• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja Perawat di Ruang Dahlia I dan II Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga T1 462010106 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Kerja Perawat di Ruang Dahlia I dan II Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga T1 462010106 BAB II"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepuasan kerja

2.1.1 kepuasan kerja

Kepuasaan kerja merupakan sikap positif terhadap pekerjaan

pada diri seseorang. Pada dasarnya kepuasaan kerja merupakan hal

yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat

kepuasan yang berbeda-beda seseuai dengan sistem nilai yang

berlaku pada dirinya. Biasanya orang akan merasa puas atas kerja

yang telah atau sedang dijalankan, apabila apa yang dikerjakan

dianggap telah memenuhi harapan, sesuai dengan tujuannya bekerja.

Apabila seseorang mendambakan sesuatu, berarti yang

bersangkutan memiliki suatu harapan dan dengan demikian

termotivasi untuk melakukan tindakan kearah pencapaian harapan

tersebut. Jika harapan tersebut terpenuhi, maka akan dirasakan

kepuasan. Kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian antara harapan

seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan,

sehingga kepuasan kerja juga berkaitan erat dengan teori keadilan,

perjanjian psikologis dan motivasi (Robbins & Judge,2009).

Menurut church (1992) dalam Setyawan (2005) kepuasan

(2)

dalam hal ini, yang dimakusud denga sikap tersebut adalah segala

hal yang berhubungan dengan pekerjaan seperti

pengawasan/supervise, gaji, kondisi kerja, pengalaman terhadap

kecakapan, penilaian kerja yang adil dan tidak merugikan, hubungan

social di dalam pekerjaan yang baik, penyelesaian yang cepat

terhadap keluhan dan perlakuan yang bak dari pimpinan terhadap

pegawai.

Berdasarkan pendapat definisi yang dikemukakan oleh para

ahli terkait kepuasan kerja, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan

kerja adalah perasaan emosional yang menyenangkan maupun tidak

menyenangkan yang dirasakan pegawai dalam pekekerjaanya.

2.1.2 Teori Kepuasan Kerja

Menurut Wexley dan Yukl (1977) sebagaimana dikutip oleh As’ad (2004), terdapat tiga macam teori tentang kepuasan kerja, yaitu:

a. Discrepancy Theory/Teori Perbedaan

Teori ini menyatakan bahwa kepuasan kerja seseorang dapat

diperoleh dengan membandingkan apa yang diharapkan atau

diinginkan dengan pencapaian atau kenyataan. Perbedaan akan

menjadi positif jika yang diperoleh lebih besar dari yang diharapkan,

sebaliknya perbedaan akan menjadi negatif jika yang diperoleh lebih

(3)

masing-masing perawat memiliki keinginan atau harapan yang berbeda, baik

hubungannya dengan pasien maupun dengan rumah sakit. Jika

keinginan-keinginan tersebut sudah dapat tercapai, maka para

perawat akan merasakan kepuasan kerja, tetapi jika

keinginan-keinginan tersebut belum dapat terwujud, maka para perawat kurang

merasakan kepuasan kerja dalam melaksanakan pekerjaanya.

b. Equity Theory/Teori Keadilan

Prinsip dari teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas atau tidak

puas, tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan atau tidak

atas suatu situasi. Terdapat tiga elemen equity, yaitu input, outcomes, dan comparison person.

c. Two Factor Theory/ Teori Dua Faktor

Menurut teori ini terdapat dua kelompok situasi yang mempengaruhi

sikap seseorang terhadap pekerjaannya, Herzberg membagi situasi

yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjannya

menajadi 2 kelompok :

1. Herzberg menyebutkan faktor pemeliharaan (hygiene factor) sebagai berikut :

a. Gaji

Gaji yang memadai akan meningkatkan pendapatan

(4)

b. Kondisi kerja/lingkungan

Seseorang akan bekerja dengan nyaman apabaila tercipta

suasan yang kondusif, kerja sama yang baik dan harmonis

dengan teman kerja.

c. Mutu dan tekhnik pengawasan

Standar operasional prosedur (SOP) yang dijalankan dengan

tepat serta pengawasan yang baik akan meningkatkan kinerja

pegawai.

d. Hubungan interpersonal

Interaksi antara personal yang dapat dibedakan menjadi

interaksi antara bawahan dan interaksi antara pimpinan.

2. Sedangkan Frederick Herzberg menjelaskan faktor-faktor

motivator adalah sebagai berikut :

a. Pekerjaan itu sendiri

Pekerjaan yang disenangi akan menjadi motivasi untuk

dilkasanakan dengan baik

b. Pencapaian persestasi

Seseorang yang ingin memiliki berprestasi sebagai sesuatu

kebutuhan dapat mendorongnya sebagai suatu sasaran

c.Tanggung jawab

Adanya rasa ingin memiliki akan menimbulkan motivasi untuk

(5)

d. Kesempatan untuk berkembang

Kesempatan untuk mengembangkan diri mamacu dan

berlomba-lomba meraih sukses.

Dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor pendorong

yang berkaitan dengan perasaan positif terhadap pekerjaanya

yang dapat memberikan kepuasan kerja dan faktor yang dapat

mengakibatkan ketidakpuasan kerja. Kepuasan kerja

merupakan motivator internal, yang berkaitan dengan

pekerjaan itu sendiri sedangkan lingkungan pekerja dimana

pekerja harus puas agar tetap dalam organisasi.

2.1.3 Karaketristik Biografi Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Menurut Robbin & Judge (2008), kepuasan kerja juga dipengaruhi

oleh karakteristik biografi, yaitu :

a. Umur

Umur adalah lama hidup seseorang hingga ulang tahunnya

yang terakhir. Hubungan umur dengan kepuasan kerja

menunjukkan hubungan yang positif artinya makin tua umur

karyawan makin tinggi tingkat kepuasan kerjanya, setidak

tidaknya sampai umur karyawan menjelang pensiun pada

pekerjaan yang dikuasainya. Sebaliknya mudah menduga

(6)

lebih besar. Davis (2004) menyatakan 27 usia >35 tahun di

kategorikan usia tua dan usia ≤35 tahun usia muda.

b. Masa Kerja

Karyawan baru cenderung kurang puas dibandingkan dengan

karyawan yang lebih senior. Terdapat berbagai alasan

terjadinya hal ini karena karyawan baru datang di tempat kerja

dengan harapan tinggi yang tidak memungkinkan untuk

dipenuhi atau mungkin untuk pekerjaan tersebut hanya

dibutuhkan pendidikan atau kemampuan yang lebih rendah

dari pada kemampuan yang dipunyai karyawan baru tersebut.

Karyawan yang lebih berpengalaman lebih tinggi kepuasan

kerjanya dari pada mereka yang kurang pengalaman kerjanya.

Menurut Siagian (2005) kepuasan kerja relatif tinggi pada

permulaan bekerja menurunsecara berangsur-angsur setelah

5-8 tahun dan selanjutnya kepuasan kerja meningkat setelah

20 tahun.

c. Pendidikan

Adanya hubungan yang negatif antara tingkat pendidikan

dengan kepuasan terhadap gaji disebabkan perbedaan

harapan. Klien dan Mahe mengatakan bahwa pekerja dengan

tingkat pendidikan yang lebih tinggi berharap dapat

(7)

d. Jenis Kelamin

Tidak ada pengaruh jenis kelamin antara laki-laki dan

perempuan terhadap kepuasan kerja. Penelitian Suroso

(2011) menyatakan bahwa perawat wanita yang merupakan

seorang ibu dalam keluarga, kemungkinan akan memiliki

naluri keibuan yang bermanfaat dalam membentuk perilaku

caring dalam proses pemberian asuhan keperawatan dan

menciptakan kepuasan kerja.

e. Status Kepegawaian

Karyawan PNS lebih memiliki ketenangan dengan statusnya,

mereka mengerti akan peluang pengembangan karier, serta

cukup tenang akan jaminan hari tuanya, sebaliknya hal ini

tidak dialami oleh karyawan yang berstatus Non PNS.

2.1.4 Pengukuran Kepuasan Kerja Perawat

Menurut Robbins (2003), terdapat dua pendekatan yang

paling banyak digunakan untuk mengukur kepuasan yaitu :

a. Angka nilai global tunggal (single global rating)

Angka nilai global tunggal adalah metode pengukuran

kepuasan dengan cara meminta individu-individu untuk

menjawab suatu pertanyaan, dengan rating score 1 – 4 (Tidak puas – sangat puas).

(8)

Metode ini lebih canggih dari angka nilai global tunggal.

Metode ini menilai unsur-unsur utama dalam suatu

pekerjaan dan menanyakan perasaan karyawan

mengenal setiap unsur. Faktor- faktor lazim yang akan

dicakup adalah sifat dasar pekerjaan, penyeliaan, upah

sekarang, kesempatan promosi dan hubungan dengan

rekan sekerja. Faktor-faktor ini dinilai pada skala baku dan

kemudian dijumlahkan untuk menciptakan skor kepuasan

kerja keseluruhan.

2.1.5 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Perawat

Menurut Herzberg dalam Mathis & Jackson (2006) dan Gomes

(2003) faktor-faktor yang Mempengaruhi dengan kepuasan kerja,

yaitu :

a. Kepemimpinan

Pengertian kepemimpinan adalah kemampuan untuk

mempengaruhi orang lain, dengan kata lain kepemimpinan

dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk

mempengaruhi orang lain untuk menggerakkan

orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian dan senang

hati bersedia mengikuti kehendak pemimpin tersebut.

Kepemimpinan manajerial ditandai dengan sifat manajerial

(9)

pemberdayaan. Pembuatan keputusan pimpinan dalam

sebuah organisasi tergantung pada gaya kepemimpinan

(Siagian, 2005).

b. Kompensasi (insentif)

Kompensasi merupakan istilah luas yang berkaitan

dengan imbalan yang diterima oleh orang-orang melalui

hubungan kepegawaian mereka dalam organisasi. Pada

umumnya bentuk kompensasi adalah finansial karena

pengeluaran moneter yang dilakukan sebuah organisasi.

Pengeluaran moneter dapat bersifat segera atau

tertangguh. Gaji mingguan atau bulanan karyawan adalah

contoh moneter yang bersifat segera (immediate payment) sedangkan pensiunan, pembagian laba atau bonus

merupakan moneter bersifat tertangguh (deferred payment)Kompensasi bisa diberikan dalam bentuk non

moneter (Flippo, 2000).

c. Kondisi Lingkungan Kerja

Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu faktor lain

yang mampu mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.

Lingkungan kerja yang baik dalam arti sempit tempat /

lokasi kerja aman, nyaman, bersih dan tenang, peralatan

(10)

pengertian akan memberikan kepuasan karyawan

(Gomes, 2003). Demikian pula yang dinyatakan Flippo

(2000), kondisi kerja yang nyaman aman dan menarik

merupakan keinginan karyawan untuk dipenuhi

perusahaan.

d. Kesempatan Promosi

Robbins (2003) menyebutkan bahwa reward system / kesempatan untuk memperoleh promosi melalui jenjang

kepangkatan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.

Kepuasan kerja mempengaruhi produktivitas kerja

karyawan, dengan demikian untuk meningkatkan

produktivitas kerja karyawan perlu memperhatikan

kepuasan kerja karyawan. Kesempatan promosi perawat

di rumah sakit antara lain kesempatan untuk menduduki

jabatan kepala ruang, kabid keperawatan dan pendidikan

lanjut program nurse dengan tersedianya dana untuk meraih hal tersebut, yang dapat meningkatkan kinerja

rumah sakit (Gilies, 1996). Hal ini dapat mendorong

motivasi perawat untuk senantiasa meningkatkan

komitmen bekerja di rumah sakit tersebut.

(11)

Tujuan pelayanan rumah sakit, khususnya pelayanan

keperawatan diperlukan supervisi keperawatan. Supervisi keperawatan adalah proses pemberian sumber – sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas

dalam rangka pencapaian tujuan. Adapun tujuan dari

supervisi keperawatan adalah pemenuhan dan peningkatan kepuasan pelayanan pada klien dan

keluarganya. Jadi supervisi difokuskan pada kebutuhan,keterampilan, dan kemampuan perawat untuk

melakukan tugasnya (Nursalam, 2008).

2.2 Keperawatan

2.2.1 Tugas dan tanggung jawab perawat

Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya

dan terpercaya. Sebutan ini menunjukan bahwa perawat professional

menampilkan kinerja secara hati-hati, teliti dan kegiatan perawat

dilaporkan secara jujur. Klien merasa yakin bahwa perawat

bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan

keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya.Kepercayaan tumbuh

dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien merasa

tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil,

pendidikannya tidak memadai dan kurang berpengalaman. Klien tidak

yakin bahwa perawat memiliki integritas dalam sikap, keterampilan,

(12)

1. Perawat senantisa merawat mutu pelayanan yang tinggi disertai

kejujuran professional dalam menerapkan pengetahuan serta

keterampilan perawat sesuai dengan kebutuhan orang, seseorang

atau penderita, keluarga dan masyarakat.

2. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya

sehubungan yang dipercayakan kepadanya.

3. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan

keperawatan yang dimilikinya untuk tujuan yang bertentangan

dengan norma-norma kemanusian.

4. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa

berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh

pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis

kelamin, aliran politik, agama yang dianut, dan kedudukan sosial.

5. Perawat mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien atau

klien dalam melaksaakan tugas keerawatannya, serta matang

dalam mempertimbangkan kemempuan jika menerima atau

mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan

keperawatan.

2.2.2 Peran Perawat

Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi maupun diluar

(13)

a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dilakukan perawat

dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang

dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan

menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan

diagnosis keperawatan agar dapat direncanakan dan dilaksanakan

tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat dasar kebutuhan

manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.

Pemberian asuhan keperawatan dilakukan dari yang sederhana

sampai yang kompleks.

b. Peran sebagai advokasi membantu klien dan keluarga dan

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan

atau informasi lain khususnya dalam pengambilan perpuasan atas

tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat

berperan mempertahankann dan melindungi h-hak pasien yang

meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi

tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan

nasibnya sendiri dan hak unutk menerima ganti rugi akibat

kelalaian.

c. Peran edukator peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam

meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit

bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan prilaku

(14)

d. Peran koordinator ini dilaksanakan dengan mengarahkan,

merencanakan, serta mengorganisasis pelayanan kesehatan dari

tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat

terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

e. Peran kolaborator dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain.

Dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang

diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan

bentuk pelayanan selanjutnya.

f. Peran konsultan Sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau

tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini

dilaksanakan atas permintaan klien terhadap informasi tentang

tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

g. Peran pembaharu Dilakukan dengan mengadakan perencanaan,

kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan

metode pemberian pelayanan keperawatan.

2.3 Fungsi Perawat

Fungsi merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan

perannya. Fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan

yang ada. Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan

berbagai fungsi diantaranya :

(15)

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang

lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan

secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan

tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia

seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan

oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktifitas

dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan

kenyamanan, pemenuhan cinta mencintai, pemenuhan

kebutuhan hargadiri dan aktualisasi diri.

b. Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan

atas pesan atau instruksidari perawat lain. Sehingga sebagian

tindakan pelimpahan tugas yang di berikan. Hal ini biasanya

dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum atau dari

perawat primer keperawat pelaksana

c. Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling

ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi

ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja

sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan

asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit

(16)

saja melainkan juga dari dokter ataupun yang lainnya (Hidayat,

2008).

(17)

= Tidak diteliti

[image:17.516.49.486.73.552.2]

= Diteliti

GAMBAR 2.1 KERANGKA TEORI

(Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja perawat pelaksana)

Sumber : Teori Dua Faktor Herzberg (2006), Gomes (2003).

2.5 Hipotesis Faktor Motivasi

 Pencapaian  Prestasi

 Tanggung jawab  Kesempatan untuk

berkembang Pekerjaan itu sendiri

Faktor Hygiene

 Gaji

 Kondisi lingkungan kerja  Mutu pelayanan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja

 Supervisi

Kesempatan promosi Hubungan interpersonal

Kepuasan Kerja Perawat

(18)

Dalam penelitian ini, hipotesis yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

H0 : 1. Tidak ada hubungan antara kepemimpinan dengan kepuasan kerja

perawat

2. Tidak ada hubungan antara lingkungan kerja dengan kepuasan kerja perawat

3. Tidak ada hubungan antara promosi dengan kepuasan kerja perawat

4. Tidak ada hubungan antara insentif dengan kepuasan kerja perawat

5. Tidak ada hubungan antara hubungan interpersonal dengan kepuasan kerja perawat

6. Tidak ada hubungan antara pekerjaan itu sendiri dengan kepuasan kerja perawat

H1 : 1. Ada hubungan antara kepemimpinan dengan kepuasan kerja perawat

2. Ada hubungan antara lingkungan kerja dengan kepuasan kerja perawat

3. Ada hubungan antara promosi dengan kepuasan kerja perawat

4. Ada hubungan antara insentif dengan kepuasan kerja perawat

5. Ada hubungan antara hubungan interpersonal dengan kepuasan kerja perawat

(19)

Gambar

GAMBAR 2.1 KERANGKA TEORI

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka Pemerintah Kota Solok dalam rangka memberikan perlindungan hukum dan pengakuan terhadap Pedagang Kaki Lima dan untuk

Metode pengembangan perangkat lunak mencakup proses spesifikasi kebutuhan perangkat lunak, seperti antarmuka dengan pengguna ( user interface ) maupun kinerja ( performance )

agar menghasilkan yang baik harus berada pada daerah. yang tingkat keasaman tanahnya (pH)

Dokumen Spesifikasi Kebutuhan Perangkat Lunak (SKPL) ini merupakan dokumen spesifikasi kebutuhan perangkat lunak Aplikasi Bantu untuk Menentukan Jenis Tanaman yang bernama “TANDUR”

In the Figures 3-5, it was observed that as the loading of metal catalyst component ruthenium, rhodium, platinum, molybdenum, vanadium and magnesium over the

[r]

h) Setelah diberikan LKS 1 SMK tentang membuat hiasan pada busana dengan teknik sulaman bebas, siswa dapat menguraikan langkah-langkah mengemas busana ( benda

Analisis Perbedaan Responsi dan Perilaku Konsumen Berdasarkan Frekuensi Belanja Terhadap Bauran Pemasaran Pada KPRI Karya Utama Tegaldlimo Banyuwangi; Vinda Icun