• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Merek Sebagai Hak Kekayaan Intelektual

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Merek Sebagai Hak Kekayaan Intelektual"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

24 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Merek Sebagai Hak Kekayaan Intelektual

Menurut Prof. Mahadi dalam bukunya (OK.Saidin,2004:9) Hak Kekayaan Intelektual adalah hak kebendaan yang bersumber dari hasil kerja otak atau hasil pekerjaan rasio manusia yang menalar. Hasil kerja dari Hak Kekayaan Intelektual adalah berupa benda immateril atau benda tidak berwujud (intangible assets). Hak milik immateril termasuk ke dalam hak – hak yang disebut pada Pasal (499 KUHPerdata) yang juga dapat menjadi objek dari suatu hak benda. Hak benda adalah hak absolut yang objeknya bukan benda berwujud, itulah yang disebut dengan Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Rights).1

Dalam bidang kajian Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HKI) menggolongkan kekayaan intelektual yang ada di Indonesia menjadi 2 (dua) macam yakni Hak Cipta dan Hak milik Industri. Dalam Hak milik Industri terdapat Merek, Paten, Rahasia Dagang, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Perlindungan Varietas Tanaman Perlindungan Terhadap Informasi Dirahasiakan dan Pengendalian Praktik – Praktik Persaingan Curang Dalam Perjanjian Lisensi.2

1 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,2006. hlm. 12

2 Wilson Wijaya & Christine S.T. Kansil “Analisis Kekuatan Unsur Itikad Baik Pada Pelaksanaan Pendaftaran Merek Di Indonesia (Studi Kasus Putusan Mahakamah Agung Nomor. 364

(2)

25

Berdasarkan pengelompokan kekayaan intelektual tersebut, HKI pada umumnya berhubungan dengan ciptaan dan invensi yang memiliki nilai komersial. Merek sebagai salah satu produk Hak Kekayaan Intelektual dapat dianggap sebagai asset komersial bagi suatu perusahaan, untuk itu diperlukan perlindungan hukum untuk melindungi karya – karya inteleketualitas seseorang. Kelahiran Merek diawali dari temuan – temuan dalam bidang Kekayaan Intelektual yang saling berkaitan, seperti halnya dalam bidang Merek didalamnya terdapat unsur ciptaan, misalnya desain logo, desain huruf atau desain angka.3

B. Tinjauan Umum Tentang Merek

Ketentuan mengenai perlindungan Hukum Merek di Indonesia, pada dasarnya telah ada sejak sudah tahun 1992. Awalnya pengaturan mengenai perlindungan hukum Merek di Indonesia menggunakan Undang – undang Merek Colonial (1912), yaitu Reglement Industrieele Eigendom Kolonial Stb Tahun 1912. Peraturan Tentang Merek pertama yang dibuat oleh Pemerintah Indonesia adalah Undang – undang Nomor. 19 Tahun 1992 Tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan.

Seiring dengan perkembangan perdagangan dunia yang melahirkan WTO (World Trade Organisation) dengan TRIPs (Trade Related Aspects Of Intellectual Property Rights) sebagai lampirannya. Maka ketentuan

K/Pdt.Sus-HKI/2014) Berdasarkan Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2016, Volume 1 No.1.

2018, hlm. 7

3 Ibid, hlm, 8

(3)

26

mengenai Merek diperbaharui menjadi Undang – undang Nomor. 15 Tahun 2001 Tentang Merek, yang disahkan dan diundangkan pada 1 Agutus 2001 dan telah diperbaharui hingga kini melahirkan Undang – undang Nomor. 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis.

1. Pengertian Merek

Merek adalah sesuatu (gambar atau nama) yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu produk atau perusahaan di pasaran. Pengusaha biasanya berusaha mencegah orang lain menggunakan Merek mereka karena dengan menggunakan Merek tersebut, para pedagang memperoleh reputasi baik dan kepercayaan dari para konsumen serta dapat membangun hubungan antara reputasi tersebut dengan Merek yang telah digunakan perusahaan secara regular. Semua hal diatas tentunya membutuhkan pengorbanan waktu, tenaga dan uang.4

Pengertian mengenai Merek sendiri Penulis mengutip dari pendapat ahli Merek yakni Prof. Molengraaf :

“Merek yaitu dengan mana dipribadikanlah sebuah barang

tertentu, untuk menunjukan asal barang dan jaminan kualitasnya sehingga dapat dibandingkan dengan barang – barang sejenis yang dibuat dan diperdagangkan oleh orang atau perusaahan lain”.5

4 Tim Lindsey dkk, Hak Kekyaan Intelektual, (Bandung : PT. Alumni, 2011)., hlm. 131

5 Muhammad Djumhana & R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah,Teori dan Praktiknya di Indonesia, (Citra Aditya Bakti, 2014)., hlm. 222

(4)

27

Selain itu, mengenai pengertian Merek sendiri Penulis juga mengambil beberapa pendapat Ahli Merek lainnya yaitu diantaranya, menurut pendapat Philip Kotler, memberikan pengertian sebagai berikut

“Merek adalah simbol, tanda, rancangan atau sebuah kombinasi dari tiga hal tersebut yang ditujukan sebagai identitas dari beberapa Penjual untuk kemudian dijadikan sebagai pembeda dengan pesaing yang ada di pasaran”.

R.M Suryodiningrat juga memberikan pengertian Merek adalah sebagai berikut, “Merek adalah barang – barang yang dihasilkan oleh pabriknya dengan dibungkus dan pada bungkusannya itu dibubuhi tanda tulisan dan atau perkataan untuk mebedakan dari barang sejenis hasil perusahaan lain, tanda inilah yang disebut Merek”. Sedangkan pengertian Merek menurut H.M.N Purwo Sutjipto, Merek dapat diartikan suatu tanda tertentu dipribadikan sehingga dapat dibedakan dengan benda yang lain yang sejenis.6

Dari beberapa pengertian Merek diatas Penulis menarik kesimpulan bahwa : “Merek adalah sebuah tanda atau simbol yang dipergunakan sebagai identitas (identity) atas suatu barang atau produk dengan tujuan pembeda bagi produk atau barang yang sejenis lainnya agar bisa bersaing dipasaran dan atas pembuatan Merek tersebut dapat dipribadikan.

6OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),Ed. Revisi, Cet 9, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,2015)., hlm. 440

(5)

28

Secara yuridis pengertian Merek tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek :

“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf – huruf, angka – angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur – unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan di gunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”.7

Selain itu pengertian Merek juga tertuang di dalam ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang – Undang Merek terbaru yakni Undang – undang Nomor. 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis :

“Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan / atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram , atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang di produksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa”.8

Selain menurut batasan yuridis beberapa Sarjana juga telah memberikan pendapatnya mengenai pengertian Merek diantaranya adalah sebagai berikut :

Prof. R. Soekardono, S.H memberikan rumusan pengertian Merek sebagai berikut :

7 Pasal 1 ayat (1) Undang – undang Nomor. 15 Tahun 2001 Tentang Merek

8 Pasal 1 angka (1) Undang – undang Nomor. 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

(6)

29

“Merek adalah sebuah tanda (Jawa: ciri atau tengger) dengan mana dipribadikan sebuah barang tertentu, di mana perlu juga diprabadikan asalnya barang atau menjamin kualitasnya barang dalam perbandingan dengan barang – barang sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh orang – orang atau badan – badan perusahaan lain”.

2. Jenis Merek

Dalam Undang – undang Merek Nomor. 15 Tahun 2001 Tentang Merek, menggolongkan jenis Merek menjadi 3 (tiga) yakni sebagaimana yang tertuang pada Pasal 1 angka 2, 3 dan 4 yang berbunyi sebagai berikut :

Pasal 1 angka (2) Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2001 :

a) Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama – sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang – barang jenis lainnya

b) Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama – sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa – jasa sejenis lainnya.

c) Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang

(7)

30

diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama – sama untuk membedakan dengan barang dan / atau jasa sejenis lainnya.9

Terkait pengertian Merek Dagang sendiri, Penulis juga mengutip pendapat menurut Philips S. James MA, Sarjana Inggris, yang menyatakan bahwa :

“Merek Dagang adalah suatu tanda yang dipakai oleh seseorang Pengusaha atau Pedagang untuk menandakan bahwa suatu bentuk tertentu dari barang – barang kepunyaannya. Pengusaha atau Pedagang tersebut sebenarnya tidak perlu pendapatan dari kegiatan produksi barang - barang tersebut, agar dapat diberikannya hak untuk memakai Merek, maka dapat dikatakan cukup meskipun hampir tidak bisa sampai ketangan Pemilik Merek tersebut sebagai salah satu tujuan perdagangan.10

Berdasarkan Undang – undang Merek Nomor. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis, juga menggolongkan Merek menjadi 3 (tiga) jenis yakni sebagaimana yang tertuang pada Pasal 1 angka 2, 3 dan 4 yang berbunyi sebagai berikut :

Pasal 1 angka (2) Undang – undang Nomor. 20 Tahun 2016 :

9 Pasal 1 angka (2), (3) dan (4) Undang – undang Nomor. 15 Tahun 2001 Tentang Merek

10 OK. Saidin, Op.Cit., hlm. 442

(8)

31

a) Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama – sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang – barang jenis lainnya

b) Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama – sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa – jasa sejenis lainnya.

c) Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama – sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.

Berdasarkan reputasi dan kemahsyurannya, Merek dapat dibedakan 3 menjadi (tiga) jenis yaitu Merek biasa (normal marks), Merek terkenal (well known marks), dan Merek termahsyur (famous marks).11

1) Merek Biasa (Normal Marks).

Merek biasa adalah Merek yang tergolong tidak memiliki reputasi tinggi, ciri – cirinya adalah kurang memberi pancaran simbol gaya hidup, Masyarakat sebagai konsumen sering menilai Merek tersebut sebagai barang atau jasa yang berkualitas rendah, Merek dengan

11 Siti Marwiyah, Perlindungan Hukum Atas Merek Terkenal, De jure Jurnal Syariah dan Hukum.

hlm. 43

(9)

32

kategori Merek biasa (normal marks) ini sering dianggap tidak mempunyai (drawing power) yang mampu memberi sentuhan keakraban dan kekuatan mitos yang sugestif kepada Masyarakat selaku konsumen dan juga terhadap Merek dengan kategori Merek biasa tidak membentuk lapisan pasar dan pemakai.

2) Merek Terkenal (Well Known Marks).

Merek terkenal adalah Merek yang memiliki reputasi tinggi, oleh karena terhadap Merek tersebut memilki kekuatan pencaran yang memukau dan menarik bagi Masyarakat selaku konsumen, sehingga jenis barang apa saja yang berada dibawah kategori “terkenal” (well- known marks) tersebut langsung memberikan sentuhan keakraban dan sentuhan mitos kesetiap lapisan konsumen. 12

3) Merek Termahsyur (Famous Marks).

Merek termahsyur adalah Merek yang karena perkembangannya telah dikenal secara luas diseluruh dunia dan terhadap Merek dengan kategori “termahsyur” (famous marks) tersebut memilki reputasi yang dapat digolongkan sebagai Merek “aristokrat dunia”13

3. Fungsi Merek

12 Ibid. hlm.44

13 Loc.cit

(10)

33

Selain berfungsi sebagai pembeda bagi produk barang sejenis lainnya, dari berbagai literatur juga ditemukan bahwa Merek juga mempunyai fungsi – fungsi lain, yakni diantaranya sebagai berikut :

a. Menjaga persaingan usaha yang sehat.

b. Melindungi konsumen.

c. Sebagai sarana Pengusaha untuk memperluas bidang usahanya.

d. Sebagai sarana untuk dapat menilai kualitas suatu barang.

e. Untuk memperkenalkan barang atau nama barang.

f. Untuk memperkenalkan identitas perusahaan.

Terkait fungsi Merek sendiri, Penulis mengutip pendapat menurut P.D.D Dermawan yang membagi fungsi Merek kedalam 3 (tiga) fungsi, yaitu :

1. Fungsi Indikator Sumber, artinya Merek berfungsi untuk menunjukan bahwa suatu produk atau barang bersumber secara sah dari suatu unit usaha.

2. Fungsi indikator kualitas, artinya Merek juga berfungsi sebagai jaminan kualitas.

3. Fungsi sugestif, artinya Merek juga berfungsi untuk memberikan kesan akan menjadi kolektor terhadap produk atau barang tersebut.

(11)

34

Fungsi – fungsi Merek tersebut diatas mengakibatkan perlindungan terhadap sebuah Merek menjadi sangat penting bagi para Pelaku usaha di Indonesia maupun seluruh dunia. Selain itu, Merek berfungsi juga bagi konsumen dan perusahaan diantaranya sebagai berikut:

1) Fungsi Merek bagi konsumen.

a) Merek juga berfungsi untuk memainkan peran dalam kaitannya pada bagian komunikasi dan identifikasi.

b) Merek juga berfungsi untuk mengurangi resiko pembelian yang diterima oleh konsumen, yang mana pada gilirannya dapat memunculkan suatu hubungan emosional antara konsumen dan perusahaan.

c) Merek juga berfungsi untuk mengurangi resiko sosial dan psikologi dengan pemilik apabila menggunakan “wrong”produk.

2) Fungsi Merek bagi perusahaan.

a) Merek juga berfungsi untuk memudahkan terhadap pembelian ulang.

b) Merek juga berfungsi untuk memudahkan pengenalan produk atau barang baru.

c) Memudahkan efektivitas promosi dengan menyediakan suatu titik fokus

d) Mempermudah harga premium dengan menciptakan suatu tingkatan difrensiasi dibandingkan kompetitor.

(12)

35

e) Memudahkan segmen pasar dengan mengkomunikasikan pesan pada Pembeli, kepada siapa suatu Merek ditujukan dan pada siapa tidak.

f) Memudahkan loyalitas Merek.

Dari berbagai rujukan fungsi Merek diatas, Penulis berkesimpulan bahwa; Fungsi Merek tidak hanya terbatas pada fungsi “utama” sebagai pembeda. Melainkan banyak sekali fungsi atau “keuantungan” yang dihasilkan dari sebuah Merek, tidak hanya bagi Produsen untuk mejaga iklim usaha yang kondusif agar terhindar dari persaingan usaha yang tidak sehat, melaikan juga berfungsi terhadap kepercayaan dan kenyamanan Konsumen selaku Pembeli ataupun pengguna atas produk dengan Merek tersebut.

Selain itu Merek juga memberikan jaminan atau nilai kualitas dari barang dan jasa yang bersangkutan. Hal ini tidak hanya berguna bagi Produsen sebagai Pemilik Merek tersebut, tetapi juga memberikan perlindungan dan jaminan mutu barang kepada Konsumen. Selanjutnya Merek juga berfungsi sebagai sarana promosi atau reklame bagi Produsen atau pedagang atau pengusaha – pengusaha yang memperdagangkan barang atau jasa yang bersangkutan. Merek adalah simbol yang mana pihak Pedagang dapat memperluas pasarannya dan juga mempertahankan pasaran tersebut.

4. Manfaat Merek

(13)

36

Menurut Peraturan Perundang – undangan di Indonesia, Merek memiliki manfaat, diantaranya sebagai berikut :

a. Manfaat Ekonomi

i. Sebagai sarana bagi perusahaan untuk bersaing memperebutkan pasar;

ii. Konsumen dapat memilik berdasarkan Value For Money oleh berbagai macam Merek;

iii. Sebagai relasi antar Merek dan konsumen, sebagian besar dari konsumen lebih memilik penyedia jasa yang lebih mahal dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan penyedia jasa dengan harga murah namun tidak jelas kinerjanya.

b. Manfaat Fungsional

i. Merek sebagai peluang bagi difrensiasi. Selain memperbaiki kualitas (difrensiasi vertikal), dimana perusahaan – perusahaan juga memperluas Mereknya dengan tipe – tipe produk baru (difrensiasi horizontal);

ii. Sebagai jaminan kualitas, apabila konsumen membeli Merek yang sama lagi maka kinerja Merek tersebut akan konsisten dibandingkan dengan sebelumnya.

iii. Pemasar Merek berempati dengan Pemakai akhir dan masalah yang akan diatasi Merek yang ditawarkan

(14)

37

iv. Merek dapat memfasilitasi ketersediaan produk secara luas.

c. Manfaat Psikologis.

i. Merek merupakan penyederhanaan atau simplifikasi dari semua informasi produk yang perlu diketahui oleh konsumen.

ii. Pilihan Merek tidak selalu didasarkan pada pertimbangan nasional, namun sebagai faktor emosional dalam memutuskan membeli suatu Merek.

iii. Sebagai citra untuk memperkuat citra diri terhadap pemakainya.

iv. Tidak hanya berpengaruh terhadap prespsi orang lain, melaikan juga pada identifikasi terhadap objek tertentu.

5. Hak Atas Merek

Pengertian mengenai Hak Atas Merek telah diatur dalam ketentuan Pasal 1 angka 5 Undang – undang Nomor. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis yang menjelaskan bahwa “Hak Atas Merek adalah Hak Eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Pemilik Merek yang terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya”.

(15)

38

Berdasarkan ketentuannya Hak Atas Merek akan diberikan pengakuannya oleh Negara, dengan begitu pendaftaran atas Merek merupakan suatu keharusan apabila ia menghendaki agar menurut hukum dipandang sebagai orang / pihak yang sah atau berhak atas Merek.

Ketentuan mengenai Hak Atas Merek sebelumnya juga telah diatur di dalam Undang – undang Nomor. 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

Berdasarkan “sistem konstitutif” dengan prinsip first to file (pendaftar pertama) yang berlaku pada praktik pendafataran Merek di Indonesia menegaskan bahwa Hak Atas Merek akan diberikan kepada Pemilik terdaftar. Hal ini sebagaimana yang telah diatur di dalam ketentuan Pasal 3 Undang - undang Nomor. 15 Tahun 2001 Tentang Merek yang berbunyi sebagai berikut :

“Hak Atas Merek adalah Hak Eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Pemilik Merek yang terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya”.

Merek sebagai hak “eksklusif” berfungsi untuk melarang pihak lain untuk mempergunakan Merek yang dimilikinya tanpa seizin dan sepengetahuan dari Pemilik atau Pemegang Merek. Bahwa hak ekslusif yang melekat pada suatu Merek berfungsi untuk memelihara dan melindungi Kekayaan Intelektual terhadap suatu Merek. Hak eksklusif

(16)

39

pada Merek juga bersifat monopli, yang mana hanya Pemegang Merek lah yang dapatmemepergunakan Merek tersebut.

Selain memiliki Hak Eksklusif, Merek juga memiliki Hak Absolut, yang mana Pemegang Merek diberikan hak oleh Undang – undang untuk mengajukan gugatan apabila terjadi pelanggaran hukum atas hak Mereknya tersebut, disamping adanya tuntutan pidana terhadap pihak – pihak yang yang melanggar hak tersebut.14

Berdasarkan uraian penjelasan mengenai ketentuan Hak Atas Merek tersebut diatas, Penulis menarik kesimpulan bahwa “Hak Atas Merek adalah suatu kepastian hukum yang diperoleh oleh si Pendaftar Merek yang telah beritikad baik dalam mendaftarkan Mereknya dan terhadap Mereknya tersebut diberikan pengakuan dan perlindungan hukum oleh Negara dalam jangka waktu tertentu, yang mana tujuannya sebagai sebuah pengakuan agar Merek tersebut dianggap “sah” menurut hukum di Wilayah Negara Indonesia”.

6. Prinsip – prinsip dalam pendaftaran Merek.

Dalam Undang – undang Merek menganut prinsip – prinsip dalam pendaftaran Merek diantaranya sebagai berikut :15

a. Prinsip pendaftar pertama (fist to file).

14 OK.Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada, 2015, hlm.400.

15 Khoirul Hidayah, Hukum HKI Hak Kekayaan Intelektual, Malang : Setara Press, 2017, hlm. 54

(17)

40

Berdasarkan prinsip ini, Pemegang Merek pertama adalah pihak yang pertamakali mendaftarkan Merek, melalui permohonan pengajuan pendaftaran. Artinya, Pengguna Merek tidak serta merta mendapatkan perlindungan hukum, meskipun sebagai pihak pertama yang menggunakan Merek tersebut. Pengguna Merek akan memperoleh perlindungan hukum terhadap Mereknya tersebut, apabila telah didaftarkan kepada Direktorat Jenderal HKI.

b. Prinsip tidak menimbulkan kebingungan dan kesesatan.

Suatu Merek yang secara umum telah dikenal luas di pasaran dan merupakan milik dari pihak ketiga, terhadap Mmereknya tersebut tidak boleh menimbulkan kebingungan yang dapat menyesatkan konsumen.

c. Prinsip cepat dalam menyelesaikan perkara dalam hukum Merek.

Terhadap perkara sengketa pelanggaran Merek yang terjadi dapat mengajukan upaya hukum melalui Pengadilan Niaga, selanjutnya apabila terdapat keberatan terhadap Putusan Pengadilan Niaga tersebut dapat dilanjutkan dengan mengajukan Kasasi dan tidak ada upaya banding.

d. Prinsip perpanjangan Merek

Perlindungan Merek dapat dilakukan perpanjangan,apabila Pemilik Merek telah mengajukan permohonan perpanjangan Merek.

(18)

41 e. Prinsip konstitutif

Setelah Merek terdaftar, hak atas Merek akan diberikan kepada Pemilik Merek.

f. Prinsip delik aduan

Pihak Kepolisian baru dapat bertindak apabila terdapat laporan dari pihak yang merasa dirugikan atas tidakan pelangaran Merek yang terjadi.

C. Tinjauan Terkait Merek Terkenal

1. Ruang Lingkup dan Pengaturan Merek Terkenal.

Pengaturan dan perlindungan Merek Terkenal (well-known marks) dapat dibedakan pada tataran Internasional dan Nasional. Pada tataran Internasional pengaturan Merek terkenal telah tertuang dalam peraturan TRIPs Agreement Pada Pasal 16 ayat (2) TRIPs disebutkan bahwa dalam mencantumkan Merek sebagai Merek Terkenal, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu dari pengetahuan akan Merek tersebut pada sektor yang terkait dengan Masyarakat, termasuk pengetahuan yang diperoleh Negara Anggota dari kegiatan promosi atas Merek yang bersangkutan tersebut.16

Berdasarkan TRIPS Agreement, perlindungan bagi Merek terkenal juga dapat diberikan bagi barang dan / atau jasa yang berbeda jika terdapat kemungkinan pemilik Merek Terkenal tersebut mendapat kerugian yang disebabkan oleh adanya kebingungan pasar. Akan tetapi, penegakan

16Thoyyibah Bafadhal, “Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal di Indonesia: Kasus IKEA “.Undang: Jurnal Hukum, Volume.1 Nomor.1, Juni.2018, hlm. 28.

(19)

42

terhadap perjanjian ini tidak sama setiap Negara, jadi jika Merek tidak dipergunakan dalam wilayah hukum tertentu tetapi Pemiliknya dapat membuktikan bahwa Merek itu terkenal ditempat lain di dunia, maka Pemilik Merek terkenal dapat mencegah pihak ketiga untuk menggunakan atau mendaftarkan Merek tersebut dalam wilayah hukum tertentu.

Sehingga, ketentuan TRIPs tersebut tidak memberikan pengertian serta kriteria Merek Terkenal (well-known marks) secara jelas, sehingga definisi Merek Terkenal sangat bergantung pada interpretasi masing – masing Negara.17Suatu Merek yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang dari Negara dimana Merek tersebut didaftarkan atau digunakan dan telah menjadi Merek seseorang yang berhak, untuk itu berdasarkan Konvensi ini digunakan untuk produk yang identik atau yang mirip. Aturan ini juga berlaku jika produksi atas suatu Merek yang telah dikenal atau suatu tiruan menyebabkan kebingungan.

Jangka waktu untuk pembatalan Merek pada Negara konvensi adalah 5 (lima) tahun sejak tanggal pendaftaran Merek tersebut. Namun tidak ada batas waktu dalam permintaan pembatalan Merek, apabila Merek tersebut didaftarkan atau digunakan dengan itikad tidak baik.

Selain TRIPS berlaku juga peraturan Merek yang bersifat Internasional lainnya, yakni Paris Convention for the Protection of Industrial Property yang dibuat pada tanggal 20 Maret 1883. Indonesia

17 Loc.cit.

(20)

43

telah menjadi anggota Konvensi ini sejak tanggal 1 Januari 1976.

Beberapa dari isi Paris Union Conventions yaitu: Pertama, kriteria pendaftaran, yaitu pendaftaran Merek ditentukan oleh Undang – undang Negara setempat.

Maksudnya apabila suatu Merek didaftarkan di Negara asalnya, maka pendaftaran Merek tersebut harus diterima di Negara anggota lainnya;

Kedua, hilangnya Merek Dagang karena tidak dipergunakan; Ketiga, Perlindungan khusus bagi Merek – merek Dagang terkenal, maksudnya apabila ada pihak yang bukan pemilik Merek yang mendaftarkan Merek Dagang yang serupa dengan Merek Terkenal maka pendafataran Merek harus ditolak (Pasal 6 Bis).

Article 6 bis Paris Conventions telah menetapkan bahwa Negara – negara anggota Konvensi Paris harus mengambil tindakan secara ex – officio jika diizinkan oleh peraturan perundang – undangan atau atas dasar permintaan suatu pihak yang berkepentingan untuk menolak atau membatalkan pendaftaran dan atau melarang penggunaan Merek yang menimbulkan kebingungan atas suatu tanda atau terjemahan pada suatu hasil barang produksi.

Munculnya istilah Merek Terkenal berawal dari tinjauan terhadap Merek berdasar reputasi (reputation) dan kemahsyuran (renown) suatu Merek. Berdasarkan reputasi dan kemahsyuran Merek dapat dibedakan

(21)

44

menjadi 3 (tiga) jenis yakni Merek Biasa (normal marks), Merek Terkenal (well-known marks) dan Merek Termahsyur (famous marks).

Khusus untuk Merek Terkenal didefinisikan sebagai Merek yang memilki reputasi tinggi. Merek Terkenal (well-known marks), memilki kekuatan pencaran yang memukau dan menarik, sehingga jenis barang, apa saja yang berada dibawah merek itu langsung memberikan sentuhan keakraban (familiar attachment) dan ikatan mitos (mythical contex) kepada segala lapisan konsumen.18

Begitu juga pada Putusan dalam kasus – kasus Merek Terkenal.

Hakim senantiasa mengacu terkait Merek Terkenal (well-known marks) yang dikaitkan dengan pada kentuam Pasal 6 bis Konvensi Paris. Oleh karena itu acuan yang dipakai dalam perlindungan Merek Terkenal (well- known marks) di Indonesia yaitu Pasal 6 bis Konvensi Paris dan penjelasan Pasal 6 Undang – undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.19

Pada tataran Nasional, perauturan mengenai Merek Terkenal (well- known marks) dapat ditemukan dalam Undang – undang Merek Nomor.

15 Tahun 2001 Tentang Merek dan UU yang memperbaruinya yakni Undang – Undang Merek Nomor. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis. Norma yang mengatur tentang Merek Terkenal (well- known marks) juga dapat kita jumpai dalam yurisprudensi, yaitu pada

18 Budi Agus Riswandi dan Muhammad Syamsudin ”Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum” (Jakarta : Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT. Raja Grafindo Persada, 2004).,hlm.87

19 Dandi Pahusa “Persamaan Unsur Pokok Pada Suatu Merek Terkenal (Analisis Putusan MA Nomor. 162 K/Pdt.Sus-HKI/2014 : Jurnal Cita Hukum, Volume. II No.1, Juni,2015, hlm. 181

(22)

45

Putusan Mahkamah Agung Nomor. 274/K/Pdt/2003 20 dan Putusan Mahkamah Agung RI Nomor. 1486 K/PDT/1991.21

Ketentuan mengenai Perlindungan Merek Terkenal di Indonesia juga telah diatur didalam ketentuan Pasal 6 ayat (1) huruf (b) Undang – undang Nomor. 15 Tahun 2001 Tentang Merek dan juga tertuang di dalam Undang – undang Merek yang terbaru yakni pada ketentuan Pasal 21 ayat (1) huruf (b) Undang - undang Nomor. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis.

Berdasarkan ketentuan penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf (b) UU No.

15 Tahun 2001 dan ketentuan penjelasan Pasal 21 ayat (1) huruf (b) UU No. 20 Tahun 2016 sama – sama dijelaskan bahwa permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) apabila Merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan / atau sejenis.

2. Kriteria Merek Terkenal (Well-Known Marks)

Merek terkenal atau sering disebut (well-known marks) merupakan

Merek yang memiliki reputasi tinggi karena lambangnya memiliki kekuatan hukum dalam menarik perhatian masyarakat baik itu dari dalam negeri maupun luar negeri. Oleh karena itu Merek tersebut sangat memepengaruhi presepsi konsumen terhadap produk yang akan dibeli,

20 Thoyyibah Bafadhal, Op.cit. hlm. 31

21 Ibid. hlm. 32

(23)

46

dengan demikian persaingan antar Perusahaan adalah persaingan presepsi bukan persaingan produk (Tjiptono,2011.34)

Mengenai kriteria Merek Terkenal dapat dilihat pada Yurisprudensi Makamah Agung RI Nomor. 1486 K/Pdt/1991 Tanggal 28 November 1991, memberikan kriterian Merek Terkenal sebagai berikut :

“Suatu Merek termasuk dalam pengertian well-known marks pada prinsipnya diartikan bahwa Merek tersebut telah beredar ke luar batas – batas regional, malahan sampai kepada batas – batas internasional, karenanya apabila terbukti suatu Merek telah didaftar dibanyak negara di dunia”

Selain itu, kriteria mengenai Merek terkenal juga telah diatur berdasarkan ketentuan penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf (b) Undang – undang Nomor. 15 Tahun 2001 Tentang Merek, yang mana penentuan untuk menilai keterkenalan suatu Merek, dapat dinilai melalui beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut :

a). Mengetahui terkait pengetahuan umum Masyarakat mengenai Merek tersebut dibidang usaha yang bersangkutan;

b). Reputasi Merek Terkenal yang diperoleh oleh Pemiliknya, dinilai berdasarkan promosi yang secara gencar dan besar – besaran oleh Pemiliknya;

(24)

47

c). Investasi di beberapa Negara di dunia yang dilakukan oleh Pemilknya dengan disertai bukti telah didaftarkannya Merek tersebut di beberapa Negara.

Penentuan mengenai kriteria Merek terkenal juga telah diatur di dalam ketentuan Pasal 21 ayat (1) huruf (b) Undang – undnag Nomor. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis yang dinilai dengan mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut:

1) Tingkat pengetahuan dan pengakuan Masyarakat terhadap Merek tersebut dibidang usaha yang bersangkutan sebagai Merek

“terkenal”.

2) Volume keuntungan penjulan atas barang dan / atau jasa yang diperoleh berdasarkan penggunaan Merek tersebut

3) Pangsa pasar yang dikuasai oleh Merek tersebut hubungannya dengan perederan barang dan / atau jasa dengan atas nama Merek tersebut di Masyarakat;

4). Jangkauan daerah penggunaan Merek;

5). Jangka waktu Penggunaan Merek, hubungannnya dengan jangka waktu penggunaan Merek atas barang dan / atau jasa tersebut di pasaran.

6). Intensitas dan promosi Merek, termasuk juga nilai invesatasi yang dipergunakan untuk promosi tersebut.

7). Pendaftaran Merek atau permohonan pendaftaran Merek yang dilakukan di Negara lain;

(25)

48

8). Tingkat keberhasilan penegakan hukum di bidang Merek, khususnya mengenai pengakuan terhadap Merek tersebut sebagai Merek terkenal oleh Lembaga yang berwenang ; atau

9). Nilai yang melekat pada Merek diperoleh berdasarkan nilai reputasi dan jaminan kualitas barang / dan atau jasa yang dilindugi oleh Merek tersebut.

Selain hal – hal tersebut diatas, perlu diperhatikan pula, reputasi mengenai Merek Terkenal (well-known marks) yang diperoleh karena promosi yang gencar dan besar – besaran, investasi di beberapa Negara di dunia yang dilakukan oleh Pemiliknya, dan disertai bukti terdaftarnya Merek tersebut di beberapa Negara.

Apabila hal - hal diatas belum dinggap cukup, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan Lembaga yang bersifat mandiri untuk melakukan survey guna memeperoleh kesimpulan mengenai Merek Terkenal atau tidaknya Merek tersebut yang menjadi dasar penolakan.22 Suatu Merek Terkenal (well-known marks) yang memiliki reputasi dan pemasaran yang tinggi dan terhadap presentasi penjualannya tinggi disetiap pelosok dunia dan dapat menjadi asset kekayaan yang bernilai yang mendatangkan keuntungan bagi Pemiliknya.

Selain itu, kriteria mengenai Merek Terkenal (well-known marks) juga telah diatur pada ketentuan Pasal 18 Peraturan Menteri Hukum dan HAM

22 Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah, “Peraturan Hak Kekayaan intelektual di Indonesia”, cetakan I, (Bandung : Pustaka Baru Quraisy, 2004), hlm.168

(26)

49

Nomor. 67 Ttahun 2016 Tentang Pendaftaran Merek, yang menerangkan sebagai berikut :

a). Kriteria mengenai penentuan Merek Terkenal sebagaimana yang terdapat di dalam Pasal 16 ayat (2) huruf (b) dan (c) dilakukan dengan memperhatikan mengenai pengetahuan umum Masyarakat tentang Merek tersebut pada bidang usaha yang bersangkutan;

b). Masyarakat yang dimaksud pada ayat (1) merupakan Masyarakat

“konsumen” atau Masyarakat pada umunya yang memiliki hubungan baik pada tingkat produksi, promosi distribusi, maupun penjualan terhadap barang dan / atau jasa yang dilindungi oleh Merek Terkenal dimaksud;

Dari beberapa literature yang terdapat diatas, Penulis berkesimpulan bahwa suatu merek yang dianggap terkenal (well-known marks) sangat bergantung pada interpretasi atau prespektif setiap Negara dalam menilai Merek tersebut, yang mana harus terlebih dahulu dilihat apakah Merek tersebut masuk dalam kriteria pokok secara keseluruhan atau tidak untuk dianggap terkenal atau tidak, seperti unsur pokok yang mana suatu Merek Terkenal (well-known marks) tersebut sudah beredar di luar batas – batas regional atau telah beredar di segala penjuru dunia.

Selain Undang – undang Nomor. 15 Tahun 2001 Tentang Merek dan Undang – undang Nomor. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis. Penjelasan mengenai kriteria Merek Terkenal (well-known

(27)

50

marks) dapat juga kita lihat dalam aturan World Intellectual Property Office (WIPO) yang memberikan kriteria Merek Terkenal (well-known marks) berdasarkan kriteria sebagai berikut :

1. Hasil kuisioner tentang kesadaran konsumen Merek Dagang;

2. Awal, lamanya penggunaan Merek, atau wilayah temapat Merek tersebut digunakan;

3. Volume produksi, sertifikasi atau pengiriman dan sakala bisnis (jumlah took, area bisnis, jumlah penjualan);

4. Metode, frekuensi dan isi iklan;

5. Tingkat ciri khas yang melekat atau di dapat dari Merek;

6. Sifat barang atau jasa dan jalur perdagangan untuk barang dan atau jasa yang dengannya Merek tersebut digunakan;

7. Sifat dan tingkat penggunaaan Merek yang sama atau serupa oleh pihak ketiga

8. Status pendaftaran Merek

9. Catatan keberhasilan penegakan Hak Atas Merek 10. Nilai yang terkait dengan tanda Merek tersebut.23

Selain World Intellectual Property Office (WIPO). Kriteria mengenai Merek Terkenal juga telah dijelaskan di dalam aturan Japan Patent Office (JPO) yang telah dipengaruhi juga oleh aturan WIPO. Beberapa point dalam menerapkan faktor – faktor untuk menentukan Merek Dagang

23 Ha Thi Nguyet Well-known Trademark protection refrence to Japanese experience. hlm. 45

(28)

51

terkenal dibawah sistem Japan Patent Office (JPO) adalah diantaranya sebagai berikut :

a) Bahwa Merek Dagang tersebut haruslah terkenal di seluruh kalangan Konsumen bukan hanya dikenal luas oleh pengguna akhirnya saja dan menyertakan bahwa Merek Dagang tersebut juga telah dikenal secara luas dan diakui di kalangan Pedagang.24

b) Berkenaan dengan wilayah geografis, tidak selalu diperlukan bahwa Merek Dagang terkenal diseluruh Negeri. Akan tetapi hanya perlu dibuktikan bahwa Merek Dagang tersebut diakui sebagai Merek terkenal setidaknya di sebagian Negara. Namun dalam kasus Merek Dagang terkenal, pada prinsipnya Merek Dagang itu pasti sangat penting terkenal di seluruh wilayah Jepang.25

c) Merek Dagang tersebut terkenal dikalangan konsumen luar Negeri, akan tetapi Merek Dagang tersebut belum terdaftar di Negara Jepang, dalam hal ini diberikan perlindungan hukum. Dimana terhadap Merek Dagang tersebut haruslah terkenal di Negara asalnya serta tidak perlu dikenal di banyak Negara atau di luar Negara asal Merek tersebut. Selain itu barang atau jasa yang dengan menggunakan Merek asing yang dianggap terkenal tersebut haruslah dibuktikan dengan telah di Ekspornya produk dengan Merek Dagang Terkenal tersebut ke beberapa Negara.26

24 Ibid.

25 Ibid .

26 Ibid

(29)

52

d) Bahwa penggunaan jangka panjang terhadap Merek Dagang dan publisitas luas atau sejenisnya sanagat diperlukan, dalam menilai Merek Dagang tersebut terkenal. Namun karena terdapat kasus dimana barang dengan Merek Dagang Terkenal mungkin menjadi popular dan diminati dalam kurun waktu yang singkat dikarenakan barang atau layanan dari Merek tersebut hanya akan dijual untuk waktu yang singkat dan mungkin dipasarkan melalui publisitas skala besar. Oleh karena itu fakta ini perlu diperhitungkan.27

Undang – undang Merek Dagang Jepang telah diatur dibawah Trademark Act No. 127 April 1959 yang telah direvisi menjadi Undang – undang Nomor 55 Tahun 2015. Di bawah Uundang – undang ini, perlindungan Merek Dagang di Jepang mengikuti sistem first to file, yang artinya Hak Merek Dagang diperoleh sejak pendaftaran pertama Merek Dagang bukan berdasarkan penggunaanya.

Hak Merek Dagang akan muncul setelah pendaftaran Merek tersebut, artinya jika ada Pelamar atau Pendaftar lain yang mengajukan pendaftaran untuk Merek Dagang yang identik atau serupa setelah Pelamar atau Pendaftar pertama mendaftar, maka selanjutkan pendaftaran tersebut akan ditolak.

Bahwa satu – satunya pengecualian untuk aturan tersebut diatas adalah perlakuan terhadap Merek Dagang terkenal. Oleh karena

27 Ibid

(30)

53

Perlindungan Merek terkenal menurut aturan tersebut telah diatur di dalam Pasal 4 ayat 1 angka (x) berkaitan dengan pengesahan atas pendaftaran Merek tersebut tidak akan berpengaruh dan atau ditolak.

Selain Japan Patent Office (JPO), Singapore Trade Marks Act juga memberikan penjelasan mengenai kriteria Merek yang dianggap “terkenal”

(well-known marks), dapat kita lihat melalui ketentuan pada Pasal 2 ayat (1) alinea ke - 22 dalam aturan Singapore Trade Marks Act yang memberikan kriteria sebagai berikut :

Well Known Trade Marks” Means

d. Merek Dagang tersebut haruslah terdaftar dan juga terkenal di Negara Singapura, atau

e. Merek Dagang yang belum terdaftar akan tetapi merupakan Merek terkenal milik seseorang dan terkenal di Negara Singapura.

f. adalah warga Negara dari Negara Anggota Konvensi atau, g. berdomisili di atau memiliki Perusahaan Industri atau

komersial yang nyata dan di bagian Negara Konvensi.

D. Tinjauan Umum Pendaftaran Merek di Indonesia

1. Sistem Pendaftaran Merek di Indonesia.

Menurut Soegondo Soemodiredjo, S.H. diseluruh dunia ada 4 (empat) sistem pendaftaran Merek, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Pendaftaran tanpa pemeriksaan Merek terlebih dahulu

(31)

54

Menurut sistem ini Merek yang dimohonkan pendaftarannya segera didaftarkan asal syarat – syarat permohonannya telah terpenuhi, antara lain seperti pembayaran biaya permohonan, pemeriksaan dan pendaftaran.

b. Pendaftaran dengan pengumuman Merek terelebih dahulu

Negara – negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman Barat dan Jepang. Menyelenggarakan pemeriksaan terlebih dahulu sebelum mendaftarkan suatu Merek dalam Daftar Umum Kantornya, terlebih dahulu diumumkan dalam Trade Journal / Kantor Pendaftaran Merek untuk jangka waktu tertentu memberikan kesempatan bagi pihak – pihak ketiga mengajukan keberatan.

c. Pendaftaran dengan pengumuman sementara

d. Pendaftaran dengan pemberitaaan terelebih dahulu tentang adanya Merek lain terdaftar yang ada persamaannya.

Ada 2 (dua) sistem yang dianut dalam pendafaran Merek di Indonesia yaitu Sistem Deklaratif dan Sistem Konstitutif (atributif).28

a. Sistem Deklaratif.

Sistem Deklaratif mengandung pengertian bahwa pendaftaran itu bukanlah menerbitkan hak, melainkan hanya memberikan dugaan, atau sangkaan hukum (rechtsvermoeden) atau presemption iuris, yang artinya bahwa pihak yang Mereknya terdaftar itu adalah pihak

28 Jisia Mamahit, “Perlindungan Hukum Atas Perdagangan Barang Dan Jasa”: (Journal Lex Privatum, Volume.I.Nomor.3., Juli.2013)., hlm. 92.

(32)

55

yang berhak atas Merek tersebut dan sebagai pemakai pertama dari Merek yang didaftarkan.

b. Sistem Konstitutif.

Sistem Konstitutif mempunyai kelebihan dalam kepastian hukumnya menurut sistem ini, bahwa yang berhak atas suatu Merek adalah pihak yang pertama kali mendaftarkan Mereknya.

Pihak yang mendaftarkan dialah satu – satunya yang berhak atas suatu merek dan pihak ketiga harus menghormati haknya si Pendaftar sebagai hak mutlak. Bahwa dalam sistem ini, spendaftaranlah yang akan memberikan perlindungan terhadap suatu Merek.

Terjadinya pergantian Sistem Deklaratif (first to use) ke dalam Sistem Konstitutif (first to file) di Indonesia yaitu semula dengan berlakunya Undang – Undang Nomor 21 Tahun 1961 Tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan berlaku Sistem Deklaratif (first to use) yang tidak mengharuskan adanya pendaftaran Merek dan timbulnya Hak Merek didasarkan pemakaian pertama kali bukan karena pendaftaran.

Dengan begitu, semenjak diundangkannya Undang – Undang Nomor 19 Tahun 1992 Tentang Merek, berlaku Sistem Konstitutif (first to file) yang mengharuskan adanya pendaftaran Merek bagi mereka yang ingin

(33)

56

memeperoleh perlindungan hukum, dimana timbulnya hak Merek didasarkan pada pendaftaran.29

Dalam praktiknya Pendafataran Merek di Indonesia, menganut Sistem Konstitutif. Dalam sistem ini pendaftaran harus diharuskan untuk mendaftar agar suatu Merek bisa mendapatkan perlindungan. Sistem ini dikenal juga dengan prinsip “first to file”. Sistem ini menegaskan bahwa orang yang pertama kali mendaftarkan Merek maka dialah yang berhak atas Merek tersebut. 30

Hak Atas Merek akan diperoleh apabila Merek tersebut terdaftar. Hak Atas Merek yang diberikan berdasarkan adanya pendaftaran terlebih dahulu, adalah satu - satunya dasar untuk memberikan pemberian Hak Atas Merek tersebut. Jadi siapa yang Mereknya telah terdaftar pada Daftar Umum Merek Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, maka dialah yang berhak atas Hak Eksklusif atau Hak Atas Merek tersebut. Bahwa

“sistem konstitutif” ini akan lebih menjamin adanya kepastian hukum.

Berdasarkan uraian penjelasan diatas, Penulis menarik kesimpulan bahwa di Indonesia dikenal 2 (dua) sistem yang mengatur terkait

29 R. Murjiyanto. “Konsep Kepemilikan Hak Atas Merek di Indonesia”, (Studi Pergeseran Sistem Deklaratif ke Dalam Sistem Konstitutif) : (Journal JH Ius Quia Iustum, Volume 24 issue I, Januari 2017).,hlm.53

30 Edy Santoso, “Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Merek Dagang Dalam Peran Kepabeanan Sebagai Upaya Menjaga Kemananan Dan Kedaulatan Negara“,(Journal Rechtsvinding, Volume. 5 No. April 2016)., hlm. 124

(34)

57

pendaftaran Merek yakni Sistem Deklaratif yang mana kepemilikan Merek didasarkan atas pemakaian pertama kali dan Sisitem Konstitutif yang mana kepemilikan Merek yang didasarkan atas pendaftaran pertama kali. Pendaftaran Merek berdasarkan Sistem Konstitutif, dipandang lebih efektif dan efisien sebagai wujud perlindungan Hak Atas Merek, oleh karena sistem yang di dasarkan atas pendaftaran Merek ini, lebih menjamin kepastian hukum bagi si Pemegang Merek atau Pemilik Merek.

Dimana kepemilikan Hak Atas Merek tersebut diberikan oleh lembaga sah yang berwenang.

2. Syarat & Tata Cara Permohonan Pendaftaran Merek.

Mengenai syarat dan tata cara permohonan pendaftaran Merek telah diatur dalam ketentuan Pasal 7 sampai dengan Pasal 10 Undang - undang Nomor. 15 Tahun 2001 Tentang Merek, sedangkan mengenai ketentuan peraturan pelaksanaan pendaftaran Merek sebelumnya juga telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1993 Tentang Tata Cara Permintaan Pendaftaran Merek dan Peraturan Nomor. 24 Tahun 1993 Tentang Kelas Barang atau Jasa Bagi Pendaftaran Merek.

Selanjutnya peraturan mengenai syarat dan tata cara permohonan pendaftaran Merek juga telah diatur pada peraturan Undang - undang Merek yang terbaru, yakni pada ketentuan Pasal 4 sampai dengan Pasal 6 Undang – undang Nomor. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

(35)

58

Geografis dan berdasarkan Undang – undang tersebut, telah dibuat peraturan mengenai ketentuan pelaksanaan pendaftaran Merek yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor. 67 Tahun 2016 Tentang Ketentuan Mengenai Syarat Pendaftaran Merek yang telah diatur sedemikian rupa, dengan begitu Pemilik Merek harus memenuhi syarat – syarat pendaftaran Merek agar Mereknya tersebut dapat didaftarkan,.31

a. Syarat Pendaftaran Merek.

Berdasarkan ketentuan Undang – undang Nomor. 15 Tahun 2001 Tentang Merek, mengatur mengenai ketentuan permohonan pendaftaran Merek diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal HKI dan berdasarkan ketentuan Undang – undang Nomor. 20 Tahun 2016, permohonan pendaftaran Merek diajukan secara elektronik atau non – elektronik dalam bahasa Indonesia kepada Menteri Hukum dan HAM,. Selanjutnya untuk kedua Undang – undang ini sama – sama mengatur ketentuan permohonan pendaftaran Merek dengan mencantumkan hal - hal sebagai berikut:

a. Tanggal, bulan dan tahun;

31 Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual , (Bandung : PT.

Citra Aditya Bakti, 2001), hlm. 132 -133

(36)

59

b. Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon;

c. Nama lengkap dengan alamat kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa;

d. Warna – warna apabila Merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur warna;

e. Nama - negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam hal permohonan diajukan dengan hak prioritas;

f. Kelas barang dan / atau jasa.

Namun berdasarkan ketentuan Undang – undang Merek terbaru yakni, Undang - undang Nomor. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis, dalam ketentuan peraturan permohonan pendaftaran Mereknya, telah menambahkan pencantuman keterangan mengenai uraian jenis barang dan / jasa pada point pencantuman kelas barang dan / atau jasa.

b. Prosedur Pendaftaran Merek.

Secara umum, tahapan prosedur pendaftaran Merek telah diatur dalam Undang – undang Nomor. 15 Tahun 2001 Tentang Merek, yang terdiri atas pemeriksaan administratif, pemeriksaan substantif, pengumuman dan sertifikasi.

a). Pemeriksaan Administratif.

Pemeriksaan mengenai kelengkapan persyaratan pendaftaran Merek atau syarat administratif dalam pendaftaran Merek telah diatur

(37)

60

dalam ketentuan Pasal 13 ayat (1) dan (2) Undang – undang Nomor.

15 Tahun 2001.

Berikut bunyi Pasal 13 ayat (1) dan (2) Undang – undang Nomor.

15 Tahun 2001 :

(1) Direktorat Jenderal melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan persyaratan pendaftaran Merek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 12.

(2) Dalam hal terdapat kekurangan dalam kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Dirjen HKI meminta agar kekurangan dalam kelengkapan persyaratan tersebut dipenuhi dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal pengiriman surat permintaan untuk memenuhi kelengkapan persyaratan tersebut.

Apabila dalam hal kelengkapan persyaratan pendaftaran Merek tersebut tidak dipenuhi dalam jangka waktu sebagaimana yang telah ditentukan dalam Pasal 13 ayat (2), maka Dirjen HKI akan memberikan pemberitahuan secara tertulis kepada Pemohon atau Kuasanya bahwa permohonan pendaftaran Merek tersebut dianggap ditarik kembali.

(38)

61

Pemeriksaan terhadap kelengkapan persyaratan pendaftaran Merek dilakukan dengan memastikan jika permohonan pendaftaran Merek terkait persyaratan administratif telah terpenuhi. Selanjutnya bagi permohonan pendaftaran Merek dengan menggunakan Hak Prioritas wajib dilengkapi dengan bukti penerimaan permohonan pendaftaran Merek yang pertamakali menimbulkan Hak Prioritas.

Apabila permohonan pendaftaran Merek telah memenuhi persyaratan administratif sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 12, maka selanjutnya terhadap permohonan pendaftaran Merek tersebut akan diberikan tanggal penerimaan.

b). Pemeriksaan Substantif.

Terkait pemeriksaan substantif telah diatur pada ketentuan Pasal 18 Undang – undang Nomor. 15 Tahun 2001. Dalam hal ini, pemeriksaan substantif dilakukan dalam kurun waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pendaftaran Merek. Pemeriksaan substantif dilakukan oleh Pemeriksa yang ditunjuk oleh Direktorat Jendral, pelaksanaan pemeriksaan substantif dilakukan berdasarkan ketentuan Pasal 4, 5 dan 6. Penyelesaian pemeriksaan substantif tersebut akan diselesaikan dalam kurun waktu paling lama 9 (sembilan) bulan.

(39)

62 c). Pengumuman

Dalam hal Pemeriksa melaporkan bahwa hasil pemeriksaan substantif dapat disetujui untuk didaftar, maka atas persetujuan dari Dirjen HKI permohonan pendaftaran Merek tersebut akan diumumkan dalam Berita Resmi Merek (BRM) dalam kurun waktu 10 (sepuluh) hari terhitung sejak tanggal disetujuinya permohonan pendaftaran Merek untuk didaftarkan. Hal ini ini sebagaimana yang telah diatur pada ketentuan Pasal 21 Undang – undang Nomor. 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

Apabila selama dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan berlangsungnya proses pengumuman permohonan pendaftaran Merek tersebut, terdapat pihak yang berkeberatan, maka bagi pihak ketiga diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatannya tersebut kepada Dirjen HKI. Hal ini sebagaimana yang telah diatur pada ketentuan Pasal 24 ayat (1), (2) dan (3) Undang – undang Nomor. 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

Alasan mengenai keberatan atas pengumuman permohonan pendaftaran Merek sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 24 ayat (1) tersebut dapat diajukan apabila terdapat alasan yang cukup dan disertai bukti bahwa Merek yang dimohonkan pendaftarannya tersebut adalah Merek yang berdasarkan Undang – undang Nomor. 15 Tahun 2001 tidak dapat didaftarkan atau ditolak atau dalam hal ini

(40)

63

bertentangan dengan hal – hal yang bersifat substantif sebagaimana yang dimaksud pada ketentuan Pasal 4, 5 dan 6 Undang - undang Nomor. 15 Tahun 2001.

Selanjutnya bagi Pemohon yang permohonan pendaftaran Mereknya menerima keberatan berhak mengajukan sanggahan terhadap keberatan tersebut.

d). Sertifikasi.

Setelah berakhirnya masa pengumuman permohonan pendaftaran Merek dan jika tidak terdapat keberatan, maka Dirjen HKI akan menerbitkan dan memberikan sertifikat Merek kepada Pemohon Merek atau Kuasanya dalam kurun waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal berakhirnya pengumuman.

Sertifikat Merek merupakan alat bukti yang sah untuk membuktikan Hak Atas Merek yang merupakan “hak eksklusif” dari Negara yang diberikan untuk Pemilik Merek selama jangka waktu tertentu untuk dipergunakan sendiri atau untuk dipergunakan oleh pihak lain dengan seizinnya, hal ini sebagaimana yang teleah diatur dalam ketentuan pasal 27 UU Merek Nomor. 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

Secara umum, tahapan prosedur pendaftaran Merek juga telah diatur dalam ketentuan Undang – undang Merek Nomor. 20 Tahun 2016 Tentang

(41)

64

Merek dan Indikasi Geografis yang terdiri atas pemeriksaan formalitas (administratif), pengumuman, pemeriksaan substantif dan sertifikasi.

a). Pemeriksaan Formalitas (syarat administartif)

Mengenai peraturan pemeriksaan kelengkapan persyaratan pendaftaran Merek telah diatur dalam ketentuan Pasal 11 Undang – undang Nomor. 20 Tahun 2016. Bahwa permohonan pendaftaran Merek yang diajukan oleh Pemohon atau Kuasanya haruslah memenuhi semua kelengkapan persyaratan pendaftaran Merek sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 9 dan Pasal 10 Undang – undang Nomor. 20 Tahun 2016.

Pemeriksaan mengenai kelengkapan persyaratan pendaftaran Merek tersebut dilakukan dengan memastikan bahwa syarat – syarat administratif atas permohonan pendaftaran Merek tersebut telah dipenuhi. Berdasarkan ketentuan Pasal 11 ayat (2) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penerimaan permohonan,terdapat kekurangan dalam hal kelengkapan persyaratan administratif atas pendaftaran Merek tersebut maka diberitahukan kepada Pemohon untuk melengkapi persyaratan tersebut paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal surat pemberitahuan.

Apabila selama kurun waktu 2 (dua) bulan atau sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2), Menteri akan memberi

(42)

65

pemberitahuan secara tertulis kepada Pemohon, bahwa permohonannya dianggap ditarik kembali. Namun apabila permohonan Merek tersebut telah memenuhi syarat minimum diantaranya formulir permohonan Merek (diisi lengkap), label Merek, bukti pembayaran biaya. Hal ini sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal13. Selanjutnya terhadap permohonan Merek yang telah memenuhi syarat minimum tersebut diberikan tanggal penerimaaan.

b). Pengumuman

Selanjutnya Menteri akan mengumukan permohonan Merek yang telah memenuhi syarat minimum untuk diumumkan dalam Berita Resmi Merek terhitung 15 (lima belas) hari sejak tanggal penerimaan permohonan pendaftaran Merek, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13. Pengumuman permohonan Merek dilakukan secara berkala oleh Menteri dan berlangsung selama 2 (dua) bulan yang diumumkan melalui sarana elektronik dan / atau non-elektronik.

Selama masa pengumuman, pihak ketiga dapat mengajukan keberatan atas pengumuman permohonan pendaftaran Merek tersebut.

Alasan keberatan yang dimaksud adalah apabila terdapat cukup alasan disertai bukti bahwa Merek yang dimohonkan pendaftarannya tersebut adalah Merek yang berdasarkan Undang – undang Merek Nomor. 20 Tahun 2016 tidak dapat didaftarkan atau ditolak atau haruslah sesuai dengan hal – hal yang bersifat substantif berdasarkan ketentuan Pasal

(43)

66

Pasal 20 dan Pasal 21 UU No. 20 Tahun 2016. Selanjutnya bagi Pemohon yang permohonan pendaftaran Mereknya menerima keberatan berhak mengajukan sanggahan terhadap keberatan.

b). Pemeriksaan Substantif.

Terkait pemeriksaan substantif telah diatur pada ketentuan Pasal 23 Undang – undang Nomor. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis. Dalam hal ini, waktu penyelesaian pemeriksaan substantif diselesaikan dalam kurun waktu paling lama 150 (seratus lima puluh) hari .Pemeriksaan substantif adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh Pemeriksa yang ditunjuk oleh Dirjen HKI Kementrian Hukum dan HAM terhadap permohonan pendaftaran Merek Pemeriksaan ini dilakukan apabila Merek tersebut telah memenuhi persyaratan secara administratif.

Proses pemeriksaan substantif berlangsung bersamaan dengan proses pengumuman permohonan Merek, bahwa segala keberatan ataupun sanggahan pada saat berlangsungnya pengumuman permohonan Merek, akan menjadi bahan pertimbangan dalam pemeriksaan substantif. Hal ini sebagaimana yang dimaksud pada ketentuan Pasal 16 dan Pasal 17 Undang - Undang Nomor. 20 Tahun 2016.

d). Sertifikasi

(44)

67

Dalam hal ini, apabila Pemeriksa memutuskan jika permohonan pendaftaran Merek tersebut dapat didaftarkan, maka selanjutnya Menteri akan menerbitkan sertifikat Merek bagi Pemohon. Hal ini sebagaimana yang telah diatur pada ketentuan Pasal 25 Undang – undang Nomor. 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis.

Sertifikat Merek merupakan alat bukti yang sah untuk membuktikan Hak Atas Merek yang merupakan pemberian “hak eksklusif” oleh Negara yang diberikan untuk Pemilik Merek, selama jangka waktu tertentu untuk dipergunakan sendiri atau untuk dipergunakan oleh pihak lain dengan seizinnya.

3. Merek yang tidak dapat didaftarkan.

Didalam ketentuan Pasal 5 Undang – undang No. 15 Tahun 2001 juga menjelaskan bahwa Merek yang tidak dapat didaftarkan apabila mengandung unsur – unsur sebagai berikut : (a) bertentangan dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum; (b) tidak memiliki daya pembeda;(c)

(45)

68

telah menajadi milik umum, atau; (d) merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya.32 4. Merek yang patut ditolak pendaftarannya.

Pengaturan tentang penolakan terhadap pendaftaran Merek yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal telah diatur pada pasal 6 ayat (1) Undang – undang No. 15 Tahun 2001. Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut: (a) mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan / atau jasa yang sejenis; (b) mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan / atau sejenisnya;

(c) mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi – geografis yang sudah dikenal.33

E. Tinjauan Umum Prinsip Itikad Baik

a. Definisi Itikad Baik

Dalam prespektif subjektif, itikad baik merupakan kejujuran seseorang dalam melakukan suatu perbuatan hukum. Dalam prekspektif objektif itikad baik adalah pelaksanaan suatu perjanjian harus dilandasi norma

32Pasal 5 Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek

33Pasal 6 Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek

(46)

69

kepatuhan atau sesuai dengan kepatutan masyarakat. Pengertian itikad baik dalam subjektif terdapat dalam Pasal 530 KUHPerdata yang mengatur mengenai keudukan berkuasa (bezit) yang mengandung makna sikap atau perilaku yang jujur dalam melaksanakan setiap tindakan dan perbuatan di dalam masyarakat

Sedangkan itikad baik berdasarkan prespektif objektif disebut juga dengan kepatutan yang dirumuskan didalam ketentuan Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata yang menyebutkan bahwa “suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”, berdasarkan ketentuan Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata tersebut diatas dapat dikatakan bahwa kejujuran (itikad baik) dalam pengertian objektif tidak terletak pada keadaan jiwa manusia, akan tetapi terletak pada tindakan yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam melaksanakan suatu janji yang telah disepakati dalam perjanjian tersebut.

Berdasarkan pendapat ahli yakni J. Satrio membagi pengertian Itikad baik dalam dua bagian, yaitu Itikad baik subjektif dan Itikad baik objektif.

Menurutnya, Itikad baik subjektif (subjectief goeder trow) adalah berkaitan dengan apa ada dalam pikiran manusia, yang berkaitan dengan sikap batinnya apakah yang bersangkutan sendiri menyadari bahwa kehendaknya itu bertentangan dengan Itikad baik. Sedangkan Itikad baik

(47)

70

objektif (objectief goeder trow) adalah kalau pendapat umum mengungkapkan tindakan begitu bertentangan dengan Itikad baik.34

Selain itu, menurut Ismijati pengertian itikad baik berasal dari tatanan konsep hukum Romawi yang disebut Bonafides. Dalam arti subjektif, itikad baik disamakan maknanya dengan kejujuran sedangkan dalam arti objektif disamakan dengan makna kepatutan.35

Sedangkan itikad baik (good faith) menurut Subekti merupakan salah satu sendi terpenting dalam hukum perjanjian. Selanjutnya Subekti berpendapat bahwa perjanjian denan itikad tidak baik adalah melaksanakan perjanjian dengan mengandalkan norma – norma kepatutan dan kesusilaan. Kewajiban untuk melaksanakan perjanjian kontrak secara itikad baik sudah diakui secara universal dalam prinsip hukum kontrak internasional. Pengakuan secara internasional tersebut terdapat dalam konsideran konvensi Wina 1969 dimana disebutkan “The principlessof free consent and of good faith and the pacta sent servanda rule are universally recognized”. 36

Selain itu di dalam UNIDROIT (The International Institute for the Unification of privat law) Pasal 1.7 dinyatakan “each party must act in

34 Mukti FND, “Itikad Tidak Baik dalam pendaftaran dan Model Penegakan Hukum Merek di Indonesia”, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum No. 2 Vol. 25 Mei 2018 : 2019 – 236, Hlm, 226.

35 Siti Ismijati Jenie, “Itikad Baik Perkembangan dari Asas Hukum Khusus Menjadi Asas Hukum Umum di Indonesia”, dalam Pengukuhan Guru Besar UGM, 11 September 2007.

https://ugm.ac.id/id/berita/2066-pengukuhan-prof-ismijati-jenie-itikad-baik-sebagai-asas-hukum diakses pada tanggal 1 Februari 2020.

36 S Suherman, “Itikad Baik Dalam Pendaftaran Merek Terkenal di Indonesia”, Jurnal Yuridis Vol. 5 No 2, Desember 2018 : 277 – 293, Hlm, 287.

(48)

71

accordance with good faith and fair dealing and international trade” and

”the parties may not excludeor limit their duty”.37

Berdasarkan hal tersebut maka prinsip itikad baik merupakan prinsip universal yang wajib diterapkan dalam setiap perjanjian. Dalam mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Hak Merek merupakan hak yang bersifat khusus, sehingga bersifat ekslusive dan monopoli yang hanya akan dilaksanakan pada pemilik hak, sedangkan orang lain tidak boleh menggunakan tanpa seizing pemiliknya. Dengan demikian, pendaftaran Merek hanya dapat didaftarkan atas dasar permintaan yang diajukan pemilik Merek yang beritikad baik atau dikenal dengan prinsip (good faith).

Prinsip Itikad baik dalam mendaftarkan Merek Dagang terdapat dalam ketentuan Pasal 4 Undang – undang Nomor. 15 Tahun 2001 yang berbunyi

“Merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang beritikad tidak baik”. Bahwa dalam ketentuan penjelasan Pasal 4 menyebutkan bahwa “Pemohon yang beritikad baik adalah Pemohon yang mendaftarkan Mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat apapun untuk membonceng, meniru atau menjiplak ketenaran Merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pada pihak lain itu atau menimbulakan kondisi persaingan curang, mengecoh atau menyesatkan konsumen.

37 Ibid Hlm. 287

Referensi

Dokumen terkait

Pendaftaran kursus secara online mengikut tempoh yang telah ditetapkan (rujuk Timeline / pengajian bagi setiap semester). Pendaftaran kursus adalah mengikut pakej yang

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia serta rahmat dan hidayah-Nya, atas petunjuk dan bimbingan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang

BPRS Al-Washliyah Medan Dalam Mengembangkan Usaha Mikro kecil dan menengah (UMKM), untuk mengetahui faktor yang menjadi kendala serta solusi dalam mengembangkan

ü Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), EI semakin besar karena jari-jari atom semakin kecil sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin besar/kuat.

0 Implementasi Aplikasi Perpustakaan Sekolah Berbasis Web Dengan Sistem Barcode 1 Login 2 Master Data 3 Transaksi 4 Laporan 2.1 Data Buku 2.2 Data Kategori 2.3 Data Rak 2.4

Penelitian berjudul Koreografi iANFU Karya Dwi Surni Cahyaningsingsih, membahas tentang bentuk sajian, proses penciptaan, dan estetika feminisme.. Analisis koreografi

Pakan alternatif yang diberikan pada percobaan adalah gula pasir, gula jawa, remahan roti, nasi putih, dan kue lapis, diduga kelima sumber makanan ini

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat perekam yang digunakan untuk merekam bahasa lisan partisipan pada situasi non formal yang berupa