• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEMATIKA PERPUSTAKAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 3 TANJUNG EMAS KABUPATEN TANAH DATAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROBLEMATIKA PERPUSTAKAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 3 TANJUNG EMAS KABUPATEN TANAH DATAR SKRIPSI"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PROBLEMATIKA PERPUSTAKAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 3 TANJUNG EMAS

KABUPATEN TANAH DATAR

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen Pendidikan Islam

Oleh Resti Aristina NIM 15300300049

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

1441 H/2020 M

(2)

ii

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

RESTI ARISTINA, NIM. 15300300049 Judul Skripsi “Problematika Perpustakaan Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar”, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar Tahun 2020.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah problematika yang dihadapi oleh perpustakaan sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana problematika atau permasalahan yang dihadapi perpustakaan serta solusi atau upaya sekolah dalam menghadapi problematika yang ada di perpustakaan SMPN 3 Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar.

Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian lapangan (field research) bersifat deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data menggunakan tiga cara yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan trianggulasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Dari penelitian yang peneliti lakukan di lapangan dapat dikemukakan bahwa ada beberapa problematika yang dihadapi perpustakaan SMPN 3 Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar. Problematika tersebut antara lain pertama rendahnya minat baca di perpustakaan sekolah tersebut, kedua kurangnya koleksi perpustakaan sekolah, ketiga kurangnya sarana prasarana perpustakaan sekolah, keempat kurangnya sumber daya manusia untuk mengelola perpustakaan, kelima kurang terkelolanya layanan perpustakaan. Dengan adanya problematika atau permasalahan tersebut maka sekolah berupaya mencari solusi untuk mengurangi permasalahan tersebut. Adapun solusi yang digunakan sekolah untuk menghadapi problematika atau permasalahan tersebut diantaranya, pertama untuk meningkatkan minat baca perpustakaan berupaya untuk pengadaan koleksi yang bervariasi, kedua untuk koleksi perpustakaan sekolah berupaya mengadakan penambahan koleksi setiap tahun, ketiga untuk sarana prasarana perpustakaan upaya sekolah adalah pengajuan proposal ke dinas pendidikan untuk penambahan tersebut, keempat untuk sumberdaya manusia sekolah berupaya untuk mengadakan pelatihan supaya sumberdaya manusia tersebut menjadi lebih berkualitas, kelima untuk layanan perpustakaan sekolah berupaya menambah jam buka perpustakaan sehingga siswa lebih leluasa untuk berkunjung ke perpustakaan. Dengan adanya solusi tersebut diharapkan perpustakaan menjadi lebih baik kedepannya.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………..……… i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI...………. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. iv

BIODATA PENULIS……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN……… vi

KATA PENGANTAR………... ix

ABSTRAK……….. xi

DAFTAR ISI……….. xii

DAFTAR LAMPIRAN……….. xv

DAFTAR TABEL... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Perpustakaan Sekolah ...10

1. Pengertian Perpustakaan Sekolah ...10

2. Tujuan dan Manfaat Perpustakaan Sekolah ...12

3. Fungsi Perpustakaan Sekolah ...14

4. Layanan Perpustakaan Sekolah ...18

5. Komponen Perpustakaan Sekolah ...22

6. Struktur Organisasi Perpustakaan Sekolah...25

7. Perpustakaan Sekolah yang Ideal ...26

B. Manajemen Perpustakaan Sekolah...28

C. Problematika Perpustakaan Sekolah ...31

1. Minat Baca ...31

(7)

2. Koleksi perpustakaan dan pengadaanya ...36

3. Perabot dan perlengkapan atau sarana prarana...38

4. Sumber daya manusia ...38

5. Layanan Perpustakaan ...41

D. Penelitian Relevan ...45

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...47

B. Latar dan Waktu Penelitian ...47

C. Informan Penelitian ...48

D. Sumber Data ...48

E. Subjek Penelitian ...48

F. Teknik Pengumpulan Data ...49

G. Teknik Analisis Data ...51

H. Teknik Analisis Keabsahan Data ...52

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Umum Penelitian ...53

1. Data Sekolah ...53

a. Sejarah Singkat SMPN 3 Tanjung Emas ...53

b. Profil SMPN 3 Tanjung Emas ...54

c. Visi dan Misi SMPN 3 Tanjung Emas ...54

d. Struktur SMPN 3 Tanjung Emas ...56

e. Data Tenaga Kependidikan SMPN 3 Tanjung Emas ...57

f. Data Siswa SMPN 3 Tanjung Emas ...60

2. Data Perpustakaan ...60

a. Sejarah Singkat Perpustakaan SMPN 3 Tanjung Emas ...60

b. Struktur Perpustakaan SMPN 3 Tanjung Emas ...61

c. Tenaga Perpustakaan SMPN 3 Tanjung Emas ...62

d. Visi dan Misi Perpustakaan SMPN 3 Tanjung Emas ...62

e. Tata Tertib Perpustakaan SMPN 3 Tanjung Emas ...62

f. Data Fasilitas Perpustakaan SMPN 3 Tanjung Emas...63

B. Temuan Khusus Penelitian ...64

(8)

1. Problematika Perpustakaan SMPN 3 Tanjung Emas

Kab. Tanah Datar ...64 2. Solusi Perpustakaan Sekolah dalam Menghadapi Problematika

Perpustakaan ...67 C. Pembahasan ...68

1. Problematika Perpustakaan SMPN 3 Tanjung Emas

Kab. Tanah Datar ...68 2. Solusi Perpustakaan Sekolah dalam Menghadapi Problematika

Perpustakaan ...76 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...82 B. Saran ...83 DAFTAR KEPUSTAKAAAN...85

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi ... 87

Lampiran 2 Kisi-kisi Wawancara... 88

Lampiran 3 Pertanyaan Wawancara... 93

Lampiran 4 Catatan Lapangan ... 98

Lampiran 5 Traskip Wawancara ...102

Lampiran 6 Surat Persetujuan Menjadi Informan ...114

Lampiran 7 Foto Saat Wawancara ...116

Lampiran 8 Foto Kondisi Perpustakaan ...117

Lampiran 9 Struktur Sekolah dan Daftar Guru ...119

Lampiran 10 Surat Izin Penelitian dari IAIN Batusangkar ...120

Lampiran 11 Surat Izin Penelitian dari KESBANGPOL Tanah Datar ...121

Lampiran 12 Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ...122

Lampiran 13 Surat Keterangan dari Kantor Wali Nagari Saruaso ...123

(10)

DAFTAR TABEL

Table 1………..57

Table 2………..58

Table 3………..59

Table 4………..59

Table 5………..60

Table 6………..62

Table 7………..64

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perpustakaan terdiri dari berbagai jenis perpustakaan dan salah satunya adalah perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan penunjang kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah memiliki peranan penting dalam tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Saat ini perpustakaan sekolah di tanah air mengahadapi berbagai problematika.

Berbagai problematika yang dihadapi oleh perpustakaan sekolah ini menyebabkan perpustakaan sekolah tidak mampu menjalankan tugasnya secara maksimal. Problematika yang dihadapi oleh perpustakaan sekolah harus segera dicari solusinya. Solusi ini diperlukan karena perpustakaan menjadi salah satu sarana instansi penting dalam proses mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana pendidikan penunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah dan memiliki peranan penting dalam tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Tanpa eksistensi pepustakaan sekolah maka tujuan pendidikan yang ingin dicapai tidak akan memperoleh hasil maksimal(Jurnal Penelitian Nurjanah 2014: 2).

Dalam amanah undang-undang tersebut perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan nasional. Kemudian dijelaskan pula bahwa sebagai salah satu upaya untuk memajukan kebudayaan nasional, perpustakaan merupakan wahana pelestari kekayaan budaya bangsa. Dalam rangka meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa, perlu ditumbuhkan budaya gemar membaca melalui pengembangan dan pendayagunaan perpustakaan sebagai sumber informasi yang berupa karya tulis, karya cetak dan/ atau karya rekam (Hartono, 2015: 1).

(12)

Pengertian perpustakaanpun berkembang dari waktu ke waktu. Pada abad 19 perpustakaan didefenisikan sebagai “suatu gedung, ruangan atau sejumlah ruangan yang berisi koleksi buku yang dipelihara dengan baik, dapat digunakan oleh masyarakat atau golongan masyarakat tertentu. Kemudian ALA (The American Library Association) menggunakan istilah perpustakaan untuk suatu pengertian yang luas yaitu perpustakaan sebagai pusat media, pusat belajar, pusat sumber pendidikan, pusat informasi, pusat dokumentasi dan pusat rujukan. Sedangkan menurut Keputusan Presiden RI nomor 11 tahun 2004, disebutkan bahwa perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya dan mempunyai fubgsi sebagai informasi umum pengetahaun, teknologi, dan kebidayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaa pembangunan nasional (Riyanto, 2012: 1).

Berdasarkan Undang-Undang No 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan disebutkan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, infomasi dan rekreasi para pemustaka. (UU No.43/2007 Bab I pasal 1 ayat 1).

Kemudian pengertian perpustakaan menurut Kep. Menpan No. 132/2003 adalah unit kerja yang memilki sumber daya manusia, ruangan khusus dan koleksi bahan pustaka sekurang-kurangnya terdiri dari 1000 judul dari berbagai disiplin ilmu yang sesuai dengan jenis perpustakan yang bersangkutan dan dikelola menurut sistem tertentu (Hartono, 2015:1).

Informasi yang dihimpun oleh perpustakaan terekam di dalam berbagai koleksi yang dimiliki perpustakaan. Untuk itu proses seleksi dan pengadaan koleksi menjadi aktivitas penting dalm pengelolaan perpustakaan, proses seleksi yang efektif memungkin perpustakaan menghimpun koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka. Dalam proses seleksi ini pengelola perpustakaan perlu memperhatikan kebutuhan pemustaka serta kurikulum yang digunakan oleh sekolah. Koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka dan kurikulum memungkinkan koleksi tersebut digunakan

(13)

pemustaka. Koleksi perpustakaan selanjutnya akan diorganisasikan dan kemudian dilayankan kepada pemustaka. Koleksi yang dilayankan oleh pemustaka kan memberikan pengetahuan dan keterampilan baru serta mendukung pemustaka dalam menyelesaikan berbagai tugas sekolah dan riset sederhana yang dilakukan. Melalui koleksi yang dihimpun inilah perpustakaan berkontribusi dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai sekolah (Jurnal Penelitian Nurjanah 2014: 4).

Disadari bersama bahwa setiap bangsa memiliki peradaban masa lalu masing-masing. Kebanggaan peradaban masa lalu sangat ditentukan dari akumulasi peninggalan warisan budaya yang dimilki sebauah bangsa.

Perpustakaan meruapakan produk budaya yang tak pernah mengingkari peristiwa sejarah masa lalu. Perpustakaan merupakan produk budaya yang tak pernah mengingkari peristiwa sejarah masa lalu. Perpustakaan sebagai sara pelestarian warisan budaya memalui karya tulis, karya cetak, karya rekam maupun karya elektronik sekalipun. Keberhasilan sebuah lembaga budaya tersebut sangat ditentukan adanya peran perpustakaan dalam menghimpun, mengelola, melestarikan dan mendesiminasikan informasi kepada masyarakat.

Mengapa perpustakaan tersebut sangat penting? Penulis mengemukakan alasanya sebagai berikut: (1) perpustakaan merupakan jembatan peradaban bangsa, (2) perpustakaan merupakan lembaga yang mampu menyimpan warisan budaya bangsa, (3) perpustakan merupakan tempat untuk memancarkan ilmu pengetahuan (4) perpustakaan sebagai pusat P3IR (pendidikan, penyimpanan, penelitian, informasi dan rekreasi), dan (5) perpustakaan sebagai sumber informasi bagi pemustaka dan (6) meningkatkan mutu pendidikan dan daya saing bangsa (Hartono, 2017: 1).

Secara berangsur-angsur telah terjadi polarisasi serta perubahan dari perpustakaan tradisional menuju perpustakaan modern. Kondisi inilah yang mengharuskan perubahan pola pikir (mindset) dalam pengelolaan perpustakaan. Dalam konsep perubahan pola pikir (mindset) yang dikemukakan oleh Stuert and Mogan dapat dijelaskan bahwa (1) dari segi

(14)

sumber daya perpustakaan bahwa koleksi perpustakaan hanya tersiri atau media (own collections) dan berubah sekarang ke dalam virtual atau digital (virtual library), (2) dari segi jasa layanan perpustakaan semula dalam gudang sekarang berubah pada pelayanan supermarket, (3) dari segi pemustaka maka perpustakaan yang dulu hanya menunggu (wait for users)maka sekarang perpustakaan dipromosikan kepada pengguna (promote use users) (Hartono, 2015:2).

Kemudian perpustakaan dapat diartikan kumpulan buku atau koleksi berbagai bentuk media komunikasi seperti manuskrip, buku, majalah, surat kabar, brosur, film, microfilm, CD-ROM, kaset, dan video. Dalam era teknologi informasi saat ini, pangkalan data dalam media elektronik pun dapat dianggap sebagai koleksi perpustakaan. Berbagai media komunikasi koleksi perpustakaan ini atau disebut bahan pustaka dikumpulkan, diorganisasikan, dan diatur menurut sistemyang baku untuk digunakan bagi keperluan pendidikan, penelitian, serta bahan informasi dan rekreasi intelektual/ rekreasi sehat bagi masyarakat. Kecenderungan menuju perpustakaan modern, maju, elektronis merupakan ciri yang ditujukan terhadap perilaku masyarakat dalam pengelolaan informasi (Hartono, 2017:3).

Banyak kalangan termasuk para ahli komunikasi meyakini bahwa peradaban masa depan adalah masyarakat informasi (information society), yaitu peradaban dimana informasi sudah menjadi komuditas utama dan interaksi antara manusia sudah berbasisi teknologi informasi dan komunikasi.

Bahkan, sering terdengar pula informasi kini dan masa mendatang bagaikan pisau bermata tajam yang diperlukan untuk menaklukan beragam model persaingan peradaban modern.

Seiring dengan perkembangan kemajuan dunia informasi yang berperan vital dalam kehidupan manusia, tidak ketinggalan pula perpustakaan sebagai salah satu pusat informasi masyarakat dituntut mampu menyediakan dan melayankan berbagai informasi secara tepat dan prima sesuai dengan harapan secara teoritik maupun praktik aplikasinya. Informasi pada tiap perpustakaan

(15)

meruapakan salah satu kebutuhan pokok yang harus disediakan guna menambahkan wawasan dan pengetahuan bagi pemustaka kemudian berdampak pada terbentuknya karakter yang mulia (Safrudin Aziz, 2014: 15).

Perpustakaan merupakan salah satu pusat sumber informasi yang memiliki kekuatan yang sangat luas, karena dapat mencakup berbagai ilmu pengetahuan, teknologi, seni maupun budaya. Perpustakaan merupakan pusat penyedia informasi yang multifungsi, sehingga dikenal sebagai unit pelayanan informasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang ingin maju dan berkembang, serta ingin menguasai banyak ilmu pengetahuan yang tentunya dapat dilakukan dengan membaca/belajar pada buku dan sumber ilmu lainnya. Perpustakaan juga merupakan tempat berkumpulnya bahan pustaka baik tercetak maupun terekam yang dikelola secara teratur dan sistematis, disamping itu juga perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.

(Jurnal Sutrisno, 2017 :1).

Dalam dunia pendidikan, membaca mempunyai fungsi sosial untuk memperoleh kualifikasi tertentu sehingga seseorang dapat mencapai prestasi (achievement reading), sesorang peserta didik agar memperoleh kelulusan dengan baik, harus mempelajari atau mebaca sejumlah bahan bacaan yang direkomendasikan oleh pendidik, begitu sebaliknya seorang pendidik untuk meraih kualifikasi tertentu dalam mengajar atau menulis ilmiah juga harus didukung dengan kegiatan membaca berbagai bahan bacaan untuk selalu memperbaruhi pengetahuannya secara kontinyu, sesuai dengan perkembangan yang ada. Kebiasaan membacaan merupakan sesuatu yang penting dan fundamental yang harus dikembangkan sejak dini dalam rangka untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan, baik pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi (Hartono, 2016: 371).

Berdasarkan obervasi awal yang peneliti lakukan di SMPN 3 Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar terdapat beberapa problematika yang dihadapi

(16)

oleh perpustakaan sekolah yang pertama adalah mengenai minat baca perpustakaan yang sangat kurang dari yang seharusnya sebuah perpustakaan yang idela miliki, selanjutnya problematika yang dihadapi perpustakaan adalah koleksi perpustakaan. Koleksi perpustakaan sekolah seharusnya adalah 1 buku teks permata pelajaran per peserta didik, 1 buku panduaan permata pelajaran per guru, buku pengayaan yaitu 70 % buku nonfiksi dan 30% fiksi, tetapi pada kenyataanya perpustakaan sekolah SMPN 3 Tanjung Emas Kabuaten Tanah Datar belum memiliki koleksi perpustakaan sesuai yang sudah disebutkan diatas, selanjutnya problematika yang dihadapi adalah sarana prasarana perpustakaan sekolah yang kurang dan belum sesuai dengan standar perpustakaan sekolah, salah satunya yaitu luas gedung yang belum sesuai dengan standar, yang seharusnya adalah 0,4 m2 X jumlah siswa, selanjutnya yaitu problematika tentang SDM perpustakaan yang kurang dari yang seharusnya, perpustakaan seharusnya memiliki tenaga perpustakaan yang lebih dari satu, tetapi perpustakaan sekolah ini hanya memiliki perpustakaan 1 tenaga perpustakaan, selanjutnya problematikanya adalah jam layanan yang tidak sesuai dengan standar seharusnya yaitu sekurang- kurangnya 7 per hari kerja.

Perpustakaan yang telah tersedia di setiap sekolah memicu perkembangan minat baca siswa dalam rangka meningkatkan kecerdasan siswa.

Meningkatkan minat baca disebabkan beberapa faktor beruapa dukungan keluarga (orang tua), lingkungan, perpustakaaan, dan lain-lain. Di samping itu juga lembaga yang terkait misalnya sekolah, perpustakaan sebagai pendukung untuk memotivasi minat baca dan kecintaan terhadap buku dan perpustakaan.

Bertolak dari latar belakang diatas tersebut, peneliti tertarik mengadakan penelitian yang berjudul Problematika Perpustakaan Sekolah di Perpustakaan SMPN 3 Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar.

(17)

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti memfokuskan penelitian ini yaitu problematika perpustakaan sekolah di perpustakaan SMPN 3 Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Apa saja problematika yang dihadapi oleh perpustakaan SMPN 3 Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar

a. Bagaimana keadaan minat baca siswa di SMPN 3 Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar

b. Bagaimana keadaan koleksi perpustakaan SMPN 3 Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar

c. Bagaimana keadaan sarana prasarana perpustakaan SMPN 3 Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar

d. Bagaimana keadaan sumber daya manusia perpustakaan SMPN 3 Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar

e. Bagaimana keadaan layanan perpustakaan SMPN 3 Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar

2. Solusi yang digunakan sekolah untuk menghadapi problematika tersebut.

D. Tujuan Penelitian

Adapun berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dikemukakan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskankan bagaimana problematika perpustakaan sekolah yaitu tentang minat baca, koleksi perpustakaan, sarana prasarana, sumber daya manusia, serta layanan perpustakaan serta solusi sekolah dalam menghadapi problematika perpustkaan di SMPN 3 Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar.

E. Manfaat Penelitian dan Luaran Penelitian 1. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah

(18)

a. Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti seabagi calaon manjer pendidikan islam sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki dan berguna sebagai salah satu prasyarat untuk mencapai gelar sarjana (S.1) khususnya pada Jurusan Manjemen Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.

b. Bagi Instansi

Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi Lembaga Pendidikan atau Sekolah Menengah Pertama dalam hal problematika perpustakaan sekolah dan solusi dalam menghadapi problematika tersebut.

c. Bagi Akademik

Sebagai tambahan informasi dalam referensi bagi pembaca yang akan melakukan penelitian lebih lanjut.

2. Luaran Penelitian

Peneliti memiliki target agar hasil penelitian ini dapat diterbitkan dijurnal ilmiah dan dapat diseminarkan pada forum Seminar Nasional sehingga dapat dijadikan bahan bacaan bagi pembaca dan bagi yang membutuhkannya

F. Defenisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman tentang judul proposal skripsi di atas, maka penulis memandang perlu untuk menjelaskan istilah-istilah ada pada judul sebagai berikut:

1. Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada pada lembaga pendidikan sekolah, yang meruapakan bagian integral dari sekolah yang bersangkutan, dan merupakan sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan (Hartono, 2015, 18).

2. Problematika atau permasalahan adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan, dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan

(19)

antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai hasil yang maksimal.

Jadi yang penulis maksud dari judul skripsi ini adalah penelitian terhadap problematika yang di hadapi oleh perpustakaan SMPN 3 Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar

(20)

10 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Perpustakaan

1. Pengertian Perpustakaan Sekolah

Undang-undang RI Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan bab 1 pasal 1 perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka (Undang-undang RI Nomor 43 Tahun 2007: 5).

Pengertian perpustakaan berasal dari kata “library” dalam bahasa Inggris yang artinya perpustakaan, yang berasal dari kata dasar “libri”

yang artinya pustaka, buku atau kitab. Pengertian perpustakaan terus mengalami perkembangan bentuk dan jenis koleksinya. Perubahan perpustakaan tersebut sesuai dengan perubahan zaman dan teknologi.

Bentuk perpustakaan sebelumnya berupa media kertas kini berubah sebagai pusat sumber ilmu pengetahuan manusia yang direkam dan dimanfaatkan dalam berbagai bentuk media komunikasi, baik media tulis, cetak, rekaman, maupun elektronika.

Istilah perustakaan berasal dari kata dasar “pustaka”. Pustaka ini dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti kitab, buku. Selain istilah tersebut dikenal juga dengan bahasa asing lainnya yaitu kata biiblitheek (Belanda), bibliothek (Jerman), bibliotheque (Perancis) dan bibliotheca (Spanyol/Portugis). Istilah-istilah tersebut berasal dari kata biblia (Yunani) yang berarti pula buku, kitab (Hartono, 2015: 5).

Secara umum perpustakaan mempunyai arti sebagai suatu tempat yang di dalamnya terdapat kegiatan penghimpunan, pengolahan, dan penyebarluasan (pelayanan) segala macam informasi, baik yang tercetak maupun terekam dalam berbagai media seperti buku, majalah,

(21)

surat kabar, film, kaset, tape recorder, video, komputer, dan lain-lain.

Semua koleksi sumber informasi tersebut disusun berdasarkan sistem tertentu dan dipergunakan untuk kepentingan belajar melalui kegiatan membaca dan mencari informasi baik segenap masyarakat yang membutuhkannya (Pawit, 2016: 1).

Perpustakaan dilihat dari aspek fisik bangunan maupun isi memilki pengertian sebagai sebuah ruangan, bagian sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan dokumen, baik buku ataupun yang lainnya disusun rapi dan sistematis menurut pedoman tata susunan tertentu, yang fungsinya agar bisa di manfaatkan oleh pembaca.

Sumajid (1998: 13) mengemukakan perpustakaan adalah koleksi yang terdiri dari bahan tertulis, tercetak maupun grafis lainnya, seperti film, slide, piringan hitam, tape recorder dalam ruangan atau gedung yang teratur dan diorganisasi dengan sistem tertentu dapat pula digunakan untuk keperluan studi, penelitian, pembacaan, dan sebagainya (Safrudin Aziz, 2014: 16).

Batasan istilah perpustakaan:

1. Perpustakaan meruapakan kunpulan buku, manuskrip dan bahan pustaka lainnya yang digunakan keperluan studi dan bacaan, kenyamanan atau kesenangan.

2. Perpustakaan sebagai kumpulan materi tercetak dan media non cetak dan atau sumber informasi dan komputer yang disusun secara sistematik untuk digunakan pemakai.

3. Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah geduang ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan yang biasanya menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual

Dengan demikian, pengertian perpustakaan dapat meliputi: (1) Koleksi buku-buku dan bahan bacaan lainnya yang di pelihara untuk membaca, belajar dan konsultasi. (2) Suatu tempat, geduang, ruang yang ditata untuk memelihara dan menggunakan koleksi buku-buku, dll.

(3)Koleksi film, foto dan bahan pustaka bukan buku, pita dan disk baik

(22)

dari bahan pasti dan logam, pita komputer, disket dan program-program.

Semuanya sebagaimana bahan tercetak dan dokumen manuskrip, dapat disediakan dalam suatu bagian dari suatu perpustakaan yang besar atau bahkan mungkin suatu perpustakaan hanya membatasi pada satu jenis material saja. (4) Program komputer seperangkat rutinitas yang tersimpan dalam suatu file. Secara lebih umum diterapkan pada beberapa koleksi perangkat lunak (software) aplikasi yang dikumpulkan atau terdiri dari berbagai koleksi file data untuk tujuan tertentu (Hartono, 2015: 6).

Safrudin Aziz menyimpulkan perpustakaan merupakan sebuah gedung penyimpanan dokumen, baik tercetak maupun tidak tercetak (digital), disusun secara sistematis sesuai dengan pedoman penyusunan tertentu yang didalamnya terdapat berbagai kegiatan adminstrasi, pelayanan teknis maupun jasa serta dapat digunakan untuk keperluan studi, pembacaan, penelitian, rekreasi, dan sebagainya (Safrudin Aziz, 2014: 16).

Dalam upaya menyelenggarakan pendidikan yang baik, maka perlu didukung oleh sumber daya pendidikan yang memadai, yang dimaksud dengan sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana dan prasarana.

Dengan demikian, setiap sekolah baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat perlu menyediakan sarana sumber belajar yang memadai, salah satunya adalah Perpustakaan Sekolah. Dengan demikian, perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada pada lembaga pendidikan sekolah, yang meruapakan bagian integral dari sekolah yang bersangkutan, dan merupakan sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan (Hartono, 2015, 18).

2. Tujuan dan Manfaat Perpustakaan Sekolah

Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan perpustakaan sekolah diharapkan dapat

(23)

membantu murid-murid dan guru menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar.

Tujuan didirikannya perpustakaan sekolah tidak terlepas dari tujuan diselenggarakannya pendidikan sekolah secara keselurihan, yaitu untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik (Siswa atau Murid), serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan.

Perpsutakaan sekolah sebagai bagian integral dari sekolah, meruapakan komponen utama pendidikan di sekolah, diharapkan dapat menunjang terhadap pencapaian tujuan tersebut(Pawit, 2016: 3).

Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka tujuan perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:

a. Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca para siswa.

b. Membantu menulis kreatif bagi para siswa dengan bimbingan guru dan pustakawan.

c. Menumbuhkembangkan minta dan kebiasaan membaca para siswa.

d. Menyediakan berbagai macam sumber informasi untuk kepentingan pelaksanaan kurikulum.

e. Mendorong, menggairahkan, memelihara, dan memberi semangat membaca dan semangat belajar para siswa.

f. Memperluas, memperdalam, dan memperkaya pengalaman belajar para siswa dengan membaca buku dan koleksi lain yang mengandung ilmu pengetahuan dan teknologi, yang disediakan oleh perpustakaan.

g. Memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktu senggang memalui kegiata membaca, khususnya buku-buku dn sumber bacaan lain yang bersifat kreatif dan ringan, seperti fiksi, cerpen, dan lainnya (Pawit, 2016: 3)

Secara terinci, manfaat perpustakaan sekolah baik yang diselenggarakan di sekolah dasar, maupun di sekolah menengah adalah sebagai berikut :

a. Perpustakaan sekolah dapat menimbulkan kecintaan murid-murid terhadap membaca.

(24)

b. Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar murid- murid.

c. Perpustakaan sekolah dapat menanamkan kebiasaan belajar mandiri yang akhirnya murid-murid mampu belajar mandiri.

d. Perpustakaan sekolah dapat mempercepat proses penguasaan teknik membaca.

e. Perpustakaan sekolah dapat membantu perkembangan kecakapan berbahasa.

f. Perpustakaan sekolah dapat melatih murid-murid ke arah tanggungjawab.

g. Perpustakaan sekolah dapat memperlancar murid-murid dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah.

h. Perpustakaan sekolah dapat membantu guru-guru menemukan sumber pengajaran.

i. Perpustakaan sekolah dapat membantu murid-murid, guru-guru, dan anggota staf sekolah dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Bafadal Ibrahim, 2009: 5).

3. Fungsi Perpustakaan Sekolah

Secara umum (universal) semua jenis mengemban fungsi sebagai berikut: (1) Fungsi pendidikan, (2) Fungsi penyimpanan, (3) Fungsi penelitian, (4) Fungsi Informasi, (5) Fungsi rekreasi dan kultural. Apabila diterapkan pada perputakaan sekolah, pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut sebagai berikut:

a. Fungsi Pendidikan

Perpustakaan sekolah didirikan dengan fungsi utama sebagai salah satu sarana yang menunjang pencapaian tujuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Keberadaannya harus sejalan dengan prinsip sistem pendidikan nasional yang diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didika yang berlangsung sepanjang hayat serta diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi sgenap warga masyarakat. Perpustakaan sekolah harus menyediakan da

(25)

mengelola berbagai bahan perpustakaan sebagai sumber literatur yang berhubungan dengan pendidikan dan proses belajar mengajar sehingga dapat berfungsi sebagai tempat dan sumber belajar bagi siswa serta sumber rujukan bagi guru dan petugas administrasi sekolahnya (Hartono, 2015: 19).

Fungsi pendidikan atau edukatif dari perpustakaan sekolah ini sesungguhnya sangat mulia dilihat dari segi pelaksanaannya. Semua anggota masyarakat yang berada di sekolah tempat perpustakaan sekolah bersangkutan bernaung, mempunyai hak yang sama untuk memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan sekolah. Namun demikian, dalam praktiknya, yang perlu disesuaikan dengan arah pembangunan sekolah setepat yang selalu harus sejalan dengan tujuan pembangunan pendidikan yang lebih tinggi, perpustakaan sekolah biasanya belum menjadi prioritas pelaksanaannya. Hal ini dimungkinkan oleh hasil yang dicapai oleh penyelenggaraan perpustakaan sekolah tidak langsung bisa terlihat.

Padahal jika disadari benar, pelaksanaan pembangunan dalam pendidikan memang tidak bisa dilihat hasilnya dalam waktu dekat.

Karena pendidikan adalah investasi jangka panjang, maka penyelenggaraan perpustakaan sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan bagi para siswa sekolah juga tidak langsung bisa dilihat hasilnya. Dalam jangka panjang baru akan ketahuan perbedaanya antara orang yang tidak belajar dan orang yang belajar, orang yang secara rutin membaca dan memanfaatkan perpustakaan dan orang yang tidak suka menggunakan perpustakaan (Pawit, 2016: 5).

b. Fungsi Penyimpanan

Fungsi penyimpanan dan pelestarian pada perpustakaan seklah bukanlah fungsi utamanya. Akan tetapi, perpustakaan sekolah tetap harus menyimpan dan melestarikan koleksi bahan perpustakaan tercetak ataupun terekam sebagai hasil karya putra bangsa yang masih relevan dan diperlukan oleh masyarakat pemustakanya, yaitu siswa, pendidik, dan staf adminstrasi sekolah dalam menyokong pencapaian sasaran

(26)

pendidikan dan pembelajaran para siswanya secara optimal (Hartono, 2015: 20).

c. Fungsi Penelitian

Perpustakaan sekolah juga berfungsi sebagai tempat mendapatkan informasi yang mendukung penelitian para siswa dan guru pembimbingnya. Kegiatan penelitian sederhana dapat dilakukan oleh pemakai perpustakaan, mulai dari anak-anak di bangku sekolah dasar, sekolah menengah, dan sekolah tingkat atas. Bentuk jasa perpustakaan yang dapat diberikan adalah penyediaan berbagai literatur sebagai bahan rujukan yang menjadi koleksi perpustakaan, baik literatur primer, sekunder, tersier, maupun berbagai alat peraga pendidikan lainnya (Hartono, 2015: 20).

Fungsi riset atau penelitian ini juga maksudnya adalah koleksi perpustakaan sekolah dijadikan bahan untuk membantu dilakukannya kegiatan penelitian sederhana. Segala jenis informasi tentang pendidikan setingkat sekolah yang bersangkutan sebaiknya disimpan di perpustakaan ini sehingga dengan demikian, jika ada orang atau peneliti yang ingin mengetahui tentang infomasi tertentu tinggal membacanya di perpsutakaan. Terutama sekali ini dilakukan guna menunjang kegiatan peneliti pustaka (Pawit, 2016: 6).

d. Fungsi Informasi/ Informatif

Perpustakaan sekolah menyediakan informasi bagi pemustakanya, baik informasi tentang berbagai bahan pustaka yang dimilikinya (cakupan, jenis, penempatan, dan lain-lain), informasi tentang berbagai aktivitas dan layanan perpustakaan yang ditawarkan, maupun informasi tentang lingkungan sekitar perpustakaan tersebut (Hartono, 2015: 20).

Fungsi Informatif ini berkaitan dengan menupayakan penyediaan koleksi perpustakaan yang bersifat “memberi tahu” akan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan para siswa dan guru. Melalui membaca berbagai media bahan bacaan yang disediakan oleh perpustakaan sekolah, para siswa dan guru akan banyak tahu tentang segala hal yang terjadi di dunia ini. Bagaimanapun juga dalam hal-hal

(27)

tertentu bahan bacaan termasuk buku lebih mempunyai keunggulan relatif dibandingka dengan media audiovisual seperti televisi dan film.

Disamping buku dan bacaan lebih fleksibel bentuknya sehingga mudah dibawa kemana-mana, ia juga mampu menjelaskan dan meberi petunjuk secara lebih praktis dan mendetail. Dalam hal ini tidak bisa dilakukan oleh media elektronik seperti tadi. Tambahan lagi, melalui membaca, orang bisa menembus batas-batas ruang dan waktu (Pawit, 2016: 6).

e. Fungsi Rekreasi dan Kultural

Perpustakaan sekolah juga berfungsi sebagai unit menyimpan khazanah budaya bangsa, yaitu melaui penyimpanan dan pelestarian berbagai bahan pustaka yang memuat khazanah budaya bangsa. Fungsi sebagai pusat sarana budaya ini dapat dilakukan oleh perpustakaan sekolah dengan mengadakan berbagai kegiatan, seperti pameran buku, foto, peragaan busana daerah, pentas kesenian, story telling, dan sebagainya. Selain sebagai pusat kultural, perpustakaan pun memiliki fungsi rekreasi budaya yang bersifat literatur, seperti penyediaan buku- buku hiburan, berbagai hikayat, lagu-lagu daerah yang menambah kesegaran rohani, dan sebagainya (Hartono, 2015: 20).

Fungsi rekreasi dimaksudkan bahwa dengan disediakannya koleksi yang bersifat ringan seperti surat kabar, majalah umum, buku-buku fiksi, dan sebagainya. diharapkan dapat menghibur pembaca di saat yang memungkinkan. Misalnya dikala waktu senggang sehabis belajar seharian, bisa memanfaatkan jenis koleksi ini sehingga terhibur karenanya. Fungsi rekreasi ini memang bukan yang utama dari dibangunnya perpustakaan sekolah, namun hanya sebagai pelengkap saja guna memenuhi kebutuhan sebagian anggota masyarakat sekolah akan hiburan intelekual (Pawit, 2016: 6).

Sulistyo Basuki (1991) memberikangambaran fungsi perpustakaan dalam kehidupan masyarakat adalah sebagai berikut :

a. Fungsi simpan karya, yaitu fungsi perpustakaan untuk menyimpan buah karya masyarakat. Bentuk karya yang disimpan adalah yang

(28)

berkaitan dengan bukumajalah, surat kabar, atau informasi terekam lainnya.

b. Fungsi informasi, yaitu fungsi perpustakaan yang memberikan informasi sejelas-jelasnya kepada pemustaka tentang sesuatu hal yang diperlukan.

c. Fungsi pendidikan, yaitu fungsi perpustakaan yang menunjang sistem pembelajaran yang dicanangkan oleh pemerintah.

d. Fungsi rekreasi, yaitu fungsi perpustakaan sebagai tempat yang menjadi rekreasi bagi pemustakanya dengan memberikan fasilitas yang baik dan bacaan yang sifatnya menghibur.

e. Fungsi kultural, yaitu fungsi perpustakaan sebagai media dalam rangka melestarikan kebudayaan bangsa (Wiji Suwarno, 2016: 28).

Berdasarkan urgensinya bahwa tugas pokok dan fungsi (tupoksi) bahwa perpustakaan memilki tugas menghimpun, mengelola, mengolah/mengorganisasi informasi, melestarikan informasi dan melayankan informasi kepada masyarakat pengguna. Kemuadian secara umum (universal), semua jenis perpustakaan mengemban fungsi sebagai berikut: fungsi edukasi, fungsi repositori, fungsi riset, fungsi informasi, fungsi rekreasi dan fungsi kultural.

4. Layanan Perpustakaan

Kegiatan layanan perpustakaan meruapakan inti (core) dari seluruh kegiatan perpustakaan. Keberhasilan sebuah lembaga perpustakaan sangat ditentukan oleh kualitas layanan perpustakaan. Layanan merupakan suatu kegiatan penyediaan bahan pustaka secara tepat, akurat, dan cepat dalam memenuhi kebutuhan informasi bagi pemakai. Tujuan perpustakaan memberikan layanan kepada masyarakat agar bahan pustaka yang telah dihimpun dan diolah sebaik-baiknya dapat dimanfaatkan oleh pembaca.

Layanan perpustakaan berfungsi mendekatkan pembaca dengan bahan pustaka yang dibutuhkan dan diminatinya.

Pada dasarnya layanan perpustakaan perpustakaan adalah penyediaan bahan pustaka secara cuma-cuma kepada masyarakat dengan cepat dan akurat, sesuai dengan kebutuhan pemakain jasa perpustakaan.

(29)

Ada berbagai pendapat yang mengatakan bahwa layanan perpustakaan meruapakan inti penyelenggaraan perpustakaan. Dengan kata lain perpustakaan identik dengan layanan, sebab bagaimanapun hebatnya suatu perpustakaan, namun apabila layanannya sangat buruk, begitu juga sebaliknya (Hartono, 2015: 162).

Secara praktik, perpustakaan pada prinsipnya mempunyai tiga kegiatan pokok. Pertama, mengumpulkan (to collect) semua informasi yang sesuai dengan bidang kegiatan dan misi organisasi serta masyarakat yang dilayaninya. Kedua, melestarikan, memelihra, dan merawat seluruh koleksi perpustakaan agar tetap dalam kegiatan baik, utuh, layak pakai, dan tidak lekas rusak, baik karena pemakaian baik karena pemakaian maupun karena usia (to proserve). Ketiga, menyediakan dan menyajikan informasi untuk siap dipergunakan dan diberdayakan (to make available) seluruh koleksi yang dihimpun di perpustakaan untuk digunakan pemakainya.

Mencermati kegiatan diatas, dapat dinyatakan bahwa perpustakaan kini dan mendatang berperan vital dalam menyajikan informasi bagi masyarakat. Apabila informasi telah menjadi penentu kehidupan manusia setara dengan kebutuhan fisiologis, seperti rasa aman, rasa dicintai dan memiliki, harga diri serta kebutuhan aktualisasi diri sebagaimana di kemukakan Maslow (Safrudin Aziz, 2014: 32).

a. Sistem Layanan

Ada tiga jenis akses layanan di perpustakaan, yakni akses layanan terbuka (open access), akses layanan tertutup (closed access), akses layanan campuran (mixed accsess).

1. Akses Layanan Terbuka (open access)

Akses layanan ini memberikan kebebasan kepada pemakai untuk mencari koleksi yang diperlukan. Pemakai diizinkan langsung langsung ke ruang kolekssi yang diinginkan (Hartono, 2015: 165)

Atau dikenal juga dengan nama pelayanan langsung karena bentuk pelayanannya berupa pemberian pelayanan secara langsung

(30)

oleh petugas perpustakaan kepada pengguna perpustakaan, dan hasilnya bisa secara langsung diterima oleh pengguna tadi. Contoh untuk jenis pelayanan langsung ini antara lain adalah pelayanan peminjaman bahan atau koleksi perpustakaan, pelayanan pemberian jawaban atas penyataan pengunjung atau yang juga sering di sebut dengan pelayanan bimbingan kepada pengguna/pembaca (Pawit, 2016: 70).

Kelebihan layanan terbuka antara lain sebagai berikut : (a) pemakai bebas memilih koleksi di rak, (b) pemakai tidak harus menggunakan catalog, (c) pemakai dapat mengganti koleksi yang isinya mirip, jika bahan pustaka yang divari tidak ada, (d) pemakai dapat membandingkan isi koleksi dengan jdul yag dicarinya, (e) koleksi lebih didayagunakan dan (f) menghemat tenaga. Sedangkan kelemahana layanan terbuka adalah sebagai berikut: (a) pemakai cenderung mengembalikakan koleksi seenaknya sehingga (b) mengacaukan dalam penyusunan koleksi di rak, (c) kemungkinan kehilangan koleksi sangat besar, (d) tidak semua pemakai paham dalam koleksi di rak dan (e) perlu membenah terus menerus (Hartono, 2015: 166).

2. Akses Layanan Tertutup

Akses layanan ini, koleksi tertutup bagi pemakai tidak boleh langsung mengambil koleksi di rak, tetapi harus melalui petugas perpustakaan. Oleh karena itu pemakai harus mencari nomor panggil koleksi memalui katalog yang di sediakan (Hartono, 2015: 166).

Seperti yang sudah disebutkan di muka bahwa pelayanan perpsutakaan yang sifatnya tidak lansung/ tertutup adalah bentuk kegaiatan yang tidak secara langsung memberika hasil seketika.

Bentuk pelayanan ini meruapakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh perpustakaan dalam rangka pembinaan dan pemberian motivasi kepada para siswa dan pengguna lainnya agar

(31)

kesinambungan pendayagunaan koleksi perpustakaan tetap terpelihara (Pawit,2016: 82).

Kelebihan layanan tertutup adalah sebagai berikut: (a) koleksi tersusun rapi, karena hanya petugas yang mengambil, (b) kemungkinan, (c) koleksi hilang sangat kecil, (d) koleksi tidak cepat rusak, (e) pengawasan dapt dilakukan dengan longgar, (f) prose temu kembali lebih efektif. Sedangkan kelemahan layanan tertutup adalah sebagai berikut: (a) pemakai kurang puas dalam mencari koleksi buku, (b) koleksi yang didapat kadang-kadang tidak sesuai dengan kebutuhan pemakai, (c) katalog cepat rusak, (d) tidak semua pemakai paham penggunaan katalog, (e) todak semua koleksi dapt didayagunakan, dan (f) pertugas lebih sibuk (Hartono, 2015: 166).

3. Akses Layanan Campuran

Pada akses layanan campuran perpustakaan dapat menerapkan dua sistem layanan sekaligus (layanan terbukadan layanan tertutup). Perpustakaan yang menggunakan sistem layanan campuran biasanya memberikan layanan secara tertutup untuk koleksi skripsi, tesis, dan referens. Sedangkan untuk koleksi lainnya bersifat umum menggunakan akses layanan terbuka. Akses layanan campuran biasanya diterapkan di perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan sekolah yang ruang koleksi dan ruang bacanya sangat terbatas.

Kelebihan layanan campuran: (a) Pemakai dapat langsung menggunakan koleksi referns dan koleksi umum sekaligus, (b) Tidak memerlukan ruang baca khusus koleksi referens. Sedangkan kelemahan layanan campuran: (a) Petugas sulit mengontrol pemakai yang menggunakan koleksi referens dan koleksi umum sekaligus, (b) Ruang koleksi referens dan koleksi umum menjadi satu, (c) perlu pengawasan yang lebih ketat (Hartono, 2015: 166).

(32)

5. Komponen Perpustakaan Sekolah

Suatu perpustakaan dapat berdiri serta melakukan tugas dan fungsinya dengan baik apabila memiliki aspek-aspek yang diperlukan untuk penyelenggaraannya. Dengan demikian, suatu perpustakaan sekolah sekurang-kurangnya harus harus memiliki unsur-unsur utama, sebagaimana digambarkan dalam gambar berikut ini :

a. Organisasi

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, perpustakaan sekolah memerlukan unit kerja sebagai wadah yang memanyungi operasional perpustakaan tersebut, yaitu organisasi. Organisasi adalah suatu wadah kegiatan orang-orang yang bekerja sama dalam usahanya mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, setiap orang harus jelas tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya, begitu juga dalam hubungan tata kerjanya. Struktur organiasi perpustakaan sekolah harus dapat menggambarkan kepastian hubungan dan kedudukan organisasi perpustakaan dengan organisasi induknya serta dapat menjalankan fungsi sistem dan subsistem perpustakaan dalam optimaliasi tujuan yang diharapkan, baik untuk lembaga atau perpustakaan dalam optimalisasi tujuan yang diharapkan, baik untuk lembaga atau perusahaan induknya maupun masyarakat pengguna. Dari stuktur organisasi tersebut, akan dapat diketahui/diprediksi tingkat efisiensi dan efektivitas kerja suatu perpustakaan.

b. Gedung/Ruangan

Gedung/ruangan perpustakaan sekolah sebagai salah satu ousat sumber belajar di perlukan sebagi tempat melakukan kegiatan secara fisik dalam penyelenggaraan perpustakaan. Bangunan yang sepenuhnya dipergunakan untuk kegiatan perpustakaan dan berdiri sendiri disebut gedung perpustakaan. Apabila sebuah gedung dipergunakan untuk beberapa kegiatan dan perpustakaan hanya menempati salah satu bagian dari gedung tersebut, itu disebut ruang perpustakaan. (Ketentuan Gedung dan ruangan sekolah disesuaikan denfan standar nasional perpustakaan).

(33)

c. Perabot dan Perlengkapan

Perpustakaan sekolah harus mempunyai sejumlah perabot dan perlengkapan yang memadai. Perabot dan perlengkapan perpustakaan sekolah yang bai tidak hanya memiliki dan daya tahan lama atau kokoh, tetapi juga berdaya guna tinggi (fungsional). (Ketentuan gedung dan sekolah disesuaikan dengan standar nasional perpustakaan).

d. Koleksi Perpustakaan

Koleksi perpustakaan adalah seluruh bahan pustaka yang dimilki atau dikumpulkan, diolah, dan disimpan dengan menggunakan sistem tertentu oleh suatu perpustakaan untuk disebarluaskan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan informasi mereka. Koleksi atau bahan perpustakaan sekolah sebagai sumber daya dan modal dasar dalam memebrikan jasa layanan kepada pemustaka sebaiknya menyediakan minimal sepuluh buku judul per siswa. Sekolah terkecil hendaknya memiliki paling sedikit 2.500 judul materi perpustakaan yang relevan dan mutakhir serta paling sedikit 60% koleksi perpustakaan terdiri atas buku nonfiksi yang berkaitan dengan kurikulum. Disamping itu, perpustakaan sekolah pun hendaknya memiliki koleksi untuk keperluan hiburan, seperti novel populer, musik, komputer, kaset video, laser disk, majalah, dan poster.

Sedangkan ketentuan gedung dan ruangan sekolah diatur sesuai dengan standar nasional perpustakaan)

e. Ketenagaan

Keberhasilan penyelenggaraan perpustakaan banyak bergantung pada pengelolanya. Agar perpustakaan dapat berjalan dengan baik, perlu dikelola dengan sejumlah tenaga/pustakawan yang terampil dan profesional. Selain harus memilki ilmu pengetahuan tentang kepustakawanan dan mengetahui kebutuhan informasi masyarakat yang dilayaninya, para petugas perpustakaan juga dituntut memilki kualifikasi kepribadian yang baik. Sedangkan ketentuan ketenagaan

(34)

perpustakaan perpustakaan sekolah diatur sesuai standar nasional perpustakaan.

f. Layanan

Layanan merupakan suatu kegiatan penyediaan bahan pustaka secara tepat, akurat, dan cepat dalam memenuhi kebutuhan informasi bagi pemakainya. Tujuan perpustakaan memberikan layanan kepada masyarakat agar bahan pustaka yang telah dihimpun dan diolah sebaik-baiknya dapat dimanfaatkan oleh pembaca. Layanan perpustakaan berfungsi mendekatkan pembaca dengan bahan pustaka yang dibutuhkan dan diminatinya. Dalam upaya menciptakan kegiatan layanan perpustakaan yang baik, diperlukan pendukung kegiatan layanan di perpustakaan, antara lain koleksi, sarana dan prasarana, sitem layanan, serta pengguna itu sendiri. Sedangkan ketentuan layanan perpustakaan diatur sesuai dengan standar nasional perpustakaan.

g. Anggaran

Anggaran atau dana merupakan aspek penting untuk keberlangsungan suatu perpustakaan. Pendanaan dan anggaran perpustakaan sekolah sangat penting, yaitu untuk menjamin agar perpustakaan memperoleh bagian yang adil dari anggaran sekolah.

Sebagai ketentuan umum, anggaran material perpustakaan sekolah palingsedikit adalah 5% untuk biaya per siswa dalam sistem persekolahan, tidak termasuk belanja gaji dan upah, transportasi, serta perbaikan gedung. Perencanaan anggaran perpustakaan sekolah harus mencakup hal berikut, biaya pengadaan sumber daya baru (misalnya buku, terbitan berkala/majalah, dan bahan terekam/tidak tercetak);

biaya keperluan promosi (misalnya, membuat poster), biaya pengadaan alat tulis kantordan keperluan administrasi, biaya berbagai aktivitas pameran dan promosi, biaya penggunaan teknologi komunikasi dan informasi (ICT) serta biaya perangkat lunak dan lisensi (Hartono, 2015: 21).

(35)

6. Struktur Organisasi Perpustakaan

Struktur organisasi perpustakaan akan menggambarkan struktur tata hubungan kerja di perpustakaan. Oleh karena itu, struktur organisasi perpustakaan setidaknya mencakup tiga hal, yaitu (a) stuktur atau kerangka; (b) kelompok orang-orang tertentu; (c) sistem.

Setiap perpustakaan merupakan sebuah organisasi, baik yang berdiri sendiri maupun bagian dari organisasi yang mengoordinasikan kegiatan perpustakaan. Perpustakaan yang berdiri sendiri biasanya adalah perpustakaan besar dalam pengertian koleksinya bayak, jumlah karyawannya banyak, ruang lingkup layanannya luas, dan dana yang dimilkinya besar (Wiji Suwarno, 2016: 23).

Dalam manajemen perpustakaan modern organisasi atau kelembagaan perpustakaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Dalam suatu organisasi, setiap orang harus jelas tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya, begitu juga dalam hubungan dan tata kerjanya.

Secara defenitif bahwa organisasi adalah wadah dari kegiatan dan aktivitas sumber daya manusia dalam upaya mencapai tujuan. Menurut Siagian (1994), organisasi adalah setiap bentuk perserikatan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama utntuk mencapai tujuan dan terikat secara formal dala suatu hiraki dimana selalu terdapat hubungan antara seseorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.

Berdasarkan jenisnya bahwa organisasi tersebut dapat dibedakan menjadi dua macam, pertama bahwa organisasi sebagai alat manajemen dan organisasi sebagai wadah atau tempat manajemen memberikan bentuk bagi manajemensehingga organisasi dapat dikatakan sebagai alat dalam arti statis, tetap, dan tak bergerak. Bentuk manajemen sangat dinamis karena tergantung dari wadahnya. Kedua, organisasi sebagai manajemen.

Organisasi yang memberikan kemungkinan tempat manajemen dapat bergerak dalam batas-batas tertentu. Organisasi dalam arti dinamis berarti organisasi itu bergerak mengadakan pembagian pekerjaan (Hartono, 2015:

25).

(36)

Struktur organisasi merupakan bentuk atau figur yang akan menggambarkan beberapa hal sebagai disebutkan berikut :

a. Formasi jabatan adalah pos-pos jabatan yang harus diisi denganorang- orang yang tepat dan diberi batsan ruang lingkup pekerjaan.

b. Garis komunikasi, perintah, dan laporan serta kerja sama, dalam organisasi yang sehat, jalannya arus komunikasi tidak hanya satu arah, tetapi paling tidak ada dua arah, yaitu perintah dan laporan.

c. Tugas, wewenang, dan tanggung jawab, Salah satu prinsip organisasi adalah pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab, jika pekerjaan membutuhkan orang lain dan membutuhkan manajemen dan koordinasi, diperlukan organisasi yang didalamnya ada pembagian tugas, wewenang, dan tanggungjawab.

d. Kebutuhan pegawai, sebuah perpustakaan yang sehat harusnya di isi dengan pegawai yang memadai dan memenuhi semua kriteria yang dipersyaratkan.

e. Komponen kepengurusan perpustakaan, komponen yang diperlukan untuk mengisi struktur organisasi perpustakaan yang paling urgen mencakup hal berikut: Kepala atau pemimpin perpustakaan, pustakawan, pegawai pelaksana teknis kepustakawanan, pegawai tata usaha atau kesekretariatan (admnistrasi) (Wiji Suwarno, 2016: 24).

7. Perpustakaan Sekolah Yang Ideal

Perpustakaan sekolah yang baik memang bersifat relatif, namun demikian bukan berarti kriteria tersebut tidak bisa dirumuskan sama sekali.

Ada sekolah yang mempunyai sarana yang lengkap sedangkan pada sisi lain masih ada sekolah yang sarana pendukungnya kurang lengkap.

Berikut ini beberapa kriteria dari “perpustakaan sekolah yang ideal” yang dapat berfungsi sebagai sumber belajar siswa secara memadai.

a. Adanya status kelembagaan yang kuat dari perpustaakaan b. Struktur organisasi perpustakaan jelas dan berjalan baik

c. Memiliki ruangan yang memadai sesuai dengan jumlah siswa, bersih, dan penyinaran yang cukup

d. Memiliki tempat baca yang memadai

(37)

e. Miliki perabotan perpustakaan secara memadai

f. Partisipasi pemakainya (siswa dan guru) baik dan aktif

g. Jenis koleksi mencerminkan komposisi yang baik antara buku teks dengan buku fiksi, yaitu 40% untuk buku teks, 30% buku-buku pengayaan, dan 30% buku fiksi serta judul buku yang dimilki bervariasi

h. Koleksi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan kurikulum sekolah i. Memiliki tenaga pengelola dengan kompetensi yang memadai j. Pengorganisasian koleksinya teratur

k. Didukung dengan teknologi informasi dan komunikasi

l. Adminstrasi perpustakaannya tertib yang meliputi administrasi keanggotaan, administrasi inventaris buku dan perabot, peminjaman, penyusutan, penambahan buku, statistik peminjaman

m. Memiliki sarana penelusuran informasi yang baik n. Memiliki peraturan perpustakaan

o. Memiliki program pengembangan secara jelas dan terarah p. Memiliki program keberaksaraan informasi (literasi informasi) q. Memiliki program pengembangan minat membaca dikalangan siswa

r. Memiliki program mitra perpustakaan

s. melakukan kegiatan promosi dan pemasyarakatan perpustakaan

t. Kegiatan perpustakaan terintegritasi dengan kurikulum dan kegiatan belajar

u. Memiliki anggaran perpustakaan secara tetap v. Adanya kerjasama dengan sekolah lain w. Pelayanannya menyenangkan

x. Ada jam perpustakaan sekolah yang terintegritas dalam kurikulum (Darmono, 2007:6).

Perpustakaan sebagai bagian integral dari lembaga induk. Apabila perpustakaan sekolah bahwa perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar, kedudukannya sejajar dengan sumber belajar lainnya. Perpustakaan sekolah adalah unit kerja yang melakukan kegiatan pengadaan,

(38)

pengolahan, penyimpanan, dan pendayagunaan koleksi bahan perpustakaan untuk mendukung proses belajar mengajar.

Seluruh unit kegiatan pada sebuah perpustakaan dapat digambarkan dalam bagan struktur organisasi. Pelaksanaan proses pengorganisasian perpustakaan sekolah yang baik akan mengarahkan berbagai kegaiatan perpustakaan sekolah mencapai tujuannya. Dengan demikian, pengorganisasian perpustakaan sekolah dapat dikatakan sebagai proses penciptaan hubungan antara berbagai fungsi personalia perpustakaan dan faktor-faktor fisik yang dimiliki perpustakaan agar semua pekerjaan yang dilakukan dapat bermanfaat serta terarah pada tujuan pendirian perpustakaan sekolah yang telah diterapkan sebagai komitmen bersama (Hartono, 2015: 28).

B. Manajemen Perpustakaan Sekolah

1. Konsep Dasar Manajemen Perpustakaan Sekolah

Pada hakikatnya manajemen adalah suatu kegiatan untuk mencapai tujuan, melalui kerja orang-orang lain. Dengan kata lain konsep dasar manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian dan pengendalian yang bertujuan untuk mengalokasikan sumber daya sehingga mempunyai nilai rambah.

Dalam kaitannya dengan perpustakaan sekolah, manajemen perpustakaan sekolah pada dasarnya adalah proses mengoptimalkan kontribusi manusia, material, anggaran untuk mencapai tujuan perpustakaan (I Ketut Widiasa, 2007: 2).

Manajemen dalam perpustakaan bukan sekedar kegiatan menempatkan buku-buku di rak akan tetapi lebih dari itu, sangat kompleks,berkelanjutan,danselalu berubah. Jadi manajemen merupakan sebuah proses yang memfokuskan pada memperhatikan kegiatan hari kehari,menghadapi permasalahan isi dan integrasi dengan tujuan- tujuansekolah. Kegiatan manajemen adalah kegiatan yang mencerminkan adanyasebuah sistem, terkait dan terdiri dari beberapa aspek atau faktor untuk mendukungnya. Beberapa faktor dapat yang dapat di temui dalam sebuah proses manajemen perpustakaan diantaranya adalah:

(39)

a. Prosedur dan kebijakan

Prosedur merupakan cara atau bagaimana kegiatan dan aksi-aksi akan dapat mengimplementasikan sebuah rencana spesifik atau menjalankan sebuah kebijakan. Kebijakan sendiri mengarah pada mengapa atau apa prinsip-prinsip dari organisasi dari organisasi (sekolah/perpustakaan). Kadang kala sebuah kebijakan terhadap terhadap perpustakaan sekolah sangat dipengaruhi oleh kondisi kebijakan di lingkungan, baik dari sekolah atau pemilik, dinas pendidikan, pemerintah, atau mungkin departemen pendidikan.

Kebijakan disini termasuk didalamnya pendanaan, pengelolaan, dukungan untuk guru-pustakawan dan faktor-faktor lain yang berhubungan.

b. Manajemen Koleksi

Manajemen koleksi merupakan area kunci dari tanggung jawab seorang guru-pustakawan. Koleksi sendiri dapat didefenisikan sebagai sebuah bahan pustaka atau sejenisnya yang dikumpulkan, dikelola, dan diolah dengan kriteria tertentu. Pengelolaan koleksi yang baikakan menetukan sukses tidaknya sebuah program perpustakaan sekolah. Dalam manajemen koleksi sebetulnya jumlah bukan suatu hal yang menjadi sangat prinsip, akan tetapi lebih penting bagaimana koleksi itu dapat dimanfaatkan baik atau tidak.

c. Pendanaan dan Pengadaan

Pendanaan adalah masalah yang sering menjadi „mimpi buruk‟

bagi sebagian pengelola perpustakaan dalam mengembangkan perpustakaannya. Untuk itu masalah pendanaan ini harus direncanakan sedini mungkin. Melalui sebuah „assesment‟ terhadap koleksi dan tujuan pengembangan program-program, sebuah rencana pendanaan dapat dilakukan dan dikeluarkan dalam sebuah dokumen perencanaan bagi perpustakaan sekolah. Sebuah rencana pendanaan akan membantu kita dalam menyakinkan dewan sekolah atau pemiliksekolah untuk menyetujui dan juga sebagai bukti akuntabilitas dari program-program perpustakaan.

(40)

d. Manajemen Fasilitas

Fasilitas perpustakaan menjadi sisi lain yang perlu di perhatikan dalam pengelolaan perpustakaan Biasanya tiap level sekolah mempunyai karakteristik masing-masing dalam perencanaan fasilitas.

Namun yang penting dalam pengelolaan fasilitas harus diperhatikan tiga hal yakni: 1) Nyaman (Comfort), 2) Terbuka (Welcome), 3) Kemudahan bagi pengguna (User Friendly). Namun demikian guru- pustakawan dapat mengeksplorasi sendiri kebutuhan dan juga hal-hal yang menyangkut fasilitas ini, dengan terlebih dahulu melihat kemapuan dan kemauan sekolah dalam pengembangan perpustakaan sekolahnya.

e. Sumber Daya Manusia

Faktor lain yang penting dalam pengelolaan perpustakaan sekolah adalah masalah sumber daya manusia (SDM) yang mengelolanya.

Kita sering menemukan bahwa pekerjaan yang berhubungan perpustakaan „hanya‟ menjadi pekerjaan „sampingan‟ sehingga tidak dikeloa secara baik. Bahkan dalam beberapa kasus ketiadaan SDM ini membuat sekola sama sekali tidak mempedulikan adanya perpustakaan sebagai bagiam integral dalam sistem pendidikannya.

SDM atau staf pengelola perpustakaan meruapak kunci utama dalam kesuksesan sbuah perpustakaan. Untuk itu, pengelolaan perpustakaan memang membutuhkan guru atau pengelola yang cukup tahu masalah manajemen, mempunyai ide-ide segar dan bekerja secara profesional di perpustakaan. Unsur SDM dalam perpustakaan sekolah paling tidak terdiri atas: guru pustakawan, staf pendukung, staf devisi, murid pustakawan.

f. Perencanaan

Perencanaan meruapakan hal yang sangat penting dalam sebuah manajemen perpustakaan. Untuk itu mulailah selalu dengan perencanaan dalam pengelolaan perpustakaan sekolah. Perencanaan akan menentukan sejauh mana perpustakaan sekolah dapat berjalan

(41)

dengan baik dan mendukung proses pembelajaran yang inivatif di sekolah (Riyanto, 2012: 2).

C. Problematika Perpustakaan Sekolah 1. Minat Baca

Di era perkembangan global seperti sekarang ini, perpustakaan dapat dilihat sebagai pusat sumber daya informasi. Artinya, perpustakaan tidak hanya sebagai penyedia infromasi bagi pemustaka, tetapi pemustaka yang mengakses informasi di perpustakaan diharapkan mampu menghasilkan informasi atau pengetahuan baru dari informasi atau pengetahuan baru yang didapatkannya dari perpustakaan. Bentuknya pengetahuan baru itu bisa saja berupa artikel, laporan penelitian, dan makalah atau mungkin dalam bentuk buku yang kesemuanya itu dapat diakses informasinya oleh orang lain (Wiji Suwarno, 2016: 119).

Minat baca menjadi kunci penting bagi kemajuan suatu bangsa, karena penguasa iptek hanya dapat diraih dengan minat baca yang tinggi, kegiatan menyimak dan mendengar. Minat baca adalah keinginan hati yang tinggi (gairah) untuk membaca. Defenisi itu sejalan dengan pendapat darmono yang menyatakan bahwa minat baca merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong sesorang berbuat sesuatu terhadap membaca. Minat baca tumbuh dari pribadi masing-masing sesorang, sehingga untuk meningkat minat baca perlu kesadaran setiap individu (Suharmono Kasiyun, 2015: 81).

Membaca merupakan keterampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan keterampilan bawaan yang dapat dikembangkan, dibina dan dipupuk melalui kegiatan belajar mengajar.

Lingkungan pendidikan merupakan basis yang sangat strategis untuk mengembangkan kebiasaan membaca, kegiatan membaca sudah semestinya merupakan aktivitas rutin sehari-hari bagi masyarakat ilmiah dan pendidikan untuk memperoleh pengetahuan atau informasi (Hartono, 2016:371).

(42)

a. Konsep Minat Baca

Secara definitif pengertian minat adalah kesenangan atau perhatian yang terus menerus terhadap suatu objek karena adanya pengharapan memperoleh manfaat. Sedangkan membaca adalah proses memperoleh pengertian dari kombinasi beberapa huruf dan kata atau proses penafsiran lambang dan pemberian makna terhadapnya. Sehingga minat membaca adalah sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri anak terhadap tehadap aktivitas membaca meliputi kesenangan membaca dan tertarik buku bacaan (Hartono, 2016:372).

b. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Minat Baca di Indonesia Sejumlah faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca di Indonesia adalah sebagai berikut (a) Kurikulum pendidikan dan sistem pembelajaran di Indonesia belum mendukung kepada peserta, semestinya kurikulum atau sistem pembelajaran yang ada mengharuskannya membaca buku lebih banyak lebih baik atau mencari informasi lebih dari apa yang diajarkan, (b) masih terlalu banyaknya jenis hiburan, permaninan game dan tanyangan TV yang tidak mendidik, (c) kebiasaan masyarakat terdahulu yang turun temurun dan sudah mendarah daging, masyarakat sudah terbiasa dengan cara mendongeng, bercerita yang sampai saat sekarang masih berkembang di masyarakat indonesia, (d) rendahnya produksi buku-buku yang berkualitas di Indonesia, dan masih adanya kesenjangan penyebaran buku di perkotaan dan pedesaan, yang mengakibatkan terbatasnya sarana bahan bacaan dan kurang meratanya bahan bacaan ke pelosok tanah air, (e) rendahnya dukungan dari lingkungan keluarga, yang kesehariaanya hanya disibukkan oleh kegiatan-kegiatan keluarga yang tidak menyentuh aspek-aspek penumbuhan minat baca pada keluarga dan, (f) minimnya sarana untuk memperoleh bahan bacaan, seperti perpustakaan dan taman bacaan (Hartono, 2016:373).

(43)

c. Strategi Pengembangan Minat Baca

Dalam rangka upaya mengembangkan minat baca masyarakat ada beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain:

Pertama, mendesain kurikulum atau sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk melakukan kegiatan membaca bahan bacaan yang terkait dengan kurikulum atau sistem pembelajaran yang ada. Kedua, pendidik berupaya merekomendasikan bahan bacaan yang harus dibaca oleh peserta didik yang dikaitkan dengan tugas-tugas pembelajaran. Ketiga, tersedianya sarana sumber informasi/perpustakaan/taman bacaan/pusat dokumentasi dan informasi yang memadai, mudah terjangkau dan representatif, sehingga pengguna merasa butuh informasi yang ada di perpustakaan. Keempat, pemerataan akses informasi dengan dikembangkannya taman bacaan ke tingkat desa, sehingga masyarakat di pedesaan juga merasakan adanya penyebaran informasi atau ilmu pengetahuan. Kelima, menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat, betapa pentingnya kebiasaan membaca, karena dengan membaca akan membuka wacana baru dan menambahkan wawasan terkait dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ada beberapa cara menumbuhkan minat baca menurut Hasyim, yaitu berikut ini:

1) Bacakan buku sejak anak lahir

2) Dorongan anak bercerita tentang aapa yang didengar atau dibacanya

3) Ajak anak ke toko/ perpustakaan 4) Beli buku yang menarik minat baca

5) Beri hadiah yang memperbesar semangat membaca 6) Jadikan buku sebagai hadiah untuk anak

7) Jadikan kegiatan membaca sebagai kegiatan setiap hari

8) Peningkatan minata baca dapat dilakukan dengan berbagai cara 9) Memiliki kesadaran dan minat yang tinggi terhadap membaca

Gambar

Gambar Statistik Kunjungan Perpustakaan

Referensi

Dokumen terkait

Ditinjau dari ketinggiannya, sebagian besar wilayah Kabupaten Minahasa Induk berada pada kelas ketinggian 100-1000 dpl.Sedangkan ditinjau dari kemiringan merupakan wilayah

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh Intellectual Capital

abupaten Raja Ampat adalah kabupaten yang wilayahnya sebagian besar terdiri.. dan gugusan puiau terletak pada posisi 2° 25’ lintang utara 4025’

Struktur Makna dan Makna Idiom Bahasa Jepang yang Terbentuk dari Nama Hewan.. Idiom yang menggunakan nama hewan sangatlah banyak, namun

Frekuensi perilaku seksual tertinggi ditunjukkan oleh mencit yang diberi tepung teripang pada konsentrasi kandungan steroid 10 ìg /100 g bobot badan dengan frekuensi kissing

5% digunakan katalis basa dalam proses transesterifikasi maka akan terbentuk sabun yang menghambat pemisahan gliserol dari biodiesel, untuk kasus seperti ini

Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara computer fear dengan keahlian siswa akuntansi dalam menggunakan aplikasi MYOB dengan nilai

Hasil penelitian ini adalah kualitas komik kampanye yang dipublikasikan cukup baik dan berpengaruh terhadap orientasi politik pemilih milenial dengan aspek