• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tembakau (daunnya) biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan rokok. Usaha Pertanian tembakau merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Tembakau (daunnya) biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan rokok. Usaha Pertanian tembakau merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

TEMBAKAU

(2)

• Tembakau (daunnya) biasanya digunakan sebagai bahan

pembuatan rokok. Usaha

Pertanian tembakau merupakan

usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di

Indonesia, diperkirakan hanya

sekitar 207.020 hektar, namun jika dibandingkan dengan pertanian

padi, pertanian tembakau

memerlukan tenaga kerja hampir

tiga kali lipat.

(3)

• Seperti juga pada kegiatan pertanian lainnya, untuk

mendapatkan produksi tembakau dengan mutu yang baik, banyak

faktor yang harus diperhatikan.

Selain faktor tanah, iklim,

pemupukan dan cara panen.

(4)

• Tanaman tembakau (Nicotianae tabacum L) termasuk genus

Nicotinae, serta familia 

Solanaceae. Tanaman tembakau merupakan tumbuhan herba

semusim yang ditanam untuk

mendapatkan daunnya. Tembakau adalah genus tanaman yang

berdaun lebar yang berasal dari

daerah Amerika Utara dan Amerika

Selatan.

(5)

• Daun dari pohon ini sering

digunakan sebagai bahan baku

rokok, baik dengan menggunakan pipa maupun digulung dalam

bentuk rokok atau cerutu. Daun tembakau dapat pula dikunyah

atau dikulum, dan ada pula yang menghisap bubuk tembakau

melalui hidung.

(6)

• Berikut merupakan susunan taksonomi dari salah satu spesies tembakau:

•         Kingdom    : Plantae (Tumbuhan)

•         Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

•         Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

•         Divisi        : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

•         Kelas        : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

•         Sub Kelas    : Asteridae

•         Ordo        : Solanales

•         Famili        : Solanaceae (suku terung-terungan)

•         Genus        : Nicotiana

•         Spesies    : Nicotiana tabacum L.

(7)

• Spesies-spesies yang mempunyai nilai ekonomis antara lain yakni:

1)  Nicotiana rustica L: mengandung kadar nikotin yang tinggi (max n =16 %) biasanya digunakan untuk membuat abstrak alkoloid (sebagai bahan baku obat dan isektisida), jenis ini banyak berkembang di Rusia dan India. Daun mahkota bunganya berwarna kuning, bentuk mahkota bunga seperti

terompet berukuran pendek dan sedikit

bergelombang, habitusnya silindris, bentuk daun bulat yang pada ujungnya tumpul,

kedudukan daun pada batang agak terkulai

(8)

• 2)  Nicotiana tabacum L mengandung kadar nikotin yang rendah (min n = 0,6 %) jenis ini umumnya digunakan sebagai bahan baku

pembuatan rokok. Daun mahkota bunganya memiliki warna merah muda sampai merah, mahkota bunga berbentuk terompet panjang, habitusnya piramidal, daunnya berbentuk

lonjong dan pada ujung runcing, dan

kedudukan daun pada batang tegak,

tingginya 1,2 m.

(9)

• Tanaman tembakau ditanam pada curah hujan rata-rata 2000

mm/tahun, suhu udara yang cocok antara 21-32 derajat C, pH antara 5- 6. Tanah gembur, remah, mudah

mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat

meningkatkan drainase, ketinggian

antara 200-3.000 m dpl.

(10)

• Ada tiga jenis tembakau yang diproduksi dari sebagian besar Negara penghasil tembakau, yaitu:

• Virginia , atau sering disebut tembakau terang karena warnanya yang kuning ke oranye yang diperoleh dari proses flue- curing.

• Burley , merupakan daun tembakau yang berwarna coklat setelah melewati proses air-curing dengan kadar gula rendah dan memiliki rasa seperti cerutu.

• Oriental , merupakan daun tembakau yang

berdaun kecil dan beraroma tinggi dengan 

dibantu proses sun-curing.

(11)

• Akar

Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang yang

tumbuh tegak ke pusat bumi. Akar

tunggangnya dapat menembus tanah kedalaman 50- 75cm, sedangkan akar serabutnya menyebar ke samping.

Selain itu, tanaman tembakau juga memiliki bulu- bulu akar. Perakaran akan berkembang baik jika tanahnya gembur, mudah menyerap air, dan

subur.

(12)

• Batang

Tanaman Tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, agak lunak tetapi

kuat, makin ke ujung, makin kecil. Ruas- ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi daun, batang tanaman

bercabang atau sedikit bercabang.

Pada setiap ruas batang selain

ditumbuhi daun, juga ditumbuhi tunas

ketiak daun, diameter batang sekitar 5

cm.

(13)

• Daun

Tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau bulat, tergantung

pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya meruncing,

sedangkan yang berbentuk bulat,

ujungnya tumpul. Daun memiliki tulang- tulang menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Lapisan atas daun terdiri atas lapisan palisade

parenchyma dan spongy parenchyma

pada bagian bawah. Jumlah daun dalam

satu tanaman sekitar 28- 32 helai

(14)

• Bunga

Tanaman tembakau berbunga majemuk yang tersusun dalam beberapa tandan dan masing-masing tandan berisi

sampai 15 bunga. Bunga berbentuk

terompet dan panjang, terutama yang berasal dari keturunan Nicotiana

tabacum, sedangkan dari keturunan Nicotiana rustika, bunganya lebih

pendek, warna bunga merah jambu

sampai merah tua pada bagian atas.

(15)

• Bunga tembakau berbentuk malai,

masing-masing seperti terompet dan mempunyai bagian sebagai berikut:

a. Kelopak bunga, berlekuk dan mempunyai lima buah pancung

b. Mahkota bunga berbentuk terompet, berlekuk merah dan berwarna merah

jambu atau merah tua dibagian atasnya.

Sebuah bunga biasanya mempunyai

lima benang sari yang melekat pada

mahkota bunga, dan yang satu lebih

pendek dari yang lain.

(16)

• c. Bakal buah terletak diatas dasar bunga dan mempunyai dua ruang

yang membesar

d. Kepala putik terletak pada

tabung bunga yang berdekatan

dengan benang sari. Tinggi benang sari dan putik hampir sama.

Keadaan ini menyebabkan tanaman tembakau lebih banyak melakukan penyerbukansendiri, tetapi tidak

tertutup kemungkinan untuk

penyerbukan silang.

(17)

• Buah

Tembakau memiliki bakal buah yang berada di atas dasar bunga dan terdiri atas dua

ruang yang dapat membesar, tiap-tiap ruang berisi bakal biji yang banyak sekali.

Penyerbukan yang terjadi pada bakal buah akan membentuk buah. Sekitar tiga minggu setelah penyerbukan, buah tembakau sudah masak. Setiap pertumbuhan yang norrmal, dalam satu tanaman terdapat lebih kurang 300 buah. Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil, di dalamnya

berisi biji yang bobotnya sangat ringan.       

  

(18)

• Jenis-jenis Tembakau

Ada beberapa jenis tembakau yakni :

a.       Tembakau Cerutu yang terdiri dari :

•         Tembakau Deli, digunakan sebagai pembungkus dalam industri rokok cerutu.

•         Tembakau Vorstenlanden, digunakan sebagai pembalut / pengisi rokok cerutu.

•         Tembakau Besuki, digunakan sebagai

pembalut / pengisi rokok cerutu dan daunnya

dapat digunakan sebgai pembungkus rokok.

(19)

• b.   Tembakau Pipa. Tembakau ini khusus digunakan untuk rokok pipa dan bukan

pembuatan rokok cerutu dan rokok kretek.

c.    Tembakau Sigaret. Tembakau ini

digunakan umtuk bahan baku pembuatan rokok sigaret, baik rokok putih maupun rokok kretek.

d.   Tembakau Asli / Rejangan. Tembakau ini disebut juga tembakau rakyat, dimana

tembakau ini diolah dengan direjang lalu dikeringkan dengan penjemuran matahari.

Tembakau rakyat digunakan sebagai bahan

baku pembuatan rokok kretek atau lainnya.

(20)

• e.    Tembakau Asepan yakni tembakau yang

daunnya diolah dengan cara pengasapan, tembakau ini digunakan untuk rokok lintingan (tembakau

dilinting dengan kertas rokok halus).

Menurut laporan dari Direktorat Jendral

Perkebunan Republik Indonesia, secara garis besar tembakau di Indonesia dibedakan menjadi dua

kelompok besar, yaitu:

a.       Tembakau asli adalah tembakau yang masuk dan tersebar sejak ratusan tahun yang lalu dan

telah beradaptasi dengan lingkungannya.

b.      Tembakau introduksi adalah tembakau yang masuk ke Indonesia sekitar tahun 1900-an, seperti jenis Virginia, Burley, dan Oriental.

(21)

• Tembakau adalah salah satu jenis produk  pertanian yang termasuk dalam komoditas 

perkebunan. Tembakau ini bisanya digunakan  sebagai bahan baku rokok dan cerutu. Bagian  tumbuhan tembakau yang dimanfaatkan yaitu  bagian daunnya. Terdapat beberapa spesies  yang ada dalam nikotiana yang dapat disebut  dengan tembakau, diantaranya Nicotiana

tabacum .

(22)

• Tembakau adalah tumbuhan yang mengandung  jumlah nikotin tertinggi dibandingkan dengan 

tanaman lain. Walaupun begitu, tembakau tidak  mengandung senyawa tropan alkaloida yang 

beracun bagi manusia.

• Daerah penghasil tembakau di Indonesia, 

diantaranya Klaten, Sleman, Boyolali, Madura, 

Temanggung,dan lain sebagainya.

(23)

• Cara Budidaya Tanaman Tembakau

• 1. Syarat Tumbuh

Tembakau akan tumbuh optimal pada 

daerah beriklim tropis Yang memiliki suhu  sekitar 21°C – 27°C, memiliki curah hujan  rata-rata sekitar 1500 mm hingga 2000 mm  per tahun, serta memiliki kelembaban udara  sekitar 50%-70% dan mendapat sinar 

matahari penuh.

(24)

•Tanah yang baik untuk menanam  tembakau yaitu tanah yang 

bertekstur liat berpasir, gembur, 

remah, dan memiliki drainase yang 

baik serta memiliki derajat keasaman 

atau pH sekitar 5.5-6.5.

(25)

•2. Persiapan Lahan Tanam tembakau

Tembakau dapat tumbuh dengan  baik di lahan tegalan dan lahan 

persawahan yang memiliki drainase 

yang baik.

(26)

•Lahan yang akan digunakan untuk 

budidaya dibersihkan terlebih dahulu 

dari tanaman pengganggu. Selanjutnya,  tanah pada lahan digemburkan dengan  menggunakan bajak atau cangkul 

dengan kedalaman 20-30 cm lalu 

diratakan kembali.

(27)

•Setelah itu, dibuat  bedengan  dengan ukuran sekitar 120 

cm x 100 cm dengan jarak 

antar bedengan sekitar 50 

cm.

(28)

• 3. Persiapan Benih Tembakau

Pilihlah varietas benih tembakau yang  berkualitas tinggi, bentuk dan warnanya 

seragam, memiliki daya tumbuh sekitar 85%,  toleran terhadap hama dan penyakit dan 

tentunya yang memiliki hasil produksi yang 

tinggi.

(29)

• 4. Persemaian Benih Tembakau

Setelah benih siap, selanjutnya lakukan 

persemaian benih. Namun sebelumnya, dibuat  lahan semai berupa bedengan dengan ukuran 

sekitar 1-2 meter untuk lebarnya, 50-80 cm untuk  tingginya dan sekitar 5-6 meter untuk panjangnya  lalu beri naungan dari plastik transparan agar 

bibit nantinya terkena sinar matahari secara 

langsung.

(30)

• Setelah 5 hari atau seminggu setelah media  semai dibuat, selanjutnya taburkan benih 

pada bedengan. Lakukan penyiraman 

dengan menggunakan gembor setiap pagi 

dan sore hari. Setelah bibit berumur sekitar 

35-50 hari, bibit dapat dipindah tanamkan ke 

lahan tanam.

(31)

•5. Penanaman Tembakau

Penanaman tembakau dilakukan pada  awal musim penghujan atau akhir 

musim kemarau. Waktu penanaman 

tersebut yaitu dilakukan pada sore hari 

untuk menghindarkan bibit layu karena 

sinar matahari yang berlebih.

(32)

• Tembakau ditanam dengan menggunakan  sistem pagar ganda dengan kedalaman 

tanam sebatas pangkal batang. Biasanya 

pola tanam yang digunakan oleh banyak 

petani Indonesia yaitu menggunakan jarak 

tanam sekitar 100 cm x 50 cm atau 100 cm 

x 45 cm dengan populasi bibit 33.000 per 

hektar lahan

(33)

• 6. Pemeliharaan Tanaman Tembakau

• Penyulaman

Lakukan penyulaman atau penggantian  tanaman yang mati atau tumbuhan yang 

tidak tumbuh dengan optimal. Penyulaman 

ini dilakukan tidak lebih dari 5-7 hari setelah 

tanam.

(34)

•Penyiraman

Lakukan penyiraman hingga tanaman berumur sekitar 30-45 hari setelah

tanam dengan cara gembor pada pagi

dan sore hari agar media tanam tetap

lembab.

(35)

•Penyiangan

Lakukan penyiangan pada tanaman  pengganggu yang ada disekitar 

tanaman tembakau dengan 

menggunakan koret ataupun bisa juga 

menggunakan pestisida

(36)

•Pembubunan

Lakukan pembubunan, pembubunan 

ini bertujuan untuk menggemburkan 

tanah dengan cara menaikan tanah 

yang longsor akibat penyiraman ke 

tanaman.

(37)

• Pemupukan

Lakukan pemupukan sebanyak 3 kali selama 

masa tanam yaitu pada 7 – 10 hst, 20-25 hst, dan  40-45 hst. Pupuk yang digunakan dapat berupa 

pupuk organik seperti pupuk kompos atau pupuk  anorganik seperti Urea, TSP dan KCl. Pemberian  pupuk tersebut dilakukan dengan cara dimasukan  dalam lubang atau dengan cara tugal disekitar 

tanaman tembakau.

(38)

• 7. Pemanenan Tembakau

Pemanenan tembakau untuk pertama kali  dapat dilakukan pada 60-70 hari setelah  tanam. Pemanenan tersebut dilakukan  dengan cara memetik daunnya. Agar  mendapatkan kadar pati yang tinggi, 

pemetikan tembakau dilakukan pada sore 

hari.

(39)

• (Teknologi Pasca Panen Tembakau)     1. Pemetikan Tembakau

Jika tembakau sudah cukup umur maka pemetikan daun tembakau yang baik

adalah jika tembakau yang dipetik telah masak. Pemetikan daun dilakukan

setelah tanaman berumur 65-70 HST. 

(40)

• Panen  tembakau dilakukan secara bertahap mulaidaridaun bawah ke atas dengan

memetik daun yang benar-benar matang.

Untuk golongan tembakau cerutu maka pemungutan daun yang baik pada tingkat tepat masak/hampir masak hal tersebut di tandai dengan warna keabu-abuan.

Sedangkan untuk golongan sigaret pada tingkat kemasakan tepat masak/masak

sekali, apabila pasar menginginkan krosok

yang halus maka pemetikan dilakukan tepat

masak. Sedangkan bila menginginkan krosok

yang kasar pemetikan diperpanjang 5-10 hari

dari tingkat kemasakan tepat masak.

(41)

• Pemetikan daun tembakau ini sebaiknya

dilakukan pada pagi hari saat embun sudah hilang. Dilakukan pada daun yang benar-

benar matang, dengan caramembelakangi

matahari agar tidak salah warna. Pemetikan

dapat dilakukan berselang 3-5 hari, dengan

jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai

tiap tanaman. Untuk setiap tanaman dapat

dilakukan pemetikan sebanyak 5 kali.

(42)

• Tembakau yang memiliki mutu tinggi adalah tepat masak yang memenuhi ciri-ciri yang disebutkan

oleh Badri et al (1994) yaitukematangan daun di pohon sesuai dengan posisi daun pada tanaman, yaitu:

•         Pemetikan daun bawah (3-4 lembar), daun mendekati kehijau-hijauan,gagang daun keputih- putihan.

•         Pemetikan daun tengah (4-6 lembar), daun yang telah matang, kuningkenanga,

•         Petikan daun atas (6-9 lembar), daun yang telah matang benar.

(43)

• •         Petikan daun pucuk (4-7 lembar), daun yang benar-benar matang.

•         Selain itu tanda-tanda kematangan daun yang tepat untuk dipetik yaitu:

•         Warna daun berubah, tulang daun, gagang daun keputih-putihan.

•         Ujung daun mengering.

•         Adanya bintik-bintik Corcospora pada daun  

(44)

• Pengolahan Tembakau Menjadi Cerutu 1.   Pemetikan

Sebelum dilakukan pemetikan atau pemungutan

perlu diadakan suatu pemangkasan (Topping). Ada dua jenis pemungutan, yaitu pemungutan batang dan pemungutan daun. Cara pemungutan yang

umum digunakan pada tembakau cerutu maupun tembakau sigaret adalah pemungutan daun.

Pemanenan tembakau dilakukan secara bertahap, sebanyak 5 – 8 kali selama musim panen

tergantung kemasakan dan jumlah daun. Panen daun tembakau dilakukan 10 – 15 hari sebelum awal pembelian tembakau rajangan.

(45)

• Pemetikan daun dimulai dari bawah, dipetik 2 – 3 lembar daun setiap kali petik. Daun

yang siap panen ditandai oleh perubahan warna daun, dari hijau menjadi kuning

kehijauan, warna tulang daun putih/hijau terang, tepi daun mengering, permukaan daun agak kasar dan tangkai daun mudah

dipatahkan. Waktu umum untuk pemanenan adalah pagi hari setelah embun menguap

sampai siang hari. Apabila waktu panen

turun hujan, maka daun yang cukup matang

segera dipetik atau ditunda 6-8 hari

(46)

• Daun-daun yang telah dipetik kemudian diangkut ke tempat persiapan pra pengolahan. Untuk proses pengolahan daun tembakau menjadi krosok perlu dijaga agar tidak cacat, robek, terlipat-lipat, dan lain-lain. Daun-daun tersebut

biasanya ditempatkan di keranjang khusus yang dibuat untuk mencegah terjadinya kerusakan daun. Daun diletakkan

dengan posisi gagang daun di bawah dan ujungnya di atas.

Selain itu penumpukan daun juga dihindari, kecuali untuk waktu pengangkutan yang relatif singkat. Adanya

penumpukan daun tersebut dapat memicu fermentasi daun sehingga daun-daun akan menguning tidak merata dan

menyulitkan saat penempatan dalam ruang pengolahan

(47)

• 2.   Sortasi Basah

Sebelum diperam, daun tembakau disortasi agar diperoleh daun hijau yang ukurannya seragam. Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan daun berdasarkan tingkat kematangan daun,

kecacatan fisik dan posisi daun pada batang (Purbosayekti, 2009).

Namun, sortasi basah berdasarkan kualitas yang paling mudah dilakukan adalah berdasarkan warna daun, yaitu:

  Trash (apkiran): warna daun hitam.

  Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda.

  Less slick (kurang licin): warna daun kuning (seperti warna

buah jeruk lemon).

  More grany side (sedikit kasar): warna daun antara kuning-

oranye.

(48)

• 3.   Penyujenan

Sebelum pelaksanaan penyujenan daun tembakau ini masih

melalui beberapa proses antara lain pelayuan dengan cara daun tembakau ditutup dengan plastik atau daun untuk mendapatkan daun yang berwarna kekuningan, kecoklatan dan fixasi warna.

Penyujenan adalah kegiatan penataan daun tembakau dengan cara menusuk bagian pangkal gagang daun/ibu tulang daun atau pada ruas batang diantara dua daun. Tujuan penyujenan adalah : a.    Memudahkan penataan dalam ruang pengeringan/

pengolahan

b.   Mencegah daun saling melekat atau berhimpit pada saat keadaan kelembaban tinggi     sehingga daun dapat mengering secara merata.

(49)

• Cara penyujenan daun tembakau dan bahan untuk tusuk tergantung pada cara panen. Dengan

menyesuaiakan menurut cara panen, penyujenan dapat memberikan hasil yang baik. Daun tembakau yang dipanen secara pungut daun yang ditusuk

adalah punggung daun dengan punggung daun dan perut daun sehingga menyerupai jahitan. Jarak

antara satu daun dan daun lain sekitar satu ibu jari orang dewasa agar tidak saling melekat.

(50)

• Untuk tembakau yang dipanen secara

pungut batang, daun dilepaskan satu persatu dari batng, kemudian ditusuk dengan sujen.

Untuk daun tembakau yang dipotong menurut ruas batang, cara menusuk

dilakukan dengan menyunduk bagian ruas.

Panjang tusuk bervariasi antara 30 cm

sampai 40 cm. Dengan demikian, satu sujen

dapat berisi antara 4 lembar daun sampai 5

lembar daun.

(51)

• Daun-daun tembakau yang telah disusun diikatkan pada bambu yang berpasangan (gelantang).

Penyujenan dilakukan dengan merangkai daun dengan ditusuk pada sujen, dengan posisi daun saling memunggungi dan jarak antar daun adalah satu ibu jari. Perlakuan tersebut bertujuan agar dalam proses pengolahan ketika berada pada kondisi kelembaban tinggi tidak saling melekat

atau berhimpit, selain itu agar aliran udara diantara helaian daun berjalan lancar.

(52)

• Panjang sujen adalah 0,5 m serta mampu memuat sekitar 16 lembar daun. Sebelum

proses penyujenan, setiap kelas/posisi daun terlebih dahulu dipisahkan (daun-daun pasir, kaki, madya, dan atas). Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh kondisi daun yang

seragam dan tidak menimbulkan bercak-

bercak hitam akibat proses transpirasi,

sehingga akan dihasilkan krosok yang

bermutu .

(53)

• Penyujenan dilakukan dengan merangkai daun dengan ditusuk pada sujen, dengan posisi daun saling memunggungi dan jarak antar daun adalah satu ibu jari. Perlakuan tersebut bertujuan agar dalam proses pengolahan ketika berada pada kondisi kelembaban tinggi tidak saling melekat

atau berhimpit, selain itu agar aliran udara diantara helaian daun berjalan lancar.

(54)

• Panjang sujen adalah 0,5 m serta mampu memuat sekitar 16 lembar daun. Sebelum proses

penyujenan, setiap kelas/posisi daun terlebih

dahulu dipisahkan (daun-daun pasir, kaki, madya, dan atas). Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh kondisi daun yang seragam dan tidak menimbulkan bercak-bercak hitam akibat proses transpirasi,

sehingga akan dihasilkan krosok yang bermutu

(55)

• Untuk tembakau yang berdaun besar, sujen/sunduk dibuat dari belahan bambu, sedang untuk tembakau oriental dapat digunakan lidi atau tali yang cara

memasukkannya menggunakan jarum. Untuk merentengi daun tembakau oriental juga dapat

digunakan tali rafia, nenas, rami, dan lain-lain. Yang penting cukup kuat dan tahan di terik matahari dan hujan (Abdullah, 1991).

(56)

• 4.   Pengaturan Gelantangan

Daun-daun yang telah disujeni, diikatkan berpasang- pasangan pada sepotong bambu yang disebut

gelantang. Panjang gelantang berkisar antara 1,20-3,25 m dengan diameter 3,5-7 cm. Pada setiap gelantang

diikatkan 5 sujen secara bersambung, yang disebut setengah gelantang. Jadi satu gelantang penuh berisi 10 sujen atau 160 lembar daun. Hal ini sebaiknya

dilakukan di dalam bangsal pengering, atau tempat lain yang teduh agar daun tidak layu. Bila telah selesai,

gelantang-gelantang yang berisi sujenan tembakau ditempatkan di rak-rak dalam bangsal pengering

(57)

• 5.   Pengeringan atau curing

Pengeringan atau curing merupakan proses

penghilangan kandungan air dalam batas-batas

tertentu dimana kerja enzim masih memungkinkan untuk menghasilkan daun tembakau dengan aroma, bentuk, dan struktur yang dikehendaki hingga

kering sempurna.

(58)

• Tahapan Curing :

  Fase penguningan (yellowing)

Fase ini bertujuan untuk mengubah warna daun tembakau yang semula berwarna hijau menjadi kuning. Pada fase ini

terjadi proses hidrolisis polimer pati menjadi gula sederhana.

Panas yang digunakan tidak begitu tinggi, namun

kelembabannya tinggi sehingga kenaikan suhu lambat.

  Fase pengikatan warna (fixing color)

Fase ini bertujuan untuk menghentikan kegiatan enzimatis sel-sel daun sehingga warna kuning daun tidak berubah.

Selain itu juga bertujuan untuk menstimulir terjadinya reaksi browning non enzimatis.

(59)

• Fase pengeringan (drying)

Fase ini bertujuan untuk menurunkan kadar air dan

mengintensifkan reaksi browning non enzimatis. Daun

dinyatakan kering apabila gagang (ibu tulang daun) dapat dipatahkan dengan cara ditekuk.

Jenis-jenis Curing : Sun Curing

Sun-curing dilakukan dengan menjemur daun tembakau dibawah sinar matahari langsung. Daun tembakau akan

menjadi sangat kuning dan kandungan gulanya tetap terjaga.

Daun tembakau yang diproses dengan cara ini adalah tembakau yang lebar daunnya hanya 2-3 inci. Proses ini membutuhkan waktu 3-4 minggu.

(60)

• Flue Curing

Flue-curing dilakukan dengan memanaskan udara yang

berada sangat dekat dengan gudang. Udara luar dipanaskan dengan menggunakan api dan ditiupkan melalui pipa ke

dalam gudang. Tembakau tidak kontak langsung dengan api.

Flue curing diaplikasikan untuk tembakau virginia. Hasil

yang diperoleh adalah tembakau yang berwarna kunig cerah.

Flue curing membutuhkan waktu 4-7 hari.

Suhu yang digunakan meningkat selama proses curing mulai dari 32,2°C sampai 71,1°C dan dilakukan sampai daun benar- benar kering. Dari proses ini akan dihasilkan daun dengan kadar gula tinggi dan kandungan nikotinnya medium sampai tinggi.

(61)

• Fire Curing

Proses fire-curing merupakan proses pengeringan yang dilakukan pada gudang yang dipenuhi asap yang berasal dari pembakaran kayu. Pada proses ini terjadi perubahan warna daun tembakau yang semula kuning menjadi hitam dan berkilau. Selain itu, 

dengan adanya asap akan menciptakan aroma daun tembakau yang khas. Proses ini dapat berlangsung mulai dari 3 hari sampai 10 minggu dan dilakukan secara terus menerus, atau dengan

adanya jeda. Daun tembakau yang dihasilkan adalah daun dengan kadar gula rendah dan nikotin yang tinggi. Tembakau Fire-cured biasanya digunakan untuk menghasilkan produk tembakau

lintingan, pipa tembakau, dark cigarettes, tembakau kunyah (chewing tobacco), dan snuff and strong-tasting cigars.

(62)

• Air Curing

Air curing merupakan cara pengeringan daun tembakau segar yang berasal dari kebun, dilakukan secara perlahan- lahan pada suhu, kelembaban dan suplai udara tertentu sehingga terjadi perubahan komposisi kimia yang

berpengaruh pada pembentukan kualitas yang kehendaki.

Proses ini dilakukan di dalam ruangan yang dilengkapi dengan jendela-jendela yang bisa dibuka dan ditutup.

Kelembaban dikontrol dengan mengatur ventilasi untuk

mengurangi kelembaban yang terlalu tinggi, contohnya pada waktu hujan atau malam hari diberi nyala api dari tembakau kering atau kayu bakar agar kelembabannya turun.

(63)

• Cara mengatur ventilasi :

Pada cuaca normal dilakukan pembukaan pintu dan

jendela sekitar pukul 08.00 pagi.

Sesudah 2 jam jendela dan pintu pada kamar-kamar yang

berisi daun yang masih berwarna hijau sudah harus ditutup Saat angin tidak lebat jendela dan pintu  ditutup setengah

pada sisi gudang dimana arah angin berasal.

Saat angin keras dan frekuensi angin tinggi, gudang

ditutup rapat

Saat terjadi hujan, gudang ditutup rapat dan dinyalakan api

kecil

Sinar matahari jangan sampai terkena daun secara

langsung

(64)

• Adapun faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan :

•   Vitalitas jaringan

•   Derajat kemasakan

•   Letak daun pada batang

•   Suhu dan RH

•   Kecepatan pergerakan udara

RH dan suhu merupakan dua faktor yang paling berpengaruh terhadap proses pengeringan. Pada suhu dan RH yang relatif rendah, terjadi

pengeringan tanpa curing (haying down). Pada suhu tinggi dan RH

rendah,terjadi pengeringan cepat (daun tetap hijau). Untuk kondisi suhu dan RH tinggi, curing dilakukan dengan cepat. Perlakuan tersebut

menyebabkan daun tembakau yang dihasilkan berwarna gelap dan menyebabkan pole sweat/house burn. Sedangkan untuk kondisi suhu rendah dan RH tinggi dapat menghambat pengeringan dan curing.

(65)

• 6.   Sortasi Kasar

Sortasi merupakan kegiatan memisah-misahkan daun tembakau menurut kemasakan daun, ukuran daun,

kecacatan daun, dan posisi daun. Berdasarkan kriteria di

atas, daun-daun dipisahkan. Demikian pula, daun-daun yang telah dipisahkan menurut letaknya pada saat memetik.

Selanjutnya, daun-daun tembakau dipisahkan menurut

tingkat kemasakannya karena daun yang masih muda atau yang telah tua ikut dipetik sehingga apabila tidak dipisahkan dapat mempengaruhi mutu akhir tembakau setelah

pengolahan. Ukuran juga merupakan kriteria penilaian mutu tembakau. Tahapan ini dilakukan pada suhu lingkungan 30

oC.

(66)

• Spesifikasi daun yang diharapkan adalah daun yang lemas dengan kadar air 20-25% serta tidak basah saat diremas.

Pada tahap ini daun-daun tembakau yang telah dipetik dan terkumpul di tempat teduh disortasi terlebih dahulu tahap pengolahan daun. Tujuannya adalah :

a.  Memudahkan proses pengolahan, terutama penempatan dalam ruang pengolahan.

b.    Memudahkan pengelompokan ke dalam kelas-kelas menurut mutu setelah   pengolahan.

c.  Memudahkan menentukan harga jual menurut mutu.

d.  Memperoleh keseragaman jenis dan mutu sehingga memudahkan pemasaran.

(67)

• 7.   Pemeraman (Fermentasi)

Fermentasi merupakan proses perubahan

komponen kimia oleh reaksi oksidasi. Proses

fermentasi yang baik dapat memperpanjang umur simpan tembakau. Selama penyimpanan daun

tembakau akan terjadi penuaan (ageing) yaitu perubahan alami secara lambat, yang akan

meningkatkan karakteristik daun tembakau serta menyebabkan daun tembakau kehilangan rasa

"hijau"nya. Proses fermentasi secara alami

dilakukan dengan penumpukan daun tembakau.

(68)

• Pada proses ini, pengontrolan suhu di dalam

tumpukkan merupakan faktor kunci keberhasilan.

Masing-masing jenis tembakau memiliki suhu optimal.

Setelah mencapai suhu yang ditargetkan, maka

dilakukan pengadukan secukupnya pada tumpukan daun, sampai seluruh tumpukan difermentasi dengan benar.

Tujuan dilakukannya fermentasi pada daun tembakau antara lain untuk menyempurnakan aroma,

menghilangkan rasa mentah dan pahit, memperbaiki warna daun, dan memperbaiki kualitas bakar.

(69)

 . Proses Biokimiawi Selama Proses Pengolahan Tembakau.

Daun tembakau yang dipetik, proses asimilasinya terhenti, akan tetapi pernafasannya terus berlangsung. Dalam proses ini terjadi perubahan zat pati menjadi gula dengan pengaruh kegiatan

enzim-enzim. Gula yang terbentuk ini yang digunakan oleh daun untuk melanjutkan pernafasan ini.

Di dalam daun terdapat zat warna, yaitu klorofil yang berwarna hijau; karotenoid yang merupakan kelompok pigmen: kuning, oranye, merah, dan kecoklatan; dan xantofil yang merupakan pigmen kuning-coklat tua. Zat warna kuning ini terbungkus oleh klorofil, dan baru akan muncul bila klorofil yang membungkusnya dirombak.

(70)

• Menguningkan merupakan proses awal pada

pengolahan tembakau, yaitu pada proses curing yang merupakan masa penentu kualitas. Sebab

pada stadium awal ini terjadi proses fisiologis yang vital. Semua zat-zat makanan diubah untuk

kebutuhan pernafasan dan proses hidup lainnya, sedang penambahan zat makanan yang baru telah terputus. Reaksi yang terjadi pada saat ini sejalan dengan prose salami waktu daun menjadi tua.

Warna kuning akan berubah menjadi warna yang lebih tua (coklat sampai hitam) di bawah pengaruh enzim-enzim peroksidasi, bilamana sel-sel daun

masih lembab.

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan perkerasan mengacu pada standar Bina Marga, yaitu metode analisa komponen, berikut hasil perhitungan tebal perkerasan rencana :.

Saat ini keberadaan geplak sebagai camilan oleh-oleh khas Bantul, sesuai latar belakang tersebut kalah bersaing dengan produk yang lainnya. Hal ini terlihat dari hasil observasi

Budaya bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh sebagian orang lainnya, budaya dimiliki oleh seluruh manusia dan dengan demikian

Berkaitan dengan rumus pertandaan Saussure tersebut dapat dijelaskan, bahwa tanda sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari dua bidang, seperti halnya pada kasus

(v) Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas; (Buku I, Bab 6.5.3) (vi) Meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas; (Buku I, Bab 6.5.3)

 Dilakukan pada skala mikro dengan mengukur serapan spektrum senyawa berwarna yang terbentuk sebagai hasil reaksi suatu gula dengan resorsinol- H2S041N atau anilina hidrogen ftalat..

• Saksi mengaku tidak pernah menggunakan handphone Terdakwa (berbeda dengan suradi yang pernah menggunakan handphone untuk keperluan dinas). Saksi mengaku pernah dititipkan

Dilihat dari simulasi yang telah dilakukan, terlihat setelah menambahkan beban kapasitif pada sisi penerima dari saluran transmisi antara KARA dan WIDP, terbukti