• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X : studi kasus SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X : studi kasus SMA Stella Duce 2 Yogyakarta."

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN

INTELEKTUAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI

BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X

Studi Kasus di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Mahdalena S Ginting

Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada atau tidaknya hubungan

kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi

kelas X; (2) ada atau tidaknya hubungan kecerdasan intelektual terhadap prestasi

belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X; (3) ada atau tidaknya hubungan

kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi

kelas X.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada siswa kelas X SMA

Stella Duce 2 Yogyakarta. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Stella Duce

2 Yogyakarta Yang berjumlah 399 siswa. Jumlah sampel penelitian adalah 135 siswa.

Teknik penarikan sampel adalah

purposive sampling

. Metode pengumpulan data yang

digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah teknik

analisis

chi square

.

(2)

ix

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF EMOTIONAL, INTELLECTUAL AND

SPIRITUAL INTELLIGENCE ON STUDENT ACHIEVEMENT IN

STUDYING ECONOMICS OF THE TENTH GRADE STUDENTS

A Case study in Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta

Mahdalena S Ginting

Sanata Dharma

2011

This study is an attempt to evaluate: (1) the relationship of emotional

intelligence on student achievement in studying economics of the tenth grade

students; (2) the relationship of intellectual intelligence on student achievement, in

studying economics of the tenth grade students; (3) and the relationship of spiritual

intelligence on student achievement in studying economics of the tenth grade

students.

This research is a case study on the tenth grade students of Stella Duce 2

Senior High School Yogyakarta. The population of research is 399 students of Stella

Duce 2 Senior High School Yogyakarta. The samples are 135 students who are

selected randomly. The technique of sampling is purposive sampling. Questionnaire

and documentation are used to collect the data, and the data analysis is chi square

analysis.

(3)

HUBUNGAN KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN

EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP

PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN

EKONOMI KELAS X

(Studi Kasus SMA Stella Duce 2 Yogyakarta )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Mahdalena S. Ginting

NIM : 061334005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

KUPERSEMBAHKAN KARYA INI SEBAGAI UCAPAN

SYUKUR DAN TERIMAKASIH KEPADA:

 

 

Tuhan Jesus dan bunda Maria

Bapak ras Nandeku

Kakak dan adikku

(7)

v

MOTTO

Apa saja yang Kau minta dalam Doa, percayalah bahwa Kamu telah

menerimanya, maka hal itu akan diberikan padaMu

†Markus 11:24

Jangan mencari kawan yang membuat Anda merasa nyaman tetapi

carilah kawan yang memaksa Anda terus berkembang

Thomas J.Watson

Manusia tidak dapat

melakukan segala yang Baik,

tetapi selalu dapat melakukan

sesuatu yang Baik, dan inilah

yang harus dilakukan

(8)
(9)
(10)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN

INTELEKTUAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI

BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X

Studi Kasus di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Mahdalena S Ginting

Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada atau tidaknya hubungan

kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi

kelas X; (2) ada atau tidaknya hubungan kecerdasan intelektual terhadap prestasi

belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X; (3) ada atau tidaknya hubungan

kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi

kelas X.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada siswa kelas X SMA

Stella Duce 2 Yogyakarta. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Stella Duce

2 Yogyakarta Yang berjumlah 399 siswa. Jumlah sampel penelitian adalah 135 siswa.

Teknik penarikan sampel adalah

purposive sampling

. Metode pengumpulan data yang

digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah teknik

analisis

chi square

.

(11)

ix

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF EMOTIONAL, INTELLECTUAL AND

SPIRITUAL INTELLIGENCE ON STUDENT ACHIEVEMENT IN

STUDYING ECONOMICS OF THE TENTH GRADE STUDENTS

A Case study in Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta

Mahdalena S Ginting

Sanata Dharma

2011

This study is an attempt to evaluate: (1) the relationship of emotional

intelligence on student achievement in studying economics of the tenth grade

students; (2) the relationship of intellectual intelligence on student achievement, in

studying economics of the tenth grade students; (3) and the relationship of spiritual

intelligence on student achievement in studying economics of the tenth grade

students.

This research is a case study on the tenth grade students of Stella Duce 2

Senior High School Yogyakarta. The population of research is 399 students of Stella

Duce 2 Senior High School Yogyakarta. The samples are 135 students who are

selected randomly. The technique of sampling is purposive sampling. Questionnaire

and documentation are used to collect the data, and the data analysis is chi square

analysis.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya yang besar, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN

KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL DAN

KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM

MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan, arahan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak

terhingga kepada:

1.

Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2.

Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3.

Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

4.

Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing, yang

telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, kritik

maupun saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

(13)

xi

6.

Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, kritik, maupun saran

untuk kesempurnaan skripsi ini;

7.

Ibu Dra. Anna Harsanti. selaku Kepala Sekolah SMA Stella Duce 2 Yogyakarta,

yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian;

8.

Ibu Susi, Ibu Tuti dan Bapak Himawan. Selaku guru pembimbing penelitian di

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, yang telah telah banyak meluangkan waktu

untuk membantu saya dalam menjalankan proses penelitian;

9.

Ibu Rina. guru akuntansi SMS Bopkri 2 Yogyakarta, yang telah memberikan ijin

kepada penulis untuk melakukan penelitian;

10.

Dosen-dosen pengampu mata kuliah Program Studi Pendidikan Akuntansi yang

telah meberikan banyak pengetahuan dalam proses perkuliahan;

11.

Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu

proses kelancaran belajar selama ini;

12.

Bapak Sedar Ginting dan Nandeku Manita Kaban yang paling aku sayangi.

Terima kasih selalu memberikan Doa, kasih sayang, dukungan baik moril

maupun material, serta semangat kepada penulis

13.

Kakakku Maria Eka Nova Ginting yang paling aku sayangi terimakasih telah

memberikan semangat dan doa, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan juga;

14.

Adikku Istepanusta Ginting yang paling aku sayangi terimakasih telah

(14)

xii

15.

Keluargaku: terutama Biringku (nenek) yang tercinta yang selalu mendoakan dan

memberi aku semangat supaya cepat lulus... (semoga biring selalu sehat...dan

diberi umur panjang). Dan terimakasih buat keluargaku yang ada di tanah karo

(Sumatera Utara), Jakarta, dan Sampit, yang selalu memberikan motivasi;

16.

Teman-teman Pendidikan Akuntansi angkatan 2006 yang tidak dapat disebutkan

satu persatu, terimakasih atas dukungannya dan kebersamaannya...semangat kita

semua pasti Bisa;

17.

Teman-teman seperjuangan Skripsi: Yosep, Ninin dan Wahyu terima kasih atas

dukungan serta bantuannya dalam memberikan kritik maupun saran, sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan. Buat, Ninin dan wahyu, tetap semangat dan cepet

nyusul;

18.

Sahabat-sahabatku:

™

Fransisca Budianni, (makasih ndutz atas waktu, dukungan, motivasi dan

bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini, dan makasih juga udah menjadi

teman tempat suka dan dukaku);

™

Retno dan lina (makasih atas bantuan ya dalam menyelesaikan skripsi ini),

Mela, Deta, Inggit, Robin, Umi, Siska kecil, Dwi gedhe (makasih atas

dukungan dan motivasinya );

™

Buat ika (Cirebon) makasih atas bantuannya dan dukungannya...tetap

semangat kuliahnya;

™

Mbk Prima dan Mas Nardi (makasih atas bantuannya dalam membuat

(15)
(16)

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ...

ii

HALAMAN PENGESAHAN ...

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...

iv

HALAMAN MOTO ...

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xii

ABSTRAC

... xiii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...

1

A.

Latar Belakang ...

1

B.

Rumusan Masalah ...

3

C.

Tujuan Penelitian ...

4

D.

Manfaat Penelitian ...

5

BAB II KAJIAN TEORITIK ...

6

A. Tinjauan Teoritik ...

6

1. Prestasi Belajar ...

6

a. Pengertian Prestasi Belajar ...

6

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Beajar ...

6

2. Kecerdasan Intelektual ... 12

a. Pengertian Kecerdasan Intelektual ... 12

b. Faktor yang Mempengaruhi Intellegensi ... 13

c. Indikator Kecerdasan Intelektual... 15

d. Bakat dan Inteligensi ... 17

3. Kecerdasan Emosional ... 18

a. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 18

b. Faktor Kecerdasan Emosional... 20

c. Komponen Kecerdasan Emosional ... 22

4. Kecerdasan Spiritual ... 22

a. Pengertian Kecerdaan Spiritual ... 22

b. Faktor-faktor Kecerdasan Spiritual ... 24

(17)

xv

B. Kerangka Berpikir ... 27

C. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A.

Jenis Penelitian ... 31

B.

Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

C.

Subjek dan Objek Penelitian ... 31

D.

Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 32

E.

Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 33

F.

Teknik Pengumpulan Data ... 37

G.

Uji Instrument Penelitian ... 39

H.

Pengujian Hipotesis Penelitian ... 43

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 46

A.

Sejarah Berdirinya SMA Stella Duce 2 ... 46

B.

Visi, Misi, Semboyan dan Tujuan Sekolah ... 48

C.

Kurikulum Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 2 ... 50

D.

Sumber Daya Manusia Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 2 .... 54

E.

Siswa SMA Stella Duce 2 ... 56

F.

Kondisi Fisik dan Lingkungan ... 57

G.

Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 59

H.

Hubungan Antara Sekolah dengan Instansi Lain ... 59

I.

Usaha-usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 60

BAB V ANALISIS DATA ... 65

A.

Deskripsi Data ... 65

1.

Kecerdasan Emosional ... 65

2.

Kecerdasan Spiritual ... 66

3.

Kecerdasan Intelektual ... 67

4.

Prestasi Belajar ... 69

B.

Pengujian Hipotesis ... 70

C.

Pembahasan ... 76

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITI DAN SARAN ... 79

A.

Kesimpulan ... 79

B.

Keterbatasan Peneliti ... 80

C.

Saran ... 80

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.

Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel Kecerdasan

Emosional

...

34

Tabel 3.2.

Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel Kecerdasan

Spiritual

...

35

Tabel 3.3.

Operasional Kecerdasan Intelektual ... 36

Tabel 3.4.

Pengukuran Variabel Prestasi Belajar ... 37

Tabel 3.5.

Skor Pernyataan Kecerdasan Emosional ... 38

Tabel 3.6.

Skor Pernyataan Kecerdasan Spiritual ...

38

Tabel 3.7.

Hasil Uji Validitas Item Kecerdasan Emosional ... 40

Tabel 3.8.

Hasil Uji Validitas Item Kecerdasan Spiritual ... 41

Tabel 3.9.

Hasil Uji Reliabilitas ... 42

Tabel 3.10 Kontingensi ... 44

Tabel 3.11. Penolong Menghitung Chi Kuadrat ... 45

Tabel 5.1.

Distribusi Frekuensi Data Kecerdasan Emosional ... 65

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Data Kecerdasan Spiritual ... 66

Tabel 5.3.

Kategori Kecerdasan Intelektual ... 67

Tabel 5.4.

Interprestasi Kecerdasan Intelektual Siswa ... 68

Tabel 5.5.

Distribusi Data Prestasi Belajar ... 69

Tabel 5.6.

Kontigensi Kecerdasan Intelektual Terhadap Prestasi Belajar ... 70

Tabel 5.7.

Penolong Menghitung Chi Kuadrat ... 71

Tabel 5.8.

Kontigensi Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar ... 72

Tabel 5.9.

Penolong Menghitung Chi Kuadrat ... 73

Tabel 5.10. Kontigensi Kecerdasan SpiritualTerhadap Prestasi Belajar ... 74

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian... 84

Lampiran 2. Validitas dan Reliabilitas... 87

Lampiran 3. Data Induk... 103

Lampiran 4. Chi Kuadrat... 123

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

mengembangkan perilaku yang diinginkan. Menurut Nurhadi (dalam

Yohanes, 2008:1) pendidikan memegang peran yang penting dalam

meningkatkan mutu sumber daya manusia. Dengan kata lain tinggi

rendahnya kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh kualitas

pendidikan. Sekolah sebagai lembaga formal yang merupakan sarana dalam

rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut.

Prestasi belajar merupakan hasil usaha kegiatan belajar yang

dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh siswa dalam periode tertentu.

Prestasi belajar akan optimal apabila guru memahami berbagai macam

kebiasaan belajar yang dilakukan para siswa dan tingkat kecerdasan

intelektual (IQ) yang dimiliki oleh siswa sebab antara siswa yang satu

dengan siswa yang lainnya berbeda.

Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang

tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ)

(21)

memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi

belajar yang optimal.

Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering

ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara

dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai

kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang

relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya

relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya

taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan

keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi.

Kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) merupakan salah

satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa setelah

kecerdasan intelektual (IQ).

Kecerdasan intelektual tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa

partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang

disampaikan di sekolah. Keseimbangan antara IQ, EQ dan SQ merupakan

kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah Goleman (dalam Amalia,

2004:3). Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational

intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja,

melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence siswa.

Menurut Goleman (dalam Amalia, 2004:5) khususnya pada

orang-orang yang hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung

(22)

menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan

kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya

taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi

sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi

namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat

sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah

percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan

cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh

orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan

emosional yang tinggi. Berangkat dari hal inilah yang membuat peneliti

tertarik untuk meneliti “Hubungan Kecerdasan Emosional, Kecerdasan

Intelektual dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam

Mata Pelajaran ekonomi Kelas X di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan kecerdasan intelektual terhadap prestasi belajar

siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA Stella Duce 2

Yogyakarta?

2. Apakah ada hubungan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA Stella Duce 2

(23)

3. Apakah ada hubungan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar

siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA Stella Duce 2

Yogyakarta?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kecerdasan intelektual terhadap

prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA

Stella Duce 2 Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kecerdasan emosional terhadap

prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA

Stella Duce 2 Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kecerdasan spiritual terhadap

prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA

Stella Duce 2 Yogyakarta.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi Peneliti

Untuk mengetahui hubungan kecerdasan intelektual, kecerdasan

emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa dalam

(24)

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Manfaat penelitian ini bagi Universitas Sanata Dharma adalah menambah

referensi karya tulis ilmiah dengan tujuan menambah aktivitas akademik

Universitas Sanata Dharma mengenai hubungan kecerdasan intelektual,

kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar

siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X di SMA Stella Duce 2

Yogyakarta.

3. Bagi Penelitian Lain

Manfaat penelitian ini bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai dasar

dalam melakukan penelitian berikutnya. Penelitian selanjutnya dapat

mengembangkan apa yang sudah di tulis di penelitian sebelumnya.

4. Bagi Sekolah

Hasil Penelitian ini di harapkan menjadi masukan bagi sekolah untuk

mengetahui mengenai hubungan kecerdasan intelektual, kecerdasan

emosional dan kecerdasan spiritual dalam mata pelajaran ekonomi kelas

(25)

6

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Tinjauan Teoritik

1. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang

dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan

dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi. Penilaian terhadap

hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana siswa telah

mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar.

Sedangkan menurut Marsun (dalam Amalia, 2004:12)

berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar

yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang

diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah

melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya

bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar

siswa.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor

yang perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak

sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Menurut Shertzer (dalam

(26)

mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan

menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang

dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan

menjadi dua kelompok yaitu:

a) Faktor fisiologis

Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah

faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera,

yaitu:

(1) Kesehatan badan.

Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu

memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya.

Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi

siswa dalam menyelesaikan program studinya.

(2) Pancaindera.

Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya

belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem

pendidikan dewasa ini di antara pancaindera itu yang

paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan

telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang

dipelajari oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan

(27)

b) Faktor psikologis.

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar siswa, antara lain adalah:

(1) Inteligensi

Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan

siswa mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat

kecerdasan yang dimiliki siswa. Menurut Binet (dalam

Amalia, 2004:15) hakikat inteligensi adalah kemampuan

untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,

untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka

mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara

kritis dan objektif. Taraf inteligensi ini sangat

mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana

siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai

peluang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang

lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki taraf

inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan memiliki

prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah suatu yang

tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah

memiliki prestasi belajar yang tinggi dan juga sebaliknya

jika siswa dengan taraf inteligensi tinggi memiliki prestasi

(28)

(2) Sikap

Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri

dapat merupakan faktor yang menghambat siswa dalam

menampilkan prestasi belajarnya. Menurut Wirawan

(dalam Amalia, 2004:16) sikap adalah kesiapan seseorang

untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.

Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di

sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses

belajar mengajar di sekolah.

(3) Motivasi

Menurut Irwanto (dalam Amalia, 2004:16) motivasi

adalah penggerak perilaku. Motivasi belajar adalah

pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi timbul

karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam

diri seseorang.

2) Faktor eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal

lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang

akan diraih, antara lain adalah:

a) Faktor lingkungan keluarga.

(1) Sosial ekonomi keluarga.

Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang

(29)

lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan

sekolah.

(2) Pendidikan orang tua.

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan

tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami

pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan

dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih

rendah.

(3) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota

keluarga. Dukungan dari keluarga merupakan suatu

pemacu semangat berprestasi bagi seseorang. Dukungan

dalam hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau

nasihat, maupun secara tidak langsung, seperti hubugan

keluarga yang harmonis.

b) Faktor lingkungan sekolah.

(1) Sarana dan prasarana.

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis,

Over Head Project (OHP) akan membantu kelancaran

proses belajar mengajar di sekolah, selain bentuk ruangan,

sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat

(30)

(2) Kompetensi guru dan siswa.

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih

prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai

kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia

belaka. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk

berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya

dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang

berkualitas, yang dapat memenuhi rasa ingintahuannya,

hubungan dengan guru dan teman-temannya berlangsung

harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar yang

menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk

terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.

(3) Kurikulum dan metode mengajar.

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara

memberikan materi tersebut kepada siswa. Metode

pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk

menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan

pembelajaran. Wirawan (dalam Amalia, 2004:19)

mengatakan bahwa faktor yang paling penting adalah

faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif bijaksana,

tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat

(31)

siswa akan cenderung tinggi, paling tidak siswa tersebut

tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.

c) Faktor lingkungan masyarakat.

(1) Sosial budaya.

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta

didik. Masyarakat yang masih memandang rendah

pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya ke sekolah

dan cenderung memandang rendah pekerjaan guru/

pengajar.

(2) Partisipasi terhadap pendidikan.

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung

kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa

kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah,

setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha

memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

2. Kecerdasan Intelektual

a. Pengertian Kecerdasan Intelektual

Menurut Josep (dalam Fabiola, 2005:15) kecerdasan dalam arti

umum adalah suatu kemampuan umum yang membedakan kualitas

orang yang satu dengan yang lain. Kecerdasan intelektual lazim

(32)

kali oleh Francis Galton, seorang ilmuwan dan ahli matematika yang

terkemuka dari Inggris. Menurut Galton (dalam Fabiola, 2005:15)

Intelligensi adalah kemampuan kognitif yang dimiliki organisme

untuk menyesuaikan diri secara efektif pada lingkungan yang

kompleks dan selalu berubah serta dipengaruhi oleh faktor genetik.

Raven (dalam Fabiola, 2005:15) memberikan pengertian yang

lain. Ia mendefinisikan intelligensi sebagai kapasitas umum individu

yang nampak dalam kemampuan individu untuk menghadapi

tuntutan kehidupan secara rasional. Intelligensi lebih difokuskan

kepada kemampuannya dalam berpikir. Anastasi (dalam Fabiola,

2005:16) Wechsler seorang ilmuwan dari Amerika adalah orang

yang membuat test intelligensi WAIS (Wecshler Adult Intelligence

Scole) dan WISC (Wecshler Intelligence Scale For Children) yang

banyak digunakan diseluruh dunia. Ia mengemukakan bahwa

intelligensi adalah kemampuan global yang dimiliki oleh individu

agar bisa bertindak secara terarah dan berpikir secara bermakna serta

bisa berinteraksi dengan lingkungan secara efisien.

b. Faktor yang Mempengaruhi Intelligensi

Menurut Alim (2010). Intelligensi dapat dikembangkan,

namun hanya sebatas segi kualitasnya, yaitu pengembangan akan

terjadi sampai pola pada batas kemampuan saja. Terbatas pada segi

peningkatan mutu intelligensi dan cara-cara berpikir secara metodis.

(33)

1) Faktor Bawaan

Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir.

Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan

masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena

itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak

pintar dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran

dan pelatihan yang sama.

2) Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan

merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia

terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk

berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh

manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan

lebih baik.

3) Faktor Pembentukan

Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang

yang mempengaruhi perkembangan intelligensi. Di sini dapat

dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti

dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan,

misalnya pengaruh alam sekitarnya.

4) Faktor Kematangan

Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan

(34)

psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau

berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan

fungsinya masing-masing.

5) Faktor Kebebasan

Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu

dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping

kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah

yang sesuai dengan kebutuhannya.

c. Indikator Kecerdasan Intelektual

Menurut Wiramiharja (dalam Fabiola, 2005:17)

mengemukakan indikator-indikator dari kecerdasan intelektual.

Penelitiannya tentang kecerdasan ialah menyangkut upaya untuk

mengetahui keeratan besarnya kecerdasan dan kemauan terhadap

prestasi belajar. Ia meneliti kecerdasan dengan menggunakan alat tes

kecerdasan dengan menggunakan alat tes kecerdasan yang diambil

dari tes intelligensi yang dikembangkan oleh Peter Lauster,

sedangkan pengukurannya sedangkan pengukuran besarnya kemauan

dengan menggunakan alat tes Pauli dari Richard Pauli, khusus

menyangkut besarnya penjumlahan. Ia menyebutkan tiga indikator

kecerdasan intelektual yang menyangkut tiga domain kognitif.

Ketiga indikator tersebut adalah:

1) Kemampuan figur yaitu merupakan pemahaman dan nalar

(35)

2) Kemampuan Verbal yaitu merupakan pemahaman dan nalar

dibidang bahasa.

3) Pemahaman dan nalar dibidang numeric atau yang berkaitan

dengan angka biasa disebut dengan kemampuan numerik.

Penelitian yang dilakukan oleh Wiramihardja ini menunjukkan

hasil korelasi positif yang signifikan untuk semua hasil tes dari

indikator kecerdasan terhadap prestasi kerja dan variabel kemauaan,

baik itu kecerdasan figural, kecerdasan verbal, maupun kecerdasan

numerik. Istilah kecerdasan intelektual lebih dikhususkan pada

kemampuan kognitif. Behling (dalam Fabiola, 2005:17)

mendefinisikan kemampuan kognisi yang diartikan sama dengan

kecerdasan intelektual, yaitu kemampuan yang didalamnya

mencakup belajar dan pemecahan masalah, menggunakan kata-kata

dan simbol.

Menurut Moustafa (dalam Fabiola, 2005:18) pengukuran

kecerdasan intelektual tidak dapat diukur hanya dengan satu

pengukuran tunggal. Para peneliti menemukan bahwa tes untuk

mengukur kemampuan kognitif tersebut, yang utama adalah dengan

menggunakan tiga pengukuran yaitu kemampuan verbal,

kemampuan matematika, dan kemampuan ruang. Pengukuran lain

yang termasuk penting seperti kemampuan mekanik, motorik dan

(36)

dengan menggunakan alat ukur yang lain. Hal ini berlaku pula dalam

pengukuran motivasi, emosi dan sikap.

d. Bakat dan Intelligensi

Menurut Dewa (1990:108) intelligensi dan bakat mempunyai

sifat yang hampir mirip, sama-sama dapat dipelajari dan dilatih, tapi

intelligensi itu sifatnya lebih umum. Intelligensi merupakan

kemampuan umum pada diri seseorang, sedangkan bakat adalah

kemampuan khusus dalam bidang tertentu atau pekerjaan tertentu.

Dengan demikian, kemampuan umum dan kemampuan khusus itu

sangat berkaitan erat satu sama lainya dan saling isi mengisi.

Intelligensi dapat dianggap sebagai fungsi dasar. Dapat pula

dikatakan intelligensi itu merupakan kemampuan mental, sedangkan

bakat cenderung merupakan kemampuan fisik atau kemampuan

mental yang sudah dipengaruhi oleh pengalaman sehari-hari dari

lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat setempat maupun

lingkungan yang lebih luas lagi.

Tes Potensi Akademik dan Psikotes merupakan tes yang

bertujuan untuk mengetahui bakat dan kemampuan seseorang di

bidang keilmuan (akademis) secara kognitif dan verbal. Tes ini juga

identik dengan kecerdasan seseorang. Tes Potensi Akademik ini juga

identik dengan tes GRE (Graduate Record Examination) yang sudah

menjadi standar internasional

(37)

3. Kecerdasan Emosional

a. Pengertian kecerdasan emosional

Menurut Goleman (dalam Amalia, 2004:5) kecerdasan

emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan

emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with

intelligence) menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the

appropriateness of emotion and its expression) melalui

keterampilan, kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati

dan keterampilan sosial.

Menurut Salovey (dalam Goleman, 2003:512-514)

mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan memantau

dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta

menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memadu pikiran dan

tindakan. Ada lima dasar kecakapan emosi dan sosial yaitu:

1) Kesadaran diri: mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu

saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan

keputusan diri sendiri memiliki tolak ukur yang realistis atas

kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

2) Pengaturan diri: menangani emosi kita sedemikian sehingga

berdampak positif kepada pelaksanaan tugas peka terhadap kata

hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu

(38)

3) Motivasi: menggunakan hasrat yang paling dalam untuk

menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, inisiatif, bertindak

sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan

frustasi.

4) Empati: merasakan yang dirasakan oleh orang lain,

menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri

dengan bermacam-macam orang.

5) Keterampilan sosial: menangani emosi dengan baik ketika

berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca

situasi dan jaringan sosial berinteraksi dengan lancar

menggunakan keterampilan-keterampilan untuk mempengaruhi

dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan

untuk bekerja sama dalam tim.

Menurut Shapiro (dalam Amalia, 2004:25) keterampilan EQ

bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun

keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan

konseptual maupun di dunia nyata. Sedangkan menurut Salovey

(dalam Amalia, 2004:27) kecerdasan emosional adalah kemampuan

seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi

diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan

untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan

(39)

mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi

orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan

(kerjasama) dengan orang lain.

b. Faktor Kecerdasan Emosional

Goleman (dalam Amalia, 2004:28) menempatkan kecerdasan

pribadi dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang

dicetuskannya dan memperluas kemapuan tersebut menjadi lima

kemampuan utama, yaitu:

1) Mengenali Emosi Diri

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan

untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.

Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para

ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood,

yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.

2) Mengelola Emosi

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam

menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau

selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu.

Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau

lama akan mengoyak kestabilan kita Goleman (dalam Amalia,

(40)

3) Memotivasi Diri Sendiri

Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam

diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri

terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta

mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antu sianisme,

gairah, optimis dan keyakinan diri.

4) Mengenali Emosi Orang Lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga

empati. Menurut Goleman (dalam Amalia, 2004:29) kemampuan

seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan

kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki

kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial

yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan

orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang

orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu

untuk mendengarkan orang lain.

5) Membina Hubungan

Menurut Goleman (dalam Amalia, 2004:30) keterampilan

dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam

keberhasilan membina hubungan. Orang-orang yang hebat dalam

keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang

apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu

(41)

c. Komponen Kecerdasan Emosional

Menurut Goleman (dalam Amalia, 2004:31) terdapat lima

dimensi atau komponen kecerdasan emosional (EQ) yaitu:

1) Pengenalan diri (self awareness)

2) Pengendalian diri (self regulation)

3) Motivasi (motivation)

4) Empati (empathy)

5) Keterampilan social (Social skills).

4. Kecerdasan Spiritual

a. Pengertian Kecerdasan Spiritual

Menurut Zohar (2001:135) kecerdasan spiritual yang di singkat

SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan

persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan

perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,

kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang

lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan spiritual

adalah landasan yang diperlakuan untuk memfungsikan kecerdasan

intelektual dan kecerdasan emosional secara efektif.

Kecerdasan spiritual memberi rasa moral, kemampuan

menyesuaikan aturan yang berlaku, dibarengi dengan pemahaman

dan cinta serta kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan

(42)

spiritual untuk bergulat dengan ihwal baik dan jahat, serta untuk

membayangkan kemungkinan yang belum terwujud untuk bermimpi.

Kesimpulannya bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan

yang berasal dari dalam hati, menjadi kreatif ketika dihadapkan pada

masalah pribadi, dan mencoba melihat makna yang terkandung di

dalamnya, serta menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh

ketenangan dan kedamaian hati. Menurut Zohar (2000:14)

Tanda-tanda dari SQ yang telah berkembang dengan baik mencakup hal-hal

berikut:

1) Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif).

2) Tingkat kesadaran diri yang tinggi.

3) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.

4) Kemampuan untuk menghadapi dan melampau rasa sakit.

5) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.

6) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.

7) Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal

(berpandangan “holistic”).

8) Kecenderungan nyata untuk bertanya “Mengapa?” atau

“Bagaimana jika?” untuk mencari jawaban-jawaban yang

mendasar.

9) Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai “bidang

mandiri” yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan

(43)

Seseorang yang tinggi SQ-nya cenderung menjadi seorang

pemimpin yang penuh pengabdian yaitu seseorang yang bertanggung

jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi kepada

orang lain. Menurut Zohar (2001:135) ada tiga sebab yang membuat

seseorang dapat terhambat secara spiritual:

1) Tidak mengembangkan beberapa bagian dari dirinya sendiri sama

sekali.

2) Telah mengembangkan beberapa bagian, namun tidak

proporsional, atau dengan cara yang negatif atau destruktif.

3) Bertentangan atau buruknya hubungan antara bagian-bagian

Menurut Zohar (2001:136) berpendapat bahwa SQ tidak mesti

berhubungan dengan agama. Agama formal hanya seperangkat

aturan dan kepercayaan yang dibebankan secara eksternal.

Sedangkan SQ adalah kemampuan internal bawaan otak dan jiwa

manusia, yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta sendiri.

SQ tidak bergantung pada budaya maupun nilai, tetapi menciptakan

kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri. SQ membuat

agama menjadi mungkin (bahkan mungkin perlu) tetapi SQ tidak

bergantung pada agama.

b. Faktor-Faktor Kecerdasan Spiritual

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual

menurut Tn Agustian. (2009). adalah inner value (nilai-nilai spiritual

(44)

transparency (keterbukaan), responsibilities (tanggung jawab),

accountabilities (kepercayaan), fairness (keadilan) dan social

wareness (kepedulian sosial). Faktor kedua drive yaitu dorongan dan

usaha untuk mencapai kebenaran dan kebahagian.

Tn Zohar. (2009). Mengungkapkan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kecerdasan spiritual yaitu:

1) Sel saraf otak

Otak menjadi jembatan antara kehidupan bathin dan

lahiriah. Ia mampu menjalankan semua ini karena bersifat

kompleks, luwes, adaptif dan mampu mengorganisasikan diri.

2) Titik Tuhan (God Spot)

Menurut penelitian Rama (dalam Tn Zohar, 2009)

menemukan adanya bagian dalam otak, yaitu lobus temporal yang

meningkat ketika pengalaman religious atau spiritual

berlangsung. Dia menyebutkan sebagai titik Tuhan atau God

Spot. Titik Tuhan memainkan peran biologis yang menentukan

dalam pengalaman spiritual. Namun demikian, titik Tuhan bukan

merupakan syarat mutlak dalam kecerdasan spiritual. Perlu

adanya integrasi antara seluruh bagian otak. Seluruh aspek dari

(45)

c. Aspek-aspek dalam Kecerdasan Spiritual

Tn Sinetar. (2001). Menuliskan beberapa aspek dalam

kecerdasan spiritual yaitu:

1) Kemampuan seni untuk memilih, kemampuan untuk memilih dan

menata hingga ke bagian-bagian terkecil ekspresi hidupnya

berdasarkan suatu visi batin yang tetap dan kuat yang

memungkinkan hidup mengorganisasikan bakat.

2) Kemampuam seni untuk melindungi diri. Individu mempelajari

keadaan dirinya, baik bakat maupun keterbatasannya untuk

menciptakan dan menata pilihan terbaiknya.

3) Kedewasaan yang diperlihatkan. Kedewasaan berarti tidak

menyembunyikan kekuatan-kekuatan, ketakuan dan sebagian

konsekuensinya memilih untuk menghindari kemampuan terbaik.

4) Kemampuan mengikuti cinta. Memilih antara harapan-harapan

orang lain di mata kita penting atau kita cintai.

5) Disiplin-disiplin pengorbanan diri. Mau berkorban untuk orang

lain, pemaaf tidak prasangka mudah untuk memberi kepada orang

(46)

B. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Kecerdasan Intelektual terhadap Prestasi Belajar Siswa

dalam Mata Pelajaran ekonomi.

Menurut Binet (dalam Amalia, 2004:15) hakikat intelligensi

adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu

tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan

dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.

Menurut Josep (dalam Fabiola, 2005:15) kecerdasan dalam arti

umum adalah suatu kemampuan umum yang membedakan kualitas

orang yang satu dengan yang lain. Kecerdasan intelektual lazim disebut

dengan intelligensi.

Di tengah semakin ketatnya persaingan di dunia pendidikan,

merupakan hal yang wajar apabila para siswa sering khawatir akan

mengalami kegagalan atau ketidak keberhasilan dalam meraih prestasi

belajar atau bahkan takut tinggal kelas. Menurut Amalia (2004:2)

banyak orang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi

dalam belajar, seseorang harus memiliki intelligence Quotient (IQ)

yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan

memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan

prestasi belajar yang optimal. Kenyataannya, dalam proses belajar

mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih

prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada

(47)

memperoleh prestasi belajar yang relative rendah, namun ada siswa

yang walaupun kemampuan inteligensinya relativ rendah, dapat meraih

prestasi belajar yang relativ tinggi .

Prestasi belajar merupakan hasil usaha kegiatan belajar yang

dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang

dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh siswa dalam periode

tertentu. Prestasi belajar akan optimal apabila guru memahami berbagai

macam kebiasaan belajar yang dilakukan para siswa dan tingkat

kecerdasan intelektual (IQ) yang dimiliki oleh siswa sebab antara siswa

yang satu dengan siswa yang lainnya berbeda.

2. Hubungan Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Siswa

dalam Mata Pelajaran ekonomi.

Banyak usaha yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih

prestasi belajar agar menjadi yang terbaik seperti mengikuti bimbingan

belajar. Usaha semacam itu jelas positif, namun masih ada faktor lain

yang tidak kalah pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain

kecerdasan ataupun kecakapan intelektual, faktor tersebut adalah

kecerdasan emosional. Karena kecerdasan intelektual saja tidak

memberikan persiapan bagi individu untuk menghadapi gejolak,

kesempatan ataupun kesulitan-kesulitan dan kehidupan. Dengan

kecerdasan emosional, individu mampu mengetahui dan menanggapi

perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan

(48)

dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti

kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki

motivasi untuk berprestasi. Sedangkan individu yang tidak dapat

menahan kendali atas kehidupan emosionalnya akan mengalami

pertarungan batin yang merusak kemampuannya untuk memusatkan

perhatian pada tugas-tugasnya dan memiliki pikiran yang jernih.

Menurut Goleman (dalam Amalia, 2004:33) keterampilan dasar

emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi membutuhkan

proses dalam mempelajarinya dan lingkungan yang membentuk

kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya. Hal positif akan

diperoleh bila anak diajarkan keterampilan dasar kecerdasan emosional,

secara emosional akan lebih cerdas, penuh pengertian, mudah menerima

perasaan-perasaan dan lebih banyak pengalaman dalam memecahkan

permasalahannya sendiri, sehingga pada saat remaja akan lebih banyak

sukses disekolah dan dalam berhubungan dengan rekan-rekan sebaya

serta akan terlindung dari resiko-resiko seperti obat-obat terlarang,

kenakalan, kekerasan serta seks yang tidak aman.

3. Hubungan Kecerdasan Spiritual terhadap Prestasi Belajar Siswa

dalam Mata Pelajaran ekonomi.

Para peserta didik harus memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi

agar dia dapat benar-benar menjadi pintar. Kecerdasan spiritual juga

dibutuhkan dalam mencapai prestasi, karena menurut Zohar (2001:135)

(49)

memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk

menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih

luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan

hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlakuan untuk

memfungsikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional secara

efektif. Bukan, kecerdasan spiritual yang merupakan kecerdasan

tertinggi kita. Namun, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual

merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar

siswa setelah kecerdasan intelektual. Apabila ketiga kecerdasan tersebut

dapat berfungsi secara efektif maka dia akan menampilkan hasil

Prestasi yang menonjol.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir, maka peneliti dapat mengajukan hipotesis

sebagai berikut:

1. Ada hubungan kecerdasan intelektual terhadap prestasi belajar siswa

dalam mata pelajaran ekonomi kelas X.

2. Ada hubungan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa

dalam mata pelajaran ekonomi kelas X.

3. Ada hubungan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa

(50)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi kasus, yaitu penelitian

tentang subjek tertentu dimana subjek tersebut terbatas, maka kesimpulan

yang diperoleh hanya berlaku pada subjek yang diteliti. Dalam hal ini,

penelitian dilakukan di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, sehingga

kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku di SMA tersebut.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian di lakukan di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang terletak di

Jalan Dr. Sutomo No. 16.

2. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA Stella Duce 2

Yogyakarta.

2. Objek penelitian ini adalah hubungan kecerdasan Intelektual,

kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar

(51)

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto (2002:108) populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa SMA

Stella Duce 2 Yogyakarta yang berjumlah 399 siswa.

2. Sampel

Menurut Sudjana (2002:6) sampel adalah sebagian yang diambil

dari populasi dengan cara-cara tertentu. Sampel dalam penelitian ini

adalah siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang berjumlah

135 siswa. Rinciannya sebagai berikut: kelas X A sebanyak 33 siswa,

kelas X B sebanyak 35 siswa, kelas X C sebanyak 31 siswa, kelas X D

sebanyak 36 siswa.

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel ini adalah purposive sampling yaitu

pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel yang

diteliti seluruh siswa kelas X di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dengan

pertimbangan siswa tersebut telah mengikuti mata pelajaran ekonomi

yang diajarkan di bangku kelas X dan siswa tersebut telah mengikuti tes

(52)

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariasi yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini ada 3

variabel bebas (independent variable), yang meliputi pengaruh

kecerdasan emosional (X 1), pengaruh kecerdasan intelektual (X 2),

pengaruh kecerdasan spiritual (X 3). Variabel terikat (dependent

variable) adalah prestasi belajar ekonomi.

2. Pengukuran Variabel bebas (Independent Variable)

a. Kecerdasan emosional.

Pengukuran variabel pengaruh kecerdasan emosional

menggunakan skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok

orang tentang fenomena sosial. Skala pengukuran untuk setiap item

pernyataan dinyatakan dalam lima skala pendapat sebagai berikut:

1) Sangat Setuju (SS)

2) Setuju (S)

3) Ragu-ragu (RR)

4) Tidak Setuju (TS)

(53)
[image:53.612.67.537.102.630.2]

Tabel 3.1.

Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel Kecerdasan Emosional

No

Faktor kecerdasan

emosional

Indikator Pernyataan Positif Pernyataan Negatif 1 Mengenali emosi Mengenali dan memahami penyebab timbulnya emosi 1,2,6 2 Mengelola Emosi Engendalikan dan mengekspresikan emosi dengan tepat 3,4,5 3 Memotivasi diri sendiri Optimis dan dorongan meraih prestasi

7,8 15

4 Mengenali emosi orang lain

Peka terhadap perasaan orang lain dan mau mendengarkan masalah orang lain 9,10,11 5 Membina hubungan Dapat menjalin kerja sama dan berkomunikasi.

12,13,14

Jumlah 14 1

b. Kecerdasan spiritual.

Pengukuran variabel pengaruh kecerdasan spiritual dengan

menggunakan skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok

orang tentang fenomena sosial. Skala pengukuran untuk setiap item

(54)

1) Sangat Setuju (SS)

2) Setuju (S)

3) Ragu-ragu (RR)

4) Tidak Setuju (TS)

[image:54.612.72.536.104.633.2]

5) Sangat Tidak Setuju (STS)

Tabel 3.2.

Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel Kecerdasan Spiritual

No Faktor kecerdasan

spiritual

Indikator Pernyataan Positif

Pernyataan Negatif

1 Keterbukaan Keterbukaan

siswa terhadap orang

disekitarnya

1,2,3

2 Tanggung

jawab

Tanggung jawab siswa akan tugasnya dan pada diri sendiri

4,5,6

3 kepercayaan Kepercayaan

siswa terhadap kenyakinan dan kemampuannya

7,8,9

4 Keadilan Memiliki sikap

adil dalam diri 13,14,15

5 Kepedulian

sosial

Memiliki kepedulian sosial

10,11,12

(55)
[image:55.612.68.537.149.624.2]

c. Kecerdasan Intelektual

Tabel 3.3.

Operasionalisasi Kecerdasan Intelektual

Kecerdasan Intelektual Skor

10 11

9.00 – 9.99 10

8.00 – 8.99 9

7.00 – 7.99 8

6.50 – 6.99 7

6.00 – 6.49 6

5.50 – 5.99 5

5.00 – 5.49 4

4.00 – 4.99 3

3.00 – 3.99 2

1.00 – 2.99 1

Sumber: Pusat Pelayanan Tes dan Konsultasi Psikologi Universitas Sanata Dharma

d. Pengukuran Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar

siswa. Pengukuran prestasi belajar menggunakan nilai raport

semester ganjil tahun ajaran 2010-2011.

Prestasi belajar siswa dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu

tinggi dan rendah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menunjukkan skor yang dicapai responden dari nilai raport.

2) Skor yang dicapai responden selanjutnya digolongkan dalam

kategori tinggi dan rendah berdasarkan acuan kurve normal dan

(56)
[image:56.612.69.534.102.635.2]

Tabel 3.4.

Pengukuran Variabel Prestasi Belajar

Kategori Syarat Pengukuran Skor

Tinggi Lebih dari mean 1

Rendah Kurang / sama dengan

mean

2

Mean dicari dengan rumus sebagai berikut (Hadi, 1998:41):

Mean = N

fx

Keterangan:

fx = total Skor

N = jumlah Sampel

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Soemardjan (Zulganef, 2008:166) mengungkapkan pengertian

kuesioner sebagai daftar pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara

tertulis. Kuesioner digunakan untuk mengungkap variabel bebas yaitu

kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

Kuesioner disusun berdasarkan skala Likert, yang dinyatakan

dengan ungkapan sebagai berikut:

(57)
[image:57.612.68.536.108.640.2]

Tabel 3.5.

Skor Pernyataan Kecerdasan Emosional

No Keterangan Skor Pernyataan Positif

Skor Pernyataan Negatif

1 Sangat Setuju 5 1

2 Setuju 4 2

3 Ragu-ragu 3 3

4 Tidak Setuju 2 4

5 Sangat Tidak Setuju 1 5

b. Alternatif jawaban atas pertanyaan kecerdasan spiritual.

Tabel 3.6.

Skor Pernyataan Kecerdasan Spiritual

No keterangan Skor Pernyataan Positif

Skor Pernyataan Negatif

1 Sangat Setuju 5 1

2 Setuju 4 2

3 Ragu-ragu 3 3

4 Tidak Setuju 2 4

5 Sangat Tidak Setuju 1 5

2. Dokumentasi.

Dokumentasi merupakan data yang berdasarkan catatan suatu

subjek yang dilakukan individu atau lembaga-lembaga (Suharsimi,

2006:158). Metode ini dilakukan untuk melengkapi data-data yang telah

dikumpulkan oleh peneliti.

Peneliti menyelidiki hasil nilai raport siswa dan hasil tes IQ potensi

akademik yang telah dilakukan di sekolah tersebut untuk melengkapi

data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Dokumentasi

digunakan untuk mengukur variabel terikat yaitu data mengenai prestasi

(58)

dan variabel bebas yaitu data mengenai tes IQ potensi akademik untuk

siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

G. Uji Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui apakah alat atau instrumen yang digunakan itu

benar-benar dapat dijadikan alat ukur terutama instrumen kuesioner, maka

perlu diadakan pengujian validitas dan reliabilitas.

1. Pengujian Kesahihan (Validitas) Kuesioner

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang

valid/sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang

kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Pengujian validitas

kuesioner dapat dilakukan dengan perhitungan korelasi Product

Moment (Suharsimi, 2006:168).

r =

(

) (

)

(

)

(

)

∑ ∑

− − − 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n Keterangan :

r = koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y

Y = skor total dari seluruh item

X = skor total dari setiap item

n = jumlah responden

(59)

Besarnya r dapat diperhitungkan dengan menggunakan korelasi

dengan taraf signifikansi 5%. Apabila hasil pengukuran menunjukkan r

hitung > r tabel maka item tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya jika r

hitung < r tabel item tersebut dinyatakan tidak valid.

Pengujian item instrument dilakukan di SMA Bopkri 2

Yogyakarta, dengan jumlah responden sebanyak 40 responden. Berikut

ini merupakan rangkuman dari hasil uji validitas terhadap variabel

kecerdasan emosional dan variabel kecerdasan spiritual yang dilakukan

[image:59.612.69.533.144.629.2]

sebelum penelitian.

Tabel 3.7.

Hasil Uji Validitas Item Kecerdasan Emosional

No item soal rhitung rtabel Keterangan

Item 1 0.441 0,312 Valid

Item 2 0.453 0,312 Valid

Item 3 0.224 0,312 Tidak valid

Item 4 0.623 0,312 Valid

Item 5 0.514 0,312 Valid

Item 6 0.484 0,312 Valid

Item 7 0.482 0,312 Valid

Item 8 0.054 0,312 Tidak valid

Item 9 0.556 0,312 Valid

Item 10 0.416 0,312 Valid

Item 11 0.504 0,312 Valid

Item 12 0.635 0,312 Valid

Item 13 0.187 0,312 Tidak valid

Item 14 0.458 0,312 Valid

(60)
[image:60.612.71.537.128.634.2]

Tabel 3.8.

Hasil Uji Validitas Item Kecerdasan Spiritual

No item soal rhitung rtabel Keterangan

Item 1 0.415 0,312 Valid

Item 2 0.458 0,312 Valid

Item 3 0.348 0,312 Valid

Item 4 0.378 0,312 Valid

Item 5 0.346 0,312 Valid

Item 6 0.497 0,312 Valid

Item 7 0.276 0,312 Tidak valid

Item 8 0.226 0,312 Tidak valid

Item 9 0.377 0,312 Valid

Item 10 0.386 0,312 Valid

Item 11 0.107 0,312 Tidak valid

Item 12 0.389 0,312 Valid

Item 13 0.417 0,312 Valid

Item 14 0.214 0,312 Tidak valid

Item 15 0.400 0,312 Valid

Dari tabel di atas terlihat bahwa hasil uji validitas ada 7 item

pertanyaan yang tidak valid dan 23 item pertanyaan dinyatakan valid.

Pengambilan kesimpulan ini dengan membandingkan antara rhitung

dengan rtabel. Jumlah data (n) sebanyak 40 responden dan α = 5%

diperoleh rtabel sebesar 0,312. Berdasarkan hasil perhitungan rhitung

lebih besar daripada rtabel sehingga dapat disimpulkan bahwa 23 item

pertanyaan mengenai kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual

adalah valid.

2. Pengujian Reliabilitas Kuesioner

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat

(61)

2002: 236). Koefisien reliabilitas dicari dengan menggunakan rumus

Alpha, sebagai berikut:

11

r =

⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛

2

2 1 1 t b k k σ σ Keterangan: 11

r = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pertanyaan

2

t

σ = varian total

2

b

σ = jumlah varian butir

Menurut Nunally, instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila

nilai koefisien Alpha Cronbach > 0,6. Sebaliknya apabila hasil nilai

koefisien Alpha Cronbach < 0,6 maka penelitian tersebut dikatakan

belum reliabel (Imam Ghozali, 2007: 42).

[image:61.612.70.535.152.614.2]

Dari pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.9. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel rhitung Kriteria Reliabilitas Status

Kecerdasan emosional 0,814 0,6 Reliabel

Kecerdasan spiritual 0,746 0,6 Reliabel

Berdasarkan hasil uji reliabilitas, menunjukkan bahwa instrumen

atau kuesioner untuk mengukur variabel kecerdasan emosional dan

kecerdasan spiritual diperoleh hasil koefisien Alpha Cronbach sebesar

0,814, 0,746 yang lebih besar dari 0,6 sehingga dapat disimpulkan

(62)

H. Pengujian Hipotesis Penelitian

1. Rumusan Hipotesis

a. Hipotesi I

Ho: Tidak ada hubungan kecerdasan intelektual terhadap prestasi

belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X

Ha: Ada hubungan kecerdasan intelaktual terhadap prestasi belajar

siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X

b. Hipotesis II

Ho: Tidak ada hubungan kecerdasan emosional terhadap prestasi

belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X

Ha: Ada hubungan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X

c. Hipotesis III

Ho: Tidak ada hubungan kecerdasan spiritual terhadap prestasi

belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X

Ha: Ada hubungan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar

siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X

2. Pengujian Hipotesis

Hipotesis ke 1,2 dan 3, diuji dengan menggunakan teknik analisis

Chi-kuadrat. Langkah-langkahnya:

a. Menghitung nilai Chi-kuadrat, dengan rumus sebagai berikut:

=

(63)

: Chi-kuadrat

fo : Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data

fh : Frekuensi yang diharapkan

untuk menghitung , terlebih dahulu harus diketahui fo dan fh

dengan menggunakan tabel berikut ini:

Tabel 3.10. Kontingensi Kriteria Kecerdasan Intelektual Jumlah Lebih dari Cukup Cukup

Plus Cukup Ragu-ragu

Tidak

Cukup Rendah

Amat Rendah Amat Sangat Rendah Tinggi Rendah Jumlah

Untuk memperoleh fh menggunakan rumus:

Fh =

b. Menentukan statistik uji dengan derajat kebebasan df = (Baris -1)

(Kolom-1) maka dengan baris sebanyak 2 dan kolom sebanyak 2,

derajat kebebasan (2-1)(2-1) = 1. Ini berarti hanya perlu menghitung

satu sel saja, dan sel-sel yang lain akan terisi sendirinya.

c. Berdasarkan tabel fo dan fh yang ada dapat dihitung dengan taraf

signifikan 5% serta df = 1, maka didapat kesimpulan sebagai berikut:

1) Apabila hitung < tabel, maka Ho diterima

2) Apabila hitung > tabel, maka Ho ditolak

Untuk mempermudah analisis data dipergunakan tabel sebagai

Gambar

Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
Tabel 3.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

menjelaskan hubungan tahap implementasi dengan tahapan proses keperawatan

Perihal:Penunjukan Penyedia Barang / Jasa untuk Pelaksanaan Paket Pekerjaan Pembangunan jembatan Box Cuivert Sabuhur Panyipatan. Dengan ini kami beritahukan bahwa

Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Tingkat berpikir subyek FD adalah: (a) SDA berada pada tingkat berpikir visualisasi (tingkat 0) dengan indikator

Pengertian kurikulum tersebut menunjukkan bahwa kurikulum yang dimaksud di atas adalah kurikulum sekolah formal Kurikulum formal meliputi tujuan pembelajaran, bahan

Penelitian juga dapat dilakukan terkait dengan prestasi para siswa Indonesia dalam asesmen-. asesmen internasional seperti TIMSS dan PISA, baik dari segi proses

Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra.. Predikat-objek dalam Bahasa Indonesia: Keselarasan

Pengembangan Program Perkuliahan Metodologi Penelitian Berbasis Experiential Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Riset Kependidikan Sains Mahasiswa Calon Guru

CYNTHYA LESTARI RUMAHORBO : Structure and Composition Variety In Agroforestry Systems Based On Kemenyan In Forest Area Batangtoru West Block Adiankoting District of North