viii
RANCANGAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
MODEL TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI POKOK
BAHASAN PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KELAS XI SMU
Sukacono
Universitas Sanata Dharma 2011
ix
THE IMPLEMENT DESIGN OF COOPERATIVE STUDY WITH TEAM GAME TOURNAMENT MODEL TO INCREASE STUDENTS’ ACTIVITIES IN STUDYING ACOUNTING OF
THE ELEVENTH DEGREE OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS, WITH THE TOPIC ACCOUNTING EQUATION
Sukacono
Sanata Dharma University 2011
MODEL TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI POKOK
BAHASAN PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KELAS XI SMU
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh: Sukacono NIM : 041334027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
MODEL TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI POKOK
BAHASAN PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KELAS XI SMU
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh: Sukacono NIM : 041334027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv Kupersembahkan karya ini untuk:
1. My Lord Jesus Christ, yang selalu mengasihiku lebih dari yang aku tahu dan selalu
menemaniku serta menguatkanku dalam menghadapi lika liku kehidupanku; 2. Bapak Antonius Sukrisno dan Ibu CH Katrikedua orang tuaku tercinta yang
telah memberikan welas asih, perhatian dan kasih sayang, serta dukungan kepadaku hingga sampai saat ini;
3. Adikku Yulius Trihandoko dan Tomas Yosi Papy Laya , yang memberikan inspirasi kepadaku agar aku bisa jadi kakak yang baik dan bisa menjadi teladan;
4. Lutvi, Johan dan Adiyang telah banyak membantu dalam banyak hal, memberikan
v
ÄÉäx |á ÑxtvxyâÄÄ |à |á ÇxäxÜ }xtâÄÉâá
saat menjadi diri sendiri mampu meraih
kebahagiaan sejati
masalah datang untuk mendewasakan kita
jadi harus kita hadapi dan selesaikan
Podho dene le mangan sego mosok aku ora iso
Kemarin adalah kamuflase esok adalah halusinasi
vi
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang telah saya tulis ini adalah karya asli saya yang tidak memuat bagian karya orang lain, terkecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Juli 2011 Penulis
vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Sukacono
Nomor Mahasiswa : 041334027
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
RANCANGAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI POKOK
BAHASAN PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KELAS XI SMU
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 21 Juli 2011
Yang menyatakan
viii
RANCANGAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
MODEL TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI POKOK
BAHASAN PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KELAS XI SMU
Sukacono
Universitas Sanata Dharma 2011
ix
THE IMPLEMENT DESIGN OF COOPERATIVE STUDY WITH TEAM GAME TOURNAMENT MODEL TO INCREASE STUDENTS’ ACTIVITIES IN STUDYING ACOUNTING OF
THE ELEVENTH DEGREE OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS, WITH THE TOPIC ACCOUNTING EQUATION
Sukacono
Sanata Dharma University 2011
x
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan petunjuk yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang
berjudul RANCANGAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI POKOK BAHASAN PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI
KELAS XI SMU
Tugas akhir ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan tugas akhir ini.
4. Laurentius Saptono, S.Pd,. M.Sc selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan tugas akhir ini.
xi
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan tugas akhir ini.
7. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.
8. Seluruh mahasiswa angkatan 2004 yang juga telah memberi kritik dan saran masukan selama proses diskusi dalam mata kuliah Seminar Proposal Penelitian dan kerjasama yang baik selama ini.
9. Orangtuaku, Antonius Sukrisno dan CH Katri yang telah memberikan doa, semangat, dukungan materiil, dan dukungan moral buatku selama ini.
10. Keluarga besar Bapak dan Ibu Ig Suyatno sedayu yang telah menyelenggarakan segala kebutuhanku selama aku berkarya melalui paper ini. 11. Komunitas PAK A&B angkatan 2004 yang tidak dapat saya sebutkan satu per
satu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini. 12. Lutfi, johan dan Adi yang selalu mendukungku selama ini.
Yogyakarta, 21 Juli 2011 Penulis
xii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... ... viii
ABSTRACT ... ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penulisan Makalah ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Kajian Teoritis ... 10
1. Pembelajaran Kooperatif ... 10
2. Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 13
3. Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament ... 15
4. Keaktifan ... 17
5. Akuntansi ... 21
B. Kerangka Berfikir ... 22
BAB III PEMBAHASAN ... 26
A. Implementasi pembelajaran ... 26
1. Perencanaan ... 27
xiii
4. Refleksi ... 38
B. Evaluasi kegiatan pembelajaran ... 39
BAB IV PENUTUP ... 40
A. Kesimpulan ... 40
xiv
1. Lampiran 1a lembar observasi prapenelitian siswa 2. Lampiran 1b lembar observasi pra penelitia Guru 3. Lampiran 1c lembar observasi pra penelitia Kelas 4. Lampiran 2a lembar observasi guru
5. Lampiran 2b Instrumen observasi kegiatan guru 6. Lampiran 3a lembar observasi kelas
7. Lampiran 3b Instrumen observasi kelas 8. Lampiran 4a Lembar obserfasi siswa
9. Lampiran 4b Instrumen obserfasi keaktifan siswa
10. Lampiran 4c Instrumen obserfasi keaktifan siswa dalam kelompok 11. Lampiran 5 Rencana pelaksanaan pengajaran (RPP)
12. Lampiran 6a Soal kelompok diskusi 13. Lampiran 6b Kunci soal kelompok diskusi 14. Lampiran 6c Lembar jawab kelompok diskusi 15. Lampiran 7 Soal untuk game
16. Lampiran 8a Soal turnamen 17. Lampiran 8b Kunci soal turnamen
18. Lampiran 8c Lembar jawab soal turnamen 19. Lampiran 8d Lembar sekor turnamen 20. Lampiran 9 Skenario game dan turnamen
21. Lampiran 10 Lembar penilaian afektif dan psikomotorik 22. Lampiran 11 Penilaian evaluasi pembelajaran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jabatan guru dikenal sebagai jabatan yang profesional, artinya jabatan
ini memerlukan suatu keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai seorang guru. Seorang guru
harus menguasai seluk beluk pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu
lainnya. Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam
rangka melaksanakan bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang profesional.
Setiap guru yang baik harus menguasai pengetahuan yang mendalam
dalam spesialisasinya. Penguasaan pengetahuan merupakan syarat yang
penting di samping keterampilan lainnya. Seorang guru berkewajiban
menyampaikan pengetahuan, pengertian, keterampilan, dan lain-lain kepada
siswa-siswinya. Sebagai pribadi, guru harus memiliki sikap-sikap yang
disenangi oleh para siswa, oleh orang tua dan oleh masyarakat. Sifat-sifat ini
sangat diperlukan agar guru dapat melaksanakan pengajaran secara efektif.
Guru yang efektif perlu memahami pertumbuhan dan perkembangan
siswa secara komprehensif. Pemahaman ini memudahkan guru untuk menilai
kebutuhan murid dan merencanakan tujuan, bahan dan prosedur belajar
berkualitas, sangatlah penting seorang guru mengenal siswa didiknya baik
secara individu maupun dalam kelas klasikal.
Siswa adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di samping faktor
guru, tujuan dan metode pengajaran. Dapat dikatakan bahwa siswa adalah
komponen terpenting di antara komponen lainnya. Siswa merupakan unsur
penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya siswa tidak akan terjadi
proses pengajaran. Karena siswa yang membutuhkan pengajaran, maka guru
adalah fasilitator siswa dalam memenuhi kebutuhannya. Siswa adalah
komponen terpenting dalam hubungan proses belajar mengajar ini.
Kelas merupakan pengejawantahan dari bentuk sekolah yang
sebenarnya. Proses transfer ilmu pengetahuan sebagai kegiatan utama dalam
pengajaran dilakukan di kelas. Interaksi antara guru dan siswa dalam proses
pembelajaran lebih banyak terjadi di kelas. Sebagian besar aktivitas siswa di
sekolah berlangsung di kelas. Keadaan kelas yang kondusif dalam proses
pembelajaran menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan suatu sekolah
menyelenggarakan pendidikan.
Seorang guru dituntut mencermati dan memecahkan masalah yang
dijumpai dalam proses pembelajaran, karena hal ini sangat mempengarui
keberhasilan pembelajaran di kelas. Guru bertanggung jawab untuk
menyelesaikan setiap permasalahan yang ada di kelas, agar tercipta keadaan
yang kondusif untuk kegiatan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan
pendidikan bertujuan mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kondisi siswa yang sangat beragam diantaranya jenis kelamin, tingkat
ekonomi, kemampuan akademik dan karakter siswa dalam satu kelas
memunculkan karakteristik yang berbeda-beda. Hal ini menjadi tantangan
bagi guru untuk menciptakan lingkungan belajar dan metode mengajar yang
menarik dan efektif sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna
dan berhasil bagi siswa. Lingkungan belajar yang menarik dapat dibentuk
melalui interaksi yang baik antara siswa, guru dan bidang yang dipelajari.
Dengan sendirinya proses pembelajaran akan lebih menyenangkan dan
bermakna.
Interaksi antara siswa dan bidang studi yang dipelajari oleh siswa akan
banyak dirangsang dan dibantu oleh guru dalam proses belajar mengajar.
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh model pembelajaran
yang ditampilkan oleh seorang guru. Oleh sebab itu pengetahuan tentang
model mengajar dan variasi gaya mengajar bisa menjadi senjata ampuh untuk
keberhasilan kegiatan pembelajaran di kelas. Seorang guru harus memiliki
berbagai pengetahuan tentang model mengajar supaya mampu memberikan
Dalam suatu pembelajaran selain berpegang pada prinsip-prinsip umum
juga harus merumuskan petunjuk khusus sesuai dengan kekhususan mata
pelajaran (Pasaribu dan Simanjuntak, 1983:13). Guru dituntut untuk
menerapkan model belajar yang sesuai pada kelas yang dihadapi agar tercipta
pembelajaran yang diinginkan. Ketika telah melakukan pemantapan dan
memotivasi siswa, ternyata belum cukup ampuh untuk meningkatkan
keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran akutansi, guru perlu untuk
menilik model mengajar yang dilakukan. Model mengajar yang dilakukan
seorang guru melalui ceramah monoton menjadikan siswa bosan dan kurang
antusias. Pembelajaran yang terpusat pada guru cenderung mendorong siswa
mencapai tujuan belajar secara individu. Karena tidak terlibat secara aktif,
tidak jarang daya konsentrasi siswa menurun selama mengikuti proses
pembelajaran. Pembelajaran demikian cenderung membentuk individu kurang
menghargai kebersamaan dengan orang lain, dimana kita tahu konsep dasar
manusia tidak dapat hidup dengan orang lain.
Berdasarkan pengalaman saya selama menjadi Guru praktikan saat
menempuh mata kuliah program pengalaman lapangan (PPL) II, masih ada
kendala-kendala untuk menciptakan proses pembelajaran yang tepat sasaran
dan evektif. Secara umum, para siswa belum menunjukan kerja yang obtimal
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran akuntansi. Hal
ini dapat ditunjukan aktifitas mereka selama mengikuti pembelajaran belum
yang mengangkat jari saat guru mengajukan pertanyaan. Siswa menjawab
setelah ditunjuk oleh guru, sehingga jawaban yang diutarakan merupakan
jawaban yang dipaksa karena tuntutan guru. Antusias siswa dalam mengikuti
pembelajaran akuntansi juga masih kurang, ada satu siswa yang sedang
melamun saat pembelajaran akuntansi berlangsung. Ketika Guru menerangkan
didepan, saya mendapati beberapa siswa kurang memperhatikan penjelasan
guru. Fakta juga menunjukan bahwa ada sekitar 10 siswa dari 40 yang sedang
asik berbicara sendiri disaat pembelajaran akuntansi. Saya mencatat sampai
akir pembelajaran hanya ada sekitas 3 orang yang bertanya kepada Guru,
dimana pertanyaaan yang disampaikan hanya sifatnya meminta penegasan,
biasanya mengenai kata yang kurang jelas di papan tulis.
Gaya mengajar Guru yang cendrung statis dengan ceramah dan latihan
soal,seperti kurang berkenan dihati siswa. Dapat dipahami pula bahwa tingkat
kedewasaan mereka saat ini memberikan tututan diri untuk mencari porsi
kesenangan lebih. Mereka merasa bosan dan suntuk dengan metode yang
diberikan. Selama pembelajaran berlangsung, saya mengamati ada sekitar 3
sampai 5 anak yang meminta izin keluar kelas untuk kekamar kecil yang
intensitas waktunya lama. Saya juga mengamati beberapa siswa bercakap
dengan teman sebangku ketika Guru menerangkan materi di papan tulis.
Dari wawancara yang saya lakukan dengan Guru yang mengajar
akuntansi menilai bahwa perbedaan kemampuan menangkap penjelasan
Beliau mengatakan bahwa karakteristik siswa yang beragam merupakan
kenyataan yang harus dihadapi di kelas. Fakta yang saya temukan di kelas ada
beberapa siswa yang memiliki sikap yang enggan diarahkan agar mendukung
situasi pembelajaran yang optimal. Terkadang terjadi aktivitas yang dilakukan
siswa didik menciptakan suasana menjadi kurang kondusif. Guru merasakan
bahwa motivasi belajar akuntansi yang kurang, menyebabkan siswa didiknya
melakukan tindakan yang kurang mendukung pembelajarn yang kondusif di
kelas. Perbedaan daya tangkap terlihat jelas dari hasil ulangan yang memiliki
perbedaan nilai yang signifikan diantara para siswa.
Kondisi siswa yang sangat beragam diantaranya jenis kelamin, tingkat
ekonomi, kemampuan akademik dan karakter siswa dalam satu kelas
memunculkan karakteristik yang berbeda-beda. ini menjadi tantangan bagi
guru untuk menciptakan lingkungan belajar dan metode mengajar yang
menarik dan efektif sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermagna
dan berhasil bagi siswa. Lingkungan belajar yang menarik dapat dibentuk
melaui interaksi yang baik antara siswa, guru dan bidang yang dipelajari.
Dengan sendirinya proses pembelajaran akan lebih menyenangkan dan
bermagna. Interaksi antara siswa dan bidang studi yang dipelajari oleh siswa
akan banyak dirangsang dan dibantu oleh guru dalam proses belajar mengajar.
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh model pembelajaran
yang ditampilkan oleh seorang guru. Oleh sebab itu pengetahuan tentang
keberhasilan kegiatan pembelajaran di kelas. Seorang guru harus memiliki
berbagai pengetahuan tentang model mengajar,agar mampu memberikan
pembelajaran yang tepat untuk disajikan di kelas.
Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem
pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara menyeluruh dalam kegiatan
belajar mengajar, guna meningkatkan keaktifan belajar siswa. Salah satu
model pembelajaran yang membuat siswa aktif adalah model pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif, dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan
penghargaan. Siswa dikehendaki atau didorong untuk bekerja sama pada suatu
tugas bersama, mereka mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan
tugasnya (Ibrahim,2000:21). Dengan pembelajaran kooperatif ini, siswa dapat
mengemukakan pemikirannya, saling bertukar pendapat dan saling bekerja
sama jika ada teman dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan.
Cooperative learning adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam
pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama dengan anggota
lainya di dalam satu kelompok. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan
dapat meningkatkan keaktifan siswa untuk mengkaji dan menguasai materi
pelajaran sehingga nantinya akan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Team Game
Turnament (TGT). TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif
yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa ada perbedaan status,
permainan yang menyenangkan (Slavin,1995:84). Dalam pembelajaran ini
terdapat lima komponen yaitu: (1) presentasi kelas berupa penyampaian
materi kepada siswa; (2) pembagian kelompok/tim untuk mendalami materi;
(3) games yang dirancang untuk pembelajaran dalam bentuk permainan yang
menyenangkan; (4) turnamen yang bertujuan untuk menciptakan kompetisi
yang sehat antar siswa; dan (5) penghargaan bagi kelompok yang
mendapatkan prestasi terbaik. Diharapkan dengan menggunakan metode TGT
ini akan dapat meningkatkan keaktifan siswa karena pembelajaran dilakukan
dalam kelompok. Siswa akan berdiskusi dengan teman-temannya dan
penilaian hasil belajar menggunakan sistem permainan akademik sehingga
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
Pembelajaran kooperatif model TGT melibatkan aktivitas seluruh siswa
tanpa harus ada perbedaan status dan melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang pembelajaran
kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab dan kerja sama.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang disampaikan, masalah yang akan
dirumuskan adalah bagaimana perancangan implementasi pembelajaran
kooperatif model team game tournament untuk meningkatkan keaktifan siswa
pada mata pelajaran akuntansi pokok bahasan Persamaan Dasar Akuntansi
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk merancang model pembelajaran yang mampu meningkatkan
keaktifan siswa dalam proses belajar yang berlangsung di kelas.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengimplementasikan rancangan
pembelajaran kooperatif model team game tournament.
3.
Untuk mengetahui cara mengukur peningkatan keaktifan siswa yang terjadi10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
1. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Anita Lie (2002:12), pembelajaran kooperatif merupakan
sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk
bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur . Hal
senada juga dikemukakan oleh Etin Sulihatin dan Raharjo (2007:4) bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang
teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana
keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap
anggota.
Sedangkan menurut pendapat Slavin (1995:2), pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran dimana para siswa bekerja
dalam kelompok kecil siswa untuk saling membantu dalam mempelajari
materi pembelajaran. Nurhadi (2004:112) juga mengatakan pembelajaran
kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
berisi serangkaian aktivitas pembelajaran yang diorganisasikan sedemikian
rupa sehingga pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi
terstruktur antar para pelajar dalam suatu kelompok yang bersifat sosial dan
masing-masing pelajar bertanggung jawab penuh atas pembelajaran yang
mereka jalani (Kagan,1994:8)
Unsur- unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Nur, 2000: 193) :
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab ata segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompok.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Selain dari unsur- unsur di atas, metode kooperatif juga memiliki beberapa ciri- ciri (Carin,1993:69), diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Setiap anggota memiliki peran.
b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.
c. Setiap kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman- teman sekelompoknya.
d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan
komunikasi dengan tujuan agar para siswa saling berbagi kemampuan,
memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar,
saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.
Dengan metode pembelajaran ini diharapkan siswa semakin aktif
dalam memperoleh dan mempelajari berbagai konsep atau teori,
pengetahuan, dan keterampilan dengan bekerja sama dengan siswa lainnya.
Lima unsur pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan untuk
mencapai hasil yang maksimal yaitu (Lie, 2002:32) :
1. Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri. Dalam metode Jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini berkumpul dan bertukar informasi yang kemudian pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.
2. Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung sari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran
3. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerjasama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota mempunyai perbedaan-perbedaan. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok.
4. Komunikasi Antar Anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Ketrampilan berkomnikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
5. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama secara lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.
2. Tipe Pembelajaran Kooperatif
Terdapat lima tipe dari pembelajaran kooperatif diantaranya
adalah(Slavin1995:4-8):
a. Student Teams Achievement Divisions (STAD)
kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menuntaskan materi tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis secara individual tentang materi ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.
b. Teams Games Tournaments (TGT)
Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4 -5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam TGT
diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.
c. Jigsaw
Pada model ini siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya. Pada model
jigsaw, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang sama. Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut para ahli dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model Jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.
d. Learning Together
Siswa melakukan presentasi bahan mata pelajaran, setelah itu siswa dalam kelompok heterogen terdiri 4 sampai 5 orang mengerjakan satu lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok. Siswa kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individual.
e. Group Investigation
bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.
3. Pembelajaran Kooperatif tipe Teams games tournaments ( TGT)
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas
seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa
sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang pembelajaran
kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di
samping menumbuhkan tanggung jawab, persaingan sehat dan kerja sama.
Lima komponen utama dalam TGT yaitu (Slavin,1995:84-88)
a. Presentasi Kelas
Materi yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar diperkenalkan kepada siswa melalui presentasi kelas. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan melalui pengajaran secara langsung yang dipandu oleh guru. Pada saat guru menyampaikan materi, siswa diharapkan memperhatikan materi tersebut. Hal ini dikarenakan akan memudahkan siswa dalam memahami materi dan mengerjakan soal- soal pada kegiatan belajar kelompok.
b. Kelompok (team)
Dalam kegiatan kelompok masing-masing anggota kelompok bertugas mempelajari materi atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru pada lembar latihan dan membantu teman satu kelompok menguasai materi pembelajaran tersebut.
ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Setelah itu, jika pertanyaan tidak bisa terjawabkan oleh salah satu teman kelompok, baru kelompok meminta guru untuk membantu menjelaskan. Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
c. Permainan
Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti presentasi kelas dan belajar kelompok. Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Game dapat berfariasi sesuai kreatifitas Guru, namun game tidak bisa lepas dari tujuan dasar di buatnya game itu sendiri yaitu untuk menguatkan pemahaman siswa terhadap materi. d.Turnamen (Tournament)
Turnamen disini merupakan suatu pertandingan antar kelompok yang berbeda. Pelaksanaan turnamen biasanya dilakukan setelah guru menjelaskan materi dan setelah siswa melakukan belajar dalam kelompok. Pada awal turnamen, guru menugaskan siswa untuk pindah pada meja turnamen sesuai dengan kelompok cooperatif yang dibentuk di awal pembelajaran. Kemenangan kelompok ditentukan oleh kemampuan setiap anggotanya dalam mengerjakan soal. Pada tahap inilah kemampuan masing-masing siswa dalam menguasai materi dengan sungguh-sungguh pada saat belajar dalam kelompok cooperatif akan diuji. Seluruh siswa berkompetisi dengan sehat dengan cara mengerjakan soal-soal yang sudah disediakan Guru. Setiap satu soal hanya boleh dikerjakan satu orang siswa, jadi tidak diperbolehkan para siswa bekerja sama dalam mengerjakan soal.
e. Penghargaan Kelompok
4. Keaktifan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:17) aktivitas diartikan
sebagai keaktifan, kegiatan, kesibukan. Kata aktivitas berasal dari bahasa
Inggris dari kata activity yang berarti kegiatan (Budiono,1998:13).
Aktivitas peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar adalah
salah satu kunci keberhasilan pencapaian peranan pendidikan. Aktivitas
sendiri tidak hanya aktivitas fisik saja tetapi juga aktivitas psikis. Aktivitas
fisik adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat
sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan.
Sedangkan aktivitas psikis adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja
sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran
(Ahmad Rohani, 2004:6).
Herman Handoyo (Rias,1988:121-123) mengklasifikasikan aktivitas
belajar atau yang menurutnya disebut aktivitas intelektual siswa, seperti
pada uraian di bawah :
a) Menguji.
Pada waktu guru memberikan materi, guru hendaknya melibatkan intelektual siswa yaitu dengan menguji dan eksplorasi situasi. Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengabstraksi dan menemukan. Mengabstraksi berarti mengidentifikasi esensi dari bentuk atau struktur dari hal yang diketahui sedangkan menemukan berarti menghasilkan sesuatu yang dianggap baru dengan menggunakan imajinasi, pikiran atau eksperimen.
b) Mengungkapkan.
c) Membuktikan.
Apabila siswa sudah berhasil merumuskan sesuatu, mereka perlu membuktikan berdasarkan argumen atau alasan yang terstruktur.
d) Mengaplikasikan masalah.
Konsep dan prosedur yang telah diketahui perlu diaplikasikan ke situasi baru. Dalam mengaplikasikan mungkin siswa harus dapat mengabstraksikan.
e) Menyelesaikan masalah.
Dari suatu masalah komplek yang dihadapai namun belum pernah diselesaikan, seorang siswa harus menyelesaikan dengan konsep atau teorema serta prosedur yang telah dikuasai.
f) Mengkomunikasikan.
Aktivitas ini berupa pertukaran informasi diantara siswa, masing – masing dengan menggunakan simbol yang sama. Para siswa harus mendapat kesempatan untuk menyatakan gagasan secara verbal dan tertulis, mengkomprehensikan dan menginterpretasikan gagasan – gagasan yang nyatakan siswa lain.
Klasifikasi aktivitas belajar dari Herman Hudoyo di atas menunjukkan
bahwa aktivitas dalam pembelajaran cukup beragam dan bervariasi.
Aktivitas disini tidak hanya terbatas pada aktivitas jasmani saja yang dapat
secara langsung diamati tetapi juga meliputi aktivitas rohani.
Dalam belajar sangat diperlukan adanya suatu aktivitas, sebab pada
prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku
menjadi kegiatan. Tidak akan ada belajar kalau tidak ada aktivitas, itulah
sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau dasar yang sangat penting dalam
interaksi belajar mengajar. Siswa diharapkan mampu untuk aktif
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, rajin belajar setiap
waktu tanpa ada harus menunggu disuruh, rajin membaca buku-buku yang
mencoba mengerjakan soal-soal yang terdapat di dalam buku, dan juga
melakukan aktivitas lainnya untuk meningkatkan prestasi.
Menurut Paul D. Dierich (dalam Oemar Hamalik 2001: 172) keaktifan
belajar dapat diklasifikasikan dalam delapan kelompok, yaitu
a. Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan
pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi. c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan.
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisikan angket. e. Kegiatan-kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. f. Kegiatan-kegiatan metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari dan berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental
Merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisa factor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan. h. Kegiatan-kegiatan emosional
Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan overlap satu sama lain.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang
dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa juga dapat berlatih
dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu guru juga dapat merekayasa
sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran.
Gagne dan Briggs dalam (Martinis,2007:84) faktor-faktor yang dapat
menumbuhkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yaitu:
a. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa). c. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.
d. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari).
e. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya. f. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
g. Memberi umpan balik (feed back)
h. Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.
i. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.
Hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran
adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan
menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun antar
siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar
dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Setelah siswa mampu melibatkan
kemampuanya dengan maksimal, diharapkan pengetahuan yang diperoleh
5. Akuntansi
Definisi akuntansi (HaryonoJusup2001:4) dapat dirumuskan dari dua
sudut pandang yaitu dari sudut pandang pemakai jasa akuntansi dan dari
sudut pandang proses kegiatanya. Ditinjau dari sudut pemakainya,
akuntansi dapat didevinisikan sebagai: suatu disiplin yang menyediakan
informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan
mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Informasi yang
dihasilkan akuntansi diperlukan untuk membuat perencanaan yang efektif
dan pengambilan keputusan oleh manajemen. Akuntansi juga berfungsi
sebagai bentuk pertanggung jawaban organisasi kepada para insfestor,
kreditur dan pemerintah.
Apabila ditinjau dari proses kegiatanya, akuntansi dapat didefinisikan
sebagai: proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan
penganalisaan data keuangan suatu organisasi. Kegiatan akuntansi
merupakan kegiatan yang komplek karena menyangkut bermacam-macam
kegiatan. Aktifitas yang ada dalam akuntansi adalah :
a. Mengidentifikasi data yang relevan dengan keputusan yang akan
diambil.
b. Memproses dan menganalisis data yang relevan.
c. Mengubah data menjadi informasi yang dapat digunakan untuk
Informasi akuntansi digunakan untuk pengambilan keputusan interen
organisasi dan juga pengambilan keputusan oleh pihak eksteren organisasi.
Informasi yang dihasilkan akuntansi adalah data perusahaan yang
dinyatakan dalam bentuk satuan uang. Sasaran atau obyek akuntansi adalah
transaksi yang bersifat finansial (keuangan).
B. Kerangka Teoritis
Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara
jasmani/fisik atau rohani/psikis. Aktivitas siswa selama proses belajar
mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk
belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi
selama proses belajar mengajar. Aktivitas siswa ini ada dua macam yaitu
aktivitas fisik dan aktivitas psikis. Aktivitas fisik disini adalah peserta
didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun
bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat hanya pasif.
Sedangkan aktivitas psikisnya adalah peserta didik yang daya jiwanya
bekerja sebanyak-banyaknya berfungsi dalam rangka pengajaran. Siswa
harus aktif berkegiatan dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang
dilakukan siswa adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti
bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab
pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung
Hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran
adalah keaktifan siswa. Keaktifan dalam proses pembelajaran akan
menyebabkan interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi yang tinggi
antar siswa itu sendiri, yang mengakibatkan suasana kelas menjadi segar
dan kondusif. Dalam proses belajar mengajar ini, siswa membangun
pengetahuannya sendiri. Proses pembelajaran yang baik hendaknya
menempatkan siswa sebagai pencari ilmu sehingga perlu dibiasakan
memecahkan dan merumuskan sendiri hasilnya (Johar,2002:2). Intervensi
dari orang lain diberikan dalam rangka memotivasi mereka. Perumusan
atau konseptualisasi juga dilakukan oleh siswa sendiri. Posisi guru dalam
proses pembelajaran bukan sebagai informator dan penyuplai ilmu
pengetahuan akan tetapi sebagai organisator program pembelajaran dan
fasilitator pembelajaran serta sebagai evaluator keberhasilan pembelajaran
siswa.
Pokok bahasan persamaan dasar akuntansi penting untuk dikuasai oleh
siswa karena pengetahuan ini menjadi dasar atau fondasi yang menentukan
kaberhasilan pembelajaran akuntansi dalam pokok-pokok bahasan yang
selanjutnya. Dalam pembelajaran persamaan dasar akuntansi, siswa di
tuntut untuk mampu menguasai kemampuan memasukkan transaksi
kedalam persamaan dasar akuntansi dengan baik dan benar. Kemampuan
ini merupakan roh dasar bagi siswa untuk mempelajari akuntansi. Dengan
lebih mudah untuk mempelajari pokok bahasan yang lain (mekanisme
debet kredit, jurnal umum, posting, dst).
Fenomena ketidak obtimalan proses belajar yang terjadi di kelas
harus diminimalisir dan dihilangkan, agar siswa mampu menguasai materi
pembelajaran Akuntansi Pokok bahasan persamaan dasar akuntansi.
Ketidak obtimalan pembelajaran yang terjadi dikelas dapat dipecahkan
dengan menciptakan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan.
Untuk meminimalisir ketidak obtimalan proses pembelajaran di kelas,
diperlukan model pembelajaran yang merangsang antusias siswa agar
terlibat aktif dan bersemangat dalam belajar dan menikmati pembelajaran
yang berlangsung. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar
dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Setelah siswa mampu melibatkan
kemampuanya dengan maksimal, diharapkan pengetahuan yang diperoleh
siswa lebih melimpah dan bermakna bagi siswa.
Model pembelajaran team game tournament diharapkan mampu
untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam mata pelajaran akuntansi pokok
bahasan Persamaan Dasar Akuntansi. Dengan model pembelajaran TGT
akan mengajak siswa aktif dalam diskusi dan aktif bermain dalam
permainan dan turnamen. Dengan adanya permainan membuat siswa lebih
siswa lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran. Dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT ini membuat
siswa menjadi lebih memahami materi yang diajarkan, menjadikan siswa
menjadi lebih aktif dan banyak terlibat dalam kegiatan pembelajaran serta
siswa tidak merasa bosan untuk mengikuti pelajaran. Yang terpenting,
karena pengetahuan diperoleh dengan cara mereka sendiri terlepas dari
interfensi orang lain, maka pengetahuan yang diperoleh akan abadi
26
BAB III
PEMBAHASAN
A. Implementasi pembelajaran kooperatif model team game tournament (TGT)
Sebelum mengimplementasikan pembelajaran kooperatif model team game
tournament (TGT), peneliti terlebih dahulu mengawali dengan kegiatan
pra-penelitian. Kegiatan ini dilakukan terhadap pembelajaran di kelas sebelum
menggunakan metode TGT. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengadakan
observasi terhadap situasi awal di dalam kelas yang mencakup observasi kegiatan
guru (lampiran 1b), observasi kelas (lampiran 1c), dan observasi terhadap siswa
(lampiran 1a). Selain dengan observasi, guna mendukung data yang diperoleh
peneliti juga mengadakan wawancara terhadap guru dan siswa. Setelah
mengadakan kegiatan pra-penelitian, peneliti mengadakan penelitian di dalam
kelas setelah menggunakan metode TGT.
Implementasi pembelajaran ini direncanakan berlangsung dalam bentuk
siklus. Siklus pembelajaran ini terdiri dari empat langkah :
1. Perencanaan, merumuskan masalah, menentukan tujuan, dan metode
penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
meningkatkan keaktifan siswa.
2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya meningkatkan
keaktifan siswa.
4. Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi
terhadap kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk meningkatkan
keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
Secara operasional, implementasi pembelajaran TGT untuk meningkatkan
keaktifan siswa diuraikan sebagai berikut.
1. Perencanaan
Dalam tahap ini dilakukan persiapan dan perencanaan pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Berikut ini disajikan langkah-langkah perencanaan
yang diterapkan atau dilakukan .
a. Guru menggali data awal tentang karakteristik siswa untuk memetakan
para siswa berdasarkan kemampuan akademiknya. Pemetaan tersebut
selanjutnya menjadi dasar untuk membagi siswa dalam
kelompok-kelompok yang heterogen. Siswa dengan prestasi atau nilai akademik
tinggi akan ditempatkan pada rangking tinggi, siswa dengan prestasi
sedang akan ditempatkan pada rangking sedang, dan siswa dengan
prestasi rendah ditempatkan pada pada rangking bawah. Dari hasil
pembagian kelompok tersebut terbentuk empat kelompok dengan
kemampuan akademik yang beragam. Cara membentuk kelompok dapat
Tabel pengelompokan
data nilai awal
setelah diurutkan
Di buat
kelompok
nama nilai nama nilai nama nilai
acong 7 Adi 9 Adi 9 kelompok
Acin 8 Bolot 8 Fuckri 6 SATU
Adi 9 Acin 8 banu 4
Banu 4 Cesar 7 Bolot 8
Bolot 8 Eman 7 caesar 7 kelompok
Cesar 7 Fuckri 6 Eman 7 DUA
condot 4 Acong 7 Condot 4
Eman 7 Fatima 5 Acin 8 kelompok
Fakri 6 Banu 4 Acong 7 TIGA
Fatima 5 Condot 4 Fatima 5
Warna merah siswa dengan kemampuan tinggi
Warna hijau siswa dengan kemampuan sedang
Warna kuning siswa dengan kemampuan rendah
b. Guru mempersiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan.
Perangkat pembelajaran mencakup segala hal yang diperlukan agar
pembelajaran dapat berjalan lancar sesuai dengan yang diharapakan.
Berikut ini disajikan uraian masing-masing perangkat pembelajaran.
1) Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP)
RPP dibuat untuk dua kali pertemuan. Dalam RPP tersebut berisi
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan
pembelajaran, materi, metode pembelajaran, sumber belajar, media
pembelajaran dan skenario pembelajaran, yang seluruhnya telah
2) Materi pembelajaran
Materi ajar pada proses pembelajaran ini adalah prosedur
persamaan Akuntansi. Guru membuat hand out dengan pokok
bahasan Persamaan Akuntansi. Hand out akan dibagikan kepada
masing-masing kelompok. Isi hand out mencakup materi tentang
Aktiva, Kewajiban, Ekuitas, persamaan akuntansi dan pencatatan
transaksi ke dalam persamaan akuntansi (lampiran 12).
3) Soal untuk game (lampiran 7).
Berisi soal transaksi keuangan untuk dimasukan kedalam
persamaan dasar akuntansi.
4) Soal untuk diskusi kelompok kooperatif (lampiran 6a)
Berisi soal pengayakaan transaksi yang harus dimasukkan dalam
persamaan dasar akuntansi.
5) Soal dan kunci jawaban untuk tournament (lampiran 8a)
Berisi soal-soal yang mencakup muatan seluruh materi
pembelajaran.
6) Lembar sekor untuk menilai hasil turnamen (lampiran 8d)
7) Sekenario game dan turnamen (lampiran 9)
8) Meja turnamen
Meja turnamen menggunakan meja yang ada sikelas, sehingga tidak
berubah adalah posisi duduk siswa, yang disesuaikan dengan situasi
dan kondisi turnamen.
9) Hadiah
Hadiah merupakan penghargaan bagi kelompok terbaik, yang
bertujuan agar masing-masing siswa termotifasi untuk melakukan
pembelajaran semaksimal mungkin.
10)Lembar refleksi guru (lampiran 13)
Digunakan oleh guru untuk merefleksikan kembali proses
pengajaran yang sudah berlangsung.
11)Lembar refleksi siswa (lampiran 12)
Berisi pertanyaan dan lembar jawab yang mengacu pada kesan dan
pesan yang dirasakan siswa setelah pembelajaran berlangsung.
c. Guru menyiapkan dan menyusun instrumen pengumpulan data.
Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini mengacu pada
Bergerman, 1992 dan Tantra (2006:15) yang mengacu pada tiga
kelompok yaitu: instrumen untuk mengobservasi guru (observing
teacher), instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom),
dan instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student).
1) Instrumen untuk mengobservasi guru :
a) Lembar observasi guru (catatan anekdotal), lembar ini
digunakan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan
b) Instrumen obserfasi kegiatan guru. Cakupan isi lembar
instrumen kegiatan guru antara lain: keterampilan guru dalam
menjelaskan dan mengorganisasikan pembelajaran kooperatif
tipe TGT (lampiran 2b).
2) Instrumen untuk mengobservasi kelas :
a) Lembar observasi kelas (catatan anekdotal), lembar ini
digunakan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang terjadi di
dalam kelas saat pembelajaran berlangsung (lampiran 3a).
b) Instrumen observasi kelas yang mencakup : sarana dan
prasarana belajar, kerjasama antar siswa, situasi kelas, interaksi
siswa (lampiran 3b).
3) Instrumen untuk mengobservasi prilaku siswa:
a) Lembar observasi siswa (catatan anekdotal), digunakan untuk
mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa pada saat
mengikuti pembelajaran (lampiran 4a).
b) Instrumen observasi keaktifan siswa. Isi lembar instrumen
keaktifan siswa di kelas adalah frekuensi kegiatan keaktifan
siswa dalam pembelajaran (lampiran 4b).
c) Instrumen 0bservasi keaktifan siswa dalam kelompok
(lampiran 4c). Untuk menilai keaktifan siswa dalam kelompok
2. Tindakan
Pada tahap tindakan guru mengimplementasikan pembelajaran
kooperatif tipe TGT sesuai dengan rencana tindakan. Tindakan penelitian ini
dilakukan 2 kali pertemuan (4 x 45 menit). Langkah-langkah pada tahap ini
sebagai berikut.
a. Presentasi kelas dan pembagian kelompok
Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan salam pembuka dan
tujuan pembelajaran tentang persamaan dasar akuntansi. Guru
melakukan presentasi di kelas hanya menyampaikan tujuan
pembelajaran secara general saja yang bertujuan agar pembelajaran
berjalan kearah yang diinginkan. Setelah pengantar oleh guru di rasa
cukup, kemudian guru membagi siswa kedalam kelompok.
Pembentukan kelompok sudah dilakukan guru pada tahap awal
perencanaan pembelajaran. Jumlah kelompok yang dibentuk adalah 4
kelompok siswa dengan anggota 6 orang. Pada tahap ini guru hanya
menyebutkan kembali nama-nama kelompok berikut
anggota-anggotanya.
b. Diskusi kelompok
Kemudian guru mempersilahkan masing-masing siswa untuk berkumpul
dengan kelompoknya dan segera menempati meja yang sudah di
tentukan oleh kelompok. Guru membagikan hand out pada masing
siswa dalam berdiskusi, guru membagikan soal diskusi untuk dikerjakan
dalam kelompok diskusi. Guru memantau dan membantu kelompok
yang mengalami kesulitan dalam penguasaan materi.
c. Permainan (games)
Permainan (games) pada siklus pertama ini diberi nama andai aku
menjadi. Permainan ini bertujuan untuk memantapkan pemahaman
siswa tentang persamaan dasar akuntansi. Siswa diminta untuk
berkumpul dalam kelompok yang sudah dibentuk di awal pembelajaran.
Guru membacakan soal untuk salah satu kelompok yang berkaitan
dengan materi memasukan transaksi kedalam persamaan dasar
akuntansi. Kelompok yang ditunjuk harus mengilustrasikan jawaban di
depan kelas dengan bantuan media pembelajaran yang telah dibuat oleh
Guru. Setiap anggota kelompok harus mengambil peran dalam ilustrasi
di depan kelas, sebagai akun-akun aktiva, akun kwajiban dan ekuitas.
Guru menjelaskan pengaruh transaksi terhadap persaman dasar
akuntansi mengacu pada ilustrasi di depan kelas. Guru membacakan
soal transaksi keuangan sampai semua kelompok mendapat giliran.
d. Turnamen
Turnamen pada pembelajaran ini diberi nama BERPACU DALAM
SOAL. Guru menyiapkan media yang berfungsi untuk mencapai
tingkatan yang harus dilalui kelompok ( meja dan kursi di kelas). Setiap
tingkatan di sediakan soal yang berbeda kesukarannya pada
masing-masing tingkatan. Setiap kelompok harus duduk membentuk satu
pada meja yang sudah disediakan. Siswa yang telah selesai mengerjakan
duduk paling belakang, sehingga siswa yang duduk no 2 menjadi paling
depan, diikuti siswa yang di belakangnya,dst.
Dalam waktu yang sudah ditentukan, masing masing kelompok bertugas
melampui tingkatan yang sudah disediakan dengan cara menyelesaikan
soal-soal. Siswa yang benar menjawab diberi poin 10, salah poin nol.
Setelah satu paket soal selesai, berpindah ke tingkatan di atasnya.
Apabila sudah sampai pada puncak tingkatan dan waktu masih tersisa,
siswa masih diberi kesempatan untuk mengerjakan soal.
e. Penghargaan kelompok
Kelompok yang mengumpulkan poin paling banyak menjadi
pemenangnya. Penghargaan kepada kelompok dalam bentuk hadiah
yang disediakan guru.
3. Observasi
Observasi dilakukan dilaksanakan selama proses pembelajaran TGT
berlangsung. Obserfasi ini dilakukan dengan tujuan mengamati peningkatan
keaktifan siswa dan kegiatan mengajar guru apakah sudah sesuai dengan
pembelajaran TGT yang diinginkan. Kegiatan obserfasi dilakukan pada tiga
komponen utama proses pembelajaran, yaitu guru, siswa dan kelas.
Obserfasi dilakukan dengan lembar kegiatan obserfasi (instrumen), baik
lembar instrumen kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Penjelasan dari
setiap kegiatan obserfasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pengamatan terhadap guru
Pengamatan terhadap guru ini dilakukan bersamaan dengan
dilaksanakanya proses pembelajaran TGT. Aktivitas guru selama proses
pembelajaran diamati dengan lembar obserfasi guru (lampiran 2a) dan
instrumen observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran (lapiran
2b). Pengamatan bertujuan untuk mengetahui kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran koperatif tipe TGT dengan baik. Dalam proses
pembelajaran TGT dapat kita lihat apakah guru mampu menjelaskan dan
mengorganisasikan pembelajaran kooperatif tipe TGT; guru dapat
berperan serta dalam pembentukan kelompok, guru melakukan
presentasi kelas dengan baik, guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk bekerja sama dalam kelompok, guru memotivasi siwa untuk
belajar mandiri serta terlibat aktif dalam kelompok, guru dapat
berinteraksi dengan baik dengan seluruh siswa, guru mendorong siswa
untuk dapat memecahkan suatu masalah, guru melakukan evaluasi
proses pembelajaran melalui games dan turnamen yang menjadi bagian
dari pembelajaran kooperatif tipe TGT, guru memotivasi siwa untuk
aktif dalam games maupun turnamen, guru mengamati setiap kelompok
dalam mengerjakan soal dan membantu siswa ketika siswa mengalami
b. Pengamatan terhadap siswa
Pengamatan terhadap siswa dilakukan dalam dua kegiatan yaitu
keaktifan siswa dalam kelompok diskusi dan keaktifan siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Pengamatan terhadap siswa dilakukan dengan
menggunakan lembar obserfasi siswa (lampiran 4a), Instrumen
observasi keaktifan siswa (lampiran 4b) dan instrumen observasi
keaktifan siswa dalam kelompok (lampiran 4c). Pengamatan terhadap
siswa dilakukan untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran TGT. Untuk menilai keberhasilan peningkatan
keaktifan siswa dilakukan dengan membandingkan indikator target
keberhasilan dengan indikator yang terjadi saat proses pembelajaran di
kelas. Indikator untuk menilai keaktifan siswa adalah sebagai berikut :
1) Siswa membaca hand out yang disiapkan oleh guru.
2) Siswa aktif berdiskusi dengan teman dalam kelompok
mengenai materi pembelajaran.
3) Siswa mendengarkan penjelasan dari siswa lain.
4) Siswa menulis jawaban, dari soal yang diberikan oleh guru.
5) Siswa membuat tabel persamaan dasar akuntansi.
6) Siswa menggunakan media pembelajaran yang disiapkan.
7) Siswa mampu memasukan transaksi keuangan kedalam
Siswa dikatakan mengalami peningkatan apabila mencapai atau
melebihi Target yang di tentukan/dirumuskan oleh guru dan tim peneliti.
Penilaian peningkatan keaktifan siswa disajikan dalam bentuk frekwensi
dan prosentase yang mengacu pada jumplah siswa yang melakukan
kegiatan yang menunjukkan keaktifan siswa.
Untuk mendukung penilaian keaktifan siswa. Pengamatan juga
dilakukan saat siswa melakukan diskusi dalam kelompok kooperatif.
Pengamatan siswa dalam kelompok cooperatif ini menggunakan lembar
instrumen keaktifan siswa dalam diskusi kelompok.
c. Pengamatan terhadap kelas
Pengamatan terhadap kelas dilakuan untuk mengamati apakah
suasana kelas cukup kondusif dalam proses pembelajaran. Pengamatan
terhadap kelas menggunakan lembar obserfasi kelas (lampiran 3a) dan
Instrumen observasi kelas (lapiran 3a). Pengamatan terhadap kelas dapat
dilihat dari tiga aspek yaitu : hubungan kerja sama antar siswa,
lingkungan kelas, dan tata tertib kelas. Dalam aspek hubungan kerja
sama antar siswa di harapkan tampak hubungan kerja sama antar siswa
dalam hal pembauran, demokrasi, kekompakan, persaingan, dan
motivasi tinggi.
Lingkungan kelas yang mendukung kegiatan pembelajaran
ditunjukkan dengan adanya pembauran yang sangat baik melalui
adanya pengelompokan-pengelompokan siswa dalam kelas. Diharapkan
setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan
saran atau pendapatnya (demokrasi). Dimungkinkan semua siswa dalam
kelompok bekerja sama dengan sangat baik dalam pengerjaan tugas
(kekompakan).
Pada aspek lingkungan kelas dapat diamati apakah perangkat
pembelajaran telah tersedia dengan lengkap untuk mendukung proses
pembelajaran.
4. Refleksi
Refleksi yang dilakukan merupakan refleksi segera setelah pertemuan
berakhir. Refleksi dilakukan oleh siswa dan guru mitra. Instrumen refleksi guru
disajikan dalam bentuk kolom berisi Uraian dan kesan guru mitra. Instrumen
refleksi guru memperlihatkan kesan guru mitra terhadap perangkat
pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, setelah
melakukan serangkaian proses belajar mengajar dengan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan.
Siswa diajak melakukan refleksi setelah pembelajaran berakhir. Tujuan
refleksi siswa adalah untuk mengetahui kesan pesan siswa terhadap model
pembelajaran yang sudah berlangsung (TGT). Untuk memudahkan siswa
melakukan refleksi diberikan lembar refleksi siswa yang berisi
yang sudah berlangsung. Instrumen yang diperlukan adalah lembar refleksi
guru (lampiran 13) dan lembar refleksi siswa (lampiran 12).
B. Evaluasi pembelajaran kooperatif model team games tournament (TGT)
Dalam tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan pembuatan
kesimpulan hasil observasi. Dari hasil observasi diperoleh data-data yang tersaji
dalam instrumen penelitian. Kegiatan evaluasi pembelajaran kooperatif model
TGT adalah menafsirkan data-data yang diperoleh selama melakukan
pengamatan. Dengan melihat data obserfasi, dapat dilihat apakah pembelajaran
sudah sesuai seperti yang diharapkan. Evaluasi kegiatan pembelajaran ini
bertujuan untuk melihat kembali kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran
yang sudah berlangsung. Hasil evaluasi pembelajaran digunakan untuk
menyempurnakan pembelajaran pada pembelajaran berikutnya agar tujuan
pembelajaran dapat tercapi.
40
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model Pembelajaran team game tournament (TGT) akan mampu
meningkatkan keaktifan siswa, karena dengan model pembelajaran ini siswa
diajak untuk giat aktif belajar dan bekerja dalam kelompok kooperatif. Dengan
model pembelajaran TGT siswa diajak untuk berdiskusi dalam kelompok agar
menguasai materi. Penguasaan ilmu pengetahuan tentang persamaan dasar
akuntansi akan diperdalam atau dimantabkan dengan game. Untuk mengukur
penguasaan materi ajar dilakukan dengan turnamen edukatif yang menyenangkan
namun berkualitas.
Implementasi pembelajaran kooperatif model pembelajaran team game
tournament (TGT) pada mata pelajaran akuntansi pokok bahasan persamaan
dasar akuntansi dilakukan melalui empat tahap utama yaitu persiapan, tindakan,
obserfasi dan refleksi. Setiap tahapan dalam implementasi pembelajaran
kooperatif model TGT tidak dapat dipisahkan dan harus dilakukan dengan runtut.
Keberhasilan meningkatkan keaktifan siswa terletak pada tahap kedua yaitu
tindakan. Pada tahab ini Guru mengaplikasikan pembelajaran TGT yang sudah
direncanakan pada tahap sebelumnya yaitu tahap persiapan. Guru harus
tahap persiapan agar pembelajaran berlangsung seperti yang diharapkan sehingga
tujuan pembelajaran yaitu meningkatkan keaktifan siswa dapat tercapai.
Ketercapaian tujuan yaitu peningkatan keaktifan siswa dapat dilihat dari
evaluasi pembelajaran yang dilakukan. Proses evaluasi pembelajaran dilakukan
dengan obserfasi yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
TGT, di gunakan 3 instrumen yaitu :
1. Lembar observasi kegiatan siswa: berupa catatan anekdotal yang
berfungsi untuk mencatan segala aktifitas siswa yang berhubungan
dengan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas.
2. Lembar instrument keaktifan siswa di kelas: Berisi tentang frekwensi
keaktifan dan keterlibatan siswa yang nampak dan dapat diamati ketika
pembelajaran dengan model TGT berlangsung.
3. Lembar instrument keaktifan siswa dalam diskusi kelompok : Berisi
tentang frekwensi keaktifan siswa yang berlangsung selama diskusi
kelompok kooperatif.
Guru mengunakan instrumen pengamatan yang dibuat pada tahap
perencanaan untuk menilai tingkat keberhasilan tujuan pembelajaran yaitu
42
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT.Bumi Aksara.
Fajar, A. 2002. Portofolio Dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT. Remaja Reksadana.
Hamalik, Oemar. 1983. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja.
Harnanto. 1983. Dasar-Dasar Akuntansi. Yogyakarta : BPFE UGM.
Honggodjojo, Aminin. 1981. Dasar-Dasar Akuntansi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Http ://learning-withme.blogspot.com/2006/09.
Http ://Keaktifan hemow.wordpress.com/2007/06/27
Jusup, Haryono. 2003. Dasar-Dasar Akuntansi. Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Kagan, S. 1994. Cooperatif Learning. Sajuan Capistrano, CA : Kagan Cooperatif Learning
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.
Mundikarto, Rustam. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Depdiknas.
Nurhadi. 2004.Kurikulum 2004: Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta : PT Grasindo
Ross, J.A., dan Raphael,D. 1990. Communication and Problem Solving Achievement in Cooperative Larning Group. Journal of Curriculum Studies , 22 (2), hlm. 149-164.
Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice (2nd ed.). Boston: Allyn and Bacon.
Soemarno, S.R. 2003. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta : Salemba Empat (PT Salemba Emban Patria)
Sumantri, Mulyani. 2001. Strategi Belajar Mengajar. CV Maulana Bandung.
Susento. 2007. Konsep Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Seminar Pendidikan.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
INSTRUMEN PRAPENELITIAN
Lampiran 1a LEMBAR OBSERVASI PRA PENELITIAN SISWA
Lampiran 1b LEMBAR OBSERVASI PRA PENELITIAN KELAS
Lampiran 1a
LEMBAR OBSERVASI PRA PENELITIAN SISWA (Catatan Anekdotal)
Nama pengamat :
Tanggal dan waktu observasi :
Lamanya observasi : 2 Jam Pelajaran (90 menit) Orang dan/atau peristiwa yang diamati :
Tingkat kelas (semester) dan/atau subyek : XI semester I
Tujuan observasi : Mengetahui kondisi kegiatan pembelajaran Akuntansi
Yogyakarta, ...2011 Guru Observer
LEMBAR OBSERVASI PARA PENELITIAN GURU (Catatan Anekdotal)
Nama pengamat :
Tanggal dan waktu observasi :
Lamanya observasi : 2 Jam Pelajaran (90 menit) Orang dan/atau peristiwa yang diamati :
Tingkat kelas (semester) dan/atau subyek : XI semester I
Tujuan observasi : Mengetahui keadaan dan kelengkapan sarana prasarana kelas
Yogyakarta, ...2011 Guru Observer
LEMBAR OBSERVASI PRA PENELITIAN KELAS (Catatan Anekdotal)
Nama pengamat :
Tanggal dan waktu observasi :
Lamanya observasi : 2 Jam Pelajaran (90 menit) Orang dan/atau peristiwa yang diamati :