• Tidak ada hasil yang ditemukan

IR PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PENDAHULUAN. Fenomena korupsi di Indonesia hingga saat ini belum lenyap. Fenomena

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IR PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PENDAHULUAN. Fenomena korupsi di Indonesia hingga saat ini belum lenyap. Fenomena"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK

D

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang dan Rumusan Masalah

Fenomena korupsi di Indonesia hingga saat ini belum lenyap. Fenomena korupsi pun tidak hanya terbatas pada sektor publik yang melibatkan pejabat negara, pejabat daerah, aparat sipil negara, dan BUMN, tetapi fenomena korupsi juga sudah banyak terjadi di sektor swasta. Padahal bentuk - bentuk korupsi di sektor swasta hampir sama konsep dengan korupsi di sektor publik dimana ada perbuatan suap, penyalahgunaan kewenangan, mencari keuntungan untuk kepentingan pribadi menggunakan nama perusahaan, kolusi, mempublikasi rahasia dagang perusahaan kepada kompetitor, dan lain - lain. Namun, penegakan hukum pidana korupsi masih terbatas di sektor publik karena definisi korupsi di Indonesia secara legalitas formal terkungkung pada korupsi sektor publik. Limitasi definisi korupsi di Indonesia yaitu terkait dengan kerugian keuangan negara dan dilakukan oleh pejabat publik. Limitasi itulah yang menjadi salah satu faktor hingga saat ini pemberantasan tindak pidana korupsi tidak bisa menjangkau sektor swasta.

Hal tersebut diutarakan oleh Dadang Trisasongko, selaku Sekretaris Jenderal Transparency Indonesia (TI) yang menyampaikan materi pada talk show anti korupsi di FEB UGM pada 3 November 2018, bahwa "korupsi sudah marak di sektor swasta dimana 80 % kasus korupsi yang ditangani Komisi

(2)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK Pemberantasan Korupsi (KPK) melibatkan sektor swasta".1 Berdasarkan data di KPK, "sejak 2004-2019 tercatat tindak pidana korupsi berdasarkan jabatan terdapat 297 pelaku korupsi berasal dari sektor swasta".2 Hal yang sama juga dapat diihat berdasarkan data dari Action Brief yang dipublikasi oleh KPK bahwa ditahun 2001 - 2015 pelaku korupsi dari pihak swasta adalah 670 pelaku.3 Pada umumnya pihak swasta melakukan korupsi karena kepentingan bisnis seperti kekhawatiran tidak mendapatkan tender proyek atau takut kalah bersaing dengan kompetitor yang lain sehingga pada akhirnya melakukan perbuatan korupsi berupa suap. Oleh karena itu, perlu sekali untuk melakukan penegakan hukum pidana korupsi di sektor swasta karena mayoritas kasus korupsi juga melibatkan pihak swasta.

Pada sektor swasta, penyelewengan dana perusahaan lebih dikenal dengan istilah fraud daripada korupsi.4 Menurut Budi Santoso, "istilah korupsi merupakan salah satu dari 60-an jenis fraud yang dikenal dalam audit investigasi di sektor swasta".5 Dalam prakteknya, apabila terdapat temuan tersebut pihak swasta lebih memilih untuk menyelesaikan di internal dan tidak mempublikasi dengan pertimbangan untuk menjaga kredibilitasnya. Budi Santoso juga menyampaikan 1 Dikutip dari https://ugm.ac.id/id/berita/17356-ancaman-korupsi-di-sektor-swasta diakses pada 26 September 2020.

2"Cegah Korupsi Sektor Swasta Harus Lakukan Terobosan dikutip dari Berita KPK

yang dapat diakses melalui link https://www.kpk.go.id/id/berita/berita-kpk/1621-cegah-korupsi-sektor-swasta-harus-lakukan-terobosan"

3 https://acch.kpk.go.id/id/artikel/paper/upaya-kpk-menangani-korupsi-di-sektor-swasta diakses pada 26 September 2020

4"Korupsi di Sektor Swasta Lebih Gila, Kompas. com dikutip dari

https://nasional.kompas.com/read/2018/02/01/07304001/korupsi-di-sektor-swasta-lebih-gila?page=all diakses pada 26 September 2020"

(3)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK bahwa "hingga saat ini belum ada kasus korupsi yang terjadi di sektor swasta yang di proses hukum".6

Dampak korupsi sektor swasta pada perusahaan adalah membuat beban pengeluaran perusahaan semakin tinggi karena ada pengeluaran yang seharusnya tidak perlu menjadi ada atau pengeluaran yang tidak sesuai dengan nominal yang seharusnya. Hal tersebut jelas merugikan sekali bagi perusahaan karena ada pengeluaran yang terlalu besar mengakibatkan keuntungan perusahaan berkurang dan ini berkorelasi dengan produk yang dihasilkan yang pastinya akan menurunkan kualitas atau layanan guna menekan pengeluaran. Korupsi inilah yang menyebabkan terjadinya inefisiensi perusahaan.

Fenomena korupsi di sektor swasta ini juga berdampak pada kestabilan ekonomi negara karena terjadinya inefisiensi dan menjadi pertumbuhan pembangunan menjadi terhambat. Selain itu, negara juga kehilangan kepercayaan publik dalam melakukan investasi di bidang ekonomi karena penggerak ekonomi adalah sektor swasta. Dampak pada ketidakstabilan ekonomi juga dikarenakan ada persaingan usaha yang tidak sehat berupa monopoli usaha bagi yang dapat menguasai sehingga tidak memberikan peluang pihak lain untuk berkembang.

Dampak negatif yang ditimbulkan oleh korupsi di sektor swasta baik bagi negara, masyarakat, dan perusahaan dapat menjadi landasan urgensi penegakan hukum pidana korupsi disektor swasta. Dampak negatif diatas haruslah di hindari dengan adanya kepastian hukum mengenai regulasi yang mengatur korupsi di sektor swasta dan pemberian kewenangan pada penegak hukum untuk melakukan

(4)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK penindakan terhadap tindak pidana korupsi yang terjadi di sektor swasta. Regulasi yang mengkriminalisasi korupsi disektor swasta di atur dalam United Nations

Conventions Against Corruption, yang selanjutnya disebut UNCAC.

UNCAC diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai konvensi perserikatan bangsa-bangsa menentang korupsi. UNCAC merupakan perwujudan dari semangat 137 negara peserta konvensi untuk memutuskan mata rantai korupsi yang merugikan banyak pihak ini. UNCAC merupakan wujud kepastian hukum yang selanjutnya dijadikan panduan dalam memerangi korupsi di dunia Internasional oleh negara peserta konferensi. Negara peserta konferensi seperti Indonesia telah meratfikasi UNCAC"melalui Undang - Undang Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Pengesahan United Nation Convention Against Corruption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003)."Dengan diratifikasinya UNCAC tersebut berkonsekuensi bahwa negara harus menjalankan ketentuan - ketentuan yang ada dalam UNCAC.

UNCAC tersebut terdiri dari pembukaan dan 71 pasal. Salah satu pasal yang terkait dengan penelitian ini adalah tentang pengaturan korupsi di sektor swasta yang diatur dalam Pasal 12 UNCAC. Beberapa bentuk delik korupsi di sektor swasta yang diatur dalam Pasal 12 UNCAC antara lain :

1. Penyuapan;

2. Memperkaya diri sendiri secara tidak sah (illicite nrichment); 3. Penggelapan kekayaan;

4. Perdagangan pengaruh.

Namun, ketentuan pasal 12 UNCAC tersebut sifatnya"bersifat

non-mandatory atau tidak ada kesepakatan di antara negara-negara peserta konvensi

(5)

non-TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK

mandatory itulah hingga kini Indonesia belum memiliki aturan yang jelas

mengenai pemberantasan korupsi di sektor swasta."Delik - delik korupsi di sektor swasta sebagaimana diatur dalam UNCAC tersebut hingga saat ini belum memiliki kekuatan hukum mengikat. Bagi para penegak hukum delik - delik tersebut belum dapat digunakan sebagai dasar penegakan hukum tindak pidana korupsi di sektor swasta. Oleh karena itu, saat ini ada upaya untuk memasukkan ketentuan tersebut dalam RUU KUHP.

Hingga saat ini KPK hanya dapat berupaya melakukan pencegahan munculnya tindak pidana korupsi di sektor swasta melalui beberapa kegiatan yang antara lain dengan meningkatkan transparansi keuangan, bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan untuk melakukan pengawasan lalu lintas keuangan perusahaan. Dengan demikian, KPK hingga saat ini hanya bisa melakukan pencegahan korupsi di sektor swasta dan belum dapat melakukan penegakan hukum bila terjadi korupsi disektor swasta.

Kasus - kasus korupsi dalam kegiatan bisnis di sektor privat/swasta di Indonesia masih belum ada. Namun, kasus korupsi swasta yang dijadikan sebagai pembanding dalam penelitian ini adalah kasus korupsi swasta di Singapura. Kasus korupsi swasta yang ada di Singapura tersebut tidak melibatkan pejabat negara, tetapi dikategorikan sebagai korupsi oleh CPIB (Corrupt Practices Investigation Bureau's)."Salah satu contoh yang bisa dilihat dalam A Practical Anti-Corruption

Guide for Business in Singapore (PACT) yang diunggah di situs CPIB adalah

kasus penjual ikan dan tukang"masak."

"Si penjual ikan, bernama Tau Ee Tiong selaku pemilik Wealthy Seafood Product and Enterprise secara pribadi mendekati setiap koki kepala dan

(6)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK berjanji kepada mereka komisi sebagai imbalan karena bantuan untuk Wealthy Seafood. Banyak dari koki ini berasal dari restoran dan hotel China terkenal di Singapura. Koki-koki ini terkenal dan mapan, dan memiliki wewenang untuk membuat keputusan tentang pilihan pemasok untuk restoran masing-masing. Dalam investigasi CPIB mulai Februari 2006 dan Agustus 2009, Tay disebut telah memberikan suap kepada 19 koki mulai dari SGD 200 dan SGD 24.000. Tay akan mendekati para koki ini dan menjanjikan komisi kepada mereka berdasarkan persentase dari total nilai produk makanan laut yang dibeli. Para koki akan menerima uang tunai dari Tay setiap dua hingga tiga bulan. Sebagai imbalannya, mereka akan terus menempatkan pesanan makanan laut mereka dari perusahaan Tay.Akhirnya, Tay Ee Tiong didakwa dengan 223 tuduhan korupsi dan dijatuhi hukuman penjara 18 bulan pada September 2011 karena memberikan suap hampir SGD 1 juta. Koki yang terlibat juga dihukum karena menerima suap secara korup dari Tay dan menerima hukuman masing-masing.7""

Contoh kasus korupsi sektor swasta di Singapura itu memberikan suatu petunjuk bahwa dimungkinkan dilakukannya penegakan hukum tindak pidana korupsi di sektor swasta. Akan tetapi, hal yang terlebih dahulu harus dilakukan adalah mengupayakan delik korupsi sektor swasta diundangkan dalam hukum positif sehingga ada kepastian hukum. Perlu kiranya untuk diteliti bentuk delik - delik korupsi di sektor swasta dan peluang penegakan hukumnya.

"Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan tersebut,"

maka dapat ditarik isu hukum mengenai peluang digunakannya delik - delik korupsi dalam kegiatan bisnis di sektor swasta. Untuk menjawab isu hukum tersebut selanjutnya dijabarkan dalam 2 (dua) rumusan masalah sebagai berikut :

a. Apakah perbuatan suap di sektor swasta dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana korupsi ?

7 Dikutip dari"

https://www.cpib.gov.sg/sites/cpibv2/files/publication-

documents/PACT%20A%20Practical%20Anti-Corruption%20Guide%20For%20Businesses%20in%20Singapore%20%282018%29.pdf" yang diakses pada 26 September 2020

(7)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK b. Apa saja yang dapat diadopsi dari ketentuan Pasal 21 UNCAC

dalam hukum positif Indonesia ?

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi dan jawaban atas permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi bentuk - bentuk delik korupsi disektor swasta; b. Menganalisa pengaturan Pasal 21 UNCAC dalam hukum positif

Indonesia.

1.3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan kontribusi gagasan pada ilmu pengetahuan di bidang akademik dan solusi atas permasalahan yang ada di masyarakat. Dari kedua manfaat penelitian tersebut dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori yaitu manfaat akademis dan praktis."Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :"

a. Manfaat akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan khusus terkait dengan pengembangan hukum pidana korupsi di Indonesia. Walaupun penelitian mengenai pidana korupsi sudah banyak dikaji, tetapi isu mengenai korupsi di sektor swasta belum ada yang melakukan penelitian. Oleh karena itu, hasil penelitian ini dapat menjadi pustaka acuan dalam kajian dalam

(8)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK pengembangan hukum pidana korupsi, khususnya tertkait dengan topik korupsi di sektor swasta, di masa yang akan datang.

b. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan menjadi solusi atas permasalahan dimasyarakat mengenai bagaimana pengaturan hukum pidana korupsi dalam kegiatan bisnis di sektor swasta dalam konteks Indonesia karena arah pengembangan hukum pidana korupsi dalam UNCAC hendak menyentuh perbuatan korupsi di sektor swasta.

1.4. Tinjauan Pustaka

1.4.1. Konsep Tindak Pidana Korupsi

Korupsi merupakan suatu perbuatan yang memiliki beragam makna dan delik. Menurut Revisond Bawsir meyebutkan bahwa "korupsi dapat didefinisikan dengan berbagai cara".8 Revisond Bawsir sebagaimana mengutip pendapat Mochtar Lubis dan James Scott menjabarkan bahwa " definisi korupsi mengerucut pada 2 (dua) hal yaitu (1) penyelahgunaan kekuasaan oleh para pejabat atau aparatur negara dan (2) pengutamaan kepentingan pribadi daripada kepentingan masyarakat oleh pejabat atau aparatur negara".9 Dari kedua definisi yang dijabarkan diatas menunjukkan bahwa perbuatan korupsi dengan kata lain merupakan suatu perbuatan tidak amanah yang hanya dapat dikategorikan tindak pidana apabila dilakukan oleh pejabat atau aparatur negara. Perbuatan tidak amanah adalah perbuatan dimana pejabat atau aparat negara tersebut tidak

8"Revrisond Bawsir, Dinamika Korupsi di Indonesia Dalam perspektif struktural,

Jurnal Universitas Paramadina, Volume 2, Nomor 1, September 2002, h. 25."

9"Mochtar Lubis dan James C. Scott, Bunga Rampai Korupsi, LP3ES, Jakarta, 1985

(9)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK menepati janjinya sebagai pelayan masyarakat, tetapi lebih mengutamakan kepentingan pribadinya dengan jalan penyalahgunaan kekuasaan.

Korelasi antara korupsi dengan kekuasaan banyak dilihami dari pendapat Lord Acton10 yang menyebutkan bahwa "power tends to corrupt, absolute power

corrupts absolutely".11 Adapun terjemahan bebasnya adalah kekuasaan itu

cenderung korup, Kekuasaan absolut korup seratus persen. Dalil yang disampaikan Lord Acton tersebut merupakan surat kepada Uskup Mandell Creighton.12 Dari dalil yang diungkapkan oleh Lord Acton tersebut korupsi cenderung terjadi pada pihak yang berada di lingkaran kekuasaan. Kekuasaan ini banyak di interpretasikan sebagai kekuasaan politik. Oleh karena itu, kajian mengenai korupsi banyak di relasikan dengan kekuasaan politik dan negara.

Pemahaman korupsi banyak terjadi di lingkungan kekuasaan politik atau negara juga tidak bisa terlepas dari sejarah korupsi di Indonesia yang terjadi sejak masa order lama, orde baru, dan hingga saat ini. Persoalan korupsi tidak hilang dan masih banyak terjadi seperti pepatah "patah tumbuh hilang berganti, mati satu tumbuh seribu". Bila dilihat dari terminologinya kekuasaan dalam bahasa Inggris disebut power. Bryan A. Garner dalam Black's Law Dictionary mendefinisikan "power is (1) The ability to act or not act, (2) Dominance, control, or influence

over another; control over one's subordinates, (3) The legal right or authorization

10 Lord Acton (1834 - 1902) merupakan sejarawan katolik terkemuka di Italia.

11"Suraji, Sejarah Panjang Korupsi di Indonesia dan Upaya Pemberantasannya, Jurnal

Kebijakan dan Administrasi Publik, Volume 12, Nomor 2, November 2008, h. 137."

12 https://medanbisnisdaily.com/news/read/2014/05/16/95575/lord-acton-mochtar-lubis-dan-rahudman-harahap/

(10)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK

to act or not act".13 Dalam konteks hukum privat, "power is a power is the

capacity to change a legal relationship".14 Dari definisi yang dikemukakan oleh

Bryan A. Garner mendeskripsikan bahwa kekuasaan adalah suatu kemampuan untuk melakukan sesuatu hal. Kekuasaan tersebut tidak diberikan limitasi yang artinya dapat kekuasaan itu ada diberbagai sektor kehidupan. Kekuasaan itu memberikan otorisasi atau legal standing untuk mempengaruhi pihak yang memiliki kedudukan sub ordinat dari yang memiliki kekuasaan. Oleh karena itu, dapat dipastikan kekuasaan tersebut juga ada di sektor swasta. Apabila di sektor swasta juga terdapat kekuasaan, maka akan berkorelasi dengan adanya korupsi juga menyitir dalil Lord Acton.

Pandangan bahwa korupsi hanya dapat terjadi pada kekuasaan politik atau negara diadopsi sebagai konsep korupsi yang saat ini ada dalam"Undang - Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Pertama Undang - Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,"yang selanjutnya disebut UU TIPIKOR. Dalam UU TIPIKOR,"perbuatan korupsi bila ditinjau secara legalis formil dirumuskan dalam 30 bentuk tindak pidana yang selanjutnya dapat dikelompokkan dalam 7 jenis yaitu (1) kerugian keuangan negara, (2) suap penyelenggara negara, (3) gratifikasi, (4) penggelapan dalam jabatan, (5) pemerasan, (6) perbuatan curang, dan (7) konflik kepentingan dalam pengadaan." Delik korupsi yang dapat terjadi

13 Bryan A. Garner, Black's Law Dictionary,8th Edition, Thomson West, 2004, p. 3708

(11)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK di sektor swasta berdasarkan UNCAC adalah"tindakan memperkaya diri sendiri secara tidak sah (illicit enrichment- kekayaan yang diperoleh dari cara tidak wajar), penggelapan kekayaan di sektor swasta, penyuapan di sektor swasta, dan perdagangan pengaruh."

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep korupsi yang hanya dapat terjadi dilingkungan kekuasaan politik atau negara diadopsi oleh UU TIPIKOR. Namun, berdasarkan definisi kekuasan dari Bryan A. Garner ternyata tidak membatasi ruang lingkup kekuasaan tersebut sehingga kekuasaan juga ada di sektor swasta. Hal itu menunjukkan bahwa kekuasaan disektor swasta juga berpotensi untuk terjadinya korupsi menyitir pendapat Lord Acton.

1.4.2. Keberlakukan UNCAC 2003

Sikap dunia Internasional yang mengkualifikasikan perbuatan korupsi sebagai suatu kejahatan luar biasa (extraordinary crime) yang dapat dilakukan lintas negara baik pelaku, aliran dana, dan dampaknya. Untuk mengatasi hal tersebut, PBB (Perserikatan Bangsa - Bangsa) berinisiatif untuk membuat pedoman pemberantasan anti korupsi yang dapat berlaku global. Pada konvensi PBB Anti korupsi yang diselenggarakan di Merida, Mexico pada 18 Desember 2003 telah ditandatangani United Nations Conventions Against Corruption (UNCAC). UNCAC meliputi"serangkaian panduan dalam melaksanakan pemberantasan korupsi, meliputi upaya pencegahan, perumusan jenis-jenis kejahatan yang termasuk korupsi, proses penegakan hukum, ketentuan kerjasama

(12)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK internasional serta mekanisme pemulihan aset terutama yang bersifat lintas negara.15

UNCAC atau konvensi PBB tentang anti korupsi tersebut telah menjadi bagian dari hukum positif Indonesia dengan diratifikasinya melalui UU 7/006. Konsekuensinya adalah Indonesia diwajibkan untuk mengimplementasikan ketentuan yang diatur dalam UNCAC. Adapun beberapa poin yang harus di implementasikan dari konsekuensi pengensahan UNCAC di Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Memperkuat upaya pencegahan korupsi di sektor swasta; b. Peningkatan transparansi badan hukum dan perikatan lainnya; c. Penetapan jangka waktu yang wajar bagi mantan pejabat publik

yang hendak bekerja di sektor swasta;

d. Pengembangan pedoman anti korupsi di sektor swasta yang sesuai dengan standar internasional.

Namun, dalam perkembangannya masih banyak catatan dimana UNCAC hingga tahun 2018 sebanyak 45 rekomendasi UNCAC belum diatur dalam suatu regulasi Indonesia untuk mendukung pemberantasan korupsi.16 Nampaknya pemerintah dan DPR masih ragu - ragu dalam mengimplementasikan UNCAC yang sudah di ratifikasi melalui UU 7/2006. Eddy O.S Hiariej dalam artikelnya yang berjudul United Nations Convention Against Corruption Dalam Sistem

15 Komisi Pemberantasan Korupsi RI, Komitmen Indonesia Pada United Nations Convention Against Corruption (UNCAC) Dan G20 Anti-Corruption Working Group (ACWG) Tahun 2012-2018, Jakarta, 2018, h. 10.

16 Dikutip dari https://kompas.id/baca/polhuk/2018/11/28/implementasi-rekomendasi-uncac-butuh-regulasi/ yang diakses pada 23 Oktober 2020.

(13)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK hukum indonesia secara tegas menyatakan bahwa UNCAC dapat serta merta diimplementasikan sebagai instrumen pemberantasan korupsi dengan 7 (tujuh) dasar argumentasi yaitu :

a. Korupsi sebagai kejahatan internasional sehingga berlaku asas universal;

b. Telah dilakukan ratifikasi UNCAC melalui UU 7/2006 yeng menunjukkan bahwa Indonesia telah mempertimbangkan dari banyak hal untuk mengimplementasikannya;

c. Ratifikasi tersebut berlaku self executing treaty, artinya dapat serta merta diberlakukan sebagai hukum positif;

d. Ratifikasi tersebut berkonsekuensi dengan asas pacta sunt servanda; e. UNCAC sebagai bagian dari hukum internasional menjadi

pelengkap dari hukup pidana korupsi nasional;

f. Berlaku asas civitas maxima secara tegas menyatakan bahwa hanya ada satu sistem hukum universal yang dianut oleh semua bangsa di dunia dan harus dihormati serta dilaksanakan;

g. Korupsi sebagai kejahatan internasional menjadi satu bagian dalam upaya pemberantasannya baik dihukum internasional dan hukum nasional.17

17 Eddy O.S. Hiariej, United Nations Convention Against Corruption Dalam Sistem Hukum Indonesia, Mimbar Hukum, Volume 31 Nomor 1, Tahun 2019, h. 123 - 124.

(14)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK 1.5. Metode Penelitian

Metode penelitian memiliki peran yang penting yaitu sebagai pedoman dan cara kerja dalam melaksanakan penelitian. Dengan adanya suatu metode penelitian, maka penelitian ini akan memiliki suatu dasar yang tepat dalam melakukan analisa bahan hukum. Metode penelitian ini berkaitan erat dengan cara untuk menjawab permasalahan secara sistematis dan logis. Dalam penelitian ini akan menggunakan metode penelitian hukum.

1.5.1. Tipe Penelitian

Menurut Suteki dan Galang Taufani, penentuan tipe penelitan hukum yang dalam penelitian bergantung pada konsep hukum yang hendak dicari.18 Untuk menetukan konsep hukum yang hendak dicari, maka terlebih dahulu menjabarkan arah kajian dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini hendak menjawab permasalahan mengenai bentuk - bentuk delik korupsi di sektor swasta dan probabilitas penegakan hukum tindak pidana korupsi dalam kegiatan bisnis di sektor swasta. Hal tersebut hendak dikaji dari aspek legalitas formil mengenai delik - delik korupsi dan ketentuan hukum acara pidana yang memungkinkan penegakan hukum tindak pidana korupsi di sektor swasta. Setelah itu dikaitkan dengan pendapat ahli - ahli hukum pidana korupsi dan membandingkannya dengan pengaturan delik korupsi di sektor swasta pada negara lain.

Gambaran arah penelitian tersebut mempersepsikan hukum sebagai suatu norma - norma dalam hukum positif yang berlaku umum dan wilayah tertentu.

18 Suteki dan Galang Taufani, Metode Penelitian Hukum : Filsafat, Teori, dan Praktek, Rajawali Press, Depok, 2018, h. 148.

(15)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK Soetandyo Wignjosoebroto menjabarkan bahwa "hukum sebagai kaidah - kaidah positif sebagai hukum yang berlaku umum in abstracto pada waktu tertentu dan di wilayah tertentu, dan terbit sebagai produk kekuasaan politik tertentu yang berlegitimasi sebagai hukum nasional/hukum negara".19

Dengan demikian, penelitian ini hendak mengeksplorasi hukum sebagai suatu nilai, norma dan peraturan tertulis yang erat kaitannya dengan studi pustaka dimana bahan hukum yang digunakan adalah peraturan perundang - undangan, teori hukum dan karya ilmiah para sarjana. Oleh karena itu, penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian hukum normatif atau istilah lainnya penelitian hukum doktrinal. Kajian normatif dalam penelitian ini hendak mewujudkan norma - norma (ius constituendum) mengenai delik korupsi di sektor swasta di Indonesia.

1.5.2. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan cara dalam penelitian untuk mengeksplorasi landasan konseptual akan dikaji. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini harus menyesuaikan dengan tipe penelitian hukum normatif. Dalam penelitian hukum normatif ini akan menggunakan beberapa pendekatan masalah yang antara lain (1) pendekatan perundang - undangan (statute approach), (2) pendekatan konseptual (conceptual approach), dan (3) pendekatan perbandingan hukum (comparative approach).

Pendekatan perundang - undangan (statute approach) merupakan pendekatan masalah yang pertama dan utama dalam penelitian ini. Pendekatan perundang perundang - undangan menjadi pendekatan masalah yang utama dalam

(16)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK penelitian ini merupakan konsekuensi logis dari tipe penelitian hukum normatif. Dengan menggunakan pendekatan perundang - undangan hendak mencari ratio legis dan dasar ontologis dari UU Pemberantasan Tipikor, UNCAC, dan KUHP.

Pendekatan masalah kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konseptual. Menurut Peter Mahmud Marzuki, pendekatan konseptual merupakan "pendekatan yang beranjak pada teori – teori yang dikemukakan oleh para pakar dan diakui sebagai doktrin dalam ilmu hukum".20 Teori - teori yang dikemukakan oleh para pakar itu dapat dijadikan landasan dalam penelitian ini yang berguna untuk mengembangkan argumentasi hukum sebagai upaya untuk menjawab permasalahan. Argumentasi hukum yang muncul dari pendekatan konseptual tersebut melahirkan konsep dan asas hukum baru atau memodifikasi yang sudah ada. Dalam konteks penelitian ini akan mengkaji asas, teori, dan norma dari tindak pidana korupsi yang selanjutnya mendapatkan suatu gambaran mengenai bentuk tindak pidana korupsi di sektor swasta.

Pendekatan perbandingan atau comparative approach digunakan sebagai pelengkap dan menambah pengayaan dalam penelitian ini karena regulasi mengenai tindak pidana korupsi di sektor swasta belum diatur dalam UU Pemberantasan Tipikor. Oleh karena itu, perlu melakukan benchmarking pada regulasi di Singapura yang telah mengatur mengenai tindak pidana korupsi di sektor swasta. Selain itu, teori - teori mengenai tindak pidana korupsi di Indonesia yang dikemukakan oleh para pakar pidana korupsi belum ada yang menjabarkan mengenai bentuk delik pidana korupsi di sektor swasta sehingga perlu kiranya

20 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2011, h. 93.

(17)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK untuk mencari teori yang dikemukakan pakar pidana korupsi di negara lain. Harapannya dengan melakukan perbandingan hukum, maka teori - teori yang dikemukakan oleh para ahli diluar Indonesia dapat diadposi dalam hukum positif. Selain itu, dapat memberikan suatu pemahaman yang komprehensif dari berbagai perspektif dengan berlatar belakang sistem hukum yang berbeda.

1.5.3. Bahan Hukum

Dalam melaksanakan penelitian normatif memerlukan bahan hukum yang menjadi rujukan dan landasan untuk membuat suatu argumentasi hukum guna menjawab permasalahan. Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) macam bahan hukum yaitu bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Bahan hukum primer menjadi bahan hukum yang utama karena pendekatan masalah yang digunakan salah satunya adalah pendekatan perundang - undangan. Bahan hukum primer merupakan "bahan hukum yang bersifat autoritatif dimana bahan hukum ini dibuat oleh pihak yang berwenang membuatnya dan sifatya mengikat kepada masyarakat umum".21Adapun macam - macam bahan hukum primer meliputi peraturan perundang - undangan yang berlaku, risalah - risalah sidang, dan naskah akademik.22 Bahan hukum primer yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi :

a. Rancangan Undang - Undang Kitab Undang - Undang Hukum Pidana;

b. Kitab Undang - Undang Hukum Pidana;

21 Ibid. 22 Ibid.

(18)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK c. Undang - Undang Nomor 11 Tahun 1980 Tentang Tindak Pidana

Suap;

d. Undang - Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

e. Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Pertama Undang - Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

f. Undang - Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi;

g. Undang - Undang Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Pengesahan United Nation Convention Against Corruption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003);

h. Undang - Undang Nomor 10 Tahun 2015 Tentang Perubahan Pertama Undang - Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi;

i. Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Undang - Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi;

j. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penanganan Perkara Tindak Pidana oleh Korporasi;

(19)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK l. Putusan Pengadilan Negeri Banjarnegara Nomor

50/Pid.Sus/2019/PN.Bnr;

m. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 121/Pid.Sus-TPK/2019/PN/Jkt.Pst.

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum berupa buku, artikel, majalah, dokumen - dokumen, kamus hukum, dan sebaginya yang terkait dengan topik penelitian. Bahan hukum sekunder diperlukan sebagai landasan berargumentasi hukum dalam penelitian ini karena melalui bahan hukum sekunder tersebut didapatkan teori dan pandangan para pakar hukum. Bahan hukum sekunder yang terkait dengan topik penelitian ini adalah buku, artikel, majalah, dan dokumen yang terkait dengan hukum pidana korupsi baik yang membahas mengenai hukum positif atau hukum negara lain.

Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum pelengkap dari bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum tersier ini memberikan petunjuk dan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan sekunder. Dalam bahan hukum tersier tersebut dapat ditemukan pengertian - pengertian, konsep, dan term dari istilah - istilah hukum yang berkaitan dengan topik penelitian. Adapun bahan hukum tersier yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Black's Law Dictionary, dan lain - lain.

1.5.4. Pengumpulan dan Analisa Bahan Hukum

Pengumpulan bahan hukum dilakukan melalui studi dokumen/pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan terlebih dahulu bahan hukum

(20)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK sesuai kriterianya yang selanjutnya dilakukan kualifikasi dan inventarisasi. Kualfikasi dan inventariasasi tersebut bertujuan untuk menata bahan hukum seusai dengan kriterianya dan kelompoknya agar didapatkan bahan hukum yang sistematis. Bahan hukum yang sistematis nantinya memudahkan dalam melakukan penelusuran.

Setalah dilakukan pengumpulan bahan hukum selanjutnya akan dilakukan analisa bahan hukum. Analisa bahan hukum ini menggunakan logika berpikir deduktif.23 Penggunaan logika beripikir deduktif berupaya menjelaskan suatu hal yang bersifat umum kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Dalam melakukan analisa bahan hukum nantinya akan menggunakan interpretasi agar mendapatkan pengertian yang tepat. Dalam konteks penelitian ini, analisa bahan hukum dilakukan dengan mencari konsep dan pengertian korupsi dari berbagai sumber. Dari hasil analisa tersebut akan diperoleh suatu konklusi mengenai bentuk delik pidana korupsi di sektor swasta. Dengan demikian, diperoleh suatu konklusi yang dapat memberi jawaban dan legal problem solving atas isu hukum dalam penelitian ini.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini hendak memberikan suatu gambaran atau deskripsi mengenai rencana substansi dari penelitian ini. Penelitian ini secara garis besar diuraikan dalam 3 (tiga) bagian yaitu pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Bagian pembahasan nantinya terbagi dalam 2 (dua) bab yang merupakan

(21)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK uraian pembahasan dari 2 (dua) rumusan masalah dalam penelitian ini. Adapun uraian susbtansi setiap bab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan substansinya adalah mengenai gambaran permasalahan yang menjadi alasan untuk melakukan penelitian ini dan menguraikan pokok isu hukum yang terjabarkan dalam rumusan masalah. Selain itu, dalam bab ini akan diuraikan pula metode penelitian yang digunakan untuk mencari jawaban atas isu hukum dalam penelitian ini. Dalam sub bab metode penelitian nanti akan menjabarkan tipe penelitian, pendekatan masalah, bahan hukum, pengumpulan dan analisa bahan hukum. Metode penelitian itu akan memberikan gambaran mengenai cara yang digunakan dalam melakukan penelitian.

Bab II merupakan uraian pembahasan dan analisa yang bertujuan untuk memberikan jawaban atas rumusan permasalan pertama dalam penelitian ini, mengenai bentuk delik korupsi di sektor swasta. Dalam bab ini akan terbagi dalam 2 (dua) sub bab yaitu macam - macam delik dalam perspektif hukum pidana dan macam - macam delik korupsi. Uraian pembahasan dalam bab ini akan mengkaji konsep - konsep menggunakan pendekatan perundang - undangan, konseptual, dan perbandingan.

Bab III merupakan uraian pembahasan untuk menjawab rumusan masalah kedua yaitu mengenai pengaturan Pasal 21 UNCAC dalam hukum positif Indonesia. Dalam Bab III ini akan membahas amanat Pasal 21 UNCAC, perbandingan perkara suap di sektor swasta, dan ius constituendum kriminalisasi suap di sektor swasta.

(22)

TESIS PERLUASAN MAKNA KORUPSI HENDRIK Bab IV merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan uraian singkat mengenai jawaban dari rumusan masalah dan selanjutnya diberikan feedback berupa saran sebagai solusi terkait guna pembangunan hukum pidana korupsi dimasa yang akan datang.

Referensi

Dokumen terkait

kesalahan-kesalahan yang sering terjadi karena kurang ketelitian para operator dalam sistem kerja proses Quality Control nya.. Kepuasan kerja yang masih rendah

Salah satu kendala utama dalam pencapaian IKK jumlah materi pembelajaran budaya dan penguatan karakter yang terintegrasi dengan satuan pendidikan pada tahun 2020 ini adalah

Pada pertemuan kedua belas kedua kelompok melakukan tes akhir gerakan koordinasi meluncur, lengan, kaki dan nafas pada keterampilan gerak dasar renang gaya dada sejauh 20

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kualitas sumber daya manusia, penerapan standar akuntansi pemerintah dan pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh terhadap

Negara adalah organisasi kekuasaan yang berdaulat untuk melaksanakan tata tertib di suatu wilyah atau daerah tertentu. Dengan kata lain negara adalah suatu organisasi kekuasaan

Minat merupakan langkah awal seseorang melakukan sesuatu hal. Siswa yang memiliki minat yang tinggi terhadap sesuatu akan melakukan hal apapun untuk memenuhi apa

(2) Tingkat kelayakan media pembelajaran interaktif kompetensi dasar listrik berdasarkan hasil penilaian oleh ahli materi termasuk dalam kategori layak dengan rerata skor

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis tentang perbedaan antara nilai penjualan, jumlah produksi, dan jumlah tenaga kerja sebelum dengan setelah diberlakukannya ACFTA