• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya, Pekanbaru, 28293, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya, Pekanbaru, 28293, Indonesia"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

KAJIAN TENTANG DISTRIBUSI BIOMARKER TRITERPANA (TRISIKLIK/HOPANA, BISNORHOPANA , DAN TRISIKLIK C25/C26)

MINYAK BUMI ASAL BAKAU DAN BERUK (BLOK SELAT PANJANG), RIAU

*Muhammad Syafi’i1, Emrizal Mahidin Tamboesai2

1Mahasiswa Program Studi S1 Kimia FMIPA Universitas Riau

2Dosen Jurusan Kimia FMIPA Universitas Riau

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya, Pekanbaru, 28293, Indonesia

*m.syafii@student.unri.ac.id

ABSTRACT

The biomarker is a chemical indicator of organic material sources that can be used as an indicator of the depositional enviroment, correlation of oil and the origin of oil sources.

Bakau and Beruk Oil is one of the newly discovered oil fields located in the Selat Panjang Block, Riau. Petroleum samples from Bakau and Beruk were fractionated using the chromatography column into an aromat fraction. Analysis of aromat fraction using chromatogafi gas-mass spectroscopy (GC-MS) m/z 191. This study aims to determine the level of maturity, the depositional environment and the correlation of petroleum using biomarker parameters (tricyclic C25/C26, tricyclic/hopana and bisnorhopana). The results showed the Pr/Ph value of Bakau petroleum 1.20 and Beruk 1.57; Pr/n-C17 Bakau 0,73 and Beruk 0,4, Ph/n-C18 Bakau 0.13 and Beruk 0.19, trisklik/hopana value of petroleum Beruk and Bakau are 1.069 and 0.156. The tricyclic parameter C25/C26

each value is Beruk 0,878 and Bakau 1,289. The tricyclic/hopana value shows that Beruk oil is more mature than Bakau, while Tricyclic parameter C25/C26 shows that Beruk oil comes from lakes, while Bakau oil from the mainland. Pr/Ph values indicate an oxidative depositional environment. The bisnorhopana parameter shows that Beruk petroleum is derived from organic chemoautotrophic bacteria while Bakau is not derived from chemoautotrophic bacteria. The uncorrelated Bakau and beruk petroleum shown by the star diagram.

Keywords : Aromat Fraction, Beruk oil, Bakau oil, Biomarkers, gas chromatography- mass spectroscopy (GC-MS).

ABSTRAK

Biomarker adalah suatu indikator kimia dari sumber bahan organik yang dapat di gunakan sebagai indikator lingkungan pengendapan korelasi minyak dan kemungkinan asal sumber minyak. Minyak Bakau dan Beruk merupakan salah satu ladang minyak yang baru ditemukan di Blok Selat Panjang, Riau. Sampel minyak bumi asal Bakau dan Beruk difraksinasi menggunakan kolom kromatografi menjadi fraksi aromat. Analisis fraksi aromat menggunakan kromatogafi gas-spektroskopi massa (GC-MS) m/z 191.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kematangan, lingkungan pengendapan dan korelasi minyak bumi dengan menggunakan parameter biomarker (trisiklik C25/C26, trisiklik/hopana dan bisnorhopana). Hasil penelitian menunjukkan

(2)

2 nilai Pr/Ph minyak bumi Bakau 1,20 dan Beruk 1,57; Pr/n-C17 Bakau 0,73 dan Beruk 0,4, Ph/n-C18 Bakau 0,13 dan Beruk 0,19, nilai trisklik/hopana minyak bumi Beruk dan Bakau sebesar 1,069 dan 0,156. Parameter trisiklik C25/C26 nilai masing-masing sebesar Beruk 0,878 dan Bakau 1,289. Dari nilai trisiklik/hopana menunjukkan bahwa minyak Beruk lebih matang dari Bakau, sedangkan Parameter trisiklik C25/C26 menunjukkan bahwa minyak Beruk berasal dari danau, sedangkan minyak Bakau dari daratan. Nilai Pr/Ph menunjukkan lingkungan pengendapan yang oksidatif. Parameter bisnorhopana menunjukkan minyak bumi Beruk berasal dari material organik bakteri chemoautotrophic sedangkan Bakau bukan berasal dari bakteri chemoautotrophic.

Minyak bumi Bakau dan Beruk tidak berkorelasi yang di tunjukkan oleh diagram bintang.

Kata kunci : Biomarker, Fraksi Aromat, Kromatografi gas-spektroskopi massa (GC- MS), Minyak Bumi Bakau, Minyak Bumi Beruk.

PENDAHULUAN

Minyak bumi memiliki peranan yang sangat penting sebagai sumber energi bagi Negara. Namun, produksi minyak bumi yang semakin menurun tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan minyak bumi di Indonesia. Terjadinya penurunan jumlah produksi ini di karenakan banyak sumur-sumur tua yang sudah tidak di produksi dan kurangnnya eksplorasi untuk mencari sumber minyak bumi baru. Oleh karena itu perlu di lakukan upaya eksplorasi lebih luas untuk mencari sumber minyak bumi.

Minyak Bakau dan Beruk merupakan salah satu ladang minyak yang baru ditemukan terletak di Blok Selat Panjang, Riau dan belum di produksi secara optimal. Minyak bumi Bakau dan beruk belum di ketahui dan belum ada data tentang umur minyak bumi tersebut, jenis minyak bumi, asal usul material organik, tingkat kematangan, korelasi dan lingkungan pengendapan minyak bumi bakau dan beruk belum ada penelitian pada sumur minyak tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya eksplorasi geokimia

minyak bumi untuk meneliti sumur- sumur baru yang produktif dan berkelanjutan.

Penelitian tentang distribusi biomarker dengan menggunakan parameter biomarker pada minyak bumi telah banyak dilakukan sebelumnya, diantaranya kajian biomarker minyak bumi pendalian dan langgak untuk menentukan tingkat kematangan, lingkungan pengendapan dan korelasi (Dede, 2018).

Triterpena merupakan salah satu biomarker yang dapat digunakan dalam studi geokimia minyak bumi.

Biomarker triterpana dapat di anggap sebagai material organik yang berasal dari organisme makhluk hidup, adanya distribusi biomarker triterpana pada minyak bumi dapat digunakan untuk lingkngan pengendapan minyak bumi, jenis kerogen, kematangn minyak bumi dan korelasi batuan sumber. Eksplorasi menggunakan analisa biomarker bergantung pada biomarker yang terdapat pada batuan induk. Namun, biomarker yang berhubungan dengan batuan sumber mungkin telah mengalami sejumlah proses biodegradasi terutama di sumur-sumur

(3)

3 minyak bumi yang dangkal (El sabagh,

2018).

Biomarker merupakan indikator yang penting mengenal material organik minyak bumi, kondisi perubahan geologi, kimia, dan fisika terhadap organisme akibat perubahan yang signifikan oleh panas selama proses diagnesis, katagenesis, serta derajat biodegradasinya (Yusriani, 2009). Pada penelitian ini dilakukan parameter biomarker triterpana yaitu trisiklik/Hopana, Bisnohorpana dan Trisiklik C25/C26 sehingga dengan adanya perbedaan parameter ini dapat mengindentifikasi senyawa biomarker di dalam minyak bumi dari sampel yang di analisis.

GC-MS merupakan metode pemisahan senyawa organik menggunakan dua metode analisis senyawa yaitu kromatografi gas (GC) untuk menganalisis senyawa secara kuantitatif dan spektroskopi massa (MS) menganalisis struktur molekul

senyawa analit. Gas kromatografi merupakan salah satu teknik spektroskopi yang menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen penyusunnya (Pavia, 2006).

METODE PENELITIAN a. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah botol kecil (vial), corong merk PIREX, instrumen GCMS- QP2010S Shimadzu, gelas ukur 10 mL, kolom kromatografi merk PIREX, pipet tetes, timbangan merek KERN, peralatan gelas, spatula, dan statip.

Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel minyak dari 2 sumur yang berbeda dengan sampel minyak Bakau dan minyak Beruk (Blok Selat Panjang), diklorometana (DCM), n- heksana, silika 60-200 mesh, dan kapas steril.

Gambar 1. Lokasi sumur minyak bumi Bakau dan Beruk (Blok Selat Panjang), Riau

(4)

4 b. Persiapan Sampel

Sampel minyak bumi dari sumur minyak bumi asal Bakau dan beruk diambil oleh ahli lapangan minyak dengan menggunakan steam injeksi (uap panas). Sampel minyak di Bakau diambil oleh PT. Petroselat dan sampel minyak di Beruk diambil oleh BOB Pertamina Bumi pada tahun 2018.

Minyak bumi asal Bakau dan Beruk merupakan sumur minyak baru yang belum dilakukan eksplorasi.

c. Fraksinasi Crude Oil

Sampel minyak mentah ditimbang sebanyak 0,2 g dilarutkan dengan 1ml n- heksana/DCM (3:1 v/v) murni, kemudian dimasukkan dalam kolom dengan panjang 20 cm dan diameter 1 cm yang didalamnya terdapat silika gel dengan ukuran 60-200 mesh yang telah diaktivasi (silika yang sudah dipanaskan dalam oven pada T = 100oC selama 1 jam). Kolom yang telah berisi sampel dielusi dengan 17 ml n heksana/DCM (3:1 v/v) murni. Eluat di tampung pada botol vial dan pelarut diuapkan hingga terbentuknya minyak pada dinding vial. Eluet fraksi aromat kemudian dianalisis dengan kromatografi gas-spektroskopi massa (GC-MS) dengan fragmetogram m/z 191.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Analisis Kromatogram GC-MS Fraksi Aromat

Hasil kromatogram GC-MS m/z 191 pada fraksi aromat dari sampel minyak bumi asal Bakau dan Beruk (Blok Selat Panjang). Hasil fraksi aromat terlihat dari gambar 2 dan 3.

Gambar 2. Kromatogram fraksi aromat sampel minyak bumi asal Beruk (Blok selat Panjang).

Gambar 3. Kromatogram fraksi aromat sampel minyak bumi asal Bakau (Blok Selat Panjang).

Berdasarkan data kromatogram GC-MS ini memperlihatkan puncak- puncak hasil dari analisis fraksi aromat dengan ion fragmetograms m/z 191 yang mengidentifikasi senyawa biomarker seperti isoprenoid, Trisiklik/hopana, Bisnorhopana, dan Trisiklik C25/C26.

b. Rasio Pristana/Phitana

Hasil analisis dari Pristana/Pitana pada minyak bumi asal Bakau dan Beruk (Blok Selat Panjang) diperoleh rasio Pr/Ph dari sumur minyak Bakau memiliki nilai 1,20 dan minyak bumi

(5)

5 asal Beruk 1,57 yang mengindikasikan

lingkungan pengendapan dalam keadaan oksidasi, dimana berdasarkan perhitungan rasio pristana/phitana (Pr/Ph) nilainya >1 yang mengindikasikan lingkungan pengendapan yang oksidasi (Peters dan Moldowan,1993).

Penentuan kematangan minyak bumi asal Bakau dan Beruk menggunakan biomarker n-isoprenoid.

Berdasarkan rasio Pr/Ph minyak bumi asal Bakau dan Beruk adalah 1,20 dan 1,57. Minyak bumi Bakau dan Beruk tingkat kematangannya adalah matang.

Rousdhy (2010) menyatakan bahwa nilai Pr/Ph <1,0 mengindikasikan minyak bumi belum matang, sedangkan nilai rasio Pr/Ph >1,0 mengindikasikan minyak bumi matang.

c. Rasio Isoprenoid/n-alkana Analisis hasil crossplot diagram van krevelen terhadap sampel minyak bumi Bakau dan Beruk (Blok Selat panjang) yang diperoleh dengan menggunakan data Pr/n-C17 dan Ph/n- C18 untuk sampel minyak bumi asal Bakau dan Beruk ( Blok Selat Panjang).

Rasio Pr/n-C17 dan Ph/n-C18 secara luas digunakan untuk menunjukkan tipe batuan sumber, lingkungan pengendapan dan kematangan material organik (Peters dan Moldowan, 1993).

Bakau berasal dari kerogen type I yang sumber material organik berasal dari tumbuhan tingkat tinggi pada zona A (terrestrial) dibuktikan dengan rasio pristana/n-C17 0,73 dan phitana/n-C18

0,13. Crossplot pristana/n-C17 terhadap phitana/n-C18 (Gambar 4) menunjukkan bahwa sampel minyak bumi asal Bakau dan Beruk berada pada zona yang berbeda. Sampel minyak bumi Bakau berasal dari sumber material organik tumbuhan tingkat tinggi (terrestrial)

pada zona A (terrestrial) dibuktikan dengan rasio pristana/n-C17 0,73 dan phitana/n-C18 0,13. Sampel minyak Beruk memiliki rasio pristana/n-C17

0,44 dan rasiophitana/n-C18 0,19 menunjukkan bahwa sampel minyak bumi Bakau berada di zona B (Campuran) Hal ini menunjukkan minyak bumi asal Beruk berasal dari sumber material organik campuran dengan kontribusi utama material organik berasal dari tumbuhan tingkat tinggi (terrestrial).

Gambar 4. Crossplot menggunakan diagram van krevelen Pr/n-C17 dan Ph/n-C18 dari sampel minyak bumi asal Bakau dan Beruk (Blok Selat Panjang).

d. Biomarker dalam Karakterisasi minyak bumi asal Bakau dan Minyak Bumi Beruk (Blok Selat Panjang) , Riau.

Pada hasil penelitian menunjukkan pada Perbedaan lingkungan pengendapan dicirikan oleh perbedaan asal material dan biomarker.

Secara umum, organisme asal material

(6)

6 organik dapat digolongkan menjadi

bakteri, alga dan tumbuhan tinggi. Nilai rasio trisiklik C25/C26 minyak bumi Beruk yaitu 0,878 dan Bakau 1,289 yang mengindikasikan minyak bumi tersebut berasal dari danau sedikit bercampur (diperkirakan berasal dari alga dan bakteri yang bercampur dengan kulit-kulit spora dan polen, kutikula daun dan tumbuhan hijau lainnya) (Ten Heven & Sciefelbein, 1995). Lingkungan pengendapan berdasarkan parameter trisiklik C25/ C26

menunjukkan lingkungan pada minyak bumi Bakau dari daratan.

Parameter biomarker bisnorhopana menandakan asal material organik suatu minyak bumi, Minyak bumi Beruk berasal dari bakteri chemoautotrophic sedangkan minyak bumi Bakau bukan berasal dari bakteri chemoautotrophic dengan nilai pada minyak bumi Beruk 1,364 dan nilai pada minyak bumi Bakau 0,670. Hal ini ditunjukkan dengan range nilai jika >1 bakteri chemoautotrophic (Waples &

Curiale, 1999).

Dari hasil penelitian identifikasi yang didapat menggunakan fraksi aromat inilah yang tidak dapat diperlihatkkan dari identifikasi fraksi saturat yang pernah dilakukan oleh Dede Suhendra (2018). Pada penelitiannya menggunakan analisis kromatografi gas dengan fraksi saturat dengan parameter metil Phenantren yang hanya dapat mengetahui kematangan secara umum, tetapi tidak ada mengidentifikasi lingkungan pengendapan berdasarkan tingkat oksidasinya, sumber material organik berdasarkan lingkungan sekitar penghasil minyak bumi, dan biodegradasinya. Sehingga tidak dapat memperlihatkan bagian mana dari pengkarakterisasi yang berhubungan

dan tidak berhubungan antara minyak bumi Beruk dengan minyak bumi Bakau . Sehingga Sebagian parameter yang diambil yaitu Trisiklik/Hopana, Bisnorhopana dan C25/C26 Trisiklik menggunakan fraksi aromat inilah yang tidak digunakan oleh Dede (2018) pada sampel mereka dengan perbedaan parameter biomarker dan fraksi yang di gunakan .Penggunaan fraksi aromat tidak dapat menggunakan parameter yang sama karena mengandung senyawa terpenoid yang berbeda yang dapat diperlihatkan oleh kromatogram.

e. Korelasi Minyak Bumi Asal Bakau dan Beruk Dengan Menggunakan Diagram Bintang Penentuan korelasi minyak bumi dapat dilakukan antara sumur dengan sumur minyak bumi. Korelasi dilakukan dengan menggunakan 10 parameter biomarker. Puncak dan rasio dari masing-masing biomarker kemudian diplotkan dari titik satu ke titik lain menggunakan bantuan software. Hasil plot kemudian menciptakan bentuk diagram bintang pada setiap sampel.

Diagram bintang dapat mendefinisikan dan mengindikasikan bahwa sumur tersebut identik atau tidak (Tamboesai,2002).

Tabel 1 Data rasio puncak kromatogram diagram bintang sumur minyak Bakau dan Beruk (Blok Selat Panjang)

Parameter Beruk Bakau Pristana

/Phitana

1,57 1,2 Pristana

/n-c17

0,44 0,73 Phitana

/n-c18

0,19 0,13

(7)

7 Trisiklik

/Hopana

1,069 0,156 Bisnorhopana 1,364 0,670 Trisiklik

C25/C26

0,878 1,289 Trisiklik

C20/C21

1,12 0,97 Trisiklik

C22/C23

0,32 0,1 Trisiklik

C24/C25

1,17 1,09 Trisiklik

C26/C27

1,16 0,15

Tabel 1. Menunjukkan data rasio tinggi puncak dari kromatogram setiap sumur minyak. Data tersebut dapat digunakan untuk membuat diagram bintang.

Gambar 5. Rasio puncak kromatogram untuk diagram bintang sumur minyak bumi asal Bakau dan Beruk (Blok Selat Panjang), Riau.

Gambar.4 menunjukkan pola diagram bintang yang berbeda dan plot titiknya tidak saling bersinggungan dari kedua sumur minyak tersebut. Hal menunjukkan sampel minyak bumi asal Bakau dan Beruk (Blok Selat Panjang), Riau korelasi yang negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa kedua sampe tidak memiliki hubungan genetik yang sama.

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah minyak bumi asal Bakau memiliki nilai Pr/Ph 1,20 dan Beruk memiliki nilai 1,57 yang mengindikasikan lingkungan pengendapan dalam keadaan oksidatif.

Pada crossplot Pr/n-C17 dan Ph/n-C18

menunjukkan sampel minyak bumi Bakau berasal dari kerogen type I yang sumber material organik berasal dari tumbuhan tingkat tinggi pada zona A (terrestrial) dan sampel minyak bumi Bakau berada di zona B (campuran).

Parameter biomarker trisiklik/hopana minyak bumi Beruk sebesar 1,069 dan Bakau sebesar 0,156. Parameter biomarker trisiklikC25/C26 menunjukkan lingkungan pengendapan Minyak Bumi Beruk berasal dari danau sedikit bercampur dan Bakau berasal dari daratan di tunjukkan oleh nilai pada Beruk 0,878 dan Bakau 1,289.

Parameter biomarker bisnorhopana pada minyak bumi Beruk 1,364 dan Bakau 0,670 yang mengindikasikan minyak bumi Beruk berasal dari bakteri chemoautotrophic sedangkan minyak bumi Bakau bukan berasal dari bakteri chemoautotrophic. Minyak bumi asal Beruk dan minyak bumi Bakau tidak berkorelasi yang di tunjukkan oleh diagram bintang.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang berjasa dalam pengumpulan data penelitian Laboratorium Riset Material Anorganik Geokimia dan Mineralogi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau dan Laboratorium

(8)

8 Penelitian Instrumen, Fakultas Farmasi,

Universitas Ahmad Dahlan.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan. Andi. Yogyakarta.

Agustina, R. 2013. Kajian Geokimia Molekuler untuk Menentukan Asal-Usul, Lingkungan Pengendapan, Jenis Minyak Pertamina Lirik, Riau. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau, Pekanbaru.

BOB Pertamina Bumi Siak Pusako, 2016. "Profile KKKS BOB Pertamina Bumi Siak Pusako".

Jakarta.

CPI. 2011. Indonesia Fact Sheet.

Chevron Corporation, Jakarta.

Dede, S. 2018. Kajian Biomarker Minyak bumi pendalian dan langgak untuk menentukan tingkat kematangan,lingkungan pengendapan, dan korelasi.

Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau, Pekanbaru

El Nady, M. M. dan Harb, F. M. 2010.

Geochemical Correlation of Oils and Source Rock Extracts of Some Wells in the North Western Desert, Egypt. Energy Sources. 32:1215–1223.

El Sabagh,dkk.2018. Distribuiton of Triterpane and Sterane

Biomarker as Indication Organic Matters Input and Depositional Environments of Crude Oils Ofoilfields in Gulf of Suez,Egypt.

Gulsema, 2007. Kimia untuk belajar.

Yudistira, Jakarta.

Mustikasari, I. 2009. Biomarker Sebagai Indeks Kematangan Termal Minyak Bumi Lapangan Tarakan. Universitas Negeri Jakarta, Jakarta

Nady dkk, 2016. Geochemical and Biomarker Characteristics of Crude Oils and Source Rock Hydrocarbon Extracts: An Implication to Their Correlation, Depositional enviroment and Maturation in the Northern Western Desert, Egypt. Journal.

Egyptian Petroleum Research Institute, 19:214-219.

Orititovya. 2017. Kajian Biomarker Minyak Bumi Duri Km 7 Kulim Sumur (Gl-47) Dengan Minyak Bumi Bangko - Rohil Sumur (Pn-026) Dalam Menentukan Korelasi, Kematangan Dan Lingkungan Pengendapan.Skripsi.

Universitas Riau, Pekanbaru.

Sasongko, A. 2012. Komposisi Minyak Bumi. Universitas Pertanian Bogor, Bogor

Tamboesai, E. M. 2002. Korelasi Antar Minyak Bumi dari Sumur Produksi Sumatera Tengah.

Tesis Program Pasca Sarjana, Bidang Studi Ilmu Kimia, Universitas Indonesia, Depok.

(9)

9 Ten Heaven, H.L and Schiefelbein, C.,

1995, The petroleum systems of Indonesia Proccedingsof the petroleum Association Twentyfourth Annual Convention, Oktober, 27:443- 459.

Wardhani, G. M. 2009. Studi Sidik Jari Biomarker Hidrokarbon : Penentuan Sumber Pencemaran Minyak Bumi disekitar Laut Jawa. Universitas Indonesia, Depok.

Yusriani, A. 2009. Studi Karakterisasi Minyak Bumi Berdasarkan Sidikjari Biomarker di Indonesia Bagian Barat.

Skripsi, Bidang Studi Ilmu Kimia, Universitas Indonesia, Depok.

Gambar

Gambar 1.  Lokasi sumur minyak  bumi Bakau dan Beruk (Blok Selat Panjang), Riau
Gambar  2.  Kromatogram  fraksi  aromat  sampel  minyak  bumi  asal  Beruk (Blok selat Panjang)
Gambar  4.  Crossplot  menggunakan  diagram  van  krevelen  Pr/n-C17  dan  Ph/n-C18   dari  sampel  minyak  bumi  asal  Bakau  dan  Beruk  (Blok Selat Panjang)
Diagram  bintang  dapat  mendefinisikan  dan  mengindikasikan  bahwa  sumur  tersebut  identik  atau  tidak  (Tamboesai,2002)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menunjukan aspek yang memiliki tingkat keberlanjutan sangat baik meliputi aspek teknik penangkapan ikan, ekonomi dan kelembagaan,

sebesar 0,881 artinya bahwa variabel Kualitas Lingkungan Hidup (Y) dipengaruhi oleh PDRB Sektor Pertanian (X1), PDRB Sektor Industri Pengolahan (X2), dan PDRB

Komuniti bahasa timbul sebagai akibat persamaan tradisi melalui keluarga dan lingkungan sosial, mempermudah pemahaman mutual dan mendorong ke arah terjadinya

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah membahas tentang tradisi Barosok di Minangkabau ditemukan penjelasan tentang tradisi Barosok diantaranya: proses terjadinya jual

Untuk cabang olahraga panjat tebing, kegiatan PON kali ini mempunyai makna tersendiri, karena kali ini FPTI tidak lagi harus membiayai seluruh kegiatan kompetisi dari kocek

Ada juga penelitian yang dilakukan oleh Yessi Gusleni mengenai “Penilaian Keterpaduan Jaringan Transportasi Antarkota di Bandung Metropolitan Area” dengan menggunakan metoda

Dea Rohmah, D0213030, Seandainya Itu Aku ( Sebuah Video Dokumenter tentang Orang dengan Gangguan Jiwa dan Komunikasi Terapeutik di Griya PMI Peduli Kota Surakarta),

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat dan rahmat serta karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis tentang Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat