• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 131/PUU-XIII/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 131/PUU-XIII/2015"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 131/PUU-XIII/2015

PERIHAL

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN

PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1

TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI,

DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG TERHADAP

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK

INDONESIA TAHUN 1945

ACARA

PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

(I)

J A K A R T A

SELASA, 10 NOVEMBER 2015

(2)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 131/PUU-XIII/2015 PERIHAL

Pengujian Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PEMOHON

1. Dani Safari Effendi 2. Ecep Sukmanagara

3. Muhammad Rifki Arif, dkk

ACARA

Pemeriksaan Pendahuluan (I)

Selasa, 10 November 2015 Pukul 14.07 – 15.01 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) I Dewa Gede Palguna (Ketua)

2) Wahiduddin Adams (Anggota)

3) Patrialis Akbar (Anggota)

(3)

Pihak yang Hadir: A. Pemohon:

1. Dani Safari Effendi 2. Ecep Sukmanagara 3. Muhammad Rifky Arif 4. Ristian

5. Cecep Zamzan 6. Dudi Jamaludin 7. Didin Sujandi

(4)

1. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Sidang untuk Permohonan Nomor 131/PUU-XIII/2015 dalam rangka pemeriksaan pendahuluan, saya buka dan dinyatakan terbuka untuk umum.

Saudara Pemohon, silakan Saudara perkenalkan dulu siapa saja yang hadir?

2. PEMOHON: DANI SAFARI EFFENDI

Terima kasih, Yang Mulia Majelis Mahkamah Konstitusi. Kami Para Pemohon dalam hal ini adalah yang pertama, saya Dani Safari Effendi berdasarkan KTP Nomor 3278 (…)

3. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Enggak. Namanya saja disebutkan, enggak usah pakai (…)

4. PEMOHON: DANI SAFARI EFFENDI

Oh, ya. Mohon maaf.

5. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Itu kan sudah ada di ininya.

6. PEMOHON: DANI SAFARI EFFENDI

Ya.

7. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Siapa yang hadir dulu. Perkenalan dulu, ya.

8. PEMOHON: DANI SAFARI EFFENDI

Ya, yang pertama adalah Dani Safari Effendi. Yang kedua, Saudara Ecep Sukmanagara. Yang ketiga, Rifky … Muhammad Rifky Arif. Yang keempat, Ristian. Yang kelima, Cecep Zamzan. Yang keenam, Dudi Jamaludin. Yang ketujuh, Drs. K. H. Didin Sujandi. Itu ketujuh Pemohon.

SIDANG DIBUKA PUKUL 14.07WIB

(5)

9. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Baik. Terima kasih sudah hadir di Mahkamah Konstitusi dan sudah menyampaikan permohonan.

Sebagaimana menurut ketentuan hukum acara, maka kepada Saudara Pemohon … kami sudah menerima permohonan Anda dan juga termasuk ada satu yang secara terpisah Saudara sebutkan ini apa kayak seperti tambahan permohonan alat buk … dan alat bukti apa itu. Nanti karena ini sidang terbuka, jadi saya mohon Saudara untuk menyampaikan pokok-pokok permohonan Saudara. Tidak perlu dibaca seluruhnya, tapi Saudara sampaikan saja pokok-pokok permohonannya ini, apa legal standing Saudara, bagaimana penjelasan legal standing Saudara, dan kemudian apa kerugian konstitusional Saudara, lalu yang terakhir, apa yang Saudara minta dari Mahkamah dari … di petitum permohonan. Itulah kira-kira yang penting untuk disampaikan. Jadi, tidak perlu dibaca seluruhnya karena kami sudah menerima dokumen Saudara. Karena ini Anda permohonan, kan tentu apa … Anda sudah tahu mana yang poin hendak dijelaskan, mana yang tidak perlu karena itu sifatnya dokumen, kira-kira begitu. Silakan.

10. PEMOHON: DANI SAFARI EFFENDI

Terima kasih, Yang Terhormat Majelis Mahkamah Konstitusi. Saya akan membacakan permohonan tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 yang pokoknya saja.

Yang pertama, Para Pemohon I, II, III, IV, V, VI, VII mengajukan permohonan pengujian materiil pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 dan seterusnya;

1. Persyaratan formil pengajuan permohonan. Bahwa kami adalah merupakan dari satu … Pemohon I sampai VI adalah Pemohon perseorangan dan yang Pemohon VII adalah badan privat sesuai dengan Pasal 51 ayat (1).

Yang pertama. Bahwa karena itu Para Pemohon menguraikan kedudukan atau legal standing Para Pemohon dalam mengajukan permohonan perkara a quo.

Yang pertama. Tadi sudah disampaikan, yaitu kualifikasi perseorangan dan badan privat. Yang kedua, kerugian konstitusional Para Pemohon mengenai parameter kerugian konstitusional. Dan seterusnya dari A sampai E.

Kemudian poin nomor 9, Para Pemohon mempunyai hak konstitusional yang disampaikan berdasarkan dokumen yang diterima oleh Mahkamah:

A. Hak untuk memilih dan dipilih. Yang dalam melakukan hak sipil dan politik, bersama-sama berdasarkan asas permusyawaratan dan perwakilan, serta pemilihan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,

(6)

dan adil, serta bertanggung jawab, memperjuangkan hak secara kolektif berdasar atas asas kedaulatan rakyat. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan penyelenggaraan pemilihan berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 ayat (2) sampai dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28 huruf z ayat (1), ayat (25), dan Pasal 28 ayat (1) yang berbunyi dari mulai Pasal 1 ayat (1) dan seterusnya.

Saya bacakan nomor 10, Pak Majelis. Bahwa Para Pemohon I, II, III, dan IV, V, VI, VII sebagai perorangan dan Pemohon VII sebagai badan hukum privat, secara konstitusional telah dirugikan pemenuhan hak konstitusionalnya untuk menjunjung tinggi dan menaati hukum yang isinya dipositifkan di undang-undang a quo, oleh karena Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah semua produk hukum nasional yang ada di Indonesia wajib didasarkan pada undang-undang, tidak didasarkan pada putusan Mahkamah Konstitusi seperti yang diamanatkan dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia terutama yang tersusun rapih dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 1 sampai dengan Pasal 28J, dan hukum tertinggi Indonesia yakni falsafah Bangsa Indonesia yakni Pancasila keempat, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.”

Hukum nasional kita tidak pernah mengenal pemilihan Presiden, pemilihan kepala daerah dipilih melalui hukum liberalisme dan/atau hukum barat. Yang dimaksud dalam gugatan ini adalah referendum atau disebut jajak pendapat calon tunggal. Padahal jajak pendapat sendiri tidak dapat dilakukan untuk memilih orang, tetapi hanya dibatasi untuk memilih wilayah atau negara terutama negara yang berkonflik. Sehingga warganya berhak untuk memilih pendapat sendiri, apakah mau pindah dari wilayah atau mau mereka untuk berdiam di wilayahnya dan/atau berdiri sendiri negaranya. Bahkan Para Pemohon I sampai VII bahwa sistem ini akan menjadi bahan peluang untuk saling menggugat antara pemilih dan calon tunggal tersebut. Karena jajak pendapat itu di luar hukum konstitusional NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) kita tanpa dasar dan kepastian hukum.

Bahwa Para Pemohon I sampai dengan VII mengganggap akan terjadi banyak pelanggaran. Di antaranya tekan-menekan, paksa-memaksa, money politics karena rakyat yang bebas demokrasi memilih ternyata dipaksa untuk memilih calon kepala daerah yang tunggal. Dan Para Pemohon I sampai VII meyakini dengan teknik setuju dan tidak setuju akan membawa konflik perpecahan bangsa karena muncul like and dislike (suka dan tidak suka) terhadap calon tunggal tersebut. Dan apabila kriteria dislike, maka calon tersebut tidak akan mendapatkan dukungan penuh, standar 50%+1 dan format ini akan membingungkan pada penyelenggara pemilihan umum dalam hal ini Komisi Pemilihan

(7)

Umum secara konstitusi akan menganggap tata cara mekanisme standar mengarah pada banyaknya gugatan.

11. Para Pemohon I sampai VII sebagai warga negara secara konstitusional telah dirugikan pemenuhan hak konstitusional untuk menjunjung tinggi, menaati hukum yang dipositifkan di dalam undang-undang.

Pasal … Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah meniadakan hak konstitusional Para Pemohon I sampai VII untuk melakukan hak sipil dan hak politik. Di antaranya bahwa sebagai warga negara di daerah terutama yang memiliki pemerintahan daerah secara otonom yakni dengan calon tunggal tidak akan bebas memilih figur yang diharapkan. Karena calonnya tunggal alias tidak adanya lawan lain dalam politik dan dalam daerah otonom pemerintahan itu ada 2 yakni pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Yang pernah oleh Para Pemohon I sampai VII para legislatif tersebut mereka dipilih oleh rakyat, sesuai dengan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia, artinya kedaulatan tetap di tangan rakyat.

Bahwa dengan diberikannya kewenangan kepada rakyat langsung untuk memilih dengan langsung, umum, bebas, rahasia, bertanggung jawab, serta jujur, dan adil. Dan diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, maka konstitusi kita sudah berkiblat pada demokrasi Pancasila. Jangan dengan jajak pendapat atau referendum dan dengan sebutan kami Bangsa Indonesia hari ini adalah nasionalisme yang berarti selalu beridiologi dan berkonstitusi. Yang artinya beridiologi Pancasila dan berkonstitusi Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Maka hak dalam hukum, hak politik, hak dalam penyelenggaraan negara, hak dipilih, hak memilih merupakan hak yang tidak boleh dikebiri oleh kewenangan Mahkamah Konstitusi. Yang di dalam Undang-Undang Dasar tidak diberikan kewenangan untuk membuat produk hukum atau di Indonesia adalah undang-undang. Maka kewenangan tersebut melekat di Dewan Perwakilan Rakyat bersama Presiden/Pemerintah. Maka bila di Indonesia bahwa kedaulatan di tangan rakyat, maka kewenangan konstitusi menagamanatkan bahwa MK tidak boleh melebihi kewenangan pembuat undang-undang. Serta MK tidak boleh mengintervensi terhadap keputusan pembuat undang-undang dalam bahasa hukum ada adagium lex superior derogat lex inferior, hukum tertinggi tidak dapat dikesampingkan oleh hukum lebih rendah. Dan perlu diingat oleh Mahkamah, yakni MK atau Mahkamah sendiri dibentuk melalui undang-undang. Bisa saja pembuat undang-undang mengusulkan merevisi, mencabut, bahkan mengganti Undang-Undang MK.

Bila semua Anggota MK melakukan putusan yang bertolak belakang dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, dimana MK memutuskan dengan putusan yang merugikan hak konstitusional rakyat Indonesia. Khususnya Para Pemohon I sampai VII.

(8)

Hak dan kedudukan dan seterusnya terutama dalam falsafah Bangsa Indonesia yang bernama Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, negara-negara tersebut akan merupakan menyamakan pemahamannya dengan Pancasila yang bisa mengakomodir beragam ras, etnis, agama, antar golongan, yang di dalam Pancasila ada berpikir, bersikap, bertindak menjunjung tinggi kesetiaan kepada agama, bangsa dan negara.

11. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Saudara bisa enggak menyari intinya ini dari permohonan ini?

12. PEMOHON: DANI SAFARI EFFENDI

Oh, ya.

13. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Kalau dibaca begini bisa berjam-jam ya, kami ada sidang lagi jam 15.00 WIB, enggak selesai ini kalau ini kan. Kami sudah membaca ininya, masa kita belajar membaca lagi. Kami sudah mendapat dokumennya ini. Intinya kan supaya publik tahu apa yang Saudara mau dan kemudian alasannya yang terang. Enggak usah dibacakan keseluruhannya sehingga publik tahu bahwa ada permohonan demikian dengan alasan yang kurang-lebih yang seperti Saudara gambarkan intinya, gitu. Nanti baru … sehingga kalau Saudara baca begitu enggak ada kesempatan kami memberikan klarifikasi atau nasihat yang diwajibkan oleh undang-undang, ya. Tolong diringkas.

14. PEMOHON: DANI SAFARI EFFENDI

Dilanjut. Bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah juncto Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU dan seterusnya, bertentangan dengan Pasal 1 sampai dengan Pasal 28 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 NKRI yang menjamin hak konstitusional Pemohon untuk melakukan tandingan hukum atas putusan tersebut di atas berdasarkan atas asas setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam hukum, dalam pemerintahan, terutama saat melakukan pencerahan demokrasi Pancasila.

Alasannya bahwa pelarangan referendum atau jejak pendapat membagikan kuesioner paket kepada masyarakat calon pemilih akan memperbanyak transaksi fragmatis, jual-beli suara dengan calon kepala daerah yang bernilai frustasi hanya didukung dengan partai-partai yang praktis untuk menjual partainya terhadap si calon dapat terjadi, maka Pemohon I sampai VII akan menegaskan adanya empat prinsip yang

(9)

setidak-tidaknya harus dipenuhi … harus dipenuhi oleh setiap negara nasional yang menamakan diri negara demokrasi keempat, yakni Indonesia.

Pertama, adanya ketentuan tentang penempatan hukum sebagai tolok ukur dan pondasi tatkala ada gugatan-gugatan, maka hukum harus memberi solusi dan memiliki kepastian.

Kedua, adanya ketentuan dan peraturan persamaan hak antarpemilih dan pasangan calon pun harus ada saingan. Calon tunggal wajib lawan politiknya, kecuali calon tunggal melawan sandal jepit.

Ketiga, adanya pengaturan tentang penolakan terhadap sistem jejak pendapat atau referendum sebagai aturan liberalisme.

Keempat, adanya ketentuan atau peraturan tentang partisipasi dari pihak pemilih, minimal 90% tercapai. Karena saat ini, partisipasi pemilih untuk pemilih tahun lalu, sebelum referendum saja sedikit, apalagi dibuka sistem jejak pendapat sejak awal calon pemilih sudah tidak mau berpartisipasi. Ini kegagalan penyelenggara pemilihan umum di Indonesia:

1. Karena anggaran pilkada melebihi dana untuk kesejahteraan masyarakat.

2. Terlalu banyaknya sistem birokrasi di penyelenggara pemilu.

3. Kepemimpinan yang tidak demokratis atas dasar satu orang atau calon tunggal.

4. Modal calon tunggal akan lebih besar, sehingga di kala calon tersebut menang dalam pemilihan, umumnya siap-siap minta ganti terhadap APBD.

5. Semua penyelenggara pemilu harus melaksanakan pendidikan politik secara terus-menerus terhadap calon pemilih, dalam hal ini pemula dan lansia.

6. Gerakan demokrasi nasional Pancasila harus melaksanakan Ketuhanan Yang Maha Esa, dan seterusnya.

Petitum. Berdasarkan seluruh uraian di atas dan bukti-bukti terlampir, jelas bahwa di dalam permohonan uji materiil ini terbukti bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah juncto Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU, tanggal … dan seterusnya adalah merugikan hak konstitusional Para Pemohon yang dilindungi secara protect, dihormati (respected), dimajukan (promoted), dan dijamin (guaranty) Undang-Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Lanjut.

15. PEMOHON: ECEP SUKMANAGARA

Oleh karena itu, diharapkan dengan dikabulkannya permohonan ini dapat mengembalikan hak konstitusional Para Pemohon sesuai dengan amanat konstitusi.

(10)

Dengan demikian, Para Pemohon mohon kepada Majelis Hakim Konstitusi Yang Mulia, berkenan memberikan putusan sebagai berikut. 1. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon I dan II untuk

seluruhnya.

2. Menyatakan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah bertentangan dengan Pasal 1 sampai dengan Pasal 28 Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

3. Memerintahkan untuk memuat putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya.

4. Apabila Mahkamah berpendapat lain, mohon putusan seadil-adilnya. Ex aequo et bono.

Demikian, permohonan uji materiil (judicial review) ini kami sampaikan.

Atas perhatian dan kearifan Majelis Hakim Yang Mulia, kami sampaikan terima kasih. Dan sebagai kelengkapan permohonan ini, kami lampirkan bukti-bukti dan daftar sementara saksi dan ahli.

Hormat kami, Para Pemohon I sampai VII, ditandatangani. Terima kasih.

16. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Ada yang tidak ditandatandangi satu, dari Pak K. H. Didin Sujani. Ya, itu. Jadi, bukan ditandatangani, itu masih ttd itu, ya. Yang terakhir. Tapi, Beliau sudah hadir di sini. Artinya, Beliau sudah ikut, ya. Nanti di … di dalam perbaikan nanti ditandatangani.

Sebelum … begini, Saudara Pemohon, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Mahkamah Konstitusi Pasal 39. Pada pemeriksaan pendahuluan ini, kami diwajibkan untuk memberikan nasihat. Apakah nasihat itu Saudara terima nanti atau tidak, itu urusan belakangan. Tapi, kami diwajibkan oleh undang-undang untuk memberi nasihat.

Tapi yang pertama, yang saya mau sampaikan. Dari … lihat dari permohonan Saudara ini, tampaknya kan Saudara sudah tidak mengakui Mahkamah Konstitusi. Ya, kan? Betul? Betul? Itu permohonannya kan di … yang Anda bacakan tadi itu. Jadi, bagaimana mungkin Saudara mau mencari keadilan kepada Mahkamah yang tidak Saudara percayai? Itu asumsi dasar pertama yang harus Saudara jawab dulu. Kalau itu Saudara sudah klir jawabannya, baru kami akan bisa meneruskan. Kalau Saudara, bagaimana mungkin Saudara minta keadilan kepada lembaga yang tidak Saudara percaya? Pernyataan-pernyataan Saudara tadi, itu jelas menunjukkan itu, kan? Bahkan, di bagian terakhir, sebelum petitum, Anda mengatakan bahwa itu Mahkamah Konstitusi apa … undang-undang ini juncto putusan Mahkamah Konstitusi, artinya Anda sudah tidak mengakui kan? Saya mau ketegasan dulu. Anda masih mengharapkan, masih mengakui keberadaan Mahkamah Konstitusi atau tidak? Karena itu Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang mengatakan.

(11)

17. PEMOHON: DANI SAFARI EFFENDI

Ya, Pak. Mengakui, Pak.

18. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Ya kalau begitu bagaimana dengan kalimat pernyataan-pernyataan Saudara yang justru tidak menunjukkan bahwa Saudara mengakui Mahkamah.

19. PEMOHON: DANI SAFARI EFFENDI

Nanti diperbaiki.

20. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Nah, itu dia masalahnya. Karena Anda ini … bagaimana Anda mengatakan ini? Misalnya yang jelas sekali di halaman 10, “Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 dan seterusnya tentang Pemilihan Kepala Daerah dan seterusnya, tidak didasarkan pada putusan Mahkamah Konstitusi seperti yang diamanahkan dalam konstitusi. Hukum tertinggi Indonesia yakni falsafah Bangsa Indonesia,” ini falsafah Saudara katakan hukum juga, rancu juga Saudara berfikirnya kan. Enggak itu … pertama kami memandang penting ada ketegasan karena Saudara ada di … alasan permohonan itu. Mengapa kami memberikan perhatian terhadap soal ini? Karena alasan permohonan Saudara menedagasikan dan menganggap Mahkamah Konstitusi tidak ada seolah-olah, Saudara tidak mengakui putusannya.

Tapi jangan lupa Mahkamah Konstitusi itu Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menyebut bukan undang-undang seperti kata Saudara. Pasal 24 sampai kemudian Pasal 24C mengaskan kewenangannya di Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Pasal 24 menyebut siapa pelaku kekuasaan kehakiman, Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, lalu Pasal 24 kewenangan Mahkamah Konstitusi itu apa. Jadi kami berada di sini itu karena Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Nah, oleh karena itu tolong hati-hati kalau Saudara memang membuat permohonan, sehingga menjadi tidak logis lalu kalau Anda tidak mengakui tapi Anda mohon keadilan kepada lembaga yang tidak Anda akui. Itu ya, itu perbaikan pertama.

Nah, kalau Saudara mau … akan melakukan perbaikan itu baru kami akan memberikan nasihat selanjutnya. Pertama begini, ini ada dua kelompok Pemohon, satu perorangan warga negara Indonesia, yang kedua badan hukum. Yang pertama saya mau tanya (suara terdengar tidak jelas) hukum saya melihat ada akte … apa namanya … nomor pendaftaran badan hukum dari Kementrian Hukum dan HAM, bukti itu

(12)

mohon dilampirkan nanti. Yang di sini ada kan baru akta notaris, apakah sudah didahtarkan di Kementrian Hukum dan HAM sehingga dia memang sudah benar-benar badan hukum atau baru berencana untuk membentuk badan hukum? Itu pertama.

21. PEMOHON: DANI SAFARI EFFENDI

Sedang proses, Pak.

22. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Kedua, begini. Dalam uraian legal standing, ada perbedaan antara hak konstitusional warga negara dan hak konstitusional badan hukum. Hak konstitusional warga negara secara perorangan kan berbeda, tidak semua hak konstitusional warga negara itu sama dimiliki oleh badan hukum. Misalnya badan hukum kan tidak mempunyai hak menganut kayakinan beragama misalnya, masak … enggak ada dong, yaitu yang seperti itu. Nah, oleh karena itu dalam uraian tentang kerugian konstitusional harus dipisahkan, ketika Saudara … hak Saudara sebagai orang perorangan apa kerugiannya hak Saudara sebagai badan hukum, apa kerugiannya untuk … akibat berlakunya permohonan a quo? Ini menjadi penting karena kalau Saudara tidak mejelaskan kerugian konstitusional secara benar, maka Saudara dianggap tidak mempunyai legal standing, sehingga pokok permohonan tidak akan diperiksa. Itu satu. Mohon dicatat, ya. Itu dipisahkan ya (suara terdengar tidak jelas) perbaikan.

Kemudian yang berikutnya saya ingin menyatakan … ya, yang Anda sebut di halaman 6 dan seterusnya yang Anda uraikan itu. Pasal 1 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (suara terdengar tidak jelas), itu adalah ketentuan tentang bentuk negara, bagaimana negara demokratis itu seperti apa, sehingga itu bukan hak konstitusional, itu bisa jadi … Saudara bisa jadikan alasan sebagai alasan permohonan, nanti di bagian ini, bukan alasan untuk kerugian hak konstitusional. Hak konstitusional itu kan diatur mulai Pasal 27, 28 itu kan, 28A sampai dengan J itu hak konstitusional. Nah, ini yang disebut Saudara tidak ada. Masak kewenangan Presiden untuk membuat undang-undang, mengusulkan pembuatan undang-undang itu hak konstitusional Anda? Itu kewenangan konstitusional Presiden, ya kan? Itu berbeda. Tapi bahwa Saudara … misalnya nanti dalam alasan permohonan itu ada sangkut pautnya dengan persoalan konstitusionalitas, silakan itu dijadikan bagian dari argumentasi, tetapi bukan hak itu, ya.

Nah, nanti tentu saja uraian-uraian yang bernada Anda tidak mengakui Mahkamah Konstitusi tentu Anda harus perbaiki bahkan Anda hapuskan karena kalau itu yang saya katakan tadi, jadi tidak logis Anda meminta keadilan kepada pihak yang Saudara tidak akui, bagaimana?

(13)

Saya ini dijahati oleh seseorang lalu saya minta keadilan pada penjahat itu, kan tidak mungkin, katakanlah seperti itu ibaratnya. Karena pernyataan Anda sangat menunjukkan itu di sini. Saya tidak tahu, ya. Ya itu tolong diperbaiki.

Terus yang kedua, ya ini yang penting, ini sangat penting. Anda meminta pendaftaran pembatalan seluruh undang-undang ini kan? Jadi seluruh Undang-Undang tentang Pilkada itu minta Anda batalkan, artinya nanti bulan Desember ini enggak akan (suara terdengar tidak jelas), ya. Coba petitumnya, kan itu.

23. PEMOHON: DANI SAFARI EFFENDI

Yang calon tunggal saja, Pak.

24. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Calon tunggal saja, bagaimana orang itu sudah ada putusan Mahkamah Konstitusi. Nah, itu. Tapi silakan kalau Saudara mau memperbaiki itu.

25. PEMOHON: DANI SAFARI EFFENDI

Ya, Pak.

26. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Jadi yang berkaitan dengan itu. Dan ingat, kalau mengenai calon tunggal, itu tidak ada di undang-undang. Justru karena itulah makanya ada putusan Mahkamah Konstitusi. Kalau undang-undang kan mengharuskan tetap harus ada dua. Bagaimana kalau tidak ada dua? Kan itu undang-undangnya yang tidak menjawab, maka ada putusan itu. Ada juga kalimat yang nanti bisa supaya Anda tidak menjadi …

apa ya … tidak menjadi … apa … terantuk oleh argument sendiri. Anda

mengatakan bahwa referendum itu tidak ada tentang orang. Cobalah cek, pernah enggak Saudara menemukan yang namanya uncontested candidate. Itu orang itu, bukan hanya wilayah yang tidak ada tandingan itu dalam konteks referendum atau pemungutan suara dan Mahkamah Konstitusi tidak pernah menyebutkan referendum. Itu adalah pernyataan setuju atau tidak setuju yang mirip dengan semacam (suara tidak terdengar jelas). Kan begitu diininya, putusan MK-nya. Tapi kan bukan itu yang menjadi persoalan. Yang menjadi persoalan adalah Anda mau mengatakan ketentuan dalam undang-undang ini apa yang seluruhnya atau bukan yang mau Anda mohonkan pengujian. Nah, itu mesti tegas nanti, nanti diperbaiki.

(14)

Alasan pengujiannya yang lebih penting lagi adalah ketika Anda menjelaskan tentang legal standing, kerugian hak konstitusional Anda apa, mengapa Anda dirugikan oleh ketentuan itu? Itu yang mesti jelas. Dan berbeda antara uraian tentang orang perseorangan warga negara Indonesia dan badan hukum karena kerugiannya memang berbeda. Mungkin kalau kepastian hukum samalah, kalau warga negara maupun badan hukum sama-sama berhak atas kepastian hukum, perlindungan dan kepastian hukum yang adil. Kalau itu mungkin sama, tapi ada hal-hal lain yang membedakan. Nah, sepanjang yang berbeda itu, Anda harus uraikan secara berbeda karena memang kualifikasinya berbeda antara perorangan dan badan hukum. Nah, itu.

Dari saya demikian, Yang Mulia. Siapa yang lebih dulu? Pak Patrialis.

27. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR

Terima kasih, Yang Mulia Pak Ketua. Jadi begini ya, Para Pemohon, ya. Ini kalau ikuti semua permohonannya memang cukup panjang. Maksud dan tujuannya sebetulnya juga bisa dipahami bahwa Saudara keberatan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015, keberatan dengan calon tunggal, ya. Karena Saudara memaknai itu sebagai sesuatu yang tidak demokratis. Begitu prinsipnya, kan? Sebetulnya intinya di situ, alasannya apa, kan dijelaskan.

Jadi begini. Kalau saya lihat lagi, Saudara juga mempersoalkan di sini ada uji formil, kemudian uji materiil. Jadi kita … saya ingin menambahkan yang disampaikan oleh Pak Palguna tadi. Jadi di dalam membuat permohonan itu harus didudukkan dulu posisi kita itu sebagai Pemohon. Sebagai Pemohon ke MK itu kita ingin menguji apa? Ya, yang diuji ke Mahkamah Konstitusi itu adalah norma suatu undang-undang yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang bersifat diskriminasi ya atau undang-undang itu menghilangkan hak-hak konstitusional kita sebagai warga negara Indonesia, dilecehkan oleh undang-undang. Itu, jadi perhatikan khusus ini Adik-Adik yang Mahasiswa, ya. Saudara maju ini, semangatnya bagus. Tapi ini pembelajaran yang sangat amat berharga. Kalau enggak Saudara kan ndak paham, ya. Bagaimana kita mau ke Mahkamah Konstitusi karena memang banyak orang datang ke Mahkamah Konstitusi ini mempersoalkan apapun. Meskpiun itu di luar kewenangan Mahkamah karena memang ada harapan masyarakat ingin untuk mencari keadilan. Mereka ke Mahkamah Konstitusi, padahal juga tidak semua.

Jadi Saudara jelaskan dulu legal standing, posisi hukum. Kenapa Saudara maju? Karena Saudara dirugikan oleh yang saya katakan tadi. Tunjukkan ya, dirugikan oleh norma undang-undang. Nah karena memang Saudara menguji satu undang-undang, norma undang-undang, satu undang-undang, dua undang-undang, tiga undang-undang itu boleh

(15)

ya. Kalau satu, satu boleh. Nah karena memang Saudara dirugikan, maka Saudara mengatakan ini Mahkamah Konstitusi mempunyai kewenangan untuk melakukan pengujian karena tugasnya Mahkamah Konstitusi antara lain adalah menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Masuk di situ ya, formatnya harus diperhatikan.

Nah, setelah itu Saudara bicara masalah uji formil, nah Saudara harus mempelajari juga beberapa putusan MK. Dalam putusan MK, uji formil itu waktunya dibatasi. Hanya 45 hari sejak undang-undang itu diundangkan sebagai undang-undang. Kalau lewat 45 hari uji formilnya sudah enggak bisa, tetapi kalau di dalam uji formil itu yang dipersoalkan adalah bagaimana tata cara pembuatan satu undang-undang yang dibuat oleh DPR bersama Presiden ternyata melanggar ketentuan konstitusi, ya kan. Dalam konstitusi itu Anda mengaitkan persoalan kepastian hukumnya ya, persoalan macam-macam, kaitakan dengan undang-undang tata cara pembuatan peraturan perundang-undangan yang sudah lengkap. Tidak ada proses naskah akademisnya ya, tidak ada pembahasannya, langsung patgulipat kok cepat sekali undang-undang ini enggak ada prosedur yang ditempuh itu. Itu uji formil, tetapi dalam undang-undang ini enggak ada lagi kesempatan sudah lewat waktu ya, sudah lewat waktu. Jadi, sehingga uji formilnya enggak usah lagi dimasukan. Memang pada waktu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 itu ya masyarakat juga enggak banyak, apalagi keberadaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Perundang-Undangan Menjadi Undang-Undang malah enggak ada sama sekali justru sebetulnya kalau uji formilnya di situ dulu perpu itu, ya kan. Undang-undangnya sudah disahkan oleh DPR hari ini diundangkan, besok keluar perpu. Nah, perpu itu sebetulnya yang mesti dipersoalkan. Nah, ini Adik-Adik Mahasiswa kalau mau berjuang itu ikuti perkembangan ketatanegaraan kita, ya. Jadi, perkembangan ketatanegaraan kita jangan … jangan lambat. Jadi, Saudara jauh-jauh datang dari Tasikmalaya ke sini ya itu sangat dihormati karena akan menjadi catatan sejarah karena Saudara sebagai warga negara apalagi seorang mahasiswa ya kan apalagi kalau kampusnya juga begitu itu lebih bagus karena memang semua orang harus concern melihat perkembangan ketatanegaraan karena memang dunia politik itu cepat sekali langkahnya. Nah, Saudara kan tidak bergabung dalam dunia politik, tapi ikuti perkembangan ketatanegaraan. Kapan masuknya. Nah, kalau permohonan seperti ini kan kurang pas.

Sudah itu baru Saudara persoalan uji materiil. Uji materiilnya apa, ya? Konstitusi kita sudah mengatakan salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar. Jadi, Saudara itu ke sini menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, ya. Nah, nanti di situ dipersoalkan

(16)

pasal yang mana yang Saudara ingin persoalkan itu pasal yang mana. Jadi, pasalnya itu yang Saudara persoalkan bahwa ini bertentangan dengan pasal sekian ya pasalnya itu yang Saudara persoalkan, tapi kalau semua undang-undangnya seperti di dalam petitum ini yang Saudara minta batalkan itu pasti enggak bisa karena Saudara tidak menjelaskan. Kalau Saudara bisa menjelaskan semua pasal itu bermasalah ya bisa diundangkan … bisa dibatalkan atau Saudara tembak jantungnya undang-undang itu enggak mungkin lagi bergerak ya bisa juga batal semua, gitu. Jadi, ini kajiannya mesti dalam ya, mesti dalam.

Nah, saya juga ingin memberikan nasihat kepada Saudara tentang Saudara mempersoalkan putusan Mahkamah Konstitusi, seakan-akan Mahkamah ini membenarkan calon tunggal. Pertama saya ingin beritahukan bahwa putusan Mahkamah Konstitusi itu sifatnya erga omnes, final and binding. Jadi, Mahkamah ini diberikan tempat yang amat terhormat di tengah-tengah bangsa ini sebagai lembaga kekuasaan kehakiman yang berperan sebagai peradilan konstitusi, peradilan ketatanegaraan, peradilan politik, peradilan demokrasi ada di sini semua. Boleh melapor semua di sini, tetapi putusannya itu begitu diputuskan mengikat semua semua warga negara even Presiden dan DPR pun sekali pun tidak lagi mempersoalkan karena kalau masih ada orang persoalkan putusan Mahkamah Konstitusi enggak selesai. Meskipun di dalam putusan Mahkamah Konstitusi itu hakimnya berbeda, tetapi hakim yang berbeda pun harus tunduk dengan putusan yang terbanyak. Itu sistem demokrasi, ya kan.

Jadi, kalau Saudara mempersoalkan putusan Mahkamah Konstitusi ke sini enggak tepat karena Saudara minta keadilan ke sini. Yang benar adalah kalau Saudara ingin mempersoalkan bagian dari putusan-putusan Mahkamah Konstitusi itu ya, ya Undang-Undang Dasar harus diubah atau mungkin ada beberapa norma yang Saudara anggap tidak bertentangan dengan putusan Mahkamah Konstitusi tapi Saudara tetap bisa memperjuangkan. Katakanlah masalah calon tunggal, calon tunggal itu bukan kehendak Mahkamah Konstitusi, tapi ada masyarakat yang datang ke sini menginginkan ada suatu kepastian hukum, dia sebagai pemilih di tempat dia calonnya tunggal, kami punya hak pilih. Nah, dalam putusan itu Mahkamah Konstitusi tetap mengatakan … baca pertimbangannya bahwa tetap menginginkan calon itu lebih dari satu, tapi kalau memang kondisinya sudah dengan segala daya upaya, semua prosedur sudah ditempuh, ternyata calonnya tetap satu, ya kata Mahkamah Konstitusi boleh, gitu lho. Jadi itu sebagai jalan exit cause, jalan keluar bagi negara ini di dalam masyartakat demokrasi. Sekali lagi tidak keinginan Mahkamah Konstitusi. Ya, Mahkamah Konstitusi hanya merespon persoalan dinamika perkembangan politik dan hak-hak konstitusional masyarakat di negara ini, direspon dengan putusan itu. Ya, jadi putusan Mahkamah Konstitusi itu mengikat, Presiden pun tunduk. Banyak sekali lembaga-lembaga negara yang bertentangan dengan konstitusi … eh

(17)

lembaga-lembaga pemerintahan maksud saya, yang dibuat oleh pemerintah tetapi tidak pas menurut MK dibubarkan, ganti. Undang-undang juga secara bulat-bulat, ganti karena jantungnya yang kena. Beberapa pasa-pasal, ganti. Banyak sekali masyarakat mendapatkan kehormatan, hak-haknya untuk berjuang, berada di tengah-tengah bangsa ini, agar berharkat dan bermartabat, oke. Itu diuraikan secara jelas, sistematis, ya di dalam posita. Itu namanya posita, jelaskan alasannya ini, ini, ini. Kalau ini saya mohon maaf melihatnya agak emosional. Semangatnya mengebu-gebu tetapi tidak diikuti dengan pola alasan-alasan yang dilandasi pada konstitusi, ya itu.

Nah, terus baru petitum. Nah, di dalam petitum itu Saudara minta begini, pertama, kabulkan permohonan Pemohon. Ya, apakah kalau Saudara ingin dimaknai. Yang kedua, katakan pasal sekian dalam undang-undang ini dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Yang ketiga, pasal sekian dalam undang-undang ini dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum ya dan mohon dimuat dalam Berita Negara. Sehingga resmi, gitu ya. Jadi positanya, petitumnya.

Nah, jadi untuk pelajaran bagi adik-adik mahasiswa ya, nanti Saudara bisa buka website Mahkamah Konstitusi, Saudara ada 10 orang, 50 orang satu kelas print semua masing-masing biaya sendiri-sendiri, dipelajari bagaimana bentuk format yang benar mengajukan permohonan ke Mahkamah Konstitusi, ya. Jadi Saudara ini kesempatan untuk belajar, termasuk Pak Kholidin ya, tokoh masyarakat kita ini, ya.

Jadi enggak apa-apa, jadi dipelajari, dan nanti Saudara akan diberikan waktu yang disampaikan oleh Pak Ketua, ya. Jadi semangat boleh tapi kita ikuti dengan tata cara yang lebih pas. Saya kira begitu Pak Ketua. Terima kasih.

28. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Terima kasih, Yang Mulia. Yang Mulia Pak Wahiduddin Adams.

29. HAKIM ANGGOTA: WAHIDUDDIN ADAMS

Terima kasih, Yang Mulia. Saya menambahkan sedikit saja. Yang pertama, ikuti format dari permohonan yang sudah ada di website MK, kan banyak itu contoh-contohnya, ikuti saja itu supaya kelihatan bahwa ini dilakukan oleh Para Pemohon, dan ini calon terpelajar mahasiswa tokoh masyarakat, sia-sia ini kalau 7 orang, pendekar 7 ini ke sini tapi lalu hal-hal yang mendasar, kalau dikatakan teknik ya teknik, tapi kok tidak diikuti dan ini permohonan ke MK ini sudah hampir 1.000 permohonan sejak tahun 2013, jadi sudah banyak contoh, kalau mau lihat contoh yang dikabulkan, ada, contoh yang ditolak, ada, contoh yang tidak dapat diterima, ada. Nah lihat saja, bagaimana cara mengajukan. Lalu alasan–alasan dari permohonan-permohonan yang

(18)

kelihatan bagus, baik, mungkin Anda dengar semua ternyata menarik. Diikut saja itu contoh seperti itu.

Nah, yang kedua ini tadi bagaimana yang dimohonkan

pengujiannya ini? Karena ini di sini di petitum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015, seolah-olah seluruhnya … tadi sudah dijelaskan oleh Yang Mulia Pak Palguna dan Pak Patrialis, ini kalau untuk seluruh undang-undang itu pertama uji formil sudah lewat waktunya, 45 hari, pembentukkannya ini bulan Februari diundangkan ya bulan Mei sudah tidak bisa digugat formilnya. Nah, kalau meteriilnya ya pasal mana, bagian mana, ayat mana atau jantungnya, di mana jantungnya dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 itu? Apa bedanya dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015? Ini kan perubahan undang-undang ini, di mana bedanya? Kalau Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015, yaitu yang dipilih gubernur, bupati, walikota. Kalau yang Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 ada wakilnya, kelihatan. Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 masih dua putaran, kalau ini satu putaran, itu jelas. Jadi Anda harus baca itu.

Nah, kemudian pernyataan-pernyataan tadi yang sedikit ... apa ... sangat kaget kita, ya. Jadi bahwa referandum itu hanya menyangkut wilayah, gitu ya. Ini coba dicari referensi yang benarlah, banyak tulisan, disertasi tentang ... apa ... pengertian referendum, plebisit, jajak pandapat itu ada. Di sejarah perundang-undangan kita ada, dulu kita pernah ada undang-undang referendum, sudah dicabut. Referendum untuk apakah Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang dulu itu bisa diubah atau tidak, itu menanyakan kepada rakyat pendapatnya, itu sudah dicabut. Ada jajak pendapat atau penetuan pendapat rakyat waktu di Irian Barat dulu, itu ada contoh-contoh kalau buka website ada. Jadi jangan istilah orang Sunda ngejeblak ini kan, langsung referendum ini, jajak pendapat ini ... apa ... hanya untuk wilayah atau negara atau negara yang berkonflik, gitu kan ya. Ya, kalau memang ada pendapat begitu dan pernah diketemukan, tulis referensinya siapa, dosennya siapa, gitu kan, guru besar bidang itu apa yang menyatakan itu. Mungkin saja ada pernah dengar, gitu ya. Ini kan ngejeblak saja itu kan, kayak kita ngomong di pinggiran, gitu kan. Nah, ini Anda-Anda semua kan Mahasiswa, jadi kalau bisa ada referensinyalah, ya. Kan pasti ini disemangati oleh ingin ... apa ... menegakkan undang-undang yang baik sehingga ini dikatakan ini bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan lain sebagainya.

Kemudian yang berikutnya nasihat kita bacakan dulu ya, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 nya, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015-nya dibaca dulu, ya. Filosofinya apa, yuridisnya apa, sosiologisnya apa, lalu yang tadi putusan yang dimaki-maki itu ya ... dibaca mengapa terjadinya putusan itu, tadi sudah dijelaskan, kita menghadapi recht vacuum, kevakuman atau kekosongan hukum karena kontruksi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 itu

(19)

kan kita berkeinginannya tetap calon itu paling sedikit 2. Lalu sekarang terjadi di kampung Saudara juga, gitu kan, 2015 ini calonnya tunggal, bagaimana ini? Lalu dibuatlah putusan itu, mencari jalan keluar. Tidak hanya terjadi ketika itu, baca di putusan itu dan di peraturan KPU. Calon tunggal itu bisa saja ketika awalnya calonnya dua, ketika sedang kampanye atau mau kampanye pasangan yang satu berhalangan tetap, meninggal atau ... berhalangan tetaplah, nah kan jadi calon tunggal juga, tadinya tidak. Atau sudah jalan kampanye, pas waktu mau pemungutan suara yang dua calon ini satunya juga berhalangan tetap tidak diganti, itu kan keadaan seperti itu kan? Harus dicari jalan keluar, lalu kita tidak dapat langsung menduga atau menganggap bahwa itu sejak pertama ada permainan.

Itulah fungsi undang-undang, fungsi Saudara mengawasi. Di sini disebutkan bahwa ketika itu di sana ketika ditunda pemilihannya kan menjadi 2017. Ya, kalau itu yang terjadi, artinya ... atau masih di sini, ya Saudara tidak punya legal standing, tidak sedang tidak pemilihan di sana, tidak akan diadakan pemilihan 2015, tapi kan dengan ... apa ... putusan itu, ini akan dilaksanakan di sana untuk calon tunggal memang sejak awal. Tidak mustahil di tempat lain terjadi seperti tadi, yang calonnya sudah 2 tadi tengah jalan ada yang berhalangan tetap, menjelang pemilihan berhalangan tetap, begitu misalnya. Itu kan jadi calon tunggal juga, nah itu kan harus cari jalan keluar. Jadi itulah hal-hal seperti itu dan itu bukan jenis peraturan perundang-undangan, putusan MK itu. Putusan MK itu final, mengikat, dilaksanakan. KPU sudah melaksanakan, sudah membuat peraturan pelaksanaannya tentang pemilihan dengan calon tunggal. MK juga sudah menyiapkan nanti kalau perselisihan hasilnya itu bagaimana sudah dibuat seperti itu.

Jadi itulah, ya, kalau ada pendapat-pendapat yang agak apa ... aneh atau apa, silakan, sepanjang ada referensinya, kalau ada bukunya, ada dasar hukumnya, ya, silakan.

Jadi diperbaiki ini banyak sekali hal-hal yang Saudara lakukan, ya. Kalimatnya saja, ya, kalimatnya saja yang misalnya menyatakan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah, ya, ini sudah enggak cermat ini, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 bukan tentang Pemilihan Kepala Daerah tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Perpu Nomor … tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Walikota. Pemilihan kepada daerah itu untuk kita singkat secara mudah saja, gitu ya, dan itu tidak salah tapi kalau di dalam petitum harus tepat, resmi, jangan sampai salah. Lalu bertentangan dengan Pasal 1 sampai dengan Pasal 28J tidak perlu lagi, lihatlah format-format dalam penyusunan permohonan, ya.

(20)

30. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Terima kasih, Yang Mulia. Tapi ngomong-ngomong sebenarnya Saudara sudah baca belum sih Putusan Mahkamah Konstitusi? Sebab kalau Saudara baca kayaknya enggak akan ada kalimat-kalimat seperti ini (...)

31. PEMOHON: DANI SAFARI EFFENDI

Sudah baca, Yang Mulia.

32. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Pertimbangan hukumnya sudah ada apa sudah dibaca betul apa enggak?

33. PEMOHON: DANI SAFARI EFFENDI

Ya, sudah dibaca, Pak.

34. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Sudah dibaca itu artinya sudah dipahami apa enggak?

35. PEMOHON: DANI SAFARI EFFENDI

Baik pertimbangan Majelis maupun alasan permohonan dari Saudara Effendi Gazali sudah dibaca.

36. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Ya, jadi itu anunya. Sebab begini lho, kalau Anda membuat permohonan begini ini seolah-olah Anda tidak mengakui Pasal 24C Undang-Undang Dasar Tahun 1945 itu, kan di situ sudah dikatakan Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final, itu bukan kami yang minta, itu Undang-Undang Dasar Tahun 1945 lho yang bicara, dan bukan undang-undang seperti kata Saudara tadi, itu Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang memberikan itu alasannya. Dan di dalam Undang-Undang Mahkamah Konstitusi juga ditegaskan, ini makanya Mahkamah Konstitusi disebut negatif legislator, DPR sama Presiden itu membuat undang-undang, kami mencoretnya kalau bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Oleh karena itu di dalam Undang-Undang Mahkamah Konstitusi dalam undang-undang disebutkan Pasal 47 putusan Mahkamah

(21)

Konstitusi itu memperoleh kekuatan hukum tetap sejak saat diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. Jadi dia berlaku sebagai undang-undang pada saat itu juga. Oleh karena itulah maka semua aparat penyelenggara negara harus taat pada putusan itu, ya.

Jadi begitu. Artinya begini, supaya di dalam permohonan Saudara sendiri tidak ada kontradiksi, kan lucu jadinya kalau dibaca ini, kan. Itu tolong diingat, ya.

Kemudian yang kedua yang tadi saya lupa meminta penjelasan Saudara, ini ada lembaran merah tersendiri maksudnya sebagai apa ini? Judulnya tambahan permohonan, alat bukti, dan saksi, tapi di sini setelah saya baca ternyata Saudara mempersoalkan keputusan KPU. Kalau itu yang Saudara persoalkan itu bukan Mahkamah Konstitusi yang mempunyai kewenangan, keputusan-keputusan yang dibuat itu, itukan kami tidak bisa membatalkan putusan KPU kan karena itu bukan ... kami hanya memeriksa ada atau tidak pertentangan antara undang-undang dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Untuk peraturan perundang-undangan di bawah terhadap undang-undang nah itu kewenangan Mahkamah Agung jadi bukan Mahkamah Konstitusi yang memutus itu. Itu, ya, tolong dipertimbangkan lagi, ya, yang ininya.

Kalau ini sebagai bagian dari permohonan, boleh, tetapi bukan ini yang menjadi bagian dari hal yang diminta untuk diputus. Nah, itu. Misalnya itu sebagai kalau bagian dari tambahan alasan permohonan silakan (...)

37. PEMOHON: DANI SAFARI EFFENDI

Betul, Pak, itu alasan permohonan.

38. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Bagian dari ... karena Saudara tidak jelas di sini kan, cuma dikatakan tambahan permohonan, seolah-olahkan ini yang Saudara minta diputus juga oleh Mahkamah Konstitusi kan? Nah, itu kalau bagian alasan permohonan silakan ditata ulang.

Nah, untuk itu Saudara diberikan kesempatan untuk melakukan perbaikan permohonan selama 14 hari terhitung sejak hari ini, ya. Dan dengan demikian maka batas terakhir untuk menyampaikan perbaikan permohonan adalah hari Senin ... tolong dicatat, ya. Hari Senin, tanggal 23 November Tahun 2015, pukul ... jam 10.00 WIB paling lambat, ya, itu paling lambatnya tentu kalau lebih cepat seperti Bapak JK bilang, “Lebih cepat lebih baik,” gitu ya. Nah, andai kata sampai dengan batas terakhir itu kami tidak menerima perbaikan permohonan dari Saudara maka permohonan ini yang akan kami laporkan kepada Pleno Hakim Konstitusi dalam Rapat Permusyawaratan Hakim. Jadi kami menganggap tidak ada

(22)

perbaikan lalu, gitu kan, tapi kalau Saudara mau melakukan perbaikan batas waktunya adalah 23 November 2015, begitu kira-kira.

Ada pertanyaan lagi? Sudah jelas, ya?

39. PEMOHON: DANI SAFARI EFFENDI

Jelas, Pak. Sangat jelas, Pak. Terima kasih.

40. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Apa yang mau diperbaiki terutama soal legal standing itu sebab kalau Saudara di situ tidak lolos … apa namanya ... pokok permohonan tidak akan diperiksa, tolong ditegaskan betul, rinci betul uraian Saudara tentang legal standing itu supaya Hakim … 9 Hakim itu yakin bahwa Anda memang punya legal standing untuk mengajukan permohonan ini, baik Anda yang perorangan maupun yang mewakili badan hukum, itu dijelaskan dua hal itu. Karena saya sering mengatakan dalam sidang pendahuluan seperti ini, ibaratnya mau masuk rumah Anda mesti ketuk pintunya dulu kalau pintunya enggak dibuka kan Anda tidak bisa masuk kecuali Anda mau mencuri, kan gitu, tapi kalau mau mencurikan bukan di sini, ya, namanya ... itu ibaratnya, ya, jadi ibaratnya untuk mengetuk pintu itulah legal standing itu, begitu.

Demikian, ya. Nah, itu nanti sekali lagi batas terakhirnya adalah 23 November tahun 2015, Pukul 14.00 WIB … eh, Pukul 10.00 WIB sori. Nah, itu.

Dengan demikian maka persidangan selesai dan ditutup.

Jakarta, 10 November 2015 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d

Rudy Heryanto

NIP. 19730601 200604 1 004

SIDANG DITUTUP PUKUL 15.01 WIB KETUK PALU 3X

Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.

Referensi

Dokumen terkait

a) Pusat Teknologi Tepat Guna (PT2G) mempunyai tugas melaksanakan promosi dan publikasi teknologi tepat guna baik berupa perangkat atau peralatan maupun sistem operasi (software)

Meyakinkan keandalan informasi, fungsi audit internal yang ketiga ini juga telah sesuai dengan standar perusahaan bahwa fungsi audit internal yaitu Memberikan

Dalam asumsi pertama, ijtihad sama dengan ra'yu; dan dalam asumsi kedua, ijtihad sama dengan qiyas. Oleh sebab itu, aliran ini sangat dominan mengunakan ra'yu dengan

Kedua, penelitian dengan judul “Coping Strategy pada Mahasiswa Salah Jurusan” yang dilakukan oleh Intani dan Surjaningrum (2010). Hasil penelitian tersebut memperlihatkan

Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi arus kas operasional perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga

Jika sudah ketemu dengan file popojicms yang akan anda upload, silakan klik kanan pada nama file popojicms.v.1.2.5 lalu klik upload.. biarkan kosong saja, lalu klik

Apabila ketuban  pecah sebelum usia kehamilan kurang dari 37 minggu akan meningkatkan risiko infeksi, juga meningkatkan risiko terjadinya penekanan tali pusat yang

Berdasarkan perbandingan nilai korelasi antara nilai dugaan respon akhir dan peubah respon