• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TARI BHARATANATYAM DAN MUSIK IRINGAN PADA UPACARA THAIPUSAM MASYARAKAT TAMIL DI KOTA BINJAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS TARI BHARATANATYAM DAN MUSIK IRINGAN PADA UPACARA THAIPUSAM MASYARAKAT TAMIL DI KOTA BINJAI"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)ANALISIS TARI BHARATANATYAM DAN MUSIK IRINGAN PADA UPACARA THAIPUSAM MASYARAKAT TAMIL DI KOTA BINJAI. SKRIPSI DIKERJAKAN O L E H NAMA. : YOSIE KARNAEN. NIM. : 130707041. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2017. Universitas Sumatera Utara.

(2) Lembar Pengesahan ANALISIS TARI BHARATANATYAM DAN MUSIK IRINGAN PADA UPACARA THAIPUSAM MASYARAKAT TAMIL DI KOTA BINJAI SKRIPSI O L E H NAMA. : YOSIE KARNAEN. NIM. : 130707041. Disetujui Pembimbing I,. Pembimbing II,. Arifninetrinosa, SST.,M.A. Drs. Kumalo Tarigan, M.A. NIP 196502191994032002. NIP 195812131986011002. Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni dalam bidang Etnomusikologi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2017. Universitas Sumatera Utara.

(3) PENGESAHAN. DITERIMA OLEH : Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada Tanggal : Hari :. Fakultas Ilmu Budaya USU, Dekan,. Dr. Drs. Budi Agustono, M.S. NIP 19600805198703 1001. Panitia Ujian : Tanda Tangan 1. Arifni Netrirosa, SST., M.A. (. ). 2. Drs. Kumalo Tarigan, M.A., Phd. (. ). 3. Drs. Muhammad Takari, M.Hum. (. ). 4. Drs. Bebas Sembiring, M.Si. (. ). Universitas Sumatera Utara.

(4) DISETUJUI OLEH. PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI KETUA,. Arifni Netrirosa, SST., M.A. NIP 19650219199403 2002. Universitas Sumatera Utara.

(5) PERNYATAAN. Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan utuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis disebutkan dalam daftar pustaka.. Medan, Agustus 2017. Yosie Karnaen NIM 130707041. Universitas Sumatera Utara.

(6) ABSTRAK. Skripsi ini berjudul Analisis Tari Bharatanatyam dan Musik Iringan Pada Upacara Thaipusam Masyarakat Tamil Di Kota Binjai. Dalam tulisan ini, penelitian hanya di fokuskan pada perkembangan Tari Bharatanatyam dan Musik Iringannya. Tari Bharatanatyam adalah salah satu tarian Klasik India yang berasal dari wilayah Tamil Nadu India Selatan dan dikenal sebagai tari keagamaan india pada abad ke-21. Menurut kepercayaan umat Hindu Tamil Tarian ini merupakan salah satu tarian klasik yang sangat tua di India, karena dulunya tarian ini ditarikan oleh Dewa Shiva dan hingga sekarang ini menjadi populer dikalangan masyarakat Hindu Tamil di seluruh dunia. Bharatanatyam yang berarti seni bercerita yaitu anugerah, kemurnian, kelembutan dan ekspresi. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengkaji sejarah, perkembangan, serta persepsi masyarakat Tamil terhadap pertunjukan tari Bharatanatyam menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif kualiatatif. Teori-teori yang digunakan antara lain adalah teori kontiunitas dan perubahan, teori evolusi, teori seni pertunjukan dan teori Weighted Scale oleh William P. Malm dalam mentranskripsi lagu. Hasil yang diperoleh menunjukan tari Bhatanatyam telah ada sejak abad ke-21 hingga saat ini namun telah terjadi perubahan, perkembangan, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Kata Kunci : Tari Bharatanatyam, Upacara Thaipusam, Masyarakat Tamil.. Universitas Sumatera Utara.

(7) KATA PENGANTAR. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Analisis Tari Bhartanatyam dan Musik Iringan Pada Upacara Thaipusam Masyarakat Tamil Di Kota Binjai”. Tugas akhir ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Seni (S.Sn) dari departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari banyak kekurangan dan tantangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini. Hal-hal tersebut berasal dari dalam dan luar diri penulis. Kejenuhan dan kelelahan senantiasa selalu hadir dan mendekat ke dalam diri penulis. Namun, semangat baru dan tak habis-habisnya selalu hadir melalui orangorang di sekitar penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum. selaku Rektor USU Medan. Penulis juga mengucapkan terimakasi h kepada Bapak Dr. Budi Agustono , M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, serta seluruh jajaran di Dekanat Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Dalam hal ini, Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada yang terhormat Ibu Arifninetrirosa SST,. M.A. selaku ketua program studi Etnomusikologi juga selaku dosen pembimbing I penulis , dan juga penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing ke II yaitu Bapak Drs. Kumalo Tarigan, M.A, Phd. kedua dosen pembimbing yang baik dan luar biasa ini telah membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberi kan saran, semangat dan motivasi untuk menyelesaikan proses skripsi ini. Terimakasih untuk ilmu pengetahuan, pengalaman, kebaikan dan nasehat-nasehat yang telah Bapak Ibu berikan kepada saya selama berada di perkuliahan. Kiranya Allah SWT selalu menyertai dan melimpahkan rahmat Nya kepada Bapak dan Ibu. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat seluruh staf pengajar Departemen Etnomusikologi USU yang telah banyak memberikan pemikiran dan wawasan baru kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Kepada seluruh dosen di Etnomusikologi , Bapak Prof. Mauly Purba, M.A, Ph. D., Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum. Bapak Irwansyah Harahap, M.A., Ibu Rithaony Hutajulu, M.A., Bapak Drs. Fadlin, M.A., Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd, Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si., Bapak Drs. Perikuten Tarigan, M.Si., Drs. Dermawan Purba, M.Si., dan Bapak. Universitas Sumatera Utara.

(8) Drs. Torang Naiborhu, M.Hum, Drs. Muhammad Takari, M.Hum. serta semua dosen praktik. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu yang telah membagikan ilmu dan pengalaman hidup Bapak/Ibu sekalian menjadi pelajaran berharga untuk penulis. Yang sangat terkhusus penulis mengucapkan terima kasih dan mempersembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua yang sangat saya sayangi, ayahanda Zul Karnaen dan Ibunda Sari Ayu. Terima Kasih untuk segala cinta kasih dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis. Kesabaran, kebijaksanaan, dan kerendahan hati telah diajarkan kepada penulis sejak kecil, sehingga saat ini merupakan buah karya telah dilakukan penulis. Terlebih-lebih dalam penyusunan skripsi ini, suka dan duka terlampaui atas doa-doa yang telah dipanjatkan setiap hari. Memberikan doa motivasi yang yang luar biasa dan dukungan selalu hadir saat penulis melakukan kelalaian dalam penyelesaian skripsi ini. Dan juga terima kasih kepada adik tersayang Yoki Karnaen, Adetya Karnaen, dan Citra Karnaen yang selama menyelesaikan tugas akhir ini selalu memberikan hiburan kepada penulis. Penulis sungguh bersyukur kepada Tuhan karena telah menganugrahkan keluarga yang luar biasa untuk penulis. Kepada semua informan yang telah memberikan dukungan dan bantuan untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini : Bapak S. Siwa Kumar , S.SOS, Rawin Kumar dan informan-informan lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Kesempatan dan pengalaman yang sungguh berharga telah penulis dapatkan atas kebaikan Beliau sekalian. Penulis dapat mengenal budaya Tamil lebih dekat atas pertolongan Bapak-bapak sekalian. Selanjutnya Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 2013, terimakasih telah menjadi saudara sekaligus keluarga baru buat saya serta kebersamaan dan waktu selama dibangku perkuliahan ini. Terimakasih juga kepada kakak dan adik di Etnomusikologi yang telah mensuport penulis, terkhusus kepada Abang Mario Sinaga, Ardy Widanto manurung, Adik kesayanganku Trisna Keliat, Kiel, Putri, Martin, Ganang, Dika, Edoy. Tak lupa pula mengucapkan terimakasih kepada sahabat serta kakak yang selalu membantu penulis Mazwarni Theresia Padang. Terimakasih juga kepada Pi Intha Syahputra yang selalu menyemangati penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada keluarga besar Lembaga Kesenian USU yang telah menjadi rumah kedua penulis, banyak pelajaran, hiburan, semangat, serta pengalaman dalam menari, terimakasih Bang Madin, Bang Safwan, Kak Adre, Niko, Enjel, Adrial, Tina, Irul, Riky, Shafira, Joy, Syafii. Banyak cerita dan pengalaman yang penulis dapatkan selama bersama.. Universitas Sumatera Utara.

(9) Terimakasih kepada semus pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Penulis menyadari skripsi ini belum dapat dikatakan sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan sekali masukan-masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun dan memotivasi, sehingga mengarah kepada kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu etnomusiklogi. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca dan dapat memberikan sedikit banyak informasi.. Medan, Agustus 2017. Yosie Karnaen NIM : 130707041. Universitas Sumatera Utara.

(10) DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN............................................................... ABSTRAK.......................................................................................... KATA PENGANTAR........................................................................ DAFTAR ISI....................................................................................... DAFTAR GAMBAR........................................................................... i ii iii iv v. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................. 1.2 Pokok Permasalahan....................................................................... 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................ 1.3.1 Tujuan Penelitian................................................................... 1.3.2 Manfaat Penelitian................................................................. 1.4 Konsep dan Teori............................................................................. 1.4.1 Konsep................................................................................... 1.4.2 Teori....................................................................................... 1.5 Metode Penelitian............................................................................. 1.5.1 Studi Kepustakaan................................................................. 1.5.2 Wawancara............................................................................. 1.5.3 Penelitian Lapangan............................................................... 1.5.4 Kerja Laboratorium................................................................ 1.6 Lokasi Penelitian............................................................................... 1 5 5 5 6 6 6 9 11 12 13 13 13 14. BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak Geografis................................................................................. 2.2 Sejarah Singkat Kuil Shri Mariamman Binjai................................... 2.3 Kebudayaan Masyarakat Tamil di Kota Binjai................................. 2.3.1 Sistem Religi........................................................................... 2.3.2 Sistem Peralatan dan Teknologi............................................... 2.3.3 Sistem Pengetahuan................................................................. 2.3.4 Sistem Keorganisasian dan Kemasyarakatan........................... 2.3.5 Mata Pencaharian..................................................................... 2.3.6 Bahasa...................................................................................... 2.3.7 Kesenian.................................................................................... 15 17 21 22 25 27 30 30 32 34. BAB III DESKRIPSI UPACARA THAIPUSAM 3.1 Norma/ Aturan masyarakat Hindu Tamil............................................ 3.2 Adat Istiadat Masyarakat Hindu Tamil............................................... 3.3 Tempat Pelaksanaan Upacara............................................................. 3.4 Latar Belakang dan Tujuan Pelakasanaan.......................................... 3.5 Komponen Upacara............................................................................ 3.5.1 Saat Upacara............................................................................... 36 36 38 43 45 45. Universitas Sumatera Utara.

(11) 3.5.2 Benda-benda dan Bahan-bahan Upacara................................... 3.6 Pendukung Upacara............................................................................ 3.6.1 Pendeta/ Pemimpin Upacara...................................................... 3.6.2 Panitia....................................................................................... 3.6.3 Bhakta/ Undangan.................................................................... 3.6.4 Sponsor....................................................................................... 45 46 46 47 48 48. BAB IV. DESKRIPSI TARI BHARATANATYAM DAN MUSIK IRINGAN 4.1 Deskripsi Tari Bharatanatyam........................................................... 4.2 Penari Bharatanatyam........................................................................ 4.3 Kostum dan Aksesoris........................................................................ 4.4 Ragam Pola Gerak dan Musik Iringan............................................... 4.5 Struktur Melodi Lagu......................................................................... 4.5.1 Simbol dan Notasi..................................................................... 4.5.2 Tangga Nada............................................................................. 4.5.3 Nada Dasar (Pitch Center)......................................................... 4.5.4 Wilayah Nada (Range).............................................................. 4.5.5 Formula Melodik (Melodic Formulas)...................................... 4.5.6 Kontur (Contour)........................................................................ 50 52 53 56 60 60 63 63 64 65 66. BAB V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 5.2 Saran.................................................................................................... 74 75. DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 76. DAFTAR INFORMAN. Universitas Sumatera Utara.

(12) DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Tahun dibangun Kuil Shri Mariamman ...................................... 18 Gambar 2.2 Kuil Shri Mariamman Binjai ....................................................... 20 Gambar 2.3 Penari Bharatanatyam .................................................................. 35 Gambar 2.4 Puja Maheswara ........................................................................... 39 Gambar 2.5 Puja Dewa Murugan ..................................................................... 40 Gambar 2.6 Upacara pemasangan ikat kepala (Talpah) penghormatan .......... 42 Gambar 3.1 ritual pemecahan kelapa 108 buah ............................................... 43 Gambar 3.2 Kereta Kencana Dewa Murugan ................................................. 44 Gambar 3.3 Kostum Penari Bharatanatyam..................................................... 54. Universitas Sumatera Utara.

(13) BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dengan manusia. Manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat. Hampir semua tindakan manusia itu adalah kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan. Tetapi tindakan demikian persentasinya kecil. Tindakan yang merupakan kebudayaan dibiasakan melalui proses belajar (Ihromi, 2006:13). Kebudayaan memiliki beberapa unsur salah satunya adalan Kesenian, Kesenian adalah ekspresi yang wujudnya dalam bentuk ide (gagasan), kegiatan, maupun benda (Gultom, 1992:253). Kesenian tumbuh dan berkembang dalam sebuah masyarakat tertentu karena memerlukan pemuasan akan rasa keindahan atau estetika. Kesenian dapat digunakan dan difungsikan dalam berbagai aktivitas kehidupan masyarakat. Salah satu wujud kesenian (kebudayaan) sebagai kompleks aktivitas adalah seni pertunjukan. Seni pertunjukan selalu dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari yang merangkumi aktifitas seperti perayaan, upacara yang sosial. Begitu pula berbagai aktifitas yang sifatnya lebih menekan pada aspek estetika seperti musik, tari, dan teater. Penelitian di dalam etnomusikologi memperluas pengetahuan kita tentang musik dan Manusianya dalam suatu kebudayaan, ini sesuai dengan kajian pembahasan etnomusikologi yang merupakan disiplin ilmu yang berpijak dalam. Universitas Sumatera Utara.

(14) dua landasan dasar ilmu musikologi dan antropologi. Indonesia kaya dengan seni pertunjukan karena terdiri dari berbagai suku, tentu setiap suku mempunyai musik dan pertunjukan, seni pertunjukan dari masa ke masa selalu mengalami pasang surut atau perkembangan. Pada era globalisasi sekarang masih terdapat seni pertunjukan yang masih ada di lakukan sampai sekarang ini namun telah terjadi banyak pergeseran, perkembangan dan perubahan baik dari musik, tempat, konteks dan manusia yang melakukannya. Demikian pula halnya dengan etnis Tamil yang datang. ke Indonesia. sekitar abad ke 18, Tamil adalah sebuah kelompok etnis yang berasal dari Asia Selatan, Tamil yang paling tua berasal dari India Selatan dan Srilanka bagian Timur Laut. Suku Tamil sendiri masuk ke Indonesia pada tahun 1802 melalui perdagangan rempah-rempah dan berkembang sejalan dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara. Penyebaran agama Hindu di Sumatera Utara tidak terlepas dari kedatangan bangsa India melalui jalur perdagangan dimana pantai Barat Sumatera menjadi pintu masuknya. Hal ini ditandai dengan ditemukannya prasasti berbahasa Tamil yang bertarikh 1088 M bertanda Raja Chola yang ke-9. Oleh karena itu, Sumatera Utara kemungkinan besar menerima pengaruh lebih dominan dibandingan kawasan lain di Nusantara terutama dari etnis Tamil yang datang dan menetap di kawasan ini (Mahyuddin, 2014: 3). Dan awal abad ke 19 etnik Tamil kemudian menyebar di beberapa daerah di Sumatera Utara diantaranya Kota Binjai.. Mereka. memiliki. seni. pertunjukan. salah. satunya. adalah. tari. bharatanatyam yang telah mengalami perkembangan baik dari bagian musik pengiring, tarian, busana, dan manusia yang menarikannya.. Universitas Sumatera Utara.

(15) Menurut Rawin Kumar Bharatanatyam adalah salah satu tarian klasik yang berasal dari wilayah Tamil Nadu India Selatan dan dikenal sebagai tarian keagamaan. Tarian ini merupakan salah satu tarian klasik yang sangat tua di India, karena tarian ini dulunya di ciptakan oleh Dewa Shiwa, dan hingga sekarang tarian ini menjadi populer dikalangan masyarakat. Hindu Tamil di. seluruh dunia, terkhusus di Binjai Sumatera Utara yang digunakan dalam mengisi upacara-upacara besar umat Hindu Tamil. Secara tradisional,. tarian ini di. persembahkan secara solo oleh seorang penari wanita. Fungsi dari tarian dalam konteks upacara perayaan ini adalah sebagai tarian pembukaan pada acara ritual terutama perayaan Thaipusam ini, namun apabila tarian ini ditiadakan maka upacara tidak akan berlangsung dikarenakan tarian tersebut merupakan tarian penting yang dipersembahkan secara sakral kepada Sang Dewa Murga. Bharatanatyam yang berarti “seni bercerita”, yaitu anugerah, kemurnian, kelembutan dan ekspresi. Menurut Rawin Kumar interprestasi umum untuk nama Bharatanatyam adalah Bhava yang berarti ekspresi, Ragam yang berarti musik, Thalam yang berarti irama dan Natyam yang berarti tarian. Tarian ini secara umum berisi tentang cerita dan sebagian besar diambil dari epic dan mytologi Hindu dan kemudian menjadi asal usul tarian kuil yang telah diabadikan selama berabad-abad ini. Para penarinya menggunakan gerakan-gerakan, ekspresi wajah, dan gerakan tangan untuk menyampaikan sebuah cerita kepada para penonton. Suatu persembahan yang lengkap dalam tarian ini merangkumi beberapa peringkat yang dikenali sebagai Alarippu, Jatiswaram, Sabdam, Varnam, Padam, Thillana dan lain sebagainya yang menngabungkan elemen Nritta (tarian tulen). Universitas Sumatera Utara.

(16) dan Nritya (tarian ekspresi). Dahulunya tarian ini tidak sembarang ditarikan, karena tarian ini sangat sakral dan butuh latihan bertahun-tahun agar bisa melakukannya. Seiring berkembangnya zaman tari ini pun mulai dimodifikasi sedemikian rupa, tanpa mengurangi nilai-nilai yang ada didalamnya. Bharatanatyam merupakan sebuah bentuk seni yang sangat menuntut pose yang berkarakter, gerak ritmis, gerakan mata yang rumit. Dalam hal kostum juga tidak banyak perbedaan. Para penari mengenakan lonceng disekitar pergelangan kaki mereka untuk aksen gerakan kaki, perhiasan di kepala, pinggang, tangan dan leher sedangkan make-up untuk memperkuat mata dan wajah. Kostum penari dirancang dari kain sari khas India Selatan untuk kebebasan bergerak dan untuk menampilkan pose gerakan setengah- duduk (aria mandi atau ardhamandal) sehingga karakteristik dari gerakan tarian Bharatanatyam terlihat jelas. Untuk warna dari kostum tidak berpatokan pada satu warna, kostum dapat disesuaikan dengan permintaan dari panitia acara. Di masa sekarang ini Bharatanatyam sudah berkembang menjadi tari hiburan, setiap geraknya tidak hanya menceritakan tentang Dewa saja melainkan tentang cinta, rasa bahagia, dan sebagainya. Tarian ini tidak hanya ditampilkan pada upacara yang ada di pura saja tetapi sudah mulai ditampilkan juga pada upacara lain nya, seperti upacara pernikahan, acara ulang tahun, peresmian lembaga atau organisasi, dan acara-acara resmi lainnya. Bharatanatyam juga tidak hanya dipersembahkan secara solo oleh wanita saja, tetapi di zaman sekarang Bharatanatyam juga dipersembahkan secara solo oleh penari pria. Pada mulanya tari ini memang ditarikan oleh pria, namun tingginya minat wanita dalam menari. Universitas Sumatera Utara.

(17) sehingga tari ini sering bahkan hampir keseluruhan dimana-mana yang menarikannya adalah wanita. Walaupun demikian, baik pria ataupun wanita yang menarikan tarian ini itu tidak jadi masalah yang penting tujuannya tetap sama yakni mengagungkan Dewa. Sebelumnya musik iringan tarian tersebut adalah musik tradisional yaitu pembawa ritme, ada Mridangam, Biola sebagai pembawa melodi dan vokal yang kini telah di kompose kedalam satu rekaman berbentuk audio yaitu CD, karena hanya beberapa orang yang bisa memainkan alat musik tersebut, jadi untuk musik yang disajikan secara langsung oleh pemusik sudah jarang ditemukan di kuil masyarakat Hindi Tamil. Lirik dalam vokal tersebut adalah sebuah cerita yang juga berisi pujaan kepada Dewa-Dewa yang diambil dari kitab suci Veda. Seiring berkembangnya zaman yang semakin modern musik iringan Bharatanatyam juga sudah menggunakan bass, gitar, dan keyboard. Dari latar belakang permasalahan diatas, penulis terdorong menyusun skripsi yang berjudul Analisis Tari Bharatanatyam dan Musik Iringan Pada Upacara Thaipusem Masyarakat Tamil Di Kota Binjai. 1.2 Pokok Permasalahan 1. Bagaimana penyajian tari Bharatanatyam pada masyarakat Tamil di Kota Binjai ? 2. Bagaimana deskripsi upacara Thaipusam yang berlangsung di Kuil Shri Mariamman Binjai ? 3. Apa saja perkembangan yang terjadi pada tari Bharatanatyam pada saat ini, dilihat dari bentuk pertunjukan, pelaku yang menarikan (penari), dan instrument musik pengiring ?. Universitas Sumatera Utara.

(18) 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penyajian dan struktur tari Bharatanatyam pada upacara Thaipusam di Kuil Shri Mariamman Binjai 2. Untuk mengetahui deskripsi upacara Thaipusam yang berlangsung di Kuil Shri Mariamman Binjai 3. Untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Etnomusikologi. 1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi tentang penyajian Bharatanatyam dalam upacara Thaipusam pada masyarakat Hindu Tamil di Kuil Shri Mariamman Binjai. 2. Sebagai suatu proses pengaplikasian ilmu yang di peroleh penulis selama perkuliahan di Departemen Etnomusikologi. 3. Sebagai referensi untuk peneliti lainnya yang mempunyai keterkaitan dengan topik penelitian. 1.4 Konsep dan Teori 1.4.1. Konsep Konsep merupakan penggabungan dan perbandingan bagian-bagian dari. suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis, berdasarkan asas-asas tertentu secara konsisten (Koentjaraningrat,2009:5). Defenisi analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan. Universitas Sumatera Utara.

(19) kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditaksir maknanya (Wiradi). Dalam konteks penelitian ini, analisis yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Perkembangan mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat yang baru, yang berbeda dari sebelumnya (Kasiram, 1983 : 23). Kesimpulannya, perkembangan adalah suatu perubahan yang terus menerus dari lahir hingga dewasa yang memunculkan sifat-sifat yang baru berdasarkan interaksi dengan lingkungan. Tarian merupakan hasil ekspresi seniman tari dalam mengembangkan idenya dalam bentuk gerak sebagai lahan untuk mentransformasikan satu ide ke dalam bentuk sebuah garapan tari yang mengandung nilai pendidikan dan estetis (Arifni, 2003). Curt Sachs (1963:5) dalam bukunya yang berjudul History of The Dance mengemukakan bahwa perkembangan tari sebagai seni yang tinggi telah ada pada zaman prasejarah. Pada awal kebudayaan tari telah mencapai tingkat kesempurnaan yang belum tercapai oleh seni atau ilmu pengetahuan lainnya. Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan tari Bharatanatyam adalah salah satu gaya tarian klasik India dan tarian ini juga merupakan salah satu tarian tradisi pada masyarakat India Tamil. Tarian ini berasal dari wilayah Tamil Nadu dibagian India Selatan. Bharatanatyam adalah salah satu tarian klasik India yang mengandung unsur cerita tentang pemujaan pada Dewa-dewa dan dikenal sebagai tarian keagamaan India semenjak abad ke- 20 yang disebut dengan Chattir. Tarian ini merupakan salah satu tarian klasik yang sangat tua di India, karena. Universitas Sumatera Utara.

(20) tarian ini dulunya di ciptakan oleh Dewa Shiva, dan hingga sekarang tarian ini menjadi populer dikalangan masyarakat Hindu Tamil di seluruh dunia, terkhusus di Binjai Sumatera Utara yang digunakan dalam mengisi upacara-upacara besar umat Hindu Tamil. Upacara bukan sebagai suatu kegiatan biasa yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi merupakan aktivitas yang mengandung makna religius yang serba sakral dan terpisah dari hal yang bersifat duniawi (KBBI 2005:1250). Upacara dalam konteks agama menurut Koentjaraningrat (1992:252) disebut sebagai kelakuan agama (perasaan cinta, hormat, bakti, tetapi juga takut, ngeri, dan lain sebagainya) yang bertujuan untuk mencari hubungan dengan dunia gaib. Masyarakat Hindu Tamil yang dimaksud adalah sebagai asosiasi manusia yang ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu yang terbatas sifatnya. Selain itu masyarakat Hindu Tamil yang dimaksud sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai, norma-norma, tradisi, kepentingan-kepentingan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, pengertian masyarakat tak mungkin dipisahkan dari kebudayaan dan kepribadian yang terdapat di dalam kutipan Soerjono Soekanto (1983:106-107). Upacara Thaipusam merupakan perayaan yang disambut oleh penganut yang beragama Hindu di seluruh dunia bagi menghormati dewa Hindu, Dewa Murugan atau juga dikenali sebagai Dewa Subramaniam. Thaipusam dirayakan pada bulan 'Thai' yakni jatuh pada bulan kesepuluh dalam kalendar Tamil. Pada hari Thaipusam, bulan penuh melintasi bintang terang, Pusam dalam zodiak. Universitas Sumatera Utara.

(21) Cancer. Hari Thaipusam merupakan hari menunaikan nazar dan menebus dosa atau memohon ampun atas dosa-dosa yang telah dilakukan sepanjang tahun.. 1.4.2. Teori Teori merupakan landasan pendapat yang dikemukakan mengenai suatu. peristiwa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991:1041). Sumantri (1993:143) mengatakan, teori juga merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1973:10). Sebagai landasan dalam membahas permasalahan penelitian ini penulis menguraikan teori yang relevan dengan etnomusikologi, diantaranya: 1. Teori kontiunitas dan perubahan Menurut Herkovits dalam Merriam mengemukakan bahwa perubahan dan kelanjutan (kuntiunitas) merupakan suatu tema yang digunakan untuk memahami sifat stabil dan dinamis yang melekat dalam setiap kebudayaan. Merriam (1964:303) mengatakan bahwa perubahan bisa berdasar dari dalam lingkungan kebudayaan atau internal, dan perubahan bisa juga berasal dari luar kebudayaan atau eksternal. Perubahan secara internal merupakan perubahan yang timbul dari dalam dan dilakukan oleh para pelaku kebudayaan itu sendiri yang juga disebut inovasi. Disisi lain perubahan eksternal merupakan perubahan yang timbul akibat pengaruh yang dilakukan oleh oran-orang dari luar lingkup suatu kebudayaan.. Universitas Sumatera Utara.

(22) Ada beberapa faktor yang menyebabkan kebudayaan luar dapat mempengaruhi kebudayaan lain, hal ini dikemukakan oleh Dyson dalam Sujarwa (1987:39) yang mengatakan bahwa sikap menerima dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor kebutuhan, keuntungan langsung yang dapat dinikmati, senang pada satu hal yang baru (novelty) dan sifat inovatif yang ingin selalu berkreasi. Ada juga sikap menolak yang disebabkan oleh anggapan bahwa hal-hal yang baru itu merugikan, atau bertentangan dengan tata nilai yang sudah dianut sebelumnya. Selain itu, ada pula yang menolak tanpa alasan. Berkaitan dengan fenomena ini, teori kjebudayaan secara umum mengasumsikan bahwa setiap kebudayaan beroperasi dalam kerangka waktu yang terus mengalami kelanjutan, deimana variasi-variasi dan perubahan yang tewrjadi adalah hal yang tidak dapat dielakkan (Merriam, 1964:303). Hal ini sejalan dengan pendapat (Suparlan, 2004:24), perubahan dalam tulisan merujuk pada kebudayaan, bahwa perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh sejumlah masyarakat yang terdapat dalam aturan-aturan atau norma-norma, nilai-nilai, teknologi, selera dan rasa keindahan atau kesenian dan bahasa. Perubahan kebudayaan bisa mencakup salah satu unsurnya dan mempengaruhi unsur-unsur kebedayaan lainnya, atau juga dapat merubah seluruh unsur-unsur kebudayaan tersebut, lebih lanjut Maran (2005) mengatakan, tidak ada kebudayaan yang beresifat statis, setiap individu dan setiap generasi melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan semua dewsain kehidupan sesuai kepribadian mereka dan sesuai dengan tuntutan zaman. Kontiunitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat ciri yaitu: 1) interaksi antar warga-. Universitas Sumatera Utara.

(23) warganya, 2) adat istiadat, 3) kontiunitas waktu, 4) rasa identitas kuat yang mengikat. semua. warga. (Koentjaraningrat,. 2009:115-118).. Kontiunitas. mengandung makna pelestarian dan regenerasi. Dalam perwujudannya, nampak pengembangan yang harus dilakukan membawa perubahan psikologis atas yang terjadi. Dengan demikian konsep kontiunitas dan pengembangan dalam masalah disini diinginkan dapat membawa perubahan terhadap struktur dan fungsi yang mengikutinya (Widya,2000 dan Dudung K. 2000). 2. Teori Evolusi Pada dasarnya, teori evolusi menyatakan bahwa unsur kebudayaan berkembang sejalan dengan perkembangan ruang dan waktu, dari yang berbentuk sederhana menjadi lebih kompleks. Teori ini dalam kesenian banyak digunakan untuk mengkaji sejarah seni (Merriam, 1964:7). 3. Teori Seni Pertunjukan Untuk mengkaji pertunjukan penulis menggunakan teori analisis seni pertunjukan. Teori ini penulis pilih karena seni tari merupakan bagian dari seni pertunjukan, begitu pula dengan tari Bharatanatyam. Keberadaan berbagai seni pertunjukan yang ada diindonesia saat ini menurut Edi Sedyawati, dimulai dari suatu keadaan dimana ia tumbuh dalam lingkungan-lingkungan etnik. Dalam lingkungan etnik inilah adat atau kesepakatan bersama yang turun temurun mengenai perilaku memiliki wewenang yang sangat besar dan menentukan rebah bangkitnya kesenian, seni pertunjukan pada pertunjukan. Seni pertunjukan di Indonesia dipengaruhi oleh keadaan sosial politik di setiap daerah dan menjadi sebuah bentuk ungkapan budaya,. wahana. Universitas Sumatera Utara.

(24) menyampaikan nilai-nilai budaya dan perwujudan norma-norma esteti-estetik yang berkembang sesuai dengan zaman. Dengan mempertimbangkan lingkup keseluruhan, mulai dari bentuk seni prasejarah yang direka secara hipotesis sampai perkembangan terkini. Dalam meneliti gerak tari tersebut, penulis akan menganalisis bagaimana struktur yang terdapat dalam tari Bharatanatyam tersebut. Penyusunan gerak dalam seni tari, gerak dari masing-masing penari maupun dari kelompok penari bersama. Ditambah dengan penyesuaian ruang, warna, dan seni sastranya, semuanya merupakan suatu pengorganisasian seni tari yang disebut koreografi (Djelantik, 1990:23). Untuk mengkaji upacara Thaipusam, penulis menggunakan konsep unsurunsur pendukung upacara yang dikemukakan Koentjaraningrat (1985:168) bahwa upacara keagamaan terbagi atas 4 komponen, yaitu : (a) tempat upacara, (b) saat upacara, (c) benda-benda dan alat-alat upacara, (d) orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara. Menurut Pringgobroto, musik adalah rangkaian ritmis nada, sedangkan tarian adalah rangkaian ritmis dan pola gerak tubuh (Wimbrayardi, 1988:13-14). Musik merupakan audio (bunyi) yang tidak terlihat, dan tari merupakan fenomena audio (bunyi) yang tidak terdengar. Baik musik dan tari bergerak didalam ruang dan waktu (Sachs, 1993:1-4) serta dapat dirasakan melalui getaran yang dihasilkannya. Aspek dasar yang menghubungkan antara keduanya adalah waktu, yaitu berupa gerak ritmis (musik dan tari) serta tempo.. Universitas Sumatera Utara.

(25) Untuk mengetahui ritme yang dimainkan oleh musik pengiring Tari Bharatanatyam penulis menggunakan pendekatan yang di kemukakan oleh Nettl (1963 : 98) yaitu : “kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan musik dari apa yang kita dengar dan kita dapat menuliskan musik. di atas kertas dan. mendeskripsikan apa yang kita lihat”. Dalam membicarakan aspek musikologis pada tulisan ini, penulis memperhatikan pendapat Malm (1977:8) yang menyatakan beberapa karakter yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi, yaitu: (1) tangga nada, (2) nada dasar, (3) wilayah nada, (4) jumlah masing-masing nada, (5) interval, (6) pola-pola kadens, (7) formula melodi, (8) kontur. Teori ini disebut juga dengan teori Weighted Scale (bobot tangga nada). Teori ini pada dasarnya melihat struktur ruang dalam musik dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu. 1.5 Metode Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dikaji penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha mengungkapkan berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam, dan dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah (Ghony dan Fauzan 2012:32). Sejalan dengan itu, Bog dan Taylor (dalam Meleong 1988:3) mengungkapkan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku masyarakat yang dapat diamati.. Universitas Sumatera Utara.

(26) Deskriptif adalah penelitian yang bertujuan menjelaskan sesuatu seperti apa adanya (as it as) secara mendalam (M.Junaidi Ghony dan Faujan Almanshur 2012:34). Data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Adapun teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.5.1. Studi Kepustakaan Untuk mendukung informasi yang penulis peroleh tentang perkembangan. tari Bharatanatyam dan musik iringannya, penulis juga mencari buku-buku yang relevan terhadap masalah-masalah yang dibahas. Walaupun demikian sepanjang yang penulis ketahui, buku-buku yang menjelaskan secara lengkap dan terperinci mengenai tari Bharatanatyam belum dapat ditemukan. Buku yang ada hanyalah memberikan gambaran secara umum tentang tari tersebut. Dalam hal ini penulis juga menggunakan referensi dari internet dan sebagian dari beberapa skripsi yang relevan dengan objek yang diteliti. Tulisan yang telah membahas tari Bharatanatyam ialah Skripsi yang ditulis oleh Lestari Rahmadani tahun 2015 membahas tentang “ Studi Deskriptif Tari Bharatanatyam dan Melodi Musik Iringan Dalam Konteks Upacara Varuda Pirappu Pada Masyarakat Hindu Tamil DI Kuil Shri Mariamman Kota Medan “, tulisan ini membahas permasalahan tentang keberadaan tari Bharatanatyam dan Melodi Musiknya, sedangkan skripsi yang saya teliti membahas permasalahan mengenai “Analisis Tari Bharatanatyam dan Musik Iringan Pada Upacara Thaipusam Masyarakat Tamil Di Kota Binjai”. 1.5.2. Wawancara. Universitas Sumatera Utara.

(27) Salah saatu teknik wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara berfokus (focus interview) yaitu membuat pertanyaan yang berpusat terhadap pokok permasalahan. Selain itu penulis juga melakukan wawancara bebas (free interview) yaitu mengajukan pertanyaan yang tidak hanya berfokus terhadap pokok permasalahan saja tetapi berkembang terhadap pokok permasalahan lainnya namun tidak menyimpang dari pokok permasalahan (Koentjaraningrat 1958:139). Dalam hal ini penulis tidak hanya berpatokan terhadap hal-hal yang akan diteliti, namun penulis juga melakukan wawancara bebas untuk mengetahui bagaiman kehidupan informan sehari-hari. 1.5.3. Penelitian Lapangan (Observasi) Teknik pengumpulan data dengan observasi adalah metode yang. digunakan. dengan. menggunakan. pengamatan. dan. penginderaan. untuk. menghimpun data penelitian. Menurut Bungin (2007:115) metode observasi merupakan kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya. Dalam meneliti tari Bharatanatyam ini, penulis meneliti langsung ke lapangan tempat upacara dilaksanakan yang diadakan di Kuil Shri Mariamman Binjai. 1.5.4. Kerja Laboratorium Semua data yang diperoleh dari hasil wawancara dan hasil pengamatan. dilapangan selanjutnya akan ditelaah dan diolah dalam kerja laboratorium dengan pendekatan-pendekatan etnomusikologis, dan jika ada data yang dirasa kurang lengkap maka penulis melengkapinya dengan menjumpai informan kunci atau informan lain dalam hal ini dilakukan berulang-ulang. Dalam mengolah data. Universitas Sumatera Utara.

(28) penulis melakukan proses menjaring data, menyeleksi data, menambah data yang kurang, memodifikasi teori, klasifikasi data dan menformulasi data. Setelah melakukan kerja laboratorium, maka penulis membuatnya kedalam sebuah tulisan ilmiah berbentuk skripsi sesuai dengan teknik-teknik penulisan karya ilmiah. Dengan demikian tulisan ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca dan menambah wawasan pengetahuan dibidang etnomusikologi. 1.6 Lokasi Penelitian Sebagai lokasi penelitian, penulis memilih Kuil Shri Mariamman, yang terletak di Jalan Jendral Ahmad Yani No.57, Binjai. Lokasi ini ditentukan karena Kuil Shri Mariamman merupakan salah satu kuil yang memiliki umat Hindu Tamil terbanyak dibandingkan kuil lainnya yang ada di Kota Binjai.. BAB II. Universitas Sumatera Utara.

(29) GAMBARAN UMUM ETNIS TAMIL DI KOTA BINJAI 2.1 Letak Geografis Binjai adalah salah satu kota (dahulu daerah tingkat II berstatus kotamadya) dalam wilayah provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Binjai terletak 22 km di sebelah barat ibukota provinsi Sumatera Utara, Medan. Sebelum berstatus kotamadya, Binjai adalah ibukota Kabupaten Langkat yang kemudian dipindahkan ke Stabat. Binjai merupakan salah satu daerah dalam proyek pembangunan Mebidang yang meliputi kawasan Medan, Binjai dan Deli Serdang. Saat ini, Binjai dan Medan dihubungkan oleh jalan raya Lintas Sumatera yang menghubungkan antara Medan dan Banda Aceh.Oleh karena ini, Binjai terletak di daerah strategis di mana merupakan pintu gerbang Kota Medan ditinjau dari provinsi Aceh. Binjai sejak lama dijuluki sebagai kota rambutan karena rambutan Binjai memang sangat terkenal. Bibit rambutan asal Binjai ini telah tersebar dan dibudidayakan di berbagai tempat di Indonesia seperti Blitar, Jawa Timur menjadi komoditi unggulan daerah tersebut. 1. Letak astronomis. : Lintang Utara : 31’ 40’’ – 3 40’ 2’’ Bujur Timur. : 98°27' 3" - 98°32'32". 2. Luas Wilayah Kota Binjai : 90, 30 km². Universitas Sumatera Utara.

(30) 3. Batas Wilayah: - Sebelah Utara : Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang -Sebelah Selatan: Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang -Sebelah Barat. : Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat. -Sebelah Timur : Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang 4. Ketinggian di atas permukaan laut. : ± 28 m. Keterangan Gambar :Peta Kota Binjai Sumber : BPS Kota Binjai. Universitas Sumatera Utara.

(31) 2.2 Sejarah Singkat Kuil Shri Mariamman Binjai Etnis Tamil secara dominasi merupakan etnis yang berdiam di wilayah India Selatan dan tersebar pada beberapa negara seperti : India, Pakistan dan Bangladesh. Kehidupan etnik diberbagai belahan dunia diwarnai proses kehidupan berpindah-pindah (nomaden) yang terus berlanjut hingga saat ini dengan beragam motif dan kepentingan, diantaranya mencari pekerjaan, mencari bentuk kehidupan baru serta meluaskan jaringan kehidupan etnik. Latar belakang perjalanan tersebut turut membawa etnik Tamil sampai dan menetap di Nusantara, pada perkembangnnya, etnik Tamil kembali masuk ke Indonesia yang masa itu menjadi wilayah jajahan unit usaha Kerajaan Belanda menjadi pekerja untuk mengisi beragam posisi kerja di lahan perkebunan. Kedatangan etnis Tamil dalam jumlah besar tersebut yang didominasi oleh pencari kerja disatukan dalam bentuk kehidupan kelompok dan dipimpin oleh seorang Kapitan. Perpindahan etnis Tamil ke Indonesia pada umumnya dan Sumatera Utara pada khususnya turut membawa nilai budaya Tamil yang mencakup sistem pemikiran, religi hingga pada sistem teknologi bertahan hidup. Aspek religi merupakan aspek mendasar yang menjadi pegangan hidup dan menonjol dibanding aspek lainnya, hal ini tampak dalam kehidupan etnis Tamil yang erat kaitannya dengan kehidupan religi Hindu. Persinggungan dan keterkaitan antara kehidupan etnis Tamil serta religi Hindu memberi suasana baru dalam heterogenitas kehidupan masyarakat di Sumatera Utara. Berdasarkan cukilan sejarah etnis Tamil di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

(32) diketahui bahwa kuil atau tempat peribadatan Hindu etnis Tamil tertua terdapat di Kota Binjai yang didirikan pada tahun 1880.. Keterangan Gambar : Tahun dibangun Kuil Shri Mariamman Sumber Gambar : Penulis Perjalanan panjang etnis Tamil-Hindu di Kota Binjai yang bermula pada tahun 1880 memiliki lintasan sejarah yang panjang, bermula ketika pemimpin etnis Tamil di Binjai masa itu, yaitu Muttu Kapitan yang berinisiatif untuk membangun kuil yang dapat menyatukan etnisTamil-Hindu di Binjai, selain itu faktor kenyamanan dalam beribadah juga menjadi perhatian penting untuk mendukung kekhusyu'an mendekatkan diri dengan Tuhan, hal ini juga berkaitan dengan sulitnya pada masa itu bagi etnis Tamil untuk beribadah dikarenakan lokasi ibadah yang jauh.. Universitas Sumatera Utara.

(33) Batu yang merupakan representasi Dewa Madurai Wiren menjadi simbol berdirinya kuil Shri Mariamman di Kota Binjai. Pertemuan antara Muttu Kapitan dan Sultan Langkat kala itu menghasilkan pemberian tapak tanah untuk didirikan kuil dan juga sebagai ucapan terima kasih kepada etnis Tamil melalui pekerjaan mereka di lahan-lahan perkebunan. Tepat pada tahun 1880 berdiri kuil Tamil-Hindu di Kota Binjai yang kemudian dikenal dengan Shri Mariamman Koil Binjai, kuil ini memiliki ciri khas secara arsitektural dengan adanya empat pilar didalam kuil dan hal ini tidak terdapat di kuil Tamil-Hindu lainya di Sumatera Utara. Masa ketika kuil dibangun, terdapat sebuah sumur yang menjadi sumber mata air bagi pekerja pembangunan kuil, ketika kuil selesai dibangun, sumur tersebut tetap dipergunakan sebagai sumber mata air dan pada masa Pendeta Senia Pandaro sumur tersebut ditambahkan batu bata untuk memperkuat dinding-dinding sumur. Kehadiran sumber air di lokasi kuil memberi arti tersendiri, seperti layaknya kehidupan manusia yang harus lengkap antara jiwa dan raga begitu juga dengan sumber air yang menjadi sumber kehidupan bagi manusia.. Universitas Sumatera Utara.

(34) Keterangan Gambar : Kuil Shri Mariamman Binjai Sumber Gambar : Penulis Pada tahun 1931, Shri Mariamman Kuil Binjai dipugar oleh Annamalai Kapitan yang bertujuan menambah nilai estetik dari kuil tersebut, selain itu kehadiran Watte Namaya atau aula yang dapat disinggahi dan didiami oleh orangorang semakin menambah nilai bagi Shri Mariamman Kuil, Binjai. Kuil selain sebagai tempat beribadah juga memiliki sisi edukasi dengan membuka tempat pendidikan yang dikhususkan bagi etnis Tamil, sarana edukasi tersebut bertujuan untuk menambah wawasan etnis Tamil mengenai religi Hindu dan pengetahuan lainnya yang menjadi modal pendukung dalam kehidupan sehari-hari. Kehadiran Shri Mariamman Koil di Kota Binjai tidak hanya bagian dari religi Hindu, melainkan juga menorehkan sejarah panjang kehidupan etnis Tamil. Universitas Sumatera Utara.

(35) dimulai dari sejarah kedatangan, membangun komunitas, interaksi sosial hingga pada kehidupan masa kini. Lintasan waktu sepanjang 137 tahun keberadaan Shri Mariamman Koil di Kota Binjai membawa bentuk kehidupan sosial yang beragam, interaksi sosiokultural antara etnis Tamil dengan etnis lainnya, seperti Aceh, Jawa dan Batak memberi pengaruh yang kaya terhadap perkembangan etnis Tamil di Kota Binjai,serta memberi gambaran atas interaksi sosial dan sejarah panjang kehidupan etnis Tamil di Kota Binjai sebagai kekayaan kultural yang dimiliki oleh Kota Binjai dan menjadi bagian dari karakter kehidupan masyarakat TamilHindu yang didasarkan pada tiga hal penting, yaitu Satyam yang berarti sebagai kebenaran, Siwam yang berarti sebagai kemenangan dan Sundaram yang bermakna sebagai harmonisasi kehidupan. 2.3 Kebudayaan Masyarakat Tamil di Kota Binjai C. Kluckhohn (dalam buku yang berjudul Universal Categories of Culture) yang dikutip oleh Koentjaraningrat ( 1990 : 50 ) ada 7 unsur kebudayaan universal (Culture Universal) yang terdapat pada setiap kebudayaan di muka bumi, yaitu terkait dengan kebudayaan masyarakat tamil di Kota Binjai: 1.Sistem Religi / Sistem Kepercayaan 2. Sistem Peralatan dan Teknologi 3. Sistem Pengetahuan / Pendidikan 4. Sistem Keorganisasian dan Kemasyarakatan 5. Mata Pencaharian 6. Bahasa. Universitas Sumatera Utara.

(36) 7. Kesenian Kebudayaan masyarakat Tamil di Kota Binjai akan dijelaskan dalam beberapa penjelasaan yang hanya terkait saja dalaam penjelasan diatas pada sub bab berikut. 2.3.1 Sistem Religi Kata religi dalam kamus sosiologi (Sujono Sukarno, 1983:403) berasal dari kata religion yang berarti: kepercayaan pada hal-hal spiritual, perangkat kepercayaan dan spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri dan idiologi mengenai hal-hal spiritual. Pada umumnya mayoritas masyarakat tamil di Kota Binjai beragama Hindu. Masyarakat Hindu Tamil merupakan penggabungan antara kata Hindu dan Tamil. Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia dan di dunia, dan Tamil merupakan suku atau etnis pendatang yang datang ke Indonesia pada abad ke IV dan memilih menetap di Indonesia. Penggabungan kata ini menjadi suatu identitas yang dipakai oleh kelompok orang Tamil yang memeluk agama Hindu di suatu kelompok masyarakat. Kata Hindu berasal dari sebutan orang Persia yang datang ke India.Mereka menyebut sungai Syindu/Indus yang mengalir di daerah barat India sebagai sungai Hindu.Ketika agama Islam masuk ke India, kata Hindu muncul kembali dalam bentuk Hindustan.Orang-orang India yang memeluk agamanya disebut orang Hindu. Hindu biasa disebut Sanatana Dharma (Sanskrit) yang berarti Kebenaran Abadi. Agama Hindu tidak mempunyai pendiri dan penyebarannya dilakukan oleh Kaum Brahmana. Selain tidak mempunyai pendiri, agama Hindu memiliki. Universitas Sumatera Utara.

(37) perbedaan dengan agama lain yaitu tidak memakai istilah Nabi, yang ada adalah Guru, Rsi dan Maharsi. Dalam ajaran agama Hindu, Tuhan adalah sebagai pencipta alam semesta dan isinya.Umat Hindu di Indonesia menyebut Tuhan dengan gelar Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Selain bergelar Sang Hyang Widhi Wasa, Ia disebut juga dengan nama Bhatara sebagai pelindung dewa tertinggi, Sang Hyang Parameswara sebagai raja termulia.. Di dalam manifestasinya sebagai dewa, Sang Hyang Widhi Wasa dapat dikelompokkan dalam tiga bagian besar, yang disebut dengan Tri Murti yang terdiri dari:. 1. Dewa Brahma, bertugas sebagai pencipta alam semesta dan disimbolkan dengan A. 2. Dewa Wisnu, bertugas sebagai pemelihara dan pelindung alam semesta dan disimbolkan dengan U. 3. Dewa Siwa, bertugas sebagai Pemeralina (pengembali segala isi alam semesta ke asalnya) dan disimbolkan dengan M.. Menurut ajaran agama Hindu, Tuhan disimbolkan dengan aksara AUM atau OM, yaitu suara yang terdengar dari meditasi yang paling terdalam dan dijadikan nama yang paling tepat untuk Tuhan. Hal ini memberikan arti bahwa Sang Hyang Widhi mempunyai sifat yang Esa yang disebut dalam nama ketiga Dewa sekaligus. Selain manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa sebagai dewa yang disebut Tri Murti, terdapat juga tiga pendamping / Sakti, yaitu:. Universitas Sumatera Utara.

(38) 1. Saraswati, yaitu dewi pengetahuan dan kesenian. Saktinya Dewa Brahma, disebut Dewi Kebijaksanaan. 2. Lakshmi, yaitu cahaya, kecantikan dan keberuntungan. Saktinya Dewa Wisnu, disebut Dewi Kekayaan. 3. Parvati, yaitu dewi rumah tangga dan keibuan. Saktinya Dewa Siwa, disebut dewi Kekuatan Sakral.. Disamping ketiga bentuk pasangan diatas, ada juga Ganapati / Ganesha, yaitu dewa pendidikan yang merupakan anak pertama dari Siwa dan Parvati, serta Muruga, yaitu Dewa Keindahan dan dipercaya membawa bahasa Tamil, yang merupakan adik dari Ganesha.. Agama Hindu percaya dengan adanya Panca Cradha (kepercayaan) yaitu:. 1. Percaya akan adanya Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Sang Hyang Widhi Wasa adalah penguasa segala yang ada, tidak ada yang luput dari Kuasa-Nya. Karena Tuhan tidak terjangkau oleh pikiran maka orang membayangkan bermacam-macam sesuai dengan pikirannya. Sang Hyang Widhi Wasa dipanggil Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara dan Siwa sebagai pengembali alam semesta. 2. Percaya akan adanya Atma, Atma yaitu satu bagian dari Brahma yang dipercaya oleh umat Hindu terdapat dalam setiap diri manusia. 3. Percaya akan adanya Karma Phala, karma adalah segala kegiatan dalam bentuk pikiran, ucapan, dan perbuatan baik yang disadari maupun yang. Universitas Sumatera Utara.

(39) tidak disadari. Kata Phala berarti buah atau hasil, sehingga Karma Phala berarti segala Karma (perbuatan) yang menghasilkan Phala (hasil). 4. Percaya terhadap adanya Purnarbhawa (Samsara). Purnarbhawa atau Samsara yaitu kelahiran kembali ke bumi yang bertujuan untuk memperbaiki diri dari segala kesalahan di masa lalu. 5. Percaya akan adanya Moksa , Moksa artinya kelepasan. Bila seseorang telah terlepas dari ikatan dunia ini maka ia akan mencapai Moksa. Inilah tujuan akhir dari pemeluk agama Hindu. Orang yang telah mencapai Moksa tidak lahir lagi kedunia karena tidak ada apapun yang mengikatnya lagi, maka ia telah bersatu dengan Sang Hyang Widhi Wasa. Menurut ajaran agama Hindu ada empat jalan untuk mencapai Moksa, disebut Catur Yoga yaitu:. 1. Jnana Yoga yaitu melalui jalan pengetahuan 2. Bhakti Yoga yaitu melalui jalan kebaktian atau pengabdian 3. Karma Yoga yaitu melalui jalan perbuatan baik 4. Dhyana Yoga yaitu melalui jalan meditasi. 2.3.2 Sistem Peralatan dan Teknologi Banyak orang Tamil di Kota Binjai memenuhi kebutuhan benda-benda budaya langsung dari negara India, seperti wadah-wadah dari bahan steel dan kuningan, pakaian tradisional atau kain sari, dan lain sebagainya. Hal ini menyebabkan mereka tidak banyak memproduksi benda khas etnik Tamil di. Universitas Sumatera Utara.

(40) negara Indonesia, alasan mereka, benda yang dibeli langsung dari negara India asli dan barang-barang sejenis banyak di pasaran. Pembuatan makanan dilakukan dengan dua cara, yaitu tidak dimasak dan dimasak. Makanan tidak dimasak berupa makanan yang diasamkan sebagai acar ataupun susu asam yang disebut moore, makanan dimasak terdiri dalam jenis makanan sayuran, daging. Teknik pembuatan makanan adalah dengan cara dikukus, digoreng, dipanggang, dicetak, diasamkan, ditumis dan dibakar. Selain dari hal diatas etnik Tamil telah menggunakan benda-benda atau teknologi peradaban modern. Sistem teknologi berkaitan dengan sistem pengetahuan etnik Tamil, sehingga sistem teknologi dipengaruhi oleh sistem budaya masyarakat Tamil. Sistem teknologi adalah suatu rangkaian yang menjadi dasar pemikiran teknologi masyarakat Tamil, hal ini diterapkan dalam sistem teknologi mereka yang menggunakan produk-produk asli buatan mereka yang mana hal ini sejalan dengan pendapat Mahatma Gandhi yang menyarankan untuk menggunakan produk lokal, sampai saat ini etnik Tamil masih tetap menggunakan alat-alat teknologi yang dibuat oleh etnik Tamil sendiri, seperti sepeda motor (Bajaj). Penggunaaan. sistem. teknologi. sebagaimana. telah. diungkapkan. sebelumnya, berkaitan dengan sistem budaya etnik Tamil dan sistem kepercayaan etnik Tamil, sehingga perkembangan sistem teknologi dan penggunaan teknologi tidak lepas dari pengaruh sistem-sistem lainnya.. Universitas Sumatera Utara.

(41) 2.3.3 Sistem Pengetahuan Dalam tujuh unsur kebudayaan, salah satunya adalah sistem pengetahuan, sistem ini memegang peran dalam usaha menjaga pengetahuan lokal mereka yang menjadi modal menghadapi lingkungan kehidupan.Pengetahuan etnik Tamil sangat dipengaruhi oleh tradisi leluhur mereka, sebagian besar kehidupan etnik Tamil adalah hasil kebudayaaan yang diturunkan dariu generasi ke generasi. Sistem pengetahuan yang dimiliki etnik Tamil biasanya berkaitan dengan masalah hewan, tumbuhan, kehidupan, kematian, kalender Tamil, keyakinan beragama dan sebagainya. Pengetahuan yang berkaitan dengan hewan adalah larangan untuk memakan daging sapi, bagi mereka yang beragama Hindu khususnya etnik Tamil. Sapi dalam kehidupan etnik Tamil merupakan hewan suci atau keramat berarti sesuatu yang diasingkan dan diberi larangan atasnya. Menurut etnik Tamil, sapi adalah lambang atau simbol ibu bagi manusia, mereka mengatakan sapi-sapi tersebut memberikan susunya kepada manusia sepanjang hidupnya. Marvins Harris (1966) dalam tulisannya tentang sapi keramat di India, melihat bahwa sapi atau lembu di India dianggap suci bukan hanya dilihat dari sistem kepercayaan orang India itu saja, namun dia melihat bahwa sebenarnya sapi tersebut sangat berguna bagi orang India dalam bidang ekonomi. Hal ini dikarenakan masyarakat India secara terus menerus memanfaatkan sapi didalam hal ini hanya diambil susunya saja, mereka tidak mengambil manfaat yang lain seperti dagingnya dengan begitu sapi tersebut akan bermanfaat lebih lama.. Universitas Sumatera Utara.

(42) Selain itu sapi atau lembu juga di simbolkan sebagai Nandhi bagi dewa Shiwa menurut mereka sapi atau lembu dianggap sebagai simbol kemakmuran, sehinga dapat dilihat pada kuil-kuil yang ada di kota Medan makan sapi atau lembu ini dibuat arcanya yang kemudian diletakkan didepan arca dewa Shiwa. Pengetahuan yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan adalah rempahrempah seperti jintan, pala,ketumbar dan sebagainya yang disebut Masala yaitu bumbu khas masakan etnik Tamil seperti diketahui masakan etnik Tamil memiliki bau yang sangat khas. Pengetahuan tentang kehidupan dan kematian merupakan etnik Tamil yang meyakini kematian menyebabkan orang yang telah meninggal dunia masuk kekehidupannya yang baru, dan mewajibkannya untuk menjalankan semua kesalahan atau karma yang dilakukannya semasa hidupnya, didalam kehidupan etnik Tamil diajarkan untuk taat pada aturan agama dan aturan yang ada didalam masyarakatnya. Pengetahuan yang berkaitan dengan kalender Tamil atau Panchangam merupakan suatu yang berkaitan dengan hari-hati besar seperti peringatan tahun baru, hari raya, hari lahir dan kematian, serta upacara-upacara keagamaan mereka. Panchangam merupakan faktor atau bagian tersendiri yang didasarkan pada kalender Tamil.Faktor atau bagian tersebut yakni Vaaram, Tithi, Natchathiram. Vaaram berarti tujuh hari dalam seminggu yang bermula dengan hari minggu, senin, selasa, rabu, kamis, jum’at dan sabtu.. Universitas Sumatera Utara.

(43) Tithi merupakan jangka waktu lima belas hari antara rembulan baru atau Ammavasai dan bulan Purnama atau Pournami dan sebaliknya limabelas hari antara bulan purnama atau pournami danrembulan baru atau Ammavasai. Dua Tithi tersebut merupakan satu bulan dalam perhitungan kalender Tamil (sekitar duapuluh Sembilan hari) berdasarkan peredaran bulan. Natchathiram adalah duapuluh tujuh hari “bintang” yang ditentukan pada saat kelahiran. SatuNachathiram dibagi dalam empat bagian dan pada setiap bagian terdiri dari enam jam. Nachathiram merupakan hal yang sangat perlu diketahui pada saat anak lahir, sehingga setiap etnik Tamil biasanya datang ke kuil untuk melihat Natchathiram kelahiran anak mereka. Dengan diketahuinya Natchathiram tersebut maka mereka kan mengetahui zodiak atau perbintangan anak mereka dalam perhitungan kalender Tamil. Tidak semua etnik Tamil memiliki kalender tersebut maka untuk mengetahui informasi tentang hal-hal diatas mereka biasanya datang ke kuil untuk melihatnya. Biasanya yang mengerti mengenai perhitungan kalender tersebut adalah seorang pendeta di kuil tersebut. Pengetahuan tentang keyakinana beragama, setiap etnik Tamil dimulai sejak anak-anak sudah diajarkan kepada mereka tentang keberadaan Tuhan Yang Maha Esa yang menguasai kehidupan serta menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Dengan demikian apabila anak tersebut telah dewasa maka ia dapat mengikuti tradisi dalam masyarakatnya.. Universitas Sumatera Utara.

(44) Banyak dari mereka yang menjalankan apa yang telah diwariskan para leluhurnya tanpa mengetahui dengan jelas apa nilai-nilai yang terkandung didalamnya seperti halnya untuk bernazar dan tusuk lidah yang dilakukan etnik Tamil pada perayaan keagamaanya, mereka hanya menjalankan kegiatan upacara keagamaan tersebut., akan tetapi tidak mengetahui makna dari upacara keagamaan tersebut. 2.3.4 Sistem Keorganisasian dan Kemasyarakatan Menjadi bagian dari bangsa Indonesia merupakan satu pilihan yang secara sadar dijalankan oleh etnik tamil di Kota Binjai dan Sumatera Utara pada umumnya. Banyak dari kaum tua etnik Tamil ikut berjuang menegakkan kemerdekaan Indonesia dan banyak pula dari etnik Tamil yang berstatus sebagai pegawai negeri. Organisasi sosial seluruh Tamil di Sumatera Utara bernama “Deli Hindu Sabha” yang disahkan oleh Gubernur Timur pada tahun 1931. Organisasi ini dipimpin untuk pertama kali oleh Ramasamy Sanma, Senemuthu, Ponasami Dillay, Dallph Singh, Hinder Singh, dan Wally Samy. Sebagi ketua Ramasamy Sanma dan sekretaris Ponasami Dillay. Dalam tahun ini juga dibuka kantor di jalan Darat Medan. Organisasi ini bertujuan mempromosikan kebedayaan dan pendidikan Tamil. Keberadaan organisasi etnik Tamil di kota Binjai tidak terbatas pada etnik Tamil semata, melainkan juga mencakup seluruh etnik yang berada di India, seperti : Sikh, Punjab, Telegu.. Universitas Sumatera Utara.

(45) 2.3.5 Mata Pencaharian Pekerjaan etnik Tamil dimasa lalu banyak diasosiasikan dengan pekerjaan kasar, seperti kuli perkebunan, kuli pembuat jalan, penarik kereta lembu dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang lebih mengandalkan otot. Hal ini terkait dengan latar belakang orang Tamil yang datang ke kota Medan sebagai pekerja yang dipekerjakan di perkebunan-perkebunan milik orang Eropa. Dimasa sekarang sudah terdapat sejumlah orang Tamil yang sukses menjadi pengusaha di level daerah maupun nasional, aktivitas mereka sehari-hari adalah bekerja, dimulai dari pagi hari hingga sore hari. Sedangkan anak-anaknya sekolah di sekolah yang terdekat. Pada waktu sore hari aktivitas di luar berhenti karena pada saat sore hari mereka harus melakukan ibadah sembahyang baik di kuil ataupun di rumah masing-masing. Mata pencaharian (Bhakta) di Kuil Shri Mariamman Binjai dapat dikatakan sebagian besar sebagai wiraswasta yaitu sebagai pedagang dan karyawan. Namun selain itu ada juga yang bekerja sebagai pegawai negeri dan polisi. Bagi yang wanita, kebanyakan hanya sebagai ibu rumah tangga. Masyarakat India memiliki 4 golongan yang sudah ada sejak kitab veda muncul, dan didalam buku itu diterangkan golongan ini berdasarkan. sketsa. bentuk tubuh manusia. Yang pertama dari bentuk kepala tumbuhlah golongan BRAHMANA yaitu orang-orang yang bekerja sebagai seorang pemikir mereka biasanya adalah seorang Pendeta atau Profesor dan lainnya. Yang kedua adalah. Universitas Sumatera Utara.

(46) dilihat dari Tangan tumbuh lah golongan KSATRIA yaitu orang-orang yang biasanya bekerja sebagai angkatan misalnya Polisi, tentra dan sebagainya. Ketiga adalah dilihat dari Badan tumbuh lah golongan WAICYA yaitu orang-orang yang biasanya bekerja sebagai Petani dan Pedagang. Dan yang terakhir adalah dilihat dari Kaki tumbuh lah golongan Cudra (Sudra) yaitu golongan yang paling bawah atau rendah. Keempat golongan ini umumnya disebut dengan Catur Warna (oleh orang Portugis disebut Casta). Pembagian golongan ini pada masyarakat India pada umumnya hanya bersifat teori saja dan merupakan suatu usaha untuk menentukan kedudukan seseorang dalam masyarakat menurut pekerjaan seseorang. 2.3.6 Bahasa Bahasa merupakan sistem perlambangan manusia baik secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi antara satu dan lainnya. Etnik Tamil umumnya menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi, baik antara sesama etnik Tamil maupun dengan etnik di luar Tamil. Interaksi sosial ini membuat mereka berbaur dengan masyarakat yang berbeda etniknya. Faktor linguistik adalah aspek penting dalam pola adaptasi budaya, hal ini dibuktikan bahwa komunikasi melalui bahasa secara lisan maupun tulisan adalah cara terbaik dalam adaptasi budaya, penggunaan bahasa Indonesia oleh etnik Tamil merupakan contoh dari pola adaptasi yang mereka lakukan dalam konteks menjadikan diri mereka bagian dari budaya secara umum pada daerah tersebut atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa penggunaan bahasa Indonesia oleh. Universitas Sumatera Utara.

(47) etnik Tamil adalah proses perwujudan eksistensi mereka sebagai bagian dari komposisi masyarakat di Kota Binjai. Penggunaan bahasa Tamil sebagai bahasa ibu bagi etnik Tamil digunakan pada saat upacara-upacara keagamaan, perkawinan dan kematian, hanya saja penggunaannya bagi kalangan tua walaupun generasi muda bisa mengerti arti dari percakapan itu akan tetapi mereka mengalami kesulitan untuk berkomunikasi secara aktif. Penggunaan bahasa Tamil digunakan dalam upacara-upacara keagamaan, seperti : pemberian Dharma Wacana oleh tokoh-tokoh adat atau orang-orang yang dianggap mampu untuk melestarikan bahasa Tamil. Penggunaan bahasa Tamil pada generasi muda etnik Tamil hanya bisa menggunakan bahasa Tamil sebagai tutur sapa sehari-hari, jika dalam keluarga orangtua masih membiasakan menggunakan bahasa Tamil dengan anak-anaknya, namun para anak-anak mereka lebih memilih menjawab dalam bahasa Indonesia, hal ini yang menjadi keprihatinan generasi tua etnik Tamil, mereka melihat kenyataan bahwa semakin lama mereka kehilangan identitas kebudayaan Tamil, seperti yang dikemukakan oleh Bapak PinanditaSiwa Kumar kepada penulis bahwa untuk pelaksanaan peribadatan di kuil-kuil Hindu saat ini juga tidak lagi sepenuhnya dapat dilakukan menurut ketentuan penggunaan mantra-mantra yang berbahasa Tamil maupun Sansekerta dikarenakan keterbatasan kemampuan, namun hal ini diatasi dengan penggunaan ejaan latin dalam penulisan mantra, misalnya dalam suatu upacara pensucian kuil (Kumbhaabisegam) yang dilakukan di Shri Mariamman kuil Bekala pada tahun 2007 harus dipimpin oleh Gurukel. Universitas Sumatera Utara.

(48) (Pinandita) yang khusus diundang dari India atau Malaysia, sebagai contoh adalah kosakata dalam bahasa dan tulisan Tamil :. Untuk menjaga agar bahasa Tamil tidak hilang, maka diadakan sekolah minggu di kuil dan di sekolah Raksana milik etnik Tamil. Setiap minggu anakanak diberikan pelajaran mengenai agama Hindu dan pelajaran tentang kebudayaan Tamil. Hal ini dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya karena muncul kekhawatiran bahwa anak-anak muda sekarang enggan menggunakan bahasa Tamil sebagai bahasa ibu. 2.3.7 Kesenian Kebudayaan India dikenal dengan keseniannya yang kaya.Kesenian memiliki peranan penting dalam kehidupan etnik Tamil.Kesenian menjadi hal yang tidak bias dipisahkan dari kehidupannya. Bagi etnik Tamil kesenian dapat menjadi media untuk kepentingan tertentu, misalnya mereka menanamkannilai-. Universitas Sumatera Utara.

(49) nilai kehidupan kepada kepada anak-anaknya melalui seni tari, seni drama, seni musik dan seni rupa. Selain itu, kesenian tradisional ini juga berfungsi dalam berbagai pelaksanaan upacara.Dalam upacara-upacara adat maupun keagamaan, kesenian tradisional selalu ditampilkan seperti tari-tarian, serta nyanyian(Bhajan), dalam bidang seni tari, etnik tamil mengenal Bharathanatyam atau tarian sambutan, tarian ini untuk penyambutan pada acara-acara adat, maupun upacara keagamaan. Bharathanatyam memiliki beragam versi sesuai dengan tujuan dari acaranya.. Keterangan Gambar : Salah satu Penari Bharatanatyam Sumber Gambar : Penulis. Universitas Sumatera Utara.

(50) BAB III DESKRIPSI UPACARA THAIPUSAM. 3.1 Norma/ Aturan masyarakat Hindu Tamil Upacara dalam masyarakat Hindu Tamil di Kota Medan terbagi 2 yaitu: (1) Upacara proses daur hidup (upacara adat) yang terkait dengan kelahiran, perkawinan, dan kematian, (2) Upacara menurut hari besar atau disebut juga dengan upacara Agama (yang ditentukan oleh Panjagham). Masyarakat Tamil memiliki serangkaian upacara sendiri untuk merayakan berbagai peristiwa-peristiwa penting dalam hidupnya.Upacara tersebut biasanya berhubungan dengan tingkat kedudukan seseorang dalam masyarakat.Upacara tersebut pada dasarnya berfungsi untuk memaparkan system atau tataran yang ada (pengetahuan local etnik Tamil yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran agama Hindu dan budaya Tamil).. 3.2 Adat Istiadat Masyarakat Hindu Tamil Thaipusam Hindu-Tamil. (atau Thai Poosam Kavady) merupakan perayaan religi. berasal dari. India Selatan ( Tamil Nadu sekarang ),yang di. perkirakan oleh para ahli telah berlangsung 2500 tahun yang lalu. Thaipusam dirayakan pada bulan Thai ( bulan dalam kalender Tamil ). Pusam mengacu pada sebuah bintang yang berada pada titik tertinggi selama perayaan berlangsung, tepatnya pada bulan purnama yang jatuh pada bulan januari – pebruari pada penanggalan kalender masehi.. Universitas Sumatera Utara.

(51) Perayaan ini memperingati kemenangan Dewa Muruga ( putra bungsu dari Dewa Siwa dan. Dewi Parvati ) melawan Asura (Iblis). Dimana pada saat. berperang melawan Asura dewa Muruga diberikan oleh sang ibu sebuah senjata yang disebut Veel (senjata berbentuk lembing bersimbol kan love).dengan menggunakan kereta kencana Dewa Muruga melakukan pertemuran untuk menaklukan Asura tersebut dengan cinta kasih sehingga Asura dapat dikalahkan dan menjadi pengikut atau pengawal dewa muruga. Perayaan Thaipusam melambangkan kemenangan atas diri kita dari dalam maupun luar, dari dalam, sifat-sifat yang tidak baik seperti nafsu, amarah, iri hati, cemburu, dll. Sedangkan dari luar adanya bencana-bencana alam, kekuatan maupun kejahatan-kejahatan yang dapat menghancurkan kita.sebagai wujud nyata dewa. muruga. melintas,. akan. memberikan. penerangan,. kesejahteraan,. kemakmuran, serta kedamaian. Perayaan Maha Puja Thaipusam di Shri Mariamman Koil Binjai tidak terlepas dari adanya penggunaan kereta kencana pembawa Dewa Muruga yang menyimbolkan kebajikan melawan keburukan. Melalui simbol kereta kencana yang turut menyertai 137 tahun Shri Mariamman Koil Binjai menjadi suatu nilai menarik tersendiri dikarenakan hingga saat ini penggunaan kereta kencana dalam perayaan Maha Puja Thaipusam hanya dilakukan dan ada di Shri Mariamman Kuil Binjai. 137 tahun usia perayaan Maha Puja Thaipusam di Shri Mariamman Kuil Binjai menjadi suatu perayaan yang berjalan lama, setidaknya memiliki rentang umur yang sama dengan usia Shri Mariamman Kuil Binjai, yaitu 137 tahun. Usia. Universitas Sumatera Utara.

(52) 1 abad 37 tahun tersebut memuat beragam perjalanan sejarah kehidupan, sosial dan budaya yang telah dialami. Dalam rentang waktu tersebut, kehidupan etnik Tamil memiliki beragam strategi kehidupan, proses multikulturalism ditengahtengah kehidupan masyarakat Kota Binjai yang heterogen. Perjalanan waktu 137 tahun telah menjalin kehidupan antar masyarakat yang kuat. Etnik Jawa, etnik Tionghoa, etnik Melayu, etnik Batak sebagai bagian komposisi masyarakat Kota Binjai telah berpengaruh dengan kehidupan masyarakat Tamil pada khususnya, kehidupan masyarakat dengan corak beragam ini turut pula memberi warna dalam kehidupan masyarakat Kota Binjai yang multikulturalis. 3.3 Tempat Pelaksanaan Upacara Dalam membahas tempat pelakasanaan upacara Thaipusam, penulis akan menyebutkan secara detail seperti yang penulis saksikan pada saat upacara dilaksanakan. Tempat awal upacara Thaipusam dilaksanakan di dalam kuil Shri Mariammandengan posisi duduk wanita sebelah kiri pintu masuk dan laki-laki sebelah kanan pintu masuk. Dan mereka memulai upacara dengan membunyikan Lonceng terlebih dahulu.Bunyi suara lonceng menandakan puja kuil dimulai, dan mereka memulai upacara dengan ibadah yang dilakukan seprti ibadah mingguan dengan menyanyikan Bhajan yang dipimpin oleh pendeta. Setelah itu pendeta membacakan Panjagham dalam buku akan terbitan baru. Dimana isi-isibtersebut menceritakan tentang kejadian-kejadian di tahun yang akan dating, semacam ramalan misalnya fenomena alam atau bencana alam yang akan terjadi, dan biasanya itu 80% terjadi.. Universitas Sumatera Utara.

(53) Pada malam harinya dilanjutkan di Aula Kuil yang berada tepat disamping kuil dengan acara Puja Maheswara sebagai pemberkatan pada makan (pemujaan nasi), Makanan (Prasadham), berbentuk buah-buahan sebagai persembahan bagi para dewa, persembahan yang paling inti berupa nasi atau neiwetiam.. Keterangan Gambar :Puja Maheswara Sumber Gambar : Penulis Selanjutnya Puja khusus dewa muruga dengan menggunakan Tiba Aratenai ( 21 macam lampu ). Api atau Agni, merupakan sarana paling utama dalam pelaksanaan upacara dalam agama Hindu terutama pada saat pemujaan, api berfungsi. bagi. dewa. yang. paling. utama,. saksi. dalam. sumpah. dan. persembahyangan atau sebagai duta mendatangkan para dewa yang memberikan. Universitas Sumatera Utara.

(54) perlindungan dan kesejahteraan bagi etnik Tamil.. Keterangan Gambar : Puja Dewa Murga Sumber Gambar : Penulis Selanjutnya Upacara pemasangan ikat kepala (Talpah) penghormatan kepada ketua kuil dan ketua panitia.Etnik Tamil mengenal pimpinan masyarakat, yaitu orang yang mengurus kegiatan yang berhubungan dengan agama, adat istiadat atau suatu perkumpulan.Pimpinan agama tersebut adalah Pinandita. Pinandita ini mempunyai kewajiban-kewajiban seperti mengajarkan weda dan juga melaksanakan kegiatan upacara persembahan keagamaan baik itu untuk kepentingan sendiri atau untuk kepentingan orang lain. Mengajar agama , memimpin upacara keagamaan yang dilaksanakan dalam semua festival perayaan keagamaan tersebut.. Universitas Sumatera Utara.

(55) Pimpinan masyarakat yang lain adalah Tawelen yaitu pemimpin kuil atau yang biasa disebut manajer kuil. Mereka ini merupakan suatu pemimpin yang dipilih oleh masyarakat banyak untuk menjalankan kepengurusan yang ada di kuil.Orang-orang yang duduk disisni harus memiliki pengetahuan yang luas, dari masalah adat istiadat, sosial, keagamaan dan lain-lain. Untuk mengatasi masalahmasalah yang dihadapi masyarakat di bawah kepemimpinan mereka, seperti mengeluarkan surat perkawinan, penyedian tempat untuk penguburan dan pembakaran kepada etnik Tamil yang telah meninggal dunia.. Keterangan Gambar : Upacara pemasangan ikat kepala (Talpah) Penghormatan Sumber Gambar : Penulis. Universitas Sumatera Utara.

(56) Dilanjutkan dengan ritual pemecahan kelapa 108 buah.Dalam kepercayaan masyarakat Tamil-Hindu, angka tunggal paling besar adalah 9 yang merupakan hasil penjumlahan antara angka 1, 0 dan 8, yang mana angka 1 merupakan simbol Tuhan, angka 0 adalah simbol Tuhan yang belum bermanifestasi dan angka 8 menggambarkan proses penciptaan dengan 8 unsur, yaitu bumi, air, kecepatan, ruang, udara, ego, pikiran dan kebijaksanaan. Pada bentuk lain, angka 108 berarti sebagai 12 tanda kelahiran dalam ajaran Tamil-Hindu dan 9 planet, dimana perkalian diantaranya (12X9) menghasilkan 108. Astronomi Hindu mengenal 27 konstelasi bintang-bintang yang terdiri dari 4 fase, yang mana penjumlahan diantaranya menghasilkan 108.. Keterangan Gambar : Ritual pemecahan kelapa 108 buah Sumber Gambar : Penulis. Universitas Sumatera Utara.

(57) 3.4 Latar Belakang dan Tujuan Pelakasanaan Perayaan Thai Pussam, perayaan tersebut jatuh pada bulan Thai dalam hitungan kalender Tamil yang jatuh pada bulan Januari-Februari yang mana perayaan tersebut ditujukan kepada Dewa Murga yang berhasil menumpas kebajikan atau kejahatan yang dilakukan Asura dimana dewa Murga dengan menaiki kereta Kencana barhasil menumpas Asura (simbol kejahatan) oleh sebab itu perayaan Thai Pussam dengan arca Dewa Murga di atasnya diarak keliling kota menaiki kereta Kencana yang diyakini setiap daerah yang dilewati memperoleh berkat dan anugrah. Di samping itu masi bayak lagi kegiatan yang dilakukan seperti Najar (tusuk lidah) dan lain-lain yang dilakukan etnik Tamil untuk memperingati acara tersebut. Pada zaman sekarang perayaan Thai Pusam khususnya di daerah kota Medan dan sekitarnya sudah jarang melakukan ritual tusuk lidah disebabkan karena perubahan dan perkembangan zaman.. Keterangan Gambar : Kereta kencana Dewa Murugan Sumber Gambar : Penulis (Perayaan Thai Pusam). Universitas Sumatera Utara.

(58) 3.5 Komponen Upacara 3.5.1. Saat Upacara Upacara Thaipusam dilaksanakan setahun sekali pada bulan Thai (bulan. dalam kalender Tamil). Dilakukan dalam dua kali kegiatan, yaitu pada pagi hari ibadah dikuil dan di malam hari sebagai perayaan. 3.5.2 Benda-benda dan Bahan-bahan Upacara Menurut umat Hindu benda-benda yang dipakai pada saat pelaksanaan upacara Thaipusam memiliki makna dan fungsi tertentu dan dipercayai dapat menjadi sarana penyampai pesan dan maksud bagi yang mereka sembah yaitu Sang Hyang Widhi. Benda-benda dan bahan-bahan yang digunakan saat upacara : 1. Api atau Agni, merupakan sarana paling utama dalam pelaksanaan upacara dalam agama Hindu terutama pada saat pemujaan, api berfungsi bagi dewa yang paling utama, saksi dalam sumpah dan persembahyangan atau sebagai duta mendatangkan para dewa yang memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi etnik Tamil. 2. Air atau Tirtha, secara umum air dalam upacara ritual dipergunakan sebagai alat penyucian segala sarana upacara dalam hal ini air yang dipergunakan adalah air kelapa karena dianggap air kelapa sangat mensucikan disebabkan air pada buah kelapa muncul oleh suatu proses alamiah. 3. Biji-bijian, yang selalu dipergunakan dalam upacara adalah, terdiri dari beras, kacang-kacangan dan lain-lain. Dalam upacara biji-bijian ini digunakan untuk pemakaian sebagai lambang penyucian.. Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Modul Bimbel Kami selalu disesuikan dengan Kurikulum yang ada di sekolah, sehingga kegiatan Bimbingan tidak sia-sia karena soal-soal yang kita sediakan hampir sama dengan

[r]

Modul Bimbel Kami selalu disesuikan dengan Kurikulum yang ada di sekolah, sehingga kegiatan Bimbingan tidak sia-sia karena soal-soal yang kita sediakan hampir sama dengan

2) Tim yang dikirim merupakan mahasiswa/siswa aktif, dan benar merupakan mahasiswa/siswa dari ( ). 3) Mentaati semua peraturan, sistem dan jadwal pertandingan yang

Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang sudah direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah; (3) Peraturan perundang-undangan.. yang terkait dengan

Berdasarkan gambar 4.15 setelah aplikasi dapat diinstal di laptop/ smartphone maka proses selanjutnya yaitu Login menggunakan alamat email dari gmail yang terdaftar pada

Penelitian menyimpulkan: Pertama , di bawah pengaruh paradigma kebebasan berkontrak atau otonomi kehendak didapatkan dasar bekerjanya sistem hukum untuk menjustifikasi dasar

Apabila dia telah menemukan takaran yang pas, maka koki tersebut dapat membuat kue dalam porsi yang besar dengan menggunakan perbandingan dari takaran yang