halaman 95, 98.
Pelczar, M. J. (1988). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jilid II. Jakarta: UI-Press.
Halaman 873.
Safitri., dan Sasika. (2010). Medium Analisis Mikroorganisme. Jakarta: CV. Trans Info Media. Halaman 43.
Sumadi., dan Marianti. (2007). Biologi Sel. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 21-22.
Suriawiria, U. (1996). Mikrobiologi Air. Bandung: Penerbit Alumni. Halaman 105 Tamher, S. (2008). Mikrobiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans
Info Media. Halaman 81, 84, 87.
Tim Mikrobiologi Medik FK Universitas Brawijaya. (2003). Bakteriologi Medik.
Cetakan Pertama. Malang: Bayumedia Publishing. Halaman 198.
Lampiran 1. Gambar Alat
Gambar Hotplate Gambar Neraca analitik
Gambar Incubator Gambar Autoklaf
Lampiran 2. Gambar Media
Gambar Media Lactose Broth Gambar Media Lactose broth Positif
Gambar Media BGLB Steril Gambar Media BGLB Positif
Gambar Media EC Broth Steril Gambar Media BGLB Steril
Gambar inokulasi Bakteri
Tabel 4. Tabel Mutu Air Golongan A
Tabel 5. Tabel Mutu Air Golongan B
Tabel 6. Tabel Mutu Air Golongan C
Tabel 7. Tabel Mutu Air Golongan D
Tabel 8. Tabel Perkiraan Terdekat Jumlah ( MPN ) Coliform, untuk kombinasi Porsi : 5 x 10 mL, 5 X 1 mL, 5 x 0,1 mL dengan 95% batas kepercayaan
Jumlah tabung yang positif MPN/
100mL
95% batas kepercayaan 5 Tabung
10 mL
5 tabung 1 mL
5 tabung 0.1 mL
Lebih rendah Lebih tinggi 0 0 0 <1,8 - 6,8 0 0 1 1,8 0,090 6,8 0 1 0 1,8 0,090 6,9
0 1 1 3,6 0,70 10
0 2 0 3,7 0,70 10
0 2 1 5,5 1,8 15
0 3 0 5,6 1,8 15
1 0 0 2,0 0,10 10
1 0 1 4,0 0,70 10
1 0 2 6,0 1,8 15
1 1 0 4,0 0,71 12
1 1 1 6,1 1,8 15
1 1 2 8,1 3,4 22
1 2 0 6,1 1,8 15
1 2 1 8,2 3,4 22
1 3 0 8,3 3,4 22
1 3 1 10 3,5 22
1 4 0 10 3,5 22
2 0 0 4,5 0,79 15
2 0 1 6,8 1,8 15
2 0 2 9,1 3,4 22
2 1 0 6,8 1,8 17
2 1 1 9,2 3,4 22
2 1 2 12 4,1 26
2 2 0 9,3 3,4 22
2 2 1 12 4,1 26
2 2 2 14 5,9 36
2 3 0 12 4,1 26
2 3 1 14 5,9 36
2 4 0 15 5,9 36
3 0 0 7,8 2,1 22
3 0 1 11 3,5 23
3 0 2 13 5,6 35
3 1 0 11 3,5 26
3 1 1 14 5,6 36
3 1 2 17 6,0 36
3 2 0 14 5,7 36
3 2 1 17 6,8 40
3 2 2 20 6,8 40
3 3 0 17 6,8 40
3 3 1 21 6,8 40
3 3 2 24 9,8 70
3 4 0 21 6,8 40
3 4 1 24 9,8 70
3 5 0 25 9,8 70
4 0 0 13 4,1 35
4 0 1 17 5,9 36
4 0 2 21 6,8 40
4 0 3 25 9,8 70
4 1 0 17 6,0 40
4 1 1 21 6,8 42
4 1 2 26 9,8 70
4 1 3 31 10 70
4 2 0 22 6,8 50
4 2 1 26 9,8 70
4 2 2 32 10 70
4 2 3 38 14 100
4 3 0 27 9,9 70
4 3 1 33 10 70
4 3 2 39 14 100
4 4 0 34 14 100
4 4 1 40 14 100
4 4 2 47 15 120
4 5 0 41 14 100
4 5 1 48 15 120
5 0 0 23 6,8 70
5 0 1 31 10 70
5 0 2 43 14 100
5 0 3 58 22 150
5 1 0 33 10 100
5 1 1 46 14 120
5 1 2 63 22 150
5 1 3 84 34 220
5 2 0 49 15 150
5 2 1 70 22 170
5 2 2 94 34 230
5 2 3 120 36 250
5 2 4 150 58 400
5 3 0 79 22 220
5 3 1 110 34 250
5 3 2 140 52 400
5 3 3 170 70 400
5 3 4 210 70 400
5 4 0 130 36 400
5 4 1 170 58 400
5 4 2 220 70 440
5 4 3 280 100 710 5 4 4 350 100 710 5 4 5 430 150 1100 5 5 0 240 70 710 5 5 1 350 100 1100 5 5 2 540 150 1700 5 5 3 920 220 2600 5 5 4 1600 400 4600 5 5 5 >1600 700 -
Lampiran 3. Flowsheet
Dipipet 10 mL sampel dan dilarutkan dalam 90 mL akuades steril.
Dihomogenkan terlebih dahulu sampel dengan cara dikocok.
Disiapkan rak tabung, yang diisi 5 tabung media Lactose Broth Double Strenght dan 10 media Lactose Broth Single Strenght.
Disusun tabung dengan seri (5mL, 10mL, 10mL) dan diberi label identitas
Dipipet Sampel dengan sebanyak (10’ 1’ 0,1’) kedalam media
Dihomogenkan sampel dengan media
Diinkubasi pada inkubator (suhu 35±0,5oC selama 48 jam)
Uji Penduga (Presumtif Test)
Uji Konfirmasi ( Confirmatif Test)
Total Koliform
Pembacaan Hasil MPN/100 mL Sampel
Bakteri Kolifekal
Sampel (Uji Penduga positif)
Diinokulasikan pada media BGLB
Pembacaan Hasil MPN/100 mL
Sampel (Uji Penduga positif)
Diinkubasi (suhu 44,5±0,5 oC selama 24-48) Diinkubasi (suhu 35±0,5oC selama 24-48) Diinokulasikan pada media EC Broth