• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengabdian dan Pelatihan Politik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengabdian dan Pelatihan Politik."

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

PENGABDIAN DAN PELATIHAN POLITIK Oleh GPB Suka Arjawa

Sir Alex Ferguson akhirnya mengumumkan diri mundur sebagai pelatih klub Manchester United pada akhir musim kompetisi ini. Itu artinya pada musim mendatang para

penggemar klub tersebut tidak akan lagi melihat sosok yang selalu mengunyah permen karet di pinggir lapangan sambil melihat jelalatan ke tengah lapangan. Pemandangan tegang merupakan daya tarik sendiri di samping perjuangan anak-buahnya di tengah lapangan. Pengunduran pelatih legendaris itu mengejutkan, dan tidak ada kata lain, baik pendukung klub di seluruh dunia maupun pemainnya, hanya bisa memaklumi. Tidak ada kata lain lagi, kecuali ucapan terima kasih dan memaklumi umurnya yang telah 72 tahun, meski dalam hati mereka tetap menginginkan pelatih yang sudah 26 tahun mendamingi MU dan melengkapi gelar klubnya sampai 20 kali menjadi juara liga Inggris, tetap di Old Trafford.

Sebagai seorang pelatih, Sir Alex mempunyai reputasi luar biasa yang patut memberikan inspirasi komplit bagi perkembangan sosial kemanusiaan, termasuk

memberi inspirasi bagi perilaku politik. Di Indonesia nampaknya ini juga harus menjadi pelajaran besar bagi politisi-politisi terutama yang menyukai petualangan ”mencari uang” dan prestise.Konsistensi dan pengabdian merupakan kunci dari pelatih asal Skotlandia ini, yang memungkinkan ia mampu mengetahui secara lebih baik segala sesuatu di dalam tubuh Manchester United. Ketika berbicara klub selegendaris Manchester United, adalah tidak benar apabila hanya memandang prestasinya yang puluhan kali juara liga Inggris, tetapi harus lebih jauh dari itu. Klub jelas mempunyai kultur dan itu harus dikaitkan dengan lingkungan sekitarnya. Lingkungan itu tidak lain pendukung, bisnis yang melingkupinya serta perilaku pemain yang menjadi aktor dan agen dari klub ini. Pelatih harus tahu budaya dan lingkungan tersebut. Berbicara pendukung, di jaman globalisasi seperti sekarang, salah besar apabila sekedar mengidentikkan pendukung itu di lingkungan Inggris saja, apalagi sekedar di kota Manchester! Bola bumi ini harus dilihat sebagai sektor pendukung klub. Maka, dari sisi bisnis untuk melebarkan dukungan itu haruslah dicari perekat yang mampu menarik pendukung dari seluruh dunia. Lihat apa yang dilakukan Ferguson! Ia merekrut pemain asal Korea Selatan, Cina, Meksiko, Trinidad dan Tobago, Afrika, bahkan Jamaica (Usain Bolt, meski hanya latihan!). Lalu, melakukan tur lapangan ke Amerika Latin dan Asia ketika masa istitrahat kompetisi Eropa. Kini ratusan juta pendukung MU bertebaran di belahan dunia ini. Hanya pelatih yang konsisten dan mampu mengabdi puluhan tahun menggeluti satu klub yang mampu mengenali karakter budaya klub, kemudian mempu mengikatnya dengan bisnis global dan karakter masyarakat dunia.

(2)

sombong. Sir Alex mampu menekan itu agar tim selalu berjalan seimbang. Penggemar klub ini pasti tidak lupa dengan tendangan sepatu sang pelatih yang mengenai jidat David Beckham. Juga cerita di balik kepindahan Becks dan Ronaldo ke Real Madrid serta hengkangnya Carlos Tevez ke Manchester City. Tetapi klub memang harus dijaga emosinya demi stabilitas pencapaian prestasi.

Lalu bagaimana kaitan antara lelaku Sir Alex dengan kaum politisi? Meski jauh dari Indonesia tetapi satu hal yang harus dilihat dari komandan ini adalah konsistensi dan pengabdiannya. Itulah yang tidak terlalu nampak pada politisi di Indonesia.

Ketidakonsistenan masih sangat terlihat jelas dari para politisi disini.

Menjelang pemilihan umum ini beberapa partai memberikan semacam kursus kepada para caleg dengan harapan agar para calon anggota lebih mampu mendekatkan diri dengan rakyat. Beberapa pelatihan yang dilakukan partai diantaranya berkaitan dengan pemahaman atas isu-isu mutakhir yang berkembang di masyarakat, organisasi, strategi kampanye serta pemasaran politik. Empat bidang ini dipandang mempunyai peran yang paling besar dalam mendongkrak partai politik untuk mendekatkan diri di masyarakat. Sebagai sebuah usaha, apa yang dilakukan partai politii itu jelas merupakan upaya positif. Di dalamnya terkandung kesadaran bahwa jaman telah berubah dan kualitas dari anggota legislatif sekarang diakui memang kurang mumpuni. Para caleg yang didapatkan oleh partai politik di lapangan, dipandang masih kurang mampu mengapresiasi perkembangan politik mutakhir yang harus diantisipasi. Politik di masa lalu sangat berbeda dengan apa yang terjadi di jaman sekarang. Di masa lalu, terutama di jaman Orde Baru, ciri utama politik di Indonesia adalah terkontrol atas dasar budaya paternalistik dan berkembang secara sistematis melalui budaya yang sama juga. Politik pada saat itu seolah diciptakan oleh atasan dan bukan oleh keinginan untk terjun ke ranaha tersebut. Kalaupun

kemudian terjun, tetap harus mengikuti pola atasan dan bawahan. Pola inilah yang membuat politik berkembang monoton dan kader-kader yang kualitasnya lebih tinggi terkosentrasi pada satu partai politik. Dengan demikian, untuk melakukan pelatihan politik tidak diperlukan pada waktu itu. Mereka akan berkembang sesuai dengan pengalaman dan mengikuti pola yang dilakukan oleh atasannya.

Sesaat setelah ”big bang” reformasi tahun 1998 itu sangat terlihat bahwa kualitas politisi Indonesia, terutama yang duduk di lembaga legislatif, terlihat janggal. Tidak banyak yang memahami bahwa hal itu disebabkan oleh kurangnya pengalaman mereka dalam

(3)

Tidak bisa lain, dalam konteks latihan partai politik ini, harus melihat pola yang diterapkan klub sepakbola. Hubungan antar Sir Alex dengan MU bisa dipakai inspirasi. Para politisi harus mempunyai jiwa pengabdi, konsistensi seperti apa yang dilakukan Sir Alex di Old Trafford. Partai politik adalah Old Trafford-nya para elit politik dengan para anggotanya sebagai tim kesebelasannya. Pelatihan-pelatihan politik itulah yang akan memberikan kesadaran, pemahaman yang kemudian melahirkan konsitensi serta

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi berjudul Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Menggunakan Metode Analisis Regresi (Studi Kasus Kabupaten Bondowoso) telah diuji dan

[r]

Pada bulan suci ramadhan / khususnya di pasar sore daerah kauman/ sangat menguntungkan bagi warga setempat// Para pemuda RW X kauman ikut terlibat dalam pengelolaan parkiran

Berdasarkan beberapa golongan daapt disimpulkan bahwa wanita dengan fluor albus dari 49 responden terdapat sebagian besar (61.2%) responden merupakan golongan umur

Android merupakan sistem operasi yang tertanam pada smartphone. Pengguna smartphone dengan sistem operasi android sangat tinggi, rata- rata setiap orang

Invert sugar merupakan kadar invert yang dikandung dalam gula tersebut, semakin tinggi kadar invert di dalam gula maka akan semakin mudah untuk mengikat air dan menjadi

Hasil penelitian dengan menggunakan media gambar menunjukkan adanya peningkatan pemahaman membaca siswa pada materi IPA, terlihat dari lembar observasi siswa dan hasil