• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH PERMAINAN ANAK TERHADAP KECERDASAN MORALITAS ANAK DI MASA PANDEMI COVID 19. Oleh VIKA ADINDA ERYTIRA NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH PERMAINAN ANAK TERHADAP KECERDASAN MORALITAS ANAK DI MASA PANDEMI COVID 19. Oleh VIKA ADINDA ERYTIRA NIM"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

“PENGARUH PERMAINAN ANAK TERHADAP KECERDASAN MORALITAS ANAK DI MASA PANDEMI

COVID 19”

Oleh

VIKA ADINDA ERYTIRA NIM 201833053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2021

(2)

ii

PRAKATA

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.

Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah-Nya. Sholawat serta salam penulis sanjungan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SWT yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan, sehingga penyusunan proposal skripsi yang berjudul:

“PENGARUH PERMAINAN ANAK TERHADAP KECERDASAN

MORALITAS ANAK DI MASA PANDEMI COVID-19” dapat terselesaikan.

Penulisan proposal skripsi ini tidak lupa dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteril. Dengan peneh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Sucipto, M.Pd.Kons, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus

2. Ibu Siti Masfuah, S.Pd selaku ketua Program Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus

3. Bapak Khamdun, M.Pd dan Bapak M. Syaffruddin Kuryanto, M.Or selaku Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang senang tiasa memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan sehingga proposal skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Kepada seluruh dosen pengajar di lingkungan UMK Kudus, yang telah membekali pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan proposal skripsi ini.

5. Keluarga, saudara, sahabat semua yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian proposal skripsi ini.

6. Berbagai pihak secara langsung dan tidak langsung yang telah membantu baik moral maupun material dalam penyusunan proposal skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta

mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Penulis penyadari dan mengakui

bahwa dalam penulisan ini jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan

keterbatasan, kemampuan dan pengetahuan penulis. Sehingga masih banyak

(3)

iii

kekurangan yang perlu untuk diperbaiki dalam proposal skripsi ini.

Dengan kerendahan hati penulid memohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demu kesempurnaan penulisan proposal skripsi ini. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dalam dunia pendidikan.

Kudus, 20 Desember 2021 Penulis

Vika Adinda Erytira

(4)

iv

ABSTRAK

Erytira, Vika Adinda. 2021. Pengaruh Permainan Anak Terhadap Kecerdasan Moralitas Anak di Masa Pandemi Covid-19. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus.

Dosen Pembimbing (1) Khamdun, M.Pd. (2) Moh.Syaffruddin Kuryanto, M.Or.

Kata Kunci: Smartphone, Kecerdasan Moral

Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen Kuantitatif yang bertujuan untuk: (1)Mengetahui pengaruh permaianan modern (smartphone) anak kelas tinggi terdadap kecerdasan moral (2) Mengetahui pengaruh permaianan tradisional anak kelas tinggi terhadap kecerdasan moral (3) Mengetahui perbedaan pengaruh permainan tradisional dan permainan modern (smartphone) terhadap kecerdasan moral anak kelas tinggi di masa pandemi SDN 1 Tungulpandean, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara.

. Bermain merupakan keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh individu atau kelompok, bahkan mengisi sebagian besar dari kehidupan anak-anak dengan bermain. Bermain juga dapat mengembangkan aspek moral, motorik, kognitif, serta perkembangan sosial anak. kecerdasan moral merupakan kemampuan dalam memahami hal yang benar dan salah, artinya seseorang memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakihan tersebut sehingga seseorang akan bersifat benar dan terhormat.

Sampel pada penelitian ini sebanyak 18 siswa kelas 6 di SDN 1

Tunggulpandean, Nalumsari, Jepara. Instrumen penelitian yang digunakan adalah

kuesioner (Angket) moral siswa yeng terdiri dari empat aspek moral siswa, yaitu

integritas, tanggung jawab, kasih sayang, dan pemaaf. Kuesioner moral siswa

memuat 30 item dengan 4 alternatif jawaban, yaitu: selalu, kadang-kadang, jarang

dan tidak pernah.

(5)

v

ABSTRACT

Erytira, Vika Adinda. 2021. The Effect of Children’s Games on Chhildren’s Moral Intelligence in the Covid-19 Pandemic Periode. Elementary School Teacher Education, Faculty of Teacher Training and Education, Muria Kudus University. Supervisor (1) Khamdun, M.Pd. (2) Moh. Syaffruddin Kuryanto, M.Or.

Key Words: Smartphone, Moral Intelligence

This research is a quantitative experimental research which aims to: (1) find out the influence of modern games (smartphones) for high grade children on moral intelligence (2) find out the effect of traditional games for high grade children on moral intelligence (3) find out the difference in the effects of traditional games and modern games (smartphone) on the moral intelligence of high-class children during the pandemic at SDN 1 Tungulpandean, Nalumsari District, Jepara Regency.

Play is the overall activity carried out by individuals or groups, even filling a large part of children's lives by playing. Playing can also develop the moral, motor, cognitive, and social aspects of children's development. Moral intelligence is the ability to understand what is right and wrong, meaning that someone has strong ethical beliefs and acts based on these beliefs so that someone will be right and honorable.

The sample in this study was 18 high school students at SDN 1 Tunggulpandean, Nalumsari, Jepara. The research instrument used was a student's moral questionnaire (Questionnaire) which consisted of four aspects of student morale, namely integrity, responsibility, compassion, and forgiveness. The student's moral questionnaire contains 20 items with 4 alternative answers, namely:

always, sometimes, rarely and never.

(6)

vi

DAFTAR ISI

PRAKATA ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB 1 ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumus Penelitian ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Definisi Oprasional ... 5

BAB II ... 6

KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1 Permainan Anak ... 6

2.2.1 Pengertian Permainan ... 6

2.2.2 Pengertian Permainan Tradisional ... 6

2.2.3 Pengertian Permainan Modern (Smartphone) ... 11

2.2 Moral Anak ... 18

2.2.1 Pengertian Kecerdasan Moral ... 18

2.2.2 Indikator Kecerdasan Moral ... 19

2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Moral ... 21

(7)

vii

2.3 Hasil Penelitian Terdahulu ... 24

2.4 Kerangka Berfikir ... 25

2.5 Hipotesis ... 27

BAB III... 28

METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

3.2 Metode Penelitian ... 28

3.3 Desain Penelitian ... 28

3.4 Populasi dan Sampel ... 29

a. Populasi ... 29

b. Sampel ... 29

3.5 Variabel Penelitian ... 30

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.7 Instrumen Penelitian ... 31

3.8 Validasi Instrumen... 33

3.9 Teknik Analisis Data ... 33

A. Uji Normalitas ... 35

B. Uji Homogenitas ... 36

C. Uji t-tes ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikiran Penelitian ... 26

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skoring Tingkat Kecerdasan Moral ... 32

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Moral ... 32

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Desember 2019, Presiden Rapublik Indonesia mengumumkan ada dua warga negara indonesia yang diketahu positiv Covid-19 (coronavirus disease 2019). Pasian tersebut merupakan ibu dan anak yang berusia 64 dan 31 tahun, penyebab psitif covid-19 diketahui salah satu pasien melakukan kontak langsung dengan warga asing. (Dzulfaroh & Nugroho,2020).Virus SARS-CoV- 2 adalah penyebab dari adanya Covid-19. Penularan Corona virus diakibatkan oleh hewan pada manusia, namun hingga saat ini belum diketahui hewan apa yang menjadi sumber penyakit SARS-CoV-2.

Indikasi dari pasien Covid-19 ini biasanya mengalami demam diatas 38C dan terganggunya sistem pernapasan seperti batuk, flu, serta sakit tenggorokan, bahkan sampai menyebabkan gejala pneumonia (radang paru-paru) sehingga pasien akan mengalami sesak nafas. (Pratiwi et al,2020) oleh sebab itu Presiden Jokowi menerapkan aturan PSBB ( Pembatasan Sosial Berskala Besar) untuk menindak lanjuti penangananan Covid-19. Peraturan ini diterapkan oleh Menteri Kesehatan yang telah berkolaborasi dengan Ketua Gugus Tugas Covid- 19 serta kepala daerah. Pada tanggal 31 Maret 2020 pemerintah secara resmi menerapkan kebijakan PSBB di beberapa daerah di zona merah (Asmara, 2020).

Akibat pemberlakukan PSBB tersebut aktivitas pembelajaran yang identik dengan gaduh suara murid dan guru dalam ruang kelas lenyap digantikan dengan aktivitas pembelajaran di rumah masing-masing dengan menggunakan media televisi, zoom, whatsaap dan media-media online lainnya. Dengan berubahnya proses pembelajaran dari luar jaringan menuju dengan jaringan akibat virus corona, maka siswa dipastikan akan sering mengunakan smartphone untuk menunjang proses pembelajaran. Pemakaian smartphone di masa pandemi sering berlebihan dan tidak digunakan sebagai mestinya dapat membuat candu penggunanya. Sebaliknya penggunaan smartphone yang benar di masa pandemi Covid-19 akan melahirkan efek positif pada anak.

Dalam pratiknya hasil penelitian yang dilakukan Suhandi dan Pamela

(11)

2

(2020) menyebutkan bahwa anak-anak kebanyakan tidak mengikuti instruksi guru untuk belajar di rumah, mereka lebih memilih menggunakan smartphon untuk menonton youtube, tiktok, instagram, dan aplikasi lainnya, untuk mecari hal-hal yang kurang penting atau bahkan mereka lebih memilih bermain diluar rumah hingga lupa waktu (Suhandi & Pamela,2020). Pada kenyataannya, ketika anak sudah sangat asyik dengan samrtphonenya, dan bermain di luar rumah mereka kurang ingat tentang kewajibannya seorang anak yaitu belajar serta bersosialisasi dengan benar di kehidupan. Jika anak-anak sudah asyik bermain smartphone maupun bermain di luar rumah setiap harinya, perintah orang tua pun tidak akan dicermati. .

Tidak hanya itu kerap kali mereka marah bila diperintah orang tuanya saat sedang bermain. Bermain smartphone atau bermain di luar rumah tanpa pengawasan orang tua memang cenderung memberikan dampak negatif (Syifa, Setianingsih, & Sulianto,2019). Karakteristik smartphone yang hanya memberikan bentuk komunikasi satu arah dapat memberikan dampak pada anak menjadi susah berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik (Seri &

Mitsalia,2016). Selain beberapa efek negatif di atas, penggunaan smartphone juga memiliki efek positif, seperti memudahkan anak untuk belajar menulis, membaca, berhitung dan sebagainya (Rozalia, 2017).

Permainan tradisional dikenal sebagai permainan rakyat yang merupakan suatu kegiatan rekreatif yang tidak hanya bertujuan menghibur diri tapi juga sebagai alat memelihara hubungan sosial serta untuk menambah budaya bangsa kita. Beberapa nilai positif permainan tradisional yaitu akan melatih akan dalam kekompakan, kebersamaan, gotong-royong sehingga saling menghargai (Aggita,2019). Namun tidak menutup kemungkinan jika tidak dalam pengawasan orang tua anak akan cenderung suka bermain dan melalaikan perintah orang tua. Sehingga banyak anak yang kurang memperhatikan perintah orang tua, dan sering membantah perintah mereka, akibatnya akan mempengaruhi nilai moral mereka.

Kecerdasan dan kesadaran moral memegang peranan penting dalam

pembentukan perilaku dan karakter peserta didik. Menurut Borba (2013)

(12)

3

Kecerdasan moral merupakan kemampuan dalam memahami hal yang benar dan salah, artinya seseorang memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakihan tersebut sehingga seseorang akan bersifat benar dan terhormat. Kecerdasan moral adalah kapasitas mental untuk menentukan bagaimana prinsip-prinsip universal bisa digunakan pada nilai, tujuan dan tindakan seseorang.

Kecerdasan moral akan melahirkan kesadaran moral yang membuat hidup manusia memiliki tujuan karena manusia tahu apa yang dikerjakan dan mengapa melakukannya. Selain itu yang terpenting jika siswa memiliki kecerdasan dan kesadaran moral yang tinggi maka siswa mampu memahami hal yang benar dan yang salah. Banyak orang yang saat ini memandang pentingnya kecerdasan moral karena dengan selalu berbuat baik untuk diri sendiri dan lingkungan, maka kehidupan akan berjalan dengan harmonis dan menyenangkan. Mengingat kecerdasan moral sangat penting bagi anak sekolah dasar, maka berangkat dari fenomena-fenomena kemerosotan moral anak yang disebabkan oleh permainan, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Permainan Anak Terhadap Kecerdasan Moralitas di Masa Pandemi Covid-19”

1.2 Rumusan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumusakan permasalahannya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh permainan modern (smartphone) anak kelas 6 di masa pendemi di SDN 1 Tunggulpandean, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara?

2. Bagaimana pengaruh permainan tradisional anak kelas 6 terhadap kecerdasan moral di masa pandemi SDN 1 Tunggulpandean Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara?

3. Bagaimana perbedaan pengaruh permainan tradisional dan permainan

modern (smartphone) terhadap moral anak kelas 6 di masa pandemi SDN 1

Tungulpandean, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara?

(13)

4 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumus masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian kualitatif ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis pengaruh permaianan modern (smartphone) anak kelas 6 di masa pandemi SDN 1 Tunggulpandean Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara.

2. Menganalisis pengaruh permaianan tradisional anak kelas 6 terhadap kecerdasan moral di masa pandemi SDN 1 Tunggulpandean Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara.

3. Menganalisis perbedaan pengaruh permainan tradisional dan permainan modern (smartphone) terhadap moral anak kelas 6 di masa pandemi SDN 1 Tunggulpandean, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat dalam penelitian kualitatif ini dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut :

a) Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian kualitatif ini untuk menambah wawasan tentang pembentukan moral anak terhadap bentuk permainan anak di masa pandemi di SD Negeri 1 Tunggulpandean.

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Prodi PGSD, Universitas Muria Kudus dan tulisan ini diharapkan dapat dimangaatkan untuk studi banding penelitian lain.

b) Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian kualitatif ini untuk bisa

memberikan informasi dan masukan deskriptif khususnya bagi

orang tua yang di SD Negeri 1 Tunggulpandean mengenai

permaianan anak terhadap pembentukan moral anak agar kualitas

moral anak semakin meningkat dan mampu sampai kepada tujuan

yang diinginkan dari setiap orang tua.

(14)

5 1.5 Definisi Oprasional

Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikatakan bahwa perumusan definisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan defisi konsep. Menutut (Siagian, 2011:141) tujuan dari defisi konsep untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa objek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan definisi operasional diupayakan dalam transformasi konsep kedunia nyata sehingga konsep penelitian dapat diobservasi.

Dampak Permainan Anak terhadap Kecerdasan Moralitas Sekolah Dasar kelas tinggi di Desa Tunggulpandean, Kecamatan Nalumsari dalam: dapat di ukur dari:

1. Permainan anak adalah suatu kegiatan yang bisa dilakukan sendiri atau bersama-sama dengan tujuan bersenang-senang atau mengisi waktu luang dimana seseorang terlibat dalam interaksi dengan kelompok bermainnya.

2. Kecerdasan moral adalah kemampuan dalam memahami hal yang

benar dan salah, artinya kemampuan untuk menentukan bagaimana

prinsip-prinsip universal yang bisa digunakan pada nilai, tujuan dan

tindakan seseorang.

(15)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Permainan Anak

Bermain merupakan hak asasi bagi anak yang memiliki nilai utama dan hakiki pada masa anak-anak.bermain bagi anak tidak sekedar mengisi waktu, namun sangat penting bagi perkembangan kepribadiannya. Setiap kegiatan bermain merupakan kegiayan nilai positif terhadap perkembangan seluruh aspek yang ada dalam diri anak.

2.2.1 Pengertian Permainan

Menurut (Andriani,2012) bermain adalah aktifitas yang dipilih sendiri orleh anak karena menyenangkan bukan karena ingin memperoleh hadiah atau pujian, bermain juga sebagai alat pertama untuk mencapai pertumbuhan anak, sebagai medium anak mencobakan diri bukan hanya dalam fandasinya tetapi dilakukan secara nyata. Permainana adalah suatu kegiatan yang bisa dilakukan sendiri atau bersama-sama dengan tujuan bersenang-senang atau mengisi waktu luang dimana seseorang terlibat dalam suatu konteks dengan sekelompok orang.

Bermain tidak lepas dari kehidupan anak-anak hingga dewasa nanti, karena bermain merupakan suatu kebutuhan untuk setiap anak. dengan bermain interaksi dengan orang lain semakin erat, dan menjadikan anak semakin kreatif. Menurut (Rohmah, 2016) bermain adalah kegiatan mengekspresikan diri tanpa harus dipaksa, bermain juga dapat mengembangkan aspek moral, motorik, kognitif, bahasa serta perkembangan sosial anak.

Dari pendapat di atas dapat simpulkan bermain merupakan keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh individu atau kelompok, bahkan mengisi sebagian besar dari kehidupan anak-anak dengan bermain. Bermain juga dapat mengembangkan aspek moral, motorik, kognitif, serta perkembangan sosial anak.

2.2.2 Pengertian Permainan Tradisional

Istilah permainan berasal dari kata dasar “main” yang mendapat imbuan “Per- an”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “main” adalah berbuat sesuatu yang menyenangkan hati (dengan menggunakan alat atau tidak). Dengan demikian

“permainan” adalah sesuatu yang dipergunakan untuk bermain, barang atau sesuatu

(16)

7

yang di permainkan, perbuatan yang dilakukan dengan tidak sungguh-sunggu,biasa saja.

Menurut (Isniwarti, 2017) permainan tradisional adalah warisan nenek moyang kita, warisan dari para leluhur kita, sehingga dengan melestarikan permainan, juga melestarikan sebagian kebudayaan nenek moyang kita. Menurut (Sukmayadi, 2016) menjelaskan bahwa permainan tradisional merupakan salah satu aset budaya yang mempunyai ciri khas budaya suatu bangsa yang tumbuh dan hidup hasil hingga sekarang, dengan masyarakat pendukungnya yang terdiri atas tua muda, laku-perempuan, kaya miskin, rakyat bangsawan, dengan tiada bedanya. Permainan tradisional tidak hanya sekedar alat penghibur hati, penyegar pikiran, dan sarana berolahraga. Permainan tradisional mempunyai berbagai latar belakang yang bercorak rekreatif, kompetitif, pedagogis, magis, dan religius. Permainan tradisional yang menjadi orang bersifat terampil, ulet, cekatan, tangkas, dan sebagainya.

Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan jika permainan tradisional adalah permainan anak-anak warisan dari nenek moyang kita yang memiliki ciri khas kebudayaan masing-masing. Permainan tradisional juga merupakan salah satu aset dari suatu bangsa yang harus kita lestarikan.

a. Manfaat Permainan Tradisional

1) Anak menjadi lebih kreatif. Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh pemainnya. anak-anak membuatnya menggunakan barang, benda atau tumbuhan yang ada disekitar lingkungan mereka. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif dalam menciptakan alat-alat permainan. Selain itu, permainan tradisional tidak memiliki aturan main secara tertulis. Biasanya aturan yang membuat adalah pemain itu sendiri, aturan yang sudah umum, ditambah dengan aturan yang disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Di sini juga bahwa para pemain dituntut untuk kreatif menciptakan aturan- aturan yang sesuai dengan keadaan mereka.

2) Digunakan sebagai terapi anak. saat bermain, anak-anak akan

(17)

8

melepastkan emosinya. Mereka terteriak, tertawa dan bergerak.

Kegiatan ini dapat digunakan sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukan kondisi tersebut.

3) Mengembangkan kecerdasan intelektual anak. permainan tradisional seperti ular tangga, lompat tali, main layang-layang, kelerang, dan sebagainya, mampu membentuk anak dalam mengembangkan kecerdasan intelektualnya. Karena, permainan tersebut akan menggali wawasan anak terhadap berbagai pengetahuan.

4) Mengembangkan kecerdasan emosional antar personal anak.

hampir semua permainan tradisional anak dilakukan secara berkelompok. Dengan berkelompok anak akan mengasah emosinya sehingga timbul toleransi, empati antar teman, nyaman dan terbiasa dalam berkerjasama dengan orang lain.

Misalnya dalam permainan bentengan, kasti, petak umpet, tikus dan kusing, serta yang lainnya.

5) Mengembangkan kecerdasan logika anak. beberapa permainan tradisional melatih anak untuk berhitunh dan menentukan langkah- langkah yang harus dilaluinya. Misal engklek, congkak, lompat tali, bila bekel, dan lain sebagainya.

6) Mengembangkan kecerdasan knestetik anak. permainan tradisional mendorong anak untuk bergerak seperti melompat, berlari, menari, berputar,dan gerakan lainnya. Contoh permainan antara lain bermain bola, petak umpet, tikus dan kucing, lompat tari, serta lain sebagainya.

7) Mengembangkan kecerdasan natural anak. permainan

tradisional adalah permainan yang dibuat oleh pemain itu

sendiri dengan alat-alat permainan yang dibuat atau digunakan

dari tumbuhan, tanah, genting, batu, atau pasir. Aktivitas

sersebut mendekatkan anak dengan alam sekitarnya sehingga

anak lebih menyatu terhadap alam. contoh permainan dagang-

(18)

9

dagangan dengan membuat minyak dari daun bunga sepatu, mie bakso terbuat dari tumbuhan parasit berwarna kuning, mobil- mobilan terbuat dari pelepah pisang, egrang terbuat dari bambu, layangan terbuat dari bambu dan lain-lain.

8) Mengembangkan kecerdasan musikal anak. menyanyi atau bunyi- bunyi yang biasanya dinyanyikan anak-anak saat bermain sangatlah identik dengan permainan tradisional.

Permainan yang dilakukan sambil bernyanyi antara lain cuplak- cuplak suwung, calung, pur-pur sadapu.

9) Mengembangkan kecerdasan spiritual anak. di dalam setiap permaian mengenal kata menang dan kalan, begitu juga di permainan tradisional ada menang dan kalah, namun menang dan kalah ini tidak menjadikan para pemainnya bertengkar atau rendah diri. Bahkan ada kecenderungan bila ada teman yang sudah bisa melakukan permainan mereka anak mengajar temannya yang belum bisa dalam permainan itu.

b. Karakteristik Permainan Tradisional

Menurut (Cahyono,2015:51) mengatakan sejumlah karakter yang dimiliki para pemain tradisional yang akan membemtuk karakter positif pada anak sebagai berikut :

1) Permainan tradisional sering menggunakan dan memanfaatkan alat atau fasilitas di lingkungan tempat tinggal tanpa harus membelinya sehingga perlu adanya imajinasi dan kreativitas yang tinggi. banyak alat permainan trasdisionalyang dibuat atau digunakan dari tumbuhan, tanah, genting, batu, dan pasir. Misal mobil-mobilan dari pelepah pisang, engrang dari bambu, telpon- telponan dari kaleng bekas dan lain sebagainya.

2) Permainan anak tradisional melibatkan para pemain yang relatif

banyak. Tidak mengheranka, jika dilihat, hampir di setiap

permainan rakyat begitu banyak anggotanya. Karena, selain

mendahulukan faktor kesenangan dan keseruanbersama,

(19)

10

permainan ini juga memiliki maksud lebih dalam kemampuan interaksi antar pemain (potensi interpesonal). Seperti petak umpet, congklak, dan bola kasti.

3) Permainan anak tradisional memiliki nilai-nilai luhur dan pesan- pesan moral seperti nilai kebersamaan, kejujuran, tanggung jawab, sikap lapang dada ( kalau menerima kekalahan), dorongan berprestasi, dan taat pada aturan yang dibuat. Semua ini dapat didapatkan jika para pemain bener-benar menghayati, menikmati, dan mengerti arti dari permainan tersebut.

c. Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional

1) Nilai Demokrasi, sebelum melakukan permainan tradisional anak sudah dilatik melakukan demokrasi, terbukti dengan cara memilih dan menentukan jenis permainan, harus megikuti permainan atau aturan yang disepekati dalam permainan. Semua ini dilakukan dengan cara berunding atau bermusyawarah dan tidak ada paksaan. Contoh melakukan himpimpah atau suit, disini sebenarnya anak telah memilih jiwa yang demokratis.

2) Nilai Pendidikan, permainan tradisional baik untuk pendidikan dalam aspek kejasmanian dan kerohanian. Misalnya sifat sosial,sifat disiplin, etika, kejujuran, kemandirian dan percaya diri.

3) Nilai Kepribadian, bermain adalah media yang saat tepat untuk mengembangkan dan mengungkapkan jati dirinya. Dengan bermain, anak mempunyai kesiapan mental dan kesiapan diri untuk mengatasi masalah sehari-hari.

4) Nilai Keberanian pada dasarnya, setiap permaian tradisional dituntut sikap keberanian. Sifat keberanian ini sini adalah berani mengambil keputusan.

5) Nilai Kesehatan, permainan tradisional kegiatan yang

membutuhkan unsur berlari, melompat, berkejar-kejaran

sehingga otot tubuh dapat bergerak.

(20)

11

6) Nilai Persatuan, dalam permainan tradisional yang berkelompok, anggota kelompok harus mempunyai jiwa persatuan dan kesatuan untuk mencapai suatu tujuan, yaitu kemenangan.

7) Nilai Moral, permainan tradisional, anak dapat memahami dan mengenal kultur atau budaya bangsa serta pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya.

2.2.3 Pengertian Permainan Modern (Smartphone)

Perkembangan teknologi abad ini, terutama pada bidang komunikasi, berjalan semakin pesat dan canggih. Berbagai jenis alat komunikai diciptakan dengan tujuan agar mempermudah penyebaran informasi dan komunikasi. Dunia dibuat seakan tidak lagi memiliki jarak dan batasan yang jelas. Penduduk belahan bumi selatan dengan mudahnya berkomunikasi dengan penduduk di bumi yang lainnya. Salah satu contohnya adalah smartphone atau yang disebut juga dengan telepon pintar.

Menurut (Ma’ ruf, 2015) smartphone adalah sebuah benda (alat elektronik) teknologi kecil yang mempunyai fungsi khusus, tetapi sering diasosiasikan sebagai inovasi atau barang baru . Smartphone adalah alat komunikasi baik jarak dekat maupun jauh (Imam,2019). Pengembangan dari perangkat yang bernama smartphone ini, yang hampir sudah dimiliki oleh semua orang. Bahkan saat ini tak jarang banyak orang yang memiliki lebih dari satu smartphone. Hal ini berbanding lurus dengan data jumlah pengguna smartphone yang terus meningkat dari waktu ke waktu.pengguna smartphon tidak hanya berasal dari kalangan kerja. Melainkan hampir semua kalangan termasuk anak sekolah dasar. Apalagi saat pandemi Covid- 19 ini smartphon sangat lah diperlukan dalam pembelajaran sehingga banyak anak yang harus menggunakan smartphon dalam pembelajaran sehari-hari. Namun banyak dari mereka malah menghabiskan banyak waktu dalaam menggunakan smartphone dari pada bermain bersama temannyayang berada disekitar lingkungannya.

Mereka asyik dengan smartphonenya sendiri sampai-sampai mereka acuh

dengan keadaan di sekitar mereka, bahkan mereka marah ketika mendapat perintah

dari orang tua. Mereka lebih mementingkan game yang ada di smartphonya

(21)

12

ketimbang disuruh orang tua makan, diminya untuk mandi, tidur, dan lainnya. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan karena dapat mengganggu perkembangan moral anak.

a. Penggunaan Smartphone

Penggunaan smartphone pada anak akan berpengaruh pada perilakunya antara lain:

1) Perilaku Emosi

Anak dapat dianggap sudah kebablasan bermain smartphone jika sehari bermain dengan semartphone lebih dari 2 jam, dan jika samartphonenya diambil anak akan marah sekali, menangis berlebihan bahkan sampai berteriak-teriak. Seorang pecandu smartphone hanya akan tertuju kepada dunia maya, dan jika dia dipisahkan dengan smartphone, maka akan muncul perasaan gelisah dan bad tempered. Mereka tidak tahan jika berlama-lama berpisah dengan smartphonenya

Anak yang sudah terbiasa menggunakan smartphone dalam kehidupan sehari- harinya. Smartphone akan digunakan untuk mengisi kegiatan, sumber hubungan, informasi, kegiatan bahkan sebagai teman setia yang intim, maka tanpa ada smartphone, menjadikan ada yang kurang dalam hidupnya. Anak sekarang bukan takut dengan setan, namun takut jika tidak ada wifi, atau takut lowbat atau blank area. Jadi salah satu bentuk pengaruh negatif dari penggunaan smartphone yang berlebihan pada anak adalah perilaku emosi yang tidak terkendali pada smartphonenya. Sehingga dengan emosi seperti itu anak akan lebih mengutamakan smartphonenya dan akan menyampingan belajarnya bahkan yang lainnya.

2) Perilaku Sosial

Perilaku emosi identik dengan hubungan diri sendiri yang

mulai menyimpang dan tidak segera diatasi, maka berikutnya yaitu

gangguan pada perilaku sosial. Dampak smartphone pada anak yang

terasa paling nyata ialah penurunan dalam kemampuan

(22)

13

bersosialisasi. Anak yang terlalu sibuk dan asyik bermain dengan smartphonenya menjadikan anak tidak peduli lingkungan sekitarnya, sehingga tidak memahami etika bersosialisasi. Selain itu, anak yang mengakses situs jejaring sosial di dunia maya secara berlebihan dapat membuat anak berfikir bahwa mencari teman bisa dilakukan melalui internet, dan melupakan teman-teman yang di lingkungan sekitar.

Dalam kehidupan anak, bermain itu mengasikkan, namun berbeda bagi anak- anak yang bermain smartphone. Anak-anak seolah-olah sangat asyik dan menikmati kesendirian dan tidak memperdulikan teman dan tidak ada keinginan atau kebutuhan untuk bergaul dengan sesama. ajakan berbicara atau kegiatan bersama orang tua di rumah, teman dan guru disekolah ditanggapi bukan sebagai keramahtamahan atau keakraban, melainkan sebagai

“kepo” atau sikap sok ingin tahu dan sok ingin akrab. Sebuah nilai sosial yang sedah mulai bergeser.

3) Perilaku Kekerasan atau agresif

Anak zaman sekarang bukan kurang pandai, namun kurang bisa menguasai atau mengatur emosinya. Terbiasa bermain game di dalam smartphone yang hanya bervariasi seputar angka, logika, kecepatan namun tidak memperdulikan akibat atau pengaruh pada teman, karena lawan bermainnya adalah benda mati. Kebiasaan orang tua yang sibuk dengan pekerjaanya dan hanya memberikan apa kemauan anak dari pada anak merepotkan para mereka, membuat anak berfikir bahwa apa saja yang diinginkannya harus dipenuhi,Ini adalah masalah kemampuan emosi anak. saat ini banyak sekali perilaku kekerasan dan merusak yang hampir di semua daerah bisa kita temukan. Salah satu penyebabnya adalah kemajuan teknologi, seperti penggunaan smartphone untuk konten kekerasan, game yang berisi kekerasan, dan media sosial.

Pada dasarnya anak senang meniru orang lain. Hal ini

(23)

14

mendorong anak untuk mempraktikkan kejahatan serupa. Dalam percobaannya Watson & Raynor membuktikan bahwa kondisi lingkungan dapat mempengaruhi prilaku anak. tanpa sadar, perilaku anak mulai berubah, mulai dari tentrum (suka berteriak-teriak), malas bergaul, kekerasan ringan hingga menjadi kebiasaan akibat konten kekerasan yang mereka saksikan di smartphonenya mereka.

4) Perilaku Malas, Tidur,dan Belajar

Anak akan cenderung pasif atau malas, anak menjadi malas bergerak, malas bergerak, malas bermain, malas berolahraga, malas keluar rumah, dan bentuk - bentuk pasif lainnya, bahkan anak dapat malas belajar dan malas makan karena sudah asyik memainkan game di smartphonenya.

Tidur merupakan mekanisme istirahat bagu tubuh, otak dan organ-organ tubuh untuk mengalami pemulihan, tidak semua orang tua mengawasi anaknya bahkan anak orang tua yang tidak memahami teknologi sehingga kebanyakan anak pun mengoperasikan smartphone di kamar tidurnya, sehingga tidur mereka jadi terganggu.

b. Dampak Smartphone Pada Anak

Dampak positif dan negatif penggunaan smartphone. Semartphone memiliki banyak manfaat apabila digunakan dengan cara yang benar dan semestinya diperbolehkan orang tua mengenalkan anak semartphone di usia dini bahkan itu perlu agar dapat emngikuti perkembangan teknologi namum harus diingatkan terdapat dampak positif dan negatif dari smartphone tersebut.

Tidak dapat disangkal bahwa kepemilikian smartphone oleh anak dapat memberikan sejumlah dampak positif. Dampak positif tersebut di antaranya adalah sebagai alat komunikasi bbaik orang tua dan anak serta dapat menambah wawasan anak dan jejaring sosial anak. namun dibalik dampak positif tersebut, perlu disadari terdapat beberapa dampak negatid yang berpotensi pada kepemilikan smartphone oleh anak jika tidak diantisipasi secara tepat.

Menurut Dana Aswadi dan Heppy Lismayanti (2019) mengatakan

bahwa, smartphone memiliki dampak positif dan negatif pada karakter anak,

(24)

15 dampak positif tersebut antara lain yaitu : Dampak positif penggunaan smartphone

1) Pengetahuan

Bagi anak yang menggunakan aplikasi yang berhubungan dengan pendidikan akan memberikan kepada anak berupa pengetahuan.

Pendidikan selalu mencakup aspek kognitif, apektif, dan psikomotorik.

Dengan aplikasi pendidikan, maka anakpun akan mendapatkan pengetahuan yang lebih luas.

2) Kreatifitas tinggi

Anak yang sering memegang smartphone pasti akan berbeda dengan anak yang jarang atau bahkan tidak pernah memegangnya. Sebuah hal yang akan membuat perbedaan secara positif salah satunya kreatifitas yang tinggi pada anak. contoh aplikasi memasak, disitu anak akan mengkreasikan makanan yang mereka buat, dan akan menjadi sebuah hidangan dengan kreatifitasnya masing-masing.

3) Sabar

Sabar artinya sikap tidak pernah menanggapi sesuatu dengan emosi atau terburu-buru. Ketika menghadapi masalah maka ia akan memikirkannya serta menemukan jalar keluarnya dengan berhati-hati, hal ini menunjukan kesabaran. Contohnya pada aplikasi memancing, sperti di dunia nyata memancing membutuhkan kesabaran yang tinggi, sama seperti permainan memancing di smartphone.

4) Jujur

Jujur adalah etos kehidupan. Dengan kejujuran, seseorang akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Kejujuran ini salah satu karakter yang dapat terbentuk melalui smartphone.

5) Ceria

Dengan kemudahan yang didapat di smartphone anak diharapkan

mendapatkan sebuah kebahagiaan. Dengan kebahagiaan yang

didapatkan anak, maka dapat memudahkan dalam menerima ilmu

(25)

16

pengetahuan. Bahkan kebahagiaan juga dapat memunculkan kreaktivitas anak.

Dampak negatif dari smartphone

1) Penurunan konsentrasi saat belajar (jika anak sudah kecanduan dengan smartphonenya lalu disuruh untuk belajar anak menjadi tidak fokus dalam belajar, anak hanya ingat smartphonenya, misal anak teringat dengan permainan smartphone yang seolah-olah dia harus menyelesaikan permainan di smartphonenya dulu baru bisa fokus) 2) Malas menulis dan membaca. (hal ini diakibatkan dari penggunaan

smartphone misalnya pada saat anak membuka video di aplikasi anak akan cenderung melihat gambarnya tanpa harus menulis apa yang mereka cari).

3) Penurunan dalam kemampuan bersosialisasi (contohnya anak kurang bermain dengan teman di linngkungannya, tidak memperdulikan keadaan disekitar karena mereka sudah fokus dengan smartphonenya).

4) Kecanduan (seperti halnya barang penting smartphone juga dapat mengakibatkan anak kecanduan, anak akan sulit dan ketergantungan dengan smartphone karena smartphone bagi mereka adalah kebutuhan dalam hidupnya)

5) Dapat menimbulkan ganguan kesehatan, (hal ini jelas dapat menimbulkan ganguan kesehatan karena paparan radiasi yang ada pada smartphone dapat merusak kesehatan anak, bukan hanya itu jika anak kurang kegiatan dan hanya bermalas-malas dengan smartphonenya akan mengakibatkan obesitas bagi anak).

6) Menghambat kemampuan berbahasa (anak yang terbiasa menggunakan smartphonenya anak cenderung pendiam, menutup diri dan enggan berkomunikasi dengan teman atau lingkungannya).

7) Dapat mempengaruhi perilaku di sekolah (ada banyak sekali game di

smartphone yang memiliki unsur kekerasan yang anak mempengaruhi

pola perilaku dan karakter anak saat anak memainkannya akibatnya

anak dapat meniru perbuatan tersebut).

(26)

17

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai dampak positif dan negatif dari penggunaan smartphone, maka dapat disimpulkan bahwa smartphone adalah alat komunikasi yang digunakan untuk mempermudah segala sesuatu dalam kehidupan sehari-hari, namun terdapat juga beberapa manfaat dan kerugian dari penggunaan smartphone sendiri, hal ini memang tergantung dari kita yang menggunakannya, apa itu bertujuan untuk hal yang bermanfaat atau hal yang tidak berguna.

Untuk itu perlu adanya filterisasi dari dampak positif dan negari smartphone. Namun untuk pengguna anak-anak yang menggunakan smartphone banyak ditemukan dampak negatifnya ketimbang positifnya, dan hal ini tergantung orang tua yang mendidik dan mengawasi anak pada saat menggunakan smartphone.

c. Durasi Penggunaan Smartphone

Orang tua harus bisa mempertimbangkan berapa banyak waktu yang diperbolehkan untuk anak sekolah dasar dalam bermain smartphone, karena lama penggunaan smartphone dapat mempengaruhi perkembangan anak.

Starburger mengatakan bahwa seorang anak hanya diperbolehkan beradi di depan layar ≤ 1 jam setiap harinya. Pendapat tersebut didukung oleh Sigman yang mengemukakan bahwa waktu ideal lama anak sekolah dasar dalam menggunakan smartphone ialah 30 menit hingga 1 jam dalam sehari.

Namun pada kenyataannya di Indonesia masih banyak anak-anak yang menggunakan semartphone 4-5 kali lebih bayak dari pada jumlah yang direkomedasikan. Pemakaian smartphone yang berlebihan dapat berdampak bagi kesehatan akan, selain radiasinya yang berbahaya, penggunaan smartphone dapat mempengaruhi tingkat agresif pada anak.

selain itu anak yang asyik dengan smartphonenya berakibat melupakan

untuk berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang disekitar maupun

keluarga, bahkan ada anak yang tidak mematuhi perintah orang tuanya hal

ini anak berdampak buruk bila dibiarkan secara terus menerus.

(27)

18 2.2 Moral Anak

2.2.1 Pengertian Kecerdasan Moral

Intelegensi menjadi salah satu konsep psikologi yang penting dikehidupan manusia. Baik dalam dunia pendidikan maupun dalam bidang lainnya, intelegensi sering digunakan untuk mengukur keberlasilan studi siswa. Dalam dunia kerja, intelegensi sebagai indikator kesuksesan bekerja, dan dalam dunia nyata intelegensi memungkinkan seseorang beradaptasi dengan lingkungannya, termasuk perubahan didalamnya, selama masih adanya kehidupan, Sternberg dalam kutipan Herlin Siwi Widiana (2016). Dengan demikian tak heran jika intelegensi sering menjadi pembahasan dan terus mengalami perkembangan.

Moral atau moralitas merupakan bentuk atau hasil dari nilai-nilai yang hitam putih, yakni antara benar dan salah, sehingga berimplikasi pada aturan yang berpengaruh pada perilaku anak (Fatmawati & Supriyanto,2018).

Perilaku anak yang baik seperti jujur, disiplin, hormat, tata, dan lainnya merupakan sikap yang dituntut ada pada diri anak, karena akan terus berkembang samapai anak dewasa dan memiliki keturunan (Nauli dkk,2019).

Tindakan, perilaku dan sikap anak saat ini bukanlah sesuatu yang tiba-tiba muncul atau terbentuk atau bahkan “given” dari Yang Maha Kuasa, melainkan ada sebuah proses panjang sebelumnya yang kemudian menjadikan sikap dan perilaku tersebut melekat pada dirinya. Menurut Narwanti (2011:5) sedikit atau banyak karakter anak sudah mulai terbentuk sejak dia masih berwujud janin dalam kandungan. Menurut Ratna Megawangi, dalam Narwanti (2011:5) membentuk karakter, pribadi, dan moral adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup. Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter dan bermoral jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula.

Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (inmoral). Tapi didalam

dirinya terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan. Olah karena itu,

melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua,

saudara, teman sebayan, atau guru) anak belajar memahami perilaku mana

yang baik, yang boleh dilakukan dan tingkah laku yang tidak boleh dilakukan.

(28)

19

Kecerdasan moral bisa dianggap sebagai bentuk kecerdasan baru, kecerdasan moral dianggap sebagai kecerdasan utama karena arak dalam kecerdasan ini untuk melakukan sesuatu yang bermafaat, bernilai, dan memberi seseorang tujuan hidup. Kecerdasan moral berusaha menjawab mengapa banyak orang yang memiliki intelektual tinggi justru menyebabkan penderitaan dan memicu krisis sosial dan ekomomi (Altan, 2011).

Menurut Borba (2008) kecerdasan moral merupakan kemampuan dalam memahami hal yang benar dan salah, artinya seseorang memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakihan tersebut sehingga seseorang akan bersifat benar dan terhormat. Kecerdasan moral adalah kapasitas mental untuk menentukan bagaimana prinsip-prinsip universal yang bisa digunakan pada nilai, tujuan dan tindakan seseorang.

Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan moral anak merupakan kemampuan dalam memahami keadaan yang benar dan salah, seseorang yang memiliki kecerdasan moral akan mengetahui tujuan ia melakukan sesuatu dalam hidupnya.

2.2.2 Indikator Kecerdasan Moral

Menurut Lennick dan Kiel (2005) mengemukakan 4 indikator moral yang saling berhubungan dengan yang lain diantaranya:

1. Integritas

Integritas adalah ciri utama dari orang yang cerdas secara moral.

Ketika kita bertindak, kita akan mengharmonisasikan perilaku kita sesuai dengan prinsip-prinsip manusia secara universal. Kita melakukan apa yang kita anggap benar, yang sejalan dengan prinsip dan keyakinan kita. Seseorang yang memiliki integritas sama dengan memiliki kompetensi moral sebagai berikut: (1) berprilaku konsisten sesuai dengan prinsip, nilai dan keyakinan, (2) berkata jujur,(3) berpegang teguh pada kebenaran, (4) menepati janji.

2. Tanggung Jawab

Orang yang memiliki tanggung jawab akan menanggung sebuat

perbuatannya dan menerima semua konsenkuensi atas tindakannya.

(29)

20

Orang yang bertanggung jawab memiliki kompetensi sebagai berikut: (1) mengambil tanggung jawab dari pilihannya (2) mengakui kesalahan dan kegagalannya, (3) berkomitmen untuk melayani orang lain.

3. Kasih Sayang

Kasih sayang adalah sikap peduli kepada orang lain. Orang yang memiliki kasih sayang memiliki kompetensi yaitu peduli terhadap orang lain.

4. Pemaaf

Pemaaf bearti kita memiliki sikap toleransi pada suatu kesalahan dan memiliki pemahaman terhadap ketidak sempurnaan seseorang.

Orang yang memiliki sikap pemaaf maka memiliki kompetensi yaitu menerima kesalahan sendiri dan menerima kesalahan orang lain.

Menurut Borba (2001) menjelaskan ada tuju aspek seseorang memiliki kecerdasan moral, ketuju aspek tersebut yaitu:

1. Empati (emphaty)

Empati merupakan kepekaan pada kebutuhan dan perasaan orang lain, berperilaku menunjukan kepedulian ketika seseorang diperlakukan tidak adil, dapat melihat sudut pandang dari orang lain, dan dapat membaca isyarat nonverbal dari orang lain dengan tepat dan berakti dengan tepat.

2. Nurani (conscience)

Ketika anak memiliki nurani yang tinggi cenderung berani mengakui kesalahan dan mengucapkan maaf, mempu mengidentifikasi kesalahannya dalam berperilaku, jujur, dan dapat dipercaya, menerima kosenkuensi jika bersalah, dan tidak melimpahkan kesalahannya kepada orang lain.

3. Kontrol diri (self-control)

Anak dengan kontrol diri yang baik cenderung akan menunggu

gilirannya dan jarang memaksakan pendapatnya atau meyela,

mudah kembali tenang ketika marah/ kecewa.

(30)

21 4. Respek (respect)

Anak yang memiliki respek yang baik cenderung akan memperlakukan orang lain dengan penuh penghargaan, menghargai privasi orang lain, tidak membicarakan teman dibelakang.

5. Baik budi (kindnees)

Karakter kindnees akan cenderung mengatakan komentar yang baik yang sifatnya membangun semangan pada orang lain, sungguh- sungguh peduli kepada orang lain yang diperlakukan tidak adil, mudah berbagi, membantu, dan menghibur orang lain.

6. Toleransi (tolerance)

Anak yang memiliki toleransi yang baik tidak akan membedakan orang lain berdasarkan ras, suku, agama, dan negara untuk berteman dengan orang lain.

7. Adil (fairness)

Anak yang kemiliki fainess yang kuat tidak akan menyalahkan orang lain dengan semena-mena, rela berkompromi untuk memenuhi kebutuhan orang lain, bermain sesuai aturan, menyelesaikan masalah dengan damai dan adil, dan mau mengakui hal orang lain yang dapat menjamin bahwa mereka patut diperlakukan sama dan adil.

Penelitian ini menggunakan pendapat dari Lennick dan Kiel (2005) yaitu indikator kecerdasan moral memiliki 4 aspek, yang pertama Indikator, Tanggung Jawab, Kasih Sayang, dan Pemaaf. Peneliti memilih pendapat dari Linnick dan Kiel karena penelitian tersebut adalah teori terbaru.

2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Moral

Perkembangan moral berkaitan erat dengan tingkat pengendalian diri yang dapat dilakukan seseorang terkait dengan aturan sosial (Ozbey,2014). Anak-anak membangun moralitas melalui interaksi timbal balik dengan lingkungannya (Dahl

& Killen,2018). Hal ini membuktikan perubahan tingkah laku anak terjadi seiring

dengan bertambahnya usianya. Lingkungan sekita jura menjadi pemicu utama

perubahan moral anak, sehingga perlunya suatu bimbingan bagi orang tua atau

(31)

22

pendidik dalam mengarahkan serta memberikan bimbingan kepada anak-anak tersebut agar memiliki perkembangan moral yang baik.

Perkembangan moral anak rentan terjadi, dikarenakan anak sangat cepat meniru segala hal yang dia lihat meskipun tidak diajarkan secara langsung. Selain itu perkembangan moral anak yang semakin pesat juga menjadi dampak dari perubahan moral anak yang baik maupun tidak kedepannya. Terdapat tiga keadaan yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan moral diantaranya sebagai berikut:

a. Situasi

Dalam perkembangan ini, individu berperan dalam sosialisasi mereka sendiri. Menurut (Berns, 2016:9) mengatakan kadang anak langsung meminta orang lain memperlakukan dirinya seperti apa yang mereka mau.

b. Individu

Terdapat 4 aspek yang menjadi faktor pengaruh perkembangan kecerdasan moral individu, yaitu:

1) Temperamen

Tempreamen sebuah karakteristik bawaan yang menentukan kepekaan seseorang terhadap pengalaman dan responsif interaksi sosial.

2) Harga Diri

Menurut teori Harter (Berns, 2016:79) mengatakan anak- anak tertarik pada ranah dimana meraka memandang kompetensi pribadi dan menghindari ranah yang menurut mereka tidak masuk akal dalam pencapaiannya mereka.

3) Interaksi Sosial

Beberapa peneliti mempercayai sebuah moral dapat terbentuk dari interaksi sosial, misalnya diskusi atau berdialog (Berns,2016). Didalam interaksi sosial seseorang dapat memiliki kesempatan untuk mengutarakan pandangan- pandangannya.

4) Emosi

(32)

23

Menurut (Berns, 2016) pada sebagian besar individu, moral lebih berkaitan dengan emosi ketimbang penalaran atau pikiran.

c. Sosial

Terdapat 5 aspek yang mempengarugi kecerdasan moral dalam faktor sosial diantaranya sebagai berikut:

1) Keluarga

Keluarga merupakan settingan pertama yang memberika pengasuhan, kasih sayang, dan berbagai kesempatan. Hal ini merupakan sosialisasi pertama bagi seseorang karena itu dampak paling signifikan terhadap perkembangan kecerdasan moral individu terdapat pada keluarga (Berns,2016: 21)

2) Teman sebaya

Disini teman sebaya berfungsi sebagai agen sosialisasi karena menyediakan informasi tentang dunia dan dirinya sendiri dari perspektif selain keluarga (Berns, 2016:55).

Selain itu teman sebaya merupakan kelompok pendukung untuk mengespresikan nilai dan sikap.

3) Sekolah

Menurut (Berns, 2016: 22) sekolah merupakan tempat dimana individu atau siswa secara formal belajar tentang masyarakat. Disekolah guru akan mendorong pengembangan berbagai keterampilan dan perilaku dengan menjadi teladan dan memberikan motivasi pada mereka.

4) Media masa

Media masa biasanya tidak akan melibatkan interaksi secara

langsung, interaksi di sini lebih bersifat lebih teknis. Media

masa termasuk sebagai agen sosialisasi, karena media masa

banyak mengungkap aspek masyarakat dan mendapatkan

proses kognitif pada diri seseorang yang akan menumpuhkan

(33)

24

pemahaman mereka tentang dunia nyata (Berns, 2016:55).

5) Media sosial

Media sosial adalah sebuah media online dimana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan meciptakan sebuah karya, seperti halnya dengan media masa interaksi di sini lebih bersifat teknis.

Berdasarkan hasil kajian literatur diatas menunjukan bahwa perilaku anak dapat berkembang karena pengaruh dari bebagai bidang atau lingkungan sekitar.

Perkembangan moral anak banyak mengalami perubahan disebabkan oleh situasi, individu, dan sosial. Perkembangan moral anak harus dibimbing dengan baik , karena moral anak akan berpengaruh besar pada masa depannya.

2.3 Hasil Penelitian Terdahulu

Berdasarkan studi atau penelitian yang sejenisnya dengan pokok masalah yang diharapkan dalam skripsi yang telah dilakukan oleh peneliti- peneliti terdahulu.

Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sabagai acuan pustaka penelitian ini yaitu :

1. Noviya Ervina Widara Santy (2018) dengan judul “ Perbandingan Permainan Tradisional Dengan Permainan Modern Terhadap Keterampilan Anak Usia Sekolah Dasar di SDN 1 Rakam Tahun ajar 2017/2018”. Persamaannya dari penelitian ini ialah sama-sama membahas tentang permainan tradisional, sedangkan perbedaannya yaitu jika penelitian Noviya membahas tentang keterampilan, peneliti membahas tentang perkembangan moral anak.

2. Ratih Ariska Putri (2018) “Dampak Penggunaan Smartphone Terhadap

Perkembangan Prestasi Motorik dan Emosional Siswa Kelas 5 Sekolah

Dasar di Air Teluk Kiri Kecamatan Teluk Dalam Kab.Asahan”, jenis

penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Dari penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa bahwa smartphone dapat berpengaruh terhadap

prestasi motorik dan emosional anak. persamaannya ialah sama-sama

membahas tentang smartphone, perbedaannya ialah jiki peneliti Ratih ii

membahas perkembangan prestasi motorik dan emosional siswa,

(34)

25

sedangkan peneliti membahas tentang perkembangan moral anak.

3. Ruslan, et al (2016) dengan judul “ Penenaman nilai-nilai moral pada siswa di SD negeri Lampeuneurut” persamaannya yaitu sama- sama tentang moral, perbedaanya ialah tempat penelitian Ruslan, et al di SD Negeri Lampeuneurut sedangkan peneliti melakukan penelitian di SD Negeri 1 Tunggulpandean.

4. Laras Eka Afriana (2018) dengan judul “ Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Interaksi Sosial Terhadap Perkembangan Moral Anak di Desa Dadi Kec. Plaosan, Kab.Magetan”. persamaannya yaitu sama- sama membahas tentang moral, perbedaanya yaitu jika Laras membahas tentang Pola asuh orang tua dan interaksi sosial, sedangkan peneliti membahas tentang Permainan anak.

5. Sulis Winurini (2019) dengan judul “Telaah Kecerdasan Moral Remaja Melalui Moral Competency Intventory (Studi Pada Pelajar di Bali).

Persamaannya yaitu sama-sama membahas tentang kecerdasan moral, perbedaannya yaitu jika di penelitian Sulis membahas tentang kecerdasan moral, sedangkan peneliti membahas pengaruh permainan anak terhadap kecerdasan moral.

2.4 Kerangka Berfikir

Dalam kehidupan sehari-hari hampir setiap hari bermain adalah kebutuhan yang paling mendasar bagi kehidupan anak-anak, terlihat dari karakteristik anak yang lebih banyak aktif bergerak, berkelompok, dan bermain. Anak membutuhkan orang lain dalam kehidupan dan menghasilkan pergaulan dalam hidup. Hal tersebut terjadi antara individu atau kelompok asaling bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Seiring berkembangnya teknologi dan informasi, perubahan yang terjadi

pun sedikit banyak membawa dampak baik negatif dan positif, yang menyebabkan

adanya perubahan. Ini juga tidak juga tidak terlepas dari anak-anak sekolah dasar

(SD). Anak-anak dizaman teknologi seperti ini setiap anak sudah memiliki

smartphone, apalagi dimasa pandemi seperti ini anak-anak di haruskan memiliki

smartphone untuk menunjang pembelajaran secara daring.

(35)

26

Anak-anak sekarang sepertinya mempunyai permainan yag hampir tidak terkontrol, kurangnya bersosialisasi karena sarana yang sepertinya memanjakan mereka membuat mereka menjadi nyaman sendiri dan malas berinteraksi dengan kehidupan sekitar, permainan menggunakan smartphone ini lebih menjadikan anak cenderung individualistik, karena anak-anak sering bermain sendiri. Hal ini tentunya berbeda jika anak bermain permainan tradisional, mereka bisa bertemy dengan teman sebaya, berkerja sama, megembangkan kreativitas atau terampil, dan sebagainya.

Permainan tradisional juga menjadi wahana atau media bagi ekspresi diri sendiri. Keterlibatan anak-anak dalam permainan tradisional anak membangun kesadaran sosial, dan mengembangkan kreativitas. Permainan tradisional dengan permainan di smartphone ini merupakan sarana untuk mengetahui perbandingan yang ada pada permainan tradisional denga permainan di smartphone terhadap kecerdasan moral anak sekolah dasar. Khususnya dalam penelitian ini yaitu moralitas anak sekolah dasar.

kecerdasan moral merupakan kemampuan dalam memahami hal yang benar dan salah, artinya seseorang memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakihan tersebut sehingga seseorang akan bersifat benar dan terhormat. Kecerdasan moral adalah kapasitas mental untuk menentukan bagaimana prinsip-prinsip universal yang bisa digunakan pada nilai, tujuan dan tindakan seseorang.

Kerangka berpikir penelitian tentang kecerdasan moral anak yaitu sebagai

berikut:

(36)

27

Gambar 2 1 Kerangka Pikiran Penelitian

2.5 Hipotesis

1. Adanya pengaruh permainan modern (smartphone) anak kelas 6 di masa pandemi SDN 1 Tunggulpandean, Nalumsari, Jepara.

2. Adanya pengaruh permainan tradisional anak kelas 6 terhadap perkembangan anak di SDN 1 Tunggulpandean, Nalumsari, Jepara.

3. Adanya perbedaan pengaruh permainan tradisional dan permainan modern (smartphone) terhadap moral anak kelas 6 di masa pandemi SDN 1 Tungulpandean, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara

Sepak Bola Engklek

Media Sosial (E-Sport)

Tradisional Modern

Kecerdasan Moral Anak Sekolah Dasar Permainan Anak

Sekolah Dasar

(37)

28

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2022 sampai selesai.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Tunggulpandean, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara. Peneliti memilih tempat ini didasarkan pada keterkaitan tempat tinggal dengan judul penelitian yang diajukan oleh peneliti. Untuk waktunya dibagi menjadi 3 tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Pada tahap pelaksanaan dilakukan sebanyak 8 kali perlakuan.

3.2 Metode Penelitian

Metode pemelitian merupakan cara teratur untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar mencapai tujuan yang dicapainya. Sebelum melaksanakan suatu penelitian, seorang peneliti harus menetukan metode atau cara-cara yang akan digunakan. Hal tersebut dilakukan agar pada saat melaksanakan penelitian berjalan dengan teratur dan dikehendaki sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan metode penelitian yang didalamnya terdapat suatu perlakuan (treatment) yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakukan tertentu terhadap perlakukan yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Ciri dari metode eksperimen ini adalah memiliki kelompok kontrol. Kekurangan dari metode eksperimen ini yaitu sulitnya mendapatkan hasil yang akurat, karena banyak variabel luar yang berpengaruh dan sulit mengontrolnya.

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk menguji pengaruh permainan anak terhadap kecerdasan moral anak kelas 6 di SDN 1 Tunggulpandean, Nalumsari, Jepara menggunakan metode penelitian eksperimen.

3.3 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah penelitian

eksperimen yang menggunakan two group pre-test and post-test design sebagai

rencana penelitian. Desain Penelitian adalah strategi atau rencana yang dipilih oleh

peneliti untuk menjelaskan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan

pelaksanaan penelitian. Sugiyono (2017:2). Dalam desain penelitian masih terdapat

(38)

29

variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap bentuk variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen.

Ciri utama desain ini adalah sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun kelompok kontrol diambil dari populasi tertentu (Sugiyono, 2016: 75).

Sedangkan analisis data bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2016: 14). Jadi observasi akan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen disebut test awal atau pre-test, dan observasi sesudah eksperimen tes akhir disebut post-test. (Arikunto, 2013:75). Untuk kelas kontrol dalam penelitian ini adalah permainan tradisional, sedangkan untuk kelas eksperimen yaitu permainan modern.

3.4 Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

Obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono (2016:80). Pengertian tersebut mengandung arti bahwa populasi adalah seluruh unsur baik itu orang maupun benda yang akan dijadikan obyek/subyek yang memiliki minimal satu kesamaan.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 6 sekolah dasar.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jadi sampel merupakan individu yang jumlahnya lebih sedikit dari pada populasi, dan individu tersebut memiliki karakter yang sama dan dapat mewakilkan semua populasi tersebut. Sampling merupakan teknik pengambilan data Sugiyono (2016: 81). Dalam penelitian ini peneliti memilih

Teknik purposive random sampling. Purposive random sampling

adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono,2012: 218). Penentuan kelas untuk kelompok kontrol dan

(39)

30

eksperimen penelitian ini memiliki dasar atau ciri-ciri yang dipandang memiliki hubungan yang erat dengan penelitian dan memiliki syarat atau tertentu. Syarat atau kriteria tertentu untuk menjadi sampel dalam penelitian ini merupakan siswa kelas tinggi yang memiliki nilai sikap di raportnya minimal B untuk menyamakan nilai kecerdasan moralnya.

3.5 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2015: 60) menjelaskan bahwa variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi yang dapat ditarik kesimpulan.

Pada penelitian eksperimen ini akan menggunakan 2 jenis variabel. Variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependen).

a. Variabel Bebas (independent)

Menurut Sugiyono (2016: 39) menjelaskan bahwa variabel bebas merupana variabel yang mempengaruhi dan menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini yang bermasuk variabel bebas adalah permainan tradisional dan permainan modern (smartphone).

b. Variabel Terikat (dependen)

Menurut Sugiyono (2016: 39) menjelaskan bahwa variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat adalah kecerdasan moral anak.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2016:224), teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data. penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi, angket, dan dokumentasi.

a. Observasi

Arikunto (2014:75) mengemukakan bahwa pada tahap ini sebenarnya

berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan

(40)

31

pada saat tindakan berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.

b. Angket

Menurut Sugiyono (2016: 162) Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, berupa catatan, gambar, karya-karya dan lain sebagainya seperti yang dikatakan oleh Furchan 2006 dalam Oktavianti (2013:54). Penelitian menggunakan pendekatan ini untuk mengetahui data-data terkait dengan dokumen. Dokumen membuat hasil dari wawancara,angket, observasi akan lebih dipercaya atau kredibel (Sugiyono, 2016:240).

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Sugiyono (2016: 148) adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner (angket). Angket ini dibentuk dari aspek-aspek moralitas yang sudah dibahas di bab 2 lalu dikembangkan menjadi kisi-kisi instrumen. Instrumen pengumpulan data dipenelitian ini menggunakan kuesioner (angket) tertutup, yaitu siswa akan menjawab pertanyaan yang alternatif jawabannya sudah disediakan dalam lembar kuesioner dengan memberikan tanda centang pada kolom alternatif jawaban yang dianggap tepat. Tujuan pemberian kuesioner ini untuk mengukur keadaan berbagai sikap siswa. Kuisioner yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah skala likert. Menurut Sugiyono (2016:93) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial. Dalam kuesioner penelitian ini menggunakan 4 alternatif jawaban yaitu Selalu (S), kadang-kadang (K), jarang (JR), dan tidak pernah (TP) untuk 30 item. tujuannya agar responden lebih jelas dalam menyatakan jawabannya dan menghindari responden untuk memilih alternatif jawaban netral.

Angket ini dibentuk dari aspek-aspek moralitas yang sudah dibahas di bab 2

(41)

32

lalu dikembangkan menjadi kisi-kisi instrumen. Instrumen pengumpulan data dipenelitian ini menggunakan kuesioner (angket) tertutup, yaitu siswa akan menjawab pertanyaan yang alternatif jawabannya sudah disediakan dalam lembar kuesioner dengan memberikan tanda centang () pada kolom alternatif jawaban yang dianggap tepat. Tujuan pemberian kuesioner ini untuk mengukur keadaan berbagai kecerdasan moral siswa.

Berikut ini Skoring Tingkat Kecerdasan Moral

Tabel 3 1Skoring Tingkat Kecerdasan Moral

Alternatif jawaban Skor

Selalu (S) 4

Kadang-kadang (K) 3

Jarang (JR) 2

Tidak pernah (TP) 1

Berikut ini kisi-kisi instrumen perkembangan moral yang digunakan dalam penelitian ini:

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Moral

No Indikator Aspek Nomer item

1 Integritas Berprilaku konsisten sesuai dengan prinsip, nilai dan

keyakinan

1-13

Berkata Jujur Membela yang benar

Menepati janji 2 Tanggung

jawab

Mengakui kesalahan dan Kegagalan

14 -21

Menjalankan amanah yang diberikan

Berkomitmen untuk melayani orang lain.

Berkomitmen untuk

memperbaiki diri.

Gambar

Gambar 2 1 Kerangka Pikiran Penelitian
Tabel 3. 2  Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Moral

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

setelah itu dilakukan penentuan target penjualan, pengendalian persediaan bahan baku dengan menggunakan metode yang digunakan perusahaan saat ini, perhitungan EOQ,

Berdasarkan tingkat kemiripan maka dilakukan pemetaan posisi kamera ponsel samsung terhadap ponsel kamera merek lain dengan menggunakan metode multidimensional scaling

Windarti (2017) dengan judul “Pengaruh kualitas produk dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen Study kasus pada CV Donat Madu Cihanjuang–Pekanbaru

Simpulan dari penelitian ini adalah hasil perhitungan dengan bantuan software RapidMiner studio 9.7 dengan perbandingan empat metode yang berbeda yaitu menggunakan

Sistem pengon- trolan suhu ruangan secara otomatis pada alat yang dirancang adalah untuk menjaga ruang- an agar tetap stabil sesuai dengan program yang dibuat,

Dalam konteks keberadaan fragmen gerabah berhias merah dengan pola hiasnya yang memiliki kesamaan dengan pola hias gerabah di Situs Ban Chiang, Thailand dan juga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan finansial usaha traktor roda empat pada pengolahan tanah lahan rawa pasang surut di daerah Kecamatan Lalan Kabupaten Musi

kesederhanaan, berdikari, jiwa ukhwah Islamiyah, serta kebebasan serta beberapa motto Pondok Modern Darussalam Gontor yang menjadi landasan acuan dalam pembentukan