HUBUNGAN KEAKTIFAN SISWA DALAM BERTANYA DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH
MATEMATIKA KELAS VIII SEMESTER II PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Betty Kusumaningrum 091414005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
HUBUNGAN KEAKTIFAN SISWA DALAM BERTANYA DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH
MATEMATIKA KELAS VIII SEMESTER II PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Betty Kusumaningrum 091414005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“
Sukacita adalah payung yang menjaga kita saat menghadapi
hari-hari yang berhujan dalam perjalanan hidup kita.
”
Dengan penuh syukur, kupersembahkan karyaku untuk :
Tuhan Yesus Kristus,
Bapak dan Mama yang kucintai,
Kakakku Arina Krisnawati,
Adikku Cinthia Kurnia Dewi,
Almamaterku,
vii ABSTRAK
Kusumaningrum, Betty. 2013. Hubungan Keaktifan Siswa dalam Bertanya dengan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Matematika Kelas VIII
Semester II pada Pokok Bahasan Lingkaran Tahun Pelajaran
2012/2013. Skripsi. Yogyakarta : Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan keaktifan siswa dalam bertanya dengan kemampuan menyelesaikan masalah matematika pada pokok bahasan lingkaran. Subyek penelitian sebanyak 6 orang siswa SMP kelas VIII yang berasal dari berbagai macam sekolah. Data yang diperoleh yaitu frekuensi keaktifan siswa dalam bertanya dan cara berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika beserta dengan hasil wawancaranya.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan dan wawancara pada saat subyek menyelesaikan masalah matematika serta mengumpulkan lembar jawaban subyek. Masalah yang diberikan sebanyak 3 butir yang berkaitan dengan lingkaran untuk siswa SMP kelas VIII semester II pokok bahasan lingkaran tahun pelajaran 2012/2013.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang aktif bertanya mampu menyelesaikan masalah matematika dengan baik, siswa yang kurang aktif bertanya, kurang dapat mengerahkan kemampuannya untuk menyelesaikan masalah matematika, dan siswa yang tidak aktif bertanya perlu mendapat pendampingan dalam menyelesaikan masalah matematika.
Kata kunci : keaktifan bertanya, kemampuan menyelesaikan masalah
viii
ABSTRACT
Kusumaningrum, Betty. 2013. The Relationship between Activeness Students in Asking Questions and The Ability to Solve Mathematical Problems of
Circle Subject in the Second Semester of VIII Grader Students Academic
Year 2013/2014. Thesis. Yogyakarta : Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Natural Science, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.
This research was qualitative descriptive. It aimed to find out the relationship between the activeness of the students in asking questions and the ability to solve mathematical problem of circle subject. The subjects of the research were six eight grader students from various schools. In this research, the
data obtained were the level of students’ activeness in asking questions and how
students thought to solve the mathematical problems and also the result of the interview.
The data obtained through observation and interview while the subjects were solving the mathematical problems and also collecting the answer sheets. The writer gave three problems which were related to circle subject in the second semester of VIII grader students academic year 2013/2014.
The result of the research was the students which had a high level of activeness in asking questions had a good ability to understand the problem, make a planning, carry out a planning, and revise a planning. The students which had a medium level of activeness in asking questions had a good competence in understanding the problem; however had a low ability to make a planning, carry out a planning, and revise a planning. The students which had a low level of activeness in asking questions had a low ability to understand the problem, make a planning, carry out a planning, and revise a planning.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul Hubungan Keaktifan Siswa dalam Bertanya dengan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Matematika Kelas VIII Semester II
pada Pokok Bahasan Lingkaran Tahun Pelajaran 2012/2013.
Penulis menyadari skripsi ini dapat selesai dengan baik bukan atas usaha penulis sendiri melainkan juga atas bantuan, dukungan, kerjasama, serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma. 2. Bapak Drs. A. Atmadi, M. Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S. Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.
4. Bapak Dr. Y. Marpaung selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi.
5. Bapak Dominikus Arif Budi P. S. Si., M. Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran yang bermanfaat untuk skripsi ini.
6. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S. Pd. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran yang bermanfaat untuk skripsi ini.
7. Segenap Dosen JPMIPA Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan dukungan penuh dan semangat bagi penulis selama kuliah. 8. Segenap Staf Sekretariat JPMIPA Universitas Sanata Dharma yang telah
membantu segala administrasi yang dibutuhkan penulis.
x
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTRAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Pembatasan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian ... 3
E. Batasan Istilah ... 4
F. Manfaat Penelitian ... 4
xii
2. Komponen Dasar di dalam Berpikir ... 7
3. Pemecahan Masalah ... 8
4. Tahapan Penyelesaian Masalah Matematika ... 9
5. Pelatihan Keterampilan Pemecahan Masalah ... 14
B. Kerangka Berpikir ... 15
C. Hipotesis ... 16
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 17
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17
C. Subyek Penelitian ... 17
D. Bentuk Data dan Metode Pengumpulan Data ... 18
E. Instrumen Penelitian... 19
F. Uji Instrumen Penelitian ... 20
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 21
B. Data Penelitian ... 22
C. Analisis Data ... 22
D. Ringkasan Hasil Analisis ... 57
E. Persamaan dan Perbedaan Cara Siswa Menyelesaikan ... 63
F. Keterbatasan Penelitian ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
xiii
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A : TRANSKRIP WAWANCARA
Lampiran A. 1 Wawancara Siswa A ... 71
Lampiran A. 2 Wawancara Siswa B ... 74
Lampiran A. 3 Wawancara Siswa C ... 77
Lampiran A. 4 Wawancara Siswa D ... 79
Lampiran A. 5 Wawancara Siswa E ... 86
Lampiran A. 6 Wawancara Siswa F ... 92
LAMPIRAN B : LEMBAR KERJA SISWA Lampiran B. 1 LKS SISWA A ... 96
Lampiran B. 2 LKS SISWA F ... 98
Lampiran B. 3 LKS SISWA C ... 100
Lampiran B. 4 LKS SISWA B ... 101
Lampiran B. 5 LKS SISWA D ... 102
Lampiran B. 6 LKS SISWA E ... 104
Lampiran B. 7 SOAL SISWA F ... 106
LAMPIRAN C : DAFTAR PERTANYAAN SISWA ... 107
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring berjalannya waktu, manusia semakin dituntut untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya. Untuk menghadapi hal tersebut, dibutuhkan kemampuan khusus yang sering disebut dengan metakognisi. Metakognisi merupakan kesadaran seseorang terhadap proses berpikirnya sendiri serta kemampuannya dalam mengontrol dan mengevaluasi proses kognitif tersebut (Ormrod, 2008).
Metakognisi sering diterapkan dalam dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan, siswa yang menggunakan kemampuan metakognitif dengan baik, akan mengawali aktifitas belajar dengan merencanakan apa yang akan dilakukan, memantau (monitoring) pemahaman baik saat mempelajari sesuatu maupun sesudah mempelajarinya, dan mengevaluasi pemahaman.
nyatanya tidak (Ormrod, 2008). Oleh karena itu, aktivitas bertanya sangat penting dilakukan oleh setiap siswa.
Kenyataannya, yang sering terjadi dalam dunia pendidikan yaitu siswa cenderung pasif dalam menerima informasi saat belajar. Siswa menerima begitu saja informasi yang diberikan oleh guru tanpa membiasakan diri untuk bertanya, terlebih – lebih untuk mengkritisi informasi yang diterimanya saat belajar. Untuk memperbaiki keadaan tersebut, perlu dimunculkan aspek – aspek metakognitif melalui aktifitas pembelajaran untuk membantu siswa dalam memahami materi yang dipelajari. Semakin banyak siswa yang sadar akan kemampuan metakognitif maka semakin baik pula proses belajar dan prestasi yang akan mereka capai. (Ormrod, 2008).
Dilandasi keinginan untuk mengetahui hubungan keaktifan siswa dalam bertanya dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah matematika, maka peneliti merasa perlu mengadakan penelitian ini. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul : “Hubungan Keaktifan Siswa dalam Bertanya dengan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Matematika Kelas VIII Semester II pada Pokok Bahasan Lingkaran Tahun Pelajaran 2012/2013.”
B. Rumusan Masalah
keaktifan siswa dalam bertanya dengan kemampuan menyelesaikan masalah matematika kelas VIII semester II pada pokok bahasan lingkaran tahun pelajaran 2012/2013?
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini tidak dilaksanakan di lingkungan sekolah seperti penelitian pada umumnya. Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan sekitar tempat tinggal peneliti.
2. Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Namun, dalam penelitian ini, faktor yang akan diteliti yaitu faktor keaktifan siswa dalam bertanya pada pokok bahasan lingkaran.
D. Tujuan Penelitian
E. Batasan Istilah
Agar penelitian ini lebih terarah dan mencegah terjadinya penyimpangan, penafsiran yang tidak tepat, dan dapat mencapai tujuan penelitian, masalah penelitian dibatasi pada hal – hal sebagai berikut : 1. Yang dimaksud dengan siswa dalam penelitian ini yaitu beberapa
siswa yang dipilih secara acak oleh peneliti melalui metode simple random purposing.
2. Keaktifan siswa dalam bertanya adalah intensitas siswa dalam mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan lingkaran, baik bertanya pada peneliti maupun bertanya pada diri sendiri yang diungkapkan dengan kata – kata.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu :
1. Mendapatkan fakta di lapangan mengenai keaktifan siswa dalam bertanya.
2. Melatih siswa untuk aktif bertanya saat belajar matematika.
5
BAB II
LANDASAN TEORI A. Kajian Teori
1. Metakognitif
Makna metakognisi secara literal yaitu berpikir mengenai berpikir. Menurut Ormrod (2008) metakognisi merupakan kesadaran pembelajar mengenai proses kognitif diri sendiri dan usaha – usahanya untuk terlibat dalam proses berprilaku dan berpikir yang akan meningkatkan hasil belajar dan memorinya. Sedangkan menurut Suharnan (2005) metakognisi merupakan proses yang dapat meningkatkan rasa ingin tahu karena pembelajar melakukan proses – proses kognitif untuk memikirkan proses kognitif dirinya sendiri. Dalam Ormrod (2008), Hofer & Pintrich mengemukakan bahwa semakin siswa mengetahui tentang proses berpikirnya (memiliki kesadaran metakognitif) maka semakin baik pula hasil belajar dan prestasi yang akan dicapai. Dengan kata lain, metakognisi dapat membimbing pembelajar memilih stategi yang cocok untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya.
Salah satu strategi belajar yang dimaksud adalah memantau pemahaman. Pemantauan pemahaman yaitu suatu proses dimana seseorang memantau secara periodik kemampuan mengingat dan memahami saat melakukan proses kognitif. Pembelajar yang sukses, secara kontinu memantau pamahaman mereka baik saat mempelajari sesuatu maupun sesudah mempelajarinya (Dunlovsky, Rawson & McDonald dalam Ormrod, 2008). Lebih jauh lagi, ketika mereka menyadari mereka tidak mengerti, mereka akan mengambil langkah untuk mengoreksi situasi tersebut. Sebaliknya, siswa yang kurang berprestasi jarang sekali memantau diri mereka sendiri atau mengambil langkah yang sesuai ketika mereka tidak paham akan sesuatu (L. Baker & Brown dalam Ormrod, 2008).
2. Komponen Dasar di dalam Berpikir
Proses berpikir menurut Mayer (dalam Solso, 1988) meliputi 3 hal yaitu :
1. Berpikir adalah aktivitas kognitif yang tidak tampak tetapi dapat dilihat dari perilaku yang tampak.
Contoh, seorang siswa yang sedang menyelesaikan masalah mengenai pembuatan alat penjepit kertas (klips) dari kemungkinan
– kemungkinan antara bahan logam atau plastik, dan berbentuk segitiga atau segiempat. Aktifitas berpikir siswa tersebut dapat dilihat melalui perilaku yang tampak yaitu pada saat ia membuat metrik seperti berikut :
Bahan / Bentuk Logam Plastik
Segitiga
Segiempat
2. Berpikir merupakan suatu proses yang melibatkan manipulasi pengetahuan di dalam sistem kognitif.
Ia menggunakan pengetahuan yang telah ia peroleh yaitu mengenai juring. Ia melakukan manipulasi terhadap gambar tersebut menjadi berbentuk juring agar ia mengetahui luas daerah yang diarsir. 3. Aktivitas berpikir diarahkan untuk menghasilkan pemecahan
masalah.
Contoh, sekelompok siswa akan mengadakan pertandingan sepakbola yang diikuti oleh 8 tim (kesebelasan) dari beberapa sekolah. Mereka hanya memiliki 2 tempat pertandingan dan waktu penyelenggaraan tidak lebih dari 1 minggu. Sekelompok siswa tersebut bekerja sama untuk memikirkan bagaimana agar kompetisi tersebut berhasil diselenggarakan. Aktivitas berpikir yang mereka lakukan pada dasarnya dilakukan untuk menghasilkan pemecahan masalah.
3. Pengertian Masalah
Suharnan (2005) dan Brown (2007) sependapat bahwa pemecahan masalah melibatkan proses berpikir (proses kognitif) dan harus dilakukan dengan penuh usaha.
Pada Gambar 2.1 disajikan contoh visual mengenai suatu masalah. Contoh visual itu menggambarkan seseorang yang menghadapi masalah dimana ia ingin sampai di kaki gunung (tujuan perjalanan) dengan menemukan jalur yang tepat namun jalur yang tersedia semuanya penuh lika – liku dan beberapa diantaranya adalah jalan buntu.
Gambar 2. 1. Contoh visual mengenai suatu masalah.
4. Tahapan Penyelesaian Masalah Matematika
1. Memahami masalah
Siswa harus memahami masalah terlebih dahulu sebelum menyelesaikannya. Secara keseluruhan, kalimat dalam masalah harus dipahami. Menurut Polya (1957), siswa memahami masalah jika ia mampu menyatakan kembali masalah tersebut dengan caranya sendiri dan juga mampu menunjukkan bagian – bagian utama dari masalah, yaitu apa yang ditanyakan, apa yang diketahui, dan bagaimana kondisinya. Jika mempunyai gambaran yang berkaitan dengan masalah, ia sebaiknya menuliskan apa yang ditanyakan dan apa yang diketahui.
2. Merancang rencana
Jika siswa gagal mencoba, hal terbaik yang dapat dilakukan seorang guru adalah membimbing siswa memperoleh ide solusi. Memberikan pertanyaan – pertanyaan yang relevan dengan masalah dapat mendorong munculnya ide tersebut. Siswa tidak mudah menemukan ide jika memiliki sedikit pengetahuan dan tidak mungkin untuk menemukannya jika siswa tidak memiliki pengetahuan. Ide yang baik didasarkan pada pengalaman masa lalu dan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya. Siswa harus mempunyai bahan yang diperlukan untuk memecahkan masalah matematika seperti rumus atau teorema – teorema matematika. Sehubungan dengan hal tersebut, Polya (1957) menambahkan bahwa hanya mengandalkan ingatan saja tidak cukup untuk memperoleh ide solusi.
Dalam menemukan ide solusi, sebaiknya siswa fokus pada hal yang penting yaitu melihat apa yang ditanyakan dalam soal dan mencoba memikirkan masalah terkait yang memiliki keterangan yang sama. Solusi dari masalah terkait dapat mendorong munculnya ide solusi dari masalah yang dihadapi oleh siswa.
berbagai teorema, mempertimbangkan berbagai modifikasi, dan melakukan berbagai eksperimen.
3. Melaksanakan rencana
Menyusun rencana dan memunculkan ide solusi tidaklah mudah. Membutuhkan banyak hal untuk dapat melakukannya, diantaranya pengetahuan sebelumnya, kebiasaan mental yang baik, dan konsentrasi pada tujuan (Polya, 1957). Sedangkan, melaksanakan rencana jauh lebih mudah, yang siswa butuhkan terutama kesabaran. Siswa harus yakin bahwa rincian dari rencananya tidak ada kesalahan.
Bahaya utama dalam melaksanakan rencana adalah jika siswa lupa akan rencananya. Ini mudah terjadi jika siswa mendapatkan rencana dari pihak luar. Tetapi, jika ia bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain, ia tidak mudah lupa akan idenya sendiri.
Polya (1957) menyatakan bahwa siswa harus menyakinkan
diri apakah penalaran siswa bersifat “intuitif” atau bersifat
“penalaran formal”. Bersifat intuitif berarti siswa hanya
4. Mengevaluasi
Ketika telah memperoleh solusi, siswa sebaiknya menulis rapi argumennya dan memeriksa kembali. Dengan melihat kembali solusi akhir dan langkah pekerjaannya, mereka bisa mengkonsolidasikan pengetahuan mereka dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah (Polya, 1957).
Yang harus siswa lakukan dalam menyelesaikan masalah matematika adalah membuat rencana, menuliskan solusi, dan kemudian memeriksa setiap langkah. Dengan demikian, ia memiliki alasan yang baik untuk membuktikan bahwa solusinya benar. Namun demikian, kesalahan selalu mungkin terjadi, terutama jika siswa menyelesaikannya dengan langkah yang panjang.
jika gagal
jika gagal jika berhasil
jika berhasil
\ jika gagal
Gambar 1.2 Langkah – langkah pemecahan masalah. (dikutip dari Cognition oleh Glass dan Holyoak, 1986)
5. Pelatihan keterampilan pemecahan masalah
John D. Bransford dan Barry S. Stein (1984) mengemukakan model IDEAL approach untuk meningkatkan keterampilan memecahkan masalah matematika yaitu :
I = Identifikasi masalah
D = Definisi dan representasi masalah E = Eksplorasi berbagai stategi
A = Aksi berdasarkan strategi yang telah dipilih L = Lihat kembali dan evaluasi hasil – hasilnya. keterangan:
I = Identifikasi masalah
Mengidentifikasi masalah berarti mencari pokok permasalahan. Oleh karena itu identifikasi masalah merupakan bagian yang paling penting dan menentukan.
1. Membentuk
D = Definisi masalah
Mendefinisikan masalah berarti menggambarkan permasalahan secermat mungkin. Mendefinisikan masalah menunjuk pada penentuan dimana letak permasalahan yang sebenarnya.
E = Eksplorasi berbagai stategi
Mengeksplorasi berarti mencari berbagai alternatif pemecahan masalah. Bisa terjadi, siswa gagal dalam memilih strategi pemecahan masalah.
A = Aksi berdasarkan strategi yang telah dipilih
Melakukan aksi berarti seseorang melaksanakan apa yang telah direncanakan. Strategi – strategi yang telah dipilih kemudian diterapkan untuk memperoleh solusi pemecahan masalah.
L = Lihat kembali dan evaluasi hasil – hasilnya.
Siswa harus melakukan evaluasi apakah strategi yang digunakan bisa berjalan dengan baik atau tidak. Kemungkinan dalam melakukan evaluasi, siswa harus kembali pada langkah awal untuk menemukan pemecahan masalah yang memuaskan.
B. Kerangka Berpikir
Salah satu usaha sadar yang dimaksud yaitu dengan mengajukan pertanyaan baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa dapat meningkatkan pemahaman terhadap sesuatu yang dipelajari. Bertanya berarti berusaha untuk memahami topik matematika yang diberikan kepadanya sehingga dapat menunjang kemampuan matematikanya.
Dengan kata lain, siswa yang aktif mengajukan pertanyaan yang diperoleh dari hasil berpikir metakognitif akan menghasilkan kemampuan matematika yang baik pula.
C. Hipotesis
17 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif kualitatif dimana penelitian ini menekankan pada keadaan yang sebenarnya dengan mengungkapkan fenomena – fenomena yang terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengungkapkan dan menjelaskan yang sebenarnya terjadi di dalam kegiatan penelitian. Penelitian ini mendeskripsikan cara berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika secara tertulis, mendeskripsikan penjelasan matematis siswa, dan mencari hubungan antara keaktifan bertanya dengan kemampuan menyelesaikan masalah matematika.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di rumah subyek penelitian sesuai dengan permintaan subyek penelitian. Waktu pelaksanaan penelitian adalah tanggal 30 Mei 2013 – 4 Juni 2013.
C. Subyek Penelitian
8 Yogyakarta. Peneliti memilih secara acak siswa SMP kelas VIII yang berada di lingkungan tempat tinggal peneliti melalui metode simple random purposing.
D. Bentuk Data dan Metode Pengumpulan Data 1. Bentuk Data
Berdasarkan sumbernya, bentuk data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dimana data tersebut diperoleh secara langsung dari sumber datanya. Sedangkan berdasarkan sifatnya, bentuk datanya yaitu data kualitatif.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan membuat turus keakfitan siswa, memberikan tes kemampuan matematika, dan melakukan wawancara.
a. Pembuatan turus
Dalam penelitian ini, digunakan tabel turus untuk mengetahui keaktifan siswa dalam bertanya yang kemudian dianalisis menggunakan skala Likert untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam bertanya.
b. Memberikan tes kemampuan matematika.
mengetahui cara siswa dalam menyelesaikan masalah matematika secara tertulis.
c. Melakukan wawancara
Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui cara berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang tidak dapat diamati dari hasil tes kemampuan matematika. Wawancara dilakukan saat / sesudah siswa menyelesaikan tes kemampuan matematika.
E. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah tes yang terdiri dari 3 butir pertanyaan bertema lingkaran yang dikemas secara kontekstual. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah lembar kerja siswa dengan topik lingkaran dan data keaktifan siswa dalam bertanya. Data tersebut diperoleh dengan cara :
1. Melakukan pengamatan (observasi) untuk mengetahui keaktifan siswa dalam bertanya dengan cara memberikan soal (masalah matematika) yang dapat memancing siswa untuk bertanya baik bertanya pada diri sendiri maupun bertanya pada peneliti.
dilakukan untuk mengetahui cara berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.
F. Uji Instrumen Penelitian
21 BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2013 – 4 Juni 2013 yang bertempat di rumah subyek penelitian. Penelitian ini melibatkan 6 orang siswa SMP kelas VIII dari berbagai sekolah dimana subyek penelitian ini terdiri atas 3 orang laki – laki dan 3 orang perempuan yang kemudian diinisialkan menjadi A, B, C, D, E, dan F. Untuk membantu kelancaran dalam penelitian ini, peneliti menggunakan camera digital untuk dokumentasi dan handphone untuk merekam suara saat siswa menyelesaikan masalah matematika.
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu diadakan observasi dengan tujuan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam bertanya. Observasi dilakukan dengan cara meminta siswa untuk menyelesaikan masalah matematika yang telah disiapkan oleh peneliti. Peneliti mengobservasi keaktifan siswa dalam bertanya saat menyelesaikan masalah matematika. Observasi ini berlangsung di rumah subyek penelitian.
pada saat wawancara adalah bagaimana cara siswa menyelesaikan masalah dan dari mana cara tersebut diperoleh. Selain pertanyaan itu, peneliti juga mengajukan pertanyaan – pertanyaan spontanitas. Pertanyaan yang diajukan bertujuan untuk mengorek lebih dalam cara siswa menyelesaikan masalah mengenai lingkaran.
B. Data Penelitian
Nama Siswa Frekuensi Pertanyaan Siswa
Siswa A 9
Siswa F 7
Siswa C 4
Siswa B 6
Siswa D 2
Siswa E 3
Keterangan :
Data mengenai pertanyaan – pertanyaan siswa berada dalam lampiran.
C. Analisis Data
1. Analisis keaktifan siswa dalam bertanya
Keterangan:
A adalah frekuensi minimun keaktifan siswa dalam bertanya yaitu 1. B adalah frekuensi maksimum keaktifan siswa dalam bertanya yaitu 10.
C = =
=
= 3
Adapun penentuan kriteria keaktifan siswa dalam bertanya yaitu sebagai berikut :
Rendah : A ≤ X< A + C : 1 ≤ X< 4 Menengah : A + C ≤ X< A + 2C : 4 ≤ X< 7 Tinggi : A + 2C ≤ X< A + 3C : 7 ≤ X< 10
9
7
4
6
2 3
Siswa A Siswa F Siswa C Siswa B Siswa D Siswa E
Tingkat Keaktifan Siswa dalam Bertanya
24 Keaktifan
Siswa Siswa
Cara Siswa Menyelesaikan Masalah Matematika
Tinggi Siswa
A
Keterangan Pekerjaan Siswa Soal nomor 1
-Siswa awal mula menghitung luas
persegi dengan panjang sisi 7 cm. -Siswa mencari luas sisa (yang
berwarna putih) dengan
mengurangkan luas persegi dengan luas seperempat lingkaran diperoleh luas sama dengan 10.5 cm2.
(Halaman 89)
Wawancara Keterangan Tambahan Analisis
P: “10,5 cm2 daerah yang mana?”
A: “Ya yang putih ini tapi baru separuh. Kalau yang dicari yang diarsir berarti kan luas persegi dikurangi luas ini (menunjuk gambar yang putih) kali 2”
(Halaman 65)
(Gambar di atas merupakan keterangan dari wawancara)
Soal nomor 1
Siswa memahami masalah. Ketika siswa mengatakan, “...Kalau yang dicari yang diarsir berarti kan luas persegi dikurangi
luas ini (menunjuk gambar yang putih) kali 2” berarti siswa mengetahui bahwa yang ditanyakan dalam masalah yaitu luas daerah
yang diarsir dan yang diketahui yaitu
sebuah persegi dengan panjang sisi 7 cm Siswa
25
(Gambar di atas merupakan keterangan dari analisis)
dimana di dalam persegi terdapat 2 buah
luasan daerah yang putih.
Menurut Polya (1957), siswa memahami masalah jika ia mampu menunjukkan apa yang ditanyakan, apa yang diketahui, dan bagaimana kondisinya.
(berdasarkan teori halaman 10 ) A: “Ini lho. Kalau misalnya dipakai,
sini kan (menunjuk gambar
seperempat lingkaran) jadi juring to.”
(Halaman 64)
Keterangan :
Siswa menganggap seperempat lingkaran itu seluruhnya diarsir
sehingga membentuk sebuah juring.
Soal nomor 1
Ia menggunakan strategi yang baik yaitu
dengan menganggap terdapat sebuah juring
dalam sebuah persegi kecil.
Siswa mencoba untuk melihat masalah dari
berbagai sudut pandang sehingga
menemukan stategi yang baik.
(berdasarkan teori halaman 11)
A: “Kalau luas sisanya ini kan berarti luas persegi dikurangi luas juring (berbentuk seperempat lingkaran di dalam persegi kecil).”
(Halaman 64)
Soal nomor 1
Ia mampu mengkombinasikan pengetahuan
mengenai persegi dan lingkaran.
Dalam merancang rencana, siswa
memanggil kembali pengetahuan terkait
dan melihat kaitannya.
(berdasarkan teori halaman 11) A: “...Kalau misalnya dipakai,
sini kan (menunjuk gambar
26
Siswa mampu melaksanakan rencana
dengan baik. Ia langsung menuliskan
jawabannnya dengan rapi menggunakan
pulpen. Hal ini mengindikasikan bahwa ia
sudah memiliki perencanaan yang baik.
(berdasarkan teori halaman 12)
Keterangan Pekerjaaan Siswa Soal nomor 2
A: “Berarti cari perbandingannya dulu. 2 + 3 + 4 = 9.”
Siswa terlebih dahulu menentukan diameter setengah lingkaran (dari 3 buah setengah lingkaran) satu per satu dengan menggunakan teori perbandingan. Siswa menjumlahkan perbandingan – perbandingannya sehingga didapat jumlahnya yaitu 9.
(Halaman 89)
Wawancara Keterangan Tambahan Analisis
A : “Berarti cari perbandingannya dulu.. Eeh bukan dink, salah. Lupa aku kalau jari – jari.. ...kalau mau cari jalur kedua
berarti setengah keliling pertama tambah setengah keliling kedua tambah setengah keliling ketiga”
(Halaman 65)
Soal nomor 2
Siswa mampu memahami masalah. Hasil
wawancara menyatakan bahwa siswa
mengetahui apa yang ditanyakan dalam
masalah yaitu panjang lintasan kedua jalur.
Siswa menyebutnya dengan keliling
27
mengerti apa yang diketahui yaitu jari – jari dari jalur pertama (secara eksplisit) dan jari – jari dari jalur kedua (secara implisit). A: “Berarti cari perbandingannya
dulu. 2 + 3 + 4 = 9...”
(Halaman 65)
Keterangan :
Dalam soal, diketahui perbandingan jari – jari lingkaran yaitu 2 : 3 : 4. Strategi yang dipilih siswa untuk menemukan jari – jari setiap
lingkaran yaitu dengan menjumlahkan perbandingan –
perbandingan tersebut kemudian diselesaikan menggunakan teori
perbandingan.
Soal nomor 2
Sampai pada tahap ini, siswa telah memiliki rancangan sebab menurut Polya (1957), siswa memiliki rancangan penyelesaian masalah ketika siswa tahu apa yang harus ditampilkan untuk mendapatkan apa yang ditanyakan dalam soal.
(berdasarkan teori halaman 10)
A: “Kalau mau cari jalur kedua berarti setengah keliling
pertama tambah setengah
keliling kedua tambah setengah keliling ketiga...”
(Halaman 65)
Soal nomor 2
Siswa mampu menggunakan pengetahuan
prasyarat untuk menyelesaikan masalah
yaitu mengenai keliling setengah lingkaran.
Materi prasyarat perlu dikuasai siswa untuk
memperoleh ide solusi.
(berdasarkan teori halaman 11) Jalur kedua
yang dimaksudkan oleh siswa (yang
28
Ia pun langsung menuliskan jawabannya
dengan rapi sebagai pertanda ia mampu
mengungkapkan ide dengan lancar.
(berdasarkan teori halaman 12)
Keterangan Pekerjaan Siswa Soal nomor 3
Di tahap awal penyelesaian masalah, siswa menggunakan istilah segitiga dengan mengatakan “Berarti kan setiap segitiga ada dua..”.
(Halaman 90)
Wawancara Keterangan Tambahan Analisis
P: “Segitiganya itu yang mana?” A: “Segitiganya itu yang ini lho.. Ini
kan kayak segitiga (menunjuk gambar). Biar mudah...”
(Halaman 66)
Soal nomor 3
Siswa menganggap terdapat 6 buah segitiga
di dalam gambar. Logika ini ia gunakan
untuk mempermudah menyelesaikan
masalah. Polya (1957) menyebutnya
sebagai ide cemerlang dalam merancang
29 A: “Kan setiap segitiga dari sini
sampai sini tu 2R. Di sini ada 6 segitiga berarti 12 R. Trus 12 R nanti ditambah keliling satu lingkaran.”
(Halaman 66)
Soal nomor 3
Sampai pada tahap ini, siswa telah memiliki
rancangan penyelesaian masalah karena
siswa merancang bahwa tali tersebut
panjangnya 12R kemudian ditambah
keliling satu lingkaran .
P: “Kok bisa ditambah keliling satu lingkaran? Satu lingkarannya yang mana? Udah pasti satu?” A: “Pasti satu. Keliling satu lingkaran
dibagi 3 untuk tali yang tidak lurus karena ada 3 tempat tali yang tidak lurus. Atas, kanan, sama kiri. Berarti ditambah phi kali d. Kalau tidak, 2 kali phi kali r.”
(Halaman 66)
Soal nomor 3
Siswa mengatakan, “pasti keliling satu lingkaran” dikarenakan siswa sering menyelesaikan masalah terkait.
Pengalaman dalam menyelesaikan masalah
sangat penting sebab ide yang baik didasarkan pada pengalaman masa lalu dan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya.
Soal nomor 3
Siswa hanya menuliskan jawaban akhir
dalam lembar jawab dan jawaban yang
dituliskan dalam bentuk yang paling
sederhana. Siswa memahami penulisan
matematis untuk mempersingkat waktu.
30 Siswa
F
Siswa tidak langsung menyelesaikan masalah yang diberikan. Siswa
mengawali proses berpikirnya
dengan bertanya dan berbicara pada diri sendiri sembari mengingat
kembali masalah terkait yang
menyerupai masalah yang diberikan.
(Halaman 91)
Wawancara Keterangan Tambahan Analisis
F :“Aduh, kok aku lupa sih. Padahal
Awalnya siswa tidak mengetahui
bagaimana cara menyelesaikan masalah.
Dari hasil wawancara, terlihat bahwa siswa
mencoba untuk mengingat kembali masalah
terkait yang memiliki keterangan yang
sama (berdasarkan teori halaman 11).
Keterangan :
Dalam menyelesaikan masalah, siswa banyak terbantu dengan
adanya gambar. Gambar yang disediakan, dicoret- coret oleh siswa
guna memperoleh ide solusi.
Soal nomor 1
Yang dilakukan siswa merupakan upaya
dalam memahami masalah. Memahami
masalah melewati proses yang panjang dan
berliku. Salah satunya dengan mencoret –
coret gambar yang telah disediakan.
(berdasarkan teori halaman 10)
31
Siswa awalnya menyelesaikan
masalah dengan cara yang kurang tepat sehingga peneliti memintanya untuk mencari solusi lain.
F : “Nah kan, tapi tidak tahu. Ya sudah,
menerapkan solusi dari masalah terkait. Namun ketika solusi
tersebut tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah, ia
mencari solusi lain dan akhirnya menemukan solusinya.
Soal nomor 1
Pencapaian utama dalam pemecahan
masalah adalah untuk memperoleh ide.
Sesuai dengan yang dikatakan oleh Polya
(1957), ide tersebut muncul setelah siswa
gagal mencoba.
(berdasarkan teori halaman 10)
Keterangan :
Dalam lembar jawab, siswa hanya menulis keterangan –
keterangannya saja sedangkan perhitungannya dalam kertas buram.
Soal nomor 1
Hal tersebut menyatakan bahwa siswa memahami simbol – simbol matematika. Ia menggunakan simbol untuk mempersingkat
waktu.
Keterangan Pekerjaan Siswa Soal nomor 2
Sama halnya saat menyelesaikan
masalah nomor 1, siswa
menyelesaikan masalah nomor 2 juga
diawali dengan berbicara dan
bertanya pada diri sendiri. Menurut Ormrod (2008), hal tersebut disebut dengan monitoring pemahaman.
(Halaman 92)
Wawancara Keterangan Tambahan Analisis
F :“Diameter 54 sama dengan...Loh, ini untuk lingkaran besar dink.
Keterangan :
Dalam menyelesaikan masalah, siswa melalui tahap bertanya pada
Soal nomor 2
32
(berdasarkan teori halaman 6)
F : “Jalur terpendek? Hmm... benar – benar memahaminya.
Menurut Ormrod (2008), siswa yang cepat
mengambil langkah ketika tidak memahami
sesuatu, maka siswa tersebut memiliki
kesadaran metakognitif.
(berdasarkan teori halaman 6)
Soal nomor 2
Jawaban yang ditulis oleh siswa kurang
sistematis dan kurang rapi. Selain itu, tidak
ada keterangan tambahan untuk
memperjelas jawaban yang ia tulis.
Pelaksanaan rencana yang kurang baik
dapat disebabkan oleh perencanaan yang
kurang baik pula. “...Oo, ini to titik
B’nya. Aku kira tadi tuh yang ini”
33
Keterangan Pekerjaan Siswa Soal nomor 3
Awal mula, siswa mengatakan : F: “Yang nomor 3 ini aku lupa
caranya. Kakek ingin
mengirimkan . . . (membaca soal). . .berapakah panjang tali yang diperlukan kakek? Mencari
panjang tali?! ...” (Halaman 91)
Wawancara Pekerjaan Siswa Analisis
F : “...berapakah panjang tali yang diperlukan kakek? Mencari panjang tali?! Berarti yang sini. Mencari yang persegi. Kan tadi jari – jarinya R. Jadi R dikali R. Oo, begini. Aku tahu.”
(Halaman 86)
Soal nomor 3
Saat akan menyelesaikan masalah, siswa
masih mempertanyakan pada diri sendiri
apa yang masih belum ia pahami sampai ia
menemukan solusi. Hal itu merupakan
proses monitoring pemahaman.
(berdasarkan teori halaman 6)
Pada tahap ini, juga dapat dikatakan bahwa
siswa mengalami kegagalan terlebih dahulu
baru menemukan solusinya. Brown (2007)
menyebutnya dengan istilah trial and error.
(berdasarkan teori halaman 10)
Persegi yang dimaksudkan oleh siswa (yang
34
Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan bantuan gambar yang
telah tersedia.
Ketika siswa tidak menemukan ide solusi,
ia mencoba melihat hal penting lainnya
yaitu memberi coretan pada gambar yang
telah tersedia dalam soal.
(berdasarkan teori halaman 11)
F : “... Jari – jarinya saja ya..
memodifikasi masalah sehingga ia
memperoleh strategi dalam menyelesaikan
masalah.
(berdasarkan teori halaman 12)
Keterangan :
Siswa hanya menuliskan jawaban dengan 12R + (3. 1/3 )
Soal nomor 3
Siswa menggunakan bahasa simbol yang
tidak bermakna sehingga tidak dapat
memperjelas jawaban. Yang dimaksud
siswa adalah 3 dikali 1/3 keliling lingkaran.
35
Medium Siswa
C
Keterangan Pekerjaan Siswa Soal nomor 1
Sebelum menyelesaikan masalah,
siswa terlebih dahulu mengingat –
ingat rumus yang pernah diberikan
oleh gurunya berkaitan dengan
masalah tersebut.
(Halaman 93)
Wawancara Keterangan Tambahan Analisis
P: “Kamu menulisnya 4 per 7 kali r kuadrat. Kok bisa begini?” C:“Luas persegi dikurangi dua kali
kemudian membaca catatan yang diberikan
oleh guru sampai selesai.
Siswa mendapatkan ide perencanaan dari
gurunya (dengan mengingat kembali rumus
yang pernah diberikan oleh gurunya). Jika
siswa mendapatkan ide dengan caranya
sendiri, maka ia tidak mudah lupa akan
idenya tersebut. (berdasarkan teori
halaman 12)
buku catatannya untuk mengetahui seberapa paham siswa
Soal nomor 1
Dalam wawancara, siswa mengakui bahwa
36
Siswa tidak memiliki inisiatif untuk
bertanya pada gurunya jika ada hal – hal
yang masih belum dipahami. Ia bisa jadi
berpikir bahwa ia telah memahami sesuatu
padahal nyatanya tidak.
(berdasarkan teori halaman 6)
Soal nomor 1
Penulisan jawaban secara matematis masih
kurang tepat. Siswa melakukannya karena
ingin mempersingkat waktu, namun
menjadi tidak bermakna.
Keterangan Pekerjaan Siswa Soal nomor 2
Siswa awalnya tampak ragu dalam
menyelesaikan masalah. Hal ini
terlihat di lembar jawab siswa
sebelum ia menuliskan nomor 2a.
37
Wawancara Keterangan Tambahan Analisis
P: “Ini bagaimana yang nomor 2a (setengah lingkaran besar). Coba jelaskan.”
C: “Ya dari rumusnya.” P : “Rumusnya apa?” C : “3.14 kali diameternya.”
P :“Sekarang nomor 2b (setengah lingkaran kecil).
(Halaman 71)
Soal nomor 2
Ketika siswa diminta untuk menjelaskan
jawaban yang diperoleh, ia mengatakan
bahwa jawaban tersebut diperoleh dari
rumus.
Siswa memecahkan masalah matematika
dengan mencoba menerapkan berbagai teori
/ rumus / teorema. (berdasarkan teori
halaman 12)
C : “3.14 kali diameternya.”
P :“Sekarang nomor 2b (setengah lingkaran kecil). Coba jelaskan, ini kok 2 : 3 : 4 = 9?”
C: “9 supaya bisa jadi 54 dikalikan 6. Jadi, semuanya juga dikalikan 6.”
Dalam menyelesaikan masalah, mengingat
saja tidak cukup untuk memperoleh ide
yang baik tanpa disertai dengan proses
berpikir sendiri. (berdasarkan teori
38
Siswa tidak mengecek kembali hasil
pekerjaannya. Akibatnya, siswa tidak
mengetahui adanya kesalahan dalam
perhitungan dan berdampak pada kesalahan
dalam penarikan kesimpulan.
Siswa seharusnya memeriksa setiap detail
pengerjaannya agar tidak ada kesalahan.
(berdasarkan teori halaman 13)
Keterangan :
Terdapat coretan dalam lembar jawab yang menandakan siswa tidak memikirkan baik – baik apa yang akan ia tulis.
Soal nomor 2
Siswa yang baik adalah siswa yang menulis
rapi argumennya ketika telah memperoleh
solusi.
(berdasarkan teori halaman 13)
Keterangan Pekerjaan Siswa Soal nomor 3
Peneliti awal mula menanyakan
bagaimana caranya siswa
mendapatkan 12R, kemudian peneliti menanyakan :
P: “Trus, phi kali R kali seperempat kali 3 tu bagaimana caranya?” C: “Cari keliling dulu baru dibagi 4
39
Wawancara Keterangan Tambahan Analisis
P: “Kok bisa seperempat?”
C: “Karena menyinggung mbak. Dihitungnya cuma ini (menunjuk
gambar tali melengkung).
Langsung saja keliling lingkaran bagi empat.”
(Halaman 72)
Soal nomor 3
Ketika ditanya bagaimana bisa
mendapatkan seperempat keliling
lingkaran, siswa tidak dapat
menjelaskannya secara teoritis.
Siswa belum memiliki kesadaran penuh
untuk merancang dan mengontrol tentang
apa yang ia ketahui, apa yang diperlukan
untuk mengerjakan dan bagaimana
melakukannya.
(berdasarkan teori halaman 5)
P: “Buktinya kalau seperempat apa?” C: “Tidak tahu.”
(Halaman 72)
Keterangan :
Peneliti meminta siswa untuk membuktikan bahwa tali melengkung
tersebut panjangnya seperempat keliling lingkaran.
Soal nomor 3
Hasil analisis menyatakan bahwa siswa
menyelesaikan masalah tidak seutuhnya
menggunakan penalaran formal. Ia hanya menggunakan “insting”nya.
Siswa yang menggunakan insting hanya
dapat melihat dan merasakan. Tetapi siswa
yang menggunakan penalaran formal bisa
membuktikan.
(berdasarkan teori halaman 12)
40
Dalam lembar jawab, siswa hanya menuliskan 12R + (πR . ¼ . 3)
tanpa ada penjelasan tertulis lainnya.
Siswa menggunakan bahasa simbol namun
tidak mempunyai makna. Yang dimaksud
siswa yaitu ¼ keliling lingkaran.
Siswa
B
Keterangan Pekerjaan Siswa Soal nomor 1
Dalam menyelesaikan masalah, siswa terlebih dahulu menghitung luas
seperempat lingkaran karena
menganggap terdapat sebuah juring berbentuk seperempat lingkaran di dalam persegi kecil.
(Halaman 94)
Wawancara Keterangan Tambahan Analisis
B: “Aduh mbak, kok kayak begini
Soal ini membutuhkan jawaban dalam
bentuk desimal. Siswa tidak
menganggapnya sebagai tantangan, tetapi
sebagai halangan. Sikap mental siswa
terhadap matematika buruk.
Dalam menyusun rencana membutuhkan
banyak hal untuk dapat melakukannya,
salah satunya yaitu kebiasaan mental yang
baik. (berdasarkan teori halaman 12) Siswa langsung
41
ini (sambil menunjuk gambar).
(Halaman 67)
Soal nomor 1
Siswa mampu memahami masalah karena
siswa mengerti apa yang diketahui (baik
secara implisit maupun eksplisit), yang
ditanyakan dalam soal dan bagaimana
kondisinya.
(berdasarkan teori halaman 10)
P: “Kenapa kok mencari luas
menganggap terdapat seperempat lingkaran
dalam gambar.
Siswa mencoba melihat berbagai aspek dari
masalah kemudian ia mengubah dan
memodifikasi masalah untuk menemukan
solusi.(berdasarkan teori halaman 12) Luas yang tidak diarsir
Seperempat lingkaran
42 dengan 38.5 cm2. Trus luas
persegi sama dengan 7 kali 7 sama dengan 49 trus dikurangi 38.5 (luas seperempat lingkaran) sama dengan 10.5 cm2.
(Halaman 67)
Ia mampu melihat adanya keterkaitan
antara satu dengan yang lain yaitu
keterkaitan antara persegi dan lingkaran.
Siswa memiliki ide yang baik karena siswa
mampu mengingat kembali pengetahuan
yang relevan dan melihat keterkaitannya.
(berdasarkan teori halaman 11)
Keterangan Keterangan Tambahan Soal nomor 2
Setelah siswa selesai membaca masalah yang diberikan oleh peneliti, siswa langsung mengeluh karena
terdapat perbandingan dalam
masalah tersebut. Siswa B tidak
menyukai adanya perbandingan
dalam setiap masalah yang ia hadapi.
(Halaman 94)
Luas seperempat lingkaran (38.5 cm2)
43
Wawancara Pekerjaan Siswa Analisis
B: “Kok pakai perbandingan begini sih mbak?”
(Halaman 68)
Soal nomor 2
Siswa mengeluh karena ia tidak menyukai
adanya perbandingan. Sikap mental siswa
buruk karena sering mengeluh. Dalam
menyelesaikan masalah matematika,
diperlukan sikap mental yang baik.
(berdasarkan teori halaman 12)
B: “Ini kan perbandingan. 2 : 3 : 4 Ini caranya Pak Jum.”
P: “Kenapa perbandingannya dijumlah?”
B: ”Soalnya diameter itu kan jumlah panjang dari sini sampai sini. Jadi perbandingan jari – jarinya juga dijumlah.”
(Halaman 68)
Soal nomor 2
Dari hasil wawancara tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa siswa masih
ingat tentang perbandingan yang diajarkan
di SD.
Siswa memikirkan masalah terkait yang
memiliki keterangan yang sama dan
menerapkan solusinya untuk memperoleh
solusi dari masalah yang ia hadapi.
(berdasarkan teori halaman 11)
“Kok pakai
perbandingan
gini sih mbak?”
“Ini jadi diameternya masing – masing”
2 + 3 + 4 = 9
44
(Halaman 72)
Siswa langsung menuliskan jawabannya dengan rapi menggunakan
pensil.
Perencanaan dan pelaksanaan yang
dilakukan oleh siswa tergolong baik karena
ia langsung menulis rapi solusi
penyelesaiannya. (berdasarkan teori
halaman 13)
P: “Kesimpulannya, panjangan yang mana?”
B: “Yang ini (sambil menunjuk gambar jalur yang kedua~jalur dengan 3 buah lingkaran kecil).”
(Halaman 69)
Soal nomor 2
Siswa tidak teliti dalam menyelesaikan
masalah sebab terdapat kesalahan
perhitungan. Akibatnya, juga terdapat
kesalahan dalam penarikan kesimpulan.
Siswa tidak melakukan pengecekan ulang
terhadap hasil akhir dan langkah pengerjaan
yang telah ditulisnya. (Berdasarkan teori
halaman 13)
Panjang jalur
Panjang
jalur Siswa memperoleh
45
Keterangan Pekerjaan Siswa Soal nomor 3
Dalam hal ini, siswa terlebih dahulu
menyelesaikan masalah kemudian
peneliti menanyakan pada siswa
seputar hasil pekerjaannya.
(Halaman 94)
Wawancara Keterangan Tambahan Analisis
P: “Coba lihat lembar jawabmu, 12 ini mananya sih?”
B: “Satu..dua..tiga..(sampai)..dua belas..(sambil menunjuk gambar garis yang menghubungkan titik pusat lingkaran).”
P: “Kok yang kamu hitung yang itu? Itu kan bukan tali.”
B:“Garis yang ini kan (menunjuk garis yang menghubungkan ketiga titik pusat lingkaran yang berdekatan) sejajar sama yang ini, sama panjang juga. Berarti kan sama saja mbak.”
46 seperempat?”
B: “Ya kira – kira saja mbak. Dari
gambar kayaknya begitu.”
(Halaman 70)
Cara berpikir siswa untuk mendapatkan
keseluruhan panjang tali lurus sebesar 12 R
sudah betul. Berarti ia dapat melihat
keterkaitan antara tali yang lurus dengan
jari – jari (R). Namun, cara berpikir untuk
mendapatkan panjang tali melengkung
sebesar seperempat keliling lingkaran hanyalah “insting” bukan berdasarkan pada “penalaran formal”. Dalam wawancara, ia mengatakan bahwa ia dapat menjawab
berdasarkan gambar. Berarti ia menjawab
berdasarkan apa yang ia lihat dan ia
rasakan, bukan berdasarkan pada logika
dan perhitungan.
(berdasarkan teori halaman 12)
Soal nomor 3
Dalam hal ini, ia tidak melihat adanya
keterkaitan antara panjang tali yang
melengkung dengan panjang tali busur.
Siswa tidak memanggil kembali
pengetahuan terkait yaitu mengenai tali
busur.
Dalam menyelesaikan masalah, siswa harus Panjang tali yang melingkar dapat ditentukan dengan mencari panjang
tali busur pada lingkaran.
47
memanggil pengetahuan awal yang relevan
dan melihat kaitannnya. (berdasarkan
teori halaman 11)
Soal nomor 3
Walaupun jawaban siswa belum tepat,
namun penulisan matematisnya sudah
benar. Siswa menuliskan ¼ keliling
lingkaran dikali 3 karena siswa
menganggap tali yang melengkung
panjangnya ¼ keliling lingkaran dan
jumlahnya ada 3.
Rendah Siswa
D
Keterangan Pekerjaan Siswa Soal nomor 1
Siswa menganggap masalah ini
cukup sulit sehingga ia mengalihkan
masalah ini untuk menyelesaikan
masalah yang lain. Namun, setelah
menyelesaikan masalah yang lain,
waktu yang diberikan telah habis
sehingga masalah ini belum
diselesaikan.
--- (Siswa belum mengerjakan masalah ini karena waktu yang
48
Dalam menyelesaikan masalah,
siswa banyak dibantu oleh peneliti
karena siswa sering menemukan “jalan buntu”. Peneliti hanya
memberikan pertanyaan –
pertanyaan yang dapat mendukung
munculnya ide solusi.
(Halaman 95)
Wawancara Pekerjaaan Siswa Analisis
D: “...Ini maksudnya jalannya dari sini ke sini, trus ke sini, ke sini to?”
(Halaman 72)
Soal nomor 2
Siswa kurang memahami masalah. Hasil
wawancara mengindikasikan bahwa ia
kurang memahami maksud dari masalah
yang ia hadapi.
P: “Lha ini misalkan jalan dari A ke B, jalannya berbentuk apa? Masih ingat tentang lingkaran? Menurutmu, ini
apanya lingkaran?”
Siswa memperoleh ide setelah mendapat
bimbingan dari peneliti.
Bimbingan yang dilakukan yaitu dengan
memberikan pertanyaan yang dapat
mendorong munculnya ide tersebut.
49 P: “Keliling lingkaran itu rumusnya
apa?”
D: “Setengah. . .”
P: “Setengah apa? Setengah phi . . .” D: “Setengah phi kali r kuadrat.”
(Halaman 73)
P: “Keliling lingkaran itu rumusnya apa?” D: “Setengah. . .”
P: “Setengah apa? Setengah phi . . .” D: “Setengah phi kali r kuadrat.”
D: “Kalau yang ini 2 : 3 : 4, ehm.. 2 per 7 kali . . .” P: “Dua per tujuh? Kok bisa?”
D: “Tidak tahu aku.”
Soal nomor 2
Siswa tidak mampu menyebutkan rumus
keliling lingkaran tanpa dibantu oleh
peneliti. Selain itu, pengetahuan siswa
tentang perbandingan masih kurang.
Tidak mudah bagi siswa untuk memperoleh
ide solusi disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan siswa.
(berdasarkan teori halaman 11)
Keterangan Pekerjaan Siswa Soal nomor 3
Setelah siswa selesai membaca soal,
siswa menanyakan pada peneliti
bagaimana maksud dari masalah
yang tengah ia hadapi.
50 D: “Nomor 3 ini maksudnya
bagaimana to? Bingung.” P: “Coba dibaca pelan – pelan.” D: “Kakek ingin mengirimkan 6
buah kaleng manisan
salak...(membaca soal sampai selesai)..”
P: “Coba diulangi lagi tanpa baca soal.”
D: “Berarti mencari panjang tali yang melilit kayak segitiga ini?” P: “Iya. Sudah dipelajari to?”
D: “Sudah tapi tidak kayak begini. Tidak pakai „R’ begini.”
(Halaman 76)
Soal nomor 3
Ketika siswa tidak memahami masalah, ia
tidak berinisiatif untuk membaca kembali
masalah yang ia hadapi sampai benar –
benar memahaminya. Ia dapat memahami
masalah ketika peneliti memintanya untuk
membaca kembali masalah tersebut.
Siswa kurang memonitor pemahamannya.
Ia kurang mampu mengecek secara periodik
kemampuannya dalam memahami masalah.
(berdasarkan teori halaman 6)
P: “...Ini kan sudah diketahui D: “Tiga. Jadinya 12R”
(Halaman 76)
Soal nomor 3
Siswa masih memerlukan bimbingan dari
peneliti. Siswa tidak bisa dilepas begitu saja
dalam menyelesaikan masalah. Siswa
memerlukan bimbingan dalam setiap tahap
penyelesaian.
Peneliti tidak langsung mengarahkan siswa
untuk menemukan solusi, melainkan
dengan memberikan pertanyaan –
pertanyaan yang dapat mendukung
munculnya ide solusi.
(berdasarkan teori halaman 11) “Berarti mencari
panjang tali yang melilit kayak segitiga ini?” panjang dari sini ke
51 P: “..Coba tuliskan jawabannya
dengan bahasamu sendiri.” D: “Hmmm...(berpikir)”
P: “Bingung? Panjang tali yang diperlukan kakek sama dengan berapa?”
D: “ 4R kali 3 sama dengan 12R .”
(Halaman 77)
Soal nomor 3
Siswa mengalami kesulitan dalam
membahasakan jawaban secara tertulis.
Siswa tidak mudah melaksanakan rencana.
Ketika telah memperoleh solusi, ia tidak
mudah menuangkan idenya secara tertulis.
Siswa
E
Keterangan Pekerjaaan Siswa Soal nomor 1
Dalam hal ini, siswa terlebih dahulu
menyelesaikan masalah kemudian
peneliti menanyakan pada siswa
seputar hasil pekerjaannya.
(Halaman 97)
Wawamcara Keterangan Tambahan Analisis
E: “Jadi, kita pertama mencari
Siswa kurang mampu memahami masalah.
Ia kurang mampu melihat apa yang
dibutuhkan. Yang dibutuhkan dalam soal
adalah mengetahui luas daerah arsiran yang
berbentuk kelopak bunga. Namun, yang
dilakukan siswa yaitu mencari garis tengah
dari satu kelopak bunga menggunakan
teorema Phytagoras. Padahal, untuk
“Jadi, kita pertama mencari
52
membutuhkan panjang garis tengah
tersebut. (berdasarkan teori halaman 10)
E: “Hasilnya sama dengan akar
sikunya di mana memang?”
E: “Di sini.”
P: “...Trus kalau sudah ketemu akar 98?”
E: “Hmm”
P: “Berarti sampai sini, mentok?” E: “Iya.”
(Halaman 80)
14 cm
Soal nomor 1
Dalam wawancara, siswa mengakui bahwa
ia tidak dapat lanjut menyelesaikan
masalah. Saat siswa tidak mampu lagi
melanjutkan, peneliti mencoba
membimbingnya. Setelah dipancing, siswa
mampu menyelesaikan dengan caranya
sendiri.
Keterangan :
Siswa mencoba menyelesaikan masalah dengan cara tersebut
namun akhirnya gagal (trial and error).
Soal nomor 1
Siswa menyelesaikan masalah dengan
mencoba dan gagal (Brown-2007
menyebutnya dengan istilah trial and error)
53 (Halaman 98)
Soal nomor 1
a.Siswa mencoba mencari
penyelesaian masalah dengan
menggunakan teorema Pythagoras.
(Halaman 98)
Soal nomor 1
b.Siswa mengulangi kembali cara penyelesaian yang sama untuk
meyakinkan diri.
(Halaman 98)
Soal nomor 1
3c.Siswa mencari hasil akar kuadrat dari 98
berulang kali namun tidak menemukan
hasilnya.
(Halaman 98)
Soal nomor 1
3d.Siswa mencari luas setengah kelopak
bunga dimana jari – jarinya yaitu akar
kuadrat dari 98.
Keterangan Pekerjaan Siswa Soal nomor 2
Dalam hal ini, siswa terlebih dahulu
menyelesaikan masalah kemudian
peneliti menanyakan pada siswa
seputar hasil pekerjaannya.
54 P: “Jalur terpendek yang mana?”
E: “Jalur yang ini.”
P: “Kok bisa? Caranya bagaimana?” E: “Aduh, takut salah.”
P: “Ih, tidak apa – apa. Kalau salah kan nanti mbak Betty kasih tahu
yang benar. Mbak tidak
mengutamakan benar salahnya
jawabanmu tapi bagaimana
caramu mengerjakan soal ini. Tiap anak pasti punya cara yang berbeda – beda. Bagaimana? Ini
sering kali kawatir jawabannya salah.
Peneliti berusaha menyakinkannya bahwa
yang dibutuhkan bukan benar salahnya
jawaban melainkan cara siswa
menyelesaikan masalah.
Soal nomor 2
Siswa menganggap jari – jari lingkaran
kecil yaitu 2 cm, 3 cm dan 4 cm. Padahal,
hal itu merupakan perbandingan yang harus
dimodifikasi untuk memperoleh solusi.
(berdasarkan teori halaman 12)
P: “Jadi menurutmu yang terpendek
Kesalahan dalam menggunakan strategi
penyelesaian masalah menjadikan siswa
tersebut melakukan kesalahan dalam
pengambilan kesimpulan. P:“Jalur terpendek yang
55
Soal nomor 2
Siswa sering kali menghapus jawaban yang
telah ditulis. Hal ini mengindikasikan
bahwa siswa melakukan perencanaan dan
pelaksanaan sekaligus sehingga hasilnya
kurang maksimal.
Keterangan Pekerjaan Siswa Soal nomor 3
Dalam hal ini, siswa terlebih dahulu
menyelesaikan masalah kemudian
peneliti menanyakan pada siswa
seputar hasil pekerjaannya.
(Halaman 97)
Wawancara Keterangan Tambahan Analisis
P: “Yang nomor 3 ini bagaimana?”
E: “Hemmm, panjang talinya berarti kan jumlah diameter
ini . .” P: “Diameter?” E: “Eh,apa ya?”
(Halaman 83)
Soal nomor 3
Siswa mampu memahami masalah dengan
56 E: “2R”
P: “Jadi?”
E: “2R ditambah keliling lingkaran...”
(Halaman 84)
Siswa menganggap panjang tali adalah
diameter. Diameter lingkaran dimodifikasi
menjadi 2R
Soal nomor 3
Siswa menuliskan jawaban dengan rapi dan
jawaban yang diitulis dalam bentuk yang
paling sederhana. Hal ini menandakan
bahwa siswa cukup baik dalam pelaksanaan
57 D. Ringkasan Hasil Analisis
Tingkat Keaktifan
Nama Siswa
Ringkasan Analisis
Karakteristik Setiap Anak dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Tinggi Siswa A
Soal nomor 1
- Siswa mampu menunjukkan apa yang ditanyakan
dan apa yang diketahui dalam soal.
- Ia menggunakan strategi yang baik dengan melihat masalah dari berbagai sudut pandang.
- Ia mampu mengkombinasikan pengetahuan.
- Siswa mampu melaksanakan rencana dengan baik. Soal nomor 2
- Siswa mengerti apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal.
- Siswa memiliki rancangan penyelesaian masalah.
- Siswa mampu menggunakan pengetahuan prasyarat
untuk menyelesaikan masalah.
- Ia pun langsung menuliskan jawabannya dengan rapi. Soal nomor 3
- Logika siswa cukup baik.
- Siswa telah memiliki rancangan penyelesaian masalah.
Siswa A
- Siswa mampu memahami masalah. Siswa mengetahui apa yang ditanyakan dan apa yang diketahui dalam soal.
- Siswa mampu merancang solusi dalam menyelesaikan masalah matematika. Siswa tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memikirkan bagaimana menyelesaikan masalah. Ia langsung menemukan solusi dari masalah yang ia hadapi.
- Siswa mampu melaksanakan rencana dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan. Mampu melaksanakan rencana dengan baik. Ia langsung menuliskan jawaban dengan rapi menggunakan pulpen.
58 pengalaman yang cukup baik).
- Siswa memahami penulisan matematis untuk
mempersingkat waktu.
Siswa F
Soal nomor 1
- Siswa mencoba untuk mengingat kembali masalah terkait yang memiliki keterangan yang sama.
- Siswa berupaya untuk memahami masalah. - Siswa mengalami trial and error.
- Siswa memahami simbol – simbol matematika. Soal nomor 2
- Siswa melakukan proses monitoring pemahaman. - Siswa memiliki kesadaran metakognitif.
- Jawaban yang ditulis oleh siswa kurang sistematis dan kurang rapi.
Soal nomor 3
- Siswa melakukan proses monitoring pemahaman. - Siswa mengalami trial and error.
- Siswa mencoba melihat hal penting lainnya dari masalah.
- Siswa kreatif dalam mengubah dan memodifikasi masalah.
Siswa F
- Siswa mampu memahami masalah. Siswa mengetahui apa yang ditanyakan dan apa yang diketahui dalam soal.
- Siswa mampu merancang solusi dalam menyelesaikan masalah matematika. Siswa malalui tahap trial and error. Selain itu, ia juga melalui proses berpikir dengan cara mempertanyakan segala sesuatu yang tidak diketahui sebelum akhirnya menemukan ide solusi.
- Siswa kurang mampu melaksanakan rencana dengan baik. Jawaban yang ia tulis kurang sistematis dan kurang rapi. Ia sering menuliskan jawaban dalam bentuk simbol matematika.