• Tidak ada hasil yang ditemukan

G. Raung (Wikipedia,Sep 2005) : Tegal Alun-Alun dan Tegal Brungbung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "G. Raung (Wikipedia,Sep 2005) : Tegal Alun-Alun dan Tegal Brungbung"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

G. RAUNG, JAWA TIMUR

G. Raung

G. Raung (Wikipedia,Sep 2005)

KETERANGAN UMUM

Nama Lain : Rawon

Nama Kawah Utama : Kaldera Raung

Nama Kawah Lain : Tegal Alun-Alun dan Tegal Brungbung Lokasi

a. Geografi Puncak b. Wilayah administratif

: :

8° 7,5’ LS dan 114° 02,5’ BT

Kab. Banyuwangi, Kab. Bondowoso, Kab. Jember, dan Kab. Lumajang, Jawa Timur

Ketinggian : 3332m dpl

Kota Terdekat : Banyuwangi, Bondowoso Tipe Gunungapi : Strato dengan kaldera Lokasi Pos Pengamatan

Gunungapi

: Desa Sragi, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur

Geografi : 8° 11’ 54.48” LS dan 114° 9’ 13.02” BT

PENDAHULUAN

Cara Mencapai Puncak

Jalur pendakian ke puncak G. Raung umumnya dilakukan dari Desa Sumberweringin. Dari tempat ini, kendaraan roda empat masih dapat dilanjutkan ke Pondok Motor sejauh ± 7 km.

(2)

Pendakian dari Pondok Motor melalui tegalan sepanjang ± 0,5 km ke arah selatan – baratdaya yang kemudian dilanjutkan melalui hutan dan jalan setapak yang mulai menyempit dan ditumbuhi oleh pepohonan cemara hingga ketinggian 1600 m. Setelah perjalanan selama ± 3 jam tiba di Pondok Sumur. Dari Pondok Sumur, medan pendakian mulai sulit, jalan setapak tertutup semak belukar. Setelah ± 2 jam, pendakian melalui hutan cemara dan pakis-pakisan, dan padang rumput seluas ± 0,25 km2 tiba di Pondok Demit.

Pendakian dilanjutkan hingga ketinggian ± 2900 m sampai batas hutan, dikenal dengan Pondok Mantri atau Pasaran, pada tempat ini dilakukan perkemahan. Keesokan harinya dilanjutkan selama ± 1 jam sampai puncak, melalui medan yang tidak terlalu berat dengan kemiringan lereng berkisar antara 20° dan 30°.

Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi

Daerah sekitar G. Raung yang subur dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Selain itu material hasil letusan berupa pasir dan batu menjadi salah satu sumber mata pencaharian masyarakat setempat sebagai tambang rakyat.

Wisata

G. Raung adalah sebuah gunungapi yang besar dan unik, yang berbeda dari ciri gunungapi pada umumnya di pulau Jawa. Keunikan dari puncak G. Raung adalah kalderanya yang dalamnya sekitar 500 m, selalu berasap dan sering menyemburkan api.

G. Raung termasuk gunungapi tua dengan kaldera di puncaknya dan dikelilingi oleh banyak puncak kecil, menjadikan pemandangannya benar-benar menakjubkan.

SEJARAH LETUSAN

Sejarah kegiatan G. Raung yang pertama kali diketahui terjadi pada tahun 1586, berupa letusan dahsyat melanda beberapa daerah dan terdapat korban manusia, berikutnya ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tahun letusan Keterangan

1586 Terjadi letusan dahsyat dan diketahui adanya korban manusia (Verbeek dan Fennema, 1896)

1597 Letusan yang serupa dalam letusan 1586 dan dicatat adanya korban manusia 1638 Terjadi letusan dahsyat, kemudian diikuti dengan banjir besar dan aliran lahar

yang melanda daerah antara K. Stail dan K. Klatak.

Korban manusia mencapai ribuan orang. Saat itu berdiri Kerajaan Macan Putih di bawah Pangeran Tawangulun (Brouwer, 1913, p. 60-65)

(3)

1730 Letusan abu yang dibarengi dengan lahar yang melanda wilayah yang cukup luas dan dilaporkan banyak korban manusia

1787 - 1799 Letusan terjadi pada waktu pemerintah Residen Harris, tidak diketahui adanya keterangan lebih lanjut.

1800 - 1808 Letusan terjadi pada waktu pemerintahan Residen Malleod, tidak diketahui adanya keterangan lebih lanjut.

1812 - 1814 Letusan disertai suara gemuruh dan hujan abu.

1815 Terjadi hujan abu di Besuki dan Probolinggo antara tanggal 4 - 12 April. Neumann van Padang (1951) menyangsikan terjadinya letusan tersebut, diduga hujan abu ini berasal dari letusan G. Tambora di Sumbawa.

1817 Tanah rusak dan korban manusia

1838 Tanah rusak

1859 Tanggal 14 Desember 1941, tidak ada keterangan lebih lanjut

1860 Letusan yang terjadi pada tahun ini tidak diketahui dengan pasti, diduga terjadi pada bulan September (?)

1864 terdengar suara gemuruh dan di siang hari gelap, yang terjadi mulai tanggal 6 Juli, diduga mungkin disebabkan oleh hujan abu

1881 Gumpalan asap disertai suara gemuruh, terjadi hujan abu tipis di sekitar Banyuwangi (Ottolander, 1881)

1885 Diduga terjadi letusan pada bulan Juni, tidak ada keterangan lebih lanjut

1890 Terjadi letusan sejak Juli, Agustus sampai pertengahan September. Letusan paroksimal terjadi pada tanggal 13 September

1896 Terjadi gempa di Kayumas (Besuki), suara gemuruh yang diikuti dengan hujan abu pada bulan Agustus

1902 Munculnya kerucut pusat pada 16 Februari

1903 - 1904 Terdengar suara gemuruh dan bara api di bagian puncak pada tanggal 28 November - 2 Desember

1913 Tampak adanya gumpalan asap pada 10 Mei sampai Desember 1915 Terdengar suara gemuruh dan diikuti dengan gumpalan asap

1916 Terdengar suara gemuruh dan diikuti dengan gumpalan asap (November, Desember)

1917 Terdengar suara gemuruh dan diikuti gumpalan asap 1921 Adanya aliran lava di dalam kaldera bulan Februari - April

1924 Pelemparan eflata di sekitar kaldera dan leleran lava, sebelum Februari

1927 Letusan asap cendawan dan diiringi oleh hujan abu sampai sejauh 30 km.

Terdengar dentuman bom yang dilontarkan sejauh 500 m, 2 Agustus sampai Oktober

1928 Tampak adanya celah merah di dasar kaldera yang mengeluarkan lava, Maret dan November

1929 Di antara bulan Maret dan Juni, sama dengan yang pernah terjadi dalam tahun 1928

1933 21 November-6 Desember

1936 22-31 Agustus, 18 September, November-11 Desember 1937 27-31 Oktober dan 21-27 November

1938 13 Agustus-September dan 14 November-28 Desember

1939 10 Januari

1940 diragukan

1941 13 Desember

1943 18 Januari

1944 30 Januari-30 November. Kemungkinan aliran lava dalam kaldera 1945 20 Januari dan 19 April

1953 Terjadi letusan asap tanggal 31 Januari. Asap membara dengan guguran hingga 18 Maret. Tinggi awan letusan mencapai ± 6 km di atas puncak dan sebaran abu mencapai radius ± 200 km

1956 Terjadi kegiatan letusan antara 13-19 Februari dan letusan paroksimal terjadi pada tanggal 19 Februari. Tinggi tiang asap letusan diduga ± 12 km. Suara dentuman berlangsung sekitar 4 jam terdengar jauh hingga ke Surabaya dan Malang. Hujan abu menyebar dan turun hingga Bali dan Surabaya.

1961 Kenaikan kegiatan pada tanggal 26 April

1973 Dikabarkan kegiatan meningkat sejak akhir 1972. Hadian (1973) mengunjungi

(4)

puncak, tetapi keadaan sudah normal kembali. Hampir seluruh permukaan dasar kawah tertutup oleh aliran lava yang keluar dari kerucut yang terletak di tengah dasar kawah. Seluruh permukaan kerucut sinder tertutup oleh belerang, demikian pula halnya di bagian utara dasar kawah. Rekahan berbentuk busur menghadap ke tengah terdapat pada bagian timurlaut. Tembusan fumarola terdapat pada puncak kerucut sinder, pada rekahan tersebut di atas, dan di bagian tubuh lava sebelah barat

1989 Letusan abu

Karakter Letusan

Pusat kegiatan G. Raung saat ini berada pada dasar kaldera. Bulan Februari 1902, pada dasar kaldera muncul kerucut pusat setinggi ± 90 m.

Karakter letusan G. Raung bersifat eksplosif seperti yang terjadi pada tahun 1586, 1597, 1638, 1890, 1953, dan 1956, menghasilkan abu yang dilontarkan ke udara dan pernah terjadi awan panas yang meluncur menyelimuti sebagian tubuh gunungapinya pada tahun 1953. Bahaya utama letusan G. Raung atau bahaya primer adalah bahaya akibat langsung dari letusan seperti luncuran awan panas dan lontaran piroklastik.

Perioda Letusan. Berdasarkan sejarah kegiatannya periode erupsi terpendek antara 2 letusan adalah 1 tahun dan terpanjang 90 tahun.

Asap keluar dari kawah G. Raung (Pendakianonline.blogspot)

GEOLOGI

Morfologi

Puncak G. Raung merupakan kerucut terpotong dengan tonjolan dari sisa-sisa endapan lava dan barangko-barangko dari sisa endapan piroklastik. Kaldera G. Raung berbentuk ellips, berukuran 1750 x 2250 m, dalamnya 400-550 m di bawah pematang, lereng kaldera sangat terjal.

(5)

Sektor barat G. Raung muncul sekelompok bukit (hillocks) sebagai sisa dari suatu longsoran puing raksasa dari kerucut gunungapi bagian barat. Gumuk-gumuk atau bukit- bukit kecil G. Raung ini merupakan sisa erosi dari suatu longsoran yang maha dahsyat, juga gumuk-gumuk piroklastik di dataran Jember kemungkinan besar karena terjadinya banjir masa batuan (banjir lahar).

G. Raung dikelilingi oleh kelompok tonjolan diantaranya : di sebelah utara G. Suket (2750 m), di timurlaut G. Lempeh (2932 m), di timur G. Jampit (2338 m), di selatan G.

Wates (2796 m), di barat G. Gadung (2390 m), dan G. Pajungan (2352 m).

Pola aliran sungai-sungai di G. Raung adalah radial, sedangkan di daerah kakinya pola alirannya adalah dendritik. Sungai-sungai yang berhulu di sekitar puncak diantaranya : Kali stail dan Kali Mangarang. Sungai-sungai yang berhulu di sekitar lereng diantaranya : K. Kajar, K. Gladagkundung, K. Telepon, K. Kohor, K. Basiran, dan K. Caken. Sungai- sungai tersebut mengalir antara Kalibaru dan Glenmore. Sungai-sungai antara Glenmore dan Rogojampi, terdiri dari K. Sempit, K. Porolinggo, K. Wadung, K. Jalen, K. Togung, K.

Susulan, K. Bandeng, dan K. Binan. K. Satel di Gempol, mengalir ke utara lewat dinding timur G. Suket melalui lembah Gempol dan kampung Belawan, masuk K. Banyuputih.

Beberapa kerucut yang mengelilingi G. Raung seperti G. Suket, G. Lempe, G.

Gadung, G. Pajungan, dan G. Wates adalah gunungapi yang sebagian mungkin lebih tua dari G. Raung dan sebagian adalah gunungapi parasit. Menurut Taverne 1926, (dalam Djoharman, 1970) G. Suket dan G. Dampit berumur lebih tua dari G. Raung.

Stratigrafi

Menurut Sutawidjaja (1996), urutan stratigrafi daerah G. Raung dari tua ke muda adalah sebagai berikut:

1. Satuan Tuf Jember

Breksi dan tuf kasar merupakan batuan proklastik G. Raung paling bawah posisi stratigrafinya. Terkadang tuf yang berbutir kasar selang-seling dengan tuf abu dan tuf batu apung merupakan sisipan tipis di dalamnya.

2. Satuan gumuk volkanik Sukowono

Gumuk volkanik tersebar antara kaki G. Raung dan G. Iyang. Diduga bahwa gumuk sekitar Jember berasal dari aktifitas vulkanisme G. Raung, merupakan sisa erosi dari endapan volkanik G. Raung.

3. Satuan breksi Raung

Hampir dua pertiga lembar Jember bagian barat dan utara ditutupi endapan volkanik dari G. Raung dan G. Argopuro. Lava, breksi dan tuf merupakan bagian utama.

(6)

4. Satuan lava Raung

Singkapan di kawasan Kalibaru, morfologinya dicerminkan oleh punggungan yang terdiri dari lava andesit skoria. Satuan ini tertutup lapisan tipis abu gunungapi yang paling muda yang masih lepas sifatnya.

Peta Geologi Gunungapi Raung

GEOFISIKA

Seismik

Gempa yang tercatat oleh seismograf pada Pos PGA G. Raung adalah gempa vulkanik dangkal, vulkanik dalam, tektonik lokal dan tektonik jauh. Kegempaan G. Raung tahun 2008 hingga tahun 2009 terlihat pada grafik di bawah.

Grafik Gempa Vulkanik Dangkal G. Raung 2008 - 2009

0 5 10 15 20 25

01-01-2008 01-03-2008 01-05-2008 01-07-2008 01-09-2008 01-11-2008 01-01-2009 01-03-2009 01-05-2009 01-07-2009 01-09-2009 01-11-2009

Jumlah Gempa VB

(7)

Grafik Gempa Vulkanik Dalam G. Raung 2008 - 2009

0 1 2 3 4 5

01-01-2008 01-03-2008 01-05-2008 01-07-2008 01-09-2008 01-11-2008 01-01-2009 01-03-2009 01-05-2009 01-07-2009 01-09-2009 01-11-2009

Jumlah Gempa VA

Grafik Gempa Tektonik Lokal G. Raung 2008 - 2009

0 1 2 3 4 5

01-01-2008 01-03-2008 01-05-2008 01-07-2008 01-09-2008 01-11-2008 01-01-2009 01-03-2009 01-05-2009 01-07-2009 01-09-2009 01-11-2009

Jumlah Gempa

TL

Grafik Gempa Tektonik Jauh G. Raung

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

01-01-2008 01-03-2008 01-05-2008 01-07-2008 01-09-2008 01-11-2008 01-01-2009 01-03-2009 01-05-2009 01-07-2009 01-09-2009 01-11-2009

Jumlah Gempa TJ

Gaya Berat

Harga gayaberat pada lintasan A-B (seperti ditunjukkan pada peta lintasan magnetik G. Raung) adalah ditunjukkan pada tabel dibawah ini :

Tabel harga G relatif terhadap GT-1 Station Tinggi (meter) del G GT-1

GT-1 710 0.0000

GT-2 735 -7.5178

GT-3 800 -21.1896

GT-4 875 -36.3867

GT-5 940 -50.8628

GT-6 1030 -68.7573

GT-7 1150 -86.4413

GT-8 1500 -151.3490

(8)

GT-9 1775 -204.9067

GT-9A 2550 -395.8760

GT-10 2840 -468.2425

Catatan : titik ukur referensi adalah GT-1, data belum terkoreksi medan

Geomagnet

Peta di bawah ini menunjukkan jalur lintasan survei penyelidikan geomagnet di G.

Raung. Harga intensitas magnetik pada titik ukur lintasan A – B ditunjukkan pada tabel dan profil penampang magnetik G. Raung.

Peta lintasan magnetik G. Raung, Jawa Timur

Profil penampang magnetik G. Raung

(9)

Data Magnetik Lintasan A - B G. Raung

Titik Waktu Harga Koreksi Harga Akhir

GT-1 07:37 45439 - 10 45429

GT-2 07:55 45294 - 12 45282

GT-3 08:14 45444 - 13 45431

GT-4 08:34 45578 - 12.5 45565.5

GT-5 08:50 45566 - 14 45552

GT-6 09:06 45788 - 14 45774

GT-7 09:25 46172 - 14 46158

GT-8 10:32 46217 - 7 46210

GT-9 15:03 46589 + 13 46602

GT-10 10:44 46800 - 11 46789

Secara umum kecenderungan intensitas magnetik pada lintasan A-B adalah naik (dari harga 200 – 800 gamma). Berdasarkan profil intensitas magnetik, kemungkinan adanya anomali magnetik signifikan terletak antara titik ukur GT.6 dan GT.7. Mengacu pada peta geologi G. Raung, anomali magnetik ini sangat mungkin disebabkan oleh adanya struktur sesar. Sedangkan di sekitar puncak G. Ruang tidak terlihat adanya anomali magnetik yang signifikan.

Potensial Diri

Pengukuran potensial diri G. Raung dilakukan mengikuti lintasan survei geomagnet dan gayaberat, secara radial mulai dari kaki menuju puncak.

Grafik harga S-P G. Raung

Harga-harga potensial dikoreksi dengan harga variasi harian di base station, untuk menghindari adanya arus telurik (telluric current). Oleh karena survei SP ini merupakan survei awal maka analisis untuk penentuan adanya anomali SP belum bisa dilakukan.

(10)

Namun demikian kemungkinan mulai adanya perubahan temperatur/konsentrasi fluida terletak antara titik ukur GT.7 dan GT.8 atau disekitar pertengahan lereng G. Raung.

GEOKIMIA

Kimia Batuan

Batuan G. Raung terdiri dari basalt dan andesit dengan komposisi kimia seperti tabel di bawah ini :

Analisa Kimia 1971 Batuan beku G. Raung SiO2

FeO Fe2O3 Al2O3

FeO2 MnO P2O5 CaO MgO Na2O K2O S total H2O - 110oL Hilang dibakar

50,06 % 5,45 6,21 17,61

1,44 0,15 0,16 8,04 5,06 2,41 1,39 0,68 0,60 1,25

Analisa Kimia 1959 Pasir

Nopember 1955

Pasir Februari 1956

S2O2 Fe2O3 FeO Al2O3 FeO2 S CaO MgO MnO K2O Na2O CO2 H2O H2O+ SO3 P2O5

51,1 4,1 5,7 21,7 1,3 - 9,2 2,2 0,1 1,6 2,9 - 0,2 0,1 tidak ada 0,4

51,04 8,82 1,93 20,91 1,19 0,08 9,25 3,30 0,16 1,57 2,67 tidak ada 0,36 tidak ada -

-

50,92 7,78 2,30 19,95 1,43 0,05 8,40 3,29 0,17 1,79 2,84 tidak ada 0,16 tidak ada -

-

MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

Kegiatan vulkanik G. Raung dipantau dari Pos PGA yang terletak di bagian tenggara G. Raung, yaitu di Dusun Mangaran, Desa Sraji, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, pada ketinggian ± 650m dpl. Pemantauan yang dilakukan berupa pengamatan visual dan kegempaan.

(11)

Visual

Dalam keadaan normal teramati hembusan asap kawah berwarna putih tipis setinggi ± 50-100 m di atas puncak dengan tekanan lemah (Mei 1995). Kegiatan lain yang diamati berupa solfatara dan fumarola yang terletak pada bukit dan bibir kawah sinder cone bagian barat dan di dasar kawah bagian barat.

Seismik

Pengamatan kegempaan menggunakan 1 set seismograf dengan sistem pancar (RTS) model MEQ-800. Stasiun Seismik berada pada koordinat 7°59’34,20“ LS dan 113°18’39,80“ BT, pada ketinggian ± 483 m. Pemantauan aktifitas kegempaan dengan menggunakan seismograf MEQ-800 dilakukan sejak tahun 1995 hingga pertengahan 1996, sedangkan pemakaian seismograf jenis Kinemetrics PS-2 satu komponen menggantikan seismograf MEQ-800 sejak pertengahan 1996 hingga sekarang.

KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI

Untuk menghadapi bahaya letusan G. Raung seperti yang pernah terjadi di waktu sejarah, maka disusunlah Peta Kawasan Rawan Bencana G. Raung yang ada sekarang ini terdiri dari tiga kawasan, yaitu Kawasan Rawan Bencana I, Kawasan Rawan Bencana II dan Kawasan Rawan Bencana III.

Kawasan Rawan Bencana III (KRB III)

Untuk kasus G. Raung, KRB-III adalah merupakan kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lava dan bahan lontaran batu (pijar).

Dalam kondisi meletus Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III) G. Raung berlaku sebagaimana di gunungapi lain meskipun gunungapi tersebut tidak sering meletus dimana ada sektor yang sering terlanda oleh aliran massa maupun material lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Kawasan Rawan Bencana III (KRB-III) G. Raung terdiri atas dua bagian, yaitu kawasan yang akan selalu terlanda oleh:

a. Aliran massa (awan panas dan aliran lava).

b. Material lontaran batu (pijar) seperti bom gunungapi, dan jatuhan piroklastik (hujan abu lebat).

Kawasan Rawan Bencana II (KRB II)

Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II), adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat.

(12)

Kawasan ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa awan panas, dan aliran lava.

b. Kawasan rawan bencana terhadap bahan lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat berjenis ash dry and wet fall.

Perluasan awan panas kemungkinan dapat terjadi apabila letusan di masa mendatang lebih besar dari letusan masa silam atau terjadi percampuran (magma mixing), sehingga terjadi letusan hebat yang banyak merubah keadaan morfologi G. Raung secara drastis.

Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I)

Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I) adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar/banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan aliran piroklastik (awan panas).

Apabila letusannya membesar, maka kawasan ini sangat berpotensi tertimpa bahan jatuhan piroklastik berupa lontaran batu (pijar) dan hujan abu berjenis ash dry fall.

Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I) ini dibedakan menjadi dua bagian, yakni:

a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lahar/banjir, dan kemungkinan perluasan awan panas, terletak di sepanjang daerah aliran sungai/di dekat lembah sungai atau di bagian hilir sungai yang berhulu di daerah puncak.

b. Kawasan rawan bencana terhadap jatuhan piroklastik berupa hujan abu berjenis ash dry fall tanpa memperhatikan arah tiupan angin (saat terjadi letusan), dan kemungkinan dapat terkena lontaran batu (pijar).

(13)

Peta Kawasan Rawan Bencana G. Raung

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Djumarma, A., 1986, Pengamatan & penyelidikan seismik G. Raung, 1985 - 1986, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung.

Erfan, R.D., 1989, Pengawasan/Pengamatan G. Raung, Juli 1989, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung.

Hamidi, S., Sunarman, 1999, Laporan Pengumpulan Data dan Informasi G.

Raung, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung.

Kusumadinata, K., 1979, Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi, Bandung.

Mulyana, A.R., dkk, 2007, Peta Kawasan Bencana Gunungapi Raung, Jawa Timur, PVMBG, Bandung.

Pamitro, Y.E., dkk, 2007, Laporan Pemantauan Kegiatan Gunungapi Raung, Jawa Timur, PVMBG, Bandung.

Rasjid, S.A., 1984, Pengamatan seismik G. Raung, Mangaran, Banyuwangi, Oktober - Nopember 1984, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung.

Sutawidjadja, I.S., dkk, 1996, Peta Geologi Gunungapi Raung, Jawa Timur, Direktorat Vulkanologi, Bandung.

Wahyudin, D., 1995, Pengawasan/Pengamatan kegiatan vulkanik G. Raung dan Kw. Ijen, Jawa Timur, Mei 1995, Arsip Direktorat Vulkanologi,

Yohana, T., dkk, 1993, Penyelidikan Geofisika Terpadu G. Raung Agustus 1993, Direktorat Vulkanologi, Bandung.

Gambar

Grafik Gempa Vulkanik Dangkal G. Raung 2008 - 2009 0510152025 01-01-2008 01-03-2008 01-05-2008 01-07-2008 01-09-2008 01-11-2008 01-01-2009 01-03-2009 01-05-2009 01-07-2009 01-09-2009 01-11-2009Jumlah GempaVB
Grafik Gempa Vulkanik Dalam G. Raung 2008 - 2009 012345 01-01-2008 01-03-2008 01-05-2008 01-07-2008 01-09-2008 01-11-2008 01-01-2009 01-03-2009 01-05-2009 01-07-2009 01-09-2009 01-11-2009Jumlah GempaVA
Grafik harga  S-P G. Raung

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4 7 Tampilan program saat menampilkan hasil klasifikasi Pada gambar diatas menampilkan hasil klasifikasi dari hasil input data yang kemudian akan menghasilkan klasifikasi

Berdasarkan analisis dari dokumen yang digunakan dalam pelaksanaan sistem penerimaan kas pada kantor BAPPEDA Kabupaten Kutai Barat, dapat disimpulkan bahwa antara

2 rantai asam lemak yang terikat dengan serine dan mengikat senyawa polar yang mengandung glukosa.. Kolesterol merupakan komponen membran sel yang mengandung

Dengan mengucapkan segala puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat-Nya, pada akhirnya kami dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi wilayah rawan banjir lahar ber- dasarkan pada sensus dampak banjir lahar yang terjadi pasca erupsi Merapi Tahun 2010.. Sensus dilakukan

Kawasan Rawan Bencana III G.Ruang terdiri atas dua bagian, yaitu kawasan yang akan selalu terlanda oleh aliran massa (awan panas dan aliran lava) dan material

Berdasarkan penegasan istilah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud judul penelitian “Persepsi Orang Tua terhadap Pendidikan Anak Usia Dini di Desa

Selain itu dapat terjadi lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak, dan interaksi endapan material guguran lava atau awan panas guguran yang bersuhu tinggi