• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE NHT BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

Desak Ketut Paramita, Ni Nyoman Garminah, I Made Citra Wibawa

Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: desakparamita3@gmail.com, garminahnyoman@gmail.com, dekwi_petiga@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 9 Banjar setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media audio visual. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus secara berdaur yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi/ evaluasi, serta refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 9 Banjar. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes. Data yang didapatkan selanjutnya dianalisis dengan metode analisis deskriptif kuantitatif. Dari hasil analisis data pada siklus I, rata-rata kelas hasil belajar IPA siswa mencapai 74,64, setelah dikonversikan ke dalam PAP hasil belajar, maka rata-rata kelas hasil belajar IPA siswa tergolong kategori sedang. Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan terjadinya peningkatan. Rata-rata kelas hasil belajar IPA siswa mencapai 83,21, rata-rata kelas hasil belajar IPA siswa tergolong kategori tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV di SD Negeri 9 Banjar tahun pelajaran 2015/2016.

Kata-kata kunci: hasil belajar IPA, media audio visual, numbered heads together

ABSTRACT

This study was aimed at finding out an increase in science learning achievement of the fourth grade students of SD Negeri 9 Banjar after implementing Audio Visual Aided - Numbered Head Together (NHT) type of Cooperative Learning model. This was a classroom action research that was done in two cycles, each consisting of planning, action, observation/evaluation and reflection. The subjects were the fourth grade students of SD Negeri 9 Banjar. The data were collected using test. The data collected were then analyzed using quantitative descriptive analysis. From the data analysis in cycle I, the average grade students science learning achievement 74.64, after being converted into criterion-referenced evaluation, the students learning achievement falls into medium level. The result of the study in cycle II showed that there was an increase in learning achievement. The average grade student science learning achievement reached 83.21, falling into a high category. The results of this study showed that the implementation of audio visual-aided NHT type of Cooperative Learning model can increase the fourth grade students’ science learning achievement in SD Negeri 9 Banjar in the academic year 2015/2016.

Keywords: audio visual media, numbered head together, science learning achievement

(2)

2 PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan untuk mempersiapkan siswa melalui suatu

proses pembelajaran yang

berkesinambungan sehingga sampai pada tujuan yang diinginkan. Dewasa ini pendidikan mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS). Untuk itu pemerintah perlu mengadakan pembaharuan untuk mengembangkan dan meningkatkan pendidikan nasional. Masalah pendidikan di Indonesia semakin kompleks seiring dengan tuntutan zaman yang semakin berkembang. Saat ini masih sangat diperlukan perhatian khusus terhadap peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

Masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan pada saat ini adalah dalam pelaksanaan pembelajaran. Solihatin dan Raharjo (dalam Susanto, 2014), menyatakan guru masih menganggap siswa sebagai objek, bukan sebagai subjek dalam pembelajaran, sehingga guru perlu memodifikasi aktivitas belajar dalam pembelajaran, bukan guru yang lebih mendominasi dalam proses pembelajaran yang menyebabkan siswa kurang tertarik dan mengalami kebosanan dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut dapat memengaruhi hasil belajar siswa.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan, antara lain berupa bantuan

dana pendidikan, pembaharuan

kurikulum, peningkatan pengadaan buku pelajaran, serta peningkatan kualitas guru. Namun sampai saat ini belum diperoleh hasil yang diharapkan. Salah satu tolak ukur mutu pendidikan dilihat dari tinggi rendahnya kualitas proses pembelajaran yang berdampak pada tinggi rendahnya hasil belajar termasuk hasil belajar IPA siswa.

Pembelajaran IPA memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu

pendidikan, khususnya dalam

menghasilkan siswa yang berkualitas, yaitu manusia yang berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi

isu di masyarakat. Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta proses-proses pengembangan lebih lanjut untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.

Seperti yang dapat diamati di lapangan masih banyak hasil belajar IPA siswa yang tergolong rendah. Susanto (2014) menyatakan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak siswa dipaksa hanya mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkannya dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, siswa akan sulit memahami materi pembelajaran karena pembelajaran IPA bukan sekedar produk ilmiah yang berupa fakta, teori, konsep dan generalisasinya saja. Namun pembelajaran IPA juga menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang meliputi: (1) mengembangkan dan menggunakan keterampilan proses untuk memperoleh konsep IPA, (2) melatih siswa menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah, (3) melatih kemampuan berpikir siswa, serta (4) membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam dunia teknologi. Hasil observasi pada tanggal 5 November 2015 di kelas IV SD Negeri 9 Banjar adalah terdapat permasalahan dalam proses pembelajaran. Hasil belajar IPA siswa masih rendah. Hal tersebut ditunjukkan oleh kenyataan bahwa selama proses pembelajaran berlangsung, guru selalu mendominasi pembelajaran (teacher centered). Pembelajaran yang didominasi oleh guru menyebabkan siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran. Saat proses pembelajaran, guru tidak mengajak siswa untuk berdiskusi secara berkelompok sehingga kurangnya interaksi positif dan peran siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru hanya menjelaskan materi sesuai dengan

(3)

3 buku sumber yang digunakan. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak aktif bertanya mengenai konsep yang tidak dipahaminya walaupun sudah diberikan kesempatan oleh guru. Pada saat guru mengajukan pertanyaan, siswa kurang terlibat aktif dalam menjawab pertanyaan. Selain itu, siswa kurang mampu mengemukakan pendapat atau saran secara lisan maupun tulisan. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru tidak menggunakan media pembelajaran sehingga siswa kurang fokus dalam belajar dan pembelajaran menjadi kurang menarik.

Hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri 9 Banjar pada tanggal 5 November 2015 membuktikan bahwa terdapat beberapa kendala yang dihadapi di kelas. Kendala-kendala tersebut antara lain: (1) rendahnya kemampuan dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, (2) kurang fokusnya siswa saat guru menjelaskan materi, dan (3) kurangnya pemahaman guru dalam pemanfaatan media pembelajaran. Pembelajaran semacam ini menyebabkan rendahnya hasil belajar IPA siswa.

Hasil pendataan nilai ulangan harian dalam mata pelajaran IPA kelas IV semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016, rata-rata kelas siswa masih rendah yaitu 64,29. KKM mata pelajaran IPA yang telah ditetapkan oleh sekolah sebesar 70. Dari 28 jumlah siswa, siswa yang tergolong sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) adalah 13 orang dan siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) adalah 15 orang. Jika dibandingkan maka siswa yang tuntas hanya mencapai 46,43% sedangkan siswa yang tidak tuntas mencapai 53,57% dari keseluruhan jumlah siswa (terlampir pada lampiran 03 halaman 64).

Berdasarkan masalah tersebut, maka ditawarkan solusi dengan melaksanakan pembaharuan model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guna meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model

pembelajaran kooperatif. Suprijono (2009:61), menyatakan bahwa, “Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima

keragaman, dan pengembangan

keterampilan sosial”. Dengan tercapainya hasil belajar tersebut maka model pembelajaran kooperatif tidak hanya meningkatkan kemampuan akademik siswa dalam pembelajaran melainkan juga meningkatkan keterampilan sosial siswa.

Keterampilan sosial siswa meliputi: aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mengemukakan ide dan bekerja dalam kelompok. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dimaksud adalah model Numbered Heads Together (NHT). Untuk selanjutnya Numbered

Heads Together disingkat menjadi NHT.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional (Trianto, 2007). Pola interaksi siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe

NHT melibatkan banyak siswa dalam

menelaah materi yang tercakup dalam pelajaran sehingga semua siswa terlibat aktif dalam berdiskusi. Priansa (2015:260), menyatakan bahwa, “NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk memengaruhi pola-pola interaksi peserta didik dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik”. Dengan ditekankannya struktur-struktur

khusus yang dirancang untuk

memengaruhi pola interaksi siswa maka menjadikan siswa bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran sehingga siswa lebih memahami materi yang dipelajari.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki empat fase yaitu fase penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama dan menjawab. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor berbeda yang digunakan sebagai identitas siswa. Guru akan menunjuk siswa untuk menyampaikan hasil diskusinya sesuai dengan nomor siswa dan bukan nama siswa. Keunggulan

(4)

4 model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah semua siswa menjadi siap dan sungguh-sungguh dalam melakukan diskusi karena guru akan menunjuk nomor siswa secara acak untuk menyampaikan hasil diskusinya. Dalam berdiskusi, siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang pandai sehingga semua anggota kelompok memahami materi yang didiskusikan. Tidak ada siswa yang mendominasi untuk menyampaikan hasil diskusi karena guru menunjuk siswa secara acak sesuai dengan nomor yang dimiliki.

Selanjutnya model pembelajaran

NHT ini akan dipadukan dengan media

pembelajaran audio visual. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT sangat tepat digunakan di sekolah dasar dibantu dengan penggunaan media untuk

membantu penyampaian materi

pembelajaran dan membuat siswa memusatkan perhatiannya kepada media yang digunakan.

“Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar, sehingga menikmatinya diperlukan indera pendengaran dan penglihatan” (Tegeh, 2008:94).

Penggunaan media ini dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa karena media ini bisa dilihat dan didengar secara langsung, sehingga siswa dapat lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, penggunaan media audio visual dapat menyajikan pengalaman dunia luar ke dalam kelas sehingga siswa dapat lebih memahami materi pelajaran.

Berdasarkan hasil temuan dan keunggulan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT, maka diadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Berbantuan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV di SD Negeri 9 Banjar Tahun Pelajaran 2015/2016”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom

Action Research yang dilaksanakan di SD

Negeri 9 Banjar yang berlokasi di Desa Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Penelitian ini akan dilaksanakan

mulai dari siklus I sampai siklus II tepatnya pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan berkolaborasi dengan guru mata pelajaran IPA yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 9 Banjar yang berjumlah 28 orang, yang terdiri dari 11 orang siswa perempuan dan 17 orang siswa laki-laki. Objek penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual. Pelaksanaan penelitian berlangsung dalam dua siklus. Akhir siklus I ditandai dengan pelaksanaan ulangan harian begitupun dengan dengan siklus II. Setiap siklus terdiri dari 4 (empat) kali pertemuan. Rancangan penelitian tindakan yang dilakukan memiliki empat tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan/evaluasi, dan (4) refleksi. Adapun rancangan dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Model Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto dkk., 2014:16) Tahapan tindakan siklus dijelaskan sebagai berikut.

Perencanaan, beberapa hal yang

dilaksanakan dalam kegiatan

perencanaan adalah sebagai berikut: (1) menyamakan persepsi dengan guru kelas terkait dengan pelaksanaan tindakan kelas. Pada kegiatan ini dibahas

mengenai hal-hal yang harus

dipersiapkan, kerjasama yang akan dilakukan mulai tahap perencanaan, proses pembelajaran, evaluasi/ observasi dan refleksi, (2) menyusun RPP sesuai

Pelaksanaan Pelaksanaan Perencanaan SIKLUS I Pengamatan Perencanaan SIKLUS II Pengamatan Refleksi Refleksi

(5)

5 dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diajarkan pada setiap pertemuan, (3) menyiapkan lembar kerja siswa, sebagai panduan saat siswa melaksanakan diskusi kelompok, (4) menyiapkan media pembelajaran, (5) menyiapkan materi pembelajaran, (6) menyusun lembar tes hasil belajar.

Pelaksanaan, kegiatan yang

dilakukan dalam tahapan tindakan atau pelaksanaan ini adalah sebagai berikut: (1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai dalam pembelajaran, (2) guru menugaskan siswa untuk membaca materi pembelajaran, (3) guru menjelaskan proses yang akan dilaksanakan dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT, (4) guru membagi siswa ke dalam kelompok dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor, (5) guru menampilkan media audio visual, (6) guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan tersebut dalam bentuk LKS yang harus dikerjakan oleh siswa di dalam kelompoknya, (7) guru menugaskan siswa untuk berpikir bersama dan meyakinkan tiap anggota kelompok mengetahui jawaban dari pertanyaan yang terdapat dalam LKS, (8) guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai menjawab pertanyaan. Begitu seterusnya sampai semua pertanyaan terjawab, (9) guru mengajak siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran, (10) guru mengevaluasi hasil belajar siswa dengan menggunakan tes kecil dalam bentuk tes tertulis, (11) guru memberikan tidak lanjut berupa tugas rumah yang terkait dengan materi pelajaran, (12) guru mengakhiri

kegiatan pembelajaran dengan

menyampaikan bahan belajar untuk pertemuan berikutnya.

Pengamatan, kegiatan ini

dilaksanakan untuk mengamati segala fenomena yang terjadi selama proses tindakan diantaranya hasil belajar IPA siswa serta kendala-kendala yang dialami dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual. Pada akhir siklus dilakukan tes tertulis berbentuk objektif untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa terhadap materi yang telah disajikan

melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual.

Refleksi ini dilakukan untuk

mengkaji hasil tindakan pada siklus I. Hasil kajian tindakan siklus I ini

selanjutnya dibahas untuk

disempurnakan, dengan cara memilih beberapa alternatif tindakan baru yang diduga lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Alternatif tindakan yang telah ditingkatkan akan dijadikan dasar tindakan pada siklus berikutnya.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPA

siswa. Tes digunakan untuk

mengumpulkan data hasil belajar IPA siswa yang diberikan tiap akhir siklus pada siswa secara individual. Arikunto (2012:67), menyatakan bahwa, ”Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan- aturan yang sudah ditentukan”.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa dalam penelitian ini, menggunakan bentuk tes objektif/pilihan ganda. Di setiap akhir pertemuan siklus digunakan soal bentuk tes objektif/pilihan ganda sebanyak 20 butir. Setiap butir tes pada pilihan ganda diberikan skor 1. Dengan demikian skor maksimum adalah 20 dan skor minimumnya adalah 0. Agar butir-butir tes dapat mengukur tujuan pembelajaran yang diharapkan maka perlu dibuatkan kisi-kisi soal setiap akhir siklus.

Dalam menganalisis data digunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Agung (2012:67) menyatakan bahwa, “Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Tujuannya adalah untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya rata-rata kelas hasil belajar IPA siswa. Setelah mendapat nilai rata-rata kelas hasil belajar IPA siswa, selanjutnya akan dikonversikan ke

(6)

6 dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima dengan berpedoman pada kategori seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Kategori Penggolongan Data Hasil Belajar IPA Siswa

Rentangan Nilai Kategori

90 – 100 Sangat Tinggi

80 – 89 Tinggi

65 – 79 Sedang

55 – 64 Rendah

0 – 54 Sangat Rendah

(dimodifikasi dari Agung, 2010) Penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual pada siswa kelas IV di SD Negeri 9 Banjar dianggap berhasil apabila memenuhi kriteria yaitu rata-rata kelas hasil belajar IPA siswa berada pada rentang minimal 80 dengan kriteria tinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan analisis data penelitian tindakan kelas pada siklus I, rata-rata kelas hasil belajar IPA siswa pada siklus I mencapai 74,64 dengan kategori sedang. Pada siklus II, terjadi peningkatan rata-rata kelas hasil belajar IPA siswa menjadi 83,21 dengan kategori tinggi. Dengan demikian dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan rata-rata kelas hasil belajar IPA siswa sebesar 8,57.

Setelah melaksanakan siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh mengenai data hasil belajar IPA siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Sejauh ini telah dicatat beberapa kiranya menyebabkan hasil siklus I belum maksimal yaitu, (1) masih ada siswa yang belum berani bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru, (2) siswa belum terbiasa terhadap model pembelajaran yang digunakan, sehingga proses pembelajaran belum terlaksana secara efektif. Hal ini terjadi karena model ini merupakan hal yang baru bagi siswa yang berbeda dengan proses pembelajaran sebelumnya yang dilaksanakan di kelas, (3) masih ada beberapa siswa yang

kurang serius dalam mengikuti kegiatan diskusi kelompok.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka hal-hal yang dapat dilakukan yaitu, (1) guru lebih memberikan motivasi dan penguatan kepada siswa agar siswa tidak takut dalam bertanya dan menjawab pertanyaan guru, (2) sebelum siklus II dilaksanakan siswa akan diberikan pengarahan atau penjelasan lebih mendalam mengenai kegiatan pembelajaran kooperatif tipe NHT yang akan dilaksanakan. Sehingga siswa dapat memahami betul model pembelajaran ini dan dapat mempersiapkan dirinya, (3) guru memperlihatkan atau menyampaikan hasil penilaian pada siklus I dengan harapan siswa yang lain termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran. Guru juga menyampaikan kriteria penilaian yang akan digunakan dalam penilaian hasil belajar IPA siswa. Hal ini dilaksanakan agar siswa memahami dan melaksanakan pembelajaran dengan optimal serta dapat meningkatkan rasa keingintahuan mereka dalam menemukan konsep mengenai materi pembelajaran.

Siklus II dilaksanakan dengan menyempurnakan kelemahan-kelemahan yang ditemui dalam siklus I agar pelaksanaan penelitian dalam siklus II dapat berlangsung lebih baik sehingga kriteria keberhasilan dapat tercapai. Setelah melaksanakan siklus II dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh mengenai data hasil belajar IPA siswa sudah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Peningkatan hasil belajar IPA siswa pada

(7)

7 siklus I dan siklus II yang terlihat dari rata-rata pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Belajar IPA Siswa

Variabel Siklus I Siklus II

Hasil Belajar IPA Siswa

Rata-rata Kelas Hasil

Belajar IPA Siswa 74,64 83,21

Kategori Sedang Tinggi

Data peningkatan hasil belajar IPA siswa terlihat dari rata-rata pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Grafik Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa

Pembahasan

Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa pada siklus I pembelajaran IPA siswa kelas IV di SD Negeri 9 Banjar

dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT

berbantuan media audio visual ini belum tercapai sepenuhnya. Hal ini dilihat dari hasil analisis rata-rata kelas hasil belajar IPA siswa yang belum mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. Hasil belajar IPA siswa mencapai 74,64 dengan kategori sedang.

Namun setelah dilanjutkan ke siklus II dengan melakukan perbaikan pembelajaran dan pemecahan masalah dari refleksi siklus I serta menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual, maka rata-rata kelas hasil belajar IPA siswa meningkat. Hasil belajar IPA siswa meningkat 8,57 menjadi 83,21 dengan kategori tinggi. Peningkatan dari siklus I

ke siklus II telah dapat memenuhi kriteria keberhasilan pelaksanaan penelitian ini yaitu pada siklus II telah tercapainya indikator rata-rata kelas hasil belajar IPA siswa berada pada rentang minimal 80 dengan kriteria tinggi.

Data hasil penelitian tersebut

mencerminkan bahwa setelah

diterapkannya perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe NHT

berbantuan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Hasil penelitian ini tentunya sejalan dengan pendapat ahli yaitu Priansa (2015:260), menyatakan bahwa, “NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk memengaruhi pola-pola interaksi peserta didik dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik”. Dengan meningkatnya penguasaan isi akademik dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe

NHT dirancang untuk memengaruhi pola

interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional (Trianto, 2007). NHT merupakan suatu model pembelajaran berkelompok dimana setiap siswa bertanggung jawab atas tugas kelompoknya, sehingga antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam satu kelompok saling memberi dan menerima antara satu sama lain (Shoimin, 2014). Siswa yang saling memberi dan menerima antara satu sama lain menyebabkan diskusi kelompok dapat berjalan dengan baik sehingga mencapai tujuan yang diinginkan. Priansa (2015)

menyatakan kelebihan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu semua siswa menjadi siap dalam melakukan diskusi, dapat melakukan

70 72 74 76 78 80 82 84 Siklus I Siklus II Hasil Belajar IPA Siswa

(8)

8 diskusi dengan sungguh-sungguh, siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, serta tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.

Selain model pembelajaran kooperatif tipe NHT, penggunaan media audio visual sangat berperan penting dalam membantu proses pembelajaran. Pendapat ini sejalan dengan Sadiman, dkk (dalam Wibawa, 2013) menyatakan penggunaan media audio visual dalam pembelajaran dapat memberikan banyak keuntungan yaitu merangsang partisipasi aktif siswa, dapat menyajikan pengalaman dunia luar ke dalam kelas dan mengatasi batasan ruang dan waktu. Dengan kelebihan penggunaan media audio visual tersebut maka dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

Keempat pendapat ahli tersebut terbukti karena hasil penelitian

menunjukkan bahwa, setelah

diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual dapat meningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV di SD Negeri 9 Banjar. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang sesuai prosedur sangat berperan meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini membuat siswa berpartisipasi aktif dalam

kegiatan pembelajaran. Model

pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki empat fase yaitu fase penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama dan menjawab. Empat fase tersebut sangat memfasilitasi pelaksanaan

pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Hal ini terbukti pada saat fase penomoran, siswa sangat antusias belajar berkelompok dan menggunakan nomor di kepalanya. Setiap siswa menjadi siap dalam melakukan diskusi kelompok karena menggunakan nomor yang berbeda-beda. Siswa merasa mengemban tanggung jawab lebih dan melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh sehingga kegiatan diskusi kelompok berjalan dengan baik. Dalam fase mengajukan pertanyaan, siswa terlihat aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru maupun siswa. Pada saat guru mengajukan pertanyaan, “Mengapa

parasut dapat melayang di udara?”. Siswa tidak hanya berdiam diri dalam kegiatan pembelajaran. Siswa mempunyai keberanian dalam mengemukakan pendapat yang dimilikinya. Sehingga pembelajaran menjadi aktif dan siswa lebih memahami materi pembelajaran. Selain itu, siswa di dalam kelompok ditugaskan mengerjakan pertanyaan yang diajukan oleh guru yang berbentuk LKS. Siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap LKS yang diberikan oleh guru tersebut. Siswa sangat antusias dalam menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk diskusi kelompok.

Selanjutnya fase berpikir bersama, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan yang terdapat pada LKS. Seluruh siswa terlibat aktif dalam melaksanakan diskusi kelompok. Kegiatan dalam diskusi kelompok adalah melakukan percobaan. Siswa sangat

bersemangat dalam melakukan

percobaan karena dapat membuktikan secara langsung apa yang dipelajarinya. Sangat terlihat keterampilan siswa dan kerjasama kelompok dalam melakukan percobaan. Semua siswa menunjukkan interaksi positif dalam proses pembelajaran. Setiap siswa melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh karena setiap siswa merasa mengemban tanggung jawab untuk memahami materi yang diajarkan oleh guru. Siswa yang pandai dalam kegiatan diskusi kelompok mengajari siswa yang kurang pandai. Setiap siswa dapat menerima kelebihan dan kekurangan satu sama lain sehingga diskusi kelompok berjalan dengan lancar dan tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.

Dalam fase menjawab, siswa dilatih untuk berani menyampaikan hasil diskusi sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasinya. Siswa dapat menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas dengan lancar sehingga siswa lain dan guru dapat memahaminya. Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai ditugaskan untuk menjawab pertanyaan. Sehingga setiap siswa mampu menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Kelompok lain yang memiliki jawaban berbeda sangat antusias dalam

(9)

9 memberikan pendapat. Guru memberikan motivasi dan penguatan kepada siswa sehingga berani menyampaikan hasil diskusinya. Penguatan yang diberikan dapat berupa tepuk tangan ataupun pujian. Sehingga dapat mendorong siswa meningkatkan motivasinya dalam kegiatan belajar dan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari Sanjaya (dalam Abimanyu, 2009) yang mengatakan bahwa setiap tingkah laku yang dilakukan dengan baik diberi penguatan positif berupa reward agar tingkah laku tersebut terus diulang-ulang dan agar termotivasi untuk mencapai tingkah laku puncak yang diharapkan.

Penggunaan media audio visual sangat membantu dalam pelaksanaan pembelajaran IPA. Media audio visual mempermudah kegiatan belajar siswa sehingga dapat merangsang partisipasi aktif siswa dan menunjang hasil belajar siswa yang optimal. Belajar menggunakan media pembelajaran dapat menimbulkan kesan menyenangkan bagi siswa. Siswa bersungguh-sungguh mengamati media audio visual yang ditampilkan oleh guru. Siswa dapat melihat dan mendengar materi yang dipelajari sehingga lebih antusias dalam belajar. Dengan menggunakan media audio visual dapat menyajikan pengalaman dunia luar ke dalam kelas. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

berbantuan media audio visual membuat perhatian siswa perpusat dalam proses belajar sehingga memperjelas materi yang diberikan oleh guru serta memudahkan siswa untuk memahami pelajaran IPA.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kemalasari (2012) tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media benda nyata pada siswa kelas V semester genap Sekolah Dasar No. 1 Tegallinggah Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar IPA siswa pada siklus I adalah sebesar 68,42% dengan kategori cukup. Pada siklus II ketuntasan hasil belajar meningkat 21,05% menjadi 89,47% dengan kategori baik. Dengan demikian

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media benda nyata dapat meningkatkan hasil belajar IPA Siswa Kelas V Semester Genap Sekolah Dasar No. 1 Tegallinggah Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2011/2012.

Selain itu, penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yani (2013) tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media gambar oleh pada siswa kelas IVA SD Negeri 2 Samplangan Gianyar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 64,65% kategori rendah meningkat menjadi 75,65% kategori cukup pada siklus II. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media benda nyata dapat meningkatkan hasil belajar IPA Siswa Kelas IVA SD Negeri 2 Samplangan, Gianyar.

Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian ini dikatakan telah berhasil karena kriteria yang ditetapkan sebelumnya telah terpenuhi. Jadi, dapat diinterpretasikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

berbantuan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 9 Banjar tahun pelajaran 2015/2016

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas IV SD Negeri 9 Banjar, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 9 Banjar tahun pelajaran 2015/2016. Tingkat hasil belajar IPA siswa pada siklus I mencapai rata-rata kelas hasil belajar IPA siswa sebesar 74,64 dengan kategori sedang. Pada siklus II, terjadi peningkatan rata-rata kelas hasil belajar IPA siswa menjadi 83,21 dengan kategori tinggi. Dengan demikian dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan rata-rata kelas hasil belajar IPA siswa sebesar 8,57.

Berdasarkan simpulan penelitian tersebut, dapat dikemukakan saran sebagai berikut. (1) Disarankan kepada

(10)

10 siswa supaya lebih aktif dalam mengikuti

pembelajaran, sehingga dapat

memperoleh hasil belajar yang memuaskan, (2) disarankan kepada guru pengajar agar dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media audio visual pada mata pelajaran IPA sebagai salah satu alternatif pembelajaran dan juga motivasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. (3) disarankan kepada kepala sekolah agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. (4) disarankan kepada peneliti lain untuk dapat memilih dan mengembangkan model pembelajaran dengan menyempurnakan aspek-aspek yang belum terjangkau dalam penelitian model ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli dkk.2009. Bahan Ajar

Cetak Strategi Pembelajaran.TT:

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Agung, A. A. Gede. 2010. Penelitian

Tindakan Kelas (Teori dan Analisis

Data dalam PTK). Singaraja:

PGSD FIP Universitas Pendidikan Ganesha.

---. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha.

Arikunto, Suharsini. 2012. Dasar-Dasar

Evaluasi Pendidikan.Jakarta:

Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsini dkk. 2014. Penelitian

Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Priansa, Donni Juni. 2015. Manajemen

Peserta Didik dan Model

Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model

Pembelajaran Inovatif dalam

Kurikulum 2013. Yogyakarta:

Ar-ruzz Media.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar &

Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Prenadamedia Group.

Tegeh, I Made. 2008. Media

Pembelajaran. Malang: Program

Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran

Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Wibawa, I Gusti Agung Gede Kresna. 2013. “Pengaruh Implementasi Kooperatif Tipe Open Ended Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus II Mengwi Kabupaten Badung.

Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, UNDIKSHA Singaraja.

Gambar

Gambar 1.  Model Penelitian Tindakan  Kelas (Arikunto dkk., 2014:16)  Tahapan  tindakan  siklus  dijelaskan  sebagai berikut
Tabel 2.  Rekapitulasi Hasil Belajar IPA Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Website Band Bondan Prakoso & Fade2Black dibangun menggunakan visualisasi multimedia Visual Studio.Net 2005 dengan teknologi Ajax serta menggunakan software pendukung

Jika di kampung anak-anak bermain memperebut- kan kapuk yang beterbangan dari pohonnya seperti hu- jan salju, Arai akan menjulangku di pundaknya, sepan-.. jang sore berputar-putar

Audit Report Lag (Audit Delay) adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, yang diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan

Beberapa hal yang dilakukan di PPSDM MIGAS ini adalah Pelaksanaan pengelolaan sarana prasarana dan informasi pengembangan sumber daya manusia di bidang minyak dan gas bumi;

Berdasarkan Undang-undang ini, mekanisme perlindungan Merek terkenal, selain melalui inisiatif pemilik Merek tersebut sebagaimana telah diatur dalam Pasal 56 ayat

Kesimpulan hasil penelitian ini sebagian besar ibu balita berpengetahuan cukup dan sebagian besar status gizi balita dalam keadaan normal.Rekomendasi penelitian ini

16 Saya itu kalau dengan orang tua saya saya selalu jujur, tapi kalau terpaksa biar tidak di marahi ya saya lakukakan karena apabial orang tua saya marah itu

Dalam penelitian ini, peneliti berperan mengumpulkan data dan menganalisis secara langsung melalui wawancara agar dapat mendeskripsikan alur berpikir siswa dalam