. ._ .... ,._.... ... r-o_,_..,.,.... _ _ _ .~~ ~ •. ~. ·: •• •• • I , ·· ~w-.__! ••""- ~- ~ ~ ---· ~
---!
TESIS
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN GAS DISEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
DI SUMATERA UTARA
Disusun dan diajukan oleh :
MARIA ULFA
NIM. 082 1 886 30064
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis
pada 07 Januari 2011 dan dinyatakan telah memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister sains
Program Studi Ilmu Ekonomi
P/bjmbin~
----z:;;~-rf--,J
~
Dr. Dede Ruslan, M.Si
NIP.l9650704199003
1
002
Ketua Program Studi
.';~
~
Dr. Dede Ruslan, M.Si
Medan, 10 Februari 2011
Menyetujui :
Tim Pembimbing,
,,
NIP . 19650704 199003 1 002
Prof.
':p·r. Belferik Manullang
NO.
1.
2.
3.
>
4.
5.
PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI
TESIS MAGISTER SAINS
NAMA
Dr. Dede Ruslan
2M.Si
(Pembimbing I)
Dr. Arwansyah
2M.Si
(Pembimbing II)
Dr. H. Mhd. Yusuf
2M.Si.
(Penguji)
Dr. Eko W. Nugrahadi2M.Si
(Pcnguji)
Dr . Parulian Simanjuntak
(Penguji)
Nama
Nim
Prodi
Tanggal Sidang
: Maria Ulfa
: 082 1 886 30064
: Ilmu Ekonomi
: 07 Januari 2011
T.TANGAN
-d.:.~
~
.
...
KATAPENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan tesis yang berjudul "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Permintaan Gas di Sektor Industri Pengolahan di Sumatera Utara". Tesis ini
dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Magister
Pendidikan pada Program Studi Ilmu Ekonomi, Program Pasca Sarjana
Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Dalarn kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. selaku Rektor UNIMED.2. Bapak Prof Dr. Belferik Manullang selaku Direktur Program Pascasarjana
UNIMED.
3. Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si. selaku Pembimbing I (Pertama) dan Bapak
Dr.Arwansyah, M.Si. selaku Pembimbing II (Kedua) yang dengan sabar
memberikan araban, bimbingan, dan motivasi serta meluangkan waktunya
kepada penulis hingga terselesainya penulisan tesis ini.
4. Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si. selaku ketua Prodi Ilmu Ekonomi, Ibu Riza
Indriani, SE selaku sekretaris dan Adi selaku stafProdi Ilmu Ekonomi.
5. Bapak Dr. Muhammad Yusuf, M.Si., Bapak Dr. Eko E. Nugrahadi, M.Si., dan
Bapak Dr. Parulian Simanjuntak, M.A. selaku narasumber dan sekaligus
dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan yang sangat berharga
bagi penulis.
>
z
6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu kepada penu1is selama
penulis menempuh pendidikan di Program Pascasaijana UNIMED.
7. Ayah Drs. Alunad Juliansyah, lbu Dra. Punia Pangaribuan, Kak Imay, Dek
Nanda dan Dek Yudi keluarga tercinta, yang telah memberikan dorongan,
semangat dan selalu mendoakan penu1is agar dapat menyelesaikan tesis ini.
8. Kepala BPS Provinsi Sumatera Utara Bapak Drs. Alimuddin Sidabalok, MBA,
Kepala BPS Provinsi Aceh Bapak Syech Suhaimi, SE, M. Si., Kabid Nerwilis
Bapak Khairul Agus, SE, M.Si., Bapak Sabar Harianja selaku atasan saya
yang telah mengijinkan saya mengambil Program Pascasarjana seqa
rekan-rekan di BPS Provinsi Sumatera Utara khususnya di Bidang Nerwilis.
9. M. Samhudi Harahap, yang telah menemani dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan penulisan tesis ini.
10. Sahabat dan rekan-rekan mahasiswa/i Prodi llmu Ekonomi UNIMED
Angkatan V, yang telah memberikan senyum dan persahabatan selama penulis
mengambil Program Pascasarjana, terutama sahabatku lbu Hafsyah Aprilia,
Kak Sri Juliana Siburian dan Dwi Jayanti.
Hendaknya semua kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penu1is
menjadi arnal kebajikan. Akhirnya, penulis menyadari bahwa karya ini rnasih jauh
dari kesempurnaan, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan,
pemerintah dan masyarakat.
iv
Medan, Januari 2011
Penulis
~
MARIA ULFA. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Gas di Sektor lndustri Pengolahan di Swnatera Utara. Tesi s. Medan: Program Pascasaijana Universitas Negeri Medan. Januari 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fuktor-faktor yang mempengaruhi permintaan gas di sektor industri pengolahan di Sumatem Utara. Dengan menggunakan model permintaan input (conditional input demand) dan partial adjustment model dianalisis apakah harga gas, harga BBM sebagai barang subsitusi, pendapatan industri pengolahan, dan permintaan gas tahun sebelumnya berpengaruh terhadap permintaan gas di sektor industri pengolahan di Swnatem Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, harga gas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan gas di sektor industri pengolahan. Pendapatan industri pengolahan dan permintaan gas tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signiflkan terhadap permintaan gas di sek1or industri pengolahan. Sedangkan harga BBM tidak berpengaruh secara statisti.k terhadap permintaan gas di sektor industri pengolahan. Elastisitas harga gas terhadap permintaan gas di sek1or industri pengo laban bersifat inelastis dengan nihti elastisitas sebesar 0 ,319. Elastisitas harga silang atau elastisitas harga BBM tertimbang terhadap permintaan gas di sektor industri pengolahan juga bersifat inelastis dengan nilai elastisitas sebesar 0,001 . Dan elastisitas pendapatan, atau elastisitas pendapatan industri pengolahan terhadap perrnintaan gas juga bersifat inelastis dengan nilai elastisitas sebesar 0,251. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga gas berpengaruh terhadap perubahan perrnintaan gas di sektor industri pengolahan, namun besarnya perubahan harga gas akan menyebabkan perubahan permintaan gas relatif Jebih kecil . Dari keempat variabel tersebut, permintaan gas pada tahun sebelurnnya merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap permintaan gas di sektor industri pengo laban di Sumatera Utara.
ABSTRACT
MARIA ULFA. Analysis Factors That Affect Demand For Gas in The Manufacturing Sector in North Sumatra. Tesis. Medan: Postgraduate School of The State University ofMedan. January 2011.
The aims of this study were to discover factors that affect demand of gas in the manufacturing sector in North Sumatra. By using conditional input demand model and partial adjustment model was analyzed whether the price of gas, the price of fuel as substitute goods, revenue of industry, and the previous year's gas demand affect gas demand in the manufacturing sector in North Sumatra. The results of this study in long-run and short run indicate that the price of gas has negative and significant impact on the demand of gas in the manufacturing sector. The revenue of industry and the previous year's gas demand has positive and significant impact on gas demand in the manufacturing sector. While fuel prices weighted hasn't effect on gas demand in the manufacturing sector at statistic value. Own price elasticity, elasticity demand for gas with gas prices in the manufacturing sector is inelastic with elasticity value at 0.319. Cross-price elasticity, elasticity demand for gas with fuel prices weighted in the manufacturing sector is inelastic with the elasticity value at 0,001. And income elasticity, elasticity demand for gas with the revenue of industry also is inelastic with elasticity value at 0.251. This indicates that the changes of gas price affect the changes in gas demand in the manufacturing sector, but the magnitude of gas price changes will lead to changes
in gas demand are relatively smaller. Of the four variables, the previous year's gas demand is a variable that has the most impact on gas demand in the manufacturing sector in North Sumatra.
Key Word: Demand of Gas, Conditional Input Demand Model, Partial Adjustment Model, Elasticity.
...
1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN
Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan
penduduk yang cukup pesat, jumlah keperluan energi secara nasional cenderung
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010, peranan gas bumi
di Indonesia merupakan sumber energi kedua, setelah minyak bumi. Pada tahun
2005, jumlah cadangan gas bumi yang dimiliki Indonesia adalah sebanyak 23,9
SBM (Setara Barrel Minyak), dan cadangan minyak bumi sebanyak 9,1 SBM
(Driyo, 2005). Awal tahun 2005, dari seluruh konsumsi energi di Indonesia, 57%
berasal dari minyak bumi, 24% gas bumi, dan 13% dari batubara. Sisanya
berupa tenaga air, panas bumi, dan lain sebagainya (Suryo & Rochim, 2005).
Karena tingginya pemakaian minyak bumi sebagai energi primer yang
digunakan masyarakat, padahal minyak bumi merupakan sumber energi yang
tidak dapat diperbaharui, maka pemerintah mulai menerapkan berbagai program
diversifikasi energi. Program diversifikasi energi dimasukkan dalam Peraturan
Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Dengan program
diversifikasi energi ini, pemerintah mengharapkan ketergantungan terhadap
penggunaan minyak bumi sebagai bahan baku BBM dapat dikurangi, karena
minyak bumi adalah sumber energi yang tidak dapat diperbaharui dan akan
habis apabil~ dilakukan eksploitasi terus menerus. Dan pilihan terhadap gas bumi
2
kandungannya masih melimpah di tanah air.
Konsumsi gas bumi domestik terus meningkat setiap tahunnya, terutama
dalam 5 tahun terakhir. Berdasarkan laporan Kementrian Energi dan Sumber
Daya Mineral (2010), konsumsi gas pada tahun 2005 mencapai 3.541 MMSCFD
(Million Metric Standard Cubic Feet Day), setahun kemudian meningkat menjadi
3.716,1 MMSCFD dan 2009 tercatat 4.233,7 MMSCFD. Peningkatan konsumsi
gas, terutama terjadi
pada
sektor pupuk, listrik dan industri lain.21400,000,000 ---,----·--,---.---r·---,----··-r---·-·
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tahun
Sumber: Datawarehouse Kementrian Energt dan Sumber Daya Mineral (ESDM), 2010
Gam bar 1.1. Pemanfaata n Gas Bumi di Indonesia Tabun 2000-2008 (MSCF)
Untuk sektor pupuk, konsumsi gas tahun 2005 sebesar 539,1 "MMSCFD.
Tahun 2009, konsumsinya meningkat menjadi 619,6 MMSC"FD. Sektor listrik,
konsumsi gasnya pada tabun 2005 mencapai 480,1 MMSCFD, meningkat menjadi
502,3 MMSCFD pada 2007 dan naik menjadi 634,3 MMSCFD tahun 2009.
Sedangkan untuk industri lain, pada tahun 2005 konsumsi gasnya tercatat nihil,
pada 2007 melonjak menjadi 128,7 MMSCFD dan tahun 2009 naik menjadi 494,2
Di Sumatera Utara, konsumsi gas juga semakin meningkat terutama
setelah adanya kebijakan konversi minah ke gas. Konsumsi LPG (Liquified
Petroleum Gas) 3 kg di Sumatera Utara terns naik setiap bulannya. Pada bulan
September 2009 konsumsi LPG sebesar 1.800
MT
(metric ton), kemudian padabulan Oktober sebesar 2.021 MT, bulan November sebesar 2.498 MT, dan bulan
Desember sebesar 3.868 MT. Sedangkan Januari hingga tanggal 25 telah
[image:10.527.30.474.143.612.2]disalurkan sebanyak 4.642 MT LPG 3 kg (Hidayat, 2010).
Tabel l.l. Banyaknya Pelanggan, Volume Penjualan, dan Nilai Penjualan Gas di Sumatera Utara Tabun 2000-2008
'----I~
Jumlah Volume Nilai
Tahun Pelanggan Gas Penjualan Gas Penjualan Gas
(pelanggan) (ribu m3) UutaRp)
(1)_ (2) (3) (!)_
2000 11,221 33,229.70 55,399.40
2001 12,218 152,314.80 106,967.30
2002 12,883 156,928.16 180,114.00
2003 14,400 165,633.69 214,475.00
2004 17,060 167,289.61 241,517.68
2005 17,715 196,015.70 336,368.53
2006 18,628 176,610.22 388,810.76
2007 19,245 113,333.75 240,163.15
2008 19,094 105,393.24 255,189.26
Sumber: PT. PGN (Persero) Tbk Cabang Medan
Jumlah pelanggan di Sumatera Utara dari
tahun
2000-2008 mengalamipeningkatan. Pada tahun 2000, j umlah pelanggan gas di Sumatera Utara sebanyak
11.221 pelanggan, kemudian pada
tahun
2008 meningkat, jwnlah pelanggan gasdi Sumatera Utara sebesar 19.094 pelanggan. Dalam kurun waktu 8
tahun,
terjadi4
Jika dilihat dari volume penjualan gas di Sumatera Utara, dari tahun 2000
hingga tahun 2005, terjadi peningkatan volume penjualan gas yang cukup
signifikan Pada tahun 2000, voltune penjualan gas sebanyak 33,29 juta m3
meningkat menjadi 196,01 juta m3 pada tahun 2005. Pada tahun 2006-2008,
terjadi penurunan volume penjualan gas karena terjadi penurunan pasokan gas di
perusahaan gas negara cabang medan, sehingga pemerintah provinsi sumatera
utara membatasi konsumsi gas di sektor industri untuk menghindari konsumsi gas
yang berlebihan.
-
z
~0.000.00
[image:11.517.34.471.75.620.2]2001 2002 2003 2004 200S 2006 2007 Sumber: PT PGN (Persero) Tbk Cabang Medan
Gambar 1.2. Nilai Penjualan Gas Melalui Pipa di lndustri di Sumatera Utara Tahun 2000-2008 (Juta Rupiah)
Penjualan gas yang disalurkan melal ui pipa pada pelanggan industri di
Sumatera Utara secara keseluruhan mengalami peningkatan. Pacta tahun 2000
nilai penjualan gas sebesar 103, 56 milyar rupiah, meningkat menjadi 231,74
peningkatan lebih dari 2 (dua) kali lipat. Peningkatan penjualan gas di industri di
Sumatera Utara, salah satunya disebabkan perusahaan ingin meminimumkan
pengeluaran, dimana stabilnya harga gas bumi ditengah harga minyak bumi yang
semakin meningkat, sehingga industri secara perlahan mengalihkan sumber energi
yang digunakan dari minyak bumi ke gas. Meskipun pada tahun 2007 terjadi
[image:12.517.37.472.78.637.2]penurunan konsumsi gas yang cukup signifikan di Sumatera Utara.
Tabel 1.2. Produksi, Konsumsi, Ekspor, lmpor Minyak Bumi di Indonesia Tabun 2000-2008 (Barrel)
~
Tahun Produksi Konsumsi Ekspor
~
lmpor
Barrel Barrel Persen Barrel Persen Barrel
(J) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2000 517,415,696 383,955,955 0.74 225,840,000 0.44 79,206,903
200 1 489,849,297 375,668,315 0.77 239,947,960 0.49 118,361,897
2002 455,738,915 358,806,832 0.79 216,901,729 0.48 121,269,176
2003 415,814,157 373,190,759 0.90 211,195,795 0.51 129,761,738
2004 400,486,234 375,494,636 0.94 180,234,938 0.45 148,489,589
2005 385,497,959 357,493,997 0.93 156,766,006 0.41 120,159,325
2006 359,289,337 349,845,435 0.97 114,147,764 0.32 113,545,934
2007 348,357,604 321,302,814 0.92 127,134,792 0.36 111,067,245
2008 358,718,699 248,197,914 0.69 104,023,172 0.29 48,867,362
Sumber: Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2008
Persen (81 0.1 5 0.24 0.27 0.31 0. 37 0.31 0.32 0.32 0.14
Konsumsi gas bumi di Indonesia semakin meningkat, sedangkan konsumsi
minyak bumi mengalami penurunan. Berdasarkan pub1ikasi Kementrian Energi
dan Sumber· Daya Minera l (2008), pada tahun 2007 dari 348,35 juta barrel
produksi minyak bumi Indonesia, sebanyak 32% merupakan dari impor.
c---6
sebanyak 14% merupakan dari impor seperti terlihat pada Tabel 1.2. Salah satu
yang menyebabkan penurunan impor ini karena adanya pengendalian konsumsi
minyak bumi dengan program konversi minyak tanah ke gas.
Semakin meningkatnya konsumsi gas di masyarakat dapat disebabkan oleh
beberapa aspek, antara lain: stabilnya harga gas di pasaran dibandingkan harga
minyak bumi yang semakin melonjak, ketersediaan gas di pasaran dibanding
ketersediaan minyak bumi yang semakin langka, j umlah masyarakat yang
semakin bertambah banyak, dan upaya pemerintah dengan adanya konversi gas
dan sosialisasi pemakaian gas yang ternyata lebih hemat dan efisien. Namun,
peningkatan konsumsi gas pada sektor industri tidak sebesar peningkatan
konsumsi gas pada rumah tangga.
Tabel1.3. Harga Gas Bumi Menurut Sektor Wilayab Jaringan Distribusi Medan, 1 Oktober 2009 (Rupiablm~
Harga (Rp/m3)
Sektor Pelanggan Pelanggan Ket.
Kecill Kecil2
(1) {2) (3) (4)
12 Juli 2005 1.549 1.800
Keputusan Kepala 31 Desember 2006 1.549 1.800
g
BPH Migas No.
31 Desember 2007 1.549 1.800 21/RTPK/BPH
31 Desember 2008 1.549 1.800 Migas/KomNII/2005
I Oktober 2009 1.549 1.800 Tanggal 12 Juli 2005
Sumber. BPH M1gas, 2009
...
Sejak tahun 2005 hingga tahun 2009, harga gas bumi di Sumatera Utara
tidak men gal ami perubahan yaitu sebesar Rp 1.549 per m3 untuk jenis pelanggan kecil 1 dan sebesar Rp 1.800 per m3 untuk jenis pelanggan kecil 2.
Fenomena ini berbanding terbalik dengan harga BBM yang terus melonjak
naik. Dari Tabel 1.4. sebelum tahun 2005 harga premium, minyak tanah dan solar
[image:13.525.31.470.117.610.2]berkisar sebesar Rp 2.400, Rp 2.200, dan Rp 2.100. Namun sejak 1 Oktober 2005
harga premium, minyak tanah dan solar berkisar sebesar Rp 4.500, Rp 2.000, dan
Rp 4.300. Sedangkan pada tahun 2009 harga premium, minyak tanah dan solar
sebesar Rp 5.000, Rp 2.500, dan Rp 4.800.
TabellA. Darga Minyak Premium, Minyak Tanah, Minyak Solar, Minyak Diesel dan Minyak Bakar Berdasa rkan Darga Eceran dan Darga Industri di Indonesia Tahun 2005-2008 (Rupiah/Liter)
I ,...
~.
Harga Bahan Bakar Minyak (Rp/liter)
0
"
Tahun
Premium Tanah Solar Diesel M.Bakar
>
Ket.(1) (2) (31 (4) (5) (6) (7)
01 September 2.400 2.200 2.100 2.300 2.600 Harga Eceran
2005 5.160 5.600 5.350 5.130 3.150 Harga Industri
01 Desember 4.500 2.000 4.300 Perpres No. 55/2005
2005
5.150 6.480 5.340 5.180 3.680 Harga J ual Pasar01 Desember 4.500 2.000 4.300 Perpres No. 55/2005
2006 4.750 5.282 5.063 4.863 3.051 Harga J ual Pasar
01 Desember 4.500 2.000 4.300 Perpres No. 55/2005
2007 7.450 8.348 7.940 7.700 5.750 Harga Jual Pasar
15 Desember 5.000 2.500 4.800 PermenESDM
No.41/2008
2008
5.800 6.400 6.340 5.670 3.582 Harga Jual Pasar
Sumber: Pertamma, 2010
Sedangkan jika dilihat dari konsumen itu sendiri dimana dalam hal ini
adalah industri pengolahan di Sumatera Utara, juga mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Dari Tabel 1.5., pada tahun 2001, jumlah industri pengolahan
besar dan sedang di Sumatera Utara sebanyak 959 industri, dan pada tahun 2008
sebanyak 1.1,.45 industri. Meningkatnya jumlah industri pengolahan yang
merupakan salah satu konsumen bahan bakar gas, menyebabkan meningkatnya
jumlah permintaan gas di Sumatera Utara (BPS, 2009).
Bila dilihat dari segi pendapatan, dimana da1am hal ini dinilai dari nilai
[image:14.521.34.475.149.592.2]8
industri di Sumatera Utara terns mengalami peningkatan. Dari Tabel 1.5., pada
tahun 2001 NTB industri sebesar 11.858,82 milyar rupiah, dan pada tahun 2008
NTB industri sebesar 24.317,15 milyar rupiah. Pertambahan NTB ini dapat
disebabkan pertambahan jumlah perusahaan industri dan peningkatan harga
barang.
Tabell.S. Jumlab Perusabaan dan Nilai Tambab Industri Besar dan Sedang di Provinsi Sumatera Utara Tabun 2001-2008
....
"'
Jumlah Perusahaan Nilai Tambah
Tahun lndustri Besar & Sedang Industri Besar & Sedang
{unit) (milyar rupiah)
(J) (2) (3)
2001 959 11.858,82
2002 947 10.827,88
2003 919 11.072,66
2004 970 13.730,73
-
2005 922 14.768,312006 1.218 21.506,75
2007 1.181 23.176,74
z
2008?
S"mboc BPS, 20091.145 24.317,15
Peranan sektor industri pengolahan di Sumatera Utara menga1ami
peningkatan dari tahun 2000-2009. Pada Gambar 1.3. ter1ihat bahwa tahun 2000,
peranan sektor lapangan usaha lebih didominasi oleh sektor pertanian sebesar
27,42 persen, sedangkan sektor industri pengolahan sebesar 24,48 persen. Namun
sejak tahun 2003, peranan sektor lapangan usaha lebih didominasi oleh sektor
industri pengolahan sebesar 25,27 persen, sedangkan sektor pertanian sebesar
24,94 persen. Pada tahun 2009, peranan sektor industri pengolahan mu1ai
[image:15.520.34.470.103.655.2]masih mendominasi perekonomian di Sumatera Utara. Penurunan . peranan
tersebut menuntut industri pengolahan untuk lebih meningkatkan produktivitasnya
agar dapat meningkatkan produksi dan peranannya terhadap perekonomian di
Sumatera Utara.
Peranan Sektor Lapangan Usaha PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000-2009 (Persen)
2000 2003 Tllh1m 2006 2009
II Pertanian • lndustri Pengolaban DLainnya
Sumber: BPS, 20 I 0
Gambar 1.3. Peranan Sektor Lapanga n Usaba PDRB Provinsi Sumatera Utara Tabun 2000...2009 (Persen)
Konversi minyak tanah ke elpiji yang dimulai pada Mei 2007 ditargetkan
tuntas dilaksanakan pada tahun 2010. Pada akhir pelaksanaannya, dana APBN
diharapkan dapat dihemat hingga Rp 20 triliun. Program konversi minyak tanah
ke paket gas tiga kilogram di Indonesia selama Januari hingga"Juli tahun 2009,
telah menghemat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar
Rp3,3 triliun (Nugroho, 2009). Target penghematan APBN dari program konversi
minyak tanah ke
gas
tahun ini adalah Rp7,2 triliun, sementara selarna tahun 2008nilai penghematan dari program itu adalah Rp5 ,5 triliun, kata Manajer Gas
10
Apabila program konversi BBM ke gas juga diterapkan pada sektor
industri pengolahan maka akan dapat menghemat anggaran Iebih banyak Iagi
karena menurut data dari Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (2000), pada
tahun 1999, sektor industri pengolahan merupakan sektor pengguna BBM terbesar
ketiga yaitu sebesar 22,79% setelah sektor transportasi sebesar 46,08% dan sektor
rumah tangga sebesar 23,34%.
Gas bumi juga memiliki tingkat polusi yang Iebih rendah daripada minyak
bumi. Sehingga dengan menggunakan gas bumi sebagai sumber energi dalam
kegiatan produksi akan mengurangi tingkat polusi dunia.
1Consumsi gas di industri pengolahan mengalarni peningkatan, narnun
mayoritas industri pengolahan masih menggunakan minyak bumi khususnya solar
sebagai bahan bakar dalarn proses kegiatan produksi, dimana pemakaian bahan
bakar solar sebesar 87 persen sedangkan pemakaian bahan bakar gas hanya 3
persen. Padahal harga gas relatif lebih stabil daripada harga minyak bumi dan gas
bumi memiliki tingkat efisiensi lebih tinggi daripada minyak bumi.
Karena kejadian dan latat belakang diatas, penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan gas
di sektor industri pengolahan di Sumatera Utara.
1.2. Perumusan Masalab
Dari uraian-uraian tersebut, penulis merwnuskan masalah sebagai berikut:
I . Bagaimana pengaruh harga gas, harga BBM, pendapatan perusahaan industri
pengolahan dan permintaan gas tahun sebelumnya terhadap permintaan gas di
sektor industri pengolahan di Sumatera Utara?
Seberapa besar nilai elastisitas permintaan gas terhadap harga gas, harga BBM
tertimbang dan pendapatan industri pengolahan di sektor industri pengolahan
di Sumatera Utara?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui gambaran umum pola perrnintaan gas dan BBM di sektor industri
pengolahan di Sumatera Utara.
Mengetahui pengaruh harga gas, harga BBM, pendapatan perusahaan industri
pengolahan dan permintaan gas 1ahun sebelumnya terhadap permintaan gas di
sektor industri pengolahan di Sumatera Utara.
3. Mengetahui nilai elastisitas permintaan gas terhadap harga gas, harga BBM
tertimbang dan pendapatan industri pengolahan di industri pengolahan di
12
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan bagi industri pengolahan tentang gambaran dan
peranan permintaan gas dalam kegiatan produksi di sektor industri pengolahan
di Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah, faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi pennintaan gas di sektor industri pengolahan.
3. Sebagai tambahan kajian bagi pihak-pihak yang tertarik untuk rneneliti lebih
Ian jut tentang perrnintaan gas di sektor industri pengo laban.
z
?
m
DAFTARISI
Halaman
ABSTRAK ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... .
KATA PENGANTAR ... ... .... .... ... .... .. ... ... iii
vii VIII BAB I PENDAHULUAN ... ... .... ... ... ... ... ... . 1.1 . La tar Belakang Masalah ... .. ... .. ... ... . 1.2. Pennnusan Masalah . . .. . .. .... .. . ... ... . .. .. . .... .... . .. .. .... . .. ... .. ... ... II 1.3. Tujuan Penelitian .. .. ... .. ... ... ... ... ... ... I 1 1.4. Manfaat Penelitian ... ... ... .... .. .. ... ... ... 12
B AB II KAHAN PUST AKA . .. . . .. . .... .. .. .. .. . .. . . .. .. . .. .. .. .. . . .. .. .. .... 13
2. I. Teori Pennintaan (Demand).. ... ... ... ... .. .. ... .. ... ... 13
2. 1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pennintaan .. .. .. ... ... 15
2.1.2. Teori Permintaan Input (Input Demand) ... . ... ... . .. ... .. .. .. .. .. .... 17
2.2. Model Penyesuaian Parsial .. .. ... . . .. . .... ... . . . .. ... . ... . .. ... ... .... ... .. ... . 24
2.3. Elastisitas Pennintaan ... ... .. ... .. .... .... .... . ... ... ... 26
2.4. Penelitian Terdahulu .. ... .. ... ... ... .... . .. . .. .. .. ... 31
2.5. Kerangka Berpikir . . . .. . ... ... .. . . .. .. . .... .. .. . .. . ... ... ... .. ... 34
2.6. Hipotesis Penelitian .... .. ... ... ... ... .. ... 35
BAB III METODE PENELITIAN .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . .. . .. .. . .. ... .. . ... ... 36
3.1. 36 3.2. 36 3.3. Model Analisis ... .... .. ... ... .. ... ... ... ... ... ... . 37
3.3.1. Analisis Deskriptif .... .. ... ... ... ... .. ... .. ... ... . ... ... 37
3.3.2. Analisis Regresi ... ... .... .... 37
3.4. · Definisi Operasional Variabel ... ... ... ... .. .... ... 39
3.5. Prosedur Penelitian ... ... ... .. ... ... ... ... . 41
3. 5.1. Uji Stasioner .... .. ... .. ... .. ... ... 41
3.5.2. Uji Regresi .. ... .... ... .... ... ... ... .... ... .... 44
3.5. 3. K.riteria Statistik ... ... ... ... 49
3.6. Teknik Analisis Data ... ... .... .. ... .. .. .... .. .. ... ... .... .... 5 1 3.6.1. Analisis Permintaaan Gas ... ...
(5}
s2
BAB IV HASIL PENELITIAN ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. ... ... 534.1 . Deskripsi Data ... ... ... .... ... .... .. .. .. .. ... .. .. .. .. .... ... ... 53
4.1.1. Permintaan Gas di Industri Pengolahan di Sumatera Utara .... 53
4.1.2. Karakteristik Industri Pengolahan di Sumatera Utara ... 57
4.2. Pengujian Persyaratan Anal isis ... . ... ... ... ... ... .. ... 60
4.2 .1. Uji Stasioner ... ... 60
4.2.2. Uji Regresi ... ... ... ... ... .... ... 61
4.3 . Pengujian Parameter ... .... ... 62
4.4. Hasil Penelitian ... ... 64
4.4 .1. Pengaruh J angka Pendek .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. . .. . 64
4.4.2 . Pengaruh Jangka Panjang ... ... ... .. .. 65
z
4.4.3. Elastisitas Permintaan ... .... ... 66BAB V SIMPULAN DAN SARAN . .. .. . .. . .. . . .. .. . .. . .. . .. . .. . .. .... .. .... . .. ... .. 68
5. 1. Simpulan ... ... ... ... 68
5.2. Saran... ... ... ... ... ... ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 7 1 LAMPIRAN .~ . ... ... .. ... .... .... ... ... ... ... .. ... .... ... . . .. ... ... .. 73
RIWAYATHIDUP .... ... .. ... ... ... ... ... 86
DAFTAR TABEL
Hal am an
Tabel
1.1.
Banyaknya Pelanggan, Volume Penjualan, dan NilaiPenjualan Gas di Sumatera Utara Tahun 2005-2008 . . . .. 3
Tabel 1.2. Produksi, Konsumsi, Ekspor, Impor Minyak Bumi Tahun 2000-2008 (Barrel) . . .. .. .. .. .. . .. . .. . .. .. .. .. .. . .. . .. . .. . .. . .. .. ... 5
Tabel 1.3. Harga Gas Bumi Menurut Sektor Wilayah Jaringan
Distribusi Medan, 1 Oktober 2009 (Rupiah/m3) . . . . . . . . . • . . . 6
Tabel 1.4. Harga Minyak Premium, Minyak Tanah, Minyak Solar, Minyak Diesel dan Minyak Bakar Berdasarkan Harga Eceran dan Harga Industri di Indonesia Tahun 2005-2008 (Rupiah/Liter) ... ... .. . . .. .. . .. . .. . .. . .. . ... . .. .. . .. . .. . .. .. . .. .. . ... . 7
Tabel 1.5. Jumlah Perusahaan dan Nilai Tambah Industri Besar dan Sedang di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2008 .. .. ... .... 8
Tabel 2.1. Jenis Elastisitas Berdasarkan Nilai Koefisien Elastisitas (e).. 29
Tabel 3 .1. Kaidah Keputusan Durbin-Watson Test . . . 46
Tabel 3.2. Koefisien Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang Model PAM ... ... ... ... ... ... .. .. .... ... ... .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .... .. .. 52
Tabel 4.1. Banyaknya Pelanggan, Volume Penjualan, dan Nilai Penjualan Gas di Sumatera Utara Tahun 2001-2008 . .. .... ... . 54
Tabel 4.2. Harga
Gas
dan Harga BBM Tertimbang di Industri Besar Sedang di Sumatera Utara Tahun 2001-2008 .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 56Tabel 4.3. Nilai Output, Input dan NTB di Industri Besar Sedang di Sumatera Utara Tahun 2001-2008 (Miliar Rupiah).. ... 59
Tabel 4.4. Elastisitas Harga, Elastisitas Harga Silang dan Elastisitas Pendapatan . .. .. . .. . . .. .. . .. . .. . . .. .. . . .. .. . . .. .. . .. . . .. . .. . .. . . .. .. .. . 66
[image:22.526.29.470.110.646.2]DAFTAR GAMBAR
[image:23.543.33.469.101.638.2]Hal am an
Gambar
1.1.
Pemanfaatan Gas Bumi di Indonesia Tahun 2000-2008 (MSCF) ... ... ... ... ... .. . ... ... .. . .. . ... .. . .. . ... .. . .. . ... .. . 2Gambar
1.2.
Nilai Penjualan Gas Melalui Pipa di Sumatera Utara Tahun 2000-2008 (Juta Rupiah) .... .. . .. . ... ... ... ... .. .... 4Gambar 1.3. P eranan Sektor Lapangan Usaha PDRB Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2000-2009 (Persen) ... .. . .. . .. .... 9
Gam bar 1. 4. P ersentase Pemakaian Bahan Bakar di Industri Besar Sedang di Sumatera Utara Tahun 2008 (Persen) ... ... ... 10
Gambar 2.2. Kerangka Berfikir ... .. ... . ... .. . . · .. .... ~ . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . 34
Gambar 4.1. Nilai Penjualan Gas di Sumatera Utara melalui Pipa Dirinci menurut Pelanggan Tahun 2008 (Juta Rupiah) .... 53
Gambar 4.2. Nilai Penjualan Gas menurut Pelanggan di Sumatera Utara Tahun 2001-2008 (Juta Rupiah) .. .. .. . ... .. . ... .. . ... 55
Gambar 4 .3. Permintaan Gas di Industri Besar Sedang di Surnatera Utara Tahun 2001-2008 (ribu m3) ... ... . .. ... .. . .... ... 56
Gainbar 4.4. Peranan Sektor Lapangan Usaha PDRB Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2000-2009 (Persen) .. ... . ... ... ... 57
Gambar 4.5. Jwnlah Industri Besar Sedang di Provinsi Swnatera Utara Tahun 2001-2008... .. .. .. . .. . ... .. . ... .. . ... . .. .. . ... .. 58
Gambar 4 .6. Persentase Biaya Input lndustri Besar Sedang di Provinsi Swnatera Utara Tahun 2001-2008 .. . ... .. .... ... ... .. . ... .. . 60
Lampiran 1.
Lamp iran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
z
?
m
Halaman
Permintaan Gas, Harga Gas, Harga BBM Tertimbang, NTB Industri, dan Permintaan Gas pada Tahun Sebelumnya di
Industri Pengolahan Tahun 1993-2008 ... 73
Pengujian Stasioner ... ... ... 74
Output Pengolahan dengan Eviews 7 ... .. ... 82
Pengujian Asumsi Regresi Linier Klasik .... ... ... .... ... 83
85
lVI
5.1. Simpulan
BABV
SIMPULAN DAN SARAN
Setelah dilakukan analisis dari persamaan regresi linier dengan
menggunakan model permintaan input dan p artial adjustment model serta
pembahasan secara terperinci maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai
berikut:
Baik dalam jangka pendek dan jangka panjang, fungsi permintaan gas
pada sektor industri pengolahan di Sumatera Utara dipengaruhi secara
negatif dan signifikan oleh harga gas dan dipengaruhi secara positif dan
signifikan oleh pendapatan industri pengolahan dan permintaan gas tahun
sebelumnya. Sedangkan harga BBM tertimbang tidak berpengaruh secara
statistik terhadap permintaan gas pada sektor industri pengolahan di
Sumatera Utara. Namun pengaruh harga gas dan pendapatan industri
pengo laban lebih besar pada jangka panjang daripada jangka pendek.
Nilai koefisien elastisitas harga gas terhadap permintaan gas menunjukkan
bahwa gas merupakan barang normal pada industri pengolahan. Elastisitas
permintaan gas dengan harga gas bersifat inelastis, dimana perubahan
harga yang relatif besar tidak akan mengubah permintaannya dalam
jumlah yang banyak. Hal ini disebabkan gas merupakan kebutuhan pokok
dan barang normal bagi industri, dimana untuk melakukan proses
produksi, perusahaan memerlukan bahan bakar. Penemuan empiris studi
ini mengenai elastisitas harga sendiri mempunyai implikasi bahwa
69
kebijakan harga dapat memegang peranan dalam meningkatkan
permintaan gas di industri pengolahan di Sumatera Utara.
Nilai koefisien elastisitas harga BBM tertimbang terhadap permintaan gas
menunjukkan bahwa BBM tertimbang merupakan barang subsitusi.
Elastisitas permintaan gas dengan harga BBM tertimbang bersifat
inelastis, dimana perubahan harga yang relatif besar tidak akan rnengubah
permintaannya dalam jumlah yang banyak.
Nilai koefisien pendapatan industri pengolahan terhadap permintaan gas di
industri pengolahan dalam persamaan regresi bemilai positif dan lebih
kecil dari satu, maka elastisitas pendapatan bersifat inelastis. Nilai
koefisien elastisitas pendapatan bernilai kecil, hal ini menunjukkan bahwa
gas merupakan kebutuhan pokok (necessary) pada industri pengolahan.
5.2. Saran
Berdasarkan basil perhitungan persamaan regresi linier dan bagaimana
variable bebas menjelaskan pengaruh jumlah permintaan gas di industri
pengolahan di Sumatera Utara, disarankan beberapa hal sebagai berikut:
a. Industri pengolahan di Sumatera Utara diharapkan menggunakan bahan
bakar gas dalam proses produksinya. Hal ini disebabkan dari segi harga,
harga gas lebih murah dan lebih stabil kenaikan harganya dibandingkan
harga BBM. Selain itu, dengan menggunakan bahan bakar gas, industri
pengolahan telah membantu pemerintah dalam program diversifikasi
energi yang mengurangi penggunaan BBM dan menghemat anggaran
70
b. Pemerintah perlu memperhatikan dan menjaga kestabilan harga gas,
menjaga keamanan dalam pemakaian gas dan pengadaan gas yang tetap
tersedia di industri pengolahan, karena gas merupakan barang kebutuhan
pokok (necessary) dalam proses kegiatan produksi di sektor industri
pengo laban.
c. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mencari model dan variabel
lain yang lebih baik dalam mempresentasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan gas di industri pengolahan di Sumatera Utara.
z
?
m
71
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2000-2009. Sumatera Utara Dalam Angka. Sumatera Utara: BPS
Badan Pengelola Hasil Minyak dan Gas. 1 Oktober 2009. Penetapan Harga Gas Bumi. Jakarta: BPH Migas.
Brown, Stephen P.A. & Yucel, Mine K. 2007. What Drives Natural Gas Prices?.
North America: Federal Reserve Bank of Dallas.
Case, K.L. & Fair, R. C. 2005. Prinsip-prinsip Ekonomi Mikro. Edisi 7. Jakarta: lndeks Kelompok Gramedia.
Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi. 2000. Indonesia Oil and Gas Statistik.
Jakarta: Ditjen Migas.
Driyo, Aryo Daru. 2005. Prospek Komoditas Batubara. Economic Review Journal No. 200. Jakarta.
Egi. 6 Maret, 2009. Konversi Gas Ditargetkan Hemat Rp 20 Triliun. Kompas.
Fauzan, Yuniko. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Liquid Petroleum Gas di Indonesia Periode 1980-2003. Tesis tidak diterbitkan. Bogor: Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Gujarati, Damodar. 2004. Basic Econometrics. Fourth Edition. United States: The McGraw-Hill Companies.
Hidayat, Wahyu. 2010. Konsumsi LPG 3Kg di Sumut Terns Meningkat.
Waspada.
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2007. Neraca Gas Indonesia 2007-2015. Jakarta: Kementrian ESDM.
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2010. Datawarehouse ESDM
Jakarta: Kementrian ESDM.
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2010. Konsumsi Gas Domestik Terus Meningkat. Jakarta: Kementrian ESDM.
Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makroekonomi. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
72
Mas-Colell, A, Whinston, Michael D., & Green, Jerry R. 1995. Microeconomic Theory. Oxford University Press.
Matridakis, S., Wheelwright, S. C. & McGee, V. E. 1999. Metode dan Aplikasi Peramalan. Jakarta: Erlangga.
Nachrowi, D.N. & Usman, H. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometrik. Ed. I. Cet.l. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nugroho, Akbar. 2009. Konversi Gas Hemat APBN Rp 3,3 Triliun. Antaranews.
Nugroho, Hanan. 2004. Pengembangan Industri Hilir Gas Bumi Indonesia: Tantangan Dan Gagasan. Michigan Tech: Institut Francais du Petrole dan Kyoto Daigaku.
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.
Pertamina. 2010. Publikasi Harga BBM Dalam Negeri 1965-2009. Jakarta: Pertamina.
Rosyidi, Suherman. 1999. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan kepada Teori Ekonomi Makro dan Mikro. Ed. Baru Cet.3. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Simanullang, Ramses. 2008. Ana/isis Jumlah Permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM) Jenis Premium di Sumatera Utara. Tesis tdak diterbitkan. Sumatera Utara: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.
Sousa, Ana Beatriz Lopez de, Ramos, Ruben E. B. & Junior, Sergio Marques. 2003. Factors Afficting the Natural Gas Adoption in Shopping Mall in Brazil. Brazil: Federal University of Rio Grande do Norte.
Surya, Henry Viriya. 2001. Dampak Kenaikan Harga BBM dan Listrik Terhadap Permintaan Kedua Energi Tersebut. Jakarta: Universitas Indonesia.
Suryo, W.P & Rochim, A 2005. Membuat Kompor Tanpa BBM. Jakarta: Swadaya.
Varian, Hal. R.1 992. Microeconomic Analysis. Third Edition. University of Michigan. New York: Norton Company.