• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT SKRIPSI. untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pendidikan Kimia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "INSTITUT SKRIPSI. untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pendidikan Kimia"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

Simbangkulon Pekalongan Tahun Pelajaran 2010/2011)

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

INSTITUT

i

Simbangkulon Pekalongan Tahun Pelajaran 2010/2011)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Ilmu Pendidikan Kimia

Oleh:

MAILAL KIROM NIM. 073711003

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2011

Simbangkulon Pekalongan Tahun Pelajaran 2010/2011)

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mailal Kirom

NIM : 073711003

Jurusan/Program Studi : Tadris Kimia

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 6 Juni 2011 Saya yang menyatakan,

Mailal Kirom NIM: 073711003

(3)

iii

PENGESAHAN

Naskah skripsi dengan :

Judul : Penerapan Metode Team Quiz Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia Materi Pokok Reaksi Reduksi Oksidasi Kelas X MA Salafiyah Simbangkulon Pekalongan.

Nama : Mailal Kirom

NIM : 073711003

Program Studi : Tadris Kimia

Telah diujikan dalam sidang munaqosyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Tadris Kimia.

Semarang, 27 Juni 2011 DEWAN PENGUJI

Ketua, Sekretaris,

Miswari, M. Ag Atik Rahmawati, M.Si

NIP: 150 274 337 NIP : 19750516 200604 2002

Penguji I, Penguji II,

Ratih Rizki Nirwana, S.Si, M.Pd Siti Tarwiyah, M.Pd NIP: 19810414 200501 2 002 NIP: 19721108 199903 2 001

Pembimbing I, Pembimbing II,

Atik Rahmawati, M.Si. Drs. Mahfud Junaidi, M.Ag.

NIP : 19750516 200604 2002 NIP : 19690320 199803 1004

(4)

iv

NOTA PEMBIMBING Semarang, 6 Juni 2011 Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Di Semarang

Assalamu’alaikum wr.wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Penerapan Metode Team Quiz Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia Materi Pokok Reaksi Reduksi Oksidasi Kelas X MA Salafiyah Simbangkulon Pekalongan.

Nama : Mailal Kirom

NIM : 073711003

Jurusan : Tadris

Program S tudi : Tadris Kimia

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosyah.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Pembimbing I,

Atik Rahmawati, M.Si.

NIP : 19750516 200604 20

(5)

v Di Semarang.

Assalamu’alaikum wr.wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Penerapan Metode Team Quiz Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia Materi Pokok Reaksi Reduksi Oksidasi Kelas X MA Salafiyah Simbangkulon Pekalongan.

Nama : Mailal Kirom

NIM : 073711003

Jurusan : Tadris

Program Studi : Tadris Kimia

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosyah.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Pembimbing II,

Drs. Mahfud Junaedi, M.Ag NIP: 19690320 199803 100

(6)

vi ABSTRAK

Mailal Kirom (NIM: 73711003). Penerapan Metode Team Quiz sebagai upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Reaksi Reduksi Oksidasi. Studi kasus peserta didik kelas XPi 4 MA Salafiyah Simbangkulon Pekalongan tahun ajaran 2010/2011.

Latar belakang yang mendasari judul ini diantaranyan adalah belum adanya variasi guru dalam menerapkan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik di sekolah, guru lebih sering menggunakan metode ceramah sehingga peserta didik cenderung kurang aktif di kelas ketika pembelajaran. Hasil belajar peserta didik juga masih rendah dimana nilai rata-ratanya belum memenuhi KKM yang ditetapkan oleh ssekolah.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui 1) penerapan metode team quiz pada materi pokok reaksi reduksi oksidasi. 2) melalui penerapan metode pembelajaran team quiz dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran kimia materi pokok reaksi reduksi oksidasi. Subyek penelitian adalah peserta didik kelas XPi 4 MA Salafiyah Simbangkulon Pekalongan tahun ajaran 2010/2011. Dari hasil wawancara peneliti kepada guru mata pelajaran kimia, keaktifan peserta didik dalam materi reaksi reduksi oksidasi masih kurang aktif. Peserta didik hanya menunggu sajian dari guru sehingga mereka kurang aktif dalam menemukan konsep sendiri. Dalam mempelajari materi reaksi redoks peserta didik cenderung menghafalkan contoh, sehingga konsep yang mereka terima akan sulit dipahami.

Untuk itu diperlukan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan peserta didik. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode team quiz.

Obyek penelitian ini adalah peserta didik kelas XPi 4 MA Salafiyah Simbangkulon Pekalongan tahun pelajaran 2010/ 2011 dengan jumlah 45 orang.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.

Hasil belajar peserta didik diperoleh dari nilai Lembar Kerja Diskusi Kelompok yang dikerjakan oleh peserta didik dengan menggunakan metode team quiz dan nilai tes evaluasi di tiap akhir siklus. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap prasiklus, siklus I dan siklus II. Pada tahap prasiklus, rata- rata hasil belajar 56,97 dengan ketuntasan belajar 50%. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I, dengan metode team quiz, peserta didik menjadi aktif dan pemahaman konsep peserta didik menjadi meningkat. Rata-rata hasil belajar sebesar 67,96 dengan ketuntasan klasikal sebesar 71,11%. Sedangkan pada siklus II setelah diadakan refleksi pelaksanaan tindakan pada siklus I, rata-rata hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan yaitu sebesar 70 dan ketuntasan klasikal sebesar 86,67%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dan hasil belajar peserta didik pada materi pokok reaksi reduksi oksidasi dengan metode team quiz meningkat.

(7)

vii

Artinya :"….sesungguhnya Allah tidaklah akan mengubah apa yang ada pada satu kaum, sehingga mereka ubah apa yang ada pada diri mereka (sendiri),...". (Ar- Ro’du : 11)

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

 Ayahanda dan Ibunda tercinta Bapak Abdul Manaf dan Ibu Fathonah yang mencurahkan kasih sayang, dan atas segala do’a serta pengorbanannya yang tulus.

 Saudara tercinta (Mailal Husna, Amalul Umam dan Nur Hamidah) yang memberikan semangat baik moral, material maupun spiritual.

 Sahabat-sahabat seperjuangan tadris kimia 2007 yang selalu memberikan semangat dalam perjuangan ku.

 Almamater tercinta.

(9)

ix

karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul :

“Penerapan Metode Team Quiz sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Kimia Materi Pokok Reaksi Reduksi Oksidasi Kelas X MA Salafiyah Simbangkulon Pekalongan”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Tersusunnya Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu maka sudah sepantasnya penyusun menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Drs. Sudja’i, M. Ag. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.

2. Ibu Atik Rahmawati, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Drs. Mahfud Juneidi, M.Ag selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga terselesainya skripsi ini.

3. Drs. H. Muslih Khudhori, M.S.I selaku Kepala MA Salafiyah Simbangkulon Pekalongan yang telah memberikan izin untuk pelaksanaan penelitian.

4. Bapak Ahsanul Wildan, S.Pd, Bapak ‘Ainun Naja, A. Md dan Bapak Lukni A. yang telah memberikan bimbingan dan perhatiannya hingga terselesainya skripsi ini.

5. Dosen-dosen IAIN Walisongo Semarang yang telah ikhlas membagi ilmunya.

6. Sahabat-sahabatku di El-Simbany dan Impadis. Zamy, Ja’far, Aji, Lukman, Kang Syukron , Kang Ariz, Kang Varid, Afni, Dewy, Ulil, Mbak Aya, Dian, Fika, Us, Irnani, ‘Ainy, Ina, Ana dan sedulur- sedulurku yang telah memotivasi hingga adinda mencapai kesarjanaan, tak akan kulupakan jasa-jasamu kawan.

(10)

x

7. Sahabat-sahabatku di rumah Maisaroh, Lilis, Nela, Bibah, Olif, Hanik, Nina, Tikah, “semoga kebersamaan akan selalu menjadi kenangan yang terindah”.

8. Sahabat-sahabatku di kamar As-Sakinah Fida, Dzaky, Nisa, Isty, Muza, dkk yang menjadi tempat berbagi suka maupun duka.

9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Kami sebagai penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan sumbang saran dan kritikan yang sifatnya membangun sebagai masukan dan untuk penulisan karya ilmiah selanjutnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu kependidikan pada umumnya dan para pembaca pada khususnya.

Semarang, 6 Juni 2011

Penulis

(11)

xi

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PENGESAHAN... iii

NOTA PEMBIMBING ... iv

ABSTRAK ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Penegasan Istilah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : LANDASAN TEORI ... 8

A. Landasan Teori ... 8

1. Pengertian Belajar ... 8

2. Hasil Belajar ... 10

3. Metode Team Quiz ... 14

4. Pembelajaran Kimia ... 17

5. Reaksi Reduksi Oksidasi ... 18

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 24

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

(12)

xii

B. Subjek Penelitian ... 28

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

D. Kolaborator ... 30

E. Metode Penelitian ... 30

F. Indikator Keberhasilan ... 42

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Pra Sklus ... 43

B. Hasil Penelitian ... 44

1. Siklus I ... 44

2. Siklus II ... 55

C. Pembahasan ... 68

1. Siklus I ... 68

2. Siklus II ... 71

BAB V : KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 78

C. Penutup ... 79 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN LAMPIRAN

(13)

xiii 3. Silabus

4. RPP siklus I 5. RPP siklus II

6. Instrumen observasi kegiatan guru siklus I 7. Instrumen observasi kegiatan guru siklus II 8. Lembar kerja kelompok siklus I

9. Lembar kerja kelompok siklus II

10. Jawaban Lembar kerja kelompok siklus I 11. Jawaban Lembar kerja kelompok siklus II 12. Nilai pra siklus 2008-2009

13. Nilai pra siklus 2009-2010 14. Nilai siklus I

15. Nilai siklus I

16. Soal evaluasi siklus I 17. Soal evaluasi siklus II

18. Kunci jawaban soal evaluasi siklus I 19. Kunci jawaban soal evaluasi siklus II 20. PR siklus I

21. PR siklus II

22. Kunci jawaban PR siklus I&II

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan.

Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak- anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitu pula di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh guru dan dosen. Pendidikan adalah khas milik dan alat manusia.1

“Education is a process or an activity which is directed at producing desirable changes in the behavior of human beings. Education also my be viewed as the socialization process: the process by which the child is inducted in to the mores of the society in which he lives”.2

Dari definisi pendidikan di atas dinyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses atau suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku manusia. Pendidikan juga merupakan proses sosial: proses yang mana anak- anak ditempatkan ke dalam kebudayaan sosial tempat anak-anak hidup.

Belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sedangkan mengajar adalah interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam menyampaikan informasi3. Menyampaikan bahan pelajaran berarti melaksanakan beberapa kegiatan, tetapi kegiatan itu tidak akan ada gunanya jika tidak mengarah pada tujuan tertentu. Artinya seorang pengajar harus mempunyai tujuan dalam kegiatan pengajarannya agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan jelas oleh peserta didiknya. Untuk mengerti suatu hal dalam diri seseorang, terjadi suatu proses yang disebut sebagai proses belajar melalui model-model mengajar

1 Made Pidarta, Landasan Kependidikan, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), Cet.1, hlm. 1.

2 F. J. McDonald, Educational Psychology, (Tokyo: Overseas Publications, 1959), 1st Ed., pp. 4-5.

3 Abdurrohman Abror, Psikologi Pendidikan, ( Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1993), Cet. 4, hlm. 66.

(15)

yang sesuai dengan kebutuhan proses belajar itu. Melalui model mengajar itu, pengajar mempunyai tugas merangsang serta meningkatkan jalannya proses belajar. Untuk dapat melaksanakan tugas itu dengan baik, pengajar harus mengetahui bagaimana model dan proses pembelajaran itu berlangsung.4

Guru dapat melaksanakan proses belajar- mengajar dengan sebaik- baiknya jika menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Hal yang penting dalam metode ialah bahwa setiap metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang ingin dicapai. Tujuan untuk mendidik anak agar sanggup memecahkan masalah-masalah dalam belajarnya.5

“Science is all knowledge collected by means of the scientific method.

Science comprises, first, the orderly and systematic comprehension, description, and/or explanation of natural phenomena and, second, the tools necessary for that understanding.”6

Maksudnya ilmu pengetahuan alam mencakup segala pengetahuan yang didasarkan atas metode ilmiah. Menurut Claget pengetahuan terdiri dari pemahaman yang sistematik atau teratur baik, gambaran atau penjelasan tentang fenomena alam serta kejadian penting yang patut untuk dimengerti.

Pelajaran kimia merupakan salah satu dari pelajaran dalam rumpun sains yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, farmasi, dan lain-lain. Banyaknya konsep kimia yang bersifat abstrak yang harus diserap siswa dalam waktu relatif terbatas menjadikan ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa. Salah satunya dalam materi reaksi reduksi-oksidasi, sehingga banyak siswa gagal dalam belajar kimia. Pada umumnya siswa cenderung belajar dengan hafalan daripada secara aktif mencari untuk membangun pemahaman mereka sendiri terhadap konsep kimia.

Fakta di lapangan terdapat beberapa kendala, antara lain kurangnya partisipasi guru dalam merancang dan menerapkan metode pembelajaran

4 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, ( Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 173.

5Ibid, hlm. 201.

6 Kenneth T. Henson, Elementary science Methods, ( America: McGraw-Hill, 1984), p. 7

(16)

3

sehingga siswa kurang tertarik terhadap materi reaksi redoks. Pembelajaran yang tidak melibatkan perhatian dan minat siswa disinyalir menjadi salah satu penyebab menurunnya nilai akademik di MA Salafiyah Simbangkulon Pekalongan. Hasil belajar kimia belum seluruhnya mencapai nilai rata-rata KKM seperti yang diharapkan.

Dari uraian di atas, maka belajar aktif itu sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif, atau hanya menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu diberikan perangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi yang baru saja diterima dari pengajar. Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak.

Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini, mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental, tetapi juga fisik. Dengan cara ini diharapkan peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

Salah satu cara terbaik untuk mengembangkan belajar yang aktif adalah memberikan tugas belajar yang diselesaikan dalam kelompok kecil peserta didik. Dukungan sejawat, keragaman pandangan, pengetahuan dan keahlian, membantu mewujudkan belajar kolaboratif yang menjadi satu bagian yang berharga untuk iklim belajar di kelas. Salah satu strategi kolaboratif adalah dengan menggunakan metode quiz team (menguji tim).

Team Quiz merupakan metode dimana siswa dilatih untuk belajar dan berdiskusi kelompok. Satu kelompok presentasi ke kelompok lain, kemudin memberikan kuis ke kelompok lain tersebut. Apabila kelompok tersebut tidak

(17)

bisa menjawab maka pertanyaan dilempar ke kelompok selanjutnya, dan seterusnya hingga semua kelompok melakukan presentasi kemudian memberikan kuis.7 Metode team quiz ini disusun dan diimplementasikan oleh peneliti agar dapat membantu memudahkan siswa dalam memahami materi reaksi reduksi-oksidasi. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul

“PENERAPAN METODE TEAM QUIZ SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA MATERI POKOK REAKSI REDUKSI- OKSIDASI KELAS X MA SALAFIYAH SIMBANGKULON PEKALONGAN”.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari perbedaan penafsiran dan memudahkan dalam memahami serta mendapatkan pengertian yang jelas tentang judul “Penerapan Metode Team Quiz Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Kimia Materi Pokok Reaksi Reduksi-oksidasi Kelas X MAS Simbangkulon Pekalongan”, maka diperlukan adanya penjelasan yang terperinci, yaitu:

1. Team Quiz.

Team Quiz merupakan metode dimana siswa dilatih untuk belajar dan berdiskusi kelompok. Satu kelompok presentasi ke kelompok lain, kemudin memberikan kuis ke kelompok tersebut.

Apabila kelompok tersebut tidak bisa menjawab maka kuis dilempar ke kelompok selanjutnya, dan seterusnya hingga semua kelompok melakukan presentasi kemudian memberikan kuis.8

2. Materi Reduksi-oksidasi

Materi pokok reaksi reduksi-oksidasi merupakan salah satu materi pokok yang tercantum dalam mata pelajaran kimia berdasarkan kurikulum KTSP (Kuriklulum Tingkat Satuan Pendidikan). Reaksi

7 Mel Siberman, Active Learning, (Jakarta: Pustaka Insan Madani, 1996), hlm. 163.

8Ibid.

(18)

5

redoks merupakan salah satu materi pokok yang harus dipelajari oleh siswa MA/SMA kelas X semester genap. Materi ini terdiri dari:

a. Perkembangan konsep reduksi dan oksidasi.

b. Konsep bilangan oksidasi.

c. Reaksi disproporsionasi dan reaksi konproporsionasi.

d. Tata nama IUPAC e. Pengolahan air kotor.9 3. Hasil Belajar Kimia

Hasil belajar adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan.10 Kimia merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang susunan, struktur sifat, perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan tersebut.11 Hasil belajar kimia yang dimaksud disini adalah hasil belajar kimia dari peserta didik kelas X di Madrasah Aliyah Salafiyah Simbangkulon, Pekalongan. Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti hasil belajar dari aspek kognitif dan afektif siswa.

C. Pembatasan Masalah

Dunia pendidikan tidak terlepas dari peran seorang guru dalam proses belajar mengajar di dalam kelas, selain guru metode pembelajaran tidak kalah penting demi tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai kreativitas untuk mengembangkan metode pembelajaran, karena jika metode yang digunakan tidak sesuai akan berdampak pada hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan kenyataan tersebut, penulis membatasi permasalahan penerapan metode team quiz untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Pembelajaran dibatasi pada penerapan metode team quiz dalam mata pelajaran kimia materi pokok reaksi reduksi-oksidasi. Demikian juga hasil belajar yang akan diteliti dibatasi pada hasil belajar dalam aspek kognitif dan afektif siswa

7Michael Purba, Kimia SMA Kelas X, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2006), hlm.

165.

10 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 3, hlm. 25.

11 Michael Purba, op.cit., hlm. 3.

(19)

pada mata pelajaran kimia materi pokok reaksi reduksi-oksidasi. Sedangkan peserta didik yang diteliti adalah peserta didik kelas XPi 4 semester genap MA Salafiyah Simbangkulon Pekalongan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi metode team quiz dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok reaksi reduksi oksidasi?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia materi pokok reaksi reduksi-oksidasi kelas X MA Salafiyah Simbangkulon Pekalongan?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Implementasi metode team quiz dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia materi pokok reaksi reduksi-oksidasi kelas X MA Salafiyah Simbangkulon Pekalongan.

2. Metode team quiz dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia materi pokok reaksi reduksi-oksidasi kelas X MA Salafiyah Simbangkulon Pekalongan.

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat antara lain : a) Bagi Peserta Didik

1). Menumbuhkan kemampuan bekerja sama, kemampuan berkomunikasi antar peserta didik.

2). Mampu memberikan sikap positif terhadap mata pelajaran kimia.

b) Bagi Guru

1). Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi pembelajaran yang sesuai dan bervariasi.

(20)

7

2). Sebagai informasi bagi guru, khususnya guru kimia SMA/MA menerapkan pembelajaran aktif team quiz.

c) Untuk Lembaga

Diharapkan dapat memberi kontribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

(21)

8 1) Pengertian Belajar

a. Definisi Belajar.

Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut:

1. Gagne

Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.

2. Travers

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.

3. Cronbach

“Learning is shown by a change in behavior as a result of ex perience”. (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).

4. Harold Spears

“Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. (Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mende ngar, dan mengikuti arah tertentu.

5. Geoch

“Learning is change in performance as a result of practice”. (Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).1

1 Agus Supriono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Cet. IV, hlm. 2.

(22)

9

6. Morgan

“Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience”. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).2

7. Menurut Dr. Musthofa Fahmi

Sesungguhnya belajar adalah ungkapan yang menunjukkan aktifitas yang menghasilkan perubahan atau modifikasi didalam tingkah laku atau pengalaman.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan untuk memperoleh kecakapan dan pengetahuan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar.

1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.4

2Ibid., hlm. 3.

3 Musthofa Fahmi, Siikuuluujiyyah atta’allum (maktabah mishriyyah), hlm. 24.

4 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: LOGOS, 1999), Cet. 1, hlm. 130.

(23)

2) Hasil Belajar.

Since education involves the development of mental skills, attitudes, and physical skills, objectives in each of these areas are needed. The three areas are usually referred to as the “cognitive domain”, the “affective domain” , and the “psychomotor domain.”

Since science is a combination of knowledge, attitudes, and processes, the science teacher especially will need to write objectives in all three domains.5

Definisi di atas menjelaskan pendidikan IPA itu meliputi perkembangan keahlian mental, sikap, dan keahlian fisik yang dikelompokkan ke dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

IPA juga menyatukan pengetahuan, sikap, dan proses. Seorang pengajar IPA tentunya mengamati ketiga aspek tersebut.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.

Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dar i Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.6

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk

5 Kenneth T. Henson and Delmar Janke, Elementary Science Methods, ( America:

McGraw-Hill, 1984), p. 64.

6 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. Ke-14, hlm. 22.

(24)

11

menyelesaikan masalah.7 Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang yang dimaksud adalah:

(1) Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), (2) pemahaman (comprehension), (3) penerapan (application), (4) analisis (analysis), (5) Sintesis (synthesis), dan (6) penilaian (evaluation).8

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif ini oleh Krathwol dan kawan-kawan ditaksonomi menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:

(1) receiving atau attending; adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan atau stimulus dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.

(2) Responding(menanggapi); adanya partisipasi aktif.

(3) valuing (menilai); memberikan nilai atau penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.

(4) Organization (=mengorganisasikan); mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum.

(5) characterization by a value or value complex(=

karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai);

yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

7 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. I, hlm. 50.

8 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996), hlm. 50.

(25)

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.9 Menurut Harrow “hasil belajar psikomotorik dapat diklasifikasikan menjadi enam: gerakan refleks, gerakan fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisis, gerakan ketrampilan, dan komunikasi tanpa kata.”

Sedangkan Shimpson mengklaasifikasikan hasil belajar menjadi enam: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativitas. Persepsi adalah kemampuan membedakan suatu gejala dengan gejala lain. Kesiapan adalah kemampuan menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan.

Gerakan terbimbing adalah kemampuan melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan. Gerakan terbiasa adalah kemampuan melakukan gerakan tanpa ada model contoh. Gerakan kompleks adalah kemampuan melakukan serangkaian gerakan dengan cara, urutan, dan irama yang tepat. Kreativitas adalah kemampuan menciptakan gerakan-gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau mengombinasikan gerakan-gerakan yang ada menjadi kombinasi gerakan baru yang orisinal.10

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain:

a. Menurut Wasty Soemanto, faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut.11

1. Faktor simulasi belajar.

Beberapa hal yang berhubungan dengan faktor simulasi belajar yaitu panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berat ringannya tugas, dan suasana lingkungan.

9Ibid., hlm. 54-57.

10 Purwanto, op.cit., hlm. 52-53.

11 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 113-121

(26)

13

2. Faktor metode belajar.

Faktor metode belajar yang mempengaruhi dalam hal ini adalah kegiatan berlatih dan praktek, overlearning dan drill, resitasi selama belajar, pengenalan tentang hasil belajar, penggunaan modalitas indra, penggunaan metode pembelajaran, bimbingan dalam belajar, dan kondisi- kondisi intensif.

3. Faktor individual.

Faktor individual yang mempengaruhi hasil belajar adalah kematangan, faktor usia kronologis, faktor perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas sebelumnya, kondisi kesehatan, dan motivasi.

b. Menurut Muhibbin Syah faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut. 12

1. Faktor Internal ( faktor individu peserta didik).

Yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani peserta didik yang meliputi kesehatan mata, telinga, intelegensi, bakat dan minat peserta didik.

2. Faktor Eksternal (Faktor dari luar individu peserta didik)

Yakni segala sesuatu di luar individu peserta didik yang merangsang individu peserta didik untuk mengadakan reaksi atau pembuatan belajar dikelompokkan dalam faktor eksternal. Diantaranya faktor keluarga, masyarakat lingkungan, Teman, Sekolah, Fasilitas, dan kesulitan bahan ajar.

12 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:

Rosdakarya, 2000), hlm. 132

(27)

3. Faktor Pendekatan Belajar

Faktor ini berkaitan dengan jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

Jadi, penerapan metode pembelajaran yang tepat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah proses belajar mengajar, bisa dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat. Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran kimia khususnya pada materi pokok reaksi reduksi- oksidasi di antaranya dengan team quiz.

Dalam penelitian ini, solusi yang dirasa paling efektif adalah penerapan metode pembelajaran team quiz untuk melatih peserta didik berdiskusi kelompok tentang materi redoks, sehingga peserta didik akan membangun pengetahuannya secara mandiri terutama dalam penyelesaian soal.

3) Metode Team Quiz.

Metode Team Quiz merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Lebih dari itu, pembelajaran aktif memungkinkan peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir, seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian terhadap peristiwa belajar, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.13

a. Metode.

13 E. Mulyasa, Kurikulum yang Disempurnakan Pengembangan Kompetensi dan Kompetensi Dasar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 3, hlm. 191.

(28)

15

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.14

b. Team Quiz.

Team quiz merupakan metode dimana siswa dilatih untuk belajar dan berdiskusi kelompok. Satu kelompok presentasi ke kelompok lain, kemudian memberikan kuis ke kelompok lain.

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok.

b. Masing- masing kelompok mendapatkan materi dari guru sesuai dengan sub babnya.

c. Kelompok 1 mempresentasikan sub babnya kepada kelompok lain.

d. Setelah selesai presentasi, kelompok 1 memberikan kuis kepada kelompok 2. Jika kelompok 2 tidak dapat menjawab, maka kuis dilempar ke kelompok 3.

e. Kelompok 1 memberikan kuis ke kelompok 3, jika kelompok 3 tidak dapat menjawab, maka kuis dilempar ke kelompok 4, dan seterusnya.

f. Setelah kelompok 1 selesai presentasi dan memberikan kuis, dilanjutkan kelompok 2 mempresentasikan sub babnya dan memberikan kuis kepada kelompok 3. Jika kelompok 3 tidak dapat menjawab, maka kuis dilempar ke kelompok 4, dan seterusnya.

Setelah semua kelompok selesai berdiskusi, presentasi dan memberikan kuis, kemudian semua mengumpulkan hasil diskusinya.

14 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2006), Cet. 3, hlm. 46.

(29)

Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat telah terlibat dalam bermain peran, baik secara emosional maupun secara intelektual. Dengan melontarkan sebuah pertanyaan, para peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi. Di sini diskusi dapat diarahkan pada pengajuan alternatif-alternatif pemeranan yang akan ditampilkan kembali.

Dalam hal ini guru harus mengarahkan diskusi yang dilakukan para peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.15

Dalam salah satu percobaan yang dilakukan oleh Kurt Lewin diperoleh kesimpulan bahwa metode diskusi kelompok dan cara mengambil keputusan kelompok ternyata lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah dan metode pengajaran individual. Metode kelompok sekaligus dapat digunakan untuk mempelajari dinamika kelompok itu sendiri. Dengan kerja kelompok, individu-individu terlibat di dalamnya dan merasakan sendiri proses-proses yang terjadi di dalam kelompok serta belajar menyusun konsepsi tentang proses- proses kelompok, serta mengembangkan pemahaman terhadap dinamika kelompok secara keseluruhan.16

Kelebihan metode team quiz antara lain:

1) Membiasakan siswa bekerjasama.

2) Siswa memperoleh kesempatan untuk berpikir, mengeluarkan pendapat, sikap, dan aspirasinya secara bebas.

3) Siswa dapat belajar bersikap toleran terhadap teman- temannya.

4) Menumbuhkan partisipasi aktif di kalangan siswa.

15 E. Mulyasa, op. cit., hlm. 227.

16 Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001), Cet. 2, hlm. 116.

(30)

17

Penulis sadari, disamping metode team quiz mempunyai kelebihan, namun tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan Antara lain:

1) Menyita banyak waktu.

2) Tidak semua materi dapat diajarkan dengan metode team quiz.

4) Pembelajaran Kimia a. Pembelajaran

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:287) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.17 Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus- menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.18

b. Pengertian kimia

Chemistry is the study of matter and the changes it undergoes.19 Kimia adalah ilmu tata susunan, sifat, dan reaksi suatu unsur atau zat. Sedangkan ilmu kimia adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (Natural Science) yang mengambil

17 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 62.

18Ibid., hlm. 63.

19 Raymond Chang, Chemistry, (America: Northern Arizona University, 2005), 8thEd., p.4.

(31)

materi (matter) sebagai objek. Yang dikembangkan oleh ilmu kimia adalah deskripsi tentang materi, khususnya kemungkinan perubahan menjadi benda lain (transformation of matter) secara permanen serta energi yang terlibat dalam perubahan termasud.20

c. Materi Pokok Redoks di SMA/MA.

Dalam KTSP mata pelajaran atau materi pokok Reaksi Reduksi-oksidasi dipelajari di kelas X semester genap. Materi pokok reaksi redok ini ini memiliki standar isi yang harus dicapai peserta didik yang meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut harus dicapai oleh peserta didik, dengan indikator pencapaian hasil berupa:

a) Siswa dapat mendeskripsikan perkembangan konsep redoks.

b) Siswa dapat menentukan bilangan oksidasi unsur-unsur dalam senyawa.

c) Siswa dapat menentukan zat yang mengalami oksidasi dan reduksi dalam suatu reaksi kimia.

d) Siswa dapat menuliskan nama dari senyawa-senyawa yang terlibat dalam reaksi redoks sesuai dengan tata nama IUPAC.

e) Siswa dapat mengetahui penerapan konsep redoks dalam kehidupan.

5) Reaksi Reduksi Oksidasi

a. Perkembangan Konsep Reduksi-oksidasi.

Dari sejarahnya istilah oksidasi diterapkan untuk proses- proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat. Sedangkan

20 I Made Sukarna, JICA Kimia Dasar 1, ( Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNNES), hlm 1.

(32)

19

reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam suatu zat.21

Contoh:

4Fe(s) + 3O2(g) à 2Fe2O3(s) (oksidasi).

CuO(S) + H2(g) à Cu + H2O(g) (reduksi).22

Oxidation and reduction reactions involve transfer of electrons from one reactant to another. When a substance accepts electrons, it is said to be reduced. When a substance loses electrons, it is said to be oxidized . in every oxidation- reduction reaction, a reactant is reduced and a reactant is oxidized. 23

Mg loses 2e- per atom, Mg is oxidized

Example: 2Mg(s) + O2(g) à 2Mg2+ + O2-

O2 gains 4e- per molecul, 2 for each O. O2 is reduced.

Oksidasi adalah suatu proses di mana suatu senyawa kimia melepaskan elektron. Reduksi merupakan kebalikan dari proses oksidasi, yaitu suatu proses di mana suatu senyawa kimia menerima elektron. Karena reaksi oksidasi selalu disertai reaksi reduksi, demikian pula sebaliknya, maka reaksi oksidasi sering dinamakan sebagai reaksi redoks. Setengah reaksi yang pertama menyatakan reaksi oksidasi, sedangkan setengah reaksi yang kedua menyatakan reaksi reduksi.24

21 G. Svehla., Textbook Of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, terj. L. Setiono dan A. Hadyana Pudjaatmaka, (Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka, 1990), Cet. II, hlm. 107.

22 Michael Purba, KIMIA untuk SMA Kelas X, (Jakarta: ERLANGGA, 2006), hlm. 174.

23 John W. Moore, et. al., Chemistry The Molecular Science, (Canada: Thomson, 2008), 3rd., p. 180.

24 Tony Bird., Physical Chemistry: Kimia Fisik untuk Universitas, terj. Kwee le Tjien, ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), Cet.2, hlm. 217.

(33)

Misalnya untuk reaksi:

Cu(s) + 2 Ag+(aq) à Cu2+(aq) + 2 Ag(s)

Dapat ditulis sebagai berikut:

Setengah reaksi (oksidasi) Cu à Cu2+ + 2 e- Setengah reaksi (reduksi) 2 Ag+ + 2 e- à 2 Ag

Oksidasi adalah bertambahnya bilangan oksidasi.

Sedangkan reduksi adalah berkurangnya bilangan oksidasi.

Senyawa yang dioksidasi (oxidizing agent) adalah zat yang direduksi, dan senyawa pereduksi ( reducing agent) adalah zat yang dioksidasi.

Contoh: S + O2 à SO225

b. Bilangan Oksidasi

Bilangan oksidasi adalah bilangan (baik positif maupun negatif) yang diberi tanda pada atom dalam suaatu senyawa, agar dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi redoks.

Aturan untuk Menentukan Bilangan Oksidasi:

1) Bilangan oksidasi setiap unsur dalam bentuk unsurnya adalah nol, tanpa memperhatikan rumitnya bentuk molekul dimana unsur itu berada. Jadi atom dalam Ne, F2, P4 dan S8, semuanya mempunyai bilangan oksidasi nol.

2) Bilangan oksidasi setiap ion yang mengandung satu atom, suatu ion yang hanya terdiri dari satu atom (monoatomic ion), sama dengan muatan yang ada dalam ion. Dengan demikian ion Na+, Al3+, dan S2- mempunyai bilangan oksidasi +1, +3 dan -2.

25 James E. Brady, General Chemistry Principles and Structure: Kimia Universitas Asas dan Struktur, terj. Sukmariah Maun, , ( Jakarta: Binarupa Aksara, 1999), hlm. 152.

(34)

21

3) Jumlah semua bilangan oksidasi dari semua atom dalam suatu senyawa adalah nol. Untuk ion yang mengandung atom banyak (polyatomic), jumlah bilangan oksidasi harus sama dengan muatan yang ada pada ion.26

4) Keadaan oksidasi hidrogen dalam senyawa umumnya +1 kecuali dalam senyawa hidrida logam sama dengan -1.

Misal senyawa NH3, atom nitrogen terikat langsung pada atom hidrogen, oleh karena itu nitrogen lebih elektronegatif daripada hidrogen. Jadi semua elektron ikatan diberikan pada nitrogen. Ketiga atom hidrogen tidak lagi memliki elektron, jadi hidrogen memiliki muatan semu atau keadaan oksidasi +I. Sebaliknya dalam senyawa CaH2 masing- masing hidrogen lebih elektronegatif daripada kalsium dan dilimpahi dua elektron dari kalsium. Maka keadaan oksidasi dari hidrogen –I.27

5) Bila membentuk senyawa biner dengan logam, maka bilangan oksidasi umum golongan VII A adalah -1, golongan VI A adalah -2, dan golongan V A adalah -3.28 c. Tata Nama Senyawa.

1) Persenyawaan kimia yang terdiri dari dua unsur atau senyawa biner logam dan bukan logam.

Persenyawaan kimia biner terdiri dari atom-atom dari dua macam unsur yang berbeda. Jika yang satu logam, maka unsur lainnya adalah bukan logam. Nama dari logam ditulis lebih dahulu, kemudian diikuti oleh nama yang bukan logam. Nama untuk unsur yang kedua diperoleh dengan cara menambahkan akhiran –ida.

Contoh: NaCl : natrium klorida.

26Ibid. hlm. 148.

27 Crys Fajar Partana, Jica Kimia Dasar 2, ( Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2003), hlm. 61.

28 Tony Bird, op.cit., hlm. 218.

(35)

Al2S3 : aluminium sulfida.

SrO : stronsium oksida.

Cara pemberian nama berdasarkan Sistem Stock dimana dalam sistem ini,angka Romawi yang sama dengan bentuk oksida logam yang ditempatkan di antara tanda kurung setelah nama unsur tersebut dalam bahasa Inggris.

Contoh: Fe2+ diberi nama ion besi(II) dan Fe3+ ion besi (III). Oleh sebab itu nama lainnya untuk FeCl2 dan FeCl3 adalah:

FeCl2 : fero klorida atau besi(II) klorida.

FeCl3 : feri klorida atau besi(III) klorida.

Jika sistem stock yang dipakai, maka perlu diingat bahwa angka Romawi merupakan bentuk oksidasi logam (muatan ion logam), maka ion logam tidak perlu ditulis lagi.

Cu2O tembaga(I) oksida.

CuO tembaga(II) oksida.

2) Senyawa yang mengandung ion dari dua komponen non logam.

Untuk memberi nama senyawa yang mengandung dua komponen yang terdiri dari dua non logam(binary compound), maka dipakai sistem ketiga dari nomenklatur. Sistem ini menggunakan awalan dalam bahasa Yunani untuk menunjukkan jumlah atom setiap macam unsur dalam satu molekul zat. Awalan ini menurut artinya adalah:

(36)

23

di- dua penta- lima okta-

delapan

tri- tiga heksa- enam nona- sembilan

tetra- empat hepta- tujuh deka- sepuluh

dalam memberi nama suatu senyawa, unsur pertama dalam formula (rumus kimia) diberi nama dalam bahasa Indonesia(Inggris). Unsur kedua ditunjukkan dengan menambahkan akhiran –ida(ide) pada nama asal dari unsur tersebut.

Contoh: P4O10 adalah tetrafosforus dekaoksida.

3) Senyawa yang mengandung ion yang terdiri dari atom yang banyak.

Diketahui bahwa banyak ion yang mengandung lebih dari satu atom dan oleh sebab itu, senyawa ini adalah ion yang mempunyai atom banyak(polyatomic ion). Senyawa ini menjadi tergabung ke dalam senyawa ionik. Tetapi merupakan unit yang tersendiri dan pada umumnya tetap utuh dalam kebanyakan reaksi kimia.

Sebagai senyawa yang mengandung dua komponen(binary compound), zat-zat yang mengandung ion ini selalu diberi nama yang dimulai dengan ion yang bermuatan positif.

Contoh: Na2CO3 : natrium karbonat BaOH2 : barium hidroksida29 d. Penerapan reaksi redoks dalam kehidupan

a) Reaksi redoks pada pengolahan lgam.

Contoh reaksi elektrolisis logam aluminium.

3C(s) + 4Al3+ (l) + 6O2-(l) à 4Al(l) + 3CO2(g)

29 James E. Brady, op.cit, hlm. 154-157.

(37)

b) Reaksi redoks pada penyambungan besi.

Reaksi: 2Al(s) + Fe2O3(s) à 2Fe(s) + Al2O3(s)

c) Reaksi redoks pada sel AKI.

Pb(s) + PbO2 + 2H2SO4 + 2H+ à 2PbSO4(s) + 2H2O(l)

d) Reaksi redoks pada Baterai( Sel Leclanche).

Zn(s) +2NH4+(aq) + 2MnO2(s) à Zn2+(aq) Mn2O3(s) +2NH3(aq) + H2O(l).

e) Reaksi redoks pada pengolahan air limbah.

Pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif yang merupakan suatu proses oksidasi yang menggunakan bantuan oksigen dan berlangsung dalam bak limbah yang berisi partikel-partikel lumpur. Lumpur aktif merupakan lumpur yang banyak mengandung bakteri aerob. Bakteri ini berfungsi sebagai oksidator bahan organik dalam partikel lumpur aktif, tanpa menggunakan oksigen yang terlarut dalam air, sehingga harga BOD dapat dikurangi.30

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa kajian pustaka sebagai acuan kerangka berpikir, beberapa kajian pustaka tersebut adalah :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Agus Supriadi (NIM: 3105106) IAIN Walisongo Semarang dengan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Fiqih Melalui Kombinasi Metode Every One Is A Teacher Here dengan Team Quiz (Studi Tindakan di Kelas VII A MTs NU 20 Kangkung Kendal). Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Pada Pra Siklus motivasi belajar siswa sebesar 61% dan rata-rata tes akhir 63,94. Pada siklus I setelah

30 Untung Tri Haryanto, LKS Kreatif Kimia SMA kelas X, (Klaten: Viva Pakarindo, 2007), hlm.19.

(38)

25

dilaksanakan tindakan, motivasi belajar siswa meningkat 68,57% dan rata-rata tes akhir 66.43. sedangkan pada siklus II setelah diadakan evaluasi pelaksanaan tindakan, motivasi belajar mengalami peningkatan menjadi 77,14% dan rata-rata tes akhir sebesar 70,81.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode Team Quiz dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam Pembelajaran Fiqih di MTs NU 20 Kangkung Kendal.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Mashuri (NIM: 3105165) IAIN Walisongo Semarang dengan judul “Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Peserta didik dengan Strategi Team Quiz pada Mata Pelajaran SKI Di Kelas VIII MTs Muhammadiyah I Weleri. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Pada Pra Siklus aktivitas belajar siswa sebesar 61% dan rata-rata tes akhir 62,66. Pada siklus I setelah dilaksanakan tindakan, aktivitas belajar siswa meningkat 68,57% dan rata-rata tes akhir 66.16%. sedangkan pada siklus II setelah diadakan evaluasi pelaksanaan tindakan, aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 77,14% dan rata-rata tes akhir sebesar 69,55. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode Team Quiz dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam Pembelajaran SKI di MTs Muhammadiyah I Weleri.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Romzanah (NIM: 063111108) IAIN Walisongo Semarang dengan judul “Upaya Meningkatkan Keaktifan Peserta Didik dalam Pembelajaran Fiqih Kelas VII Semester Ganjil Materi Pokok Zakat Melalui Perpaduan Model Pembelajaran Every One Is A Teacher Here dan Team Quiz Tahun Ajaran 2010/2011 Di MTs Uswatun Hasanah Mangkang, Tugu Semarang.

Dari penelitian yang telah ada, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian menggunakan metode pembelajaran yang sama yaitu metode team quiz tetapi dalam pelajaran kimia pada materi pokok reaksi reduksi-oksidasi.

Peneliti akan mengadakan penelitian pada MA Salafiyah Simbangkulon

(39)

Pekalongan yang mana hasil belajar pada materi ini masih tergolong rendah.

Hal ini dapat diketahui dari hasil belajar yang diperoleh peserta didik pada materi reaksi redoks dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2008/ 2009 dan 2009/

2010. Penelitian yang akan dilaksanakan ini tergolong penelitian tindakan kelas.

(40)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suhardjono dan Suharsimi menyatakan bahwa PTK adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal- hal yang terjadi di dalam kelas.1

Tahapan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 4 tahap, secara rinci sebagai berikut:

1. Perencanaan

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Pada PTK dimana peneliti dan guru adalah orang yang berbeda, dalam tahap menyusun rancangan harus ada kesepakatan antara guru yang akan melakukan tindakan dengan peneliti yang akan mengamati proses jalannya tindakan.2

2. Tindakan (pelaksanaan)

Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang diajarkan atau dibahas.3

3. Pengamatan (observasi)

Pengamatan (Observasi) adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah

1 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), Cet. VII, hlm.58.

2Ibid, hlm. 75.

3 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:

PT. Indeks, 2010), Cet. 3, hlm. 39.

(41)

mencapai sasaran. Pengamatan ini dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan, catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, atau alat perekam elektronik.

Pengamatan sangat cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya perilaku, aktivitas, dan proses lainnya.4

4. Refleksi

Refleksi ialah perbuatan merenung atau memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator yang terkait dengan suatu PTK. Refleksi ini dilakukan secara kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Dengan demikian refleksi dapat ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan (replanning) selanjutnya ditentukan.5

Gambar1. Siklus dalam PTK

Sumber: http://widodo1963.wordpress.com/2008/11/

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X MA Salafiyah Simbangkulon Pekalongan tahun pelajaran 2010/2011. Jumlah

4 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2010), hlm. 143.

5 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, op.cit., hlm. 40.

(42)

29

peserta didik kelas XPi4 sebanyak 45 peserta didik. Penelitian tindakan kelas ini melibatkan guru kimia MA Salafiyah Simbangkulon Pekalongan sebagai kolaborator yaitu Ahsanul Wildan, S.Pd.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MA Salafiyah Simbangkulon Pekalongan.

Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari tahun 2011 sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian No Tahapan Tanggal/

Bulan

Alokasi

Waktu Kegiatan

1. Observasi

Awal 10-30

Januari 3 minggu

a. Wawancara dengan guru kimia kelas XPi4

b. Persiapan dan pencarian data yang mendukung rencana pelaksanaan penelitian

2. Pra Siklus 31 Januari 2011

2 x 45 menit

a. Perkenalan peneliti dengan peserta didik

b. Mengamati guru dalam mengajar kimia

c. Mengamati keaktifan peserta didik

3. Siklus I (pertemuan I)

5 Februari 2011

2 x 45 menit

a. Penjelasan peneliti tentang materi yang akan disampaikan dengan menggunakan metode team quiz.

b. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode team quiz pada materi perkembangan konsep redoks dan konsep bilangan oksidasi.

c. Pemberian pekerjaan rumah 4. Siklus I

(pertemuan II)

9 Februari 2011

2 x 45 menit

a. Pembahasan PR b. Persiapan tes evaluasi

c. Pelaksanaan tes evaluasi siklus I dengan sub materi pokok perkembangan konsep redoks dan konsep bilangan oksidasi.

5. Siklus II (pertemuan I)

12 Februari 2011

2 x 45 menit

a. Penjelasan peneliti tentang materi yang akan disampaikan dengan menggunakan metode team quiz.

b. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode team quiz pada sub materi

(43)

oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks, tata nama senyawa reaksi redoks dan penerapan konsep redoks.

c. Pemberian pekerjaan rumah 6. Siklus II

(pertemuan II)

16 Februari 2011

2 x 45 menit

a. Pembahasan PR b. Persiapan tes evaluasi

c. Pelaksanaan tes evaluasi siklus II dengan sub materi pokok oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks, tata nama senyawa reaksi redoks dan penerapan konsep redoks.

D. Kolaborator

Salah satu ciri khas PTK adalah adanya kolaborasi atau kerjasama antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa, dan lain-lain) dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan, dan akhirnya melahirkan kerjasama tindakan (action). Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, maka kerjasama (kolaborasi) antara guru dengan peneliti menjadi hal sangat penting. Dalam PTK, kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan. Peran kerjasama (kolaborasi) sangat menentukan keberhasilan PTK terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan penelitian, menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir.6 Kolaborasi dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru kimia MA Salafiyah Simbangkulon Pekalongan yaitu bapak Ahsanul Wildan.

E. Metode Penelitian

1. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini, siklus I berupa implementasi serangkaian kegiatan pembelajaran seperti yang telah direncanakan untuk mengatasi masalah. Siklus 2, 3 dan seterusnya berupa implementasi serangkaian kegiatan pembelajaran yang telah direvisi

6 Suharsimi Arikunto, dkk, op.cit., hlm. 63.

(44)

31

untuk mengatasi masalah pada siklus pertama yang belum tuntas.

Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

a. Pra Siklus

Dalam pra siklus ini peneliti melihat hasil belajar kimia pada materi pokok reaksi reduksi-oksidasi dua tahun sebelumnya yang pelaksanaannya belum menggunakan metode team quiz yaitu tahun pelajaran 2008/2009 dan 2009/2010. Hasil belajar dan ketuntasan klasikal pada 2 tahun sebelumnya kemudian dirata- rata sebagai nilai pra siklus. Untuk mengetahui tingkat keaktifan peserta didik, digunakan teknik wawancara kepada guru kimia yang bersangkutan mengenai keaktifan peserta didik pada materi reaksi reduksi-oksidasi pada 2 tahun terakhir. Disamping itu juga digunakan observasi pada tahun ini dimana pengambilan datanya, diambil ketika guru menerangkan materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit. Hal ini dilakukan sebagai dasar untuk membandingkan keberhasilan pembelajaran kimia dengan metode pembelajaran team quiz pada siklus I dan siklus II.

b. Siklus I

a. Perencanaan

1. Guru menyusun dan menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang sub materi pokok perkembangan konsep reaksi reduksi-oksidasi dan konsep bilangan oksidasi dengan metode team quiz.

2. Melakukan kolaborasi dengan guru kelas.

3. Membuat instrumen yang akan digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

(45)

4. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

b. Tindakan

1. Guru mengadakan presensi kepada peserta didik.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

3. Guru menggali pengetahuan awal siswa pada sub materi pokok perkembangan konsep redoks dan bilangan oksidasi.

4. Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi sub materi pokok perkembangan konsep redoks dan konsep bilangan oksidasi dengan metode team quiz dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok (tiap kelompok anggotanya 8 -9 siswa).

b. Masing- masing kelompok mendapatkan materi dari guru sesuai dengan sub babnya.

c. Kelompok 1 mempresentasikan sub babnya(perkembangan konsep reaksi redoks) kepada kelompok lain.

d. Setelah selesai presentasi, kelompok 1 memberikan kuis kepada kelompok 2. Jika kelompok 2 tidak dapat menjawab, maka kuis dilempar ke kelompok 3, dan seterusnya.

e. Setelah kelompok 1 selesai presentasi dan memberikan kuis, dilanjutkan kelompok 2 mempresentasikan sub babnya (konsep bilangan oksidasi) dan memberikan kuis kepada kelompok 3. Jika kelompok 3 tidak dapat menjawab, maka kuis dilempar ke kelompok 4, dan seterusnya.

(46)

33

f. Setelah kelompok 1 dan 2 selesai berdiskusi, presentasi, dan memberikan kuis, kemudian semua kelompok mengumpulkan hasil diskusinya kemudian guru menyimpulkan kembali materi perkembangan konsep reaksi redoks dan konsep bilangan oksidasi sehingga peserta didik menjadi paham.

g. Secara individual peserta didik diberi PR.

h. Guru memberikan tes siklus I.

c. Pengamatan

Dalam penelitian tindakan kelas, pengamatan dilaksanakan dengan beberapa aspek yang diamati adalah sebagai berikut:

1. Pengamatan terhadap peserta didik

a. Antusias peserta didik dalam pembelajaran team quiz.

b. Keaktifan peserta didik dalam diskusi.

c. Keberanian peserta didik dalam presentasi.

d. Keaktifan peserta didik dalam bertanya.

e. Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan kuis.

f. Hubungan kerjasama antar peserta didk dalam kelompok.

g. Sikap peserta didik dalam memperhatikan pendapat atau jawaban dari kelompok lain.

h. Keterampilan peserta didik dalam membuat kuis.

i. Keaktifan peserta didik dalam mengemukakan pendapat dalam kelompok.

(47)

j. Keaktifan peserta didik dalam menuliskan hasil diskusi.

2. Pengamatan terhadap guru

a) Penjelasan guru tentang prosedur team quiz, b) Suara guru saat menyampaikan materi.

c) Pemerataan perhatian guru kepada setiap kelompok.

d) Ketepatan guru mengelola waktu pembelajaran.

e) Kemampuan guru dalam menjawab pertanyaan peserta didik.

f) Perhatian guru ketika siswa presentasi.

g) Keruntutan melaksanakan prosedur team quiz.

h) Cara guru memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa.

i) Kemampuan guru dalam menciptakan komunikasi yang timbal balik.

j) Kemampuan guru membimbing diskusi.

k) Cara guru dalam memotivasi siswa untuk bertanya.

l) Kemampuan guru dalam meluruskan materi saat siswa presentasi.

m)Membantu peserta didik yang kesulitan materi.

n) Membantu peserta didik dalam menumbuhkan rasa percaya diri.

o) Kemampuan guru dalam memberikan semangat kepada peserta didik dalam mengerjakan kuis.

p) Kecermatan guru dalam mengamati keaktifan siswa.

q) Ketelitian guru dalam mengoreksi jawaban kuis.

Gambar

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian No Tahapan Tanggal/ Bulan AlokasiWaktu Kegiatan 1
Tabel 2. Hasil Belajar Materi Reaksi Redoks (Nilai Pra Siklus).
Gambar 2. Peserta didik sedang mendengarkan pengarahan dari guru.
Gambar 3. Siswa sedang berdiskusi dan dibimbing oleh guru.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Bentuk Tes Formatif terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan ditinjau dari Kemampuan Berpikir Divergen dan Konvergen pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama

Respons Pertumbuhan dan Produksi Kailan ( Brassica Oleraceae L .) pada Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Organik Cair Paitan ( Tithonia Diversifolia (Hemsl.)

Perancangan Dan Pembuatan Animasi 2D Kerusakan Lingkungan Dengan Teknik Masking.. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa mampu mengorganisasikan pelaksanaan perancangan proyek secara terpadu, baik untuk proyek yang bertujuan ekonomi maupun yang bertujuan sosial, dalam skala menengah..

Rootone F berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit stek jeruk nipis, sebagaimana ditunjukkan dari pengaruh yang nyata terhadap parameter jumlah daun,

Proses pembelajaran mampu lebih efisien di lakukan dimanapun dan kapanpun, Dengan adanya media E-Learning Mata Kuliah Sistem Operasi memberikan kemudahan layanan

langsung pekerjaan Pembuatan Saluran Pembuang Bendungan Desa Hatiwin Kec.Tapin Selatan, tahun anggaran 2015, maka dengan ini saudara diundang pada:.. Hari/Tanggal : Senin,

Pengudaraan ialah proses untuk mengekalkan keadaan selesa terhadap suhu, kelembapan dan oksigen di dalam sesuatu ruang dengan memasukkan udara bersih kedalam ruang