• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN GAS DI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI SUMATERA UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN GAS DI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI SUMATERA UTARA."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

. ._ .... ,._.... ... r-o_,_..,.,.... _ _ _ .~~ ~ •. ~. ·: •• •• • I , ·· ~w-.__! ••""- ~- ~ ~ ---· ~

---!

(2)

TESIS

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN GAS DISEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

DI SUMATERA UTARA

Disusun dan diajukan oleh :

MARIA ULFA

NIM. 082 1 886 30064

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis

pada 07 Januari 2011 dan dinyatakan telah memenuhi

salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister sains

Program Studi Ilmu Ekonomi

P/bjmbin~

----z:;;~-rf--,J

~

Dr. Dede Ruslan, M.Si

NIP.l9650704199003

1

002

Ketua Program Studi

.';~

~

Dr. Dede Ruslan, M.Si

Medan, 10 Februari 2011

Menyetujui :

Tim Pembimbing,

,,

NIP . 19650704 199003 1 002

Prof.

':p·r. Belferik Manullang

(3)

NO.

1.

2.

3.

>

4.

5.

PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI

TESIS MAGISTER SAINS

NAMA

Dr. Dede Ruslan

2

M.Si

(Pembimbing I)

Dr. Arwansyah

2

M.Si

(Pembimbing II)

Dr. H. Mhd. Yusuf

2

M.Si.

(Penguji)

Dr. Eko W. Nugrahadi2M.Si

(Pcnguji)

Dr . Parulian Simanjuntak

(Penguji)

Nama

Nim

Prodi

Tanggal Sidang

: Maria Ulfa

: 082 1 886 30064

: Ilmu Ekonomi

: 07 Januari 2011

T.TANGAN

-d.:.~

~

.

...

(4)

KATAPENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis yang berjudul "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Permintaan Gas di Sektor Industri Pengolahan di Sumatera Utara". Tesis ini

dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Magister

Pendidikan pada Program Studi Ilmu Ekonomi, Program Pasca Sarjana

Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Dalarn kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1.

Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. selaku Rektor UNIMED.

2. Bapak Prof Dr. Belferik Manullang selaku Direktur Program Pascasarjana

UNIMED.

3. Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si. selaku Pembimbing I (Pertama) dan Bapak

Dr.Arwansyah, M.Si. selaku Pembimbing II (Kedua) yang dengan sabar

memberikan araban, bimbingan, dan motivasi serta meluangkan waktunya

kepada penulis hingga terselesainya penulisan tesis ini.

4. Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si. selaku ketua Prodi Ilmu Ekonomi, Ibu Riza

Indriani, SE selaku sekretaris dan Adi selaku stafProdi Ilmu Ekonomi.

5. Bapak Dr. Muhammad Yusuf, M.Si., Bapak Dr. Eko E. Nugrahadi, M.Si., dan

Bapak Dr. Parulian Simanjuntak, M.A. selaku narasumber dan sekaligus

dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan yang sangat berharga

bagi penulis.

(5)

>

z

6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu kepada penu1is selama

penulis menempuh pendidikan di Program Pascasaijana UNIMED.

7. Ayah Drs. Alunad Juliansyah, lbu Dra. Punia Pangaribuan, Kak Imay, Dek

Nanda dan Dek Yudi keluarga tercinta, yang telah memberikan dorongan,

semangat dan selalu mendoakan penu1is agar dapat menyelesaikan tesis ini.

8. Kepala BPS Provinsi Sumatera Utara Bapak Drs. Alimuddin Sidabalok, MBA,

Kepala BPS Provinsi Aceh Bapak Syech Suhaimi, SE, M. Si., Kabid Nerwilis

Bapak Khairul Agus, SE, M.Si., Bapak Sabar Harianja selaku atasan saya

yang telah mengijinkan saya mengambil Program Pascasarjana seqa

rekan-rekan di BPS Provinsi Sumatera Utara khususnya di Bidang Nerwilis.

9. M. Samhudi Harahap, yang telah menemani dan mendukung penulis dalam

menyelesaikan penulisan tesis ini.

10. Sahabat dan rekan-rekan mahasiswa/i Prodi llmu Ekonomi UNIMED

Angkatan V, yang telah memberikan senyum dan persahabatan selama penulis

mengambil Program Pascasarjana, terutama sahabatku lbu Hafsyah Aprilia,

Kak Sri Juliana Siburian dan Dwi Jayanti.

Hendaknya semua kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penu1is

menjadi arnal kebajikan. Akhirnya, penulis menyadari bahwa karya ini rnasih jauh

dari kesempurnaan, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan,

pemerintah dan masyarakat.

iv

Medan, Januari 2011

Penulis

~

(6)

MARIA ULFA. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Gas di Sektor lndustri Pengolahan di Swnatera Utara. Tesi s. Medan: Program Pascasaijana Universitas Negeri Medan. Januari 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fuktor-faktor yang mempengaruhi permintaan gas di sektor industri pengolahan di Sumatem Utara. Dengan menggunakan model permintaan input (conditional input demand) dan partial adjustment model dianalisis apakah harga gas, harga BBM sebagai barang subsitusi, pendapatan industri pengolahan, dan permintaan gas tahun sebelumnya berpengaruh terhadap permintaan gas di sektor industri pengolahan di Swnatem Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, harga gas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan gas di sektor industri pengolahan. Pendapatan industri pengolahan dan permintaan gas tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signiflkan terhadap permintaan gas di sek1or industri pengolahan. Sedangkan harga BBM tidak berpengaruh secara statisti.k terhadap permintaan gas di sektor industri pengolahan. Elastisitas harga gas terhadap permintaan gas di sek1or industri pengo laban bersifat inelastis dengan nihti elastisitas sebesar 0 ,319. Elastisitas harga silang atau elastisitas harga BBM tertimbang terhadap permintaan gas di sektor industri pengolahan juga bersifat inelastis dengan nilai elastisitas sebesar 0,001 . Dan elastisitas pendapatan, atau elastisitas pendapatan industri pengolahan terhadap perrnintaan gas juga bersifat inelastis dengan nilai elastisitas sebesar 0,251. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga gas berpengaruh terhadap perubahan perrnintaan gas di sektor industri pengolahan, namun besarnya perubahan harga gas akan menyebabkan perubahan permintaan gas relatif Jebih kecil . Dari keempat variabel tersebut, permintaan gas pada tahun sebelurnnya merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap permintaan gas di sektor industri pengo laban di Sumatera Utara.

(7)

ABSTRACT

MARIA ULFA. Analysis Factors That Affect Demand For Gas in The Manufacturing Sector in North Sumatra. Tesis. Medan: Postgraduate School of The State University ofMedan. January 2011.

The aims of this study were to discover factors that affect demand of gas in the manufacturing sector in North Sumatra. By using conditional input demand model and partial adjustment model was analyzed whether the price of gas, the price of fuel as substitute goods, revenue of industry, and the previous year's gas demand affect gas demand in the manufacturing sector in North Sumatra. The results of this study in long-run and short run indicate that the price of gas has negative and significant impact on the demand of gas in the manufacturing sector. The revenue of industry and the previous year's gas demand has positive and significant impact on gas demand in the manufacturing sector. While fuel prices weighted hasn't effect on gas demand in the manufacturing sector at statistic value. Own price elasticity, elasticity demand for gas with gas prices in the manufacturing sector is inelastic with elasticity value at 0.319. Cross-price elasticity, elasticity demand for gas with fuel prices weighted in the manufacturing sector is inelastic with the elasticity value at 0,001. And income elasticity, elasticity demand for gas with the revenue of industry also is inelastic with elasticity value at 0.251. This indicates that the changes of gas price affect the changes in gas demand in the manufacturing sector, but the magnitude of gas price changes will lead to changes

in gas demand are relatively smaller. Of the four variables, the previous year's gas demand is a variable that has the most impact on gas demand in the manufacturing sector in North Sumatra.

Key Word: Demand of Gas, Conditional Input Demand Model, Partial Adjustment Model, Elasticity.

(8)

...

1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN

Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan

penduduk yang cukup pesat, jumlah keperluan energi secara nasional cenderung

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010, peranan gas bumi

di Indonesia merupakan sumber energi kedua, setelah minyak bumi. Pada tahun

2005, jumlah cadangan gas bumi yang dimiliki Indonesia adalah sebanyak 23,9

SBM (Setara Barrel Minyak), dan cadangan minyak bumi sebanyak 9,1 SBM

(Driyo, 2005). Awal tahun 2005, dari seluruh konsumsi energi di Indonesia, 57%

berasal dari minyak bumi, 24% gas bumi, dan 13% dari batubara. Sisanya

berupa tenaga air, panas bumi, dan lain sebagainya (Suryo & Rochim, 2005).

Karena tingginya pemakaian minyak bumi sebagai energi primer yang

digunakan masyarakat, padahal minyak bumi merupakan sumber energi yang

tidak dapat diperbaharui, maka pemerintah mulai menerapkan berbagai program

diversifikasi energi. Program diversifikasi energi dimasukkan dalam Peraturan

Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Dengan program

diversifikasi energi ini, pemerintah mengharapkan ketergantungan terhadap

penggunaan minyak bumi sebagai bahan baku BBM dapat dikurangi, karena

minyak bumi adalah sumber energi yang tidak dapat diperbaharui dan akan

habis apabil~ dilakukan eksploitasi terus menerus. Dan pilihan terhadap gas bumi

(9)

2

kandungannya masih melimpah di tanah air.

Konsumsi gas bumi domestik terus meningkat setiap tahunnya, terutama

dalam 5 tahun terakhir. Berdasarkan laporan Kementrian Energi dan Sumber

Daya Mineral (2010), konsumsi gas pada tahun 2005 mencapai 3.541 MMSCFD

(Million Metric Standard Cubic Feet Day), setahun kemudian meningkat menjadi

3.716,1 MMSCFD dan 2009 tercatat 4.233,7 MMSCFD. Peningkatan konsumsi

gas, terutama terjadi

pada

sektor pupuk, listrik dan industri lain.

21400,000,000 ---,----·--,---.---r·---,----··-r---·-·

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Tahun

Sumber: Datawarehouse Kementrian Energt dan Sumber Daya Mineral (ESDM), 2010

Gam bar 1.1. Pemanfaata n Gas Bumi di Indonesia Tabun 2000-2008 (MSCF)

Untuk sektor pupuk, konsumsi gas tahun 2005 sebesar 539,1 "MMSCFD.

Tahun 2009, konsumsinya meningkat menjadi 619,6 MMSC"FD. Sektor listrik,

konsumsi gasnya pada tabun 2005 mencapai 480,1 MMSCFD, meningkat menjadi

502,3 MMSCFD pada 2007 dan naik menjadi 634,3 MMSCFD tahun 2009.

Sedangkan untuk industri lain, pada tahun 2005 konsumsi gasnya tercatat nihil,

pada 2007 melonjak menjadi 128,7 MMSCFD dan tahun 2009 naik menjadi 494,2

(10)

Di Sumatera Utara, konsumsi gas juga semakin meningkat terutama

setelah adanya kebijakan konversi minah ke gas. Konsumsi LPG (Liquified

Petroleum Gas) 3 kg di Sumatera Utara terns naik setiap bulannya. Pada bulan

September 2009 konsumsi LPG sebesar 1.800

MT

(metric ton), kemudian pada

bulan Oktober sebesar 2.021 MT, bulan November sebesar 2.498 MT, dan bulan

Desember sebesar 3.868 MT. Sedangkan Januari hingga tanggal 25 telah

[image:10.527.30.474.143.612.2]

disalurkan sebanyak 4.642 MT LPG 3 kg (Hidayat, 2010).

Tabel l.l. Banyaknya Pelanggan, Volume Penjualan, dan Nilai Penjualan Gas di Sumatera Utara Tabun 2000-2008

'----I~

Jumlah Volume Nilai

Tahun Pelanggan Gas Penjualan Gas Penjualan Gas

(pelanggan) (ribu m3) UutaRp)

(1)_ (2) (3) (!)_

2000 11,221 33,229.70 55,399.40

2001 12,218 152,314.80 106,967.30

2002 12,883 156,928.16 180,114.00

2003 14,400 165,633.69 214,475.00

2004 17,060 167,289.61 241,517.68

2005 17,715 196,015.70 336,368.53

2006 18,628 176,610.22 388,810.76

2007 19,245 113,333.75 240,163.15

2008 19,094 105,393.24 255,189.26

Sumber: PT. PGN (Persero) Tbk Cabang Medan

Jumlah pelanggan di Sumatera Utara dari

tahun

2000-2008 mengalami

peningkatan. Pada tahun 2000, j umlah pelanggan gas di Sumatera Utara sebanyak

11.221 pelanggan, kemudian pada

tahun

2008 meningkat, jwnlah pelanggan gas

di Sumatera Utara sebesar 19.094 pelanggan. Dalam kurun waktu 8

tahun,

terjadi
(11)

4

Jika dilihat dari volume penjualan gas di Sumatera Utara, dari tahun 2000

hingga tahun 2005, terjadi peningkatan volume penjualan gas yang cukup

signifikan Pada tahun 2000, voltune penjualan gas sebanyak 33,29 juta m3

meningkat menjadi 196,01 juta m3 pada tahun 2005. Pada tahun 2006-2008,

terjadi penurunan volume penjualan gas karena terjadi penurunan pasokan gas di

perusahaan gas negara cabang medan, sehingga pemerintah provinsi sumatera

utara membatasi konsumsi gas di sektor industri untuk menghindari konsumsi gas

yang berlebihan.

-

z

~0.000.00

[image:11.517.34.471.75.620.2]

2001 2002 2003 2004 200S 2006 2007 Sumber: PT PGN (Persero) Tbk Cabang Medan

Gambar 1.2. Nilai Penjualan Gas Melalui Pipa di lndustri di Sumatera Utara Tahun 2000-2008 (Juta Rupiah)

Penjualan gas yang disalurkan melal ui pipa pada pelanggan industri di

Sumatera Utara secara keseluruhan mengalami peningkatan. Pacta tahun 2000

nilai penjualan gas sebesar 103, 56 milyar rupiah, meningkat menjadi 231,74

(12)

peningkatan lebih dari 2 (dua) kali lipat. Peningkatan penjualan gas di industri di

Sumatera Utara, salah satunya disebabkan perusahaan ingin meminimumkan

pengeluaran, dimana stabilnya harga gas bumi ditengah harga minyak bumi yang

semakin meningkat, sehingga industri secara perlahan mengalihkan sumber energi

yang digunakan dari minyak bumi ke gas. Meskipun pada tahun 2007 terjadi

[image:12.517.37.472.78.637.2]

penurunan konsumsi gas yang cukup signifikan di Sumatera Utara.

Tabel 1.2. Produksi, Konsumsi, Ekspor, lmpor Minyak Bumi di Indonesia Tabun 2000-2008 (Barrel)

~

Tahun Produksi Konsumsi Ekspor

~

lmpor

Barrel Barrel Persen Barrel Persen Barrel

(J) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2000 517,415,696 383,955,955 0.74 225,840,000 0.44 79,206,903

200 1 489,849,297 375,668,315 0.77 239,947,960 0.49 118,361,897

2002 455,738,915 358,806,832 0.79 216,901,729 0.48 121,269,176

2003 415,814,157 373,190,759 0.90 211,195,795 0.51 129,761,738

2004 400,486,234 375,494,636 0.94 180,234,938 0.45 148,489,589

2005 385,497,959 357,493,997 0.93 156,766,006 0.41 120,159,325

2006 359,289,337 349,845,435 0.97 114,147,764 0.32 113,545,934

2007 348,357,604 321,302,814 0.92 127,134,792 0.36 111,067,245

2008 358,718,699 248,197,914 0.69 104,023,172 0.29 48,867,362

Sumber: Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2008

Persen (81 0.1 5 0.24 0.27 0.31 0. 37 0.31 0.32 0.32 0.14

Konsumsi gas bumi di Indonesia semakin meningkat, sedangkan konsumsi

minyak bumi mengalami penurunan. Berdasarkan pub1ikasi Kementrian Energi

dan Sumber· Daya Minera l (2008), pada tahun 2007 dari 348,35 juta barrel

produksi minyak bumi Indonesia, sebanyak 32% merupakan dari impor.

(13)

c---6

sebanyak 14% merupakan dari impor seperti terlihat pada Tabel 1.2. Salah satu

yang menyebabkan penurunan impor ini karena adanya pengendalian konsumsi

minyak bumi dengan program konversi minyak tanah ke gas.

Semakin meningkatnya konsumsi gas di masyarakat dapat disebabkan oleh

beberapa aspek, antara lain: stabilnya harga gas di pasaran dibandingkan harga

minyak bumi yang semakin melonjak, ketersediaan gas di pasaran dibanding

ketersediaan minyak bumi yang semakin langka, j umlah masyarakat yang

semakin bertambah banyak, dan upaya pemerintah dengan adanya konversi gas

dan sosialisasi pemakaian gas yang ternyata lebih hemat dan efisien. Namun,

peningkatan konsumsi gas pada sektor industri tidak sebesar peningkatan

konsumsi gas pada rumah tangga.

Tabel1.3. Harga Gas Bumi Menurut Sektor Wilayab Jaringan Distribusi Medan, 1 Oktober 2009 (Rupiablm~

Harga (Rp/m3)

Sektor Pelanggan Pelanggan Ket.

Kecill Kecil2

(1) {2) (3) (4)

12 Juli 2005 1.549 1.800

Keputusan Kepala 31 Desember 2006 1.549 1.800

g

BPH Migas No.

31 Desember 2007 1.549 1.800 21/RTPK/BPH

31 Desember 2008 1.549 1.800 Migas/KomNII/2005

I Oktober 2009 1.549 1.800 Tanggal 12 Juli 2005

Sumber. BPH M1gas, 2009

...

Sejak tahun 2005 hingga tahun 2009, harga gas bumi di Sumatera Utara

tidak men gal ami perubahan yaitu sebesar Rp 1.549 per m3 untuk jenis pelanggan kecil 1 dan sebesar Rp 1.800 per m3 untuk jenis pelanggan kecil 2.

Fenomena ini berbanding terbalik dengan harga BBM yang terus melonjak

naik. Dari Tabel 1.4. sebelum tahun 2005 harga premium, minyak tanah dan solar

[image:13.525.31.470.117.610.2]
(14)

berkisar sebesar Rp 2.400, Rp 2.200, dan Rp 2.100. Namun sejak 1 Oktober 2005

harga premium, minyak tanah dan solar berkisar sebesar Rp 4.500, Rp 2.000, dan

Rp 4.300. Sedangkan pada tahun 2009 harga premium, minyak tanah dan solar

sebesar Rp 5.000, Rp 2.500, dan Rp 4.800.

TabellA. Darga Minyak Premium, Minyak Tanah, Minyak Solar, Minyak Diesel dan Minyak Bakar Berdasa rkan Darga Eceran dan Darga Industri di Indonesia Tahun 2005-2008 (Rupiah/Liter)

I ,...

~.

Harga Bahan Bakar Minyak (Rp/liter)

0

"

Tahun

Premium Tanah Solar Diesel M.Bakar

>

Ket.

(1) (2) (31 (4) (5) (6) (7)

01 September 2.400 2.200 2.100 2.300 2.600 Harga Eceran

2005 5.160 5.600 5.350 5.130 3.150 Harga Industri

01 Desember 4.500 2.000 4.300 Perpres No. 55/2005

2005

5.150 6.480 5.340 5.180 3.680 Harga J ual Pasar

01 Desember 4.500 2.000 4.300 Perpres No. 55/2005

2006 4.750 5.282 5.063 4.863 3.051 Harga J ual Pasar

01 Desember 4.500 2.000 4.300 Perpres No. 55/2005

2007 7.450 8.348 7.940 7.700 5.750 Harga Jual Pasar

15 Desember 5.000 2.500 4.800 PermenESDM

No.41/2008

2008

5.800 6.400 6.340 5.670 3.582 Harga Jual Pasar

Sumber: Pertamma, 2010

Sedangkan jika dilihat dari konsumen itu sendiri dimana dalam hal ini

adalah industri pengolahan di Sumatera Utara, juga mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun. Dari Tabel 1.5., pada tahun 2001, jumlah industri pengolahan

besar dan sedang di Sumatera Utara sebanyak 959 industri, dan pada tahun 2008

sebanyak 1.1,.45 industri. Meningkatnya jumlah industri pengolahan yang

merupakan salah satu konsumen bahan bakar gas, menyebabkan meningkatnya

jumlah permintaan gas di Sumatera Utara (BPS, 2009).

Bila dilihat dari segi pendapatan, dimana da1am hal ini dinilai dari nilai

[image:14.521.34.475.149.592.2]
(15)

8

industri di Sumatera Utara terns mengalami peningkatan. Dari Tabel 1.5., pada

tahun 2001 NTB industri sebesar 11.858,82 milyar rupiah, dan pada tahun 2008

NTB industri sebesar 24.317,15 milyar rupiah. Pertambahan NTB ini dapat

disebabkan pertambahan jumlah perusahaan industri dan peningkatan harga

barang.

Tabell.S. Jumlab Perusabaan dan Nilai Tambab Industri Besar dan Sedang di Provinsi Sumatera Utara Tabun 2001-2008

....

"'

Jumlah Perusahaan Nilai Tambah

Tahun lndustri Besar & Sedang Industri Besar & Sedang

{unit) (milyar rupiah)

(J) (2) (3)

2001 959 11.858,82

2002 947 10.827,88

2003 919 11.072,66

2004 970 13.730,73

-

2005 922 14.768,31

2006 1.218 21.506,75

2007 1.181 23.176,74

z

2008

?

S"mboc BPS, 2009

1.145 24.317,15

Peranan sektor industri pengolahan di Sumatera Utara menga1ami

peningkatan dari tahun 2000-2009. Pada Gambar 1.3. ter1ihat bahwa tahun 2000,

peranan sektor lapangan usaha lebih didominasi oleh sektor pertanian sebesar

27,42 persen, sedangkan sektor industri pengolahan sebesar 24,48 persen. Namun

sejak tahun 2003, peranan sektor lapangan usaha lebih didominasi oleh sektor

industri pengolahan sebesar 25,27 persen, sedangkan sektor pertanian sebesar

24,94 persen. Pada tahun 2009, peranan sektor industri pengolahan mu1ai

[image:15.520.34.470.103.655.2]
(16)

masih mendominasi perekonomian di Sumatera Utara. Penurunan . peranan

tersebut menuntut industri pengolahan untuk lebih meningkatkan produktivitasnya

agar dapat meningkatkan produksi dan peranannya terhadap perekonomian di

Sumatera Utara.

Peranan Sektor Lapangan Usaha PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000-2009 (Persen)

2000 2003 Tllh1m 2006 2009

II Pertanian • lndustri Pengolaban DLainnya

Sumber: BPS, 20 I 0

Gambar 1.3. Peranan Sektor Lapanga n Usaba PDRB Provinsi Sumatera Utara Tabun 2000...2009 (Persen)

Konversi minyak tanah ke elpiji yang dimulai pada Mei 2007 ditargetkan

tuntas dilaksanakan pada tahun 2010. Pada akhir pelaksanaannya, dana APBN

diharapkan dapat dihemat hingga Rp 20 triliun. Program konversi minyak tanah

ke paket gas tiga kilogram di Indonesia selama Januari hingga"Juli tahun 2009,

telah menghemat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar

Rp3,3 triliun (Nugroho, 2009). Target penghematan APBN dari program konversi

minyak tanah ke

gas

tahun ini adalah Rp7,2 triliun, sementara selarna tahun 2008

nilai penghematan dari program itu adalah Rp5 ,5 triliun, kata Manajer Gas

(17)

10

Apabila program konversi BBM ke gas juga diterapkan pada sektor

industri pengolahan maka akan dapat menghemat anggaran Iebih banyak Iagi

karena menurut data dari Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (2000), pada

tahun 1999, sektor industri pengolahan merupakan sektor pengguna BBM terbesar

ketiga yaitu sebesar 22,79% setelah sektor transportasi sebesar 46,08% dan sektor

rumah tangga sebesar 23,34%.

Gas bumi juga memiliki tingkat polusi yang Iebih rendah daripada minyak

bumi. Sehingga dengan menggunakan gas bumi sebagai sumber energi dalam

kegiatan produksi akan mengurangi tingkat polusi dunia.

1Consumsi gas di industri pengolahan mengalarni peningkatan, narnun

mayoritas industri pengolahan masih menggunakan minyak bumi khususnya solar

sebagai bahan bakar dalarn proses kegiatan produksi, dimana pemakaian bahan

bakar solar sebesar 87 persen sedangkan pemakaian bahan bakar gas hanya 3

persen. Padahal harga gas relatif lebih stabil daripada harga minyak bumi dan gas

bumi memiliki tingkat efisiensi lebih tinggi daripada minyak bumi.

(18)

Karena kejadian dan latat belakang diatas, penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan gas

di sektor industri pengolahan di Sumatera Utara.

1.2. Perumusan Masalab

Dari uraian-uraian tersebut, penulis merwnuskan masalah sebagai berikut:

I . Bagaimana pengaruh harga gas, harga BBM, pendapatan perusahaan industri

pengolahan dan permintaan gas tahun sebelumnya terhadap permintaan gas di

sektor industri pengolahan di Sumatera Utara?

Seberapa besar nilai elastisitas permintaan gas terhadap harga gas, harga BBM

tertimbang dan pendapatan industri pengolahan di sektor industri pengolahan

di Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui gambaran umum pola perrnintaan gas dan BBM di sektor industri

pengolahan di Sumatera Utara.

Mengetahui pengaruh harga gas, harga BBM, pendapatan perusahaan industri

pengolahan dan permintaan gas 1ahun sebelumnya terhadap permintaan gas di

sektor industri pengolahan di Sumatera Utara.

3. Mengetahui nilai elastisitas permintaan gas terhadap harga gas, harga BBM

tertimbang dan pendapatan industri pengolahan di industri pengolahan di

(19)

12

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi industri pengolahan tentang gambaran dan

peranan permintaan gas dalam kegiatan produksi di sektor industri pengolahan

di Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah, faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi pennintaan gas di sektor industri pengolahan.

3. Sebagai tambahan kajian bagi pihak-pihak yang tertarik untuk rneneliti lebih

Ian jut tentang perrnintaan gas di sektor industri pengo laban.

z

?

m

(20)

DAFTARISI

Halaman

ABSTRAK ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... .

KATA PENGANTAR ... ... .... .... ... .... .. ... ... iii

vii VIII BAB I PENDAHULUAN ... ... .... ... ... ... ... ... . 1.1 . La tar Belakang Masalah ... .. ... .. ... ... . 1.2. Pennnusan Masalah . . .. . .. .... .. . ... ... . .. .. . .... .... . .. .. .... . .. ... .. ... ... II 1.3. Tujuan Penelitian .. .. ... .. ... ... ... ... ... ... I 1 1.4. Manfaat Penelitian ... ... ... .... .. .. ... ... ... 12

B AB II KAHAN PUST AKA . .. . . .. . .... .. .. .. .. . .. . . .. .. . .. .. .. .. . . .. .. .. .... 13

2. I. Teori Pennintaan (Demand).. ... ... ... ... .. .. ... .. ... ... 13

2. 1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pennintaan .. .. .. ... ... 15

2.1.2. Teori Permintaan Input (Input Demand) ... . ... ... . .. ... .. .. .. .. .. .... 17

2.2. Model Penyesuaian Parsial .. .. ... . . .. . .... ... . . . .. ... . ... . .. ... ... .... ... .. ... . 24

2.3. Elastisitas Pennintaan ... ... .. ... .. .... .... .... . ... ... ... 26

2.4. Penelitian Terdahulu .. ... .. ... ... ... .... . .. . .. .. .. ... 31

2.5. Kerangka Berpikir . . . .. . ... ... .. . . .. .. . .... .. .. . .. . ... ... ... .. ... 34

2.6. Hipotesis Penelitian .... .. ... ... ... ... .. ... 35

BAB III METODE PENELITIAN .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . .. . .. .. . .. ... .. . ... ... 36

3.1. 36 3.2. 36 3.3. Model Analisis ... .... .. ... ... .. ... ... ... ... ... ... . 37

3.3.1. Analisis Deskriptif .... .. ... ... ... ... .. ... .. ... ... . ... ... 37

(21)

3.3.2. Analisis Regresi ... ... .... .... 37

3.4. · Definisi Operasional Variabel ... ... ... ... .. .... ... 39

3.5. Prosedur Penelitian ... ... ... .. ... ... ... ... . 41

3. 5.1. Uji Stasioner .... .. ... .. ... .. ... ... 41

3.5.2. Uji Regresi .. ... .... ... .... ... ... ... .... ... .... 44

3.5. 3. K.riteria Statistik ... ... ... ... 49

3.6. Teknik Analisis Data ... ... .... .. ... .. .. .... .. .. ... ... .... .... 5 1 3.6.1. Analisis Permintaaan Gas ... ...

(5}

s2

BAB IV HASIL PENELITIAN ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. ... ... 53

4.1 . Deskripsi Data ... ... ... .... ... .... .. .. .. .. ... .. .. .. .. .... ... ... 53

4.1.1. Permintaan Gas di Industri Pengolahan di Sumatera Utara .... 53

4.1.2. Karakteristik Industri Pengolahan di Sumatera Utara ... 57

4.2. Pengujian Persyaratan Anal isis ... . ... ... ... ... ... .. ... 60

4.2 .1. Uji Stasioner ... ... 60

4.2.2. Uji Regresi ... ... ... ... ... .... ... 61

4.3 . Pengujian Parameter ... .... ... 62

4.4. Hasil Penelitian ... ... 64

4.4 .1. Pengaruh J angka Pendek .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. . .. . 64

4.4.2 . Pengaruh Jangka Panjang ... ... ... .. .. 65

z

4.4.3. Elastisitas Permintaan ... .... ... 66

BAB V SIMPULAN DAN SARAN . .. .. . .. . .. . . .. .. . .. . .. . .. . .. . .. .... .. .... . .. ... .. 68

5. 1. Simpulan ... ... ... ... 68

5.2. Saran... ... ... ... ... ... ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 7 1 LAMPIRAN .~ . ... ... .. ... .... .... ... ... ... ... .. ... .... ... . . .. ... ... .. 73

RIWAYATHIDUP .... ... .. ... ... ... ... ... 86

(22)

DAFTAR TABEL

Hal am an

Tabel

1.1.

Banyaknya Pelanggan, Volume Penjualan, dan Nilai

Penjualan Gas di Sumatera Utara Tahun 2005-2008 . . . .. 3

Tabel 1.2. Produksi, Konsumsi, Ekspor, Impor Minyak Bumi Tahun 2000-2008 (Barrel) . . .. .. .. .. .. . .. . .. . .. .. .. .. .. . .. . .. . .. . .. . .. .. ... 5

Tabel 1.3. Harga Gas Bumi Menurut Sektor Wilayah Jaringan

Distribusi Medan, 1 Oktober 2009 (Rupiah/m3) . . . . . . . . . • . . . 6

Tabel 1.4. Harga Minyak Premium, Minyak Tanah, Minyak Solar, Minyak Diesel dan Minyak Bakar Berdasarkan Harga Eceran dan Harga Industri di Indonesia Tahun 2005-2008 (Rupiah/Liter) ... ... .. . . .. .. . .. . .. . .. . .. . ... . .. .. . .. . .. . .. .. . .. .. . ... . 7

Tabel 1.5. Jumlah Perusahaan dan Nilai Tambah Industri Besar dan Sedang di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2008 .. .. ... .... 8

Tabel 2.1. Jenis Elastisitas Berdasarkan Nilai Koefisien Elastisitas (e).. 29

Tabel 3 .1. Kaidah Keputusan Durbin-Watson Test . . . 46

Tabel 3.2. Koefisien Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang Model PAM ... ... ... ... ... ... .. .. .... ... ... .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .... .. .. 52

Tabel 4.1. Banyaknya Pelanggan, Volume Penjualan, dan Nilai Penjualan Gas di Sumatera Utara Tahun 2001-2008 . .. .... ... . 54

Tabel 4.2. Harga

Gas

dan Harga BBM Tertimbang di Industri Besar Sedang di Sumatera Utara Tahun 2001-2008 .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 56

Tabel 4.3. Nilai Output, Input dan NTB di Industri Besar Sedang di Sumatera Utara Tahun 2001-2008 (Miliar Rupiah).. ... 59

Tabel 4.4. Elastisitas Harga, Elastisitas Harga Silang dan Elastisitas Pendapatan . .. .. . .. . . .. .. . .. . .. . . .. .. . . .. .. . . .. .. . .. . . .. . .. . .. . . .. .. .. . 66

[image:22.526.29.470.110.646.2]
(23)

DAFTAR GAMBAR

[image:23.543.33.469.101.638.2]

Hal am an

Gambar

1.1.

Pemanfaatan Gas Bumi di Indonesia Tahun 2000-2008 (MSCF) ... ... ... ... ... .. . ... ... .. . .. . ... .. . .. . ... .. . .. . ... .. . 2

Gambar

1.2.

Nilai Penjualan Gas Melalui Pipa di Sumatera Utara Tahun 2000-2008 (Juta Rupiah) .... .. . .. . ... ... ... ... .. .... 4

Gambar 1.3. P eranan Sektor Lapangan Usaha PDRB Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2000-2009 (Persen) ... .. . .. . .. .... 9

Gam bar 1. 4. P ersentase Pemakaian Bahan Bakar di Industri Besar Sedang di Sumatera Utara Tahun 2008 (Persen) ... ... ... 10

Gambar 2.2. Kerangka Berfikir ... .. ... . ... .. . . · .. .... ~ . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . 34

Gambar 4.1. Nilai Penjualan Gas di Sumatera Utara melalui Pipa Dirinci menurut Pelanggan Tahun 2008 (Juta Rupiah) .... 53

Gambar 4.2. Nilai Penjualan Gas menurut Pelanggan di Sumatera Utara Tahun 2001-2008 (Juta Rupiah) .. .. .. . ... .. . ... .. . ... 55

Gambar 4 .3. Permintaan Gas di Industri Besar Sedang di Surnatera Utara Tahun 2001-2008 (ribu m3) ... ... . .. ... .. . .... ... 56

Gainbar 4.4. Peranan Sektor Lapangan Usaha PDRB Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2000-2009 (Persen) .. ... . ... ... ... 57

Gambar 4.5. Jwnlah Industri Besar Sedang di Provinsi Swnatera Utara Tahun 2001-2008... .. .. .. . .. . ... .. . ... .. . ... . .. .. . ... .. 58

Gambar 4 .6. Persentase Biaya Input lndustri Besar Sedang di Provinsi Swnatera Utara Tahun 2001-2008 .. . ... .. .... ... ... .. . ... .. . 60

(24)

Lampiran 1.

Lamp iran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Lampiran 5.

z

?

m

Halaman

Permintaan Gas, Harga Gas, Harga BBM Tertimbang, NTB Industri, dan Permintaan Gas pada Tahun Sebelumnya di

Industri Pengolahan Tahun 1993-2008 ... 73

Pengujian Stasioner ... ... ... 74

Output Pengolahan dengan Eviews 7 ... .. ... 82

Pengujian Asumsi Regresi Linier Klasik .... ... ... .... ... 83

85

lVI

(25)

5.1. Simpulan

BABV

SIMPULAN DAN SARAN

Setelah dilakukan analisis dari persamaan regresi linier dengan

menggunakan model permintaan input dan p artial adjustment model serta

pembahasan secara terperinci maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai

berikut:

Baik dalam jangka pendek dan jangka panjang, fungsi permintaan gas

pada sektor industri pengolahan di Sumatera Utara dipengaruhi secara

negatif dan signifikan oleh harga gas dan dipengaruhi secara positif dan

signifikan oleh pendapatan industri pengolahan dan permintaan gas tahun

sebelumnya. Sedangkan harga BBM tertimbang tidak berpengaruh secara

statistik terhadap permintaan gas pada sektor industri pengolahan di

Sumatera Utara. Namun pengaruh harga gas dan pendapatan industri

pengo laban lebih besar pada jangka panjang daripada jangka pendek.

Nilai koefisien elastisitas harga gas terhadap permintaan gas menunjukkan

bahwa gas merupakan barang normal pada industri pengolahan. Elastisitas

permintaan gas dengan harga gas bersifat inelastis, dimana perubahan

harga yang relatif besar tidak akan mengubah permintaannya dalam

jumlah yang banyak. Hal ini disebabkan gas merupakan kebutuhan pokok

dan barang normal bagi industri, dimana untuk melakukan proses

produksi, perusahaan memerlukan bahan bakar. Penemuan empiris studi

ini mengenai elastisitas harga sendiri mempunyai implikasi bahwa

(26)

69

kebijakan harga dapat memegang peranan dalam meningkatkan

permintaan gas di industri pengolahan di Sumatera Utara.

Nilai koefisien elastisitas harga BBM tertimbang terhadap permintaan gas

menunjukkan bahwa BBM tertimbang merupakan barang subsitusi.

Elastisitas permintaan gas dengan harga BBM tertimbang bersifat

inelastis, dimana perubahan harga yang relatif besar tidak akan rnengubah

permintaannya dalam jumlah yang banyak.

Nilai koefisien pendapatan industri pengolahan terhadap permintaan gas di

industri pengolahan dalam persamaan regresi bemilai positif dan lebih

kecil dari satu, maka elastisitas pendapatan bersifat inelastis. Nilai

koefisien elastisitas pendapatan bernilai kecil, hal ini menunjukkan bahwa

gas merupakan kebutuhan pokok (necessary) pada industri pengolahan.

5.2. Saran

Berdasarkan basil perhitungan persamaan regresi linier dan bagaimana

variable bebas menjelaskan pengaruh jumlah permintaan gas di industri

pengolahan di Sumatera Utara, disarankan beberapa hal sebagai berikut:

a. Industri pengolahan di Sumatera Utara diharapkan menggunakan bahan

bakar gas dalam proses produksinya. Hal ini disebabkan dari segi harga,

harga gas lebih murah dan lebih stabil kenaikan harganya dibandingkan

harga BBM. Selain itu, dengan menggunakan bahan bakar gas, industri

pengolahan telah membantu pemerintah dalam program diversifikasi

energi yang mengurangi penggunaan BBM dan menghemat anggaran

(27)

70

b. Pemerintah perlu memperhatikan dan menjaga kestabilan harga gas,

menjaga keamanan dalam pemakaian gas dan pengadaan gas yang tetap

tersedia di industri pengolahan, karena gas merupakan barang kebutuhan

pokok (necessary) dalam proses kegiatan produksi di sektor industri

pengo laban.

c. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mencari model dan variabel

lain yang lebih baik dalam mempresentasikan faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan gas di industri pengolahan di Sumatera Utara.

z

?

m

(28)

71

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2000-2009. Sumatera Utara Dalam Angka. Sumatera Utara: BPS

Badan Pengelola Hasil Minyak dan Gas. 1 Oktober 2009. Penetapan Harga Gas Bumi. Jakarta: BPH Migas.

Brown, Stephen P.A. & Yucel, Mine K. 2007. What Drives Natural Gas Prices?.

North America: Federal Reserve Bank of Dallas.

Case, K.L. & Fair, R. C. 2005. Prinsip-prinsip Ekonomi Mikro. Edisi 7. Jakarta: lndeks Kelompok Gramedia.

Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi. 2000. Indonesia Oil and Gas Statistik.

Jakarta: Ditjen Migas.

Driyo, Aryo Daru. 2005. Prospek Komoditas Batubara. Economic Review Journal No. 200. Jakarta.

Egi. 6 Maret, 2009. Konversi Gas Ditargetkan Hemat Rp 20 Triliun. Kompas.

Fauzan, Yuniko. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Liquid Petroleum Gas di Indonesia Periode 1980-2003. Tesis tidak diterbitkan. Bogor: Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Gujarati, Damodar. 2004. Basic Econometrics. Fourth Edition. United States: The McGraw-Hill Companies.

Hidayat, Wahyu. 2010. Konsumsi LPG 3Kg di Sumut Terns Meningkat.

Waspada.

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2007. Neraca Gas Indonesia 2007-2015. Jakarta: Kementrian ESDM.

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2010. Datawarehouse ESDM

Jakarta: Kementrian ESDM.

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2010. Konsumsi Gas Domestik Terus Meningkat. Jakarta: Kementrian ESDM.

Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makroekonomi. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

(29)

72

Mas-Colell, A, Whinston, Michael D., & Green, Jerry R. 1995. Microeconomic Theory. Oxford University Press.

Matridakis, S., Wheelwright, S. C. & McGee, V. E. 1999. Metode dan Aplikasi Peramalan. Jakarta: Erlangga.

Nachrowi, D.N. & Usman, H. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometrik. Ed. I. Cet.l. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nugroho, Akbar. 2009. Konversi Gas Hemat APBN Rp 3,3 Triliun. Antaranews.

Nugroho, Hanan. 2004. Pengembangan Industri Hilir Gas Bumi Indonesia: Tantangan Dan Gagasan. Michigan Tech: Institut Francais du Petrole dan Kyoto Daigaku.

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.

Pertamina. 2010. Publikasi Harga BBM Dalam Negeri 1965-2009. Jakarta: Pertamina.

Rosyidi, Suherman. 1999. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan kepada Teori Ekonomi Makro dan Mikro. Ed. Baru Cet.3. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Simanullang, Ramses. 2008. Ana/isis Jumlah Permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM) Jenis Premium di Sumatera Utara. Tesis tdak diterbitkan. Sumatera Utara: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Sousa, Ana Beatriz Lopez de, Ramos, Ruben E. B. & Junior, Sergio Marques. 2003. Factors Afficting the Natural Gas Adoption in Shopping Mall in Brazil. Brazil: Federal University of Rio Grande do Norte.

Surya, Henry Viriya. 2001. Dampak Kenaikan Harga BBM dan Listrik Terhadap Permintaan Kedua Energi Tersebut. Jakarta: Universitas Indonesia.

Suryo, W.P & Rochim, A 2005. Membuat Kompor Tanpa BBM. Jakarta: Swadaya.

Varian, Hal. R.1 992. Microeconomic Analysis. Third Edition. University of Michigan. New York: Norton Company.

Gambar

Tabel l.l. Banyaknya Pelanggan, Volume Penjualan, dan Nilai Penjualan
Gambar 1.2. Nilai Penjualan Gas Melalui Pipa di lndustri di Sumatera Utara
Tabel 1.2. Produksi, Konsumsi, Ekspor, lmpor Minyak Bumi di Indonesia
Tabel1.3. Harga Gas Bumi Menurut Sektor Wilayab Jaringan Distribusi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian maka dapat diketahui bahwa permintaan telur ayam ras dipengaruhi oleh faktor harga beli konsumen, pendapatan, dan jumlah tanggungan sedangkan harga komoditi

Bunga Anggina : Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerj di Sumatera Utara, 2007... Bunga Anggina : Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Risma Flora Iriani Sirait: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang Di Sumatera Utara, 2006... Risma Flora Iriani Sirait: Analisis Faktor-Faktor Yang

Ijon Ridho Feber Purba : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerja..., 2007...

Berdasarkan hasil estimasi, penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi permintaan komoditi kopi di Sumatera Utara ialah harga kopi domestik,

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa variabel yang stasioner adalah variabel Permintaan Minyak Tanah, Harga Kayu Bakar, Pendapatan Perkapita pada tingkat signifikansi

mempengaruhi permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara antara lain harga riil.. kedelai, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita Provinsi

a) Nilai R-Squared (R 2 ) sebesar 0,941 artinya variasi yang terjadi pada variabel permintaan kedelai di Provinsi Sumatera Utara, dapat.. b) Secara parsial,