• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Kondisi Keamanan Insani (Human Security) di Kota Denpasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Kondisi Keamanan Insani (Human Security) di Kota Denpasar."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN PENELITIAN

STUDI DESKRIPTIF STATUS KEAMANAN INSANI

(HUMAN SECURITY) DI KOTA DENPASAR

PENELITI

Idin Fasisaka, S.IP, M.A.

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemunculan konsep keamanan insani (human security) merupakan implikasi dari perluasan makna keamanan paska-Perang Dingin. Dalam penakrifannya, konsep keamanan kini lebih dititikberatkan pada keamanan komprehensif dan lebih bersifat multidimensi dengan aktor/objek keamanan itu tidak lagi semata-mata bersandar pada keamanan negara (state-sentris) tapi juga meliputi keamanan manusia (people-centric). Di sisi lain, perubahan tipologi ancaman juga memberi dampak bagi perkembangan konsep human security. Ancaman yang dahulu bersifat tradisional dan kental dengan unsur-unsur militer secara perlahan mengalami perluasan menjadi ancaman non-tradisional yang mencakup isu terorisme, human trafficking, kekurangan pangan, degradasi lingkungan dan lain sebagainya. Beberapa contoh ancaman non-tradisonal tersebut kemudian terbukti memiliki implikasi, baik langsung maupun tak langsung, terh adap kebutuhan dasar dan kelangsungan hidup manusia.

Konsep keamanan insani (human security) lahir sebagai titik tengah antara dilema dan perdebatan terkait keamanan dan pembangunan. Secara umum, keamanan insani dapat diartikan sebagai pemenuhan keamanan bagi individu dan komunitas dalam hal jasmani, mental dan spiritual baik dalam konteks lokal maupun global (HumanSecurityIndex.org, 2011). Adalah United Nations Development Program (UNDP) yang pertama kali memunculkan 7 (tujuh) dimensi/bidang1 yang dianggap sebagai ancaman bagi keamanan individu, yang dalam perkembangan selanjutnya menjadi indikator untuk menilai aman/tidaknya seorang individu terhadap ancaman lokal, nasional maupun global.

1 Tujuh dimensi ancaman bagi keamanan insani menurut versi UNDP adalah: economic security, food security,

(3)

3 Dalam memaknai konsep keamanan insani ini, beberapa negara di dunia seperti Jepang, Kanada, dan Norwegia mulai memasukkan konsep keamanan insani dalam formulasi dan implementasi kebijakan mereka, khususnya dalam kebijakan luar negeri mereka. Indonesia sendiri tengah berupaya untuk menginklusi konsep keamanan insani dalam kebijakan keamanan yakni dengan memasukkan keamanan insani dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Keamanan Nasional (Kamnas), yang sayangnya hingga sekarang belum disahkan karena masih dalam proses tarik-ulur antara pihak legislatif dan eksekutif. Salah satu kritikan utama terkait dimasukkannya keamanan insani dalam RUU Kamnas adalah adanya kekhawatiran bahwa untuk menegakkan keamanan insani ini, pihak militer dapat kembali masuk hingga ke ranah sipil sehingga bukan menyelesaikan masalah namun justru menciptakan masalah baru dalam sistem perpolitikan (Tribun Pontianak, 2011). Masih adanya perdebatan terkait implementasi konsep keamanan insani di Indonesia menunjukkan masih perlunya banyak studi yang harus dilakukan terkait implementasi konsep ini di Indonesia.

Selain dari sisi praktis, dari sisi teoritis juga telah muncul berbagai upaya untuk membuat keamanan insani menjadi lebih aplikatif. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memunculkan instrumen untuk mengukur tingkat keamanan ataupun ketidakamanan insani dari suatu negara ataupun kawasan (region) agar dapat dilakukan tindakan intervensi yang tepat. Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk mengukur keamanan insani antara lain Human Security Report Project dari Simon Fraser University (Kanada) dan Human Security

Index yang dilakukan oleh United Nations Economic and Social Commission for Asia Pacific

(UNESCAP).

(4)

4 Economic Fabric Index yang terdiri dari 7 (tujuh) indikator, Environmental Fabric Index yang

mencakup 4 (empat) indikator dan Social Fabric Index yang terbagi lagi ke dalam enam variabel yakni Education & Information Empowerment, Diversity, Peacefulness, Food Security, Health dan Governance dengan total 22 indikator (www.HumanSecurityIndex.org).

Di sisi lain, Human Security Report menggunakan indikator yang bersifat lebih global dan bernuansa keamanan tradisional dengan menghitung tingkat prevalensi perang, konflik global, penyerangan terhadap warga sipil ataupun inisiatif perdamaian.

Sayangnya, kedua upaya pengukuran ini masih bersifat nasional dan bahkan regional sehingga belum bisa memetakan ancaman-ancaman yang sifatnya sangat spesifik bagi wilayah di suatu negara, sedangkan ancaman seringkali bersifat sangat endemik bagi suatu wilayah. Atas dasar itulah, maka dibutuhkan sebuah studi awal untuk memberikan gambaran mengenai aman/tidaknya suatu wilayah dengan menggunakan indikator yang secara khusus mengukur ancaman yang sifatnya endemik bagi suatu daerah. Sebagai sebuah negara yang memiliki tingkat keberagaman yang tinggi, Indonesia membutuhkan gambaran umum mengenai kondisi keamanan insani di tiap wilayahnya. Pemetaan kondisi keamanan insani yang tepat bagi Indonesia dapat menjadi dasar bagi munculnya kebijakan intervensi yang tepat guna menciptakan rasa aman yang dibutuhkan individu dan masyarakat. Karenanya, perlu digagas sebuah penelitian yang dapat menjadi pilot project bagi pengukuran dan pemetaan kondisi keamanan insani di Indonesia.

(5)

5

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini akan berusaha untuk menjawab pertanyaan berikut: Bagaimanakah kondisi umum keamanan insani (human security) di kota Denpasar?

Secara lebih khusus, rumusan masalah di atas akan dipecah menjadi 3 (tiga) sub-rumusan masalah, yakni sebagai berikut:

a. Berdasarkan tujuh dimensi keamanan insani di atas, bidang apakah yang memiliki tingkat ketidakamanan paling tinggi dan paling rendah di kota Denpasar?

b. Adakah perbedaan dalam kondisi keamanan insani di kota Denpasar, baik antar-wilayah, antar-ras/etnis, antar-agama?

c. Apa sajakah sumber-sumber utama ancaman yang menyebabkan ketidakamanan insani di kota Denpasar?

1.3. Tujuan Penelitian

Dengan melihat rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: a. Memberikan gambaran umum mengenai keamanan insani di kota Denpasar dengan

mengidentifikasi tingkat ancaman tertinggi dan terendah bagi keamanan insani di kota Denpasar.

b. Memetakan kondisi keamanan insani di kota Denpasar berdasarkan wilayah, ras/etnis, agama dan jenis kelamin sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai berbagai faktor yang berpengaruh bagi keamanan insani di kota Denpasar

(6)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keamanan Insani (HumanSecurity)

Sebagai konsep yang masih dalam proses pemapanan, literatur konsep keamanan insani bisa dianggap telah cukup memadai untuk meretaskan agenda riset dan membaca arah perdebatan. Perdebatan yang muncul berkisar dari persoalan redefinisi atau penakrifan ulang konsep keamanan, pendekatan yang menjadi acuan, serta transformasinya ke ranah kebijakan.

Perubahan yang cukup signifikan dalam cara pandang global terkait keamanan berasal dari adanya perubahan dalam memaknai konsep keamanan tradisional yang dahulunya hanya berorientasi pada keamanan negara. Keamanan Insani merupakan perluasan makna keamanan dalam bentuknya yang paling mutakhir (Werthes dan Debiel, 2006: 11). Berada di generasi ketiga yang berpijak pada perspektif masyarakat dunia, keamanan insani menjalin kelindankan pemaknaan keamanan dalam jangkauan sempit (freedom from fear) dengan pemaknaan keamanan dalam cakupan yang lebih luas (freedom from want).

(7)

7 individu dalam penyelesaian persoalan keamanan yang kian pelik (Werthes dan Debiel 2006: 10). Kerr (2007: 98) melihatnya dengan lebih sederhana. Tanpa membaginya berdasar generasi, baginya, keamanan insani adalah upaya rekonsiliasi antara kubu sempit (narrow school) dengan kubu perluasan (broad school).

Titik anjak pemaknaan dari keamanan tradisional ke keamanan yang lebih mutakhir terletak pada penentuan obyek rujukan (referent object). Mazhab pertama, berhaluan Realis yang negara-sentris, masih memfokukan pada keamanan negara dan integritasnya dari ancaman, utamanya militer, dengan sedikit kepedulian pada upaya membangun kapabilitas bagi perlindungan warganya. Sementara kubu kedua—berhaluan konstruktivis atau kritis— beranjak lebih jauh dengan menjadikan individu sebagai obyek rujukan yang harus mendapat fokus perlindungan dari ancaman baik militer maupun nirmiliter. .

Setidaknya ada dua hal utama yang menyebabkan bergesernya paradigma tradisional terkait keamanan. Pertama, meluasnya kesadaran bahwa keamanan secara nasional dan global hanya bisa tercapai jika keamanan secara individual telah terpenuhi. Kedua, keamanan tidak bisa dilihat sebagai sebuah proses yang terpisah dari pembangunan, di mana kedua fenomena ini saling menguatkan dalam mencapai tujuan nasional dan dalam memperjuangkan kepentingan nasional. Meningkatnya kesadaran mengenai pentingnya keamanan individual dan titik temu antara pembangunan-keamanan menyebabkan lahirnya konsep keamanan insani (human security) dalam studi mengenai keamanan. Meski demikian, ada perbedaan pendekatan sebagai acuan penerapan keamanan insani

(8)

8 oleh UNDP pada tahun 1994 dianggap sebagai tonggak sejarah penting dalam memformalkan konsep keamanan insani dengan memunculkan dua pembagian utama terkait ancaman dan keamanan yakni freedom from fear dan freedom from want. Dalam perkembangan selanjutnya, dua konsep besar ini diturunkan menjadi 7 elemen utama dari keamanan insani (UNDP, 1994).

Secara umum, keamanan insani meliputi 7 bidang utama yakni a) Economic Security; b) Food Security; c) Health Security; d) Environmental Security; e) Personal

Security; f) Community Security dan g) Political Security. Ketujuh bidang inilah yang

selanjutnya harus dipromosikan agar dapat menciptakan rasa aman bagi individu. Jika ketujuh aspek keamanan ini telah terpenuhi, barulah seorang individu dapat dikatakan aman, baik dari freedom from fear maupun freedom from want. Sekilas Definisi UNDP atas keamanan mudah

dinisbatkan pada hak asasi manusia dan hukum humaniter—yang lekat dengan pengalaman Barat—melihat cakupannya yang luas, hal yang dituduhkan oleh beberapa ilmuwan. Namun sebenarnya penggagasnya, Mahbub-ul-Haq—konselor kawak UNDP dari Pakistan— meretaskannya dari pengalaman empatik dan empirisnya sebagai warga negara dunia berkembang.

(9)

9 Meski demikian, mereka menyatakan bahwa inti utamanya ialah kebebasan dari "pervasive threats to people’s right, their safety or their lives". Bagi mereka, kemanan insani adalah

keamanan warga negara yang berpedoman pada Piagam PBB, Deklarasi Universal HAM, dan Konvensi Jenewa. Pernyataan ini—yang mencerminkan konteks pengalaman dan kondisi psikologis mereka sebagai warga dunia maju—menjadikan pendekatan Kanada lebih dikenal sebagai kubu freedom from fear (Bajpai, loc.cit., Alkire, 2003: 21).

Pendekatan ketiga, pendekatan Jepang, sangat mirip dengan pendekatan UNDP. Bagi Jepang, keamanan insani mencakup secara komprehensif segala hal yang mengancam keselamatan, kesejahteraan, dan kehormatan individu, misalnya kerusakan lingkungan, pelanggaran HAM, kejahatan internasional terorganisir, persoalan pengungsi, peredaran narkotika, penyebaran penyakit menular, dan sebagainya. Namun, Jepang sebenarnya tak menawarkan upaya konseptualisasi keamanan insani untuk diterjemahkan sebagai pedoman praktis dalam pelaksanaan. Negara yang dipaksa menjadi negara pasifis oleh AS melalui Konstitusi 1947 sejatinya menjadikan keamanan insani sebagai alat pandu kebijakan bagi aktivitasnya di wilayah keamanan non-tradisional dengan penekanan utama pada pemenuhan kebutuhan dan pembangunan insani (Atanassove-Cornelis, 2006: 49)

(10)

10 Srebrenica. Sementara Norwegia, masih bersudut pandang freedom from fear, memfokuskan pada upaya preventif perang, kontrol senjata ringan dan tangan (small and light arms), serta operasi jaga damai. Kanada dan Norwegia bermitra dalam membangun Human Security Network (Lysoen Group) yang pertemuan tahunannya menarik minat pemerintah dan ornop dari 13 negara, termasuk diantaranya Australia, Chili, Yunani, Yordania, Mali, Slovenia, Thailand. Di sisi lain, Jepang, yang memiliki kemiripan dengan bidang garap UNDP, mewujudkan komitmennya melalui program Official Development Assistance (ODA) ke negara berkembang dan mendirikan Commission on Human Security (CHS).

(11)
(12)

12

BAB III

DESAIN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dan deskriptif karena berupaya untuk menggambarkan dan menjelaskan secara mendalam kondisi umum keamanan insani di kota Denpasar serta mengidentifikasi sumber-sumber ancaman utama bagi keamanan individu di kota Denpasar. Metode penelitian akan menggabungkan antara metode kuantitatif dan metode kualitatif (mixing method). Pendekatan kuantitatif akan digunakan untuk meneliti indikator-indikator keamanan yang sifatnya angka semisal indikator-indikator untuk mengukur economic security (tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran dll.).

Pendekatan kualitatif dipilih berdasarkan kondisi dan situasi obyek penelitian dan hasil yang diharapkan pasca-penelitian. Penelitian secara kualitatif memungkinkan peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan menganalisis tingkah laku, tindakan, struktur sosial dan memunculkan fakta-fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan atau diukur secara pasti (Berg, 2004). Berdasarkan cakupan tersebut, maka metode kualitatif akan secara lebih akurat menjawab pertanyaan terkait persepsi mengenai ancaman dan penilaian terkait aman/tidaknya suatu kondisi semisal dalam mengukur aspek personal security.

3.2 Metode Pemilihan Daerah Penelitian

(13)

13 diambil 2 (dua) kelurahan sebagai sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling.

3.3. Metode Pengambilan Sampel

(14)

14

Total

96

3.4. Sumber Data

Data yang akan digunakan terbagi atas data primer dan data sekunder yang akan diperoleh dari berbagai sumber.

1. Data primer yaitu berupa hasil wawancara terstruktur secara mendalam (in-depth interview) dan focus group discussion (FGD) dengan subyek penelitian di wilayah

sampling. Data yang diperlukan meliputi persepsi individu dan kelompok terkait ancaman dan keamanan, serta informasi mengenai sumber-sumber-sumber ancaman di wilayah tempat tinggal subyek. Pemilihan subyek masyarakat akan didasarkan pada teknik sampling dengan perimbangan yang sesuai. Selain itu, data primer juga akan diperoleh melalui wawancara dengan instansi-instansi terkait semisal Dinas Kesatuan Bangsa dan Politik serta Pemerintah Kota Denpasar.

(15)

15

3.5. Metode & Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan dilakukan melalui beberapa teknik yaitu:

1. Wawancara, yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada pihak-pihak yang terkait.

2. Observasi langsung, yaitu dengan melakukan kunjungan langsung ke wilayah penelitian, dan mengamati hal-hal penting yang relevan bagi penelitian ini.

3. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data-data sekunder ke pihak-pihak terkait. Selain itu, jika dibutuhkan, juga akan dilakukan dokumentasi secara audio, visual maupun audio-visual untuk memastikan keabsahan data.

4. Focus Group Discussion (FGD), yaitu dengan melakukan dialog/diskusi kelompok

dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) serta pihak-pihak lain yang berkepentingan dan relevan dengan penelitian ini. Tujuan dari metode dan teknik ini adalah untuk lebih memfokuskan bidang-bidang atau topik-topik apa saja yang harus mendapat perhatian lebih dan tindak lanjut guna kepentingan penelitian.

3.6. Teknik Analisis Data

Analisis data akan dilakukan secara kualitatif di mana analisis akan dilakukan dalam 3 model pengolahan data untuk memastikan tercapainya tujuan penelitian. Ketiga model tersebut adalah:

1. Data Reduction, yaitu melibatkan "pengerucutan" data-data kualitatif semisal hasil

(16)

16 akan diteliti sehingga mempermudah proses penelitian, namun juga tidak menghilangkan esensi penelitian. Data reduction ini akan dilakukan selama masa penelitian untuk manjamin validitas data.

2. Data Display, meliputi proses penyampaian data penelitian dalam bentuk yang lebih

mudah semisal tabel, grafik ataupun pembagian lain yang dapat mempermudah proses pembacaan hasil dan percapaian tujuan penelitian.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi, meliputi kegiatan penarikan kesimpulan logis

dari data yang tersaji dan pada waktu bersamaan melakukan verifikasi ulang terhadap keabsahan penarikan kesimpulan. Verifikasi ini akan dilakukan melalui metode inter-coder reliability check atau pemeriksaan silang oleh peneliti lain untuk memastikan

kesimpulan yang diperoleh adalah sahih dan valid. Selain itu, verifikasi juga akan dilakukan untuk memastikan apakah penelitian yang serupa dapat dilakukan di tempat lain (dengan kondisi yang serupa) dan tetap memperoleh hasil yang sama.

3.7. Waktu Penelitian

NO KEGIATAN PELAKSANAAN

September Oktober Nopember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Koordinasi tim peneliti

(17)

17 4 Penyusunan instrumen riset

5 Pencarian data Sekunder 6 Pencarian data Primer

7 Pembahasan temuan lapangan 8 Penyusunan draf awal laporan

penelitian

9 Pembahasan draf awal laporan penelitian

10 Pencarian data tambahan 11 Revisi dan Finalisasi Hasil Riset

3.8. Perkiraan Beaya Penelitian

No. Keterangan Unit Satuan Harga (Rp) Jumlah (Rp)

1 Bahan dan peralatan penelitian

1. a. Bahan Habis Pakai

1. Honorarium Peneliti 2 orang 1.600.000 3.200.000

2. Biaya kompilasi pengetikan

transkrip dan seleksi dokumen 33 jam 150.000 4.950.000

3. Alat Tulis Kantor 1 paket 100.000 100.000

4. Biaya Komunikasi 1 paket 300.000 300.000

(18)

18

1.b. Sewa Alat 0

1. Sewa alat perekam 12 hari 150.000 1.800.000

2 Perjalanan 0

a. Transportasi lokal 15 hari 50.000 750.000

b. Lumpsum akomodasi dan

konsumsi 10 hari 100.000 1.000.000

3

Penggandaan Laporan

Penelitian 6 buku 50.000 300.000

(19)

19

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

4.1. Gambaran Umum Lokasi

Kota Denpasar merupakan sebuah wilayah administratif setingkat kotamadya di

Propinsi Bali dan merupakan ibu kota di propinsi tersebut. Denpasar terdiri dari 4 kecamatan, yaitu Denpasar Barat, Denpasar Timur, Denpasar Utara, dan Denpasar Selatan, serta 43 desa/kelurahan dengan jumlah populasi kurang lebih sebanyak 788.445 jiwa (Maret, 2012). Denpasar merupakan pusat semua aktivitas warga yang ada di Bali. Sebagai ibukota provinsi Bali, Denpasar merupakan tempat yang strategis dan sangat cocok untuk bisnis serta investasi. Denpasar menjadi pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat pendidikan, pusat industri dan pusat pariwisata. Denpasar terkenal sebagai kota budaya dan kota pariwisata karena banyak memiliki banyak situs budaya dan pariwisata dan merupakan salah satu tujuan pariwisata utama di Indonesia sehingga Denpasar memiliki beberapa karakteristik utama yang cukup distinktif jika dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia.

(20)

Secara demografi asli dan mayoritas selain be Denpasar juga merupakan Indonesia sehingga banyak Indonesia yang kemudian menjadi salah satu kota den banyak didominasi oleh p

Gambar 1. Peta Kota Denpasar

rafis, Denpasar didominasi oleh suku Bali yang beberapa etnis lain seperti Jawa, Madura, Cina an salah satu kota tujuan utama untuk bisnis ak penduduk luar kota Denpasar, baik dari In an menetap di daerah Denpasar. Hal ini me dengan tingkat keberagaman etnis yang cukup t pebisnis dan pedagang. Selain dari isi etn

(21)

21 merupakan kota dengan keberagaman agama yang cukup tinggi. Meskipun mayoritas penduduk Denpasar merupakan penganut agama Hindu Bali, banyak juga penganut agama lain di wilayah ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tempat-tempat ibadah di kota Denpasar baik untuk penganut agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu maupun Buddha. Hal ini menunjukkan cukup tingginya tingkat keberagaman di wilayah ini, baik dari sisi etnis maupun agama.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Denpasar (www. denpasarkota.bps.go.id), pencerminan penduduk Kota Denpasar pada tahun 2010 berjumlah 788.589 jiwa yang terdiri dari penduduk laki laki 403.293 jiwa (51,14 persen) dan penduduk perempuan 385.296 jiwa (48,86 persen). Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Denpasar Selatan dengan penduduk sebesar 244.851 jiwa atau sebesar 31,05 persen dari seluruh penduduk Denpasar yang diikuti oleh Kecamatan Denpasar Barat 229.432 jiwa (29,09 persen), Kecamatan Denpasar Utara 175.899 jiwa (22,31 persen), dan Kecamatan Denpasar Timur 138.404 jiwa (17,55 persen). Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per km2, yang merupakan perbandingan jumlah penduduk dan luas wilayah. Kepadatan penduduk di Kota Denpasar pada tahun 2010 telah mencapai 6.171 jiwa per-km2. Angka ini merupakan angka tertinggi di propinsi Bali.

Dari 4 kecamatan, yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Denpasar Barat (9.536 jiwa per km2) kemudian Kecamatan Denpasar Timur (6.204 jiwa per km2 ), Kecamatan Denpasar Utara (5.598 jiwa per km2), dan Kecamatan Denpasar Selatan (4.898 jiwa per km2). Lihat tabel 3.1.4.

(22)

22 Development Index) yang merupakan indeks yang mengukur angka harapan hidup, tingkat

melek huruf dan daya beli masyarakat, Kota Denpasar terus mengalami peningkatan dalam ketiga dimensi di atas sejak tahun 2008 (BPS Kota Denpasar, 2012). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dalam 3 dimensi dasar pembangunan yakni bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi.

4.2. Keamanan Insani Kota Denpasar

Berdasarkan definisi dan pembagian 7 (tujuh) dimensi keamanan insani dari United Nations Development Programme (UNDP), maka kondisi keamanan insani di kota Denpasar

dapat ditelaah berdasarkan dimensi-dimensi di atas.

4.2.1 Economic Security

(23)

23 Selain dari sisi upah, keamanan ekonomi yang juga diperhatikan adalah terkait sustainabilitas pekerjaan dan resiko kehilangan pekerjaan. Untuk aspek ini, lebih dari setengah responden menyatakan kekuatiran yang sangat besar terkait hilangnya pekerjaan mereka. Beberapa alasan utama kekuatiran ini adalah karena sistem kontrak yang diterapkan perusahaan serta lemahnya posisi tawar mereka jika dibandingkan dengan pemberi kerja. Salah seorang responden adalah seorang sarjana (S1) Teknik Sipil yang memiliki upah antara Rp.1.000.000,00 s.d Rp.2.000.000,00 namun merasa tidak aman karena hanya dipekerjakan secara sistem kontrak. Responden lain juga memberikan pernyataan serupa terkait sustainabilitas pekerjaannya yang tergolong sangat beresiko. Selain ancaman terhadap sustainabilitas pekerjaan karena sistem kontrak, banyak responden yang juga merasa penghasilannya terancam dengan banyaknya toko-toko serba ada seperti Indomaret atau Alfamart yang menyebabkan warung-warung tradisional dan pasar tidak lagi menjadi tujuan utama konsumen.

"Karena kalo di tempat kerja saya, saya sebagai arsitek jalan dan jembatan sistem kontrak. Satu kontrak, 1 proyek." (Laki-laki, arsitek, 33 tahun, Kec. Denpasar Barat) "Ya namanya juga sopir angkot. Satu kali salah saja langsung dipecat." (Laki-laki, sopir angkutan umum, 41 tahun, Kec. Denpasar Utara)

"Sekarang banyak supermarket kayak Indomaret jadinya saingan banyak dan resiko kehilangan pekerjaan tinggi." (Laki-laki, pedagang, 45 tahun, Kec. Denpasar Selatan)

(24)

24 pekerjaan. Meskipun beberapa program Jaring Pengaman Sosial (JPS) telah dijalankan oleh pemerintah, sekitar 40% dari total responden mengaku tidak pernah menggunakannya. Untuk yang benar-benar berhak menggunakannya, sekitar 30% yang pernah dan bisa menggunakannya. Beberapa responden mengaku mengetahui adanya program JPS yang dijalankan pemerintah namun tidak pernah menggunakannya, baik karena tidak tahu mekanismenya ataupun tidak bisa/boleh menggunakannya.

"Saya 2 lebih tahun jadi Ketua Kampung, jadi tahu kalo soal sumbangan sosial. Beberapa warga miskin yang terdaftar sudah menerimanya." (Laki-laki, swasta, 45 tahun, Kec. Denpasar Barat)

Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme pengamanan dari pemerintah untuk aspek ekonomi belum berjalan secara optimal sehingga tingkat ketidakamanan dari sisi ekonomi cukup tinggi.

Secara umum, tingkat ketidakamanan ekonomi (economic insecurity) di wilayah Denpasar cukup tinggi. Jika hanya dilihat dari sisi upah dan daya beli, tingkat keamanan ekonomi sudah baik namun tingkat keamanan terkait sustainabilitas pekerjaan dan upaya pengamanan terhadap resiko hilangnya mata pencarian rendah (tidak aman).

4.2.2. Food Security

(25)

25 Jika dari sisi aksesabilitas tidak terlalu banyak mengalami masalah, maka sebagian besar responden mengaku tidak mendapat makanan yang berkualitas cukup baik. Dalam studi ini ditemukan bahwa sebagian besar responden hanya makan untuk sekedar "makan" tanpa memperhatikan kandungan gizi yang terdapat di dalamnya. Beberapa responden mengaku tidak sulit mengakses bahan makanan namun makanan yang dikonsumsinya bersifat ala kadar dan belum memenuhi kaidah minimum seperti 4 sehat 5 sempurna.

"Sering ngebon makan ke warung. Kalo makan biasanya tempe, tahu dan ikan. Kadang-kadang ayam." (Laki-laki, 30 tahun, sales, Kec. Denpasar Barat)

Kurangnya tingkat konsumsi makanan yang sehat dan berkualitas disebabkan karena kurangnya pemahaman tentang standar gizi minimum. Sebagian besar responden mengaku tidak mengetahui dan/atau tidak peduli terhadap standar makanan sehat yang menunjukkan rendahnya tingkat pemahaman dan kepedulian terkait makanan berkualitas.

Dari segi keamanan pangan (food security), masyarakat kota Denpasar tidak memiliki kesulitan dalam hal ketersediaan dan aksesibilitas terhadap bahan pangan, namun memiliki tingkat ketidakamanan yang tinggi dalam hal mengkonsumsi makanan yang sehat dan berkualitas dikarenakan pemahaman yang masih kurang.

4.2.3. Environmental Security

(26)

26 keamanan lingkungan di kota Denpasar adalah sampah (80% responden), polusi udara (50% responden) dan polusi air (15% responden).

Gambar 2. Sampah selokan di Kecamatan Denpasar Barat

(27)

27 dilakukan menjelang hari besar nasional, atau hari besar keagamaan. Selain kerja bakti, warga juga secara swadaya melakukan pengangkutan sampah ataupun secara sukarela membayar iuran untuk menggaji orang yang bertugas mengangkut sampah.

"Warga biasanya kerja bakti sendiri buat bersihin sampah. Sama gak buang sampah lagi di sungai. Tapi tetap saja ada yang buang sampah di sungai dari kampung lain." (Perempuan, 39 tahun, Kec. Denpasar Barat)

Selain upaya swadaya dari masyarakat, upaya pencegahan dan perbaikan lingkungan juga dilakukan oleh pihak swasta (perusahaan), meskipun tidak banyak. Salah satu perusahaan yang melakukan ini berada di keempat kecamatan di Kota Denpasar yang beberapa kali mengadakan kegiatan tanam pohon dan perbaikan lingkungan sebagai bagian dari aktivitas Corporate Social Responsibility-nya.

Dimensi lingkungan merupakan salah satu dimensi keamanan insani dengan tingkat ancaman tertinggi di Kota Denpasar. Sampah, polusi udara dan polusi air merupakan ancaman utama lingkungan hidup yang memiliki implikasi membahayakan bagi warga kota Denpasar. Kendati telah ada upaya pencegahan dan perbaikan lingkungan yang dilakukan oleh warga dan pihak swasta, dimensi lingkungan hidup masih tetap merupakan salah satu dimensi keamanan insani dengan tingkat ketidakamanan paling tinggi.

4.2.4. Health Security

(28)

28 mengenai pentingnya dan implementasi hidup sehat. Banyak responden yang sudah pernah mengikuti sosialisasi gaya hidup sehat yang dilakukan oleh desa/banjar yang terseebar di seluruh wilayah Kota Denpasar ataupun oleh kelompok mahasiswa yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kegiatan-kegiatan ini telah cukup membantu dalam mengajarkan budaya hidup sehat bagi masyarakat.

Terkait kesehatan lingkungan tempat tinggal, masih banyak wilayah di Denpasar yang memiliki sistem drainase, sanitasi dan sirkulasi udara yang buruk sehingga menimbulkan ancaman kesehatan. Responden mengeluhkan mampetnya saluran air sehingga menyebabkan banjir yang sering terjadi di kawasan tempat tinggal mereka. Sebagai contoh, wilayah kecamatan Denpasar Barat memiliki siklus banjir tahunan yang disebabkan karena timbunan sampah yang terus menggunung di wilayah tersebut.

Selain dua elemen keamanan lingkungan di atas, akses terhadap pelayanan kesehatan juga menjadi perhatian utama. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan, masyarakat tidak mengalami terlalu banyak kesulitan mengakses pelayanan kesehatan. Meskipun beberapa wilayah tidak memiliki Rumah Sakit (RS), fasilitas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) telah tersedia sehingga warga dapat mengaksesnya dengan mudah. Selain itu, beberapa responden juga memperoleh kemudahan akses pelayanan melalui mantri/suster/bidan yang berdomisili di wilayah mereka. Beberapa responden mengaku tidak perlu ke RS atau Puskesmas jika sakit dan hanya perlu ke rumah mantri/suster/bidan untuk mendapat pelayanan kesehatan.

(29)

29 Dari sisi finansial, beberapa responden yang secara ekonomi kurang tercukupi mengaku bisa menggunakan kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) meskipun secara administrasi dan biaya kadang masih kurang lancer.

"Pernah ngobatin anak ke rumah sakit. Kalau gak tau prosedurnya jadi bingung." (Perempuan, 30 tahun, IRT, Kel Denpasar Barat)

Secara umum, kondisi keamanan kesehatan (health security) di Kota Denpasar cukup aman, kecuali untuk elemen kesehatan lingkungan tempat tinggal. Budaya hidup sehat dan akses terhadap pelayanan kesehatan telah banyak dibantu oleh pemerintah dan mahasiswa, namun kesehatan lingkungan tempat tinggal cukup mengkahwatirkan sehingga bisa menjadi sumber ancaman utama bagi keamanan kesehatan.

4.2.5. Personal Security

Dari aspek keamanan personal, sebagian besar wilayah di kota Denpasar memiliki ancaman yang rendah tentang keamanan individu dalam hal pencurian khususnya pencurian kendaraan bermotor serta premanisme dan pemalakan. Banyak wilayah di Denpasar yang sudah memiliki mekanisme pengamanan personal yang cukup baik dikarenakan belum efektifnya kineja aparat penegak hukum dan keamanan adat yang diaktifkan untuk pengamanan swakarsa di wilayahnya.

"Ya saya tinggalnya dekat daerah TNI jadi lingkungannya bagus dan terjaga." (Perempuan, 25 tahun, Kel. Denpasar Barat)

(30)

30 keamanan, selain oleh aparat penegak hukum, baik dalam bentuk patroli ataupun penempatan pos-pos polisi di wilayah-wilayah yang dianggap rawan kejahatan. Untuk mengantisipasi hal ini, banyak wilayah di Denpasar yang selanjutnya melakukan upaya swadaya untuk pemeliharaan keamanan di wilayahnya, baik dalam bentuk keamanan swakarsa di masing-masing wilayah. Beberapa wilayah memiliki keamanan adat yang cukup efektif dalam mencegah kejahatan sehingga berhasil mengurangi prevalensi kejahatan di wilayahnya.

"Banjar sini pernah jadi contoh keamanan adat yang bagus tingkat Kota Denpasar jadi lumayan bagus usaha warganya sendiri." (Laki-laki, 37 tahun, pedagang, Kec. Denpasar Utara)

Permasalahan lain adalah terkait kurangnya alat-alat bantu penjaga keamanan, baik berupa rambu-rambu lalu lintas. Sebagian besar wilayah di Denpasar masih kekurangan rambu-rambu lalu lintas sehingga kecelakaan masih sering terjadi di banyak wilayah. Untuk mengantisipasi hal ini, warga banyak melakukan upaya sendiri untuk mengamankan wilayahnya seperti pemasangan sendiri rambu-rambu lalu lintas ataupun memberdayakan keamanan adat, satpam setempat atau tukang parkir untuk membantu mengatur lalu lintas dan mengurangi kecelakaan di wilayahnya.

"Di depan itu tikungan tidak ada rambunya. Pernah ada warga yang terserempet motor yang melaju kencang." (Laki-laki, 44 tahun, swasta, Kec. Denpasar Selatan)

(31)

31

4.2.6. Community Security

Keamanan komunitas (community security) difokuskan pada prevalensi konflik sosial dan ancaman yang ditimbulkannya bagi masyarakat serta ketahanan budaya lokal. Dalam hal ini, konflik sosial terbuka tidak terjadi di masyarakat, namun terdapat beberapa tindakan diskriminasi ataupun stereotyping yang dapat memicu terjadinya konflik sosial. Sebagai wilayah yang memiliki heterogenitas yang tinggi dalam hal ras/suku/etnis dan agama, Denpasar memiliki potensi untuk memunculkan diskriminasi antar warga yang cukup tinggi. Diskriminasi etnis yang terjadi adalah pemisahan/penutupuan diri, baik secara fisik maupun psikologis antara etnis-etnis di Denpasar seperti suku Bali, Jawa, Madura, Cina dan Arab. Beberapa wilayah di Denpasar dibagi berdasarkan etnis sehingga menyebabkan dikotomi antar ras menjadi semakin terlihat. Stereotyping juga kerap muncul di beberapa wilayah dikarenakan stereotyping buruk terhadap etnis tersebut. Diskriminasi dan stereotyping ini terjadi baik di

lingkup pergaulan, perkerjaan maupun pendidikan sehingga secara langsung telah menyentuh banyak elemen dasar kehidupan di Denpasar.

"Setelah Bom Bali dulu, kadang-kadang orang suka sinis. Nyari kontrakan juga susah. Langsung ditolak dan dibilang penuh begitu lihat saya dari (daerah) A." (Laki-laki, 41 tahun, swasta, Etnis J)

"Saya pernah dibilangin bahwa saya sudah dikasih kesempatan kerja di sini, maka jangan macam-macam. Tapi ya gak masalah kok." (Laki-laki, 47 tahun, pedagang, etnis J)

(32)

32 Selain adanya bibit diskriminasi etnis, beberapa wilayah juga memiliki potensi friksi antar agama. Salah seorang responden menceritakan mengenai penolakan warga setempat terhadap pembangunan rumah ibadah tertentu dan penyelenggaraan kegiatan keagamaan dikarenakan tidak ingin mengganggu keharmonisan warga setempat. Beberapa potensi friksi ini juga terjadi di tingkat remaja maupun di tingkat warga dewasa.

"Warga menyelenggarakan kegiatan agama di rumah-rumah secara bergantian saja. Biar gak ada masalah." (Perempuan, 44 tahun, beragama X, Kec. Denpasar Barat)

"Apalagi kalo pas perayaan ibadah bersamaan, kadang ya kami mengalah saja biar gak terjadi apa-apa." (Laki-laki, 39 tahun, Kec. Denpasar Barat)

Terkait ketahanan budaya lokal dan upaya pemeliharaannya, hal yang tidak aneh dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat di Bali, bahwa semua responden mengakui bahwa budaya lokal sangat mendapatkan perlindungan selayaknya sehingga jauh dari ancaman kepunahan. Upaya pelestarian budaya lokal selama ini dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan dibantu oleh beberapa organisasi massa kepemudaan yang cukup dominan di wilayah Denpasar seperti Laskar Bali, Baladika, dan Pemuda Bali Bersatu (PBB). Selain swakarsa masyarakat yang tinggi, peran pemerintah dalam upaya pelestarian ini juga memperlihatkan keseriusan yang tinggi dalam melestarikan budaya dan adat lokal.

(33)

33

4.2.7. Political Security

Dimensi terakhir dari keamanan insani adalah terkait keamanan politik yakni mengenai partisipasi politik, hak-hak politik warga dan praktek demokrasi di wilayah Denpasar. Berdasarkan dimensi ini, sebagian besar merasa bahwa partisipasi politik warga sekitar sudah cukup tinggi, baik itu dalam partisipasi untuk Pemilihan Umum (Pemilu), khususnya dalam Pemilihan Kepala Desa Adat dan Kepala Daerah (Pilkada).

"Kalo ada Pemilu, warga biasanya antusias, apalagi pemilihan kepala desa." (Laki-Laki, Kel, Denpasar Selatan)

Sisi lain dari keamanan politik yang membuat optimis adalah sikap masyarakat yang cukup baik dalam kepedulian mereka dengan kondisi perpolitikan di Denpasar. Secara keamanan, hak-hak politik mereka sebagai warga negara telah dipenuhi karena mereka merasa bebas memilih dan dipilih, dan inilah yang mereka gunakan dalam proses-proses politik. Ketika ditanyakan terkait proses demokrasi dan demokratisasi di kota Denpasar, sebagian besar responden merasa cukup optimis dengan demokrasi di kota Denpasar. Mayoritas responden merasa bahwa politik ini adalah milik warga Bali sehingga perlu mendapatkan dukungan dan partisipasi untuk kebaikan warga Bali secara umu. Hal ini didorong oleh tingginya rasa memiliki Pulau Bali bagi warga Bali secara umum dan kewajiban untuk menjaganya berdasarkan nilai-nilai adat yang mereka tanamkan sejak dini pada generasi muda, khususnya nilai dalam Tri Hita Karana.

(34)

34 Secara singkat, keamanan politik di kota Denpasar bisa dikatakan sangatlah baik, yang tercermin dalam hal partisipasi politik (hak memilih dan dipilih sudah terpenuhi), hanya saja masih terdapat ancaman yang cukup besar terkait transparansi dan akuntabilitas politik di wilayah Denpasar.

Berdasarkan pemaparan di atas, kondisi keamanan insani di kota Denpasar secara umum dapat dipetakan sebagai berikut:

Tabel 1. Kondisi Umum Keamanan Insani di Denpasar

Dimensi Keamanan Tingkat Ancaman Jenis-Jenis Ancaman Utama

Economic Security Sedang - Sustainabilitas pekerjaan yang tidak

terjamin.

- Tidak adanya jaminan atau upaya pengamanan terhadap resiko kehilangan pekerjaan.

Food Security Sedang - Kurangnya akses terhadap makanan

berkualitas dan bergizi.

- Kurangnya pemahaman terkait makanan bergizi.

Health Security Sedang - Akses terhadap pelayanan kesehatan

yang kurang memadai.

- Lingkungan tempat tinggal yang rawan dari sisi lingkungan (banjir, sirkulasi udara buruk).

Environmental Security Tinggi - Banyaknya sampah.

- Polusi udara sebagai konsekuensi dari meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan kegiatan pabrik (khususnya wilayah pinggir kota).

- Polusi air, khususnya sampah yang tergenang di sungai

Personal Security Rendah - Fasilitas publik yang membahayakan

keselamatan warga

(35)

35 etnis/suku/ras

- Adanya potensi konflik antar agama/kepercayaan

- Tingginya upaya pelestarian budaya lokal

Political Security Rendah - Transparansi & Akuntabilitas Politik

4.3 Disparitas Kondisi Keamanan Insani Di Kota Denpasar Berdasar Wilayah,

Antaretnis, dan Antaragama.

Sub-bab ini akan membahas mengenai temuan atas pertanyaan penelitian yang kedua yang menyoal perbedaan kondisi keamanan insani di Kota Denpasar, baik antar-wilayah, antaretnis, maupun antaragama. Dalam pemaparan temuan tersebut, pembahasan akan dibagi ke dalam tiga sub-bab utama yaitu: identifikasi kondisi keamanan insani di Kota Denpasar yang dibedakan atas temuan utama antar wilayah, antaretnis dan antaragama. Identifikasi kondisi keamanan insani di masing-masing sub-bab tersebut bertujuan untuk mengetahui disparitas kondisi keamanan insani di Kota Denpasar.

4.3.1. Kondisi Keamanan Insani Antar-Wilayah di Kota Denpasar

(36)

36 security, community security serta political security. Untuk lebih jelasnya, pemaparan hasil

temuan akan dibagi per-wilayah/kecamatan untuk melihat disparitas ketidakamanan insani antar wilayah di kota Denpasar.

4.3.1.1 Kecamatan Denpasar Barat

Secara umum, temuan terhadap responden di 11 desa/kelurahan di kecamatan Denpasar Barat dapat disimpulkan bahwa derajat ketidakamanan tertinggi di Kecamatan Denpasar Barat terdapat pada dimensi environmental security dan personal security. Kecamatan Denpasar Barat sendiri terdiri dari Desa Dauh Puri Kangin, Desa Dauh Puri Kauh, Desa Dauh Puri Klod, Desa Padangsambian Kaja, Desa Padangsambian Klod, Desa Pemecutan Klod, Desa Tegal Harum, Desa Tegal Kerta, Kelurahan Dauh Puri, Kelurahan Padang Sambian, dan Kelurahan Pemecutan.

Sementara untuk dimensi health security dan community security derajat ketidakamanannya berada pada kisaran sedang, serta dimensi economic security, food security dan political security berada pada kisaran rendah. Pemaparan selanjutnya bertujuan untuk mengidentifikasi beberapa karakteristik pada masing-masing temuan utama di Kecamatan Denpasar Barat yang akan dibagi ke dalam 7 dimensi keamanan insani.

Kondisi Environmental Security di Kecamatan Denpasar Barat

(37)

37 lingkungan/swadaya masyarakat. Beberapa kutipan berikut menggambarkan ilustrasi karakteristik environment security di Kecamatan Denpasar Barat.

"Pembuangan sampah diurus sendiri, dengan iuran bulanan dibayarkan ke pengangkut sampah." (Laki-laki, 55 tahun, swasta, Kec. Denpasar Barat)

"Karena (hari) minggu libur, jadi sampahnya numpuk dan berbau sampai diambil hari Senin." (Perempuan, 60 tahun, IRT, Kec. Denpasar Barat)

"Kan (rumahnya) di pinggir jalan raya, jadi terganggu juga sama asap kendaraan." (Laki-laki, 45, PNS guru, Kec. Denpasar Barat)

Dari kutipan wawancara di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa permasalahan utama yang dihadapi masyarakat di Kecamatan Denpasar Barat adalah soal pembuangan dan pengelolaan sampah rumahan dan sampah bekas persembahyangan. Untuk mengantisipasinya mereka membayar iuran bulanan kepada jasa pengangkut sampah walaupun konsekuensinya terjadi penumpukan sampah di akhir pekan karena jasa pengangkut sampah hanya beroperasi di hari kerja.

Dalam penanganan masalah sampah, pemerintah Kota Denpasar memanfaatkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, seluas 40 Ha. Dari data tahun 2002, jumlah timbulan sampah Kota Denpasar adalah sebanyak 127.750 m³, sebagian besar adalah sampah domestik yang mencapai 71.14 %. Namun volume sampah yang telah tertangani baru sebanyak 1.904 m³, sehingga banyaknya sampah yang belum terlayani adalah 125.846 m³ atau 98.5% (www.ciptakarya.pu.go.id)

Kondisi Personal Security di Kecamatan Denpasar Barat

(38)

38 yang meliputi: (i) keselamatan berkendara; dan (ii) keselamatan pejalan kaki. Kutipan berikut menggambarkan kondisi personal insecurity di Kecamatan Denpasar Barat.

"Kalau pencurian sih Denpasar relative aman." (Laki-laki, 37 tahun, swasta pemilik toko, Kec. Denpasar Barat)

"Gak ada preman kalo di sini (di Denpasar)." (Perempuan, 40 tahun, pedagang, Kec. Denpasar Barat)

"Agak takut sih kalo mau nyebrang, soalnya kendaraannya rame dan kencang-kencang." (Perempuan, 33, penjaga toko, Kec. Denpasar Barat)

Senada dengan masalah polusi udara pada dimensi environmental security di atas akibat meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di mana hal ini berbanding lurus dengan keluhan masyarakat Denpasar Barat terhadap keselamatan berkendara maupun keselamatan pejalan kaki. Lagi-lagi masyarakat di Kecamatan Denpasar Barat lebih memilih untuk mengupayakan sendiri pembangunan polisi tidur dan rambu-rambu keselamatan berkendara ketimbang menyerahkannya kepada Pemerintah untuk mengurangi jumlah kecelakaan bermotor di sekitar wilayah mereka.

Kondisi Health Security di Kecamatan Denpasar Barat

(39)

39 "Nggak terlalu ngerti sih (standar kesehatan minimal), yang penting masih bisa makan bersih, dan mandi air bersih." (Laki-laki, 29, sales kartu GSM, Kec. Denpasar Barat) "Kalau sampah numpuk, selokan mampet ya setiap musim hujan harus siap-siap sama banjir." (Perempuan, 35, pekerja toko, Kecamatan Denpasar Barat)

Identifikasi permasalahan pada dimensi environmental security sangat erat kaitannya dengan health security dimana ketidakpahaman warga akan standar kesehatan minimal dan buruknya sistem pengelolaan sampah kemudian berimplikasi pada kurangnya kepedulian akan pemeliharaan sistem drainase sehingga bisa dipastikan setiap musim hujan wilayah Denpasar Barat sangat rentan terkena banjir. Meskipun demikian, pemerintah juga mengupayakan seperti pembangunan box culvert normalisasi alur Pangkung Muding di Jalan Gunung Soputan, Desa Padangsambian Klod.

Kondisi Community Security di Kecamatan Denpasar Barat

Temuan menarik berhasil diidentifikasi pada dimensi community security di Kecamatan Denpasar Barat. Perkiraan awal peneliti, dengan heterogenitas masyarakat Kecamatan Denpasar Barat yang cukup tinggi maka community insecurity pada wilayah ini diperkirakan akan berada pada kisaran tinggi. Namun ternyata, community insecurity di Denpasar Barat berada pada kisaran rendah. Karakteristik utama temuan adalah: terdapat penurunan diskriminasi etnis tertentu pasca Bom Bali.

(40)

40 "Pengurusan KTP Bali yang yang masih sulit meski sudah agak lama di sini." (Laki-laki, 43 swasta, Kec. Denpasar Barat)

Walaupun dikriminasi terhadap etnis tertentu mengalami penurunan sejak beberapa tahun belakangan, namun prasangka-prasangka terhadap etnis tertentu masih sangat lazim terjadi. Di beberapa kasus, responden yang merupakan pendatang dan etnis tertentu mengaku kesulitan untuk diterima oleh warga pribumi.

Kondisi Economic Security di Kecamatan Denpasar Barat

Dimensi ekonomi merupakan 1 dari 3 dimensi yang tingkat ketidakamanannya relatif rendah di Kecamatan Denpasar Barat. Hanya sebagian kecil responden yang penghasilannya di bawah UMR Kota Denpasar. Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali tertanggal 12 Nopember 2012, Upah Minimum Kota Denpasar untuk tahun 2013 adalah Rp 1.358.000,00. Berikut kutipan wawancaranya :

"Kalau dagang itu nggak nentu (penghasilannya) tapi dicukup-cukupin ya cukup buat sebulan." (Perempuan, 39, penjual makanan, Kec. Denpasar Barat)

"Saya sih, kalau ada pameran bursa kerja biasanya ikut ngeliat. Kayak yang di GOR Lila Bhuana itu." (Perempuan, 24 tahun, lulusan S1, Kec. Denpasar Barat)

Kondisi Food Security di Kecamatan Denpasar Barat

Kondisi food security di beberapa wilayah umumnya berkaitan erat dengan kondisi economic security nya. Namun untuk wilayah Denpasar Barat tidak ada keluhan yang berarti

(41)

41

Kondisi Political Security di Kecamatan Denpasar Barat

Tingginya partisipasi politik warga Kecamatan Denpasar Barat baik di level nasional seperti Pemilu maupun lokal seperti pemilu calon legislatif menempatkan Denpasar Barat sebagai wilayah yang relatif aman dari political insecurity. Walaupun rata-rata reponden mengaku bahwa pihak yang paling berperan aktif dalam melindungi HAM dan kebebasan warga negara adalah masyarakat itu sendiri namun mereka tetap merasa optimis dengan masa depan demokratisasi di Kota Denpasar.

"Pemilu presiden, pemilukada, pemilihan caleg saya selalu ikut, kalau tidak dipakai nanti hak saya disalahgunakan." (Laki-laki, 32 tahun, pemilik rumah makan, Kec. Denpasar Barat).

4.3.1.2. Kecamatan Denpasar Timur

(42)

42

Kondisi Environmental Security di Kecamatan Denpasar Timur

Temuan akan environmental insecurity hampir merata di seluruh Kecamatan di Kota Denpasar. Di kecamatan Denpasar Timur sendiri mayoritas responden mengeluhkan beberapa masalah terkait kerusakan lingkungan yaitu (i) masalah pengelolaan sampah; (ii) polusi udara; (iii) polusi air; (iv) masalah kerusakan lingkungan ditanggulangi sendiri secara swadaya oleh masyarakat; dan (v) rata-rata responden mengaku pernah mendapat pelatihan penanganan bencana alam baik dari pemerintah maupun swasta.

"Warga di sini gotong-royong bikin tempat penampungan sampah, kalau nunggu Pemerintah keburu menumpuk." (Laki-laki, 44 tahun, wiraswasta, Kec. Denpasar Timur).

"Ada pelatihan SARS dari Pemerintah kami dikumpulkan di balai banjar." (Laki-laki, 59 tahun, guru, Kec. Denpasar Timur)

"Airnya berwarna coklat karena pake air sumur, kalau pakai (air) PAM kadang alirannya kecil." (Laki-laki, 28, wiraswasta, Kec. Denpasar Timur).

"Tetangga saya punya kolam ikan yang tidak sehat dan airnya berwarna hijau, baunya sampai ke rumah." (Laki-laki, 41, guru, Kec. Denpasar Timur).

"Dulu nggak ada polusi udara, tapi semenjak kendaraan makin rame jadi banyak asap." (Perempuan, 51, karyawan BUMN, Kec. Denpasar Timur)

Permasalahan lingkungan yang umumnya dihadapi oleh warga Denpasar Timur selain pengelolaan sampah adalah polusi air dan polusi udara. Untuk masalah pengelolaan sampah rata-rata responden memilih untuk mengaktifkan kerja bakti di lingkungan sekitar. Namun untuk polusi air dan udara, rata-rata responden tidak mampu berbuat apa-apa dan berharap Pemerintah yang mengatasinya.

(43)

43 Hal utama yang menjadi temuan utama dalam pemetaan kondisi personal security di Kecamatan Denpasar Timur adalah tentang keselamatan berkendara. Berikut kutipan wawancaranya.

"Ya kalau saya kan tinggalnya di perumahan, jadi aman-aman aja." (Perempuan, 28 tahun, staf perusahaan, Kec. Denpasar Timur)

"Daerah sini soal preman gak ada, apalagi di sekitar banjar adat. Kalau kendaraan sih memang rame sekali." (Laki-laki, 49, pedagang, Kec. Denpasar Timur)

Hal yang perlu dicermati dari kondisi personal security di kecamatan Denpasar Timur adalah di satu sisi warga sepakat bahwa selain lingkungan tempat tinggalnya relatif aman karena ada keamanan warga. Selain itu, tindakan premanisme juga sangat rendah terjadi, khususnya bagi responden yang pemukimannya di daerah desa adat.

Kondisi Community Security di Kecamatan Denpasar Timur

Hasil wawancara responden pada dimensi community security di kecamatan Denpasar Timur juga menunjukkan kecenderungan community insecurity yang berada pada kisaran cukup tinggi. Masalah utamanya terletak pada (i) prasangka antar etnis dan yang berlaku timbal balik, dan (ii) masih adanya sentimen terhadap pendatang. Berikut pendapat beberapa responden yang mencerminkan adanya prasangka antar etnis serta antar penduduk pribumi dan pendatang di Kecamatan Denpasar Timur.

"Mereka (pendatang) sendiri yang kadang menutup diri. Bergaulnya Cuma sama sesame pendatang aja. (Perempuan, 29 tahun, wiraswasta, Kec. Denpasar Timur)

(44)

44 Selain populasi yang sangat heterogen karena terdiri atas beberapa etnis, prasangka-prasangka lama antar etnis juga turut memperkeruh jurang pemisah antar etnis yang pada akhirnya berimplikasi pada community insecurity di Kecamatan Denpasar Timur.

Kondisi Economic Security di Kecamatan Denpasar Timur

Kesimpulan peneliti atas temuan dimensi economic security di Kecamatan Denpasar Timur adalah: dimensi ini termasuk ketidakamanan dalam level rendah. Mayoritas responden di Kecamatan Denpasar Timur memiliki penghasilan di atas UMR yang ditetapkan Pemerintah Kota Denpasar. Hanya sebagian kecil responden yang memiliki penghasilan di bawah UMR dengan resiko kehilangan pekerjaan yang relatif rendah sehingga dimensi economic insecurity di Kecamatan Denpasar Timur bisa disimpulkan relatif rendah.

Kondisi Food Security di Kecamatan Denpasar Timur

Dimensi food security termasuk salah satu dimensi yang termasuk dalam kategori ketidakamanan level rendah. Salah satu penyebabnya adalah mayoritas responden pada dimensi sebelumnya yaitu economic security rata-rata tingkat penghasilannya di atas UMR yang ditetapkan sehingga secara ekonomi mereka relatif tidak memiliki kesulitan yang berarti ketika mengakses kebutuhan pangan.

Kondisi Health Security di Kecamatan Denpasar Timur

(45)

45 sehat yaitu: sanitasi, drainase dan higienitas. Satu-satunya temuan yang mengemuka adalah kesulitan responden untuk mengakses rumah sakit akibat jarak yang terlalu jauh namun hal ini bisa ditanggulangi dengan keberadaan Puskesmas di sekitar pemukiman responden.

Kondisi Political Security di Kecamatan Denpasar Timur

"Kalau pemilihan kepala desa semuanya ikut, jarang ada yang gak mau ikut. Tapi kalo pemilihan legislative masih ada aja yang gak ikut." (Laki-laki, 53, pengusaha rumah makan, Kecamatan Denpasar Timur)

"Kalau saya ya tetep nyoblos." (Perempuan, 34, guru, Kecamatan Denpasar Timur).

Kutipan wawancara di atas menggambarkan tingkat partisipasi warga Kecamatan Denpasar Timur ketika pemilihan umum, baik pemilihan Klian Adat, maupun pemilihan kepala daerah. Temuan yang didapat dari wawancara terhadap warga untuk dimensi political security adalah (i) tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilu umumnya cukup tinggi; (ii)

warga berpendapat pihak yang paling berperan aktif dalam melindungi HAM dan kekebasan adalah masyarakat itu sendiri; (iii) Warga merasa optimis melihat masa depan demokratisasi di Kota Denpasar. Pendapat tersebut muncul akibat beberapa warga merasa Pemilu adalah bagian dari pembangunan masyarakat Bali, sehingga tidak bisa dipisahkan dari keterpanggilan adat untuk berpartisipasi di dalamnya.

4.3.1.3. Kecamatan Denpasar Utara

(46)

46 Denpasar Timur, hasil penelitian di Kecamatan Denpasar Utara menunjukkan distribusi ketidakamanan insani yang cukup merata pada ketujuh dimensi keamanan insani. Dimensi yang dikategorikan dalam ketidakamanan insani dengan level tinggi adalah personal security. level sedang di antaranya economic security dan environmental security. Sementara dimensi food, health, community dan political security termasuk dalam level rendah.

Kondisi Community Security di Kecamatan Denpasar Utara

Di antara empat kecamatan di Kota Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara merupakan salah satu kecamatan dengan tingkat heterogenitas penduduk yang paling tinggi. Hal ini dikarenakan terdapat terminal bis Ubung untuk perhubungan kota dan antar-propinsi yang berbasis di kecamatan Denpasar Utara. Hal ini berdampak selain pada heterogenitas penduduk kecamatan Denpasar Utara juga padatnya populasi penduduk kecamatan Denpasar Utara yang rata-rata didominasi oleh kaum pendatang, namun justru jarang terjadi gesekan-gesekan antar penduduk baik antar penduduk pribumi dan pendatang serta gesekan antar etnis. Ciri-ciri utama community security di Denpasar Utara adalah rendahnya diskriminasi dalam pergaulan social karena heterogenitas etnis yang tinggi.

"Kalau di wilayah sini banyak yang pendatang juga. Tapi ya biasa aja kok." (Laki-laki, 40 tahun, wiraswasta, Kecamatan Denpasar Utara)

"Soal ibadah agama sih sejauh ini gak ada masalah." (Laki-laki, 61 tahun, pemilik kedai, Kecamatan Denpasar Utara)

"Sudah terbiasa dengan banyak pendatang kok." (Perempuan, 41 tahun, IRT, Kecamatan Denpasar Utara)

(47)

47 bahwa mereka merasa cukup aman dari kemungkinan terjadinya konflik di lingkungan sekitarnya.

Kondisi Personal Security di Kecamatan Denpasar Utara

Seperti telah disinggung di atas, adanya terminal bis antar kota dan antar propinsi yang berbasis di Kecamatan Denpasar Utara berimplikasi pula pada heterogenitas penduduk yang sebagian besar di antaranya adalah kaum pendatang di mana hal ini turut menimbulkan ekses negatif yaitu tingginya tingkat kriminalitas. Responden di sekitar terminal bis Ubung menyebut mereka rata-rata mengaku pernah hampir menjadi korban pencurian barang. Namun tindakan pencegahannya diserahkan kepada masing-masing individu untuk lebih memerhatikan keselamatan barang miliknya.

Kondisi Ennvironmental Security di Kecamatan Denpasar Utara

Karakteristik utama temuan kondisi environmental security di Kecamatan Denpasar Utara dapat dilihat melalui tiga aspek utama ini yaitu: (i) Sebagian penduduk Kecamatan Denpasar Utara merasa bahwa daerah tempat tinggal mereka mengalami kerusakan lingkungan; (ii) permasalahan lingkungan yang paling umum dihadapi oleh warga di Denpasar Utara adalah: polusi udara; (iii) Inisiatif untuk mengatasi kerusakan lingkungan sebagian besar datang dari masyarakat sendiri dengan mengandalkan perangkat desa/keluraharan dan adat..

"Kebanyakan orang yang kerja itu (pendatang) bawa motor. Jadi lalu lintas pada jam-jam tertentu juga rame." (Laki-laki, 24 tahun, mahasiswa, Kecamatan Denpasar Utara). "Hampir tiap bulan ada kerja gotong-royong." (Perempuan, 34 tahun, wiraswasta, Kecamatan Denpasar Utara)

(48)

48 Seperti yang telah diungkapkan di atas, padatnya populasi penduduk yang mayoritas didominasi oleh kaum pendatang telah menimbulkan implikasi beragam di kecamatan Denpasar Utara. Selain kontur masyarakat yang lebih heterogen, cukup tingginya angka kriminalitas, di sisi lain juga muncul keluhan masyarakat akan padatnya jumlah kendaraan bermotor dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir sehingga kadar pencemaran udara di wilayah Denpasar Utara merupakan pencemaran udara dengan kategori tinggi di Kota Denpasar.

Kondisi Economic Security di Kecamatan Denpasar Utara

Kondisi economic insecurity di Denpasar Utara sendiri berada pada kisaran sedang. Mayoritas responden adalah pekerja serabutan dan pedagang kecil di terminal Ubung, sehingga untuk kebutuhan finansial, kami mengasumsikan sebagian dari mereka masih belum sejahtera. Beberapa responden lain yang kami wawancarai mengeluhkan pendapatan mereke yang rata-rata berada di bawah kisaran UMR Kota Denpasar, dengan resiko kehilangan pekerjaan yang cukup tinggi.

"Namanya pedagang, penghasilan ada setiap bulan tapi jumlahnya nggak pasti." (Perempuan, 23, pedagang, Kecamatan Denpasar Utara)

Di antara sebagian kecil responden ini, mayoritas dari mereka pernah mendengar tentang program Jaring Pengaman Sosial dan sejenisnya namun belum ada yang secara maksimal memanfaatkannya.

(49)

49

Kondisi Food Security di Kecamatan Denpasar Utara

Walaupun hanya sebagian kecil responden saja yang pendapatannya di bawah UMR namun untuk keseluruhan responden mereka merasa tercukupi kebutuhan sandang, pangan dan papannya. Rata-rata responden menggunakan setengah dari penghasilannya untuk mencukupi kebutuhan pangannya yang didapat dengan cara membeli serta tidak ada keluhan tentang kesulitan mendapatkan bahan makanan karena ketersediaan pasar tradisional, swalayan relatif banyak tersedia di Denpasar Utara.

Kondisi Health Security di Kecamatan Denpasar Utara

Masalah yang umum ditemui pada minoritas responden mengenai dimensi health security adalah kesulitan untuk mengakses pelayanan kesehatan secara ekonomi. Beberapa

responden merasa biaya pengobatan yang dibebankan kepada pasien relatif mahal. Sementara itu kepemilikan kartu miskin untuk menjamin keringanan biaya pengobatan belum dimaksimalkan pemanfaatannya. Hal ini dikarenakan responden yang sebagian besar pendatang merasa kesulitan secara administratif untuk mengakses kartu miskin.

Kondisi Political Security di Kecamatan Denpasar Utara

(50)

50 Pemilu di Denpasar selain karena mereka merasa Pemilu di Denpasar secara eksklusif merupakan domain penduduk asli.

4.3.1.4. Kecamatan Denpasar Selatan

Kecamatan Denpasar Selatan terdiri dari 10 desa/kelurahan, yaitu Desa Pemogan, Desa Sanur Kaja, Desa Sanur Kauh, Desa Sidakarya, Kelurahan Panjer, Kelurahan Pedungan, Kelurahan Renon, Kelurahan Sanur, Kelurahan Serangan, dan Kelurahan Sesetan.

Temuan menarik didapatkan dari hasil penelitian dan wawancara responden terhadap tujuh dimensi keamanan insani di 11 kelurahan di Kecamatan Denpasar Selatan. Menarik karena sebaran dimenesi ketidakamanan insani di Kecamatan Denpasar Selatan semua berada pada kisaran sedang yang meliputi: personal security dan health security serta kisaran rendah yang meliputi: economic security, food security, environmental security, community security dan political security.

Kondisi Personal Security di Kecamatan Denpasar Selatan

Beberapa permasalahan utama yang berhasil diidentifikasi dari dimensi personal security di Kecamatan Denpasar Selatan adalah: banyaknya kendaraan dengan kecepatan tinggi di dekat pemukiman penduduk sehingga berimplikasi pada keselamatan pejalan kali secara umum dan anak-anak kecil.

(51)

51 "Paling ya warga gotong royong sendiri bikin polisi tidur, biar nggak ada yang ngebut." (Laki-laki, 23, office boy supermarket, Kec. Denpasar Selatan)

Beberapa pendapat responden diatas menggambarkan dengan jelas betapa untuk beberapa kasus yang dianggap mengganggu kenyamanan warga, warga memilih untuk terjun langsung baik dengan masyarakat maupun perorangan untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan di daerah pemukiman padat penduduk, di antaranya dengan membangun polisi tidur dan menghimbau pengendara motor agar menuntun dan mematikan motornya ketika melewati gang. Usaha ini sering dikoordinasikan dengan adat setempat.

Kondisi Health Security di Kecamatan Denpasar Selatan

Temuan utama pada dimensi health security di Kecamatan Denpasar Selatan mengerucut pada salah satu standar minimal kesehatan yaitu sanitasi. Sebagian responden yang tinggal di perkampungan masih menggunakan sungai sebagai pemenuhan sarana MCK (mandi, cuci, kakus).

Kondisi Economic Security di Kecamatan Denpasar Selatan

(52)

52 "Pendapatan sih tidak menentu, tergantung pembelinya lagi rame apa nggak." (Perempuan, 34 tahun, pedagang pasar adat, Kec. Denpasar Selatan)

"Sekarang orang-orang lebih suka belanja di mini market itu. Tapi ya masih banyak kok yang belanja ke pasar tradisional." (Perempuan, 45 tahun, pedagang pasar adat, Kec. Denpasar Selatan)

"Ya kerja di minimarket penghasilan kecil, juga gak tentu nasib, Pak." (Laki-laki, 24 tahun, kasir minimarket, Kec. Denpasar Selatan)

"Kalau saya sih PNS, gak terlalu ada masalah." (Laki-laki, 39 tahun, PNS guru, Kec. Denpasar Selatan)

Kondisi Food Security di Kecamatan Denpasar Selatan

Temuan terhadap kondisi food security di Kecamatan Denpasar Barat relatif sedikit, warga rata-rata mengaku tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi standar gizinya dengan kisaran makan dua hingga tiga kali sehari. Satu-satunya hal yang mendapat perhatian serius dari warga adalah kecenderungan meningkatnya harga bahan makanan pokok khususnya yang termasuk dalam kategori sembako (sembilan bahan pokok).

Kondisi Environmental Security di Kecamatan Denpasar Selatan

Masalah pencemaran udara dan suara serta tata kelola sampah menjadi permasalahan yang kerapkali dihadapi oleh sebagian kecil warga Kecamatan Denpasar Selatan.

"Kadang-kadang dari situ (sungai) keluar bau yang nggak enak." (Perempuan, 25 tahun, karyawan toko, Kec. Denpasar Selatan)

Kondisi Community Security di Kecamatan Denpasar Selatan

(53)

53 insecurity berada pada level rendah. Pokok permasalahan bermuara pada gesekan-gesekan dan

kesalahpahaman antar-warga. Namun keterbukaan cara berpikir masyarakat juga telah mengurangi kesalahpahaman social tersebut yang galibnya bisa berujung tindak kekerasan massal.

"Ya kalau pendatangnya bisa menempatkan diri di sini, mereka juga menghargaii adat di sini, saya kira gak akan ada masalah." (Laki-laki, 46 tahun, polisi, Kec. Denpasar Selatan)

"Kita sama-sama menjaga toleransi saja. Gak perlu bersikap kaku kepada sesama warga." (Laki-laki, 40 tahun, wiraswasta, Kec. Denpasar Selatan)

Kondisi Political Security di Kecamatan Denpasar Selatan

Senada dengan beberapa kecamatan lainnya di Kota Denpasar, dimensi political security termasuk yang derajat ketidakamanannya berada pada level rendah. Partisipasi

masyarakat dalam Pemilu cukup tinggi hal ini dibarengi dengan tingkat optimisme masyarakat Kecamatan Denpasar Selatan yang relatif tinggi terhadap masa depan demokratisasi di Kota Denpasar. Namun tak bisa dipungkiri juga peran adat dan budaya local yang memberi nilai-nilai kebersamaan termasuk dalam memilih pemimpin secara politis.

4.3.1. Disparitas Kondisi Keamanan Insani Antaretnis di Kota Denpasar

(54)

54 Sementara itu sebaran dimensi ketidakamanan insani tidak merata jika dilihat dari pembagian kategori etnis di atas. Kesimpulan awal kami, terdapat beberapa dimensi yang level ketidakamannanya merata di semua etnis namun terdapat beberapa etnis tertentu yang mengalami ketidakamanan dimensi tertentu yang pemaparannya adalah sebagai berikut: hampir semua etnis mengalami ketidakamanan pada dimensi economic security, environmental security, food security, health security, personal security dan political security.

Sementara untuk satu dimensi berikutnya yaitu community insecurity tidak dialami oleh etnis asli Bali, namun rata-rata dialami oleh etnis-etnis pendatang-minoritas seperti etnis Jawa, Madura, Arab, dan beberapa etnis pendatang lainnya.

4.4. Sumber-sumber Ketidakamanan Insani di Kota Denpasar

Dari ketujuh dimensi keamanan insani (ekonomi, pangan, lingkungan, kesehatan, personal, komunitas, dan politik) di Kota Denpasar, tiga di antaranya, yakni lingkungan, personal, dan komunitas, memiliki tingkat ketidakamanan yang tinggi. Sementara empat selebihnya, yakni ekonomi, pangan, kesehatan, dan politik, memiliki tingkat ketidakamanan yang sedang. Sub-bab di bawah ini akan mendiskusikan sumber-sumber ketidakamanan insani di kota Denpasar dan penyebabnya.

4.4.1. Banjir dan Pencemaran (Environmental Security)

(55)

55 dikarenakan karena pengabaian akan isu ketidakamanan lingkungan oleh negara akan berpengaruh pada ketidakamanan individu.

Dus, meski fokus keamanan insani adalah individu, proses yang menguatkan atau melemahkan keamanan insani adalah ekstra-lokal. Karena itulah, solusi pada persoalan ketidakamanan lingkungan ini tak bisa dilepaskan semata pada masyarakat dan harus melibatkan pemerintah atau negara dan kebijakan keamanannya. Bahkan di negara maju ekspektasi keterlibatan aktornya meluas dari sekedar negara ke sistem internasional, sektor swasta, civil society, dan masyarakat sendiri.

Di kota Denpasar, setidaknya dua ancaman utama terhadap keamanan lingkungan di kota Denpasar adalah banjir dan pencemaran lingkungan akibat sampah maupun akibat polusi udara dan air. Negara/pemerintah justru tidak dianggap hadir dalam upaya penemuan solusi ketidakamanan lingkungan ini. Dari paparan responden terlihat bahwa mayoritas mereka (90% responden) mempercayai bahwa masyarakat yang justru lebih berperan dalam menyelesaikan persoalan tersebut secara swa-bantu (self-help) di lingkungannya dengan koordinasi apparatus adat setempat.

"Warga membersihkan halamannya masing-masing dan tiap bulan biasanya membayar ongkos orang yang mengangkut sampah." (Laki-laki, 48 tahun, swasta, Kec. Denpasar Selatan)

Gambar

Gambar 1. Peta Kota Denpasar
Gambar 2. Sampah selokan di Kecamatan Denpasar Barat
Tabel 1. Kondisi Umum Keamanan Insani di Denpasar

Referensi

Dokumen terkait

Selain pengamatan langsung penulis juga melakukan pengumpulan data dengan cara tanya jawab kepada petugas yang bertugas di bagian pengolah data rekam medis yang

(Esim. HS12.) Naisten asepalveluksen muutoksista ja ongelmista kertovat jutut jaottelin vielä erikseen. Aineistosta löytyi seitsemän naisiin kohdistunutta

Melalui lukisan ini, jang dipilih untuk penutup liturgi, mereka ingin mendjelaskan bagaimana kehidupan seharian mereka, dihubungkan dengan unsur-unsur, negara dan iman mereka

Setelah memahami lebih dalam mengenai Implementasi Kebijakan Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Untuk Menciptakan Rumah Yang Layak Huni Masyarakat

Ketahanan hidup ikan yang diamati sampai minggu ke-6 menunjukkan bahwa perlakuan B, yaitu pemberian pakan dengan penambahan Spirulina 4 gr.kg-l pakan secara

Seksi Penjualan mempunyai asisten penjualan yang dapat membantu rancangan dari kegiatan penjualan koperasi. Dan seksi penjualan juga membawahi pelayan yang bekerja pada

Nyanyian tradisional kematian dalam masyarakat waropen terdiri dari dua jenis, yaitu nyanyian yang dilantunkan pada saat jenasah masih berada didalam rumah duka, yang disebut sebagai

dipengaruhi fitur spesifik dari produk atau jasa dan persepsi terhadap kualitas, kualitas merupakan elemen yang paling mendukung dalam evaluasi yang dilakukan