TEMBAKAU
• Tembakau (daunnya) biasanya digunakan sebagai bahan
pembuatan rokok. Usaha
Pertanian tembakau merupakan
usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di
Indonesia, diperkirakan hanya
sekitar 207.020 hektar, namun jika dibandingkan dengan pertanian
padi, pertanian tembakau
memerlukan tenaga kerja hampir
tiga kali lipat.
• Seperti juga pada kegiatan pertanian lainnya, untuk
mendapatkan produksi tembakau dengan mutu yang baik, banyak
faktor yang harus diperhatikan.
Selain faktor tanah, iklim,
pemupukan dan cara panen.
• Tanaman tembakau (Nicotianae tabacum L) termasuk genus
Nicotinae, serta familia
Solanaceae. Tanaman tembakau merupakan tumbuhan herba
semusim yang ditanam untuk
mendapatkan daunnya. Tembakau adalah genus tanaman yang
berdaun lebar yang berasal dari
daerah Amerika Utara dan Amerika
Selatan.
• Daun dari pohon ini sering
digunakan sebagai bahan baku
rokok, baik dengan menggunakan pipa maupun digulung dalam
bentuk rokok atau cerutu. Daun tembakau dapat pula dikunyah
atau dikulum, dan ada pula yang menghisap bubuk tembakau
melalui hidung.
• Berikut merupakan susunan taksonomi dari salah satu spesies tembakau:
• Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
• Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
• Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
• Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
• Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
• Sub Kelas : Asteridae
• Ordo : Solanales
• Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
• Genus : Nicotiana
• Spesies : Nicotiana tabacum L.
• Spesies-spesies yang mempunyai nilai ekonomis antara lain yakni:
1) Nicotiana rustica L: mengandung kadar nikotin yang tinggi (max n =16 %) biasanya digunakan untuk membuat abstrak alkoloid (sebagai bahan baku obat dan isektisida), jenis ini banyak berkembang di Rusia dan India. Daun mahkota bunganya berwarna kuning, bentuk mahkota bunga seperti
terompet berukuran pendek dan sedikit
bergelombang, habitusnya silindris, bentuk daun bulat yang pada ujungnya tumpul,
kedudukan daun pada batang agak terkulai
• 2) Nicotiana tabacum L mengandung kadar nikotin yang rendah (min n = 0,6 %) jenis ini umumnya digunakan sebagai bahan baku
pembuatan rokok. Daun mahkota bunganya memiliki warna merah muda sampai merah, mahkota bunga berbentuk terompet panjang, habitusnya piramidal, daunnya berbentuk
lonjong dan pada ujung runcing, dan
kedudukan daun pada batang tegak,
tingginya 1,2 m.
• Tanaman tembakau ditanam pada curah hujan rata-rata 2000
mm/tahun, suhu udara yang cocok antara 21-32 derajat C, pH antara 5- 6. Tanah gembur, remah, mudah
mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat
meningkatkan drainase, ketinggian
antara 200-3.000 m dpl.
• Ada tiga jenis tembakau yang diproduksi dari sebagian besar Negara penghasil tembakau, yaitu:
• Virginia , atau sering disebut tembakau terang karena warnanya yang kuning ke oranye yang diperoleh dari proses flue- curing.
• Burley , merupakan daun tembakau yang berwarna coklat setelah melewati proses air-curing dengan kadar gula rendah dan memiliki rasa seperti cerutu.
• Oriental , merupakan daun tembakau yang
berdaun kecil dan beraroma tinggi dengan
dibantu proses sun-curing.
• Akar
Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang yang
tumbuh tegak ke pusat bumi. Akar
tunggangnya dapat menembus tanah kedalaman 50- 75cm, sedangkan akar serabutnya menyebar ke samping.
Selain itu, tanaman tembakau juga memiliki bulu- bulu akar. Perakaran akan berkembang baik jika tanahnya gembur, mudah menyerap air, dan
subur.
• Batang
Tanaman Tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, agak lunak tetapi
kuat, makin ke ujung, makin kecil. Ruas- ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi daun, batang tanaman
bercabang atau sedikit bercabang.
Pada setiap ruas batang selain
ditumbuhi daun, juga ditumbuhi tunas
ketiak daun, diameter batang sekitar 5
cm.
• Daun
Tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau bulat, tergantung
pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya meruncing,
sedangkan yang berbentuk bulat,
ujungnya tumpul. Daun memiliki tulang- tulang menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Lapisan atas daun terdiri atas lapisan palisade
parenchyma dan spongy parenchyma
pada bagian bawah. Jumlah daun dalam
satu tanaman sekitar 28- 32 helai
• Bunga
Tanaman tembakau berbunga majemuk yang tersusun dalam beberapa tandan dan masing-masing tandan berisi
sampai 15 bunga. Bunga berbentuk
terompet dan panjang, terutama yang berasal dari keturunan Nicotiana
tabacum, sedangkan dari keturunan Nicotiana rustika, bunganya lebih
pendek, warna bunga merah jambu
sampai merah tua pada bagian atas.
• Bunga tembakau berbentuk malai,
masing-masing seperti terompet dan mempunyai bagian sebagai berikut:
a. Kelopak bunga, berlekuk dan mempunyai lima buah pancung
b. Mahkota bunga berbentuk terompet, berlekuk merah dan berwarna merah
jambu atau merah tua dibagian atasnya.
Sebuah bunga biasanya mempunyai
lima benang sari yang melekat pada
mahkota bunga, dan yang satu lebih
pendek dari yang lain.
• c. Bakal buah terletak diatas dasar bunga dan mempunyai dua ruang
yang membesar
d. Kepala putik terletak pada
tabung bunga yang berdekatan
dengan benang sari. Tinggi benang sari dan putik hampir sama.
Keadaan ini menyebabkan tanaman tembakau lebih banyak melakukan penyerbukansendiri, tetapi tidak
tertutup kemungkinan untuk
penyerbukan silang.
• Buah
Tembakau memiliki bakal buah yang berada di atas dasar bunga dan terdiri atas dua
ruang yang dapat membesar, tiap-tiap ruang berisi bakal biji yang banyak sekali.
Penyerbukan yang terjadi pada bakal buah akan membentuk buah. Sekitar tiga minggu setelah penyerbukan, buah tembakau sudah masak. Setiap pertumbuhan yang norrmal, dalam satu tanaman terdapat lebih kurang 300 buah. Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil, di dalamnya
berisi biji yang bobotnya sangat ringan.
• Jenis-jenis Tembakau
Ada beberapa jenis tembakau yakni :
a. Tembakau Cerutu yang terdiri dari :
• Tembakau Deli, digunakan sebagai pembungkus dalam industri rokok cerutu.
• Tembakau Vorstenlanden, digunakan sebagai pembalut / pengisi rokok cerutu.
• Tembakau Besuki, digunakan sebagai
pembalut / pengisi rokok cerutu dan daunnya
dapat digunakan sebgai pembungkus rokok.
• b. Tembakau Pipa. Tembakau ini khusus digunakan untuk rokok pipa dan bukan
pembuatan rokok cerutu dan rokok kretek.
c. Tembakau Sigaret. Tembakau ini
digunakan umtuk bahan baku pembuatan rokok sigaret, baik rokok putih maupun rokok kretek.
d. Tembakau Asli / Rejangan. Tembakau ini disebut juga tembakau rakyat, dimana
tembakau ini diolah dengan direjang lalu dikeringkan dengan penjemuran matahari.
Tembakau rakyat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan rokok kretek atau lainnya.
• e. Tembakau Asepan yakni tembakau yang
daunnya diolah dengan cara pengasapan, tembakau ini digunakan untuk rokok lintingan (tembakau
dilinting dengan kertas rokok halus).
Menurut laporan dari Direktorat Jendral
Perkebunan Republik Indonesia, secara garis besar tembakau di Indonesia dibedakan menjadi dua
kelompok besar, yaitu:
a. Tembakau asli adalah tembakau yang masuk dan tersebar sejak ratusan tahun yang lalu dan
telah beradaptasi dengan lingkungannya.
b. Tembakau introduksi adalah tembakau yang masuk ke Indonesia sekitar tahun 1900-an, seperti jenis Virginia, Burley, dan Oriental.
• Tembakau adalah salah satu jenis produk pertanian yang termasuk dalam komoditas
perkebunan. Tembakau ini bisanya digunakan sebagai bahan baku rokok dan cerutu. Bagian tumbuhan tembakau yang dimanfaatkan yaitu bagian daunnya. Terdapat beberapa spesies yang ada dalam nikotiana yang dapat disebut dengan tembakau, diantaranya Nicotiana
tabacum .
• Tembakau adalah tumbuhan yang mengandung jumlah nikotin tertinggi dibandingkan dengan
tanaman lain. Walaupun begitu, tembakau tidak mengandung senyawa tropan alkaloida yang
beracun bagi manusia.
• Daerah penghasil tembakau di Indonesia,
diantaranya Klaten, Sleman, Boyolali, Madura,
Temanggung,dan lain sebagainya.
• Cara Budidaya Tanaman Tembakau
• 1. Syarat Tumbuh
Tembakau akan tumbuh optimal pada
daerah beriklim tropis Yang memiliki suhu sekitar 21°C – 27°C, memiliki curah hujan rata-rata sekitar 1500 mm hingga 2000 mm per tahun, serta memiliki kelembaban udara sekitar 50%-70% dan mendapat sinar
matahari penuh.
•Tanah yang baik untuk menanam tembakau yaitu tanah yang
bertekstur liat berpasir, gembur,
remah, dan memiliki drainase yang
baik serta memiliki derajat keasaman
atau pH sekitar 5.5-6.5.
•2. Persiapan Lahan Tanam tembakau
Tembakau dapat tumbuh dengan baik di lahan tegalan dan lahan
persawahan yang memiliki drainase
yang baik.
•Lahan yang akan digunakan untuk
budidaya dibersihkan terlebih dahulu
dari tanaman pengganggu. Selanjutnya, tanah pada lahan digemburkan dengan menggunakan bajak atau cangkul
dengan kedalaman 20-30 cm lalu
diratakan kembali.
•Setelah itu, dibuat bedengan dengan ukuran sekitar 120
cm x 100 cm dengan jarak
antar bedengan sekitar 50
cm.
• 3. Persiapan Benih Tembakau
Pilihlah varietas benih tembakau yang berkualitas tinggi, bentuk dan warnanya
seragam, memiliki daya tumbuh sekitar 85%, toleran terhadap hama dan penyakit dan
tentunya yang memiliki hasil produksi yang
tinggi.
• 4. Persemaian Benih Tembakau
Setelah benih siap, selanjutnya lakukan
persemaian benih. Namun sebelumnya, dibuat lahan semai berupa bedengan dengan ukuran
sekitar 1-2 meter untuk lebarnya, 50-80 cm untuk tingginya dan sekitar 5-6 meter untuk panjangnya lalu beri naungan dari plastik transparan agar
bibit nantinya terkena sinar matahari secara
langsung.
• Setelah 5 hari atau seminggu setelah media semai dibuat, selanjutnya taburkan benih
pada bedengan. Lakukan penyiraman
dengan menggunakan gembor setiap pagi
dan sore hari. Setelah bibit berumur sekitar
35-50 hari, bibit dapat dipindah tanamkan ke
lahan tanam.
•5. Penanaman Tembakau
Penanaman tembakau dilakukan pada awal musim penghujan atau akhir
musim kemarau. Waktu penanaman
tersebut yaitu dilakukan pada sore hari
untuk menghindarkan bibit layu karena
sinar matahari yang berlebih.
• Tembakau ditanam dengan menggunakan sistem pagar ganda dengan kedalaman
tanam sebatas pangkal batang. Biasanya
pola tanam yang digunakan oleh banyak
petani Indonesia yaitu menggunakan jarak
tanam sekitar 100 cm x 50 cm atau 100 cm
x 45 cm dengan populasi bibit 33.000 per
hektar lahan
• 6. Pemeliharaan Tanaman Tembakau
• Penyulaman
Lakukan penyulaman atau penggantian tanaman yang mati atau tumbuhan yang
tidak tumbuh dengan optimal. Penyulaman
ini dilakukan tidak lebih dari 5-7 hari setelah
tanam.
•Penyiraman
Lakukan penyiraman hingga tanaman berumur sekitar 30-45 hari setelah
tanam dengan cara gembor pada pagi
dan sore hari agar media tanam tetap
lembab.
•Penyiangan
Lakukan penyiangan pada tanaman pengganggu yang ada disekitar
tanaman tembakau dengan
menggunakan koret ataupun bisa juga
menggunakan pestisida
•Pembubunan
Lakukan pembubunan, pembubunan
ini bertujuan untuk menggemburkan
tanah dengan cara menaikan tanah
yang longsor akibat penyiraman ke
tanaman.
• Pemupukan
Lakukan pemupukan sebanyak 3 kali selama
masa tanam yaitu pada 7 – 10 hst, 20-25 hst, dan 40-45 hst. Pupuk yang digunakan dapat berupa
pupuk organik seperti pupuk kompos atau pupuk anorganik seperti Urea, TSP dan KCl. Pemberian pupuk tersebut dilakukan dengan cara dimasukan dalam lubang atau dengan cara tugal disekitar
tanaman tembakau.
• 7. Pemanenan Tembakau
Pemanenan tembakau untuk pertama kali dapat dilakukan pada 60-70 hari setelah tanam. Pemanenan tersebut dilakukan dengan cara memetik daunnya. Agar mendapatkan kadar pati yang tinggi,
pemetikan tembakau dilakukan pada sore
hari.
• (Teknologi Pasca Panen Tembakau) 1. Pemetikan Tembakau
Jika tembakau sudah cukup umur maka pemetikan daun tembakau yang baik
adalah jika tembakau yang dipetik telah masak. Pemetikan daun dilakukan
setelah tanaman berumur 65-70 HST.
• Panen tembakau dilakukan secara bertahap mulaidaridaun bawah ke atas dengan
memetik daun yang benar-benar matang.
Untuk golongan tembakau cerutu maka pemungutan daun yang baik pada tingkat tepat masak/hampir masak hal tersebut di tandai dengan warna keabu-abuan.
Sedangkan untuk golongan sigaret pada tingkat kemasakan tepat masak/masak
sekali, apabila pasar menginginkan krosok
yang halus maka pemetikan dilakukan tepat
masak. Sedangkan bila menginginkan krosok
yang kasar pemetikan diperpanjang 5-10 hari
dari tingkat kemasakan tepat masak.
• Pemetikan daun tembakau ini sebaiknya
dilakukan pada pagi hari saat embun sudah hilang. Dilakukan pada daun yang benar-
benar matang, dengan caramembelakangi
matahari agar tidak salah warna. Pemetikan
dapat dilakukan berselang 3-5 hari, dengan
jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai
tiap tanaman. Untuk setiap tanaman dapat
dilakukan pemetikan sebanyak 5 kali.
• Tembakau yang memiliki mutu tinggi adalah tepat masak yang memenuhi ciri-ciri yang disebutkan
oleh Badri et al (1994) yaitukematangan daun di pohon sesuai dengan posisi daun pada tanaman, yaitu:
• Pemetikan daun bawah (3-4 lembar), daun mendekati kehijau-hijauan,gagang daun keputih- putihan.
• Pemetikan daun tengah (4-6 lembar), daun yang telah matang, kuningkenanga,
• Petikan daun atas (6-9 lembar), daun yang telah matang benar.
• • Petikan daun pucuk (4-7 lembar), daun yang benar-benar matang.
• Selain itu tanda-tanda kematangan daun yang tepat untuk dipetik yaitu:
• Warna daun berubah, tulang daun, gagang daun keputih-putihan.
• Ujung daun mengering.
• Adanya bintik-bintik Corcospora pada daun
• Pengolahan Tembakau Menjadi Cerutu 1. Pemetikan
Sebelum dilakukan pemetikan atau pemungutan
perlu diadakan suatu pemangkasan (Topping). Ada dua jenis pemungutan, yaitu pemungutan batang dan pemungutan daun. Cara pemungutan yang
umum digunakan pada tembakau cerutu maupun tembakau sigaret adalah pemungutan daun.
Pemanenan tembakau dilakukan secara bertahap, sebanyak 5 – 8 kali selama musim panen
tergantung kemasakan dan jumlah daun. Panen daun tembakau dilakukan 10 – 15 hari sebelum awal pembelian tembakau rajangan.
• Pemetikan daun dimulai dari bawah, dipetik 2 – 3 lembar daun setiap kali petik. Daun
yang siap panen ditandai oleh perubahan warna daun, dari hijau menjadi kuning
kehijauan, warna tulang daun putih/hijau terang, tepi daun mengering, permukaan daun agak kasar dan tangkai daun mudah
dipatahkan. Waktu umum untuk pemanenan adalah pagi hari setelah embun menguap
sampai siang hari. Apabila waktu panen
turun hujan, maka daun yang cukup matang
segera dipetik atau ditunda 6-8 hari
• Daun-daun yang telah dipetik kemudian diangkut ke tempat persiapan pra pengolahan. Untuk proses pengolahan daun tembakau menjadi krosok perlu dijaga agar tidak cacat, robek, terlipat-lipat, dan lain-lain. Daun-daun tersebut
biasanya ditempatkan di keranjang khusus yang dibuat untuk mencegah terjadinya kerusakan daun. Daun diletakkan
dengan posisi gagang daun di bawah dan ujungnya di atas.
Selain itu penumpukan daun juga dihindari, kecuali untuk waktu pengangkutan yang relatif singkat. Adanya
penumpukan daun tersebut dapat memicu fermentasi daun sehingga daun-daun akan menguning tidak merata dan
menyulitkan saat penempatan dalam ruang pengolahan
• 2. Sortasi Basah
Sebelum diperam, daun tembakau disortasi agar diperoleh daun hijau yang ukurannya seragam. Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan daun berdasarkan tingkat kematangan daun,
kecacatan fisik dan posisi daun pada batang (Purbosayekti, 2009).
Namun, sortasi basah berdasarkan kualitas yang paling mudah dilakukan adalah berdasarkan warna daun, yaitu:
Trash (apkiran): warna daun hitam.
Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda.
Less slick (kurang licin): warna daun kuning (seperti warna
buah jeruk lemon).
More grany side (sedikit kasar): warna daun antara kuning-
oranye.
• 3. Penyujenan
Sebelum pelaksanaan penyujenan daun tembakau ini masih
melalui beberapa proses antara lain pelayuan dengan cara daun tembakau ditutup dengan plastik atau daun untuk mendapatkan daun yang berwarna kekuningan, kecoklatan dan fixasi warna.
Penyujenan adalah kegiatan penataan daun tembakau dengan cara menusuk bagian pangkal gagang daun/ibu tulang daun atau pada ruas batang diantara dua daun. Tujuan penyujenan adalah : a. Memudahkan penataan dalam ruang pengeringan/
pengolahan
b. Mencegah daun saling melekat atau berhimpit pada saat keadaan kelembaban tinggi sehingga daun dapat mengering secara merata.
• Cara penyujenan daun tembakau dan bahan untuk tusuk tergantung pada cara panen. Dengan
menyesuaiakan menurut cara panen, penyujenan dapat memberikan hasil yang baik. Daun tembakau yang dipanen secara pungut daun yang ditusuk
adalah punggung daun dengan punggung daun dan perut daun sehingga menyerupai jahitan. Jarak
antara satu daun dan daun lain sekitar satu ibu jari orang dewasa agar tidak saling melekat.
• Untuk tembakau yang dipanen secara
pungut batang, daun dilepaskan satu persatu dari batng, kemudian ditusuk dengan sujen.
Untuk daun tembakau yang dipotong menurut ruas batang, cara menusuk
dilakukan dengan menyunduk bagian ruas.
Panjang tusuk bervariasi antara 30 cm
sampai 40 cm. Dengan demikian, satu sujen
dapat berisi antara 4 lembar daun sampai 5
lembar daun.
• Daun-daun tembakau yang telah disusun diikatkan pada bambu yang berpasangan (gelantang).
Penyujenan dilakukan dengan merangkai daun dengan ditusuk pada sujen, dengan posisi daun saling memunggungi dan jarak antar daun adalah satu ibu jari. Perlakuan tersebut bertujuan agar dalam proses pengolahan ketika berada pada kondisi kelembaban tinggi tidak saling melekat
atau berhimpit, selain itu agar aliran udara diantara helaian daun berjalan lancar.
• Panjang sujen adalah 0,5 m serta mampu memuat sekitar 16 lembar daun. Sebelum
proses penyujenan, setiap kelas/posisi daun terlebih dahulu dipisahkan (daun-daun pasir, kaki, madya, dan atas). Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh kondisi daun yang
seragam dan tidak menimbulkan bercak-
bercak hitam akibat proses transpirasi,
sehingga akan dihasilkan krosok yang
bermutu .
• Penyujenan dilakukan dengan merangkai daun dengan ditusuk pada sujen, dengan posisi daun saling memunggungi dan jarak antar daun adalah satu ibu jari. Perlakuan tersebut bertujuan agar dalam proses pengolahan ketika berada pada kondisi kelembaban tinggi tidak saling melekat
atau berhimpit, selain itu agar aliran udara diantara helaian daun berjalan lancar.
• Panjang sujen adalah 0,5 m serta mampu memuat sekitar 16 lembar daun. Sebelum proses
penyujenan, setiap kelas/posisi daun terlebih
dahulu dipisahkan (daun-daun pasir, kaki, madya, dan atas). Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh kondisi daun yang seragam dan tidak menimbulkan bercak-bercak hitam akibat proses transpirasi,
sehingga akan dihasilkan krosok yang bermutu
• Untuk tembakau yang berdaun besar, sujen/sunduk dibuat dari belahan bambu, sedang untuk tembakau oriental dapat digunakan lidi atau tali yang cara
memasukkannya menggunakan jarum. Untuk merentengi daun tembakau oriental juga dapat
digunakan tali rafia, nenas, rami, dan lain-lain. Yang penting cukup kuat dan tahan di terik matahari dan hujan (Abdullah, 1991).
• 4. Pengaturan Gelantangan
Daun-daun yang telah disujeni, diikatkan berpasang- pasangan pada sepotong bambu yang disebut
gelantang. Panjang gelantang berkisar antara 1,20-3,25 m dengan diameter 3,5-7 cm. Pada setiap gelantang
diikatkan 5 sujen secara bersambung, yang disebut setengah gelantang. Jadi satu gelantang penuh berisi 10 sujen atau 160 lembar daun. Hal ini sebaiknya
dilakukan di dalam bangsal pengering, atau tempat lain yang teduh agar daun tidak layu. Bila telah selesai,
gelantang-gelantang yang berisi sujenan tembakau ditempatkan di rak-rak dalam bangsal pengering
• 5. Pengeringan atau curing
Pengeringan atau curing merupakan proses
penghilangan kandungan air dalam batas-batas
tertentu dimana kerja enzim masih memungkinkan untuk menghasilkan daun tembakau dengan aroma, bentuk, dan struktur yang dikehendaki hingga
kering sempurna.
• Tahapan Curing :
Fase penguningan (yellowing)
Fase ini bertujuan untuk mengubah warna daun tembakau yang semula berwarna hijau menjadi kuning. Pada fase ini
terjadi proses hidrolisis polimer pati menjadi gula sederhana.
Panas yang digunakan tidak begitu tinggi, namun
kelembabannya tinggi sehingga kenaikan suhu lambat.
Fase pengikatan warna (fixing color)
Fase ini bertujuan untuk menghentikan kegiatan enzimatis sel-sel daun sehingga warna kuning daun tidak berubah.
Selain itu juga bertujuan untuk menstimulir terjadinya reaksi browning non enzimatis.
• Fase pengeringan (drying)
Fase ini bertujuan untuk menurunkan kadar air dan
mengintensifkan reaksi browning non enzimatis. Daun
dinyatakan kering apabila gagang (ibu tulang daun) dapat dipatahkan dengan cara ditekuk.
Jenis-jenis Curing : Sun Curing
Sun-curing dilakukan dengan menjemur daun tembakau dibawah sinar matahari langsung. Daun tembakau akan
menjadi sangat kuning dan kandungan gulanya tetap terjaga.
Daun tembakau yang diproses dengan cara ini adalah tembakau yang lebar daunnya hanya 2-3 inci. Proses ini membutuhkan waktu 3-4 minggu.
• Flue Curing
Flue-curing dilakukan dengan memanaskan udara yang
berada sangat dekat dengan gudang. Udara luar dipanaskan dengan menggunakan api dan ditiupkan melalui pipa ke
dalam gudang. Tembakau tidak kontak langsung dengan api.
Flue curing diaplikasikan untuk tembakau virginia. Hasil
yang diperoleh adalah tembakau yang berwarna kunig cerah.
Flue curing membutuhkan waktu 4-7 hari.
Suhu yang digunakan meningkat selama proses curing mulai dari 32,2°C sampai 71,1°C dan dilakukan sampai daun benar- benar kering. Dari proses ini akan dihasilkan daun dengan kadar gula tinggi dan kandungan nikotinnya medium sampai tinggi.
• Fire Curing
Proses fire-curing merupakan proses pengeringan yang dilakukan pada gudang yang dipenuhi asap yang berasal dari pembakaran kayu. Pada proses ini terjadi perubahan warna daun tembakau yang semula kuning menjadi hitam dan berkilau. Selain itu,
dengan adanya asap akan menciptakan aroma daun tembakau yang khas. Proses ini dapat berlangsung mulai dari 3 hari sampai 10 minggu dan dilakukan secara terus menerus, atau dengan
adanya jeda. Daun tembakau yang dihasilkan adalah daun dengan kadar gula rendah dan nikotin yang tinggi. Tembakau Fire-cured biasanya digunakan untuk menghasilkan produk tembakau
lintingan, pipa tembakau, dark cigarettes, tembakau kunyah (chewing tobacco), dan snuff and strong-tasting cigars.
• Air Curing
Air curing merupakan cara pengeringan daun tembakau segar yang berasal dari kebun, dilakukan secara perlahan- lahan pada suhu, kelembaban dan suplai udara tertentu sehingga terjadi perubahan komposisi kimia yang
berpengaruh pada pembentukan kualitas yang kehendaki.
Proses ini dilakukan di dalam ruangan yang dilengkapi dengan jendela-jendela yang bisa dibuka dan ditutup.
Kelembaban dikontrol dengan mengatur ventilasi untuk
mengurangi kelembaban yang terlalu tinggi, contohnya pada waktu hujan atau malam hari diberi nyala api dari tembakau kering atau kayu bakar agar kelembabannya turun.
• Cara mengatur ventilasi :
Pada cuaca normal dilakukan pembukaan pintu dan
jendela sekitar pukul 08.00 pagi.
Sesudah 2 jam jendela dan pintu pada kamar-kamar yang
berisi daun yang masih berwarna hijau sudah harus ditutup Saat angin tidak lebat jendela dan pintu ditutup setengah
pada sisi gudang dimana arah angin berasal.
Saat angin keras dan frekuensi angin tinggi, gudang
ditutup rapat
Saat terjadi hujan, gudang ditutup rapat dan dinyalakan api
kecil
Sinar matahari jangan sampai terkena daun secara
langsung
• Adapun faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan :
• Vitalitas jaringan
• Derajat kemasakan
• Letak daun pada batang
• Suhu dan RH
• Kecepatan pergerakan udara
RH dan suhu merupakan dua faktor yang paling berpengaruh terhadap proses pengeringan. Pada suhu dan RH yang relatif rendah, terjadi
pengeringan tanpa curing (haying down). Pada suhu tinggi dan RH
rendah,terjadi pengeringan cepat (daun tetap hijau). Untuk kondisi suhu dan RH tinggi, curing dilakukan dengan cepat. Perlakuan tersebut
menyebabkan daun tembakau yang dihasilkan berwarna gelap dan menyebabkan pole sweat/house burn. Sedangkan untuk kondisi suhu rendah dan RH tinggi dapat menghambat pengeringan dan curing.
• 6. Sortasi Kasar
Sortasi merupakan kegiatan memisah-misahkan daun tembakau menurut kemasakan daun, ukuran daun,
kecacatan daun, dan posisi daun. Berdasarkan kriteria di
atas, daun-daun dipisahkan. Demikian pula, daun-daun yang telah dipisahkan menurut letaknya pada saat memetik.
Selanjutnya, daun-daun tembakau dipisahkan menurut
tingkat kemasakannya karena daun yang masih muda atau yang telah tua ikut dipetik sehingga apabila tidak dipisahkan dapat mempengaruhi mutu akhir tembakau setelah
pengolahan. Ukuran juga merupakan kriteria penilaian mutu tembakau. Tahapan ini dilakukan pada suhu lingkungan 30
oC.
• Spesifikasi daun yang diharapkan adalah daun yang lemas dengan kadar air 20-25% serta tidak basah saat diremas.
Pada tahap ini daun-daun tembakau yang telah dipetik dan terkumpul di tempat teduh disortasi terlebih dahulu tahap pengolahan daun. Tujuannya adalah :
a. Memudahkan proses pengolahan, terutama penempatan dalam ruang pengolahan.
b. Memudahkan pengelompokan ke dalam kelas-kelas menurut mutu setelah pengolahan.
c. Memudahkan menentukan harga jual menurut mutu.
d. Memperoleh keseragaman jenis dan mutu sehingga memudahkan pemasaran.
• 7. Pemeraman (Fermentasi)
Fermentasi merupakan proses perubahan
komponen kimia oleh reaksi oksidasi. Proses
fermentasi yang baik dapat memperpanjang umur simpan tembakau. Selama penyimpanan daun
tembakau akan terjadi penuaan (ageing) yaitu perubahan alami secara lambat, yang akan
meningkatkan karakteristik daun tembakau serta menyebabkan daun tembakau kehilangan rasa
"hijau"nya. Proses fermentasi secara alami
dilakukan dengan penumpukan daun tembakau.
• Pada proses ini, pengontrolan suhu di dalam
tumpukkan merupakan faktor kunci keberhasilan.
Masing-masing jenis tembakau memiliki suhu optimal.
Setelah mencapai suhu yang ditargetkan, maka
dilakukan pengadukan secukupnya pada tumpukan daun, sampai seluruh tumpukan difermentasi dengan benar.
Tujuan dilakukannya fermentasi pada daun tembakau antara lain untuk menyempurnakan aroma,
menghilangkan rasa mentah dan pahit, memperbaiki warna daun, dan memperbaiki kualitas bakar.
•
. Proses Biokimiawi Selama Proses Pengolahan Tembakau.
Daun tembakau yang dipetik, proses asimilasinya terhenti, akan tetapi pernafasannya terus berlangsung. Dalam proses ini terjadi perubahan zat pati menjadi gula dengan pengaruh kegiatan
enzim-enzim. Gula yang terbentuk ini yang digunakan oleh daun untuk melanjutkan pernafasan ini.
Di dalam daun terdapat zat warna, yaitu klorofil yang berwarna hijau; karotenoid yang merupakan kelompok pigmen: kuning, oranye, merah, dan kecoklatan; dan xantofil yang merupakan pigmen kuning-coklat tua. Zat warna kuning ini terbungkus oleh klorofil, dan baru akan muncul bila klorofil yang membungkusnya dirombak.
• Menguningkan merupakan proses awal pada
pengolahan tembakau, yaitu pada proses curing yang merupakan masa penentu kualitas. Sebab
pada stadium awal ini terjadi proses fisiologis yang vital. Semua zat-zat makanan diubah untuk
kebutuhan pernafasan dan proses hidup lainnya, sedang penambahan zat makanan yang baru telah terputus. Reaksi yang terjadi pada saat ini sejalan dengan prose salami waktu daun menjadi tua.
Warna kuning akan berubah menjadi warna yang lebih tua (coklat sampai hitam) di bawah pengaruh enzim-enzim peroksidasi, bilamana sel-sel daun
masih lembab.