viii
ABSTRAK
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN
INTELEKTUAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X
Studi Kasus di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
Mahdalena S Ginting
Universitas Sanata Dharma
2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada atau tidaknya hubungan
kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi
kelas X; (2) ada atau tidaknya hubungan kecerdasan intelektual terhadap prestasi
belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X; (3) ada atau tidaknya hubungan
kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi
kelas X.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada siswa kelas X SMA
Stella Duce 2 Yogyakarta. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Stella Duce
2 Yogyakarta Yang berjumlah 399 siswa. Jumlah sampel penelitian adalah 135 siswa.
Teknik penarikan sampel adalah
purposive sampling
. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah teknik
analisis
chi square
.
ix
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP OF EMOTIONAL, INTELLECTUAL AND
SPIRITUAL INTELLIGENCE ON STUDENT ACHIEVEMENT IN
STUDYING ECONOMICS OF THE TENTH GRADE STUDENTS
A Case study in Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta
Mahdalena S Ginting
Sanata Dharma
2011
This study is an attempt to evaluate: (1) the relationship of emotional
intelligence on student achievement in studying economics of the tenth grade
students; (2) the relationship of intellectual intelligence on student achievement, in
studying economics of the tenth grade students; (3) and the relationship of spiritual
intelligence on student achievement in studying economics of the tenth grade
students.
This research is a case study on the tenth grade students of Stella Duce 2
Senior High School Yogyakarta. The population of research is 399 students of Stella
Duce 2 Senior High School Yogyakarta. The samples are 135 students who are
selected randomly. The technique of sampling is purposive sampling. Questionnaire
and documentation are used to collect the data, and the data analysis is chi square
analysis.
HUBUNGAN KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN
EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN
EKONOMI KELAS X
(Studi Kasus SMA Stella Duce 2 Yogyakarta )
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Mahdalena S. Ginting
NIM : 061334005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
KUPERSEMBAHKAN KARYA INI SEBAGAI UCAPAN
SYUKUR DAN TERIMAKASIH KEPADA:
Tuhan Jesus dan bunda Maria
Bapak ras Nandeku
Kakak dan adikku
v
MOTTO
Apa saja yang Kau minta dalam Doa, percayalah bahwa Kamu telah
menerimanya, maka hal itu akan diberikan padaMu
†Markus 11:24
Jangan mencari kawan yang membuat Anda merasa nyaman tetapi
carilah kawan yang memaksa Anda terus berkembang
≈
Thomas J.Watson
≈
Manusia tidak dapat
melakukan segala yang Baik,
tetapi selalu dapat melakukan
sesuatu yang Baik, dan inilah
yang harus dilakukan
viii
ABSTRAK
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN
INTELEKTUAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X
Studi Kasus di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
Mahdalena S Ginting
Universitas Sanata Dharma
2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada atau tidaknya hubungan
kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi
kelas X; (2) ada atau tidaknya hubungan kecerdasan intelektual terhadap prestasi
belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X; (3) ada atau tidaknya hubungan
kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi
kelas X.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada siswa kelas X SMA
Stella Duce 2 Yogyakarta. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Stella Duce
2 Yogyakarta Yang berjumlah 399 siswa. Jumlah sampel penelitian adalah 135 siswa.
Teknik penarikan sampel adalah
purposive sampling
. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah teknik
analisis
chi square
.
ix
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP OF EMOTIONAL, INTELLECTUAL AND
SPIRITUAL INTELLIGENCE ON STUDENT ACHIEVEMENT IN
STUDYING ECONOMICS OF THE TENTH GRADE STUDENTS
A Case study in Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta
Mahdalena S Ginting
Sanata Dharma
2011
This study is an attempt to evaluate: (1) the relationship of emotional
intelligence on student achievement in studying economics of the tenth grade
students; (2) the relationship of intellectual intelligence on student achievement, in
studying economics of the tenth grade students; (3) and the relationship of spiritual
intelligence on student achievement in studying economics of the tenth grade
students.
This research is a case study on the tenth grade students of Stella Duce 2
Senior High School Yogyakarta. The population of research is 399 students of Stella
Duce 2 Senior High School Yogyakarta. The samples are 135 students who are
selected randomly. The technique of sampling is purposive sampling. Questionnaire
and documentation are used to collect the data, and the data analysis is chi square
analysis.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya yang besar, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN
KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN
KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM
MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X”.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan, arahan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga kepada:
1.
Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
2.
Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
3.
Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
4.
Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing, yang
telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, kritik
maupun saran untuk kesempurnaan skripsi ini;
xi
6.
Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, kritik, maupun saran
untuk kesempurnaan skripsi ini;
7.
Ibu Dra. Anna Harsanti. selaku Kepala Sekolah SMA Stella Duce 2 Yogyakarta,
yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian;
8.
Ibu Susi, Ibu Tuti dan Bapak Himawan. Selaku guru pembimbing penelitian di
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, yang telah telah banyak meluangkan waktu
untuk membantu saya dalam menjalankan proses penelitian;
9.
Ibu Rina. guru akuntansi SMS Bopkri 2 Yogyakarta, yang telah memberikan ijin
kepada penulis untuk melakukan penelitian;
10.
Dosen-dosen pengampu mata kuliah Program Studi Pendidikan Akuntansi yang
telah meberikan banyak pengetahuan dalam proses perkuliahan;
11.
Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu
proses kelancaran belajar selama ini;
12.
Bapak Sedar Ginting dan Nandeku Manita Kaban yang paling aku sayangi.
Terima kasih selalu memberikan Doa, kasih sayang, dukungan baik moril
maupun material, serta semangat kepada penulis
13.
Kakakku Maria Eka Nova Ginting yang paling aku sayangi terimakasih telah
memberikan semangat dan doa, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan juga;
14.
Adikku Istepanusta Ginting yang paling aku sayangi terimakasih telah
xii
15.
Keluargaku: terutama Biringku (nenek) yang tercinta yang selalu mendoakan dan
memberi aku semangat supaya cepat lulus... (semoga biring selalu sehat...dan
diberi umur panjang). Dan terimakasih buat keluargaku yang ada di tanah karo
(Sumatera Utara), Jakarta, dan Sampit, yang selalu memberikan motivasi;
16.
Teman-teman Pendidikan Akuntansi angkatan 2006 yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, terimakasih atas dukungannya dan kebersamaannya...semangat kita
semua pasti Bisa;
17.
Teman-teman seperjuangan Skripsi: Yosep, Ninin dan Wahyu terima kasih atas
dukungan serta bantuannya dalam memberikan kritik maupun saran, sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Buat, Ninin dan wahyu, tetap semangat dan cepet
nyusul;
18.
Sahabat-sahabatku:
Fransisca Budianni, (makasih ndutz atas waktu, dukungan, motivasi dan
bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini, dan makasih juga udah menjadi
teman tempat suka dan dukaku);
Retno dan lina (makasih atas bantuan ya dalam menyelesaikan skripsi ini),
Mela, Deta, Inggit, Robin, Umi, Siska kecil, Dwi gedhe (makasih atas
dukungan dan motivasinya );
Buat ika (Cirebon) makasih atas bantuannya dan dukungannya...tetap
semangat kuliahnya;
Mbk Prima dan Mas Nardi (makasih atas bantuannya dalam membuat
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ...
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...
iv
HALAMAN MOTO ...
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... xii
ABSTRAC
... xiii
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ...
1
A.
Latar Belakang ...
1
B.
Rumusan Masalah ...
3
C.
Tujuan Penelitian ...
4
D.
Manfaat Penelitian ...
5
BAB II KAJIAN TEORITIK ...
6
A. Tinjauan Teoritik ...
6
1. Prestasi Belajar ...
6
a. Pengertian Prestasi Belajar ...
6
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Beajar ...
6
2. Kecerdasan Intelektual ... 12
a. Pengertian Kecerdasan Intelektual ... 12
b. Faktor yang Mempengaruhi Intellegensi ... 13
c. Indikator Kecerdasan Intelektual... 15
d. Bakat dan Inteligensi ... 17
3. Kecerdasan Emosional ... 18
a. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 18
b. Faktor Kecerdasan Emosional... 20
c. Komponen Kecerdasan Emosional ... 22
4. Kecerdasan Spiritual ... 22
a. Pengertian Kecerdaan Spiritual ... 22
b. Faktor-faktor Kecerdasan Spiritual ... 24
xv
B. Kerangka Berpikir ... 27
C. Hipotesis Penelitian ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
A.
Jenis Penelitian ... 31
B.
Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
C.
Subjek dan Objek Penelitian ... 31
D.
Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 32
E.
Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 33
F.
Teknik Pengumpulan Data ... 37
G.
Uji Instrument Penelitian ... 39
H.
Pengujian Hipotesis Penelitian ... 43
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 46
A.
Sejarah Berdirinya SMA Stella Duce 2 ... 46
B.
Visi, Misi, Semboyan dan Tujuan Sekolah ... 48
C.
Kurikulum Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 2 ... 50
D.
Sumber Daya Manusia Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 2 .... 54
E.
Siswa SMA Stella Duce 2 ... 56
F.
Kondisi Fisik dan Lingkungan ... 57
G.
Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 59
H.
Hubungan Antara Sekolah dengan Instansi Lain ... 59
I.
Usaha-usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 60
BAB V ANALISIS DATA ... 65
A.
Deskripsi Data ... 65
1.
Kecerdasan Emosional ... 65
2.
Kecerdasan Spiritual ... 66
3.
Kecerdasan Intelektual ... 67
4.
Prestasi Belajar ... 69
B.
Pengujian Hipotesis ... 70
C.
Pembahasan ... 76
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITI DAN SARAN ... 79
A.
Kesimpulan ... 79
B.
Keterbatasan Peneliti ... 80
C.
Saran ... 80
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.
Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel Kecerdasan
Emosional
...
34
Tabel 3.2.
Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel Kecerdasan
Spiritual
...
35
Tabel 3.3.
Operasional Kecerdasan Intelektual ... 36
Tabel 3.4.
Pengukuran Variabel Prestasi Belajar ... 37
Tabel 3.5.
Skor Pernyataan Kecerdasan Emosional ... 38
Tabel 3.6.
Skor Pernyataan Kecerdasan Spiritual ...
38
Tabel 3.7.
Hasil Uji Validitas Item Kecerdasan Emosional ... 40
Tabel 3.8.
Hasil Uji Validitas Item Kecerdasan Spiritual ... 41
Tabel 3.9.
Hasil Uji Reliabilitas ... 42
Tabel 3.10 Kontingensi ... 44
Tabel 3.11. Penolong Menghitung Chi Kuadrat ... 45
Tabel 5.1.
Distribusi Frekuensi Data Kecerdasan Emosional ... 65
Tabel 5.2.
Distribusi Frekuensi Data Kecerdasan Spiritual ... 66
Tabel 5.3.
Kategori Kecerdasan Intelektual ... 67
Tabel 5.4.
Interprestasi Kecerdasan Intelektual Siswa ... 68
Tabel 5.5.
Distribusi Data Prestasi Belajar ... 69
Tabel 5.6.
Kontigensi Kecerdasan Intelektual Terhadap Prestasi Belajar ... 70
Tabel 5.7.
Penolong Menghitung Chi Kuadrat ... 71
Tabel 5.8.
Kontigensi Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar ... 72
Tabel 5.9.
Penolong Menghitung Chi Kuadrat ... 73
Tabel 5.10. Kontigensi Kecerdasan SpiritualTerhadap Prestasi Belajar ... 74
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian... 84
Lampiran 2. Validitas dan Reliabilitas... 87
Lampiran 3. Data Induk... 103
Lampiran 4. Chi Kuadrat... 123
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan
sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau
mengembangkan perilaku yang diinginkan. Menurut Nurhadi (dalam
Yohanes, 2008:1) pendidikan memegang peran yang penting dalam
meningkatkan mutu sumber daya manusia. Dengan kata lain tinggi
rendahnya kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh kualitas
pendidikan. Sekolah sebagai lembaga formal yang merupakan sarana dalam
rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut.
Prestasi belajar merupakan hasil usaha kegiatan belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh siswa dalam periode tertentu.
Prestasi belajar akan optimal apabila guru memahami berbagai macam
kebiasaan belajar yang dilakukan para siswa dan tingkat kecerdasan
intelektual (IQ) yang dimiliki oleh siswa sebab antara siswa yang satu
dengan siswa yang lainnya berbeda.
Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang
tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ)
memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi
belajar yang optimal.
Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering
ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara
dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai
kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang
relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya
relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya
taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan
keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi.
Kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) merupakan salah
satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa setelah
kecerdasan intelektual (IQ).
Kecerdasan intelektual tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa
partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang
disampaikan di sekolah. Keseimbangan antara IQ, EQ dan SQ merupakan
kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah Goleman (dalam Amalia,
2004:3). Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational
intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja,
melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence siswa.
Menurut Goleman (dalam Amalia, 2004:5) khususnya pada
orang-orang yang hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung
menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan
kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya
taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi
sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi
namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat
sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah
percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan
cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh
orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi. Berangkat dari hal inilah yang membuat peneliti
tertarik untuk meneliti “Hubungan Kecerdasan Emosional, Kecerdasan
Intelektual dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam
Mata Pelajaran ekonomi Kelas X di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan kecerdasan intelektual terhadap prestasi belajar
siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA Stella Duce 2
Yogyakarta?
2. Apakah ada hubungan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA Stella Duce 2
3. Apakah ada hubungan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar
siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA Stella Duce 2
Yogyakarta?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kecerdasan intelektual terhadap
prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA
Stella Duce 2 Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kecerdasan emosional terhadap
prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA
Stella Duce 2 Yogyakarta.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kecerdasan spiritual terhadap
prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA
Stella Duce 2 Yogyakarta.
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi Peneliti
Untuk mengetahui hubungan kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa dalam
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Manfaat penelitian ini bagi Universitas Sanata Dharma adalah menambah
referensi karya tulis ilmiah dengan tujuan menambah aktivitas akademik
Universitas Sanata Dharma mengenai hubungan kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar
siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA Stella Duce 2
Yogyakarta.
3. Bagi Penelitian Lain
Manfaat penelitian ini bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai dasar
dalam melakukan penelitian berikutnya. Penelitian selanjutnya dapat
mengembangkan apa yang sudah di tulis di penelitian sebelumnya.
4. Bagi Sekolah
Hasil Penelitian ini di harapkan menjadi masukan bagi sekolah untuk
mengetahui mengenai hubungan kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual dalam mata pelajaran ekonomi kelas
6
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Tinjauan Teoritik
1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang
dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan
dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi. Penilaian terhadap
hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.
Sedangkan menurut Marsun (dalam Amalia, 2004:12)
berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar
yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang
diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah
melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya
bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar
siswa.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor
yang perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak
sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Menurut Shertzer (dalam
mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan
menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu:
a) Faktor fisiologis
Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah
faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera,
yaitu:
(1) Kesehatan badan.
Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu
memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya.
Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi
siswa dalam menyelesaikan program studinya.
(2) Pancaindera.
Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya
belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem
pendidikan dewasa ini di antara pancaindera itu yang
paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan
telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang
dipelajari oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan
b) Faktor psikologis.
Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa, antara lain adalah:
(1) Inteligensi
Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan
siswa mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat
kecerdasan yang dimiliki siswa. Menurut Binet (dalam
Amalia, 2004:15) hakikat inteligensi adalah kemampuan
untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,
untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka
mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara
kritis dan objektif. Taraf inteligensi ini sangat
mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana
siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai
peluang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang
lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki taraf
inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan memiliki
prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah suatu yang
tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah
memiliki prestasi belajar yang tinggi dan juga sebaliknya
jika siswa dengan taraf inteligensi tinggi memiliki prestasi
(2) Sikap
Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri
dapat merupakan faktor yang menghambat siswa dalam
menampilkan prestasi belajarnya. Menurut Wirawan
(dalam Amalia, 2004:16) sikap adalah kesiapan seseorang
untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.
Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di
sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses
belajar mengajar di sekolah.
(3) Motivasi
Menurut Irwanto (dalam Amalia, 2004:16) motivasi
adalah penggerak perilaku. Motivasi belajar adalah
pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi timbul
karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam
diri seseorang.
2) Faktor eksternal
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal
lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang
akan diraih, antara lain adalah:
a) Faktor lingkungan keluarga.
(1) Sosial ekonomi keluarga.
Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang
lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan
sekolah.
(2) Pendidikan orang tua.
Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan
tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami
pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan
dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih
rendah.
(3) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota
keluarga. Dukungan dari keluarga merupakan suatu
pemacu semangat berprestasi bagi seseorang. Dukungan
dalam hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau
nasihat, maupun secara tidak langsung, seperti hubugan
keluarga yang harmonis.
b) Faktor lingkungan sekolah.
(1) Sarana dan prasarana.
Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis,
Over Head Project (OHP) akan membantu kelancaran
proses belajar mengajar di sekolah, selain bentuk ruangan,
sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat
(2) Kompetensi guru dan siswa.
Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih
prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai
kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia
belaka. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk
berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya
dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang
berkualitas, yang dapat memenuhi rasa ingintahuannya,
hubungan dengan guru dan teman-temannya berlangsung
harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar yang
menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk
terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.
(3) Kurikulum dan metode mengajar.
Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara
memberikan materi tersebut kepada siswa. Metode
pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk
menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Wirawan (dalam Amalia, 2004:19)
mengatakan bahwa faktor yang paling penting adalah
faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif bijaksana,
tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat
siswa akan cenderung tinggi, paling tidak siswa tersebut
tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.
c) Faktor lingkungan masyarakat.
(1) Sosial budaya.
Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta
didik. Masyarakat yang masih memandang rendah
pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya ke sekolah
dan cenderung memandang rendah pekerjaan guru/
pengajar.
(2) Partisipasi terhadap pendidikan.
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung
kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa
kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah,
setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha
memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
2. Kecerdasan Intelektual
a. Pengertian Kecerdasan Intelektual
Menurut Josep (dalam Fabiola, 2005:15) kecerdasan dalam arti
umum adalah suatu kemampuan umum yang membedakan kualitas
orang yang satu dengan yang lain. Kecerdasan intelektual lazim
kali oleh Francis Galton, seorang ilmuwan dan ahli matematika yang
terkemuka dari Inggris. Menurut Galton (dalam Fabiola, 2005:15)
Intelligensi adalah kemampuan kognitif yang dimiliki organisme
untuk menyesuaikan diri secara efektif pada lingkungan yang
kompleks dan selalu berubah serta dipengaruhi oleh faktor genetik.
Raven (dalam Fabiola, 2005:15) memberikan pengertian yang
lain. Ia mendefinisikan intelligensi sebagai kapasitas umum individu
yang nampak dalam kemampuan individu untuk menghadapi
tuntutan kehidupan secara rasional. Intelligensi lebih difokuskan
kepada kemampuannya dalam berpikir. Anastasi (dalam Fabiola,
2005:16) Wechsler seorang ilmuwan dari Amerika adalah orang
yang membuat test intelligensi WAIS (Wecshler Adult Intelligence
Scole) dan WISC (Wecshler Intelligence Scale For Children) yang
banyak digunakan diseluruh dunia. Ia mengemukakan bahwa
intelligensi adalah kemampuan global yang dimiliki oleh individu
agar bisa bertindak secara terarah dan berpikir secara bermakna serta
bisa berinteraksi dengan lingkungan secara efisien.
b. Faktor yang Mempengaruhi Intelligensi
Menurut Alim (2010). Intelligensi dapat dikembangkan,
namun hanya sebatas segi kualitasnya, yaitu pengembangan akan
terjadi sampai pola pada batas kemampuan saja. Terbatas pada segi
peningkatan mutu intelligensi dan cara-cara berpikir secara metodis.
1) Faktor Bawaan
Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir.
Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan
masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena
itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak
pintar dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran
dan pelatihan yang sama.
2) Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia
terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk
berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh
manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan
lebih baik.
3) Faktor Pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang
yang mempengaruhi perkembangan intelligensi. Di sini dapat
dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti
dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan,
misalnya pengaruh alam sekitarnya.
4) Faktor Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan
psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau
berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan
fungsinya masing-masing.
5) Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu
dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping
kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah
yang sesuai dengan kebutuhannya.
c. Indikator Kecerdasan Intelektual
Menurut Wiramiharja (dalam Fabiola, 2005:17)
mengemukakan indikator-indikator dari kecerdasan intelektual.
Penelitiannya tentang kecerdasan ialah menyangkut upaya untuk
mengetahui keeratan besarnya kecerdasan dan kemauan terhadap
prestasi belajar. Ia meneliti kecerdasan dengan menggunakan alat tes
kecerdasan dengan menggunakan alat tes kecerdasan yang diambil
dari tes intelligensi yang dikembangkan oleh Peter Lauster,
sedangkan pengukurannya sedangkan pengukuran besarnya kemauan
dengan menggunakan alat tes Pauli dari Richard Pauli, khusus
menyangkut besarnya penjumlahan. Ia menyebutkan tiga indikator
kecerdasan intelektual yang menyangkut tiga domain kognitif.
Ketiga indikator tersebut adalah:
1) Kemampuan figur yaitu merupakan pemahaman dan nalar
2) Kemampuan Verbal yaitu merupakan pemahaman dan nalar
dibidang bahasa.
3) Pemahaman dan nalar dibidang numeric atau yang berkaitan
dengan angka biasa disebut dengan kemampuan numerik.
Penelitian yang dilakukan oleh Wiramihardja ini menunjukkan
hasil korelasi positif yang signifikan untuk semua hasil tes dari
indikator kecerdasan terhadap prestasi kerja dan variabel kemauaan,
baik itu kecerdasan figural, kecerdasan verbal, maupun kecerdasan
numerik. Istilah kecerdasan intelektual lebih dikhususkan pada
kemampuan kognitif. Behling (dalam Fabiola, 2005:17)
mendefinisikan kemampuan kognisi yang diartikan sama dengan
kecerdasan intelektual, yaitu kemampuan yang didalamnya
mencakup belajar dan pemecahan masalah, menggunakan kata-kata
dan simbol.
Menurut Moustafa (dalam Fabiola, 2005:18) pengukuran
kecerdasan intelektual tidak dapat diukur hanya dengan satu
pengukuran tunggal. Para peneliti menemukan bahwa tes untuk
mengukur kemampuan kognitif tersebut, yang utama adalah dengan
menggunakan tiga pengukuran yaitu kemampuan verbal,
kemampuan matematika, dan kemampuan ruang. Pengukuran lain
yang termasuk penting seperti kemampuan mekanik, motorik dan
dengan menggunakan alat ukur yang lain. Hal ini berlaku pula dalam
pengukuran motivasi, emosi dan sikap.
d. Bakat dan Intelligensi
Menurut Dewa (1990:108) intelligensi dan bakat mempunyai
sifat yang hampir mirip, sama-sama dapat dipelajari dan dilatih, tapi
intelligensi itu sifatnya lebih umum. Intelligensi merupakan
kemampuan umum pada diri seseorang, sedangkan bakat adalah
kemampuan khusus dalam bidang tertentu atau pekerjaan tertentu.
Dengan demikian, kemampuan umum dan kemampuan khusus itu
sangat berkaitan erat satu sama lainya dan saling isi mengisi.
Intelligensi dapat dianggap sebagai fungsi dasar. Dapat pula
dikatakan intelligensi itu merupakan kemampuan mental, sedangkan
bakat cenderung merupakan kemampuan fisik atau kemampuan
mental yang sudah dipengaruhi oleh pengalaman sehari-hari dari
lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat setempat maupun
lingkungan yang lebih luas lagi.
Tes Potensi Akademik dan Psikotes merupakan tes yang
bertujuan untuk mengetahui bakat dan kemampuan seseorang di
bidang keilmuan (akademis) secara kognitif dan verbal. Tes ini juga
identik dengan kecerdasan seseorang. Tes Potensi Akademik ini juga
identik dengan tes GRE (Graduate Record Examination) yang sudah
menjadi standar internasional
3. Kecerdasan Emosional
a. Pengertian kecerdasan emosional
Menurut Goleman (dalam Amalia, 2004:5) kecerdasan
emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan
emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with
intelligence) menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the
appropriateness of emotion and its expression) melalui
keterampilan, kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati
dan keterampilan sosial.
Menurut Salovey (dalam Goleman, 2003:512-514)
mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan memantau
dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta
menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memadu pikiran dan
tindakan. Ada lima dasar kecakapan emosi dan sosial yaitu:
1) Kesadaran diri: mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu
saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan
keputusan diri sendiri memiliki tolak ukur yang realistis atas
kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
2) Pengaturan diri: menangani emosi kita sedemikian sehingga
berdampak positif kepada pelaksanaan tugas peka terhadap kata
hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu
3) Motivasi: menggunakan hasrat yang paling dalam untuk
menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, inisiatif, bertindak
sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan
frustasi.
4) Empati: merasakan yang dirasakan oleh orang lain,
menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri
dengan bermacam-macam orang.
5) Keterampilan sosial: menangani emosi dengan baik ketika
berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca
situasi dan jaringan sosial berinteraksi dengan lancar
menggunakan keterampilan-keterampilan untuk mempengaruhi
dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan
untuk bekerja sama dalam tim.
Menurut Shapiro (dalam Amalia, 2004:25) keterampilan EQ
bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun
keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan
konseptual maupun di dunia nyata. Sedangkan menurut Salovey
(dalam Amalia, 2004:27) kecerdasan emosional adalah kemampuan
seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi
diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan
untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan
mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi
orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan
(kerjasama) dengan orang lain.
b. Faktor Kecerdasan Emosional
Goleman (dalam Amalia, 2004:28) menempatkan kecerdasan
pribadi dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang
dicetuskannya dan memperluas kemapuan tersebut menjadi lima
kemampuan utama, yaitu:
1) Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan
untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.
Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para
ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood,
yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.
2) Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam
menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau
selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu.
Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau
lama akan mengoyak kestabilan kita Goleman (dalam Amalia,
3) Memotivasi Diri Sendiri
Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam
diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri
terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta
mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antu sianisme,
gairah, optimis dan keyakinan diri.
4) Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga
empati. Menurut Goleman (dalam Amalia, 2004:29) kemampuan
seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan
kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki
kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial
yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan
orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang
orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu
untuk mendengarkan orang lain.
5) Membina Hubungan
Menurut Goleman (dalam Amalia, 2004:30) keterampilan
dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam
keberhasilan membina hubungan. Orang-orang yang hebat dalam
keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang
apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu
c. Komponen Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (dalam Amalia, 2004:31) terdapat lima
dimensi atau komponen kecerdasan emosional (EQ) yaitu:
1) Pengenalan diri (self awareness)
2) Pengendalian diri (self regulation)
3) Motivasi (motivation)
4) Empati (empathy)
5) Keterampilan social (Social skills).
4. Kecerdasan Spiritual
a. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Menurut Zohar (2001:135) kecerdasan spiritual yang di singkat
SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang
lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan spiritual
adalah landasan yang diperlakuan untuk memfungsikan kecerdasan
intelektual dan kecerdasan emosional secara efektif.
Kecerdasan spiritual memberi rasa moral, kemampuan
menyesuaikan aturan yang berlaku, dibarengi dengan pemahaman
dan cinta serta kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan
spiritual untuk bergulat dengan ihwal baik dan jahat, serta untuk
membayangkan kemungkinan yang belum terwujud untuk bermimpi.
Kesimpulannya bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
yang berasal dari dalam hati, menjadi kreatif ketika dihadapkan pada
masalah pribadi, dan mencoba melihat makna yang terkandung di
dalamnya, serta menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh
ketenangan dan kedamaian hati. Menurut Zohar (2000:14)
Tanda-tanda dari SQ yang telah berkembang dengan baik mencakup hal-hal
berikut:
1) Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif).
2) Tingkat kesadaran diri yang tinggi.
3) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
4) Kemampuan untuk menghadapi dan melampau rasa sakit.
5) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.
6) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.
7) Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal
(berpandangan “holistic”).
8) Kecenderungan nyata untuk bertanya “Mengapa?” atau
“Bagaimana jika?” untuk mencari jawaban-jawaban yang
mendasar.
9) Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai “bidang
mandiri” yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan
Seseorang yang tinggi SQ-nya cenderung menjadi seorang
pemimpin yang penuh pengabdian yaitu seseorang yang bertanggung
jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi kepada
orang lain. Menurut Zohar (2001:135) ada tiga sebab yang membuat
seseorang dapat terhambat secara spiritual:
1) Tidak mengembangkan beberapa bagian dari dirinya sendiri sama
sekali.
2) Telah mengembangkan beberapa bagian, namun tidak
proporsional, atau dengan cara yang negatif atau destruktif.
3) Bertentangan atau buruknya hubungan antara bagian-bagian
Menurut Zohar (2001:136) berpendapat bahwa SQ tidak mesti
berhubungan dengan agama. Agama formal hanya seperangkat
aturan dan kepercayaan yang dibebankan secara eksternal.
Sedangkan SQ adalah kemampuan internal bawaan otak dan jiwa
manusia, yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta sendiri.
SQ tidak bergantung pada budaya maupun nilai, tetapi menciptakan
kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri. SQ membuat
agama menjadi mungkin (bahkan mungkin perlu) tetapi SQ tidak
bergantung pada agama.
b. Faktor-Faktor Kecerdasan Spiritual
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual
menurut Tn Agustian. (2009). adalah inner value (nilai-nilai spiritual
transparency (keterbukaan), responsibilities (tanggung jawab),
accountabilities (kepercayaan), fairness (keadilan) dan social
wareness (kepedulian sosial). Faktor kedua drive yaitu dorongan dan
usaha untuk mencapai kebenaran dan kebahagian.
Tn Zohar. (2009). Mengungkapkan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kecerdasan spiritual yaitu:
1) Sel saraf otak
Otak menjadi jembatan antara kehidupan bathin dan
lahiriah. Ia mampu menjalankan semua ini karena bersifat
kompleks, luwes, adaptif dan mampu mengorganisasikan diri.
2) Titik Tuhan (God Spot)
Menurut penelitian Rama (dalam Tn Zohar, 2009)
menemukan adanya bagian dalam otak, yaitu lobus temporal yang
meningkat ketika pengalaman religious atau spiritual
berlangsung. Dia menyebutkan sebagai titik Tuhan atau God
Spot. Titik Tuhan memainkan peran biologis yang menentukan
dalam pengalaman spiritual. Namun demikian, titik Tuhan bukan
merupakan syarat mutlak dalam kecerdasan spiritual. Perlu
adanya integrasi antara seluruh bagian otak. Seluruh aspek dari
c. Aspek-aspek dalam Kecerdasan Spiritual
Tn Sinetar. (2001). Menuliskan beberapa aspek dalam
kecerdasan spiritual yaitu:
1) Kemampuan seni untuk memilih, kemampuan untuk memilih dan
menata hingga ke bagian-bagian terkecil ekspresi hidupnya
berdasarkan suatu visi batin yang tetap dan kuat yang
memungkinkan hidup mengorganisasikan bakat.
2) Kemampuam seni untuk melindungi diri. Individu mempelajari
keadaan dirinya, baik bakat maupun keterbatasannya untuk
menciptakan dan menata pilihan terbaiknya.
3) Kedewasaan yang diperlihatkan. Kedewasaan berarti tidak
menyembunyikan kekuatan-kekuatan, ketakuan dan sebagian
konsekuensinya memilih untuk menghindari kemampuan terbaik.
4) Kemampuan mengikuti cinta. Memilih antara harapan-harapan
orang lain di mata kita penting atau kita cintai.
5) Disiplin-disiplin pengorbanan diri. Mau berkorban untuk orang
lain, pemaaf tidak prasangka mudah untuk memberi kepada orang
B. Kerangka Berpikir
1. Hubungan Kecerdasan Intelektual terhadap Prestasi Belajar Siswa
dalam Mata Pelajaran ekonomi.
Menurut Binet (dalam Amalia, 2004:15) hakikat intelligensi
adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu
tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan
dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.
Menurut Josep (dalam Fabiola, 2005:15) kecerdasan dalam arti
umum adalah suatu kemampuan umum yang membedakan kualitas
orang yang satu dengan yang lain. Kecerdasan intelektual lazim disebut
dengan intelligensi.
Di tengah semakin ketatnya persaingan di dunia pendidikan,
merupakan hal yang wajar apabila para siswa sering khawatir akan
mengalami kegagalan atau ketidak keberhasilan dalam meraih prestasi
belajar atau bahkan takut tinggal kelas. Menurut Amalia (2004:2)
banyak orang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi
dalam belajar, seseorang harus memiliki intelligence Quotient (IQ)
yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan
memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan
prestasi belajar yang optimal. Kenyataannya, dalam proses belajar
mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih
prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada
memperoleh prestasi belajar yang relative rendah, namun ada siswa
yang walaupun kemampuan inteligensinya relativ rendah, dapat meraih
prestasi belajar yang relativ tinggi .
Prestasi belajar merupakan hasil usaha kegiatan belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang
dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh siswa dalam periode
tertentu. Prestasi belajar akan optimal apabila guru memahami berbagai
macam kebiasaan belajar yang dilakukan para siswa dan tingkat
kecerdasan intelektual (IQ) yang dimiliki oleh siswa sebab antara siswa
yang satu dengan siswa yang lainnya berbeda.
2. Hubungan Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Siswa
dalam Mata Pelajaran ekonomi.
Banyak usaha yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih
prestasi belajar agar menjadi yang terbaik seperti mengikuti bimbingan
belajar. Usaha semacam itu jelas positif, namun masih ada faktor lain
yang tidak kalah pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain
kecerdasan ataupun kecakapan intelektual, faktor tersebut adalah
kecerdasan emosional. Karena kecerdasan intelektual saja tidak
memberikan persiapan bagi individu untuk menghadapi gejolak,
kesempatan ataupun kesulitan-kesulitan dan kehidupan. Dengan
kecerdasan emosional, individu mampu mengetahui dan menanggapi
perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan
dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti
kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki
motivasi untuk berprestasi. Sedangkan individu yang tidak dapat
menahan kendali atas kehidupan emosionalnya akan mengalami
pertarungan batin yang merusak kemampuannya untuk memusatkan
perhatian pada tugas-tugasnya dan memiliki pikiran yang jernih.
Menurut Goleman (dalam Amalia, 2004:33) keterampilan dasar
emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi membutuhkan
proses dalam mempelajarinya dan lingkungan yang membentuk
kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya. Hal positif akan
diperoleh bila anak diajarkan keterampilan dasar kecerdasan emosional,
secara emosional akan lebih cerdas, penuh pengertian, mudah menerima
perasaan-perasaan dan lebih banyak pengalaman dalam memecahkan
permasalahannya sendiri, sehingga pada saat remaja akan lebih banyak
sukses disekolah dan dalam berhubungan dengan rekan-rekan sebaya
serta akan terlindung dari resiko-resiko seperti obat-obat terlarang,
kenakalan, kekerasan serta seks yang tidak aman.
3. Hubungan Kecerdasan Spiritual terhadap Prestasi Belajar Siswa
dalam Mata Pelajaran ekonomi.
Para peserta didik harus memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi
agar dia dapat benar-benar menjadi pintar. Kecerdasan spiritual juga
dibutuhkan dalam mencapai prestasi, karena menurut Zohar (2001:135)
memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih
luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan
hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlakuan untuk
memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara
efektif. Bukan, kecerdasan spiritual yang merupakan kecerdasan
tertinggi kita. Namun, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa setelah kecerdasan intelektual. Apabila ketiga kecerdasan tersebut
dapat berfungsi secara efektif maka dia akan menampilkan hasil
Prestasi yang menonjol.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir, maka peneliti dapat mengajukan hipotesis
sebagai berikut:
1. Ada hubungan kecerdasan intelektual terhadap prestasi belajar siswa
dalam mata pelajaran ekonomi kelas X.
2. Ada hubungan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa
dalam mata pelajaran ekonomi kelas X.
3. Ada hubungan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi kasus, yaitu penelitian
tentang subjek tertentu dimana subjek tersebut terbatas, maka kesimpulan
yang diperoleh hanya berlaku pada subjek yang diteliti. Dalam hal ini,
penelitian dilakukan di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, sehingga
kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku di SMA tersebut.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian di lakukan di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang terletak di
Jalan Dr. Sutomo No. 16.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA Stella Duce 2
Yogyakarta.
2. Objek penelitian ini adalah hubungan kecerdasan Intelektual,
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar
D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
1. Populasi
Menurut Arikunto (2002:108) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa SMA
Stella Duce 2 Yogyakarta yang berjumlah 399 siswa.
2. Sampel
Menurut Sudjana (2002:6) sampel adalah sebagian yang diambil
dari populasi dengan cara-cara tertentu. Sampel dalam penelitian ini
adalah siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang berjumlah
135 siswa. Rinciannya sebagai berikut: kelas X A sebanyak 33 siswa,
kelas X B sebanyak 35 siswa, kelas X C sebanyak 31 siswa, kelas X D
sebanyak 36 siswa.
3. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel ini adalah purposive sampling yaitu
pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel yang
diteliti seluruh siswa kelas X di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dengan
pertimbangan siswa tersebut telah mengikuti mata pelajaran ekonomi
yang diajarkan di bangku kelas X dan siswa tersebut telah mengikuti tes
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariasi yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini ada 3
variabel bebas (independent variable), yang meliputi pengaruh
kecerdasan emosional (X 1), pengaruh kecerdasan intelektual (X 2),
pengaruh kecerdasan spiritual (X 3). Variabel terikat (dependent
variable) adalah prestasi belajar ekonomi.
2. Pengukuran Variabel bebas (Independent Variable)
a. Kecerdasan emosional.
Pengukuran variabel pengaruh kecerdasan emosional
menggunakan skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok
orang tentang fenomena sosial. Skala pengukuran untuk setiap item
pernyataan dinyatakan dalam lima skala pendapat sebagai berikut:
1) Sangat Setuju (SS)
2) Setuju (S)
3) Ragu-ragu (RR)
4) Tidak Setuju (TS)
Tabel 3.1.
Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel Kecerdasan Emosional
No
Faktor kecerdasan
emosional
Indikator Pernyataan Positif Pernyataan Negatif 1 Mengenali emosi Mengenali dan memahami penyebab timbulnya emosi 1,2,6 2 Mengelola Emosi Engendalikan dan mengekspresikan emosi dengan tepat 3,4,5 3 Memotivasi diri sendiri Optimis dan dorongan meraih prestasi
7,8 15
4 Mengenali emosi orang lain
Peka terhadap perasaan orang lain dan mau mendengarkan masalah orang lain 9,10,11 5 Membina hubungan Dapat menjalin kerja sama dan berkomunikasi.
12,13,14
Jumlah 14 1
b. Kecerdasan spiritual.
Pengukuran variabel pengaruh kecerdasan spiritual dengan
menggunakan skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok
orang tentang fenomena sosial. Skala pengukuran untuk setiap item
1) Sangat Setuju (SS)
2) Setuju (S)
3) Ragu-ragu (RR)
4) Tidak Setuju (TS)
[image:54.612.72.536.104.633.2]5) Sangat Tidak Setuju (STS)
Tabel 3.2.
Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel Kecerdasan Spiritual
No Faktor kecerdasan
spiritual
Indikator Pernyataan Positif
Pernyataan Negatif
1 Keterbukaan Keterbukaan
siswa terhadap orang
disekitarnya
1,2,3
2 Tanggung
jawab
Tanggung jawab siswa akan tugasnya dan pada diri sendiri
4,5,6
3 kepercayaan Kepercayaan
siswa terhadap kenyakinan dan kemampuannya
7,8,9
4 Keadilan Memiliki sikap
adil dalam diri 13,14,15
5 Kepedulian
sosial
Memiliki kepedulian sosial
10,11,12
c. Kecerdasan Intelektual
Tabel 3.3.
Operasionalisasi Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan Intelektual Skor
10 11
9.00 – 9.99 10
8.00 – 8.99 9
7.00 – 7.99 8
6.50 – 6.99 7
6.00 – 6.49 6
5.50 – 5.99 5
5.00 – 5.49 4
4.00 – 4.99 3
3.00 – 3.99 2
1.00 – 2.99 1
Sumber: Pusat Pelayanan Tes dan Konsultasi Psikologi Universitas Sanata Dharma
d. Pengukuran Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar
siswa. Pengukuran prestasi belajar menggunakan nilai raport
semester ganjil tahun ajaran 2010-2011.
Prestasi belajar siswa dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu
tinggi dan rendah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menunjukkan skor yang dicapai responden dari nilai raport.
2) Skor yang dicapai responden selanjutnya digolongkan dalam
kategori tinggi dan rendah berdasarkan acuan kurve normal dan
Tabel 3.4.
Pengukuran Variabel Prestasi Belajar
Kategori Syarat Pengukuran Skor
Tinggi Lebih dari mean 1
Rendah Kurang / sama dengan
mean
2
Mean dicari dengan rumus sebagai berikut (Hadi, 1998:41):
Mean = N
fx
∑
Keterangan:
∑
fx = total SkorN = jumlah Sampel
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Soemardjan (Zulganef, 2008:166) mengungkapkan pengertian
kuesioner sebagai daftar pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara
tertulis. Kuesioner digunakan untuk mengungkap variabel bebas yaitu
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
Kuesioner disusun berdasarkan skala Likert, yang dinyatakan
dengan ungkapan sebagai berikut:
Tabel 3.5.
Skor Pernyataan Kecerdasan Emosional
No Keterangan Skor Pernyataan Positif
Skor Pernyataan Negatif
1 Sangat Setuju 5 1
2 Setuju 4 2
3 Ragu-ragu 3 3
4 Tidak Setuju 2 4
5 Sangat Tidak Setuju 1 5
b. Alternatif jawaban atas pertanyaan kecerdasan spiritual.
Tabel 3.6.
Skor Pernyataan Kecerdasan Spiritual
No keterangan Skor Pernyataan Positif
Skor Pernyataan Negatif
1 Sangat Setuju 5 1
2 Setuju 4 2
3 Ragu-ragu 3 3
4 Tidak Setuju 2 4
5 Sangat Tidak Setuju 1 5
2. Dokumentasi.
Dokumentasi merupakan data yang berdasarkan catatan suatu
subjek yang dilakukan individu atau lembaga-lembaga (Suharsimi,
2006:158). Metode ini dilakukan untuk melengkapi data-data yang telah
dikumpulkan oleh peneliti.
Peneliti menyelidiki hasil nilai raport siswa dan hasil tes IQ potensi
akademik yang telah dilakukan di sekolah tersebut untuk melengkapi
data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Dokumentasi
digunakan untuk mengukur variabel terikat yaitu data mengenai prestasi
dan variabel bebas yaitu data mengenai tes IQ potensi akademik untuk
siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.
G. Uji Instrumen Penelitian
Untuk mengetahui apakah alat atau instrumen yang digunakan itu
benar-benar dapat dijadikan alat ukur terutama instrumen kuesioner, maka
perlu diadakan pengujian validitas dan reliabilitas.
1. Pengujian Kesahihan (Validitas) Kuesioner
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang
valid/sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang
kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Pengujian validitas
kuesioner dapat dilakukan dengan perhitungan korelasi Product
Moment (Suharsimi, 2006:168).
r =
(
) (
)
(
)
∑
(
∑
)
∑
∑
∑ ∑
∑
− − − 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n Keterangan :r = koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y
Y = skor total dari seluruh item
X = skor total dari setiap item
n = jumlah responden
Besarnya r dapat diperhitungkan dengan menggunakan korelasi
dengan taraf signifikansi 5%. Apabila hasil pengukuran menunjukkan r
hitung > r tabel maka item tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya jika r
hitung < r tabel item tersebut dinyatakan tidak valid.
Pengujian item instrument dilakukan di SMA Bopkri 2
Yogyakarta, dengan jumlah responden sebanyak 40 responden. Berikut
ini merupakan rangkuman dari hasil uji validitas terhadap variabel
kecerdasan emosional dan variabel kecerdasan spiritual yang dilakukan
[image:59.612.69.533.144.629.2]sebelum penelitian.
Tabel 3.7.
Hasil Uji Validitas Item Kecerdasan Emosional
No item soal rhitung rtabel Keterangan
Item 1 0.441 0,312 Valid
Item 2 0.453 0,312 Valid
Item 3 0.224 0,312 Tidak valid
Item 4 0.623 0,312 Valid
Item 5 0.514 0,312 Valid
Item 6 0.484 0,312 Valid
Item 7 0.482 0,312 Valid
Item 8 0.054 0,312 Tidak valid
Item 9 0.556 0,312 Valid
Item 10 0.416 0,312 Valid
Item 11 0.504 0,312 Valid
Item 12 0.635 0,312 Valid
Item 13 0.187 0,312 Tidak valid
Item 14 0.458 0,312 Valid
Tabel 3.8.
Hasil Uji Validitas Item Kecerdasan Spiritual
No item soal rhitung rtabel Keterangan
Item 1 0.415 0,312 Valid
Item 2 0.458 0,312 Valid
Item 3 0.348 0,312 Valid
Item 4 0.378 0,312 Valid
Item 5 0.346 0,312 Valid
Item 6 0.497 0,312 Valid
Item 7 0.276 0,312 Tidak valid
Item 8 0.226 0,312 Tidak valid
Item 9 0.377 0,312 Valid
Item 10 0.386 0,312 Valid
Item 11 0.107 0,312 Tidak valid
Item 12 0.389 0,312 Valid
Item 13 0.417 0,312 Valid
Item 14 0.214 0,312 Tidak valid
Item 15 0.400 0,312 Valid
Dari tabel di atas terlihat bahwa hasil uji validitas ada 7 item
pertanyaan yang tidak valid dan 23 item pertanyaan dinyatakan valid.
Pengambilan kesimpulan ini dengan membandingkan antara rhitung
dengan rtabel. Jumlah data (n) sebanyak 40 responden dan α = 5%
diperoleh rtabel sebesar 0,312. Berdasarkan hasil perhitungan rhitung
lebih besar daripada rtabel sehingga dapat disimpulkan bahwa 23 item
pertanyaan mengenai kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
adalah valid.
2. Pengujian Reliabilitas Kuesioner
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat
2002: 236). Koefisien reliabilitas dicari dengan menggunakan rumus
Alpha, sebagai berikut:
11
r = ⎟⎟
⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛
−
∑
22 1 1 t b k k σ σ Keterangan: 11
r = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan
2
t
σ = varian total
2
b
σ = jumlah varian butir
Menurut Nunally, instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila
nilai koefisien Alpha Cronbach > 0,6. Sebaliknya apabila hasil nilai
koefisien Alpha Cronbach < 0,6 maka penelitian tersebut dikatakan
belum reliabel (Imam Ghozali, 2007: 42).
[image:61.612.70.535.152.614.2]Dari pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.9. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel rhitung Kriteria Reliabilitas Status
Kecerdasan emosional 0,814 0,6 Reliabel
Kecerdasan spiritual 0,746 0,6 Reliabel
Berdasarkan hasil uji reliabilitas, menunjukkan bahwa instrumen
atau kuesioner untuk mengukur variabel kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual diperoleh hasil koefisien Alpha Cronbach sebesar
0,814, 0,746 yang lebih besar dari 0,6 sehingga dapat disimpulkan
H. Pengujian Hipotesis Penelitian
1. Rumusan Hipotesis
a. Hipotesi I
Ho: Tidak ada hubungan kecerdasan intelektual terhadap prestasi
belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X
Ha: Ada hubungan kecerdasan intelaktual terhadap prestasi belajar
siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X
b. Hipotesis II
Ho: Tidak ada hubungan kecerdasan emosional terhadap prestasi
belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X
Ha: Ada hubungan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar
siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X
c. Hipotesis III
Ho: Tidak ada hubungan kecerdasan spiritual terhadap prestasi
belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X
Ha: Ada hubungan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar
siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X
2. Pengujian Hipotesis
Hipotesis ke 1,2 dan 3, diuji dengan menggunakan teknik analisis
Chi-kuadrat. Langkah-langkahnya:
a. Menghitung nilai Chi-kuadrat, dengan rumus sebagai berikut:
=
∑
湡: Chi-kuadrat
fo : Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data
fh : Frekuensi yang diharapkan
untuk menghitung , terlebih dahulu harus diketahui fo dan fh
dengan menggunakan tabel berikut ini:
Tabel 3.10. Kontingensi Kriteria Kecerdasan Intelektual Jumlah Lebih dari Cukup Cukup
Plus Cukup Ragu-ragu
Tidak
Cukup Rendah
Amat Rendah Amat Sangat Rendah Tinggi Rendah Jumlah
Untuk memperoleh fh menggunakan rumus:
Fh =
b. Menentukan statistik uji dengan derajat kebebasan df = (Baris -1)
(Kolom-1) maka dengan baris sebanyak 2 dan kolom sebanyak 2,
derajat kebebasan (2-1)(2-1) = 1. Ini berarti hanya perlu menghitung
satu sel saja, dan sel-sel yang lain akan terisi sendirinya.
c. Berdasarkan tabel fo dan fh yang ada dapat dihitung dengan taraf
signifikan 5% serta df = 1, maka didapat kesimpulan sebagai berikut:
1) Apabila hitung < tabel, maka Ho diterima
2) Apabila hitung > tabel, maka Ho ditolak
Untuk mempermudah analisis data dipergunakan tabel sebagai