• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai sengketa terbukti sampai dengan Surat Uraian Banding

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Nilai sengketa terbukti sampai dengan Surat Uraian Banding"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-87287/PP/M.XIA/25/2017

Jenis Pajak : PPh Pasal 4 Ayat (2) Final Tahun Pajak : 2012

Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa yang terbukti dalam sengketa banding ini adalah sebesar Rp21.528.526.335,00 dengan pokok sengketa adalah Koreksi Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp21.528.526.335,00 (Dasar Pengenaan Pajak menurut Terbanding sebesar Rp53.447.714.720,00, sedangkan Dasar Pengenaan Pajak menurut Pemohon Banding sebesar Rp31.919.188.385,00), dengan rincian sebagai berikut:

Tabel Nilai Sengketa atas Objek Pajak sampai dengan Surat Uraian Banding

No Koreksi Positif atas Dasar Pengenaan Pajak Nilai Sengketa (Rp) 1 Koreksi Positif DPP PPh Final Pasal 4 ayat (2) – Biaya Sewa dan

Penambahan Aset dalam Kontruksi 21.528.526.335

Nilai sengketa terbukti sampai dengan Surat Uraian Banding 21.528.526.335 Menurut Terbanding : Berdasarkan penelitian data/dokumen yang disampaikan Pemohon Banding dan Terbanding pada saat pemeriksaan, Terbanding pada saat keberatan berpendapat sebagai berikut :

a. Berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kertas Kerja Pemeriksaan diketahui bahwa koreksi Terbanding terhadap dasar pengenaan pajak sebesar Rp21.791.127.235,00 dikarenakan berdasarkan hasil ekualisasi antara biaya-biaya sewa dan penambahan aset dalam konstruksi pada buku besar sebagai objek PPh Pasal 4 ayat (2) dengan objek yang telah dilaporkan Pemohon Banding, masih terdapat selisih sebesar nilai koreksi;

b. Bahwa dalam surat permohonan Bandingnya, Pemohon Banding pada intinya beralasan bahwa Terbanding hanya melakukan pengakuan atas seluruh aktivitas tersebut tanpa melakukan pengidentifikasian aktivitas transaksi antara Aktivitas Jasa dan aktivitas Pembelian Material, dimana seharusnya atas aktivitas transaksi Pembelian Material bukan merupakan objek atau tidak terutang PPh Pasal 4 ayat (2);

c. Berdasarkan Risalah Pembahasan, diketahui bahwa Pemohon Banding tidak melampirkan bukti-bukti pembelian material dan juga bukti penyetoran PPN Kegiatan Membangun Sendiri tersebut.

d. Bahwa Terbanding telah meminta Pemohon Banding meminjamkan buku, catatan, data dan informasi seperti yang tercantum dalam surat permintaan buku, catatan, data dan informasi pertama nomor S-437/WPJ.02/BD.06/2015 tanggal 23 April 2015 dan surat permintaan buku,

catatan, data dan informasi kedua nomor

S-511/WPJ.02/BD.06/2015 tanggal 19 Mei 2015, namun Pemohon Banding tidak memenuhi seluruhnya permintaan peneliti. Hal ini tertuang dalam Berita Acara nomor BA-435/WPJ.02/2015 tanggal 05 November 2015.

e. Bahwa Terbanding juga telah mengirimkan surat Panggilan Dalam Rangka Pembahasan dan Klarifikasi Sengketa Perpajakan kepada Pemohon Banding dengan nomor S-1088/WPJ.02/BD.06/2015 tanggal 08 Oktober 2015, namun Pemohon Banding juga tidak hadir pada waktu dan tempat sebagaimana yang tertulis dalam surat panggilan tersebut. Hal ini juga telah dituangkan dalam Berita Acara Ketidakhadiran Pemohon Banding nomor BA-187/WPJ.02/BD.06/2015 tanggal 26 Oktober 2015.

f. Bahwa Pemohon Banding tidak dapat membuktikan alasannya dalam permohonan keberatannya karena tidak disampaikannya bukti/dokumen pendukung yang mendukung alasan Pemohon Banding tersebut;

g. Bahwa Terbanding tidak dapat meneliti data, dokumen dari pihak Pemohon Banding karena sampai dengan laporan ini disusun, Pemohon Banding tidak pernah memberikan penjelasan tertulis ataupun memberikan data/dokumen terkait permohonan keberatan.

h. Bahwa terkait alasan Pemohon Banding yang menyatakan bahwa Terbanding hanya melakukan pengakuan atas seluruh aktivitas Asset Dalam Konstruksi tanpa melakukan pengidentifikasian aktivitas transaksi antara Aktivitas Jasa dan aktivitas Pembelian Material, dimana seharusnya atas aktivitas transaksi Pembelian Material bukan merupakan objek atau tidak terutang PPh Pasal 4 ayat (2), Terbanding berpendapat :

- Terbanding telah melakukan equalisasi objek PPh Pasal 4 ayat (2) yang dilaporkan dalam SPT dengan pos-pos biaya dan/atau pos-pos neraca;

- Berdasarkan hasil ekualisasi antara biaya-biaya sewa dan penambahan aset dalam

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(2)

konstruksi pada buku besar sebagai objek PPh Pasal 4 ayat (2) dengan objek yang telah dilaporkan Pemohon Banding, masih terdapat selisih sebesar nilai koreksi Rp21.791.127.235,00.

- Terbanding telah melakukan equalisasi objek PPh Pasal 4 ayat (2) yang dilaporkan dalam SPT.

- Pemohon Banding tidak dapat membuktikan alasannya dalam permohonan keberatannya karena tidak disampaikannya bukti/dokumen pendukung yang mendukung alasan Pemohon Banding tersebut.

- Terbanding tidak dapat meneliti data, dokumen dari pihak Pemohon Banding karena sampai dengan laporan ini disusun, Pemohon Banding tidak pernah memberikan penjelasan tertulis ataupun memberikan data/dokumen terkait permohonan keberatan.

Hal tersebut dibuktikan dengan adanya :

· Berita Acara Tidak Memenuhi Sebagian/Seluruhnya Permintaan Peminjaman Dan/Atau Permintaan Keterangan Nomor BA-435/WPJ.02/2015 tanggal 05 November 2015.

· Berita Acara Ketidakhadiran Pemohon Banding Dalam Rangka Pembahasan Dan Klarifikasi Sengketa Perpajakan Nomor BA-187/WPJ.02/BD.06/2015 tanggal 26 Oktober 2015.

i. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 13 ayat (8) PMK nomor 9/PMK.03/2013, Terbanding berkesimpulan sama dengan tim Terbanding KPP Madya Pekanbaru tetap mempertahankan koreksi objek PPh Final Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Januari s.d. Desember 2012 atas nama Pemohon Banding NPWP 01.002.747.2-218.001

bahwa Terbanding dalam persidangan menyerahkan Matrik Sengketa, yang pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

Yang disengketakan Cfm SPT SKP Koreksi Surat

Keberatan

Nilai Sengketa

Pengusaha Kena

Pajak/DPP 31.656.587.48

5 53.447.714.7

20 21.791.127.2

35 31.656.587.4

85 21.791.127.2 35 PPh Final Pasal 4 ayat

(2)

1.556.440.892 2.473.067.49 9

916.626.607 1.556.440.89 2

916.626.607 Kredit Pajak 1.556.440.892 1.556.440.89

2 0 1.556.440.89

2 0

Pajak yang kurang (lebih) bayar

0 916.626.607 916.626.607 0 916.626.607 Sanksi bunga Pasal 13

ayat (2) UU KUP 0 384.983.175 384.983.175 0 384.983.175

Jumlah PPh yang masih harus dibayar

0 1.301.609.78 2

1.301.609.78 2

0 1.301.609.78 2 Yang disengketakan Keputusan

Keberatan

Surat Banding

Koreksi Pengusaha Kena Pajak/DPP 53.447.714.720 31.656.587.485 21.791.127.235 PPh Final Pasal 4 ayat (2) 2.473.067.499 1.556.440.892 916.626.607

Kredit Pajak 1.556.440.892 1.556.440.892 0

Pajak yang kurang (lebih) bayar 916.626.607 0 916.626.607 Sanksi bunga Pasal 13 ayat (2) UU KUP 384.983.175 0 384.983.175 Jumlah PPh yang masih harus dibayar 1.301.609.782 0 1.301.609.782

Penjelasan ringkas koreksi Objek Penghasilan Kena Pajak PPh Final Pasal 4 ayat (2):

- Hasil pengujian terhadap biaya-biaya sewa dan penambahan aset dalam konstruksi pada buku besar sebagai objek PPh Final Pasal 4 ayat (2);

bahwa rincian koreksi Objek PPh Final Pasal 4 ayat (2) sudah ada dalam Kertas Kerja Pemeriksaan dan Laporan Penelitian Keberatan;

bahwa Terbanding dalam persidangan menyampaikan pendapat secara lisan dan menghadirkan Pemeriksa, yang pada pokoknya mengemukakan hal sebagai berikut :

bahwa menanggapi penjelasan Pemohon Banding yang menyatakan Pemohon Banding menunggu rincian jasa kontruksi dari Terbanding, bahwa rincian jasa kontruksi dari Terbanding dapat dilihat di Kertas Kerja Pemeriksaan dan pada persidangan Pemohon Banding sudah memahami data-data yang harus diserahkan namun data-data tersebut belum diserahkan;

bahwa Terbanding menggunakan dokumen sumber berupa SPT PPh Badan dalam melakukan koreksi;

bahwa saat terutangnya PPh Pasal 4 ayat (2) pada prinsipnya adalah pada saat pembayaran, sehingga untuk sengketa jasa kontruksi harus diketahui terlebih dahulu kontrak dan tata cara pembayarannnya, kontruksi dikerjakan oleh Pemohon Banding atau

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(3)

oleh Pihak Ketiga, untuk diketahui saat terutangnya PPh Pasal 4 ayat (2);

bahwa Terbanding dalam persidangan menyampaikan Berita Acara Uji Bukti, yang pada pokoknya mengemukakan hal sebagai berikut :

Berdasarkan hasil uji bukti atas sengketa Banding PPh Pasal 4 ayat (2) tahun 2012 diketahui bahwa pokok sengketa banding terdiri dari :

Obyek Pajak Menurut Pemohon

Banding Menurut

Terbanding Sengketa Banding Persewaan Tanah dan/atau Bangunan 9.142.781.975 9.892.473.934 749.691.959

Jasa Konstruksi 22.513.805.510 42.805.548.827 20.291.743.317

Jumlah 31.656.587.485 52.698.022.761 21.041.435.276

Sengketa menurut Pemohon Banding     21.041.435.276

Selisih     0

Terdapat selisih antara sengketa dalam SUB dengan hasil penelitian pada saat uji bukti yaitu sebagai berikut:

Obyek Pajak Jumlah

Nilai sengketa dalam SUB 53.447.714.720

Nilai sengketa hasil uji bukti 52.698.022.761

selisih 749.691.959

Selisih sebesar Rp749.691.959,00 tersebut merupakan koreksi atas obyek PPh Pasal 4 ayat (2) atas sewa yang diperhitungkan dua kali oleh pemeriksa.

A. Jasa Konstruksi

DPP Jasa Konstruksi cfm Terbanding Rp42.805.548.827,00 DPP Jasa Konstruksi cfm PB (SPT) Rp22.513.805.510,00

Sengketa Banding Rp20.291.743.317,00

DPP Jasa Konstruksi cfm Terbanding sebesar Rp42.805.548.827,00 bersumber dari akun biaya dalam G/L sebagai berikut:

- Akun 230102 (Aset Dalam Kontruksi-Bangunan) Rp31.777.590.447,00 - Akun 230106 (ADK-Infrastruktur, jalan&jembatan) Rp 5.951.748.813,00 - Akun 230190 (ADK-projek lainnya) Rp 4.772.389.568,00 - Selisih nilai tanggapan WP atas sewa alat berat Rp 303.820.000,00 Total objek jasa konstruksi menurut Terbanding Rp42.805.548.827,00 Setelah dilakukan uji bukti terhadap ketiga akun biaya tersebut pendapat Terbanding adalah

sebagai berikut:

1. Akun 230102 (Aset Dalam Kontruksi-Bangunan) Rp31.777.590.447,00 Hasil uji bukti atas akun ini dapat digambarkan dalam tabel berikut :

Kode

Voucher Jumlah

Transaksi Jumlah Ada Bukti Tidak Ada

Bukti Keterangan Bukti O 274 15.796.486.650 10.962.454.150 4.834.032.500 Bukti Potong

PPh

GV 4 185.215.896 - 185.215.896  

I 472 13.178.026.183 - 13.178.026.183  

K 40 1.454.615.400 - 1.454.615.400  

MPL 262 716.621.318 - 716.621.318  

R 9 446.625.000 - 446.625.000  

Jumlah 1.061 31.777.590.447 10.962.454.150 20.815.136.297   Berdasarkan total koreksi dari akun biaya 230102 (Aset Dalam Kontruksi-Bangunan) adalah sebesar Rp31.777.590.447,00 dari jumlah tersebut terdapat transaksi yang sudah di potong PPh Pasal 4 ayat (2) dan PPh Pasal 23 sebesar Rp10.962.454.150,00. Bukti yang diserahkan adalah berupa bukti pemotongan dan Laporan SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPh Pasal 23.

Sedangkan sisanya sebesar Rp20.815.136.297,00 Pemohon Banding hanya memberikan penjelasan bahwa transaksi tersebut adalah transaksi pembelian material dan jurnal reklas dan jurnal adjustment.

Pada saat uji bukti Pemohon Banding hanya memberikan soft copy dan print out G/L, SPT

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(4)

Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2), bukti potong dan penjelasan mengenai kode akun.

2. Akun 230106 (ADK-Infrastruktur, jalan&jembatan) Rp5.951.748.813,00 Hasil uji bukti atas akun ini dapat digambarkan dalam tabel berikut :

Kode

Voucher Jumlah

Transaksi Jumlah Ada Bukti Tidak Ada

Bukti Keterangan Bukti O 75 1.077.472.151 870.629.000 206.843.151 Bukti Potong PPh

GV 24 2.860.278.799 - 2.860.278.799  

I 156 1.103.130.701 - 1.103.130.701  

K 1 21.858.550 - 21.858.550  

MPL 18 889.008.613 - 889.008.613  

R 0 - - -  

 JUMLAH 274 5.951.748.813 870.629.000 5.081.119.813  

Berdasarkan total koreksi dari akun biaya 230106 (ADK-Infrastruktur, jalan&jembatan) adalah sebesar Rp5.951.748,00 dari jumlah tersebut terdapat transaksi yang sudah dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) dan PPh Pasal 23 sebesar Rp870.629.000,00. Bukti yang diserahkan adalah berupa bukti pemotongan dan Laporan SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPh Pasal 23.

Sedangkan sisanya sebesar Rp5.081.119.813,00 Pemohon Banding hanya memberikan penjelasan bahwa transaksi tersebut adalah transaksi pembelian material dan jurnal reklas dan jurnal adjustment.

Pada saat uji bukti Pemohon Banding hanya memberikan soft copy dan print out G/L, SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2), bukti potong dan penjelasan mengenai kode akun.

3. Akun 230190 (ADK-projek lainnya) Rp4.772.389.568,00 Hasil uji bukti atas akun ini dapat digambarkan dalam tabel berikut :

Kode

Voucher Jumlah Transaks

i

Jumlah Ada Bukti Tidak Ada Bukti Keterangan Bukti

O 2 689.470.000 - 689.470.000

GV 20 2.038.442.675 - 2.038.442.675

I 2 689.470.000 - 689.470.000

K 0 - - -

MPL 669 1.355.006.893 - 1.355.006.893

R 0 - - -

702 4.772.389.568 - 4.772.389.568

Berdasarkan total koreksi dari akun biaya 230190 (ADK-projek lainnya) 568 adalah sebesar Rp4.772.389,00 dari jumlah tersebut tidak terdapat transaksi yang sudah di potong PPh Pasal 4 ayat (2) dan PPh Pasal 23.

Kesimpulan Terbanding setelah dilakukan uji bukti terkait dengan sengketa banding atas jasa konstruksi adalah :

1. Bahwa koreksi Pemeriksa pada saat pemeriksaan adalah karena tidak adanya bukti yang cukup diserahkan oleh Pemohon Banding sehingga tidak diketahui apakah atas transaksi Aset Dalam Konstruksi tersebut sudah dilakukan pemotongan pajaknya.

2. Bahwa akun-akun yang dikoreksi tersebut terkait dengan proyek konstruksi yang terhutang PPh Final Pasal 4 ayat (2), sepanjang Pemohon Banding tidak memberikan bukti, tidak dapat diketahui berapa jumlah jasa dan jumlah material dalam pengeluaran dan biaya tersebut.

3. Terbanding berpendapat untuk tetap mempertahankan koreksi yang dilakukan oleh Pemeriksa karena pada saat uji bukti Pemohon Banding tidak memberikan bukti yang cukup untuk melakukan penghitungan PPh Final Pasal 4 ayat (2).

B. Persewaan atas Tanah dan/atau Bangunan

DPP PPh Pasal 4 ayat (2) atas Persewaan atas Tanah dan/atau Bangunan sebesar Rp9.892.473.934,00 berasal dari equalisasi atas biaya dalam G/L atas akun-akun sebagai berikut:

- Akun 800113 (biaya penjualan-sewa gudang/tangki timbun) Rp8.958.736.362,00 - Akun 800115 (biaya penjualan-sewa gudang) Rp 322.626.465,00 - Akun 645113 (biaya overhead site-sewa gedung/rumah) Rp 611.111.107,00

Pada saat persidangan dan uji bukti, Pemohon Banding menyatakan bahwa Obyek PPh Pasal 4

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(5)

ayat (2) atas Persewaan atas Tanah dan/atau Bangunan sudah dilaporkan dalam SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2) Masa Januari s.d. Desember 2012 total sebesar Rp9.142.781.975,00 dengan melampirkan bukti berupa copy SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2) Masa Januari s.d.

Desember 2012 beserta bukti pemotongannya.

Perincian jumlah Obyek PPh Final Pasal 4 ayat (2) Persewaan atas Tanah dan/atau Bangunan berdasarkan laporan SPT dan bukti potongnya adalah sebagai berikut:

Masa Pajak DPP PPh Pasal 4 ayat (2)

January 759.181.344 75.918.134

February 1.017.205.885 101.720.589

March 413.851.935 41.385.194

April 1.270.202.875 127.020.288

May 689.367.216 68.936.722

June 297.873.314 29.787.331

July 1.086.644.874 108.664.487

August 802.626.465 80.262.647

September 436.440.210 43.644.021

October 1.157.277.581 115.727.758

November 800.204.635 80.020.464

December 411.905.640 41.190.564

Total 9.142.781.975 914.278.197

Namun setelah dilakukan penelitian terhadap bukti tersebut terdapat satu transaksi di bulan Mei yang tidak menjadi sengketa karena tidak masuk dalam DPP menurut Terbanding berdasarkan rekap G/L yaitu Sewa Gudang/Tangki Timbun sebesar Rp22.319.340,00 dari PT DPA dengan nomor Bukti Potong 000089/ST/FN/05/12.

Oleh karena itu, DPP menurut Pemohon Banding seharusnya Rp9.120.462.636,00 bukan sebesar Rp9.142.781.975,00. Hal ini menyebabkan nila sengketa menjadi sebesar Rp772.011.299,00 dengan obyek

DPP cfm Terbanding Rp9.892.473.934,00 DPP cfm PB (SPT dan G/L) Rp9.120.462.636,00 Sengketa Banding Rp 772.011.299,00

Sehingga perincian dari nilai sengketa banding objek Persewaan atas Tanah dan/atau Bangunan sebesar Rp772.011.299,00 menjadi sesuai dengan G/L yang dijadikan dasar koreksi oleh Terbanding.

Perinciannya adalah sebagai berikut:

800113 Biaya Penjualan - Sewa Gudang/Tangki Timbun Pihak Ketiga Vou. No Voucher

Date Debit Amount Text Ref.

Number 201209152 12/26/2012 26.963.805 Sewa tangki Timbun No. A5 (15/11/12 -

14/12/12) 223-INV

201209153 12/26/2012 96.000.000 Sewa Tangki Timbun No. A5 (15/12/12 -

14/01/13) 221-INV

201209154 12/26/2012 192.000.000 Sewa Tangki Timbun No. A7 & A8

(01/01/13 - 31/01/13) 222-INV

  Total 314.963.805    

800113 Biaya Penjualan - Sewa Gudang/Tangki Timbun Pihak Ketiga Vou.No Voucher

Date

Debit Amount Text Ref.

Number

201200064 4/25/2012 29.839.840 Sewa tangki 067-INV/12

201200092 6/8/2012 32.763.210 SEWA TANGKI TIMBUN 01/05-31/05 091-INV/12

  Total 62.603.050    

645113 Overhead Site - Sewa Gedung / Rumah Vou.No Voucher

Date

Debit Amount Text Ref.

Number 201203595 5/14/2012 38.888.889 Sewa Ruko Unt Kantor LO LO020412

201203953 5/31/2012 133.333.333 Sewa Rumah LO030512

201203962 5/31/2012 133.333.333 Sewa Rumah LO030512

201204570 6/21/2012 44.444.444 Sewa Rumah LO110612

201204574 6/21/2012 44.444.445 Sewa Rumah LO110612

  Total 394.444.444    

Berdasarkan hasil uji bukti, Pemohon Banding memberikan penjelasan dan bukti sebagai berikut:

1. Untuk akun 800113 Biaya Penjualan - Sewa Gudang/Tangki Timbun Pihak Ketiga sebesar Rp314.963.805,00, Pemohon Banding menyatakan bahwa transaksi sewa tersebut telah disetorkan dan dilaporkan dalam SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2) Masa Januari 2013.

Bukti yang diserahkan pada saat uji bukti adalah fotokopi SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2)

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(6)

Masa Januari 2013.

Terkait dengan transaksi sewa tangki timbun, Terbanding berpendapat bahwa saat terutang PPh Final Pasal 4 ayat (2) pada saat pembayaran atau terutangnya sewa tergantung peristiwa mana

lebih dahulu terjadi, sesuai Pasal 5 ayat (1)

KEP-227/PJ./2002 tanggal 23 April 2002 tentang Tata Cara Pemotongan dan Pembayaran, Serta Pelaporan PPh dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan.

Sampai dengan uji bukti terakhir dilakukan, Pemohon Banding tidak menyerahkan data pendukung seperti Invoice, Faktur Pajak, atau Perjanjian Sewa untuk dapat digunakan menentukan saat terutangnya PPh Final Pasal 4 ayat (2).

Jika mengacu kepada ketentuan Pasal 15 ayat (3) PP No. 94 Tahun 2010 Tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan, saat terutangnya Pajak Penghasilan Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah pada saat pembayaran, saat disediakan untuk dibayarkan (seperti: dividen) dan jatuh tempo (seperti: bunga dan sewa), saat yang ditentukan dalam kontrak atau perjanjian atau faktur (seperti: royalti, imbalan jasa teknik atau jasa manajemen atau jasa lainnya).

Yang dimaksud dengan "saat jatuh tempo pembayaran" adalah saat kewajiban untuk melakukan pembayaran yang didasarkan atas kesepakatan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis dalam kontrak atau perjanjian atau faktur.

Berdasarkan perincian dalam detail G/L yang diberikan Pemohon Banding diketahui bahwa sewa tangki tersebut terdiri dari ;

- Sewa tangki timbun No A5 untuk periode sewa 15-11-2012 s.d. 14-12-2012 sebesar Rp26.963.805,00 yang dibebankan sebagai biaya pada tanggal 26-12-2012 dengan nomor voucher 201209152.

- Sewa tangki timbun No A5 untuk periode sewa 15-12-2012 s.d. 14-01-2013 sebesar Rp96.000.000,00 yang dibebankan sebagai biaya pada tanggal 26-12-2012 dengan nomor voucher 201209153.

- Sewa tangki timbun No A7 & A8 untuk periode sewa 01-01-2013 s.d. 31-01-2013 sebesar Rp192.000.000,00 yang dibebankan sebagai biaya pada tanggal 26-12-2012 dengan nomor voucher 201209154.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka Terbanding berpendapat bahwa saat terutangnya PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Sewa Tangki Timbun tersebut adalah pada saat pembebanan dan pemanfaatan atas aktiva berupa tangki timbun yaitu pada bulan Desember 2012.

Sehingga DPP untuk Obyek Pajak PPh Pasal 4 ayat (2) atas koreksi akun 800113 Biaya Penjualan-Sewa Gudang/Tangki Timbun Pihak Ketiga adalah sebesar Rp314.963.805,00.

2. Untuk akun 800113 Biaya Penjualan-Sewa Gudang/Tangki Timbun Pihak Ketiga sebesar Rp62.603.050,00, Pemohon Banding menyatakan bahwa transaksi tersebut adalah transaksi sewa tangki yang batal dan sudah direklas di sisi kredit G/L.

Sampai dengan terakhir dilakukannya uji bukti Pemohon Banding hanya menyerahkan copy G/L tanpa melampirkan bukti pendukung pencatatan terjadinya pembatalan transaksi sewa tangki tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, Terbanding berpendapat bahwa bukti yang diserahkan masih belum cukup meyakinkan bahwa terjadi pembatalan atas sewa tangki. Oleh karena ini Terbanding tetap berpendapat untuk mempertahankan koreksi sebesar Rp62.603.050,00.

3. Untuk akun 645113 Overhead Site - Sewa Gedung/Rumah sebesar Rp394.444.444,00, Pemohon Banding menyatakan bahwa transaksi tersebut adalah pencatatan double dan sudah direklas di sisi kredit G/L namun tidak diperhitungkan oleh Terbanding.

Sampai dengan terakhir dilakukannya uji bukti Pemohon Banding hanya menyerahkan copy G/L tanpa melampirkan bukti pendukung yang menjelaskan terjadinya dobel pancatatan dalam G/L.

Berdasarkan hal tersebut, Terbanding berpendapat bahwa bukti yang diserahkan masih belum cukup meyakinkan bahwa terjadi pencatatan yang dobel. Oleh karena ini Terbanding tetap berpendapat untuk mempertahankan koreksi sebesar Rp394.444.444,00.

Menurut Pemohon : Koreksi Pemeriksa didasarkan pada Aktivitas Transaksi yang dimaksud oleh pemeriksa sebagai objek PPh Pasal 4 ayat (2), dimana aktivitas yang dimaksud tersebut merupakan aktivitas Asset Dalam Konstruksi yang di dalamnya terdiri atas aktivitas Jasa dan Pembelian Material. Sehingga sangat tidak relevan apabila Pemeriksa hanya melakukan pengakuan atas seluruh aktivitas tersebut tanpa melakukan pengidentifikasian aktivitas transaksi antara Aktivitas Jasa dan aktivitas Pembelian Material, dimana seharusnya atas aktivitas transaksi Pembelian Material bukan merupakan

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(7)

objek atau tidak terutang PPh Pasal 4 ayat (2).

Sehingga menurut Pemohon Banding perhitungan PPh Final Pasal 4 ayat (2) Tahun 2012 secara keseluruhan adalah sebagai berikut :

Objek PPh Final Pasal 4 ayat (2) : Rp31.919.188.385,00 PPh Final Pasal 4 ayat (2) Terutang : Rp 1.595.959.419,00

Kredit Pajak : Rp 1.595.959.419,00

PPh Final Pasal 4 ayat (2) Kurang Bayar : Rp 0,00

bahwa Pemohon Banding menyerahkan Matrik Sengketa, yang pada pokoknya mengemukakan hal- hal sebagai berikut:

No Yang Disengketakan Cfm SPM Cfm SKP Koreksi

1 Dasar Pengenaan Pajak 31.656.587.485 53.447.714.720 21.791.127.23 5 2 PPh Final Pasal 4 ayat (2) terutang 1.556.440.892 2.473.067.499 916.626.607

No Yang

Disengketakan Surat

Keberatan Keputusan

Keberatan Surat Banding Nilai Sengketa 1 Dasar Pengenaan

Pajak 31.656.587.48

5 53.447.714.720 31.656.587.485 21.791.127.23 5 2 PPh Final Pasal 4

ayat (2) terutang 1.556.440.892 2.473.067.499 1.556.440.892 916.626.607 1. Alasan banding atas Koreksi Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp21.791.127.235,00

Alasan koreksi Terbanding

Pemeriksa beranggapan bahwa masih terdapat selisih ekualisasi antara biaya-biaya sewa dan penambahan aset tetap dalam konstruksi pada buku besar sebagai objek PPh Pasal 4 ayat (2) dengan objek yang dilaporkan oleh Pemohon Banding;

Alasan Pemohon Banding

Koreksi Pemeriksa didasarkan pada Aktivitas Transaksi yang dimaksud oleh Pemeriksa sebagai objek PPh Pasal 4 ayat (2), dimana aktivitas yang dimaksud tersebut merupakan aktivitas Asset Dalam Konstruksi yang didalamnya terdiri atas Jasa dan Pembelian Material. Sehingga sangat tidak relevan apabila Pemeriksa hanya melakukan pengakuan atas seluruh aktivitas tersebut tanpa melakukan pengidentifikasian aktivitas transaksi antara Aktivitas Jasa dan Aktivitas Pembelian Material, dimana seharusnya atas aktivitas transaksi.

2. Alasan Banding atas koreksi PPh Pasal 4 ayat (2) Terutang sebesar Rp916.626.607,00 Alasan koreksi Terbanding

Terjadi koreksi terhadap Dasar Pengenaan Pajak berakibat pada berubahnya perhitungan Pajak Terutangnya.

Alasan Pemohon Banding

Bahwa Pemohon Banding telah melakukan perhitungan PPh Final Pasal 4 ayat (2) sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku;

bahwa Pemohon Banding menyerahkan Surat Nomor FIN-TAX/051/A/EDI/EXT/XI/2016 tanggal 08 November 2016 hal Tanggapan atas LHP, yang pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

bahwa terkait dengan proses sengketa pajak dengan nomor sengketa 25-101063-2012, atas Keputusan Terbanding Nomor KEP-1740/WPJ.02/2015 tanggal 08 Desember 2015 dengan keputusan Menolak Permohonan Keberatan Wajib Pajak dan mempertahankan jumlah pajak yang masih harus dibayar atas SKPKB PPh Pasal 4 ayat (2) Pemohon Banding Masa Pajak Januari s.d.

Desember 2012 Nomor 00031/240/12/218/14 tanggal 23 September 2014, berikut Pemohon Banding sampaikan tanggapan atas Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Nomor LAP- 194/WPJ.02/KP.1005/2014 tanggal 23 September 2014 dan Laporan Penelitian Keberatan (LPK) Nomor

LAP-1732/WPJ.02/2015 tanggal 08 Desember 2015 sebagai berikut :

· Objek PPh Pasal 4 ayat (2) (KKP K) Menurut Terbanding

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(8)

1. Sumber Pengujian :

-

SPT Tahunan PPh Badan dan SPT Masa PPN

-

Neraca dan Laporan Laba Rugi

-

Buku Besar

-

Buku Kas/Bank dan Rekening Koran

-

SPT Masa PPh Pasal 23 dan bukti potong

-

Bukti Pengeluaran

-

Data MPN

-

Kontrak sewa

2. Pengujian yang dilakukan :

-

Pos/pos-pos (objek PPh Pasal 4 ayat (2) final diperiksa sesuai dengan rencana pemeriksaan dan program pemeriksaan.

-

Pengujian dilakukan melalui metode langsung dan tidak langsung Simpulan :

Uraian Menurut

WP/SPT (Rp) Pemeriksa (Rp) Koreksi (Rp) WP Sebagai Pemberi Penghasilan

a. Persewaan Tanah dan atau Bangunan

9.142.781.975 9.892.473.934 749.691.959 b. Jasa Kontruksi 22.513.805.510 43.555.240.786 21.041.435.276

Jumlah 31.656.587.485 53.447.714.720 21.791.127.235

-

Pemeriksa melakukan equalisasi objek PPh Pasal 4 ayat (2) yang dilaporkan dalam SPT dengan pos-pos biaya dan/atau pos-pos neraca.

-

Berdasarkan ekualisasi antara biaya-biaya sewa dan penambahan aset dalam konstruksi pada buku besar sebagai objek PPh Pasal 4 ayat (2) dengan objek yang telah dilaporkan wajib pajak masih terdapat selisih sebesar Rp21.791.127.235,00

Tanggapan Pemohon Banding :

Setelah mempelajari LHP, KKP Terbanding (halaman 1 Indeks K), dapat Pemohon Banding sampaikan sebagai tanggapan Pemohon Banding sebagai berikut:

·

Bahwa SPT PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Januari s.d. Masa November 2012 untuk Objek Persewaan Tanah dan Bangunan dan Objek Jasa Konstruksi, Terbanding comform dengan SPT Pemohon Banding (halaman 1 dan 2 indeks k)

·

Bahwa yang menjadi sengketa pajak adalah :

-

Objek Persewaan Tanah dan Bangunan sebesar Rp749.691.959,00

-

Objek Jasa Konstruksi sebesar Rp21.041.435.276,00

·

Bahwa yang menjadi Sengketa Pajak atas Objek Persewaan Tanah dan Bangunan sebesar Rp749.691.959,00 dan atas Objek Jasa Konstruksi sebesar Rp21.041.435.276,00 adalah hanya pada masa Desember 2012.

·

Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi, Pasal 5 ayat (1) huruf a, “Pajak Penghasilan yang bersifat final dipotong oleh Pengguna Jasa pada saat pembayaran, dalam hal Pengguna Jasa merupakan pemotong pajak'

·

Bahwa pada bulan Desember 2012 total transaksi pada akun aset dalam kontruksi adalah sebesar Rp7.275.012.802,00 dimana yang menjadi objek PPh Pasal 4 ayat (2) atas jasa konstruksi adalah sebesar Rp3.121.710.750,00. Dan akun Sewa Gudang/Tangki Timbun adalah sebesar Rp314.963.805,00. Untuk kewajiban perpajakannya telah Pemohon Banding penuhi. (bukti sesuai dengan KKP Terbanding halaman 2 indeks K). Oleh karena itu, Pemohon Banding mohon Terbanding dapat menjelaskan rincian transaksi atas objek Jasa Konstruksi pada bulan Desember 2012 yang menurut Terbanding adalah sebesar Rp24.163.146.026,00 dan rincian transaksi atas objek Persewaan atas Tanah dan Bangunan pada bulan Desember sebesar Rp1.181.597.599,00 [seharusnya, Rp1.161.597.599,00].

Berdasarkan penjelasan Pemohon Banding di atas, menurut Pemohon Banding perhitungan PPh Pasal 4 ayat (2) masa Januari sampai dengan Desember Tahun 2012 adalah sebagai berikut :

Objek PPh Pasal 4 ayat (2) Rp 31.656.587.485

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(9)

PPh Pasal 4 ayat (2) terutang Rp 1.556.440.892

Kredit Pajak Rp 1.556.440.892

PPh Pasal 4 ayat (2) YMH Rp NIHIL

bahwa Pemohon Banding menyerahkan Penjelasan Tertulis Pengganti Surat Bantahan Nomor FIN- TAX/15/A/EXT/EDI/I/2017 tanggal 02 Januari 2017, yang pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

bahwa sehubungan dengan Surat Uraian Banding Direktorat Jenderal Pajak Nomor UB040/WP3.02/2016 tanggal 03 Juni 2016, bersama ini Pemohon Banding sampaikan bantahan sebagai berikut

I. Bantahan atas Ketentuan Formal

Menurut Terbanding

1. Berdasarkan penelitian terhadap surat banding Pemohon Banding nomor FIN-TAX/012/A/EDI/EXT/III/2016 tanggal 03 Maret 2016 yang diterima Pengadilan Pajak tanggal 22 Januari 2016, diketahui hal-hal sebagai berikut :

a. Banding diajukan dengan surat banding dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak;

b. Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima surat keputusan yang dibanding;

c. Terhadap 1 (satu) keputusan diajukan 1 (satu) surat banding;

d. Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas dan mencantumkan tanggal

diterima Surat Keputusan Terbanding Nomor

KEP-1740/WPJ.02/2015 tanggal 08 Desember 2015;

e. Surat banding dilampiri salinan surat keputusan yang diajukan banding, yaitu Surat Keputusan Terbanding Nomor KEP-1740/WPJ.02/2015 tanggal 08 Desember 2015;

f. Jumlah pajak yang disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan sebesar Rp0,00 namun atas jumlah PPh yang masih harus dibayar sebesar Rp1.301.609.782,00 telah dilunasi Wajib Pajak pada tanggal 21 Oktober 2014 dengan NTPN 0606130503070502;

g. Surat banding ditandatangani oleh Pemohon Banding atas nama Antonius Edy Nugroho selaku Direktur Utama Pemohon Banding.

2. Berdasarkan uraian tersebut di atas, sepanjang permohonan banding Pemohon Banding memenuhi ketentuan formal sebagaimana diatur dalam Pasal 27 dan 32 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, Pasal 35 ayat (1) dan (2) dan Pasal 36 ayat (1), (3), dan (4), serta Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, maka permohonan banding Pemohon Banding dapat dipertimbangkan lebih lanjut.

3. Surat keputusan yang diajukan banding merupakan objek yang dapat diajukan banding sebagaimana dimaksud Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, dan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.

Bantahan Pemohon Banding

Pemohon Banding dalam hal penyampaian Surat Permohonan Banding Nomor FIN-TAX/012/A/EDI/EXT/III/2016 tanggal 03 Maret 2016 yang diterima Pengadilan Pajak tanggal 22 Januari 2016 telah memenuhi ketentuan formal penyampaian Surat Permohonan Banding sebagaimana diatur dalam Pasal 27 dan Pasal 32 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, Pasal 35 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 36 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) serta Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak. Sehingga berdasarkan uraian tersebut di atas, Permohonan Banding Nomor TAX/011/A/EDI/EXT/II/2016 tanggal 24 Februari 2016 dapat dipertimbangkan lebih lanjut.

II. Bantahan atas Uraian Mengenai Ketetapan Semula, Surat Keberatan, dan Keputusan Atas Keberatan

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPh Final Pasal 4 ayat (2) nomor 00031/240/12/218/14 tanggal 23 September 2014 Masaffahun Pajak Januari s.d. Desember 2012, diterbitkan berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak KPP Madya Pekanbaru nomor LAP-194/WPJ.02/KP.1005/2014 tanggal 23 September 2014, dengan perhitungan sebagai berikut:

1 Penghasilan Kena Pajak / Dasar Pengenaan Rp 53.447.714.720

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(10)

Pajak

2 PPh Pasal 4 ayat (2) Final yang terutang Rp 2.473.067.499

3 Kredit Pajak :

a. PPh ditanggung pemerintah Rp 0

b. Setoran Masa Rp 1.556.440.892

c. Surat Tagihan Pajak (pokok kurang bayar) Rp 0 d. Kompensasi kelebihan dari Masa Pajak

……….. Rp 0

e. Lain-lain Rp 0

f. Kompensasi kelebihan ke Masa Pajak

………… Rp 0

g. Jumlah Pajak yang dapat dikreditkan Rp 1.556.440.892

4 Jumlah PPh yang tidak / kurang dibayar Rp 916.626.607

5 Sanksi Administrasi:

a. Bunga Pasal 13 ayat (2) UU KUP Rp 384.983.175

b. Kenaikan Pasal 13 ayat (3) UU KUP Rp 0

c. Bunga Pasal 13 ayat (5) UU KUP Rp 0

d. Kenaikan Pasal 13A KUP Rp 0

e. Kenaikan Pasal 17C ayat (5) UU KUP Rp 0

f. Kenaikan Pasal 17D ayat (5) UU KUP Rp 0

g. Jumlah Rp 384.983.175

6 Jumlah PPh yang masih harus dibayar Rp 1.301.609.782

7 Jumlah yang telah disetujui berdasarkan Pembahasan Akhir Hasil

Pemeriksaan Rp 0

2. Atas ketetapan tersebut, Pemohon Banding mengajukan Keberatan dengan surat nomor TAX/442/A/EDI/EXT/XII/2014 tanggal 05 Desember 2014, yang diterima KPP Madya Pekanbaru berdasarkan LPAD nomor PEM:01003951\218\dec\2014 tanggal 24 Desember 2014.

3. Atas surat keberatan Pemohon Banding telah diterbitkan Surat Keputusan Terbanding Nomor KEP-1740/WPJ.02/2015 tanggal 08 Desember 2015 dengan perhitungan sebagai berikut:

Uraian Semula (Rp) Ditambah/

(Dikurangi) (Rp)

Menjadi (Rp)

Penghasilan Kena Pajak/DPP 53.447.714.720 0 53.447.714.720 PPh Pasal 4 ayat (2) Final yang

terutang 2.473.067.499 0 2.473.067.499

Kredit Pajak 1.556.440.892 0 1.556.440.892

Pajak yang tidak/kurang dibayar 916.626.607 0 916.626.607

Sanksi administrasi : 0

Bunga Pasal 13 ayat (2) UU KUP 384.983.175 0 384.983.175 Jumlah PPh yang masih harus dibayar 1.301.609.782 0 1.301.609.782 Bantahan Pemohon Banding

Pemohon Banding berpendapat bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPh Final Pasal 4 ayat (2) nomor 00031/240/12/218/14 tanggal 23 September 2014 Masa/Tahun Pajak Januari s.d. Desember 2012, diterbitkan berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak KPP Madya

Pekanbaru nomor

LAP-194/WPJ.02/KP.1005/2014 tanggal 23 September 2014 tidak memiliki dasar yang kuat.

Sehingga perhitungan SKP menurut Pemohon Banding adalah sebagai berikut 1 Penghasilan Kena Pajak / Dasar Pengenaan

Pajak Rp 31.656.587.485

2 PPh Pasal 4 ayat (2) Final yang terutang Rp 1.556.440.892

3 Kredit Pajak :

a. PPh ditanggung pemerintah Rp 0

b. Setoran Masa Rp 1.556.440.892

c. Surat Tagihan Pajak (pokok kurang bayar) Rp 0 d. Kompensasi kelebihan dari Masa Pajak

……….. Rp 0

e. Lain-lain Rp 0

f. Kompensasi kelebihan ke Masa Pajak

………… Rp 0

g. Jumlah Pajak yang dapat dikreditkan Rp 1.556.440.892

4 Jumlah PPh yang tidak / kurang dibayar Rp 0

5 Sanksi Administrasi:

a. Bunga Pasal 13 ayat (2) UU KUP Rp 0

b. Kenaikan Pasal 13 ayat (3) UU KUP Rp 0

c. Bunga Pasal 13 ayat (5) UU KUP Rp 0

d. Kenaikan Pasal 13A KUP Rp 0

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(11)

e. Kenaikan Pasal 17C ayat (5) UU KUP Rp 0

f. Kenaikan Pasal 17D ayat (5) UU KUP Rp 0

g. Jumlah Rp 0

6 Jumlah PPh yang masih harus dibayar Rp 0

7 Jumlah yang telah disetujui berdasarkan Pembahasan Akhir Hasil

Pemeriksaan Rp 0

Impact terhadap Keputusan Keberatan yang seharusnya menurut Pemohon Banding adalah sebagai berikut:

Uraian Semula (Rp) Ditambah/

(Dikurangi) (Rp)

Menjadi (Rp)

Penghasilan Kena Pajak/DPP 53.447.714.720 (21.791.127.235) 31.656.587.485 PPh Pasal 4 ayat (2) Final yang

terutang 2.473.067.499 (916.626.607) 1.556.440.892

Kredit Pajak 1.556.440.892 0 1.556.440.892

Pajak yang tidak/kurang dibayar 916.626.607 (916.626.607) 0

Sanksi administrasi : 0

Bunga Pasal 13 ayat (2) UU KUP 384.983.175 (384.983.175) 0 Jumlah PPh yang masih harus

dibayar 1.301.609.782 (137.143.197) 0

Sehingga berdasarkan uraian tersebut di atas, Pemohon Banding memohon kepada Pengadilan Pajak untuk membatalkan Keputusan Terbanding Nomor KEP-1740/WPJ.02/2015 tanggal 08 Desember 2015.

Menurut Majelis : bahwa berdasarkan penelitian Majelis dan keterangan dalam persidangan, koreksi DPP PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp21.791.127.235,00 oleh Terbanding dilakukan berdasarkan ekualisasi antara biaya-biaya yang dibebankan di PPh Badan dengan kewajiban pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang terdiri dari penghasilan jasa kontruksi sebesar Rp21.041.435.276,00 dan sewa sebesar Rp749.691.959,00;

bahwa Pemohon Banding berpendapat telah melakukan kewajiban pemotongan PPh Pasal 4(2) atas penghasilan jasa kontruksi dan sewa yang biayanya dibebankan di PPh Badan;

bahwa Majelis berpendapat sengketa yang terjadi adalah sengketa pembuktian mengenai kewajiban pemotongan PPh Pasal 4(2) atas penghasilan jasa kontruksi dan sewa yang biayanya dibebankan di PPh Badan;

bahwa Pasal 4 ayat (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 menyatakan:

Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:

a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

b. penghasilan berupa hadiah undian;

c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan

e. penghasilan tertentu lainnya;

bahwa terhadap koreksi jasa konstruksi, Majelis berpendapat sebagai berikut:

berdasarkan pemeriksaan Majelis diketahui pendapat Terbanding terhadap koreksi jasa kontruksi didasarkan atas ekualisasi antara akun neraca penambahan aset dalam konstruksi dengan total DPP pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas jasa kontruksi;

bahwa terdapat selisih antara sengketa jasa konstruksi dalam SUB dengan hasil penelitian pada saat uji bukti yaitu sebagai berikut:

Obyek Pajak Jumlah

Nilai sengketa jasa konstruksi dalam SUB 43.555.240.786 Nilai sengketa jasa konstruksi hasil uji bukti 42.805.548.827

selisih 749.691.959

bahwa selisih sebesar Rp749.691.959,00 tersebut merupakan koreksi atas obyek PPh Pasal 4 ayat (2) atas sewa yang diperhitungkan dua kali oleh pemeriksa;

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(12)

bahwa dengan demikian Majelis berpendapat nilai jasa konstruksi menurut Terbanding adalah sebesar Rp42.805.548.827,00 sedangkan menurut Pemohon Banding adalah sebesar Rp22.513.805.510,00 sehingga nilai koreksi yang masih disengketakan adalah Rp20.291.743.317,00;

bahwa dalam surat banding, Pemohon Banding menyatakan akun penambahan aset dalam konstruksi terdiri dari aktivitas jasa dan pembelian material;

bahwa Pemohon Banding menyampaikan bukti-bukti ketidaktepatan Terbanding dalam menggunakan akun penambahan aset dalam konstruksi sebagai dasar ekualisasi kewajiban pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas jasa konstruksi;

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis terhadap bukti-bukti yang disampaikan Majelis berpendapat akun penambahan aset dalam konstruksi digunakan untuk mencatat penambahan nilai aset yang dalam proses pembangunan yang didalamnya tercatat pembebanan nilai aset berdasarkan persentase penyelesaian untuk jasa konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor dan pembelian material;

bahwa kewajiban pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) terutang pada saat terutang atau pada saat pembayaran;

bahwa Majelis berpendapat nilai kewajiban pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas jasa konstruksi tidak harus sama dengan pencatatan penambahan aset dalam konstruksi yang berdasarkan persentase penyelesaian;

bahwa Pemohon Banding juga dapat membuktikan bahwa tidak seluruh penambahan aset dalam konstruksi berhubungan dengan jasa konstruksi tetapi juga berhubungan dengan pembelian material;

bahwa Majelis berpendapat koreksi Terbanding dengan menggunakan akun penambahan aset dalam konstruksi tidak dapat digunakan sebagai dasar ekualisasi untuk kewajiban pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2);

bahwa Majelis berpendapat untuk mengabulkan seluruh permohonan banding Pemohon Banding atas koreksi jasa konstruksi sehingga koreksi Terbanding tidak dapat dipertahankan;

bahwa terhadap koreksi sewa, Majelis berpendapat sebagai berikut:

berdasarkan pemeriksaan Majelis diketahui pendapat Terbanding terhadap koreksi sewa didasarkan atas ekualisasi antara akun biaya sewa dengan total DPP pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas sewa;

bahwa dalam surat banding, Pemohon Banding tidak menyatakan alasan banding atas koreksi sewa;

bahwa dalam persidangan, Pemohon Banding menyatakan alasan banding yang diberikan tidak berdasarkan koreksi Terbanding karena Pemohon Banding tidak mengetahui rincian koreksi Terbanding;

bahwa karena dalam persidangan, Pemohon Banding memperoleh KKP Terbanding, Pemohon Banding mengganti alasan banding dengan menyatakan Terbanding melakukan doubel perhitungan;

bahwa Pasal 50 ayat (3) Undang-Undang nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak menyatakan:

Apabila Banding atau Gugatan tidak lengkap dan/atau tidak jelas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sepanjang bukan merupakan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1), Pasal 36 ayat (1) dan ayat (4), dan Pasal 40 ayat (1) dan/atau ayat (6), kelengkapan dan/atau kejelasan dimaksud dapat diberikan dalam persidangan;

bahwa Majelis berpendapat untuk menerima penggantian alasan banding karena pada dasarnya Pemohon Banding menyatakan ketidaksetujuan atas ekualisasi yang dilakukan Pemohon Banding sehingga Majelis meminta Pemohon Banding untuk membuktikan kebenaran penghitungan yang dilakukan oleh Terbanding;

bahwa dalam persidangan, Pemohon Banding tidak memberikan penghitungan ekualisasi yang menunjukkan kesesuaian antara pembebanan biaya sewa di PPh badan dengan DPP PPh Pasal 4 ayat (2) yang telah dilaporkan;

bahwa meskipun Pemohon Banding diperkenankan untuk mengubah alasan banding, Pemohon Banding tidak dapat memberikan bukti-bukti yang meyakinkan Majelis bahwa biaya-biaya sewa di PPh Badan yang merupakan objek PPh Pasal 4 ayat (2) telah seluruhnya dipotong PPh Pasal 4 ayat (2);

bahwa Majelis berpendapat untuk menolak permohonan banding Pemohon Banding sehingga koreksi Terbanding sebesar Rp749.691.959,00 tetap dipertahankan;

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(13)

bahwa Majelis berkesimpulan untuk mengabulkan sebagian banding Pemohon Banding sehingga dari koreksi Terbanding atas DPP PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp21.791.127.235,00, koreksi sebesar Rp21.041.435.276,00 tidak dapat dipertahankan sedangkan sisanya sebesar Rp749.691.959,00 tetap dipertahankan;

bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, rekapitulasi pendapat Majelis atas pokok sengketa adalah sebagai berikut :

Menimbang : bahwa nilai sengketa yang terbukti dalam sengketa banding ini adalah sebesar Rp21.791.127.235,00 dengan pokok sengketa adalah Koreksi Dasar Pengenaan Pajak, dengan rincian sebagai berikut:

No Uraian Koreksi Total Sengketa Tidak Dipertahankan Dipertahankan

(Rp) (Rp) (Rp)

1 Dasar Pengenaan Pajak 21.791.127.235,00 21.041.435.276,00 749.691.959,00 Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai tarif

pajak;

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai kredit pajak;

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai sanksi administrasi kecuali besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya;

Menimbang : bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam persidangan sebagaimana termuat dalam Berita Acara Sidang telah menjadi pertimbangan Majelis dalam pembuatan putusan ini;

Menimbang : bahwa berdasarkan kesimpulan Majelis terhadap sengketa di atas, maka DPP dihitung kembali menjadi sebagai berikut :

DPP menurut Terbanding : Rp 53.447.714.720,00

DPP menurut Pemohon Banding : Rp 31.656.587.485,00

koreksi DPP : Rp 21.791.127.235,00

DPP yang tidak dapat dipertahankan : Rp 21.041.435.276,00

DPP menurut Majelis : Rp 32.406.279.444,00

Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dan ketentuan perundang-undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan perkara ini;

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

(14)

Memutuskan : Menyatakan mengabulkan sebagian banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-1740/WPJ.02/2015 tanggal 08 Desember 2015 tentang Keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Januari s.d.

Desember 2012 Nomor 00031/240/12/218/14 tanggal 23 September 2014, atas nama PT XXX, sehingga dihitung kembali menjadi sebagai berikut :

Dasar Pengenaan Pajak Rp 32.406.279.444,00

Pajak Penghasilan Terutang Rp 1.620.313.972,00

Kredit Pajak Rp 1.556.440.892,00

Pajak yang tidak/kurang dibayar Rp 63.873.080,00

Sanksi Administrasi : Bunga Pasal 13 ayat (2) UU KUP Rp 26.826.694,00

Jumlah PPh yang masih harus dibayar Rp 90.699.774,00

Demikian diputus di Jakarta berdasarkan Musyawarah Majelis setelah pemeriksaan dalam persidangan dicukupkan pada hari Senin tanggal 22 Mei 2017 oleh Hakim Majelis XI A Pengadilan Pajak dengan susunan Majelis sebagai berikut :

Drs. A. Martin Wahidin. sebagai Hakim Ketua, Drs. Arif Subekti . sebagai Hakim Anggota, Andre Irwanda, SE., Ak., MBA., CIA., CA. sebagai Hakim Anggota, dengan dibantu oleh

Wijaya Wardhani, S.H. sebagai Panitera Pengganti.

Putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Senin tanggal 02 Oktober 2017, dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, serta tidak dihadiri oleh Pemohon Banding dan Terbanding;

SEKRETARIAT

PENGADILAN

PAJAK

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa karenanya yang menjadi objek sengketa berupa Koreksi Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPh Pasal 23 sebesar Rp2.154.072.479,00, yang telah dipertimbangkan berdasarkan fakta

Menurut Terbanding : bahwa berdasarkan uji bukti yang telah dilakukan, terhadap dokumen yang diberikan Pemohon Banding untuk Koreksi Faktur Pajak Masukan Masa Pajak Februari 2012

Bahwa pokok sengketa banding adalah koreksi Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) atas Pajak Masukan sebesar Rp171.497.554,00 yang digunakan untuk menghasilkan Tandan

Menurut Majelis : bahwa yang menjadi sengketa dalam banding ini adalah koreksi Terbanding atas besarnya Pajak Penghasilan Pasal 21 sebesar Rp1.739.380.932,00 yang dihitung

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis terhadap berkas banding, diketahui Terbanding dalam pemeriksaan maupun dalam proses keberatan tidak pernah melakukan koreksi atas IGC – RL

: bahwa berdasarkan penelitian Majelis terhadap Laporan Pemeriksaan Pajak dan Uraian Penelitian Keberatan diketahui bahwa Terbanding melakukan koreksi Dasar Pengenaan Pajak

Menurut Majelis : bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas data yang ada dalam berkas banding serta penjelasan Terbanding dan Pemohon Banding dalam persidangan diketahui bahwa

bahwa latar belakang atau dasar pemikiran koreksi yang dilakukan oleh Terbanding adalah berdasarkan pemeriksaan tahun sebelumnya (tahun pajak 2010), di mana terdapat koreksi atas