• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

5.1 Kondisi Lokasi Penelitian

Kegiatan penyadapan dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang terletak di wilayah Sukabumi Jawa Barat, tepatnya pada Petak Penelitian Permanen Teknologi Penyadapan Getah Agathis. Areal ini memiliki memiliki luas 2,5 ha, bertopografi landai, serta didominasi oleh tegakan Agathis lorantifolia. Keadaan pohon pada blok ini umumnya memiliki kondisi pohon sehat, akan tetapi terdapat beberapa pohon yang terserang jamur dan hama., serta sebagian besar sudah pernah pernah dilakukan penyadapan.

Gambar 3 Kondisi lokasi penelitian di Petak Penelitian Permanen Teknologi Penyadapan Getah Agathis.

5.2 Produktivitas Kopal menggunakan Stimulansia Organik dan Zat Pengatur Tumbuh

Pemberian stimulansia dan ZPT dilakukan pada penyadapan pohon Agathis lorantifolia sebanyak 20 pohon contoh dengan diameter minimal 40 cm.

Intensitas penyadapan getah dan pembaharuan luka dilakukan setiap 5 hari sekali selama 10 kali penyadapan getah. Pada setiap pohon contoh diberi 6 perlakuan yang berbeda-beda serta arah sadap yang berbeda-beda pula, yaitu diputar untuk setiap perlakuan berdasarkan arah utara. Hal ini dilakukan untuk memperkecil perbedaan

(2)

dari berbagai faktor selain perlakuan pada agathis terutama faktor internal dari pohon tersebut. Menurut Dulsalam dan Sumantri (1985) bahwa penyadapan pada arah barat dapat meningkatkan produksi getah dibanding dengan penyadapan pada arah timur.

Hal ini disebabkan pada arah barat relatif terlindung dari sinar matahari yang memungkinkan getah tidak lekas membeku. Hasil produksi getah agathis dengan pemberian 6 perlakuan dan frekuensi panen dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Produktivitas rata-rata kopal berdasarkan perlakuan dan frekuensi panen (g/quarre/hari)

Panen

ke- Kontrol

Produktivitas rata-rata kopal berdasarkan perlakuan (g/quarre/hari)

CAS Etrat 1240 Etrat

NP50 Etrat

NP100 Etrat 2010

1 4,14 4,97 4,75 5,07 4,39 7,59

2 2,63 4,26 3,85 4,27 4,06 8,51

3 3,37 6,4 5,57 6,37 5,28 8,35

4 4,21 7,89 6,43 8,15 6,93 9,14

5 3,74 6,47 5,31 6,14 5,87 8,91

6 4,32 7,64 7,19 7,67 6,63 10,5

7 5,41 8,17 7,65 8,5 7,67 11,32

8 5,4 9,74 8,91 9,68 9,04 9,61

9 5,68 9,47 9,25 10,59 9,7 10,02

10 5,79 9,73 9,47 10,37 9,63 8,95

Total 44,69 74,74 68,38 76,81 69,2 92,9

Rata-

rata 4,469 7,474 6,838 7,681 6,92 9,29

Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa rata-rata produksi kopal yang dihasilkan dengan perlakuan pemberian stimulansia secara berturut-turut, yaitu: pada pemberian Etrat 1240 sebesar 7,474 gram/quarre/hari, pemberian Etrat NP50 sebesar 6,838 gram/quarre/hari, pemberian Etrat NP100 sebesar 7,681 gram/quarre/hari, dan pemberian Etrat 2010 sebesar 6,92 gram/quarre/hari. Untuk pemberian CAS berat rata-rata produksi kopal dihasilkan paling tinggi yaitu sebesar 9,29 gram/quarre/hari dan berat rata-rata produksi kopal yang terkecil yaitu pada kontrol sebesar 4,469 gram/quarre/hari.

(3)

Rata-rata produktivitas kopal perhari dari masing-masing perlakuan dibandingkan terhadap kontrol sehingga diperoleh persentase peningkatan produktivitas getah. Persentase peningkatan kopal dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Persentasi peningkatan produktivitas kopal

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa persentasi peningkatan produktivitas kopal yang paling tinggi adalah pada perlakuan CAS sebesar 207,83% diikuti oleh perlakuan NP100 sebesar171,86% kemudian perlakuan Etrat 1240 sebesar 167,20%, perlakuan Etrat 2010 sebesar 154,81%, dan yang paling kecil pada perlakuan Etrat NP50 sebesar 152,98% yang dibandingkan dengan kontrol. Secara umum kecenderungan hasil rata-rata produktivitas kopal dapat dilihat pada Gambar 4.

0 2 4 6 8 10 12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

gram/quaree/hari

Panen ke‐

kontrol Etrat 12‐40 Etrat NP 50 Etrat NP 100

Etrat  NP2010 CAS

Gambar 4 Produktivitas (g/quarre/hari) rata-rata kopal berdasarkan perlakuan   dan frekuensi panen.

Perlakuan Rata-rata produktivitas getah (g/quarre/hari)

Persentase peningkatan produktivitas getah (%)

Kontrol 4,47 -

Etrat 1240 7,474 167,20

Etrat NP50 6,838 152,98

Etrat NP100 7,682 171,86

Etrat 2010 6,92 154,81

CAS 9,29 207,83

(4)

Berdasarkan Gambar 4 pemberian CAS menghasilkan rata-rata produksi yang paling tinggi dari panen pertama hingga panen ke tujuh. Akan tetapi, pada panen ke delapan atau 40 hari, produktivitas kopal mengalami penurunan hingga berada di bawah stimulansia organik. Menurut Hidayati (2005) bahan kimia asam mempersulit getah pohon agathis membentuk rantai sikliknya dan tetap dalam bentuk aldehida. Hal ini disebabkan adanya pemecahan ikatan glikosida yang mempersulit penyusunan struktur stabil getah sehingga getah tetap encer. Sel-sel parenkim yang terhidrolisis menyebabkan tekanan dinding semakin berkurang.

Cairan sel akan bergerak keluar secara difusi dan diserap oleh getah sehingga yang encer semakin banyak dan keluar melebihi normal. Penggunaan stimulansia tidak meningkatkan kandungan getah yang ada, tetapi membuat celah dinding parenkim yang terhidrolisis dan akibat pelukaan tetap terbuka sehingga getah mengalir keluar.

Stimulansia organik dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang digunakan merupakan produk dari CV. Permata Hijau Lestari yang terdiri dari Etrat 1240 yang merupakan campuran dari etilen 100 ppm dan asam sitrat 150 ppm, Etrat NP50 terdiri atas etilen 100 ppm dan jeruk nipis 5%, Etrat NP100 terdiri atas etilen 200 ppm dan jeruk nipis 10%, dan Etrat 2010 terdiri atas etilen 150 ppm dan asam sitrat 10%, sedangkan untuk Cairan Asam Sulfat (CAS) merupakan milik Hutan Pendidikan Gunung Walat yang terdiri atas H2SO4 15% dan HNO3

2%. Etilen sangat mempengaruhi banyaknya getah yang keluar pada waktu penyadapan karena etilen akan menunda penyumbatan pembuluh getah dan memperlama aliran getah. Etilen dapat merangsang eksudasi pengeluaran lateks, getah (Wattimena 1988).

Jeruk nipis memiliki kandungan asam sitrat yang dapat mengeluarkan getah lebih banyak pada pohon agathis. Riyanto (1980) mengatakan reaksi biologis pada saluran getah dapat dihambat dengan penambahan asam sitrat yaitu pembentukan rantai siklik sehingga akan tetap dalam bentuk aldehida yang menyebabkan getah tetap encer dan keluar melebihi normal.

Kecenderungan produktivitas untuk perlakuan yang menggunakan stimulansia organik relatif sama, yaitu pada panen pertama hasil yang diperoleh tinggi, karena getah yang keluar merupakan deposit yang terdapat pada pohon,

(5)

akan tetapi pada panen kedua mengalami penurunan dikarenakan pohon belum stabil dalam membuat getah sehingga belum dapat mengisi deposit getah . Pada panen ketiga dan seterusnya produktivitas mengalami peningkatan, kecuali pada panen kelima terjadi penurunan. Hal ini disebabkan oleh faktor eksternal yaitu hujan, dimana curah hujan secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi produktivitas yang ada. Aliran batang pada saat hujan dapat meluruhkan stimulansia yang disemprotkan. Menurut Wratsongko (2005), ketika kondisi hari hujan, kopal yang keluar dari jaringan kulit batang mengalir tidak tertampung pada gelas penampung melainkan meluap hingga jatuh ke permukaan tanah akibat gelas penampung terpenuhi oleh air hujan.

Panen ke-8 atau hari ke-40 produktivitas kopal dengan menggunakan stimulansia organik lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan stimulansia anorganik. Etilen yang tedapat pada stimulansia organik berupa cairan atau memiliki pH<3. Etilen dapat terserap ke dalam jaringan pohon diperlukan pH batang yang lebih basa agar etilen dapat berubah menjadi gas (pH>3). Pada umumnya batang agathis memiliki pH antara 4-5, akan tetapi hal ini tidak berlaku untuk PH batang agathis yang terdapat di HPGW.

Tahun 1998 HPGW telah memakai stimulansia berupa CAS yang merupakan asam kuat. Diduga pemakaian asam kuat yang telah cukup lama mempengaruhi pH batang agathis menjadi lebih asam. Hal ini memperngaruhi proses penyerapan stimulansia organik, karena etilen tidak mendapatkan pH yang lebih basa yang dibutuhkan, sehingga proses penyerapan terhambat. Etilen yang terdapat pada stimulansia merupakan etilen eksogen yang berfungsi sebagai chemical messenger. Etilen eksogen akan merangsang aktifnya etilen endogen sehingga mendorong terjadinya metabolisme sekunder untuk membentuk getah.

Getah akan mengalir ke sumber pemberi pesan.

Pengaruh pemberian stimulansia dan ZPT terhadap produktivitas kopal dilakukan dengan pengolahan statistik terhadap data hasil pengukuran produktivitas getah agathis. Hasil pengujian analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian campuran stimulansia dan ZPT memberikan pengaruh nyata terhadap rata-rata produktivitas getah pinus yang dihasilkan pada tingkat

(6)

kepercayaan 99% (α = 0,01). Hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitungsebesar 7,732 lebih besar dari pada F tabel pada tingkat nyata 1% yaitu sebesar 3,38.

Tabel 5 Analisis ragam pengaruh pemberian stimulansia dan ZPT yang berbeda terhadap produktivitas kopal selama 10 kali panen

Sumber

Keragaman Jumlah

Kuadrat db Kuadrat

Tengah Fhitung F0,01 Sig.

Perlakuan 122.959 5 24.592 *7.732 3,38 .000

Sisa 171.752 54 3.181

Total 294.711 59

*Nyata = Fhitung > F0,01

Penggunaan stimulansia organik dan ZPT memiliki pengaruh sangat nyata terhadap produktivitas kopal dengan selang kepercayaan 99% (α = 0,01), karena Fhitung > F0,01. Selanjutnya untuk mengetahui kelompok perlakuan yang berbeda nyata, maka dilakukan analisis lanjut berupa uji Duncan. Hasil Uji Duncan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 6 Hasil Uji Duncan pengaruh stimulansia terhadap produktivitas kopal dilihat dari segi perlakuan yang berbeda

Perlakuan N Produktivitas rata-rata (g/quarre/hari)

Hasil Uji Duncan taraf α = 0.01

Kontrol 10 4.4690 A

Etrat NP50 10 6.8380 B

Etrat 2010 10 6.9200 B

Etrat 1240 10 7.4740 C

Etrat NP100 10 7.6810 C

CAS 10 9.2900 C

Huruf yang sama pada Tabel 6 menunjukan perlakuan yang dilakukan mempunyai pengaruh yang tidak berbeda terhadap produksi kopal, sedangkan huruf yang berbeda artinya perlakuan pemberian stimulansia mempunyai pengaruh yang berbeda nyata terhadap produksi getah kopal pada taraf α 1%.

Dimana pada huruf yang berbeda pada kontrol (A), dan Etrat NP50, dan Etrat 2010 (B), serta pada Etrat 1240, Etrat NP100, dan CAS (C) artinya bahwa pengaruh pemberian stimulansia memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap produktivitas kopal. Hasil uji duncan membuktikan bahwa antara pemberian Etrat 1240, Etrat NP100 dan CAS menghasilkan produktivitas yang tidak berbeda dan masing-masing bisa diterapkan.

(7)

5.3 Analisis Biaya Penggunaan Stimulansia dan ZPT

Penggunaan stimulansia membutuhkan analisis biaya yang digunakan sebagai pertimbangan penggunaan di lapangan. Untuk dapat menganalisis biaya penggunaan stimulansia perlu diketahui harga dari masing-masing bahan stimulansia dan ZPT yang digunakan per liter. Harga stimulansia dan ZPT yang paling mahal adalah pada Etrat NP100 yaitu seharga Rp. 20.000,-/liter, diikuti oleh Etrat 2010 Rp. 16.000,-/liter, Etrat NP50 Rp.14.000,-/liter, Etrat 1240 Rp.12.000,-/liter dan yang paling murah yaitu CAS seharga Rp.5.000,-/liter.

Analisis biaya terdiri dari biaya stimulansia quarre/hari, peningkatan produktivitas getah g/quarre/hari, pendapatan hasil peningkatan getah quarre/hari, sehingga diperoleh nilai tambah produktivitas getah dengan stimulansia quarre/hari. Hasil dari analisis biaya disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Analisis biaya penggunaan stimulansia

Stimulansia

Biaya stimulansia (Rp/quarre)

Peningkatan produktivitas getah

Pendapatan hasil peningkatan

getah

Nilai tambah stimulansia

(g/quarre/hari) (Rp/quarre) (Rp/quarre) 1 2 = Produksi getah

stimulansia – produksi getah kontrol

3 = (2 : 1000) x 9000

4 = 3 – 1

Etrat 1240 2,40 3,01 27,05 24,65

Etrat NP50 2,80 2,37 21,32 18,52

Etrat

NP100 4,00 3,21 28,91 24,91

Etrat 2010 3,20 2,45 22,06 18,86

CAS 1,00 4,82 43,39 42,39

Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa biaya stimulansia yang paling mahal adalah Etrat NP100 yaitu sebesar Rp. 4,00/quarre dan yang paling murah adalah penggunaan cairan asam sulfat sebesar Rp. 1,00 /quarre. Selain faktor harga perlu diketahui nilai tambah dari stimulansia. Oleh karena itu dilakukan analisis biaya untuk mengetahui nilai tambah yang dihasilkan, sehingga menjadi pertimbangan stimulansia yang akan digunakan.

Peningkatan produktivitas pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Dimana perlakuan CAS mampu meningkatkan produktivitas kopal sebesar 4,82 g/quarre/hari, diikuti oleh Etrat NP100 sebesar 3,21 g/quarre/hari,

(8)

Etrat 1240 3,01 g/quarre/hari, Etrat 2010 sebesar 2,45 g/quarre/hari, dan yang paling kecil Etrat NP50 sebesar 2,37 g/quarre/hari. Data peningkatan produktivitas getah dihasilkan dari selisih antara produktivitas getah menggunakan stimulansia (adanya perlakuan) dengan produktivitas getah pohon kontrol (tanpa perlakuan).

Nilai tambah stimulansia yang diperoleh melalui penggunaan CAS paling tinggi yaitu Rp. 42,39/quarre, diikuti oleh Etrat NP100 sebesar 24,91/quarre, Etrat 1240 24,65/quarre, Etrat 2010 sebesar 18,86/quarre, dan yang paling kecil Etrat NP50 sebesar 18,52/quarre.

Terdapat faktor lain yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan stimulansia, selain dari faktor produksi dan biaya, yaitu bahaya yang ditimbulkan pada pemakaian cairan asam sulfat baik pada pohon itu sendiri, lingkungan sekitarnya maupun pada penyadap. Bahaya yang ditimbulkan pada para penyadap, disebabkan asam sulfat mampu merusak kulit, gangguan pernapasan dan kerusakan pada pakaian.

Pada pemakaian CAS produksi keluarnya getah sangat tinggi dan melebihi normal, akan tetapi keluarnya getah yang terus menerus ini dapat menyebabkan kematian jaringan kayu, yang suatu saat pohon tidak dapat memproduksi getah sama sekali. Menurut Sumadiwangsa et al. (2000), pemakaian asam sulfat pada kondisi berlebihan dan berkepanjangan akan mengganggu lingkungan dan kelangsungan hidup pohon serta diduga akan mengubah komponen kimia getah, oleh karena itu penggunaan asam tersebut harus dipertimbangkan.

Santosa (2011) mengatakan kekurangan/ kelemahan dalam penggunaan stimulansia asam kuat, yaitu : merusak batang kayu yang disadap dan menyebabkan kematian jaringan kayu sampai kedalaman 3 sampai dengan 5 cm dari kulit batang, stimulan yang digunakan masuk kategori bahan berbahaya sehingga akan merusak tumbuhan disekitarnya dan apabila terbawa air hujan akan berbahaya terhadap kondisi tata air di dalam hutan, berbahaya bagi penyadap karena dapat menyebabkan gatal, iritasi pada kulit serta pengendapan di paru-paru akibat terhisap pada saat proses penyadapan.

(9)

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 5 Warna kayu hasil sadapan pada berbagai stimulansia. Keterangan gambar : (a) warna kayu hasil sadapan dengan tanpa penggunaan stimulansia (kontrol), (b) warna kayu hasil sadapan dengan penggunaan Etrat 1240, (c) warna kayu hasil sadapan dengan penggunaan Etrat NP50, (d) warna kayu hasil sadapan dengan penggunaan Etrat NP100, (e) warna kayu hasil sadapan dengan penggunaan Etrat 2010, dan (f) warna kayu hasil sadapan dengan penggunaan CAS

Pada Gambar 5 (f) dapat dilihat bahwa pelukaan menggunakan cairan asam sulfat pada batang kayu berwarna merah dan pada akhir panen produktivitas kopal menurun. Berbeda pada penggunaan Etrat dimana pelukaan pada batang kayu

(10)

tidak jauh berbeda warnanya dengan kontrol Gambar 5 (b,c,d,dan e). Terdapat beberapa keuntungan dalam pemakaian stimulansia organik, yaitu: tidak merusak kayu (ramah lingkungan), tidak melukai kulit, dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama, komponen getah tetap alami (tidak berbahaya). Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa penerapan stimulansia organik sebagai pengganti stimulansia cairan asam sulfat dapat dipertimbangkan.

Perlakuan dengan menggunakan Etrat NP100 memiliki hasil rata-rata produktivitas kopal, persentasi peningkatan produksivitas getah, dan nilai tambah produktivitas kopal yang tertinggi dibanding stimulansia organik lainnya. Akan tetapi Etrat NP100 memiliki harga yang paling mahal, serta belum diproduksi dalam skala besar, sedangkan untuk Etrat 1240 selain harga yang lebih murah juga telah diproduksi dalam skala yang besar. Sehingga memudahkan dalam pemakaiannya. Selain itu, berdasarkan Uji Duncan perlakuan Etrat 1240 tidak berbeda nyata dengan perlakuan Etrat NP100. Penggunaan Etrat 1240 juga lebih disarankan karena kandungan etilen yang terdapat didalamnya lebih rendah dibandingkan pada Etrat NP100. Fungsi etilen selain dapat merangsang eksudasi pengeluaran lateks, getah juga berfungsi dalam pengaturan pemasakan buah, mematahkan dormansi, serta absisi daun (Wattimena 1988). Dampak dari penggunaan etilen yang tinggi belum diteliti lebih lanjut, sehingga lebih aman digunakan Etrat 1240.

Gambar

Tabel 3  Produktivitas rata-rata kopal berdasarkan perlakuan dan frekuensi panen  (g/quarre/hari)
Gambar 4   Produktivitas  (g/quarre/hari)  rata-rata kopal berdasarkan perlakuan    dan frekuensi panen
Tabel 5 Analisis ragam pengaruh pemberian stimulansia dan ZPT yang berbeda   terhadap produktivitas kopal selama 10 kali panen
Gambar 5  Warna kayu hasil sadapan pada berbagai stimulansia. Keterangan  gambar : (a) warna kayu hasil sadapan dengan tanpa penggunaan  stimulansia (kontrol), (b) warna kayu hasil sadapan dengan  penggunaan Etrat 1240, (c) warna kayu hasil sadapan dengan

Referensi

Dokumen terkait

Memasukan data yang diambil dari lapangan ke dalam excel sebagai data mentah.Mengambil rata-rata Intensitas Cahaya Matahari, Kelembaban, dan Suhu pada titik

a) Kontrak kuliah dilakukan di awal kuliah, dengan cara kesediaan mengikuti aturan perkuliahan di FIB, sekaligus dosen yang bersangkutan mendapatkan jadwal kuliah yang

Sebelum pelatihan senam lansia MENPORA jumlah lansia yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 17 orang (85 %) sedangkan fungsi kognitif normal sebanyak 3

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Alwasilah (2007, hlm. 44) bahwa pelajaran menulis baru berarti andai diminati oleh siswa dan dikuasai oleh guru. Umpan balik menjadi hal

Pada yogurt probiotik dengan penambahan tepung kedelai dijumpai bakteri asam laktat dalam jumlah paling besar sehingga asam laktat yang dihasilkan juga semakin banyak..

menunjukkan bahwa nilai sig = 0,934 (P&gt;0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara onset usia de- ngan kualitas hidup penderita skizofrenia

Harga disekitar Resist (R1 atau R2) merupakan level untuk mengambil profit. Jika harga bergerak dibawah pivot, maka kecenderungan harga akan melemah dulu. Jika ada rekomendasi BUY,

Meskipun perilaku adalah keseluruhan kegiatan atau aktivitas seseorang, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar, tetapi dalam