• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada pembelajaran ekonomi untuk meningkatkan prestasi belajar dan partisipasi siswa kelas ke X-A SMA N 1 Godean.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada pembelajaran ekonomi untuk meningkatkan prestasi belajar dan partisipasi siswa kelas ke X-A SMA N 1 Godean."

Copied!
291
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN PARTISIPASI

SISWA KELAS X-A SMA N 1 GODEAN Ninda Tanove

Universitas Sanata Dharma 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan prestasi belajar dan partisipasi siswa pada mata pelajaran ekonomi.

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XA, SMA N 1 Godean.Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi guru dalam proses pembelajaran, lembar observasi kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, lembar observasi partisipasi, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Ditinjau dari aspek prestasi belajar siswa, hasil penelitian menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-A. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut tampak dari nilai yang dicapai oleh siswa pada waktu pre test dan post test. Rata-rata peningkatan nilai kelas pada siklus I adalah 2,1 atau 36,8%. Pada saat pre test rata-rata skor siswa dalam kelas mencapai 3,6 sedangkan rata-rata skor siswa setelah post test naik menjadi 5,7. Peningkatan nilai siswa ini belum mencapai target yang ditentukan. Karena pada awal penelitian, telah ditetapkan target nilai 7(sesuai KKM). Pada siklus II, rata-rata peningkatan nilai kelas pada siklus I adalah 0,69 atau 7,73%. Pada saat pre test rata-rata skor siswa dalam kelas mencapai 8,24 sedangkan rata-rata skor siswa setelah post test naik menjadi 8,93. Peningkatan nilai siswa ini telah melampaui target yang ditentukan.

(2)

ix

(3)

x ABSTRACT

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TYPE IN ECONOMICS

SUBJECT TO INCREASE STUDENTS’S ACHIEVEMENT AND PARTICIPATION OF XA CLASS STUDENTS OF GODEAN 1 SENIOR

HIGH SCHOOL Ninda Tanove Sanata Dharma University

2013

The reasearch aims to know how the implementation of cooperative learning of TGT type in order to increase student’s achievement and participation on Economic lesson.

This research was conducted on first grade of Godean 1 Senior High School Yogyakarta. This research is a class action research which was conducted based on 2 cycles in which each cycle consists of four steps: planning, realization, observation, and reflection. The data was collected using the observation instrument teacher’s activity, student’s activity sheets observation, classroom’s activities sheet observation, theacher’s sheet observation in the learning process, classroom’s sheet observation, sheets observation in the group learning activities, sheet observation participation and reflection instruments. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

Based on student’s achievement, the results of studies suggest that the application of cooperative learning model TGT type able to improve student learning outcomes XA classes. Improved student learning outcomes is evident from scores achieved by students at pre-test and post test. The average increase in the value of the class in the first cycle was 2.1 or 36.8%. At the pre-test mean score of students in the class reached 3.6 while the average post-test scores of students after rising to 5.7. The increase in the value of the student has not achieved the target set. Since the beginning of the study, has been set a target value of 7 (according KKM). In the second cycle, the average increase in the value of the class in the first cycle was 0.69 or 7.73%. At the pre-test mean score of students in the class reaches 8.24 while the average post-test scores of students after rising to 8.93. The increase in the value of the student has exceeded the target set.

(4)

xi

(5)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TEAMS GAMES TOURNAMENT(TGT)

PADA

PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR DAN PARTISIPASI SISWA KELAS X-A

SMA N 1 GODEAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

NINDA TANOVE NIM : 081334062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(6)
(7)
(8)

iv

PERSEMBAHAN

Kupers emb a hk a n k a ry a ini unt uk :

Alla h SWT, y a ng t a k hent iny a memb erik a n a nugera h d a n s ela lu

menga s ihik u leb ih d a ri y a ng a k u t a hu.

Ba pa k Da rwis Sugeng d a n Ib u Sus a nt i, k ed ua ora ngt ua k u y a ng

t ela h mengorb a nk a n b a ny a k ha l unt uk k u, perha t ia n, k as ih s a y a ng,

s ert a d uk unga n y a ng sa nga t b era rt i unt uk k u.

Kris t a nt y o Wa hy u Nugroho, y a ng t ela h memb erik a n sema nga t ,

perha t ia n, d a n sela lu s a b a r mela lui ha ri- hari b ers a ma k u d a la m

s et ia p k ea d a a n, t erima k a sih.

Sa ha b a t - sa ha b a t k u d a n t ema n- t ema nk u, t erima k a sih a t as

k eb ers a maa n, pers a ud a ra a n, penga la ma n, d a n d uk unga n y a ng

k a lia n b erik a n.

(9)

v

M OT TO

D r ea m , B el i eve, a n d M a k e It H a p p en

(A gn esM o)

D o a l l t h e good s y ou ca n , A l l t h e b est y ou ca n , In a l l

t i m es y ou ca n , In a l l p l a ces y ou ca n , For a l l t h e

cr ea t u r es y ou ca n .

(10)
(11)
(12)

viii ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN PARTISIPASI

SISWA KELAS X-A SMA N 1 GODEAN Ninda Tanove

Universitas Sanata Dharma 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan prestasi belajar dan partisipasi siswa pada mata pelajaran ekonomi.

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XA, SMA N 1 Godean.Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi guru dalam proses pembelajaran, lembar observasi kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, lembar observasi partisipasi, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Ditinjau dari aspek prestasi belajar siswa, hasil penelitian menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-A. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut tampak dari nilai yang dicapai oleh siswa pada waktu pre test dan post test. Rata-rata peningkatan nilai kelas pada siklus I adalah 2,1 atau 36,8%. Pada saat pre test rata-rata skor siswa dalam kelas mencapai 3,6 sedangkan rata-rata skor siswa setelah post test naik menjadi 5,7. Peningkatan nilai siswa ini belum mencapai target yang ditentukan. Karena pada awal penelitian, telah ditetapkan target nilai 7(sesuai KKM). Pada siklus II, rata-rata peningkatan nilai kelas pada siklus I adalah 0,69 atau 7,73%. Pada saat pre test rata-rata skor siswa dalam kelas mencapai 8,24 sedangkan rata-rata skor siswa setelah post test naik menjadi 8,93. Peningkatan nilai siswa ini telah melampaui target yang ditentukan.

(13)

ix

(14)

x ABSTRACT

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TYPE IN ECONOMICS

SUBJECT TO INCREASE STUDENTS’S ACHIEVEMENT AND PARTICIPATION OF XA CLASS STUDENTS OF GODEAN 1 SENIOR

HIGH SCHOOL Ninda Tanove Sanata Dharma University

2013

The reasearch aims to know how the implementation of cooperative learning of TGT type in order to increase student’s achievement and participation on Economic lesson.

This research was conducted on first grade of Godean 1 Senior High School Yogyakarta. This research is a class action research which was conducted based on 2 cycles in which each cycle consists of four steps: planning, realization, observation, and reflection. The data was collected using the observation instrument teacher’s activity, student’s activity sheets observation, classroom’s activities sheet observation, theacher’s sheet observation in the learning process, classroom’s sheet observation, sheets observation in the group learning activities, sheet observation participation and reflection instruments. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

Based on student’s achievement, the results of studies suggest that the application of cooperative learning model TGT type able to improve student learning outcomes XA classes. Improved student learning outcomes is evident from scores achieved by students at pre-test and post test. The average increase in the value of the class in the first cycle was 2.1 or 36.8%. At the pre-test mean score of students in the class reached 3.6 while the average post-test scores of students after rising to 5.7. The increase in the value of the student has not achieved the target set. Since the beginning of the study, has been set a target value of 7 (according KKM). In the second cycle, the average increase in the value of the class in the first cycle was 0.69 or 7.73%. At the pre-test mean score of students in the class reaches 8.24 while the average post-test scores of students after rising to 8.93. The increase in the value of the student has exceeded the target set.

(15)

xi

(16)

xii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games

Tournament (TGT) Pada Pembelajaran Ekonomi Untuk Meningkatkan Prestasi

Belajar dan Partisipasi Siswa Kelas X-A SMA N 1 Godean.”

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,

oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.si.selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

4. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum,S.Pd.,M.Pd. selaku Dosen Pembimbing

yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan,

memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Tri Ismiyati, S.Pd. selaku guru mata pelajaran Ekonomi SMA N 1 Godean

yang berkenan menjadi mitra penulis dalam membantu penelitian tindakan

(17)

xiii

6. Bapak A. Joko Wicoyo, S.Pd., M.S yang telah memberikan bimbingan dalam

abstract skripsi ini.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi serta para

staf karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan

pengetahuan dalam proses perkuliahan dan pelayanan selama penulis belajar di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

8. Mbak Theresia Aris Sudarsilah, selaku sekretaris Program Studi Pendidikan

Akuntansi yang telah memberikan bantuan pelayanan yang baik sehingga

proses penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

9. Seluruh keluarga besar SMA N 1 Godean, khususnya Kelas X-A yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian

tindakan kelas ini. Terima kasih banyak atas ijin dan bantuan yang diberikan.

10. Kedua orang tuaku, Bapak Darwis Sugeng dan Ibu Susanti yang tercinta, yang

tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, dukungan baik moril

maupun material, serta semangat kepada penulis.

11. Kristantyo Wahyu Nugroho, sahabat dalam hidupku, yang telah membantu,

mendukung, mendampingi, memberi semangat, memberi kritik-saran, serta doa

selama ini.

12. Ndembikwati (Mega, Mina, Yustina, Tatik, Titik, Devi, Rosa, Novi), terima

kasih untuk persahabatan selama ini, untuk dukungan, semangat dan doa. 

13. Ndembikwan (Vembri, Stevanus, Ryan, Tyo, Himo, Landung), terima kasih

(18)

xiv

14. Teman-teman seperjuanganku Amy, Sisca, Nety, Novi, Tere, Aga, terima kasih

atas kerjasamanya selama ini dan segala bantuan dari teman-teman semua.

15. Teman-teman yang telah membantu dalam penelitian (Mega, Mina, Devi,

Titik, Amy, Sari, Tatik, Vembri, Tyo, Ryan), terima kasih untuk bantuan yang

diberikan, sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

16. Seluruh mahasiswa angkatan 2008 Prodi Pendidikan Akuntansi yang juga telah

memberi kritik dan saran masukan, semangat,segala informasi yang diberikan,

serta perhatian yang sangat berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

17. “AB 5317 GJ”, yang telah setia membawa kemanapun aku pergi.

18. “CQ40”, yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

19. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis

yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Dengan kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan

dalam penulisan skripsi ini, serta Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum

sempurna karena masih banyak kekurangan yang ada di dalamnya.Oleh karena

itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak.Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua

(19)
(20)

xvi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... x

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xvi

DAFTAR TABEL ... xx

DAFTAR GAMBAR ... xxii

DARTAR LAMPIRAN ... xxiii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

(21)

xvii

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Tindakan Kelas ... 8

B. Pembelajaran Kooperatif ... 15

C. Prestasi Belajar ... 27

D. Partisipasi ... 30

E. Mata pelajaran Ekonomi ... 31

F. Kajian Penelitian Yang Relevan ... 33

G. Kerangka Teoritik ... 35

H. Pertanyaan Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Subjek dan Obyek Penelitian ... 39

D. Prosedur Penelitian ... 40

E. Instrumen Penelitian ... 46

F. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya ... 47

G. Teknik Pengumpulan Data ... 53

H. Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat ... 57

B. Visi dan Misi ... 58

(22)

xviii

D. Sarana & Prasarana ... 59

E. Struktur Organisasi ... 61

F. Kondisi Siswa ... 62

G. Prestasi ... 63

H. Personil Sekolah ... 64

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Observasi ... 67

1. Observasi Pendahuluan ... 67

2. Siklus I ... 77

a. Perencanaan ... 77

b. Tindakan ... 81

c. Observasi ... 83

d. Refleksi ... 92

3. Siklus II ... 97

a. Perencanaan ... 98

b. Tindakan ... 101

c. Observasi ... 103

d. Refleksi ... 112

B. Analisis Komparatif Tingkat Prestasi Sebagai Dampak Penerapan Metode

Kooperatif Tipe Teams Games Tournament ... 116

1. Siklus I ... 117

(23)

xix

C. Analisis Komparatif Partisipasi Belajar Sebagai Dampak Penerapan

Metode Kooperatif Tipe Teams Games Tournament ... 120

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 124

1. Prestasi ... 124

2. Partisipasi ... 125

B. Keterbatasan Penelitian ... 126

C. Saran ... 126

(24)

xx

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Partisipasi Terhadap Penerapan Metode

Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

dalam Mata Pelajaran Ekonomi ... 52

Tabel 3.2 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 55

Tabel 3.3 Peningkatan Partisipasi Siswa ... 56

Tabel 5.1 Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 69

Tabel 5.2 Partisipasi Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 70

Tabel 5.3 Keadaan Kelas Selama Proses Pembelajaran ... 73

Tabel 5.4 Aktivitas Guru Pada Siklus I... 84

Tabel 5.5 Partisipasi Siswa Siklus I ... 87

Tabel 5.6 Instrumen Pengamatan Kelas ... 90

Tabel 5.7 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Metode

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 92

Tabel 5.8 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Metode Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 95

Tabel 5.9 Aktivitas Guru Pada Siklus II ... 104

Tabel 5.10 Partisipasi Siswa Siklus II... 107

Tabel 5.11 Instrumen Pengamatan Kelas ... 110

Tabel 5.12 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Metode

(25)

xxi

Tabel 5.13 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Metode Pembelajaran

Koperatif Tipe TGT Siklus II ... 115

Tabel 5.14 Perkembangan Belajar Siswa Pada Siklus I ... 117

Tabel 5.15 Perkembangan Belajar Siswa pada Siklus II ... 118

Tabel 5.16 Indikator Keberhasilan Tingkat Partisipasi Belajar Siswa dalam

(26)

xxii

DAFTAR GAMBAR

(27)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Keterangan Ijin dari BAPEDA ... 131

Surat Ijin dari DINAS PERIZINAN ... 132

Lampiran 1a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 134

Lampiran 1b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 146

Lampiran 2a Lembar Kerja Siswa Dalam Kelompok Siklus I ... 158

Lampiran 2b Lembar Kerja SiswaDlam Kelimpok Siklus II ... 159

Lampiran 3a Soal games siklus I :Mix and Match ... 160

Lampiran 3b Soal games siklus II :Mix and Match ... 161

Lampiran 4a Soal turnamen siklus I : Cerdas Cermat... 163

Lampiran 4b Soal turnamen siklus II : Cerdas Cermat ... 164

Lampiran 5a Lembar Observasi Kegiatan Guru Pra Penelitian... 165

Lampiran 5b Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I ... 167

Lampiran 5c Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II ... 169

Lampiran 6a Lembar Observasi Kegiatan Siswa Pra Penelitian ... 171

Lampiran 6b Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 173

Lampiran 6c Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ... 175

Lampiran 7a Lembar Observasi Kegiatan Kelas Pra Penelitian ... 177

Lampiran 7b Lembar Observasi Kegiatan Kelas Siklus I ... 179

Lampiran 7c Lembar Observasi Kegiatan Kelas Siklus II ... 180

Lampiran 8a Lembar Observasi Guru Dalam Proses Pemb. Siklus I ... 181

(28)

xxiv

Lampiran 9a Lembar Observasi Kelas Siklus I ... 185

Lampiran 9b Lembar Observasi Kelas Siklus II ... 187

Lampiran 10a Lembar Observasi Keg. Belajar Siswa Dlm Kel. Siklus I ... 189

Lampiran 10b Lembar Observasi Keg. Belajar Siswa Dlm Kel. Siklus II .... 190

Lampiran 11a Lembar Observasi Partisipasi Siswa Pra Pendahuluan ... 191

Lampiran 11b Lembar Observasi Partisipasi Siswa Siklus I ... 192

Lampiran 11c Lembar Observasi Partisipasi Siswa Siklus II ... 193

Lampiran 12a Lembar Skor Dalam Games Siklus I ... 194

Lampiran 12b Lembar Skor Dalam Games Siklus II ... 197

Lampiran 13a Lembar Skor Dalam Turnamen Siklus I ... 200

Lampiran 13b Lembar Skor Dalam Turnamen Siklus II ... 201

Lampiran 14a Lembar Refleksi Guru Siklus I ... 202

Lampiran 14b Lembar Refleksi Guru Siklus II ... 204

Lampiran 15a Lembar Refleksi Siswa Siklus I ... 206

Lampiran 15b Lembar Refleksi Siswa Siklus II ... 208

Lampiran 16a Soal Pre Test Siklus I ... .209

Lampiran 16b Kunci Jawaban Pre Test Siklus I ... .215

Lampiran 17a Soal Post Test Siklus I ... .219

Lampiran 17b Kunci Jawaban Post Test Siklus I ... .226

Lampiran 18a Soal Pre Test Siklus II ... .229

Lampiran 18b Kunci Jawaban Pre Test Siklus II ... .234

Lampiran 19a Soal Post Test Siklus II ... .237

(29)

xxv

Lampiran 20a Nama-nama Anggota Kelompok Siklus I ... .246

Lampiran 20b Nama-nama Anggota Kelompok Siklus II ... .249

Lampiran 21 Prosedur Games “Mix and Match” ... .252

Lampiran 22 Prosedur Turnamen... .254

Lampiran 23a Kunci Jawaban Games Siklus I ... .256

Lampiran 23b Kunci Jawaban Games Siklus II ... .257

Lampiran 24a Kunci Jawaban Turnamen Siklus I ... .258

(30)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Pendidikan memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan sebagai suatu perwujudan budaya, selalu berkembang atau

berubah dari waktu ke waktu. Perubahan dalam hal perbaikan pendidikan

perlu terus menerus dilakukan sebagai tindakan antisipasi terhadap

kepentingan dan tuntutan di masa depan. Pendidikan yang mampu

menjawab kebutuhan di masa depan adalah pendidikan yang mampu

membangun potensi dari peserta didik, sehingga peserta didik mampu

menjawab tantangan dalam kehidupannya. Konsep pendidikan semakin

penting ketika peserta didik mampu menerapkan ilmu yang mereka

peroleh di kehidupan nyata dalam bermasyarakat. Terutama saat peserta

(31)

peroleh dapat menjadi bekal dalam bekerja. Idealnya, agar pendidikan

mampu menganstisipasi kebutuhan dan tantangan masa depan,

penyempurnaan pendidikan perlu terus menerus dilakukan, diselaraskan

dengan perkembangan zaman, perkembangan dunia kerja dan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni.

Dalam kenyataannya, pendidikan di Indonesia masih bermasalah dan

memerlukan banyak sekali perbaikan. Salah satu masalah yang dihadapi

adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran,

pendidik kurang mendorong peserta didik untuk menggunakan

kemampuan otaknya. Seringkali pendidik hanya menganggap peserta didik

sebagai gelas kosong yang terus-menerus diisi hingga gelas tersebut tidak

dapat menampung isinya lagi. Peserta didik diberi pembelajaran tanpa

memperhatikan kebutuhan peserta didik. Pembelajaran dipusatkan hanya

pada guru, sehingga peserta didik hanya mempunyai sedikit kesempatan

untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Peserta didik dipaksa

untuk mengingat, menghafal, dan menimbun segala informasi tanpa

dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk dihubungkan

dengan kehidupan sehari-hari. Pendidikan kita belum terarah untuk

membangun dan mengembangkan karakter serta potensi yang dimiliki

peserta didik. Dengan kata lain, pendidikan kita belum sesuai dengan

tujuan pendidikan itu sendiri.

Kondisi seperti tersebut di atas sesuai dengan pengamatan peneliti di

(32)

pembelajaran dengan metode ceramah, siswa kurang memperhatikan.

Hanya ada beberapa siswa yang benar-benar menyimak penjelasan dari

guru. Saat guru menggunakan metode diskusi dan memberikan tugas

kelompok, hanya beberapa siswa saja yang terlibat aktif mengerjakan.

Sedangkan siswa yang lain asyik dengan aktivitas lain dan

menggantungkan jawaban dari teman yang mengerjakan. Keadaan tersebut

menunjukkan bahwa metode ceramah, diskusi, maupun pemberian tugas

oleh guru belum sepenuhnya berhasil membangkitkan partisipasi dari

peserta didik dalam proses pembelajaran. Sehingga prestasi yang

diharapkan belum meningkat sesuai harapan.

Dari uraian di atas, permasalahannya adalah kurangnya pembelajaran

yang berorientasi pada peserta didik. Sehingga kreativitas peserta didik

kurang terasah dan cenderung pasif. Untuk menjawab permasalahan

tersebut, diperlukan model pembelajaran yang memandang peserta didik

sebagai organisme yang berkembang dan memiliki potensi. Model

pembelajaran yang dipilih hendaknya mampu memenuhi 3 aspek, yaitu

membentuk sikap positif pada peserta didik, mengembangkan kecerdasan

intelektual, dan mengembangkan ketrampilan peserta didik sesuai dengan

kebutuhan. Model pembelajaran yang memenuhi 3 aspek tersebut sangat

dibutuhkan dalam pembelajaran ekonomi. Ketika seorang pendidik

memberikan pelajaran ekonomi, pendidik tersebut juga memikirkan

(33)

mengembangkan sikap, kecerdasan, dan ketrampilan sesuai dengan tujuan

pendidikan.

Ada berbagai macam model pembelajaran yang dapat diterapkan di

sekolah. Semua model pembelajaran tersebut tidak ada yang paling baik.

Karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasa baik, jika telah

diujicobakan untuk suatu mata pelajaran tertentu. Oleh karena itu, perlu

dilakukan seleksi pada masing-masing model pembelajaran untuk

digunakan dalam mengajarkan materi tertentu.

Salah satu model pembelajaran yang sering digunakan adalah model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament ( TGT ). TGT ini

dilakukan dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok yang di

dalamnya terdapat variasi siswa dari segi kemampuan dan tanpa

membedakan status. TGT merupakan tipe pembelajaran yang dapat

menarik perhatian siswa. Melalui TGT, guru dapat menanamkan berbagai

sikap positif pada peserta didik. Misalnya, sikap saling menghargai oleh

sesama anggota kelompok, saling membantu, kejujuran, dan persaingan

yang sehat dalam turnamen. Selain itu, pembelajaran akan terasa

menyenangkan dan tidak menjemukan karena proses pembelajaran

dilakukan dengan permainan. Peserta didik akan merasa bahwa belajar

adalah hal yang sangat menyenangkan, sehingga akan membangkitkan

rasa keingintahuan peserta didik dan diharapkan dapat mendorong peserta

didik agar berpartisipasi aktif dalam pembelajaran serta ada peningkatan

(34)

Berdasarkan uraian di atas, penulis berkeyakinan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan prestasi belajar

dan partisipasi peserta didik. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Pada Pembelajaran Ekonomi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Partisipasi Siswa“ yang akan dilakukan pada siswa kelas X-A SMA N 1 Godean.

B. Batasan Masalah

Ada berbagai model pembelajaran kooperatif yang dapat

mempengaruhi peningkatan prestasi belajar dan partisipasi siswa. Namun

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe Teams Games Tournament

(TGT) untuk meningkatkan prestasi belajar dan partisipasi siswa dalam

pembelajaran ekonomi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi?

2. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam

(35)

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran

ekonomi.

2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT dalam meningkatkan partisipasi siswa pada mata pelajaran

ekonomi.

E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, diharapkan akan bermanfaat bagi :

1. Bagi Guru

Dengan adanya penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran

kooperatif ini, diharapkan dapat memberikan masukan untuk para guru agar

guru tersebut kreatif dalam menerapkan metode-metode pembelajaran

sehingga kegiatan pembelajaran di dalam kelas berlangsung tidak monoton

dan tidak menimbulkan kebosanan.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian

selanjutnya berkaitan dengan terapan strategi pembelajaran dan aktivitas

(36)

3. Bagi Peneliti

Sebagai calon guru, peneliti dapat memanfaatkan dan menerapkan

metode pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar yang sesuai

dengan tuntutan pendidikan saat ini yaitu pembelajaran yang berpusat pada

(37)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas (PTK), pertama kali diperkenalkan oleh

ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun

1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh

ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc Tanggart, John Elliot,

Dave Ebbutt, dan sebagainya. PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir

dekade 80-an. Oleh karenanya, sampai dewasa ini keberadaannya sebagai

salah satu jenis penelitian masih sering menjadi perdebatan jika dikaitkan

dengan bobot keilmiahannya (Aqib, 2007:13).

Dalam bahasa Inggris, Penelitian Tindakan Kelas diartikan dengan

Classroom Action Research, disingkat CAR. Namanya sendiri sebetulnya

sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya. Menurut Aqib

(2007:12), ada 3 pengertian yang dapat menerangkan apa itu PTK, yaitu:

a. Penelitian, yaitu kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan, yaitu sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

(38)

sedang belajar, kelompok orang yang sedang belajar di lab, lapangan olahraga, workshop dan lain-lain.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut

segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan

suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan

terjadi dalam sebuah kelas (Aqib, 2007:13).

Pendapat lain dikemukakan oleh Susilo (2007:16), beliau

mengemukakan bahwa classroom action research merupakan penelitian

yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar,

dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan

proses dalam pembelajaran. Carr dan Kemmis dalam Wijaya (2009:8)

mengemukakan bahwa hakikat PTK atau action research adalah suatu

bentuk penelitian refleksi diri (self reflektive) yang dilakukan oleh para

partisipan dalam situasi sosial untuk memperbaiki rasionalitas dan

kebenaran praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri,

pengertian mengenai praktik-praktik tersebut, dan situasi-situasi di mana

praktik-praktik tersebut dilaksanakan. Sedangkan Mc Niff dalam Wijaya

(2009:8), memandang hakikat PTK adalah sebagai bentuk penelitian

reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat

dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

PTK yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru di

(39)

McTaggart. Model Kemmis dan McTaggart merupakan pengembangan

dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Konsep pokok

penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari empat komponen,

yaitu a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pengamatan

(observing), dan d) refleksi (reflecting). Sedangkan dalam Model

Kemmis & McTaggart, komponen tindakan (acting) dengan pengamatan

(observing) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua

komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara

penerapan acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak

terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan harus dilakukan dalam satu

kesatuan waktu, ketika tindakan dilaksanakan begitu pula observasi juga

harus dilaksanakan. Keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu

siklus. Pengertian siklus dalam hal ini adalah putaran kegiatan yang

terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. (Kusumah,

Wijaya. dan Dedi Dwitagama, 2009:20-21).

Adapunmodeluntukmasing-masingtahapdalamPTKdapatdilihat

(40)

Gambar 2.1. Tahap Penelitian Tindakan Kelas

Berikut adalah tahap pelaksanaan tindakan kelas Kemmis &

McTaggart (Arikunto, suharsimi, dkk, 2006:17-22 ) :

a. Perencanaan (planning)

Pada tahap pertama ini peneliti harus menjelaskan tentang apa,

mengapa, kapan, di mana, oleh siapa dan bagaimana tindakan

dilakukan. Idealnya kegiatan dilakukan secara berpasangan untuk

bekerja secara kolaboratif. Pihak pertama melakukan tindakan dan

pihak kedua melakukan observasi terhadap tindakan, sehingga

subyektifitas dapat dikurangi dan observasi menjadi lebih cermat.

Lain halnya jika pelaksana tindakan dan observer adalah orang yang

sama, meskipun hal ini juga bisa dilakukan dalam PTK.

(41)

titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus

untuk diamati, kemudian pembuatan instrumen observasi untuk

merekam fakta selama berlangsungnya tindakan. Jika pelaksana

tindakan dan observer adalah orang yang berbeda, maka harus dibuat

kesepakatan terlebih dahulu antara pihak pelaksana dan pihak peneliti.

b. Pelaksanaan (acting)

Tahap ini adalah waktu untuk melaksanakan isi perencanaan

yaitu melaksanakan tindakan di kelas. Pihak guru pelaksana tindakan

harus mengingat betul dan berusaha agar mengikuti apa yang sudah

dirumuskan dalam tahap perencanaan, juga harus berlaku wajar, tidak

dibuat-buat. Kesesuaian antara planning dan acting akan diperhatikan

secara seksama dalam refleksi.

Saat menyusun laporan penelitian, peneliti tidak lagi

melaporkan perencanaan, melainkan langsung pada pelaksanaan.

Oleh sebab itu bentuk dan isi laporan harus sudah dapat

menggambarkan semua kegiatan yang dilakukan, mulai dari persiapan

sampai dengan penyelesaian.

c. Pengamatan (observing)

Sesungguhnya tahap pengamatan dilaksanakan bersamaan

dengan tahap pelaksanaan. Pada saat guru pertama melaksanakan

tindakan di kelas, guru kedua melaksanakan observasi terhadap

hal-hal yang disepakati untuk diamati selama tindakan berlangsung. Jika

(42)

melaksanakan tindakan ia akan memusatkan perhatiannya pada

tindakan, sehingga tidak sempat menganalisis peristiwa yang sedang

terjadi. Oleh karena itu, peneliti harus melakukan pengamatan balik

terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil

melakukan pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat sedikit

demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk

perbaikan siklus berikutnya.

d. Refleksi (reflecting)

Pada tahap ini peneliti mengemukakan kembali apa yang telah

dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru

pelaksana sudah melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan

peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.

Dalam hal ini guru pelaksana sedang merefleksikan (memantulkan)

pengalamannya kepada peneliti yang baru saja mengamati

kegiatannya dalam tindakan.

Inti dari penelitian tindakan adalah ketika guru pelaksana

tindakan siap mengatakan kepada observer (guru peneliti) tentang

hal-hal yang dirasakan telah berjalan baik dan hal-hal-hal-hal dirasakan belum

berjalan baik. Dapat dikatakan bahwa guru pelaksana sedang

melakukan self evaluation (evaluasi diri). Jika guru pelaksana dan

guru observer adalah orang yang sama, maka ia harus melakukan

refleksi kepada dirinya sendiri. Dengan kata lain, guru tersebut

(43)

hal-hal yang dirasakan sudah memuaskan karena sudah sesuai dengan

rancangan. Selain itu harus mengenali hal-hal yang masih perlu

perbaikan secara cermat. Jika PTK dilakukan dalam beberapa siklus,

maka dalam tahap refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana

yang disarankan kepada peneliti lain apabila ia menghentikan

kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila peneliti akan

melanjutkannya pada kesempatan yang lain.

3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas Dilakukan

Menurut Susilo dalam buku Panduan Penelitian Tindakan Kelas

(2007:17-18), tujuan dari dilaksanakannya PTK adalah sebagai berikut:

a. Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.

b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan professional guru kepada peserta didik dalam konteks pembelajaran di kelas.

c. Mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru.

d. Pengembangan kemampuan dan ketrampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan aktual yang dihadapi sehari-hari.

e. Adapun tujuan penyerta penelitian tindakan kelas yang dapat dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.

4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Susilo (2007:18), banyak manfaat yang dapat diperoleh

dari dilaksanakannya penelitian tindakan kelas yang terkait dengan

komponen utama pendidikan dan pembelajaran, antara lain :

a. Inovasi pembelajaran

(44)

d. Melalui PTK secara kolaboratif akan tercipta peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru.

e. Karya Tulis Ilmiah semakin diperlukan guru di masa depan untuk meningkatkan kariernya, dan dalam rangka membuat rancangan penelitian tindakan kelas yang lebih berbobot sambil mengajar di kelas.

B. Pembelajaran Kooperatif

1. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran

yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif

merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota

kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus

saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi

pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum

selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan

pelajaran (Isjoni, 2011:14-15).

Menurut Slavin dalam Isjoni (2011:15), pembelajaran kooperatif

adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6

orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sanjaya

(2006:239), pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar siswa

yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran

(45)

dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang telah dirumuskan.

Pembelajaran kooperatif bukanlah sesuatu yang baru dan telah

dianjurkan oleh para ahli pendidikan untuk digunakan dalam

pembelajaran. Slavin dalam Sanjaya (2006:240) mengemukakan dua

alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa

penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan

sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain,

serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif

dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir,

memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan

ketrampilan.

Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih

mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika peserta didik

saling berdiskusi dengan temannya. Menurut Slavin, Eggen & Kauchack

(Trianto, 2009:56), dalam pembelajaran kooperatif, siswa dibentuk

dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk

bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru. Artzt &

Newman (Trianto, 2009:56-57) menyatakan bahwa dalam belajar

kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan

tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Sistem penilaian

(46)

mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Jadi, setiap anggota

kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan

kelompoknya. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan

mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap

individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan

kontribusi demi keberhasilan kelompok.

Kelompok yang dibentuk dalam pembelajaran kooperatif, terdiri

dari siswa-siswa yang sederajat tetapi heterogen dalam kemampuan,

jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu.

Pembentukan kelompok ini bertujuan untuk memberikan kesempatan

kepada semua siswa agar bisa terlibat secara aktif dalam proses berpikir

dan belajar. Tugas masing-masing anggota kelompok adalah mencapai

ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman

sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan dalam belajar. Proses belajar

belum bisa dikatakan selesai apabila salah satu anggota kelompok belum

memahami materi yang dipelajari.

Selama beberapa kali pertemuan, siswa akan terus berada dalam

kelompok yang sama dan mereka diajarkan ketrampilan-ketrampilan

khusus agar dapat bekerja sama dengan baik didalam kelompoknya,

seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman

sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Agar terlaksana

dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau

(47)

Tujuan pembelajaran kooperatif menurut Johnson & Johnson

(Trianto, 2009:57) adalah memaksimalkan belajar siswa untuk

peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu

maupun secara kelompok. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan

kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang

cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.

Pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai kelebihan dan

kekurangan. Menurut Sanjaya (2006:247-248), kelebihan pembelajaran

kooperatif adalah:

a. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

b. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

c. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaannya.

d. Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

e. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan ketrampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. f. Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan

kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

g. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

(48)

Sedangkan kekurangan pembelajaran kooperatif adalah (Sanjaya,

2006:248-249):

a. Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif memang membutuhkan waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.

b. Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.

c. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

d. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.

e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu, dalam pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.

Terdapat 5 tipe pembelajaran kooperatif (Slavin, 2005:11-17), yaitu:

a. Student Teams Achievement Division ( STAD )

(49)

bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu.

Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya. Seluruh rangkaian kegiatan, termasuk presentasi yang disampaikan guru, praktik tim, dan kuis biasanya memerlukan waktu 3-5 periode kelas.

b. Jigsaw II

Jigsaw II adalah adaptasi dari teknik teka-teki Elliot Aronson. Dalam teknik ini, siswa bekerja dalam anggota 4 orang dengan latar belakang yang berbeda. Para siswa ditugaskan untuk membaca bab, buku kecil, atau materi lain, biasanya bidang studi sosial. Biografi, atau materi-materi yang bersifat penjelasan terperinci lainnya. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi “ahli” dalam aspek tertentu dari tugas membaca tersebut. Setelah itu, para ahli dari tim berbeda bertemu untuk mendiskusikan topik yang sedang mereka bahas, lalu mereka kembali kepada timnya untuk mengajarkan topik mereka itu kepada teman satu timnya. Akhirnya, akan ada kuis atau bentuk penilaian lainnya untuk semua topik. Penghitungan skor dan rekognisi didasarkan pada kemajuan yang dicapai seperti dalam STAD.

c. Teams Games Tournament ( TGT )

(50)

dan yang berprestasi tinggi (bermain dengan yang berprestasi tinggi) keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Tim dengan tingkat kinerja tertinggi mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya.

TGT memiliki banyak kesamaan dinamika dengan STAD, tetapi menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game, temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Sebagian guru memilih TGT karena faktor menyenangkan dan kegiatannya , sementara yang lain lebih memilih yang murni bersifat kooperatif saja yaitu STAD, dan banyak juga yang mengkombinasikan keduanya.

d. Team Accelerated Instruction (TAI)

Team Accelerated Instruction (TAI) menggunakan bauran kemampuan empat anggota yang berbeda dan memberi sertifikat untuk tim dengan kinerja terbaik. TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran yang individual. Dalam TAI, para siswa memasuki sekuen individual berdasarkan tes penempatan dan kemudian menlanjutkannya dengan tingkat kemampuan mereka sendiri. Secara umum, anggota kelompok bekerja pada unit pelajaran yang berbeda. Teman satu tim saling memeriksa hasil kerja masing-masing menggunakan lembar jawaban dan saling membantu dalam menyelesaikan berbagai masalah. Unit tes yang terakhir akan dilakukan tanpa bantuan teman satu tim dan skornya dihitung dengan monitor siswa. Tiap minggu, guru menjumlah angka dari tiap unit yang telah diselesaikan semua anggota tim dan memberikan sertifikat atau penghargaan tim lainnya untuk tim yang berhasil melampaui kriteria skor yang didasarkan pada angka tes terakhir yang telah dilakukan, dengan poin ekstra untuk lembar jawaban yang sempurna dan pekerjaan rumah yang telah diselesaikan. Para siswa bertanggung jawab untuk saling mengecek satu sama lain dan mengelola materi yang disampaikan, dan guru dapat menghabiskan waktu di dalam kelas penyampaian pelajaran kepada kelompok kecil siswa yang terdiri dari beberapa tim yang belajar pada tingkat yang sama.

(51)

tanpa bantuan teman satu tim. Para siswa juga mendapatkan kesempatan sukses yang sama karena semuanya telah ditempatkan berdasarkan tingkat kemampuan atau pengetahuan lain yang dimiliki sebelumnya.

Namun demikian individualisasi yang menjadi bagian dari TAI membuatnya menjadi sedikit berbeda dari STAD dan TGT. Dalam beberapa pembelajaran, kebanyakan konsep dibangun dari konsep sebelumnya. Apabila konsep sebelumnya tidak dikuasai, akan sulit atau tidak mungkin untuk mempelajari konsep berikutnya. Dalam TAI, para siswa belajar pada tingkat kemampuan mereka sendiri-sendiri, jadi apabila mereka tidak memenuhi syarat kemampuan tertentu mereka dapat membangun dasar yang kuat sebelum melangkah ke tahap berikutnya.

e. Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC)

CIRC merupakan program komperehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah. Dalam CIRC, guru menggunakan novel atau bahan bacaan yang berisi latihan soal dan cerita. Mereka mungkin menggunakan novel atau bahan bacaan yang berisi latihan soal dan cerita. Mereka mungkin menggunakan kelompok membaca, seperti dalam kelas membaca tradisional. Para siswa ditugaskan untuk berpasangan dalam tim mereka untuk belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif, termasuk membacakan cerita satu sama lain, membuat prediksi mengenai bagaimana akhir dari sebuah cerita naratif, saling merangkum cerita satu sama lain, menulis tanggapan terhadap cerita, dan melatih pengucapan, penerimaan, dan kosa kata. Para siswa juga belajar dalam timnya untuk menguasai gagasan utama dan kemampuan komprehesif lainnya. Selama periode seni berbahasa, siswa terlibat dalam pelatihan penulisan, konsep penulisan, saling merevisi dan menyunting karya yang satu dengan yang lainnya, dan mempersiapkan pemuatan hasil kerja tim atau buku-buku kelas.

(52)

2. Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)

Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam

kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang

memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang

berbeda (Isjoni, 2011:83-84). Guru menyajikan materi, dan siswa

bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja

kelompok, guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang

diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya.

Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas

yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab

untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan

pertanyaan tersebut kepada guru.

Akhirnya, untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok

telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan

permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi

dalam meja-meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari

5-6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing-masing.

Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang

berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu

meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya

dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar

(53)

Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka

peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam

permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok

diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor yang diperoleh anggota

suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok

tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan

tim berupa sertifikat dengan mencamtumkan predikat tertentu.

Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil

dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing

ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati

5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang

berasal dari kelompok peserta homogen. Permainan ini diawali dengan

memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai

dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan

kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak

terbaca).

Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan

sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan

dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian.

Kemudian pemain yang menang undian mengambil katu undian yang

berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal

akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh

(54)

penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal.

Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan

membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang

searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci

jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab

benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.

Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja.

Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu

soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam

agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai

pembaca soal, pemain, dan penantang. Disini permainan dapat

dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus

mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan

pembaca soal.

Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk

membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab

atau memberikan jawaban kepada peserta lain. Setelah semua kartu

selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah

kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh

berdasarkan tabel yang ditelah disediakan. Selanjutnya setiap pemain

kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh

kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang

(55)

kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima

kelompoknya.

Kelebihan dari pembelajaran TGT Menurut Suarjana

(http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt-2/), antara lain:

1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas. 2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu.

3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam.

4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa. 5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain. 6) Motivasi belajar lebih tinggi.

7) Hasil belajar lebih baik.

8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

Sedangkan kelemahan TGT menurut Suarjana

(http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt-2/) adalah:

1) Bagi guru:

a) Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok.

b) Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.

2) Bagi siswa:

(56)

C. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi

Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang relatif permanen

sebagai hasil dari pengalaman (Matlin dalam Reni, 2004:168). Dalam

konteks sekolah, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman siswa sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. Sedangkan Prestasi belajar adalah hasil dari

penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai

dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku

yang diharapkan dari siswa (Lanawati dalam Reni, 2004:168).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi

Menurut Rimm dalam Reni (2004:69), karakteristik siswa berbakat

berprestasi kurang dapat dikategorikan menjadi tiga tingkat yang berbeda,

berkaitan dengan sebab dan gejalanya. Karakterisik primer adalah rasa

harga diri yang rendah dan karakteristik ini merupakan akar dari sebagian

besar masalah underachievement. Rasa harga diri yang rendah

menyebabkan karakteristik sekunder, yaitu perilaku yang menghindari

bidang akademik, kemudian menghasilkan karakteristik tersier, yaitu

kebiasaan belajar yang buruk, keterampilan yang tidak dikuasai, masalah

(57)

Kemudian, dapat digolongkan lebih rinci lagi beberapa penyebab

siswa tidak berhasil menampilkan prestasi sesuai dengan potensi yang

dimilikinya, antara lain (Reni, 2004:70-73):

a. Faktor sekolah

1) Apabila lingkungan sekolah tidak mendukung atau memberikan nilai tinggi pada keberhasilan akademik, artinya iklim sekolah anti intelektual. Umumnya, anak muda akan melakukan olahraga dengan baik dan mungkin saja menghargai kegiatan yang sifatnya artistik, misalnya seni dan musik. Termasuk juga siswa berbakat yang memiliki tingkat kreativitas tinggi.

2) Kurikulum mungkin saja tidak cocok untuk anak yang cerdas. Anak yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi kehilangan minat. Mereka menjadi bosan dan menolak untuk menyelesaikan tugas yang dianggapnya kurang relevan.

3) Lingkungan kelas kaku atau otoritarian. Siswa berbakat menginginkan adanya kesempatan untuk dapat mengendalikan pengalaman belajarnya sendiri.

4) Penghargaan tidak dibuat untuk perbedaan individual. Semua siswa harus maju melalui kurikulum pada tingkat yang sama. Padahal, ada siswa yang lebih cepat atau lebih lambat dari siswa lainnya. 5) Siswa lebih diharapkan untuk memperlihatkan kemampuannya

daripada tampil berbeda di antara kelompok teman sekelasnya. 6) Gaya belajar siswa dapat saja tidak cocok dengan gaya mengajar

guru.

b. Faktor rumah

1) Belajar tidak dinilai atau didukung dan prestasi tidak diberi imbalan.

2) Tidak adanya sikap positif orangtua terhadap karier mereka sendiri, misalnya ayahnya seorang petugas penjualan, tetapi selalu menghina atau merendahkan pekerjaannya.

3) Belajar didukung, tetapi orangtua bersikap dominan. Anak tidak mengembangkan disiplin yang sifatnya internal. Ada perbedaan komitmen terhadap tugas antara anak berbakat yang berprestasi dan anak berbakat yang berprestasi kurang. Orangtua juga terlalu mengontrol waktu anak. Anak-anak terlalu komitmen terhadap waktu sehingga kehabisan waktu untuk berteman dan mengembangkan minat pribadinya. Orangtua terlalu menuntut anak.

(58)

5) Perebutan kekuasaan di dalam keluarga, terutama apabila salah seorang dari orang tuanya bersikap liberal dan yang lainnya kaku sehingga menimbulkan situasi menang kalah dan anak terpecah di antara dua kekuatan tersebut ketika memilih. Akibatnya, mereka sering underachievement.

6) Status sosial ekonomi rendah, ditambah lagi dengan pendidikan orangtua yang rendah terhadap pendidikan dan karier sehingga anak-anak cenderung berprestasi rendah. Namun, ada juga keluarga miskin yang menilai tinggi pendidikan dan mendukung anaknya yang cerdas dan ada juga yang sebaliknya.

7) Keluarga mengalami disfungsi karena berbagai alasan, diantarnya ketergantungan obat atau alkohol, tidak adanya ketrampilan menjadi orangtua, perceraian, kehilangan pekerjaan, riwayat penyalahgunaan (abuse), atau penyakit-penyakit. Kadang-kadang ini hanya merupakan masalah sementara saja, seperti kasus orangtua masuk rumah sakit karena mengalami kecelakaan. Namun, adakalanya lebih lama. Dalam keadaan disfungsi ini, anggota keluarga dapat saja menjadi saling tidak percaya satu sama lain. Akibatnya, kesehatan fisik ditelantarkan, komunikasi tidak jelas, masalah sering kali dilimpahkan pada orang lain dan tidak terselesaikan. Nilai-nilai sering tidak konsisten, sering terjadi tindak kekejaman (fisik, sosial, atau emosional), kebebasan pribadi disangkal, dan rahasia untuk menyembunyikan kesulitan merupakan hukum tidak tertulis.

c. Adanya perbedaan budaya

Budaya tempat seorang anak dilahirkan dapat mempengaruhi pandangan terhadap keberbakatan. Ada budaya yang menganggap anak berbakat difavoritkan, ada yang menganggap wahyu, ada yang menganggap perlu dimanfaatkan bagi lingkungannya, dan sebagainya.

d. Faktor-faktor lainnya

1) Terjadinya gangguan belajar, kondisi tidak mampu, atau suatu bentuk ketidaksesuaian dengan cara mengajar dapat mengarah pada rendahnya prestasi sebagaimana juga gangguan emosi.

2) Faktor-faktor kepribadian seperti perfectionism, terlau sensitif, tidak berdaya guna dalam ketrampilan sosial atau sebaliknya, terlalu terlibat dalam banyak kegiatan, dapat menjurus ke kesulitan belajar dan underachievement.

3) Penyebab masalah siswa seperti ini adalah diberikannya perhatian yang berlebihan untuk tingkah laku menyimpangnya daripada program berbakatnya.

(59)

rumah atau di sekolah merupakan tanggung jawab setiap orang untuk tidak menciptakan ketidakpuasan. Perasaan malu harus disembunyikan sehingga menjurus ke depresi, perfectionism, membenci diri, atau sering mengakibatkan siswa berprestasi rendah.

D. Partisipasi

Menurut Suryosubroto (2002: 279) dalam bukunya Proses Belajar

Mengajar di Sekolah, menjelaskan bahwa partisipasi adalah keterlibatan

mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung

jawab didalamnya. Adapun konsep partisipasi menurut Ensiklopedi

Pendidikan dalam Asrofudin adalah suatu gejala demokrasi dimana orang

diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut memikul

tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya.

Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental

serta penentuan kebijaksanaan.

Sedangkan menurut Mikkelsen (2003:64), partisipasi merupakan suatu

proses belajar yang aktif yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok

orang yang terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk

melakukan hal tersebut, selain itu partisipasi belajar juga merupakan

keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang dapat terjadi di sekolah

maupun di lingkungan masyarakat.

Sementara itu, Dimyati dan Mudjiono (2006:118-119), mengemukakan

dimensi proses pembelajaran yang mengakibatkan terjadinya kadar CBSA,

antara lain:

Gambar

Gambar 2.1. Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.2 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Tabel 3.3 Peningkatan Partisipasi Siswa
Tabel 5.1 Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis software, ketiga model pembebanan tersebut, model pembebanan kedua dan ketiga merupakan model pembebanan yang mendekati keadaan sesungguhnya,

INSIDEN INFEKSI SALURAN KEMIH BERDASARKAN HITUNG LEUKOSIT PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III PERIODE SEPTEMBER-OKTOBER 2015 DI RUMAH SAKIT

Aplikasi Android membantu salesman untuk menampilkan jumlah stok barang terkini, sehingga pelanggan dapat mengetahui jumlah maksimal barang yang dapat dipesan.. Data

Another Disisis, utilization of the graphics card into the era of General Purpose Graphical Processing Units ( GPGPU ) , namely the use of graphics cards to work umum.GPU

Sarung Helm anti air, sebuah solusi bagi mayoritas orang yang sering merasa tidak nyaman saat bepergian karena masih banyak tempat parkir yang kurang akan kenyamanan

bahwa dalam rangka mendukung operasional Pelabuhan Perikanan Birea serta melaksanakan ketentuan Pasal 24 ayat (6) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

Human error atau kesalahan manusia kerap sering terjadi pada penyusunan data-data, pencatatan transaksi, pembuatan laporan dan pekerjaan yang masih mengandalkan teknologi manual.

Berdasarkan kajian literatur mengenai sistem pendanaan KPS (Tabel 1), beberapa faktor kunci keberhasilan skema KPS pada pembangunan infrastruktur mencakupi kerjasama dan