PENGARUH DIVIDEN DAN EARNING PER SHARE TERHADAP
HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF
YANG GO
PUBLIK
DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Oleh :
ERNAWATI
0812010018 / EM
FAKULTAS EKONOMI
J AWA TIMUR
2011
USULAN PENELITIAN
PENGARUH DIVIDEN DAN EARNING PER SHARE TERHADAP
HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF
YANG GO
PUBLIK
DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan
ERNAWATI
0812010018 / EM
Telah disetujui untuk mengikuti seminar :
Pembimbing Utama
Dr . Ali Maskun, MS Tanggal :………..
Men get ah u i
Ketua Pr ogram Studi Manajemen
Dr . Muh ad jir An war , MM
SKRIPSI
PENGARUH DIVIDEN DAN EARNING PER SHARE TERHADAP
HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF
YANG GO
PUBLIK
DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan
ERNAWATI
0812010018 / EM
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dr . Ali Mask un, MS Tanggal :………..
Mengetahui
Wakil Dekan I
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :
“Pengar uh Ear ning Per Shar e dan Dividen Ter hadap Har ga Saham Pada
Per usahaan Otomotif Yang Go Public di Bur sa Efek Indonesia”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala
ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Dr. Ali Maskun, MS, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan
5. Segenap staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama
masa perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan
segalanya.
7. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan
satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan
yang penulis miliki, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang
berkepentingan.
Surabaya, Januari 2012
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
ABSTRAKSI ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Penelitian Terdahulu ... 11
2.2.1. Saham di Pasar Modal ... 12
2.2.2. Analisis Rasio ... 20
2.2.3. Kebijakan Dividen... 28
2.2.4. Profitabilitas ... 30
2.2.5. Pengaruh Earning per share Terhadap Harga Saham ... 33
2.2.6. Pengaruh Dividen Terhadap Harga Saham... 34
2.3. Kerangka Konseptual ... 35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36
3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 37
3.3 Jenis Data dan Sumber Data ... 38
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Perusahaan ... 43
4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 43
4.2.Deskripsi Variabel ... 46
4.3. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis ... 49
4.3.1. Uji Normalitas ... 49
4.3.2. Uji Asumsi Klasik ... 50
4.3.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 52
4.3.4. Hasil Pengujian Uji F dan uji t ... 54
4.4. Pembahasan ... 55
4.4.1 Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham ... 55
4.4.2 Pengaruh Dividen terhadap Harga Saham ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
5.1. Kesimpulan ... 57
5.2. Saran ... 57
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Data Earning Per Share Perusahaan Otomotive ... 46
Tabel 4.2. Data Dividen Perusahaan Otomotive ... 47
Tabel 4.3. Data Harga Saham Perusahaan Otomotive ... 48
Tabel 4.4. Normalitas Data Masing-masing Variabel ... 49
Tabel 4.5. Data Autokorelasi ... 50
Tabel 4.6. Batas-batas daerah Test Durbin Watson ... 51
Tabel 4.7 : Hasil Pengujian Multikolinieritas ... 52
Tabel 4.8 : Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 52
Tabel 4.9 Koefisien Regresi ... 53
Tabel 4.10 : Hasil Uji F ... 54
DAFTAR GAMBAR
PENGARUH DIVIDEN DAN EARNING PER SHARE
TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN
OTOMOTIF
YANG GO PUBLIK
DI BURSA EFEK INDONESIA
Er nawati
ABSTRAK
Pertimbangan mengenai dividend payout ratio ini diduga sangat berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka perusahaan tersebut akan mampu menetapkan besarnya dividend payout ratio sesuai dengan harapan pemegang saham dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap sehat dan tumbuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Earning Per Share dan Dividen terhadap Harga Saham pada Perusahaan Otomotif Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia
si dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Otomotif yang go public di PT. Bursa Efek Indonesia. Teknik penentuan sampel yang dipergunakan dalam penelitian adalah purposive sampling, yaitu penentuan sampel dengan kriteria tertentu dengan jumlah 15 perusahaan. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi linier berganda.
Setelah mengetahui permasalahan, meneliti dan membahas hasil penelitian tentang pengaruh Earning Per Share, Dividen terhadap Harga Saham maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : variabel Earning Per Share memberikan kontribusi terhadap Harga Saham. Variabel Dividen memberikan kontribusi terhadap terhadap Harga Saham.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai
macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor.
Untuk mengurangi kemungkinan resiko dan ketidakpastian yang akan terjadi, investor
memerlukan berbagai macam informasi, baik informasi yang diperoleh dari kinerja
perusahaan maupun informasi lain yang relevan seperti kondisi ekonomi dan politik
dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh dari perusahaan lazimnya didasarkan pada
kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan.
Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya kedalam
perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return)
baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih harga
jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Dalam hubungannya dengan
pendapatan dividen, para investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang
relatif stabil, karena dengan stabilitas diveden dapat meningkatkan kepercayaan investor
terhadap perusahaan sehingga menguragi ketidakpastian investor dalam menanamkan
dananya kedalam perusahaan. Di sisi lain, perusahaan yang akan membagikan dividen
dihadapkan pada berbagai macam pertimbangan antara lain: perlunya menahan sebagian
laba untuk re-investasi yang mungkin lebih menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan,
likuiditas perusahaan, sifat pemegang saham, target tertentu yang berhubungan dengan
Pembayaran dividen dalan bentuk tunai lebih banyak diinginkan investor
daripada dalam bentuk lain, karena pembayaran dividen tunai membantu mengurangi
ketidakpastian investor dalam aktivitas investasinya kedalam perusahaan. Demikian pula
stabilitas dividen yang dibayarkan juga akan mengurangi ketidakpastian dari earning per
share perusahaan, sehingga stabilitas dividen juga merupakan faktor penting yang barus
dipertimbangkan manajemen
Investor dan manajemen perusahaan lebih menekankan pada preferensi jangka
panjang. Mengingat masih terbatasnya penelitian yang menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi dividen, maka perlu dilakukan penelitian sejenis sebagaimana penelitian
yang dilakukan di luar negeri (Amerika dan Australia). Sementara penelitian yang
dilakukan di luar negeri tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap dividen
didasarkan pada persepsi para manajer perusahaan melalui metode kuesioner (Partington,
1989), sehingga hasil penelitiannya lebih bersifat kebijakan manajemen dalam
menentukan besarnya pembayaran dividen.
Investor mengharapkan untuk mendapatkan tingkat kembalian (return) baik
berupa dividen maupun capital gain tidak didasarkan pada kebijakan manajemen (intern)
perusahaan tetapi didasarkan pada hasil/kinerja yang telah dicapai oleh perusahaan yang
tercermin dalam laporan keuangan yang dipublikasikan. Kebijakan apapun yang
ditempuh oleh manajemen perusahaan, bagi investor tidak terlalu penting
dipertimbangkan, karena kebijakan manajemen hanya dapat diketahui oleh pihak intern
perusahaan. Lagi pula, bagi investor yang terpenting adalah melihat bagaimana
perkembangan perusahaan terutama dari kinerja keuangannya.
Bertitik tolak dari faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh manajemen dan
penelitian sebelumnya dapat diidentifikasi variabel-variabel yang mungkin berpengaruh
terhadap pendapatan dividen.
Sebagaimana diketahui bahwa para investor yang menanamkan dananya dalam
bentuk saham bertujuan untuk melipat gandakan kekayaan melalui perolehan dividen
maupun capital gain ketika terjadi penjualan saham. Jika investor hanya bertujuan
membeli saham untuk investasi saja tentunya ia akan mengharapkan pembayaran dividen
yang tinggi, akan tetapi bagi mereka yang melakukan tindakan spekulasi ada
kecenderungan untuk mengharapkan sejumlah keuntungan dari capital gain. Kondisi
demikian itu memerlukan adanya suatu kebijakan dividen yang mampu memberikan
dividen yang diharapkan oleh para investor.
Besarnya dividen yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemodal
sangat bergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan. Oleh karenanya kebijakan
deviden penting artinya bagi manajer keuangan perusahaan guna memperhatikan
berbagai kepentingan seperti kepentingan perusahaan, pemegang saham, masyarakat, dan
pemerintah. Untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada
stockholders, maka keputusannya diambil melalui Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) dengan berpedoman pada Undang-Undang No. 1/1995 pasal 62 ayat 1 dan 2.
Sebagaimana ketentuan yang berlaku bahwa dividen pada dasarnya dibayar dari laba
yang diperoleh oleh perusahaan pada tahun berjalan yang merupakan arus kas yang
disisihkan untuk pemegang saham, sedangkan laba yang diperoleh pada tahun
sebelumnya yang dimasukkan dalam pos “laba ditahan” (retained earning) merupakan
salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan.
Kebijakan dividen menentukan pembagian laba antara pembayaran kepada pemegang
Kebijakan dividen pada hakekatnya adalah menentukan berapa bagian
keuntungan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan berapa yang ditahan, hal
tersebut tercermin adanya dua kepentingan yang perlu dipenuhi perusahaan. Pertama,
menyangkut tanggung jawab perusahaan terhadap para pemegang saham dalam bentuk
pembagian dividen. Kedua, menyangkut kelangsungan hidup dan perkembangan
perusahaan yang dibiayai dari laba ditahan. Sehubngan dengan adanya kebijakan dividen
tersebut, terlihat ada dua kepentingan yang saling bertentangan yaitu antara kepentingan
pemegang saham dengan dividennya dan kepentingan perusahaan dalam usaha untuk
melaksanakan perluasan dan perkembangan usaha yang membutuhkan laba yang tidak
dibagikan kepada pemegang saham. Menurut Jensen et al (1992) perusahaan akan
menetapkan tingkat dividen yang membuat para manajer dapat mendanai
investasi-investasi yang diharapkan secara internal, jika kebijakan dividen sesuai dengan proyeksi
manajerial dari kesempatan investasi masa datang, maka perusahaan akan dapat
mempertahankan dividen yang stabil dan memperoleh pendanaan ekuitas yang
dibutuhkan secara internal.
Menurut Marlina (2009 : 1) bahwa kebijakan pembayaran dividen mempunyai
pengaruh bagi pemegang saham dan perusahaan yang membayar dividen. Para
pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena
hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian akan hasil yang diharapkan dari investasi
yang mereka lakukan dan juga dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham
terhadap perusahaan sehingga nilai saham juga dapat meningkat. Bagi
perusahaan,pilihan untuk membagikan laba dalam bentuk deviden akan mengurangi
sumber dana internal nya, sebaliknya jika perusahaan menahan labanya dalam bentuk
laba ditahan maka kemampuan pembentukan dana internalnya akan semakin besar yang
ketergantungan perusahaan terhadap dana eksternal dan sekaligus akan memperkecil
resiko perusahaan. Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividend payout
rationya yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk deviden tunai,artinya besar
kecilnya dividend payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang
saham dan disisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan.
Pertimbangan mengenai dividend payout ratio ini diduga sangat berkaitan
dengan kinerja keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka
perusahaan tersebut akan mampu menetapkan besarnya dividend payout ratio sesuai
dengan harapan pemegang saham dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan
perusahaan untuk tetap sehat dan tumbuh. Dalam kebijakan dividen, manajemen
hendaknya mempertimbangkan kelangsungan hidup perusahaan (going concern) dan
dengan pertumbuhan perusahaan yang stabil dari tahun ke tahun. Laba usaha yang
diperoleh perusahaan sebaiknya tidak seluruhnya dibagikan dalam bentuk dividen bila
perusahaan hendak melakukan reinvestasi pada proyek-proyek yang akan memberikan
keuntungan dimasa datang.
Kebijakan dividen sangat penting karena mempengaruhi kesempatan investasi
perusahaan, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan dan posisi likuiditas.
Dengan perkataan lain, kebijakan dividen menyediakan informasi mengenai performa
(performance) perusahaan. Oleh karena itu, masing-masing perusahaan menetapkan
kebijakan dividen yang berbeda-beda, karena kebijakan dividen berpengaruh terhadap
nilai perusahaan otomotif dalam membayar dividen kepada para pemegang sahamnya,
maka perusahaan mungkin tidak dapat mempertahankan dana yang cukup untuk
membiayai pertumbuhannya di masa mendatang. Sebaliknya, maka saham perusahaan
menjadi tidak menarik bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan otomotif harus
mengembangkan perusahaan otomotif. Untuk itu, peranan seorang manajer keuangan
sangat penting dalam memutuskan apakah kebijakan yang diambil oleh perusahaan baik
bagi nilai perusahaan dimasa mendatang di mata para investor. Pokok perhatian penulis
adalah apakah kebijakan dividen yang dijalankan oleh perusahaan berpengaruh terhadap
harga saham perusahaan, mengingat laba yang diperoleh perusahaan otomotif selain
diberikan kepada pemegang saham sebagai dividen, dapat juga ditahan untuk
diinvestasikan kembali. Kebijakan dividen yang menghasilkan tingkat dividen yang
semakin bertambah dari tahun ke tahun akan meningkatkan kepercayaan para investor,
dan secara tidak langsung memberikan informasi kepada para investor bahwa
kemampuan perusahaan perbankkan dalam menciptakan laba perusahaan semakin
meningkat. Informasi yang demikian akan mempengaruhi permintaan dan penawaran
saham perusahaan di pasar modal, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap harga
saham perusahaan.
Berdasarkan data pada penelitian ini menggunakan data pada perusahaan
Manufaktur sektor Otomotif, saham prodesen dan komponen otomotif diprediksi akan
mengalami tekanan setelah pemerintah menetapkan besaran kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) bersubsidi. Investor untuk sementara waktu diperkirakan akan menahan
diri melakukan akumulasi beli sambil mengkalkulasi pengaruhnya terhadap kinerja
emiten. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo),
harga saham Astra Indonesia turun 5,04% menjadi Rp 68.700 dari Rp 72.350. Harga
saham Indomobil turun 5,08% menjadi Rp 14.000 dari Rp 14.750. Hal ini langsung
berpengaruh pada kinerja saham-saham produsen dan komponen otomotif.
(www.financeroll.com)
Earning per share merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh
rentabilitas tinggi mencerminkan efisiensi perusahaan yang tinggi. Jadi, Earning per
share ini menjadi alat ukur efektivitas dan efisiensi operasi perusahaan dalam
menggunakan modalnya untuk menghasilkan laba, maka marjin keuntungan, rasio
operasi, dan produktivitas tenaga kerja merupakan faktor-faktor yang mencerminkan
efisiensi dan hal ini tercermin dalam Earning per share. Jadi Earning per share memiliki
pengaruh yang positif terhadap kinerja perusahaan
Menurut Stice dan Skousen (2005: 647), terdapat hubungan yang signifikan
antara perubahan earning dan perubahan saham. Apabila EPS tinggi, investor
menganggap perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang,
karena investor percaya bahwa nilai suatu saham akan bergantung pada kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba setiap lembar saham. Apabila EPS yang dihasilkan
sesuai dengan harapan investor, maka keinginan investor untuk menanamkan modalnya
juga meningkat dan akan meningkatkan harga saham seiring dengan tingginya
permintaan akan saham.
Pembagian dividen kepada pemegang saham juga menyebabkan posisi kas
suatu perusahaan semakin berkurang. Hal ini juga mengakibatkan leverage (rasio antara
hutang terhadap ekuitas) akan semakin besar. Dampak yang timbul adalah para pelaku
pasar akan berpikiran negatif terhadap perusahaan. (Campbell and Beranek’s 1995)
menyatakan bahwa pembagian dividen tunai kepada pemegang saham akan
menyebabkan harga saham jatuh.
Dengan demikian, maka penelitian yang dilakukan ini mengambil topik
“Pengar uh Ear ning Per Shar e dan Dividen Terhadap Har ga Saham Pada
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian pada lat ar belakang, maka dapat dirumuskan masalah penelit ian
sebagai berikut :
1. Apakah Earning per shareberpengaruh terhadap Harga Saham ?
2. Apakah dividenberpengaruh terhadap Harga Saham?
1.3. Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh Kebijakan dividenterhadap Harga Saham.
1. Untuk mengetahui pengaruh Earning per share terhadap Harga Saham
2. Untuk mengetahui pengaruh dividen terhadap Harga Saham
1.4. M anfaat Penelit ian
Penelit ian yang dilakukan ini akan diperoleh manfaat ant ara lain : Unt uk menambah waw asan dan pengalaman secara praktik di bidang keuangan khususnya
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Ter dahulu
Hasil penelit ian t erdahulu yang berkait an dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelit ian ini dan menjadi acuan bagi penelit i diant aranya:
1. Nurmala, 2006, PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN-PERUSAHAAN OTOM OTIF DI BURSA EFEK JAKARTA
Tujuan penelit ian ini untuk mengat asi kebijakan dividen dan pengaruhnya pada
perusahaan ot omotif. Populasi penelit ian ini adalah perusahaan ot omot if yang t erdaft ar di Bursa Efek Jakart a (BEJ) selama lim a t ahun berturut -t urut (tahun 1996 sampai t ahun 2000) yang mengumumkan Earning Per Share, Dividen Per Share dan
Closing Price. Set elah dilakukan penelitian di BEJ, t erdapat 3 perusahaan ot omotif yang memenuhi krit eria yakni PT. Goodyear Indonesia Tbk, PT. Selamat Sempurna Tbk, PT. Tunas Ridean Tbk. Berdasarkan analisis yang t elah dilakukan dengan
menggunakan analisis korelasi Rank Spearman dan pengujian hipot esis dapat diket ahui bahw a t ingginya harga saham t idak mempengaruhi kebijakan dividen yang dit erapkan oleh ket iga perusahaan ot omotif t ersebut, karena harga saham bukan sat u-sat unya fakt or yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen.
Tujuan penelitian ini untuk pengaruh dividen per share terhadap harga saham.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang
terdapat 155 perusahaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Hasil pengujian secara bersama-sama menunjukkan bahwa variable
dividen berpengaruh terhadap harga saham. Karena masing – masing variable
mempunyai nilai signifikansi yang lebih kecil dari 5%.
2.2. Landasan Teor i
2.2.1. Saham di Pasa r Modal
Saham menurut Tandellin (2001:26) dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Saham Preferen
Adalah Saham yang mempunnyai kombinasi karakteristik gabungan dari obligasi
maupun saham biasa, karena saham preferen memberikan pendapatan yang tetap
seperti halnya obligasi, dan juga mendapatkan hak kepemilikan seperti pada
saham biasa.
2. Saham Biasa
Adalah Sekuritas yang menunjukkan bahwa pemegang saham biasa tersebut
mempunnyai hak kepemilikan atas asset-aset perusahaan. Oleh karena itu,
pemegang saham mempunnyai hak suara (voting rights) untuk memilih direktur
maupun manajemen perusahaan dan ikut berperan dalam pengambilan keputusan
penting perusahaan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).
Jika dilihat menurut tingkatannya dalam perdagangan saham tersebut
menurut Sitompul (1996:4-6), saham-saham dapat dibedakan atas:
Saham ini merupakan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang
menyelenggarakan kegiatan di bidang sarana dan prasarana umum misalnya
telekomunikasi, listrik, energi dan yang berkaitan dengan kepentingan umum
lainnya. Saham-saham dari perusahaan ini banyak diminati pata pemodal sebab
kebanyakan dari perusahaan tersebut memegang monopoli dari pemerintah,
dengan demikian beresiko kecil meskipun tidak dapat dikatakan tidak
mempunnyai resiko.
b. Saham Blue Chip (Blue Chip Stock)
Saham yang dikategorikan dalam jenis ini adalah saham-sahan dari
perusahaan-perusahaan besar yang sudah sangat mapan misalnya perusahaan-perusahaan-perusahaan-perusahaan
besar terutama perusahaan multinasional seperti IBM, General Electric dan
sebagainya, di Indonesia dapat dikatakan antara lain Astra. Namun demikian
bukannya tanpa resiko menanamkan modal diperusahaan tersebur, Karena dengan
besarnya perusahaan, maka deviden yang diterima para pemodal akan kecil
jumlah persahamnya, sehongga bgi pemodal-pemodal kecil tidak begitu
menguntungkan.
c. Saham Establish Growth
Yaitu saha dari perusahaan yang sedang berkembang dengan pesat, saham
perusahaaan seperti ini menjanjikan keuntungan yang besar di masa depan,
perusahaan tersebut memiliki pertumbuhan yang baik namun kekuatan finansial
kurang, sehingga memerlukan investasi yang relative besar untuk mendukung
pertumbuhan bisnisnya. Menanamkan modal pada perusahaan ini penuh resiko,
namun bila pertumbuhan berhasil baik maka para pemodal akan mendapat
keuntungan yang besar sesuai dengan resiko yang dihadapi.
Saham dari perusahaan yang baru berkembang dan baru memasuki pasar untuk
produk atau jasa yang dihasilkan. Penghasilan yang didapat perusahaan ini
digunakan untuk mendukung pemasaran produk atau jasanya. Resiko pemodal di
perusahaan ini lebih besar, karena dapat saja dalam prakteknya perusahaan seperti
ini tidak mampu mengembangkan diri dan mengalami kematian.
e. Saham Penny (Pennystock)
Perusahannya juga biasa disebut perusahaan Penny, yaitu perusahaan yang baru
memulai usahanya dan tentunya memerlukan dana yang besar untuk menjalankan
bisnisnya. Pemidal yang memiliki saham perusahaan ini harus siap menerima
resiko kehilangan seluruh investasi.
2.2.1.1. Keuntungan Membeli Saham
Pada dasarnya, ada dua keuntungann yang diperoleh investor dengan membeli
atau memiliki saham, yaitu :
1. Deviden, adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit
saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Deviden diberikan
setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Investor
yang berhak menerima deviden adalah investor yang memegan saham hingga
batas waktu ditentukan oleh perusahaan pada saat pengumuman deviden.
Umumnya merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan
orientasi jangka panjang, misalnya investor institusi, dana pensiun, dan
lain-lain. Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa deviden tunai
uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula
berupa deviden saham (stock dividend), yaitu kepada setiap pemegang saham
diberikan deviden dalam bentuk saham sehingga jumlah saham yang dimiliki
seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian deviden tersebut.
2. Capital Gain, merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain
terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
Misalnya, seorang investor membeli saham Telkom (TLKM) dengan harga per
saham Rp 3.000, kemudian menjualnya kembali dengan harga per saham Rp
3.500, maka investor tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk
setiap saham yang dijualnya. Umumnya investor dengan orientasi jangka
pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. Investor seperti ini bisa
saja membeli saham pada pagi hari, lalu menjualnya lagi pada siang hari jika
saham mengalami kenaikkan.
3. Saham Bonus (jika ada), adalah saham yang dibagikan perusahaan kepada
para pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah
selisi antara harga jual terhadap harga nominal saham pada saat perusahaan
melakukan penawaran umum di pasar perdana. Misalnya, setiap saham
dengan nominal Rp 500 dijual dengan harga Rp 800, maka setiap saham akan
memberikan agio kepada perusahaan sebesar Rp 300.
2.2.1.2. Karakter istik Saham
1. Saham Preferen, mempunyai beberapa karateristik antara lain :
o Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih
dahulu setelah kreditor, apabila perusahaan tersebut dilikuidasi
(dibubarkan).
o Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba
perusahaan disamping penghasilan yang diterima secara tetap.
o Dalam hal perusahaan dilikuidasi, memiliki hak memperoleh pembagian
kekayaan perusahaan diatas pemegang saham biasa setelah semua
kewajiban perusahaan dilunasi.
Kelebihan Dan Kelemahan Saham Preferen
o Kelebihannya adalah lebih aman daripada saham biasa karena memiliki
hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian deviden terlebih
dahulu.
o Kelemahannya yaitu :
Dibandingkan dengan investasi dalam bentuk pinjaman/ utang,
saham preferen kurang aman karena deviden secara hukum bukan
kewajiban.
Tidak memiliki waktu jatuh tempo.
Sulit diperjualbelikan dibanding saham biasa karena biasanya
jumlah saham preferenyang beredar jauh lebih sedikit.
Pada saaat perusahaan dilikuidasi, yang dibayarkan hanyalah nilai
nominalnya.
2. Saham Biasa, mempunyai beberapa karakteristik, antara lain :
o Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (satu saham satu
suara atau one share one vote).
o Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan
jiak perusahaan dilikuidasi setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
o Hak untuk memiliki saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan terlebih
dahulu (preemptive right).
Saham dikenal dengan karakteristik “imbal hasil tinggi, resiko tinggi” (high risk, high
return). Artinya, saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan
dan potensi resiko yang tinggi. Saham memungkinkan investor untuk mendapatkan imbal
hasil atau capital gain yang besar dalam waktu singkat. Namun, seiring berfluktuasinya
harga saham, maka saham juga dapat membuat investor mengalami kerugian besar dalam
waktu singkat. Resiko investor yang memiliki saham diantaranya :
1. Tidak mendapat deviden
Perusahaan akan membagikan deviden jika operasinya menghasilkan
keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan deviden
jika mengalami kerugian. Dengan demikian, potensi keinginan investor untuk
mendapatkan deviden ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.
2. Capital loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan
capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor
harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan
demikian, seorang investor mengalami capital loss. Misalnya, seorang
beberap waktu kemudian dijual dengan harga Rp 8.000 per saham, maka
investor tersebut mengalami capital loss Rp 1.000 untuk setiap saham yang
dijual. Dalam jual beli saham, terkadang untuk menghindari potensi kerugian
yang ssemakin besar seiring terus menurunnya harga saham, maka seorang
investor rela menjual sahamnya dengan harga rendah. Istilah ini dikenal
dengan penghentian kerugian (cut loss).
3. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi
Jika sebuah perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak langsung
terhadap saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan
saham di bursa efek, jika sebuah perusahaan bangkrut maka secara otomatis
saham perusahaan akan dikeluarkan dari bursa atau di-delist. Dalam kondisi
perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham menempati posisi lebih rendah
dibanding kreditor atau pemegang obligasi. Ini berarti setelah semua aset
perusahaan dijual hasil penjualan terlebih dahulu dibagikan kepada para
kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan
kepada para pemegang saham.
4. Saham dikeluarkan dari bursa (delisting)
Jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan Bursa Efek atau di-delist.
Saham perusahaan dikeluarkan dari bursa umumnya dikarenakan kinerja yang
buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan,
mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan deviden secara
berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai
Peraturan Pencatatan Efek di Bursa.
2.2.2.1. Penger tian Analisis Rasio
Analisa rasio merupakan bentuk cara yang umum digunakan dalam
menganalisis laporan finansial. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau
pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan
jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat
menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik atau
buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka
rasio tersebut dibandingkan dengan rasio perbandingan digunakan sebagai
standar.(Munawir, 1998 : 64)
Menggunakan analisa laporan finansiil dari perusahaan, manajer akan dapat
mengetahui keadaan dan perkembangan finansiil dari perusahaan dan akan dapat
diketahui hasil-hasil finansiil yang telah dicapai dari waktu lalu dan waktu yang
sedang berjalan. Dengan mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya
diusahakan agar dapat diperbaiki. Analisa yang dilakukan oleh manajer disebut
analisis intern (Bambang, 1997 : 328)
Analisa intern dilakukan oleh kreditur atau investor. Investor berkepentingan
terhadap laporan finansiilnya. Suatu perusahaan dalam rangka penentuan
kebijaksanaan penanaman modal. Para kreditur berkepentingan terhadap
kemampuan nasabah untuk dapat memenuhi kewajiban finansiil yang harus
dipenuhi (Bambang, 1997 : 328-329)
2.2.2.2. J enis-jenis Rasio Keuangan
Menurut Bambang (1997 : 331) mengelompokkan rasio finansiil yaitu antara
lain :
1) Rasio likuiditas
2) Rasio leverage
Adalah rasio-rasio yang dimaksud untuk mengukur sampai seberapa jauh
aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
3) Rasio aktivitas
Adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar
ktivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya.
4) Rasio earning per share
Adalah rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan
dan keputusan-keputusan.
Dalam mengadakan analisa rasio finansial pada dasarnya dapat dilakukan
dengan dua macam cara perbandingan ( Bambang, 1997 : 329 ) :
1) Membandingkan rasio sekarang ( present ratio) dengan rasio-rasio dari
waktu- waktu lalu ( ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang
diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan
yang sama.
2) Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan /
company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang
sejenis atau industri (rasio standart ) untuk waktu yang sama.
Sedangkan menurut Kasmir (2003:263) mengelompokkan beberapa rasio
keuangan bank sebagai berikut :
• Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain dapat
mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. (Kasmir, 2003 : 268) Adapun
jenis rasio likuiditas adalah :
a). Assets to Loan Ratio (ALR)
Assets to Loan Ratio merupakan rasio untuk mengukur jumlah kredit yang
disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank. Semakin tinggi tingkat rasio,
menunjukkan semakin rendahnya tingkat likuiditas bank. Rumus yang digunakan
(Kasmir, 2003 : 270), adalah:
100% x Assets Total Loans Total = ALR
b). Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah
kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal
sendiri yang digunakan. Rumus yang digunakan (Kasmir, 2003 : 272), adalah:
100%
x
Equity
Deposito
Total
Loans
L
+
=
DR
• Rasio Solvabilitas
Merupakan ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai
kegiatannya. Bisa juga dikatakan rasio ini merupakan alat untuk melihat kekayaan
bank untuk melihat efisiensi bagi pihak manajemn bank tersebut. (Kasmir, 2003 :
275) Adapun jenis rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Penilaian Capital ini didasarkan dengan metode CAR (Capital Adequacy Ratio).
Diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukuran adalah prosentase
(%).(Kasmir, 2003 : 278)
100% x Securities Loans Total Capitall Equity CAR + =
Rentabilitas rasio sering disebut earning per share usaha. Rasio ini digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan earning per share yang dicapai oleh bank
yang bersangkutan, (Kasmir, 2003 : 279). Adapun jenis rasio rentabilitas yang
digunakan adalah :
a). Net profit mar gin
Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan net
icome ditinjau dari sudut operating income-nya. Sedangkan tinggi rasio, semakin
baik hasil yang ditunjukannya. (Kasmir, 2003 : 280)
x100%
Income
Operating
Bersih
Laba
Margin)
Profit
(Net
NPM
=
b). Retur n on Equity (ROE)
Mengukur kemampuan bank untuk mengahasilkan laba dengan membandingkan
laba dengan equity. (Kasmir, 2003 : 280)
ROE
100
%
Capital
Equity
Income
Net
x
=
2.2.2.3. Kegunaan Analisis Ra sio
Analisis rasio seperti halnya alat-alat analisis yang lain adalah “future oriented”.
Oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan faktor-faktor yang
bersangkutan. Dengan demikian kegunaan atau manfaat suatu angka rasio
sepertinya tergantung kepada kemampuan atau kecerdasan penganalisa dalam
menginterprestasikan data yang bersangkutan. (Munawir, 1998 : 64)
Analisis rasio digunakan oleh tiga kelompok utama (Weston, 1990 : 312-313) Yaitu
:
1. Manajer, yang menggunakan rasio-rasio tersebut untuk menganalisis
mengendalikan dan memperbaiki operasi perusahaan.
2. Analisa kredit, seperti petugas kredit bank atau analis yang menetapkan
peringkat obligasi (di AS), yang menganalisis rasio
untuk menentukan kemampuan suatu perusahaan membayar utangnya.
3. Analisa sekuritas, yaitu analisis saham yang berkepentingan atas efisiensi dan
prospek pertumbuhan perusahaan, dan analis obligasi yang berkepentingan
atas kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan pokok obligasi serta
nilai likuiditas aktiva dalam hal ini kepailitan.
Secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan dikemukaan oleh Harahap (2002
:195-197) sebagai berikut :
a) Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang
terdapat dalam laporan keuangan biasa.
b) Dapat menggali informasi yang tidak nampak secara kasat mata (eksplisit) dari
suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implisit).
c) Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
d) Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya
laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari
luar perusahaan.
e) Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model
dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan
(rating)
f) Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh pengambil keputusan.
g) Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut criteria tertentu
yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
h) Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan
periode sebelumnya atau dengan Standar Industri normal atau Standar ideal.
i) Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan baik
posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya.
j) Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan dimasa
yang akan datang.
Menurut Dahlan (1993 : 266) Analisis rasio menggambarkan hubungan
matematis antara suatu jumlah lainnya. Perhitungan yang digunakan dalam
analisis rasio ini sebenarnya relatif sederhana, namun interprestasi terhadap rasio
tersebut merupakan masalah yang cukup komplek. Oleh karena itu, efektifnya
rasio keuangan ini sebagai suatu alat analisis, sangat tergantung dari kemampuan
dan keahlian analisis menginterprestasikan rasio-rasio yang digunakan.
Selanjutnya, analisis rasio keuangan dapat memberikan petunjuk dan gejala-gejala
serta informasi keuangan lainnya mengenai keadaan keuangan suatu bank.
Ang (1997) menyatakan bahwa dividen merupakan nilai pendapatan bersih
perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retained earnings) yang
ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan. Deviden ini untuk dibagikan kepada para
pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Cadangan yang diambil
dari EAT dilakukan sampai cadangan mencapai minimum dua puluh persen dari
modal yang ditempatkan. Modal yang ditempatkan adalah modal yang disetor penuh
ditambah dengan modal yang belum disetor sehubungan dengan penerbitan saham
baru seperti rights dan warran. Keputusan mengenai jumlah laba yang ditahan dan
deviden yang akan dibagikan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
Kebijakan deviden berkaitan dengan penentuan pembagian pendapatan
(earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang
saham sebagai deviden atau untuk digunakan di dalam perusahaan, yang berarti
pendapatan tersebut harus ditahan dalam perusahaan (Riyanto, 1995). Dalam
merumuskan kebijakan deviden manajer dihadapkan pada masalah investasi dan
memilih paduan utang-modalnya untuk mendanai investasi. Keputusan untuk
membayar deviden besar berarti secara simultan memutuskan untuk menahan sedikit
laba, jikalau ada; ini nantinya menghasilkan ketergantungan yang lebih besar pada
pendanaan modal eksternal. Sebaliknya dengan investasi dan keputusan pendanaan
perusahaan, pembayaran deviden yang kecil akan berarti penahanan laba yang tinggi
dengan lebih sedikit kebutuhan dana modal yang dihasilkan dari luar. Setiap
perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di
satu pihak dan juga dapat membayarkan deviden kepada para pemegang saham di lain
Kebijakan deviden perusahaan bisa dianggap oleh pemilik sebagai alat
monitor. Dengan mengasumsikan bahwa pembayaran deviden mensyaratkan
manajemen untuk menerbitkan saham untuk mendanai investasi baru atau memenuhi
kebutuhan dana dari hutang, investor baru atau kreditur mungkin tertarik pada
perusahaan hanya jika perusahaan memberikan informasi yang meyakinkan bahwa
modal atau pinjaman akan digunakan agar menguntungkan. Maka pembayaran
deviden secara tak langsung menghasilkan monitor yang lebih ketat pada kegiatan
investasi manajemen.
Dengan perkataan lain, kebijakan dividen menyediakan informasi mengenai
performa (performance) perusahaan. Oleh karena itu, masing-masing perusahaan
menetapkan kebijakan dividen yang berbeda-beda, karena kebijakan dividen
berpengaruh terhadap nilai perusahaan otomotif dalam membayar dividen kepada para
pemegang sahamnya, maka perusahaanmungkin tidak dapat mempertahankan dana
yang cukup untuk membiayai pertumbuhannya di masa mendatang. Sebaliknya, maka
saham perusahaan menjadi tidak menarik bagi perusahaan.
Pembagian dividen kepada pemegang saham menyebabkan posisi kas suatu
perusahaan semakin berkurang. Hal ini juga mengakibatkan leverage (rasio antara
hutang terhadap ekuitas) akan semakin besar. Dampak yang timbul adalah para pelaku
pasar akan berpikiran negatif terhadap perusahaan. Campbell menyatakan bahwa
pembagian dividen tunai kepada pemegang saham akan menyebabkan harga saham
jatuh pada waktu ex-dividend date.
1.2.4. Pr ofitabilitas
Menurut Pradhono (2004) profitabilitas adalah laba bersih yang dihasilkan
laporan laba rugi yang juga merupakan bagian dari laporan keuangan. Earnings
digunakan investor untuk menilai perusahaan. Prinsip yang dipegang investor yakni
jika perusahaan tersebut memperoleh laba yang besar maka perusahaan tersebut pasti
mempunyai prospek yang bagus di masa mendatang.
Generally accepted accounting principle (GAAP) menyatakan bahwa
pengakuan pendapatan terjadi pada saat transfer of title, tanpa memperdulikan apakah
perusahaan sudah atau belum menerima pembayaran tunai (accrual basis). Biaya yang
berkaitan langsung dengan pendapatan dan akan diakui pada periode yang sama
dengan pengakuan pendapatan. Biaya lain yang tidak berkaitan langsung dengan
pendapatan akan diakui pada periode terjadinya. (Pradhono, 2004).
Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung menggunakan
hutang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai
sebagian besar kebutuhan pendanaan (Asuhanrembulan, 2008). Arifin (2001) dalam
Asuhanrembulan (2008) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap struktur modal.
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi
menggunakan utang yang relatif kecil profitabilitas adalah hasil bersih dari berbagai
kebijaksanaan dan keputusan (Riyanto, 1993), sedangkan Machtoedz (1994) dalam
Eko (2006) mendefinisikan profitabilitas sebagai suatu indicator kinerja yang
dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan (Asuhanrembulan,
2008).
Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yangdiinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Myers
(1984) dalam Taswan (2008) menyatakan bahwa manajer mempunyai pecking order
hutang, kemudian dengan equity. Dengan demikian terdapat hubungan negatif antara
profitabilitas dengan debt ratio. Hasil studi Moh'd et al (1998), Myers (1984) dan
Jensen et at (1992) menemukan bahwa firm profitability mempunyai hubungan
negatif dan signifikan dengan debt ratio.
2.2.4. Ear ning per shar e
Dalam lingkaran keuangan alat ukur yang paling sering digunakan adalah
EPS. Angka yang serimg ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan
mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas
(go public) karena investor atau para calon investor berpandangan bahwa EPS
mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya
dividen per saham di kemudian hari dan tingkat harga saham di kemudian hari, serta
EPS juga relevan untuk menilai efektifitas manajemen dan kebijakan deviden.
Menurut Nachrowi (2006:71), “dalam berinvestasi di bursa, investor akan
memperlihatkan berbagai aspek, salah satunya adalah penghasilan per lembar saham
(Earning per share atau EPS)”. EPS merupakan salah satu indikator yang dapat
menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan ditentukan oleh
laba perusahaan.
EPS merupakan salah satu hal utama yang diperhatikan investor sebelum
membuat keputusan investasinya disuatu perusahaan karena investor tentunya
mengharapkan pengembalian atau return yang tinggi dari investasinya sehingga
investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi di perusaan yang mempunyai EPS yang
gilirannya akan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut cenderung bergerak
naik. Jadi , Earning Per Share berpengaruh terhadap harga saham.
2.2.5. Penga r uh Ear ning per shar e Ter hadap Har ga Saham
Earning Per Share (EPS) merupakan faktor yang dapat mengukur besarnya
laba yang diberikan kepada pemegang saham, jika laba perlembar saham lebih tinggi,
maka prospek perusahaan lebih baik, sementara jika laba per saham lebih rendah
berarti kurang baik, dan laba per saham negatif berarti tidak baik (Samsul, 2006 :
167).
Menurut Sutrisno (2003: 255), earning per share atau laba per lembar
saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
perlembar saham pemilik .
Menurut Stice dan Skousen (2005: 647), terdapat hubungan yang signifikan
antara perubahan earning dan perubahan saham. Apabila EPS tinggi, investor
menganggap perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang,
karena investor percaya bahwa nilai suatu saham akan bergantung pada kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba setiap lembar saham. Apabila EPS yang
dihasilkan sesuai dengan harapan investor, maka keinginan investor untuk
menanamkan modalnya juga meningkat dan akan meningkatkan harga saham seiring
dengan tingginya permintaan akan saham.
2.2.6. Penga r uh Dividen Ter hadap Har ga Saham
Menurut Hin (2001:34), pengertian dividen adalah pembagaian bagian
perusahaan di tentukan oleh para pemegang saham pada saat berlangsungnya RUPS
(Rapat Umum Pemegang Saham).
Pembagian dividen kepada pemegang saham menyebabkan posisi kas suatu
perusahaan semakin berkurang. Hal ini juga mengakibatkan leverage (rasio antara
hutang terhadap ekuitas) akan semakin besar. Dampak yang timbul adalah para
pelaku pasar akan berpikiran negatif terhadap perusahaan. (Campbell and Beranek’s
1995) menyatakan bahwa pembagian dividen tunai kepada pemegang saham akan
menyebabkan harga saham jatuh
Kebijakan dividen sangat penting karena mempengaruhi kesempatan
investasi perusahaan, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan dan posisi
likuiditas. Dengan perkataan lain, kebijakan dividen menyediakan informasi
mengenai performa perusahaan. Oleh karena itu, masing-masing perusahaan
menetapkan kebijakan dividen yang berbeda-beda, karena kebijakan dividen
berpengaruh terhadap nilai perusahaan otomotif dalam membayar dividen kepada
para pemegang sahamnya, maka perusahaan mungkin tidak dapat mempertahankan
dana yang cukup untuk membiayai pertumbuhannya di masa mendatang. Sebaliknya,
maka saham perusahaan menjadi tidak menarik bagi perusahaan. Oleh karena itu,
perusahaan otomotif harus dapat mempertimbangkan antara besarnya laba yang akan
ditahan untuk mengembangkan perusahaan otomotif. Untuk itu, peranan seorang
manajer keuangan sangat penting dalam memutuskan apakah kebijakan yang diambil
oleh perusahaan baik bagi nilai perusahaan dimasa mendatang di mata para investor.
2.3. Ker angka Konseptual
2.4. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah :
1. Diduga bahwa Earning per share berpengaruh positif terhadap Harga Saham
2. Diduga bahwa dividen berpengaruh positif terhadap Harga Saham PRICE (HARGA SAHAM) (Y) Earning per
Share (X1)
BAB III
METODE PENELITAIN
3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Va r iabel
a. Harga Saham.
Harga saham adalah harga saham yang terjadi di bursa pada saat penutupan (closing
price) yang terbentuk pada setiap akhir perdagangan saham. Dengan demikian data
yang diambil dalam penelitian ini adalah data closing price untuk masing-masing
saham sebelum dan sesudah ex-dividend date selama periode penelitian di Bursa Efek
Indonesia.
b. Earning Per Share
Adalah harga perlembar saham dibara laba per lembar saham. Earning per
share dapat dirumuskan sebagai berikut :
Earning Per Share = Harga per lembar Saham
Laba per Lembar Saham …(Pradhono, 2004)
c. Dividend
Adalah kebijakan yang diukur dengan jumlah laba yang dibagi pada pemegang saham
terhadap jumlah lembar saham. Dengan rumus :
Dividend = Jumlah laba yang dibagi pada pemegang saham
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah kelompok subyek atau obyek yang memiliki ciri – ciri atau
karakteristik – karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau
obyek lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian
(Soemarsono, 2004 : 44)
Yang dipergunakan sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
Otomotif yang go public di PT. Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007-2010 yang
berjumlah 17 perusahaan.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama
dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus representative dari sebuah populasi
(Sumarsono, 2002 : 45).
Teknik penentuan sampel yang dipergunakan dalam penelitian adalah purposive
sampling, yaitu penentuan sampel dengan kriteria tertentu.
Kriteria yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
- Perusahaan Manufaktur pada Sektor Otomotif yang membayar dividen tunai
secara berturut-turut di BEI. Data ini diperlukan untuk perusahaan-perusahaan
yang melakukan pengumuman dividen untuk kemudian ditentukan apakan
perusahaan tersebut melakukan kenaikan atau penurunan (dibandingkan
dengan besarnya dividen pada tahun sebelumnya).
- Perusahaan Otomotif tersebut tidak dalam keadaan delisting (Kebijakan yang
dilakukan oleh bursa efek untuk mengeluarkan emiten dari bursa, artinya
Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh 15 perusahaan Otomotif yang go publik di
Bursa Efek Indonesia.
3.2.Teknik Pengumpulan Data
3.2.1. J enis Data
Data yang digunakan untuk memenuhi keperluan penelitian ini bersumber dari
data sekunder yang diambil dari laporan tahunan Perusahaan Otomotif go public dan
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia.
3.2.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan untuk memenuhi keperluan penelitian ini di peroleh
dari Bursa Efek Indonesia
3.2.3. Teknik Pengumpulan data
Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan, maka metode
pengumpulan data yang akan digunakan yaitu metode dokumentasi berupa
pengumpulan kertas data. Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang
berkaitan dengan obyek penelitian.
3.3.Teknik Analisis dan Uji Hipotesis Data
3.4.1. Teknik Analisis Data
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi Linier
berganda. Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti
Di atas telah dijelaskan bahwa dalam penetilian ini diperlukan teknik analisis
yang menggunakan model regresi linier dan pengujian hipotesis menggunakan uji t
dengan hipotesis sebagai berikut :
1. Menghitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat berdasarkan
laporan keuangan tahunan perusahaan maka dapat dihitung masing–masing
variabel bebas dan variabel terikat yang diperlukan untuk analisis.
2. Meregresikan variabel bebas dengan variabel terikat
Untuk menganalisis permasalahan digunakan regresi linier berganda dengan
persamaan sebagai berikut :
Y1 = β0 + β1X1 + β2X2 + ei ... (Sudrajat, 2001:112)
Keterangan :
Y = Harga Saham
X1
= Devidin
X2
= Earning per share
β0 = Konstanta
β1,...,β3 = Koefisien regresi
ei = Kesalahan pengganggu (error)
3.4.2. Uji Asumsi Klasik
Untuk mendukung keakurat an hasil model regresi, maka perlu dilakukan penelusuran t erhadap asum si klasik yang meliput i asumsi mult ikolinierit as, het eroskedast isit as dan aut okorelasi. Hasil dari asumsi klasik t ersebut adalah sebagai
berikut :
1. Multikolinear itas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Deteksi adanya
multikolinieritas dapat dilihat dari besaran VIF (Varians Inflation Factor), yaitu :
(Ghozali, 2001 : 57)
1. Jika besaran VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.
2. Jika besaran VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas.
2. Heter osk edastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika
varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka
disebut terdapat heteroskedastisitas. Metode regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi heteroskedastistitas. (Ghozali, 2001 : 60). Sedangkan kriteria pengujiannya
adalah:
a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas.
b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena dari heteroskedastisitas.
3. Autokor elasi
Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi diantara anggota – anggota
dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu ( seperti pada
data return waktu atau time series data ) atau yang tersusun dalam rangkaian ruang (
seperti pada data silang waktu atau cross sectional). (Sumodiningrat, 2002 : 231).
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu regresi linear ada
korelasi kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka perlu dilihat
tabel Durbin Watson dengan jumlah variabel bebas ( k ) dan jumlah data ( n )
sehingga diketahui dL dan du maka dapat diperoleh distribusi daerah keputusan atau
Kriteria pengujian Durbin Watson dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1 : Autokor elasi
Durbin Watson Kriteria
0 < DW < dL
dL < DW < du
du < DW < 4-du
4-du < DW < 4-dL
4-dL < DW < 4-
Ada autokorelasi positif
Tanpa kesimpulan
Tidak ada autokorelasi
Tanpa kesimpulan
Ada autokorelasi negatif
Sumber : Ghozali, 2001 : 61
3.5. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat digunakan Program SPSS 17 dengan uji t yang memiliki prosedur
sebagai berikut:
a. Ho : bi = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap
variabel terikat.
Hi : bi ≠ 0 ; terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel
terikat.
b. Tingkat signifikan 5% = 0,05
c. Kriteria pengujian :
1. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Desk r ipsi Per usahaan
4.1.1. Gambar an Umum Bur sa Efek Indonesia
Perkembangan Bursa di Indonesia dimulai dari pendirian Badan Pelaksana Pasar
M odal (Bapepam) sebagai pengelola Bursa pada tahun 1977. Pada saat it u merupakan masa paling sulit bagi Bapepam untuk memperkenalkan dan mengembangkan Bursa di Indonesia. Dengan usaha yang begit u besar baik dari t enaga SDM maupun dari dana yang dikeluarkan oleh Pemerint ah melalui Bapepam, unt uk pengembangan Bursa di
Indonesia nilainya cukup besar yang t idak mungkin dilakukan oleh pihak swast a/ SRO sep ert i dew asa ini.
Pengembangan Bursa membut uhkan wakt u kurang lebih 15 t ahun untuk dapat
menghasilkan 162 emit en. Baru set elah Bapepam berhasil mengembangkan Bursa di Indonesia dan Bursa sudah menjadi kebut uhan masyarakat Indonesia khususnya emit en dan invest or, kemudian Bursa disw ast anisasikan (t ahun 1992).
Dalam perjalanan penswast anisasian Bursa, untuk mendorong percepat an pencat at an emit en dan perdagangan saham di Indonesia khususnya di w ilayah timur, Pem erint ah melalui Bapepam mempelopori pendirian BES pada t ahun 1989. BES merupakan Bursa sw ast a pert ama kali didirikan di Indonesia pada t anggal 16 Juni
1989, dan kemudian dilanjut kan dengan pendirian BEJ pada t anggal 13 Juli 1992. Pendirian BEJ adalah seiring dengan pensw ast anisasian Bursa Efek Indonesia. Pada
kepada BEJ melalui sw ast anisasi Bursa. Selanjut nya, pada t ahun 1993 Pemerint ah
melalui Perserikat an Perdagangan Uang dan Efek (PPUE) mendirikan Bursa Paralel Indonesia (BPI) untuk mengakomodasi t ransaksi di luar Bursa (over t he count er). Perkembangan berikut nya, pada t ahun 1995 BPI digabungkan dengan BES dan set elah
penggabungan BES t elah mampu mengembangkan fasilit as pencat at an dan perdagangan bagi perusahaan menengah kecil sert a obligasi/ surat ut ang.
Set elah Bursa Efek Indonesia disw ast anisasikan menjadi BEJ dan BPI digabungkan
dengan BES, perkembangan percepat an emit en saham, emit en obligasi mengalami kenaikan. Namun, lima t ahun t erakhir (sejak 2002 hingga sekarang) emit en saham dan obligasi mengalam i perlambat an, dan di bidang inst rum en lainnya sepert i derivat if
dapat dikat akan belum mengalami kemajuan berart i. Kondisi ini mendorong perlunya perhat ian Pemerint ah, dalam hal ini Bapepam dan LK, SRO, dan pelaku pasar, untuk melakukan sesuat u yang st rat egis unt uk mencapai percepat an pert umbuhan jum lah
emit en saham dan obligasi sert a perkembangan produk-produk yang dapat diperdagangakan di Bursa. Salah sat u pendekat an yang direncanakan oleh Pemerint ah sebagaimana dit uangkan dalam M ast er Plan Pasar M odal 2005-2009 yait u
penggabungan BES dan BEJ. Penggabungan kedua Bursa ini diyakini dapat menghasilkan sinergi sehingga efisiensi pasar modal dapat t ercapai. Bursa Efek Indonesia (BEI) didirikan oleh pemerint ah Indonesia pada t anggal 1 Desember 2007 yang merupakan penggabungan ant ara Bursa Efek Jakart a (BEJ) dan Bursa Efek
Surabaya (BES).
Visi Bursa Efek Indonesia tidak terlepas dari latar belakang dilakukannya
penggabungan BES-BEJ sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar
Modal 2005-2009 yaitu adanya suatu keinginan untuk memiliki suatu Bursa
yang kuat, bernilai, kredibel, kompetitif dan berdaya saing global. Bertitik tolak
pada keinginan tersebut, maka visi Bursa Efek Indonesia dapat dinyatakan:
“To be a Strong, Valuable, Credible and World Wide Competitive Bourse”.
b. Misi
Dalam usaha mencapai visi tersebut, Bursa Efek Indonesia perlu menetapkan
misi yang harus diemban setidaknya mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. to produce variety of sellable high standard capital market product.
2. to provide high technology infrastructures.
3. to meet customer satisfaction priority.
4. to strengthen investor’s protection.
5. to create market integrity and transparency.
6. to create high competencies and favorable choice for human resource.
4.2. Desk r ipsi Var iabel
Berikut ini adalah penjelasan variabel-variabel penelitian, yang meliputi :
Tabel 4.1. Data Ear ning Per Shar e Per usahaan Otomotive
Tahun 2007-2010
EPS 2007 2008 2009 2010
Multrisada Arah Sarana. Tbk 4.77 0.49 28.58 14.6 Nipress. Tbk 319.7 77.54 184.26 346.82 Prima allay Steel. Tbk 4.72 -25.19 61.59 6.71 Selamat Sempurna. Tbk 55.79 63.54 92.28 50.89 Sugi Samapersada. Tbk 9.12 4.41 5.74 5.6 Tunas Ridean. Tbk 136.07 175.68 222.5 48.21 United Tractors. Tbk 523.58 799.77 1.147.48 1.164.13
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan t abel 4.1. diat as dapat diket ahui bahw a untuk EPS pada t ahun 2010
yang t ert inggi diperoleh Ast ra Int ernat ional. Tbk sebesar 3.548.60, sedangkan yang t erendah pada t ahun 2008 adalah PT. Gajah Tunggal sebesar -179.29.
Tabel 4.2. Data Dividen Perusahaan Otomotive Tahun 2007-2010
Deviden 2007 2008 2009 2010 Astra International. Tbk 160 870 830 470 Indo Kordsa. Tbk 63 125 50 50 Indo Spring. Tbk 50 50 250 20 Indomobil Sukses International.
Tbk 20 30 30 30
Intraco Penta. Tbk 10 20 30 10 Hexindo Adiperkasa. Tbk 21 109 110 88 Goodyear Indonesia. Tbk 88 60 225 250 Gajah Tunggal. Tbk 5 0 15 12 Multrisada Arah Sarana. Tbk 1 1 1 1 Nipress. Tbk 20 10 10 10 Prima allay Steel. Tbk 50 50 50 40 Selamat Sempurna. Tbk 40 100 90 80 Sugi Samapersada. Tbk 1.82 2 1 1 Tunas Ridean. Tbk 55 168 88 10 United Tractors. Tbk 210 320 330 590 Sumber : Bursa Efek Indonesia
870, sedangkan yang t erendah pada tahun 2008 adalah PT. M ult risada Arah Sarana.
Tbk sebesar 1.
Tabel 4.3. Data Har ga Saham Perusahaan Otomotive Tahun 2007-2010
Har ga Saham 2007 2008 2009 2010 Astra International. Tbk 27,300 10,550 34,700 54,550 Indo Kordsa. Tbk 1,900 1,800 1,450 1,500 Indo Spring. Tbk 1,450 1,200 1,250 4,750 Indomobil Sukses International. Tbk 1,170 1,200 860 3,825 Intraco Penta. Tbk 550 234 690 1,430 Hexindo Adiperkasa. Tbk 740 690 3,150 5,200 Goodyear Indonesia. Tbk 13,000 5,000 9,600 12,500 Gajah Tunggal. Tbk 490 200 425 2,300 Multrisada Arah Sarana. Tbk 215 140 205 260 Nipress. Tbk 1,850 1,490 1,450 1,950 Prima allay Steel. Tbk 133 120 119 98 Selamat Sempurna. Tbk 430 650 750 780 Sugi Samapersada. Tbk 150 225 215 157 Tunas Ridean. Tbk 310 188 435 580 United Tractors. Tbk 10,429 4,400 15,500 23,800 Sumber : Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan t abel 4.3. diat as dapat diket ahui bahw a unt uk harga saham pada
4.3. Deskr ipsi Hasil Pengujian Hipotesis
4.3.1. Uji Normalit as
Dalam pengujian normalit as dat a dengan menggunakan uji
Kolmogorof-Smirnov dengan menggunakan program SPSS, dimana apabila nilai signifikansi (probabilit as) yang diproleh lebih besar dari nilai signifikansi yang t elah dit et apkan dalam penelit ian (5%) maka dat a t ersebut t elah t erdist ribusi normal. (Santoso, 2001 :
97)
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti
distribusi normal adalah :
• Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka distribusi
adalah tidak normal.
• Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi
adalah normal.
Tabel 4.4. Nor malitas Data Masing-masing Var iabel
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
EPS DIVIDEN HARGA SAHAM
N 53 53 53
Normal Parametersa Mean 2.1559E2 58.43 2093.08
Std. Deviation 3.46540E2 74.750 3405.010
Most Extreme Differences Absolute .256 .224 .309
Positive .256 .224 .309
Negative -.230 -.221 -.279
Sumb