• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun Dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun Dalam"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Penelitian

a. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015. Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan tahunan perusahaan (annual report) yang dipublikasikan di website Bursa Efek Indonesia dan website perusahaan. Peneliti memilih sampel dengan menggunakan metode sampel bersasaran (purposive sampling) dengan tujuan agar diperoleh sampel yang representative sesuai dengan kriteria- kriteria yang telah ditentukan.

Proses seleksi sampel dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut, perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015 yaitu sebanyak 41 perusahaan, sehingga diperoleh total sampel amatan sebanyak 164. Data laporan tahunan yang tidak berhasil ditemukan oleh peneliti baik di website Bursa Efek Indonesia maupun website perusahaan yaitu sebanyak 29 sampel amatan. Sampel amatan yang

disajikan secara tidak lengkap yaitu tidak memuat laporan keuangan perusahaan yang berakhir pada tanggal 31 Desember sebanyak 3 sampel amatan, dan total sampel amatan yang mengalami kerugian selama periode

(2)

penelitian yaitu sebanyak 48 sampel amatan. Sehingga diperoleh total sampel untuk diolah sebanyak 84 sampel.

Berikut adalah tahapan seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan :

Tabel 4.1

Tahapan Seleksi Sampel

Kriteria Sampel Sampel

Amatan Total perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2012-2015.

Total sampel amatan dari Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015 (41 perusahaan x 4 tahun).

41 164

Data Laporan tahunan yang tidak berhasil ditemukan oleh peneliti baik di website Bursa Efek Indonesia maupun website perusahaan.

(29)

Sampel amatan yang disajikan secara tidak lengkap yaitu tidak memuat laporan keuangan perusahaan yang berakhir pada tanggal 31 Desember.

(3)

Sampel amatan yang mengalami kerugian selama periode penelitian.

(48) Jumlah total sampel amatan selama periode penelitian 84 Sumber : Data yang diolah, 2016. Lampiran 1

(3)

Berdasarkan deskripsi sampel penelitian ini, maka dapat disajikan daftar perusahaan yang telah memenuhi kriteria sampel sebagai berikut :

Tabel 4.2

Daftar Perusahaan Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan

1 ADRO Adaro Energy Tbk

2 ATPK Anugrah Tambak Perkasindo Tbk 3 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk 4 BYAN Bayan Resources Tbk 5 DEWA Darma Henwa Tbk

6 DOID Delta Dunia Propertindo Tbk 7 GEMS Golden Energy Mines Tbk 8 HRUM Harum Energy Tbk

9 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk 10 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk 11 MBAP Mitrabara Adiperdana Tbk

12 MYOH Samindo Resources Tbk (d.h Myoh Technology Tbk) 13 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk

14 PTRO Petrosea Tbk

15 SMMT Setia Mandiri Mitratama Tbk 16 TOBA Toba Bara Sejahtera Tbk 17 ARTI Ratu Prabu Energi Tbk

18 BIPI Benakat Integra Tbk (d.h Benakat Petroleum Energy Tbk) 19 ELSA Elnusa Tbk

20 ENRG Energi Mega Persada Tbk 21 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk

(4)

Lanjutan tabel 4.2

22 MEDC Medco Energi International Tbk 23 RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk 24 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk

25 CKRA Cakra Mineral Tbk d.h Citra Kebun Raya Agri Tbk 26 DKFT Central Omega Resources Tbk d.h Duta Kirana Finance

Tbk

27 INCO Vale Indonesia Tbk (d.h Inco Indonesia Tbk) 28 PSAB Pelita Sejahtera Abadi Tbk

29 TINS Timah (Persero) Tbk 30 CTTH Citatah Tbk

31 MITI Mitra Investindo Tbk

Sumber : www.idx.co.id dan website perusahaan. Lampiran 2 2. Metode Analisis Data Penelitian

a. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran atau deskripsi data yang digunakan sebagai sampel. Statistik deskriptif menggambarkan distribusi data yang terdiri dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata dan nilai standar deviasi atas data yang digunakan dalam penelitian. Berikut hasil analisis statistik deskriptif pada variabel dependen yaitu praktik penghindaran pajak yang diproksikan dengan effective tax rate (ETR), dan variabel independen yaitu corporate social responsibility (CSR), profitabilitas (ROA), leverage (LEV) dan komisaris independen (KI).

(5)

Berikut adalah deskripsi dari masing-masing variabel penelitian : Tabel 4.3

Analisis Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ETR 84 0,02 0,95 0,3211 0,17806

CSR 84 0,05 0,96 0,3617 0,21723

ROA 84 0,02 31,75 7,4539 7,10517

LEV 84 0,74 89,85 42,4151 18,95665

KI 84 25,00 66,67 40,5660 10,29605

Valid N (listwise) 84

Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2016. Lampiran 10

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, pengujian terhadap 84 sampel amatan, menunjukan bahwa variabel praktik penghindaran pajak yang diproksikan dengan Effective Tax Rate (ETR) memiliki, nilai rata-rata yaitu sebesar 0,3211 atau 32,11%, hal ini berarti nilai rata-rata (mean) ETR berada diatas tarif PPh berdasarkan UU PPh No 36 tahun 2008 Pasal 17 Ayat 2(b) yang ditetapkan (sebesar 20%) yang berarti nilai ETR cukup tinggi dan kemungkinan adanya indikasi penghindaran pajaknya relatif rendah. Sedangkan, nilai minimal sebesar 0,02 atau 2%

yang dimiliki oleh PT Anugrah Tambak Perkasindo Tbk pada tahun 2014, nilai maksimal sebesar 0,95 atau 95% yang dimiliki oleh PT Darma Henwa Tbk pada tahun 2014, sementara standar deviasinya sebesar 0,17806 atau 17,806%.

(6)

Variabel Corporate Social Responsibility menunjukan banyaknya jumlah informasi yang diungkapkan oleh perusahaan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif diatas, menunjukan nilai rata-rata variabel CSR sebesar 0,3617. Hal ini berarti tingkat pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan sampel penelitian masih cukup rendah. Nilai minimal untuk pengungkapan CSR sebesar 0,05 yang dimiliki oleh PT Pelita Sejahtera Abadi Tbk tahun 2014 dan PT Citatah Tbk tahun 2012 dengan total pengungkapan sebanyak 5 item. Nilai maksimal untuk pengungkapan CSR sebesar 0,96 yang dimiliki oleh PT Timah (Persero) Tbk tahun 2012 dengan total pengungkapan CSR sebanyak 87 item.

Sedangkan, standar deviasinya sebesar 0,21723.

Variabel profitabilitas yang diproksikan dengan ROA menunjukan nilai rata-rata (mean) sebesar 7,4539%, hal ini menunjukan rata-rata yang diperoleh dari perbandingan antara laba bersih setelah pajak yang terdapat dalam laporan laba rugi dengan total aset dalam neraca per 31 Desember atau pada akhir periode sampel amatan. Nilai minimal sebesar 0,02% yang dimiliki oleh PT Citra Kebun Raya Agri Tbk pada tahun 2013, sedangkan untuk nilai maksimal sebesar 31,75%

yang dimiliki oleh PT Mitrabara Adiperdana Tbk pada tahun 2015.

Sementara nilai standar deviasinya sebesar 7,10517%.

(7)

Variabel leverage menunjukan nilai rata-rata (mean) sebesar 42,4151%, hal ini menunjukan rata-rata yang diperoleh dari perbandingan total hutang dengan total aset dalam neraca per 31 Desember atau pada akhir periode sampel amatan. Nilai minimal yang dihasilkan yaitu sebesar 0,74% yang dimiliki oleh PT Citra Kebun Raya Agri Tbk pada tahun 2013, sedangkan untuk nilai maksimal sebesar 89,85% yang dimiliki oleh PT Delta Dunia Propertindo Tbk pada tahun 2014. Sementara nilai standar deviasinya sebesar 18,95665%.

Variabel Komisaris Independen menunjukan nilai rata-rata (mean) sebesar 40,5660%, hal ini menunjukan rata-rata yang diperoleh

dari perbandingan jumlah komisaris independen dengan total komisaris pada perusahaan sampel amatan. Nilai minimal yang dihasilkan yaitu sebesar 25,00% yang dimiliki oleh PT Surya Esa Perkasa Tbk pada tahun 2012,2013 dan 2014, sedangkan untuk nilai maksimal sebesar 66,67% yang dimiliki oleh PT Delta Dunia Propertindo Tbk pada tahun 2014 dan PT Toba Bara Sejahtera Tbk pada tahun 2012, 2013, 2014 dan 2015. Sementara, nilai standar deviasinya sebesar 10,29605%.

(8)

b. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan pada analisis regresi linier berganda agar tidak menyebabkan bias pada hasil penelitian. Penelitian ini telah memenuhi uji asumsi klasik yang terdiri dari beberapa macam pengujian, yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokolerasi.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan cara menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S). Uji K-S dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (Ghozali, 2013).

Berikut adalah hasil uji normalitas sampel data penelitian :

(9)

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 84

Normal Parametersa,b Mean 0,0000000

Std. Deviation 0,16246976 Most Extreme

Differences

Absolute 0,102

Positive 0,102

Negative -0,069

Kolmogorov-Smirnov Z 0,936

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,345

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016. Lampiran 11

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa hasil pengujian normalitas pada pengujian terhadap 84 sampel amatan menunjukan bahwa data penelitian terdistribusi secara normal, hal ini ditunjukan pada hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) yang menujukan nilai signifikansi diatas 0,05 atau nilai signifikansi sebesar 0,345>0,05.

2) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi ditemukan korelasi antar variabel bebas (independen). Multikolinearitas tidak terjadi jika nilai tolerance <1 atau sama dengan nilai VIF<10. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2013).

(10)

Berikut adalah hasil uji multikolinearitas sampel data penelitian :

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. Collinearity Statistics

B Std.

Error

Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 0,553 0,102 5,410 0,000

CSR 0,005 0,085 0,006 0,055 0,957 0,974 1,026

ROA -0,009 0,003 -0,370 -3,380 0,001 0,878 1,140 LEV 1,915E-005 0,001 0,002 0,019 0,985 0,893 1,120 KI -0,004 0,002 -0,235 -2,243 0,028 0,959 1,042 a. Dependent Variable: ETR

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016. Lampiran 12

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa hasil pengujian multikolinearitas pada pengujian terhadap 84 sampel amatan menunjukan bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada model regresi. Hal ini ditunjukan dengan nilai tolerance yang dihasilkan

<1 dan nilai VIF<10, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas dalam penelitian ini tidak saling berkorelasi secara signifikan.

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan

(11)

menggunakan Uji Glejser, yaitu dengan cara meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen, dilakukan dengan

melihat nilai probabilitas signifikansi, dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Berikut adalah hasil uji heteroskedastisitas sampel data penelitian :

Tabel 4.6

Hasil Uji Heteroskedastisitas (Data Awal) (n=84)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 0,178 0,062 2,869 0,005

CSR -0,116 0,052 -0,228 -2,252 0,027 ROA -0,006 0,002 -0,363 -3,395 0,001 LEV 0,000 0,001 -0,067 -0,629 0,531

KI 0,001 0,001 0,095 0,930 0,355

a. Dependent Variable: Absolut Residual

Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2016. Lampiran 13

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan hasil pengujian heteroskedastisitas pada pengujian terhadap 84 sampel amatan menunjukan hasil bahwa telah terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Hal ini ditunjukan dengan nilai signifikansi yang diperoleh oleh variabel corporate social responsibility dan profitabilitas dibawah 0,05 atau nilai signifikansi variabel corporate

(12)

social responsibility sebesar 0,027<0,05 dan nilai signifikansi

variabel profitabilitas sebesar 0,001<0,05. Sehingga, untuk perbaikan perlu dilakukan dengan cara menghilangkan data outlier (data yang terlalu ekstrim), peneliti melakukan pengujian regresi menggunakan casewise diagnostic dengan menggunakan 3 tahap standar deviasi yakni sebagai berikut:

a) Tahap I menggunakan casewise diagnostic standar deviasi 3 dan terdapat 1 outlier.

b) Tahap II menggunakan casewise diagnostic standar deviasi 2,7

dan terdapat 1 outlier.

c) Tahap III menggunakan casewise diagnostic standar deviasi 2,2

dan terdapat 2 outlier, sehingga jumlah sampel akhir yang digunakan dalam penelitian ini menjadi 80 sampel amatan.

Hasil Uji Heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.7 dan data outlier dapat dilihat pada lampiran 15.

(13)

Tabel 4.7

Hasil Uji Heteroskedastisitas (Data Setelah Mengeluarkan Outlier) (n=80)

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 0,040 0,046 0,867 0,389

CSR -0,058 0,037 -0,160 -1,558 0,123

ROA -0,002 0,001 -0,208 -1,879 0,064

LEV 0,001 0,000 0,218 1,972 0,052

KI 0,001 0,001 0,193 1,862 0,067

a. Dependent Variable: Absolut Residual

Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2016. Lampiran 14

Berdasarkan tabel 4.7, hasil pengujian heteroskedastisitas setelah dilakukan casewise diagnostic akhir dan mengeluarkan data outlier dengan standar deviasi 2,2 menunjukan hasil bahwa data

tersebut terbebas dari heteroskedastisitas yang ditunjukan dengan hasil uji glejser pada pengujian terhadap 80 sampel amatan menunjukan nilai signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari 0,05.

4) Uji Autokolerasi

Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Dalam penelitian ini, uji autokolerasi dilakukan dengan cara Uji Durbin-Watson. Sebuah model dikatakan terbebas

(14)

dari autokolerasi jika dU < d < 4-dU (Ghozali, 2013). Berikut adalah hasil uji autokolerasi sampel data penelitian :

Tabel 4.8

Hasil Uji Autokolerasi (Sebelum Penambahan Variabel Lag) Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin- Watson

1 0,449a 0,201 0,159 0,13055 1,313

a. Predictors: (Constant), KI, LEV, CSR, ROA b. Dependent Variable: ETR

Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2016. Lampiran 16

Berdasarkan hasil tabel 4.8 menunjukan hasil pengujian autokolerasi menggunakan empat proksi variabel independen dan jumlah sampel amatan sebanyak 80. Nilai Durbin-Watson yang dihasilkan yaitu sebesar 1,313. Sedangkan, nilai dL= 1,534 dan nilai dU = 1,743, sedangkan nilai 4-dU = 2,257. Nilai d yang dihasilkan lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dL) maka koefisien autokolerasi >0, hal ini menunjukan adanya autokolerasi positif. Sehingga, untuk perbaikan perlu digunakan metode untuk menghilangkan gangguan autokolerasi, yaitu dengan cara memasukan Lag dari nilai residual variabel terikat menjadi salah satu variabel bebasnya.

(15)

Berikut adalah hasil uji autokolerasi sampel data penelitian setelah penambahan Variabel Lag :

Tabel 4.9

Hasil Uji Autokolerasi (Setelah Penambahan Variabel Lag)

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin- Watson

1 0,058a 0,003 -0,066 0,12303249 1,998

a. Predictors: (Constant), Lag_Res, LEV, CSR, KI, ROA b. Dependent Variable: RES_2

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

Lag_Res -0,058 0,119 -0,058 -0,484 0,630 a. Dependent Variable: RES_2

Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2016. Lampiran 17

Berdasarkan hasil tabel 4.9 menunjukan hasil pengujian autokolerasi menggunakan empat proksi variabel independen setelah penambahan Lag dari nilai residual variabel terikat menjadi salah satu variabel bebasnya. Nilai Durbin-Watson yang dihasilkan yaitu sebesar 1,998. Sedangkan, nilai dL= 1,534 dan nilai dU=

1,743, sedangkan nilai 4-dU= 2,257. Nilai d yang dihasilkan terletak diantara batas atas atau upper bound (dU) dan (4-dU), maka autokolerasi = 0, atau 1,743<1,998<2,257. Maka keputusannya

(16)

adalah tidak ditolak dan hipotesis nol menyatakan tidak ada autokolerasi positif dan negatif dalam model regresi.

c. Analisis Regresi Linier Berganda

Model yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu corporate social responsibility, profitabilitas, leverage dan komisaris independen terhadap variabel dependen yaitu praktik penghindaran pajak adalah model regresi linier berganda.

Berikut ini adalah tabel hasil pengujian analisis regresi linier berganda :

Tabel 4.10

Hasil Uji Regresi Linier Berganda Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 0,458 0,084 5,417 0,000

CSR 0,022 0,068 0,033 0,318 0,752

ROA -0,006 0,002 -0,289 -2,569 0,012

LEV 0,001 0,001 0,159 1,413 0,162

KI -0,004 0,001 -0,303 -2,869 0,005 a. Dependent Variable: ETR

Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2016. Lampiran 18

(17)

Berdasarkan tabel 4.10 diatas, dapat diketahui persamaan regresi linier berganda yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

ETR = 0,458 + 0,022 CSR - 0,006 ROA + 0,001 LEV - 0,004 KI + e Adapun Interpretasi dari persamaan tersebut adalah sebagai berikut : α = Konstanta menunjukan angka 0,458, hal ini berarti apabila

nilai variabel independen corporate social responsibility, profitabilitas, leverage, dan komisaris independen bernilai 0, maka variabel dependen yaitu praktik penghindaran pajak yang diproksikan dengan Effective Tax Rate (ETR) akan memiliki nilai sebesar 0,458 atau 45,8%.

β1 = Koefisien regresi variabel corporate social responsibility sebesar 0,022, hal ini berarti apabila nilai variabel corporate social responsibility mengalami kenaikan

sebesar 1 satuan dan variabel lain nilainya konstan, maka variabel dependen yaitu praktik penghindaran pajak yang diproksikan dengan Effective Tax Rate (ETR) akan mengalami kenaikan sebesar 0,022 atau 2,2%.

β2 = Koefisien regresi variabel profitabilitas sebesar –0,006, hal ini berarti apabila nilai variabel profitabilitas mengalami kenaikan sebesar 1% dan variabel lain nilainya konstan, maka variabel dependen yaitu praktik penghindaran pajak

(18)

yang diproksikan dengan Effective Tax Rate (ETR) akan mengalami penurunan sebesar 0,6%.

β3 = Koefisien regresi variabel leverage sebesar 0,001, hal ini menunjukan koefisien regresi tersebut sangat kecil, dan berarti apabila nilai variabel leverage mengalami kenaikan sebesar 1% dan variabel lain nilainya konstan, maka variabel dependen yaitu praktik penghindaran pajak yang diproksikan dengan Effective Tax Rate (ETR) akan mengalami kenaikan sebesar 0,1%.

β4 = Koefisien regresi variabel komisaris independen sebesar –0,004, hal ini berarti apabila nilai variabel komisaris independen mengalami kenaikan sebesar 1% dan variabel lain nilainya konstan, maka variabel dependen yaitu praktik penghindaran pajak yang diproksikan dengan Effective Tax Rate (ETR) akan mengalami penurunan sebesar 0,4 %.

d. Uji Kelayakan Model (Goodness Of Fit Model)

Tujuan dari Uji Kelayakan Model (Goodness Of Fit Model) adalah untuk mengukur ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual. Uji Kelayakan Model (Goodness Of Fit Model) dapat

(19)

diukur dengan Uji Koefisien Determinasi R2, Uji Model (Uji Statistik F) dan Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t).

1) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.

Nilai R2 yang kecil menunjukan berarti kemampuan variabel- variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).

Berikut disajikan tabel hasil Uji Koefisien Determinasi R2 yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.11

Hasil Uji Koefisien Determinasi R2 Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 0,449a 0,201 0,159 0,13055

a. Predictors: (Constant), KI, LEV, CSR, ROA

Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2016. Lampiran 19

(20)

Berdasarkan tabel 4.11, dapat diketahui bahwa nilai R2 sebesar 0,201, nilai ini menunjukan bahwa variabel independen yaitu corporate social responsibility, profitabilitas, leverage dan komisaris independen dapat menjelaskan variasi variabel dependen yaitu praktik penghindaran pajak yang diproksikan dengan Effective Tax Rate (ETR) sebesar 20,1% dan sisanya sebesar 79,9%

dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi seperti ukuran perusahaan, kepemilikan keluarga, likuiditas dll.

2) Uji Model (Uji Statistik F)

Uji F digunakan untuk menguji kelayakan model penelitian, dengan kriteria, jika tingkat signifikansi F yang diperoleh dari hasil pengolahan data nilainya lebih kecil dari nilai signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Sebaliknya, Jika tingkat signifikansi F yang diperoleh dari hasil pengolahan data nilainya lebih besar dari nilai signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak dapat menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

(21)

Berikut disajikan tabel hasil Uji Model (Uji Statistik F) yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.12

Hasil Uji Model (Uji Statistik F) ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

1

Regression 0,323 4 0,081 4,731 0,002b Residual 1,278 75 0,017

Total 1,601 79

a. Dependent Variable: ETR

b. Predictors: (Constant), KI, LEV, CSR, ROA

Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2016. Lampiran 20

Berdasarkan tabel 4.12, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,002 yang berarti nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari nilai signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 0,05 atau 0,002<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini dapat menjelaskan hubungan antara variabel independen yaitu corporate social responsibility, profitabilitas, leverage dan komisaris independen dengan variabel dependen yaitu praktik penghindaran pajak yang diproksikan dengan ETR.

(22)

3) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t bertujuan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel-variabel secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dalam penelitian ini, apakah corporate social responsibility, profitabilitas, leverage dan komisaris independen benar-benar berpengaruh terhadap praktik penghindaran pajak. Berikut disajikan tabel hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.13

Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 0,458 0,084 5,417 0,000

CSR 0,022 0,068 0,033 0,318 0,752

ROA -0,006 0,002 -0,289 -2,569 0,012

LEV 0,001 0,001 0,159 1,413 0,162

KI -0,004 0,001 -0,303 -2,869 0,005

a. Dependent Variable: ETR

Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2016. Lampiran 21

Berdasarkan tabel 4.13, dapat diketahui bahwa hasil Uji Statistik t menunjukan adanya dua variabel yang memiliki nilai signifikansi dibawah 0,05, yaitu variabel profitabilitas dan komisaris independen, yaitu sebesar 0,012 atau 0,012<0,05, dan menunjukan koefisien regresi yang negatif sebesar –0,006,

(23)

sedangkan untuk variabel komisaris independen memiliki nilai signifikansi sebesar 0,005<0,05 dan menunjukan koefisien regresi yang negatif sebesar –0,004. Hal ini menunjukan bahwa variabel profitabilitas dan komisaris independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap praktik penghindaran pajak yang diproksikan dengan Effective Tax Rate (ETR). Sedangkan, variabel corporate social responsibility dan leverage tidak berpengaruh signifikan

terhadap praktik penghindaran pajak yang diproksikan dengan ETR, hal tersebut dibuktikan dengan nilai signifikansi yang dihasilkan oleh masing-masing variabel tersebut menunjukan nilainya lebih besar dari 0.05 yaitu 0.752 > 0.05 dan 0.162 > 0.05.

B. Pembahasan

1. Hasil Pengujian Hipotesis

a. Hasil Pengujian Hipotesis Pertama

H0 : ß1 < 0 : hal ini berarti bahwa Corporate social responsibility tidak berpengaruh positif terhadap praktik penghindaran pajak.

Ha : ß1 > 0 : hal ini berarti Corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap praktik penghindaran pajak.

(24)

Variabel corporate social reponsibility (CSR) menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,752. Hal ini berarti bahwa nilai signifikansi >0,05 atau 0,752>0,05 dan dapat disimpulkan bahwa variabel corporate social responsibility (CSR) tidak berpengaruh positif signifikan terhadap

praktik penghindaran pajak yang diproksikan dengan Effective Tax Rate (ETR). Dengan demikian, hipotesis pertama yang menyatakan bahwa variabel corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap praktik penghindaran pajak tidak dapat diterima (ditolak).

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Maesarah et al.,(2014) yang menyatakan bahwa CSR tidak berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak, serta penelitian yang dilakukan oleh Winarsih et al.,(2014) dan Wahyudi (2015) yang menyatakan bahwa CSR tidak berpengaruh positif signifikan terhadap praktik penghindaran pajak. Namun penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siswianti dan Kiswanto (2016) yang menunjukan hasil bahwa CSR berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak, serta penelitian Femitasari (2014) yang menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap agresivitas pajak.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap sampel amatan menunjukan bahwa corporate social responsibility tidak berpengaruh

(25)

atau sedikit pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan tidak mempunyai pengaruh terhadap praktik penghindaran pajak. Hasil penelitian ini dapat ditunjukan pada tahun 2014, PT Pelita Sejahtera Abadi Tbk memiliki nilai CSR sebesar 0,05 atau sebanyak 5 item pengungkapan dan memiliki nilai ETR sebesar 34% yang berarti nilai ETR berada diatas tarif PPh berdasarkan UU PPh No 36 tahun 2008 Pasal 17 Ayat 2(b) yang ditetapkan (sebesar 20%) yang berarti nilai ETR cukup tinggi dan kemungkinan adanya indikasi penghindaran pajaknya relatif rendah.

Sedangkan pada tahun 2012, PT Timah (Persero) Tbk memiliki nilai CSR yang lebih tinggi yaitu sebesar 0,96 atau sebanyak 87 item pengungkapan dan memiliki nilai ETR sebesar 33% yang berarti nilai ETR berada diatas tarif PPh berdasarkan UU PPh No 36 tahun 2008 Pasal 17 Ayat 2(b) yang ditetapkan (sebesar 20%) yang berarti nilai ETR cukup tinggi dan kemungkinan adanya indikasi penghindaran pajaknya relatif rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, perusahaan dengan banyak atau sedikit melakukan pengungkapan CSR dalam laporan tahunannya tidak mempunyai pengaruh terhadap praktik penghindaran pajak.

(26)

b. Hasil Pengujian Hipotesis Kedua

H0 : ß2 > 0, hal ini berarti Profitabilitas tidak berpengaruh negatif terhadap praktik penghindaran pajak.

Ha : ß2 < 0, hal ini berarti Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap praktik penghindaran pajak.

Variabel Profitabilitas yang diproksikan dengan ROA menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,012. Hal ini berarti bahwa nilai signifikansi <0,05 atau 0,012<0,05 dan menunjukan koefisien regresi yang negatif sebesar –0,006, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas yang diproksikan dengan ROA memiliki pengaruh negatif terhadap praktik penghindaran pajak yang diproksikan dengan Effective Tax Rate (ETR). Dengan demikian, hipotesis kedua yang

menyatakan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif terhadap praktik penghindaran pajak dapat diterima.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Pradipta dan Supriyadi (2015) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap praktik penghindaran pajak, serta penelitian yang dilakukan oleh Prakosa (2014) dan Kraft (2014) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap penghindaran pajak. Namun penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maesarah et al.,(2014) yang

(27)

penghindaran pajak, serta penelitian yang dilakukan oleh Cahyono et al.,(2016) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh

negatif terhadap tax avoidance.

Setelah dilakukan analisis dari hasil tersebut diatas, hasil penelitian menyatakan bahwa profitabilitas (ROA) berpengaruh negatif terhadap praktik penghindaran pajak (ETR), karena naik turunnya laba mencerminkan kecenderungan terhadap praktik penghindaran pajak.

Semakin besar laba maka profitabilitas perusahaan juga akan meningkat, namun hal ini justru mengakibatkan jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan juga tinggi. Sehingga, suatu perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi kemungkinan resiko untuk melakukan penghindaran pajak akan semakin tinggi sehingga nilai ETR pun semakin rendah.

Hal ini sesuai dengan teori stakeholder, bahwa perusahaan dituntut untuk memberikan benefit kepada para stakeholder nya, benefit yang diberikan kepada stakeholder perusahaan dalam bentuk dividen yang tinggi. Untuk memperoleh dividen yang tinggi, maka pembayaran pajak harus ditekan serendah mungkin, termasuk ketika perusahaan memperoleh keuntungan yang tinggi, perusahaan tetap harus membayar pajak yang rendah, sehingga perusahaan yang memperoleh laba yang tinggi cenderung melakukan penghindaran pajak yang dibuktikan dengan nilai ETR yang rendah.

(28)

Hal ini ditunjukan dari hasil penelitian, bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas (ROA) yang tinggi maka diperoleh nilai ETR yang rendah. Sebaliknya, perusahaan dengan nilai ROA yang rendah, maka diperoleh nilai ETR yang tinggi. Hasil penelitian terhadap sampel amatan menunjukan hasil bahwa, nilai maksimal dimiliki oleh PT Mitrabara Adiperdana Tbk pada tahun 2015 sebesar 31,75%, dimana nilai ETR yang diperoleh sebesar 14%, yang berarti nilai ETR berada dibawah tarif PPh berdasarkan UU PPh No 36 tahun 2008 Pasal 17 Ayat 2(b) yang ditetapkan (sebesar 20%) yang berarti nilai ETR sangat rendah dan memungkinkan adanya indikasi penghindaran pajaknya sangat tinggi karena nilai ETR mendekati nol. Sedangkan nilai minimal dimiliki oleh PT Citra Kebun Raya Agri Tbk pada tahun 2013 sebesar 0,02% dimana nilai ETR yang diperoleh sebesar 74%, yang berarti nilai ETR berada diatas tarif PPh berdasarkan UU PPh No 36 tahun 2008 Pasal 17 Ayat 2(b) yang ditetapkan (sebesar 20%) yang berarti nilai ETR cukup tinggi dan kemungkinan adanya indikasi penghindaran pajaknya relatif rendah.

(29)

c. Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga

H0 : ß3 < 0, hal ini berarti Leverage tidak berpengaruh positif terhadap praktik penghindaran pajak.

Ha : ß3 > 0, hal ini berarti Leverage berpengaruh positif terhadap praktik penghindaran pajak.

Variabel leverage (LEV) menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,162. Hal ini berarti bahwa nilai signifikansi >0,05 atau 0,162>0,05 dan dapat disimpulkan bahwa variabel leverage (LEV) tidak berpengaruh positif signifikan terhadap praktik penghindaran pajak yang diproksikan dengan Effective Tax Rate (ETR). Dengan demikian, hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa variabel leverage berpengaruh positif terhadap praktik penghindaran pajak tidak dapat diterima (ditolak).

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Pradipta dan Supriyadi (2015) yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh positif terhadap praktik penghindaran pajak, serta penelitian yang dilakukan oleh Maesarah et al.,(2014), Ngadiman dan Puspitasari (2014) serta Hashim et al.,(2016) yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyanto dan Supramono (2015) dan Marfu’ah (2015) yang menunjukan

(30)

hasil bahwa leverage berpengaruh positif terhadap praktik penghindaran pajak.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap sampel amatan menunjukan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap praktik penghindaran pajak. Hal ini menunjukan meskipun semakin besar biaya bunga atas utang mengakibatkan laba kena pajak akan menjadi kecil karena intensif pajak atas bunga utang semakin besar, hal ini tidak memiliki pengaruh terhadap praktik penghindaran pajak. Hal ini dapat ditunjukan pada tahun 2014, PT Pelita Sejahtera Abadi Tbk memiliki nilai LEV sebesar 66,70% dan memiliki nilai ETR sebesar 34% yang berarti nilai ETR berada diatas tarif PPh berdasarkan UU PPh No 36 tahun 2008 Pasal 17 Ayat 2(b) yang ditetapkan (sebesar 20%) yang berarti nilai ETR cukup tinggi dan kemungkinan adanya indikasi penghindaran pajaknya relatif rendah.

Sedangkan pada tahun 2012, PT Timah (Persero) Tbk memiliki nilai LEV yang lebih rendah yaitu sebesar 25,29% dan memiliki nilai ETR sebesar 33% yang berarti nilai ETR berada diatas tarif PPh berdasarkan UU PPh No 36 tahun 2008 Pasal 17 Ayat 2(b) yang ditetapkan (sebesar 20%) yang berarti nilai ETR cukup tinggi dan kemungkinan adanya indikasi penghindaran pajaknya relatif rendah.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, perusahaan dengan banyak atau

(31)

sedikit menggunakan pembiayaan yang berasal dari hutang tidak mempunyai pengaruh terhadap praktik penghindaran pajak.

d. Hasil Pengujian Hipotesis Keempat

H0 : ß4 < 0, hal ini berarti Komisaris independen tidak berpengaruh positif terhadap praktik penghindaran pajak.

Ha : ß4 > 0, hal ini berarti Komisaris independen berpengaruh positif terhadap praktik penghindaran pajak.

Variabel komisaris independen (KI) menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,005. Hal ini berarti bahwa nilai signifikansi <0,05 atau 0,005<0,05 dan menunjukan koefisien regresi yang negatif sebesar –0,004, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel komisaris independen (KI) berpengaruh negatif terhadap praktik penghindaran pajak yang diproksikan dengan Effective Tax Rate (ETR). Dengan demikian, hipotesis keempat yang menyatakan bahwa variabel komisaris independen berpengaruh positif terhadap praktik penghindaran pajak tidak dapat diterima (ditolak).

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Suyanto dan Supramono (2012) yang menyatakan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan, serta penelitian yang dilakukan oleh Prakosa (2014) yang menyatakan bahwa komisaris independen

(32)

berpengaruh negatif signifikan terhadap penghindaran pajak. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardyansah dan Zulaikha (2014) serta penelitian yang dilakukan Hanum dan Zulaikha (2013) yang menunjukan bahwa komisaris independen berpengaruh positif terhadap Effective Tax Rate (ETR).

Setelah dilakukan analisis dari hasil tersebut diatas, hasil penelitian menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif terhadap praktik penghindaran pajak, hal ini berarti proporsi komisaris independen yang berada didalam perusahaan akan mempengaruhi tindakan praktik penghindaran pajak. Salah satu fungsi utama dari komisaris independen yaitu untuk melaksanakan pengawasan terhadap direksi, namun fungsi ini tidak dijalankan dengan baik, hal ini kemungkinan disebabkan karena masing-masing pihak akan berusaha memaksimalkan kemakmuran bagi dirinya sendiri. Ada kemungkinan bahwa komisaris independen yang seharusnya mengawasi direksi justru ikut andil menentukan kebijakan perusahaan untuk melaporkan beban pajak yang lebih rendah dengan harapan akan mendapatkan kompensasi karena laba bersih yang diperoleh perusahaan semakin tinggi.

Hal ini ditunjukan dari hasil penelitian, bahwa perusahaan yang memiliki proporsi komisaris independen yang tinggi maka diperoleh ETR yang rendah. Sebaliknya, perusahaan dengan proporsi komisaris

(33)

Hasil penelitian ini dapat ditunjukan pada tahun 2014, PT Delta Dunia Propertindo Tbk memiliki nilai KI sebesar 66,67% atau jumlah komisaris independen sebanyak 4 orang, dan jumlah seluruh dewan komisaris sebanyak 6 orang dan memiliki nilai ETR sebesar 5% yang berarti nilai ETR berada dibawah tarif PPh berdasarkan UU PPh No 36 tahun 2008 Pasal 17 Ayat 2(b) yang ditetapkan (sebesar 20%) yang berarti nilai ETR sangat rendah dan memungkinkan adanya indikasi penghindaran pajaknya sangat tinggi karena nilai ETR mendekati nol.

Sedangkan pada tahun 2013, PT Surya Esa Perkasa Tbk memiliki nilai KI yang lebih rendah yaitu sebesar 25,00% atau jumlah komisaris independen sebanyak 1 orang, dan jumlah seluruh dewan komisaris sebanyak 4 orang dan memiliki nilai ETR sebesar 30% yang berarti nilai ETR berada diatas tarif PPh berdasarkan UU PPh No 36 tahun 2008 Pasal 17 Ayat 2(b) yang ditetapkan (sebesar 20%) yang berarti nilai ETR cukup tinggi dan kemungkinan adanya indikasi penghindaran pajaknya relatif rendah.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi permasalahan yang ada pada mata kuliah Manajemen Audit diatas maka dilakukan penyusunan bahan ajar dan dilengkapi dengan kertas kerja pemeriksaan

Hotel bisnis adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum, sarana, &#34;asilitas

Untuk bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap (volatile) seperti sayuran dan susu menggunakan cara destilasi dengan pelarut

&amp;pa yang akan terjadi jika nomor telepon pelanggan atau saldo rekening nasabah tidak  dicatat dengan benar( &amp;pakah dampaknya jika database memiliki harga

d) Jama mudzakar salim, yaitu isim yang menunjukan lebih dari dua untuk jenis laki-laki dengan cara menambahkan wau,nun, ya, dan nun di ujung kata dengan tidak merubah

Produk yang dihasilkan dalam MMAL biasanya memiliki perbedaan dalam jumlah produksi, isi kerja, dan waktu perakitan tergantung pada model.Tujuan dari model

Bagi elit gerakan separatis Papua merdeka, pilihan ini cukup baik, sehingga diberikan nilai 3, karena dengan diberikannya keterbukaan oleh pemerintah Indonesia untuk berdialog,